Anda di halaman 1dari 11

Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO) 1

ANALISIS RISIKO OPERASIONAL


PADA DIVISI KAPAL PERANG PT. PAL INDONESIA
DENGAN METODE HOUSE OF RISK

Putri Amelia1, Iwan Vanany 2, Indarso3


1
Universitas Internasional Semen Indonesia
2
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
3
Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut
e-mail: putri.amelia@uisi.ac.id, 2 vanany@ie.its.ac.id, 3indarsost@gmail.com
1

Abstrak
PT. PAL Indonesia (Persero) adalah industri strategis yang memproduksi alat utama
sistem pertahanan Indonesia khususnya untuk matra laut. Perusahaan ini memiliki peran penting
dan strategis dalam mendukung pengembangan industri kelautan nasional. Pekerjaan proyek
denga nilai ekonomis yang tinggi sering dikerjakan. Perusahaan ini memiliki tantangan yang
besar untuk membuat kapal dengan durasi yang sesuai dari tanggal yang ditetapkan. Oleh
karena itu pada penelitian ini akan dilakukan analisa resiko-resiko yang muncul di proses
bisnisnya. Setelah diketahui risk event/kejadian-kejadian risiko operasional, selanjutnya akan
dilakukan assesment risiko, dan terakhir yaitu melakukan program mitigasi risiko pada divisi
kapal perang PT. PAL Indonesia. Model House of Risk (HOR) digunakan untuk menjawab
permasalahan yang ada. Dengan menggunakan 2 fase pengerjaan yaitu fase pertama dan kedua.
Fase pertama yaitu melakukan identifikasi risiko dan agen risiko. Selanjutnya akan dilakukan
pengukuran tingkat severity dan occurance serta perhitungan nilai aggregate risk priority (ARP).
Fase kedua yaitu penanganan risiko. Sehingga diperoleh hasil 32 kejadian risiko dan 24 agen
risiko. Berdasarkan nilai korelasi perhitungan kejadian risiko dengan agen risiko diperoleh 7
agen risiko terpilih berdasarkan diagram Pareto 80/20 yang perlu ditindaklanjuti oleh
manajemen.
Kata kunci: House of risk, risiko, manajemen risiko, mitigasi risiko

Abstract
PT. PAL Indonesia (Persero) is a strategic industry that produces the main tool of
Indonesian defense system especially for marine dimension. This company has an important and
strategic role for supporting the development of national marine industry. Management project
with high economic value is often done. The company has great challenges in managing,
especially on the risks that arise in its business processes. Therefore, the House of Risk (HOR)
model is used to identify and measure the potential operational risks that exist in the division of
warships. There are two phases that used in this study. The first phase is identifying many risks
and risk agents. The next step is measuring the severity and occurrences rate. Then, it will
calculate the aggregate risk priority (ARP) value. The second phase is risk management.
Finally, the research results will obtain 32 risk events and 24 risk agents. Based on correlation
value of risk event incidence with risk agent, 7 selected risk agents were obtained based on
Pareto 80/20 chart which need to be followed up by management.
Keywords: House of risk, risk, risk manajement, risk mitigation

1. PENDAHULUAN
Sebagai komponen utama pertahanan negara di laut, TNI Angkatan Laut
melaksanakan pembangunan dan pengembangan kemampuan serta kekuatannya
menggunakan perencanaan berdasarkan kemampuan (capability based planning). TNI

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume …. Nomor …. (Tahun) ISSN: 2460 – 6839
2 Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO) 0

Angkatan Laut melaksanakan pembangunan kekuatan dan kemampuannya secara terus


menerus, berkesinambungan serta menuntaskan pembangunan kekuatan TNI Angkatan
Laut untuk mencapai kekuatan pokok minimum pertahanan/MEF melalui percepatan
pengadaan alutsista baru dan pendayagunaan industri pertahanan nasional bagi
kemandirian pertahanan, melalui peningkatan pengadaan alutsista TNI Angkatan Laut
secara simultan dan meningkatkan penelitian serta pengembangan berikut dukungan
pendanaannya [1].
Komitmen pemerintah dalam pengembangan sektor kelautan yang diwujudkan
dalam program Indonesia sebagai poros maritim dunia dan program tol laut, berdampak
langsung pada optimalisasi industri kelautan nasional, yang pada gilirannya akan
memberikan harapan baru sebagai sektor yang memberikan kontribusi dalam
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. PT. PAL Indonesia (Persero)
sebagai salah satu industri strategis yang memproduksi alat utama sistem pertahanan
Indonesia khususnya untuk matra laut,
PT. PAL Indonesia semakin kuat setelah dikeluarkannya UU No. 16 Tahun 2012
tentang industri pertahanan, dimana BUMN strategis diberi ruang yang lebih luas.
Berdasarkan UU No. 16 [2] tersebut, PT. PAL Indonesia secara profesional mengemban
amanah sekaligus kewajiban untuk berperan aktif dalam mendukung pemenuhan
kebutuhan alutsista matra laut dan berperan sebagai pemandu utama (lead integrator)
matra laut. Sebagai perusahaan galangan kapal dengan pengalaman lebih dari tiga
dasawarsa, PT. PAL Indonesia merupakan salah satu industri perkapalan dalam negeri
yang memiliki potensi dan sebuah pekerjaan proyek dengan nilai ekonomis yang tinggi
dan strategis nasional, salah satunya Kapal Perang Republik Indonesia (KRI).
Tantangan terbesar dalam proses produksi PT. PAL Indonesia saat ini adalah
bagaimana mengelola dan mengurangi risiko yang melekat dalam setiap situasi bisnis
perusahaan khususnya divisi kapal perang. Untuk mengidentifikasi dan mengukur
potensi risiko operasional yang ada pada divisi kapal perang PT. PAL Indonesia dapat
menggunakan model House of Risk (HOR). Model ini merupakan sebuah framework
yang dikembangkan oleh Pujawan dan Geraldin [1] dengan melakukan pengembangan
metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan metode Quality Function
Deployment (QFD). Secara garis besar, tahapan dalam framework ini dibagi menjadi
dua fase yaitu fase identifikasi risiko (risk identification) dan fase penanganan risiko
(risk treatment).
Berbagai penelitian terkait dengan mitigasi resiko telah dilakukan diantaranya
Retno Utari [2], Perancangan Strategi Mitigasi Risiko Supply Chain di PT. Atlas Copco
Nusantara dengan Metode House of Risk. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi,
menganalisa dan memilih urutan risiko dan strategi mitigasi risiko supply chain yang
terkait dengan menggunakan metode House of Risk. Flora Tampubolon [3], Pengelolaan
risiko Supply Chain dengan Metode House of Risk. Tujuan penelitian untuk
mengidentifikasi dan memitigasi risiko yang terjadi pada PT. XYZ. Ari Fendi dan Evi
Yuliawati [4], Analisa strategi mitigasi risiko pada Supply Chain PT. PAL Indonesia
(Persero). Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi kejadian dan agen risiko untuk
dilakukan corrective action serta merencanakan strategi mitigasi. Dewi Kurniasari [5],
Aplikasi model House Of Risk untuk mitigasi risiko proyek pembangunan jalan tol
Gempol-Pasuruan. Tujuan penelitian untuk memperlancar pembangunan jalan tol agar
tidak mengalami keterlambatan dan memitigasi risiko yang muncul dalam
pembangunan.

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume …. Nomor …. (Tahun) ISSN: 2460 – 6839
Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO) 3

2. METODE PENELITIAN
Pada tahun 2009, I. Nyoman Pujawan dan Laudine H. Geraldin mengembangkan
metode analisis risiko baru bernama House of Risk (HOR). HOR merupakan
pengembangan dari model FMEA dan QFD. FMEA merupakan sebuah metode yang
digunakan untuk mengidentifikasi potensi kegagalan suatu produk atau jasa serta
melakukan suatu tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan atau meminimalisisasi
risiko kegagalan tersebut. Penggunaan pendekatan tersebut didasarkan pada alasan
bahwa metode ini dapat digunakan untuk melakukan analisis penyebab potensial
timbulnya suatu gangguan, probabilitas kemunculan serta cara penanganannya.
Sedangkan QFD merupakan suatu proses menetapkan keinginan pelanggan (apa yang
“diinginkan” pelanggan) dan menterjemahkan menjadi atribut “bagaimana” agar tiap
area fungsional dapat memahami dan melaksanakannya. Model framework pada QFD
diharapkan mampu mengendalikan agen risiko yang dianggap prioritas sehingga aksi
mitigasi risiko dapat berjalan secara efektif.
Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini secara ringkas dapat digambarkan
dalam diagram alir.

Mulai

Studi Literatur Studi Lapangan

Pengumpulan Data
- Data risk event
- Data risk agent

Pengolahan data dan Analisa


dengan
Metode House of Risk

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai
a.
Gambar 1. Metode Penelitian

2.1 Studi Lapangan dan Studi Literatur


Studi lapangan yang diamati adalah manajemen mitigasi risiko operasional pada
divisi kapal perang PT. PAL Indonesia. Sedangkan, studi literatur dilakukan dengan
mempelajari materi yang didapat dari buku, tugas akhir, jurnal dan internet.

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume …. Nomor …. (Tahun) ISSN: 2460 – 6839
4 Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO) 0

2.2 Pengumpulan Data


Data-data yang digunakan pada manajemen mitigasi risiko yaitu:
a. Data primer meliputi identifikasi kejadian risiko yang mungkin terjadi dikumpulkan
dari interview, brainstrorming, personal report dan wawancara dari berbagai pihak
yang terkait. Data dari hasil pengumpulan digunakan untuk menentukan penilaian
terhadap risk event, risk agent, hubungan antara risk event dan risk agent dan
hubungan antara tindakan preventif (proactive action) dengan risk agent.
Penyebaran kuesioner ini dilakukan kepada Kepala Departemen Divisi kapal perang,
Kepala Biro, beserta staf yang terkait.
b. Data Sekunder meliputi sejarah Perusahaan dan struktur organisasi divisi kapal
perang PT. PAL Indonesia.
2.3 Pengolahan Data dan Analisa
Pada tahapan ini terbagi menjadi 2 langkah yaitu perencanaan pelaksanaan
identifikasi masalah dan analisa risiko.
2.4 Kesimpulan dan Saran
Langkah berikutnya akan dilakukan analisa sesuai dasar teori yang sudah
dibahas dalam studi literatur. Setelah dilakukan analisis, maka dapat ditarik kesimpulan
tentang hal-hal yang terkait dengan analisa risiko dan strategi mitigasi risiko pada divisi
kapal perang PT. PAL Indonesia.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada tahapan ini akan dijelaskan beberapa tahap didalam penyelesaian penelitian.
Berikut adalah tahapan-tahapannya
3.1 Identifikasi Kejadian Risiko dan Penyebab Risiko
Dalam tahap ini akan dihasilkan suatu daftar kejadian risiko yang didapat dari
identifikasi sumber risiko, apa saja yang menjadi risiko (what), dimanakah risiko
tersebut muncul (where), bagaimana risiko tersebut timbul (how) dan mengapa risiko
tersebut muncul (why), sehingga risiko tersebut dapat berdampak terhadap pencapaian
sasaran dan tujuan perusahaan.
Pada tahap ini, dilakukan identifikasi kejadian risiko apa saja yang mungkin
terjadi di semua area aktivitas Departemen Divisi Kapal Perang yaitu area Departemen
PPC, Departemen MO & HO, Departemen Konstruksi Kapal, Departemen Electric
Outfitting & Interior dan Departemen Dukungan Produksi. Proses identifikasi kejadian
risiko yang mungkin terjadi pada tiap-tiap Departemen dikumpulkan dari wawancara
secara langsung dan aktif dengan berbagai pihak yang terkait yang merupakan Kepala
Departemen Divisi Kapal Perang. Penetapan hasil identifikasi kejadian risiko akhirnya
memperoleh sebanyak 32 kejadian risiko.
Setelah dilakukan identifikasi kejadian resiko, langkah berikutnya yaitu
melakukan penilaian dari kejadian resiko yang ada. Penilaian dari kejadian resiko dinilai
dari skala 1 hingga 10. Skala 1 adalah dampak terhadap sasaran perusahaan dapat diabaikan.
Sedangkan skala 10 adalah resiko berdampak sungguh sangat serius terhadap sasaran
perusahaan. Nilai-nilai dari hasil wawancara disetiap departemen akan dimasukkan kedalam
tabel severity [8][9] ditunjukkan dalam Tabel 1.

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume …. Nomor …. (Tahun) ISSN: 2460 – 6839
Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO) 5

Tabel 1. Nilai Severity dari Kejadian Risiko


Departemen Kejadian Risiko Severity Kode
Production Pembengkakan JO 5 E1
Planning Ketidaktersediaan data material 4 E2
Control Ketidakakuratan material penunjang 4 E3
(PPC) Kesalahan permintaan pembelian 4 E4
Kapasitas menganggur 8 E5
Kekurangan budget 8 E6
Lemahnya koordinasi kerja 5 E7
Machinery Keterlambatan gambar desain 7 E8
Outfitting & Ketidaklengkapan drawing list 3 E9
Hull Outfitting Ketidaksesuaian uraian tugas 3 E10
(MO & HO) Kesalahan pemasangan assembly member 7 E11
Kerusakan mesin 8 E12
Keterlambatan pekerjaan 7 E13
Konstruksi Kurangnya material saat pelaksanaan proyek 7 E14
Kapal Perbedaan material yang diterima 6 E15
Terlambatnya mobilitas alat angkat dan angkut 5 E16
Adanya pencemaran lingkungan 6 E17
Pengabaian APD 7 E18
Terjadinya kecelakaan kerja 8 E19
Material rusak tidak dapat digunakan lagi 5 E20
Electric Minimnya tenaga ahli dibidangnya 6 E21
Outfitting & Keterlambatan peralatan instalasi 5 E22
Interior Kesalahan pemasangan peralatan 5 E23
Pemborosan listrik 3 E24
Pekerjaan ditolak class 7 E25
Akses ke lokasi proyek sulit 3 E26
Dukungan Minimnya kesiapan fasilitas 5 E27
Produksi Lemahnya 5R di lingkungan kerja 4 E28
Kesalahan prosedur peluncuran 7 E29
Ketidakjelasan jenjang karir 4 E30
Keterlambatan administrasi 3 E31
Kekurangan jumlah SDM 5 E32
Langkah berikutnya yaitu melakukan identifikasi penyebab risiko (risk agent).
Risk agent merupakan faktor pemicu timbulnya kejadian risiko sehingga dengan
melakukan strategi mitigasi terhadap penyebab risiko. Pada tahap ini, dilakukan
identifikasi penyebab risiko dari kejadian risiko yang telah diidentifikasi pada tahap
sebelumnya. Satu penyebab risiko dapat memunculkan satu atau lebih kejadian risiko,
atau sebaliknya, satu kejadian risiko dapat disebabkan oleh satu atau lebih penyebab
risiko. Penyebab risiko (risk agent) yang telah teridentifikasi sebanyak 24 penyebab
risiko dari semua area departemen dengan kode masing-masing dan dapat dilihat pada
Tabel 2.
Identifikasi nilai peluang kemunculan (occurrence) suatu penyebab risiko ini
menyatakan tingkat peluang frekuensi kemunculan suatu penyebab risiko sehingga
mengakibatkan timbulnya suatu atau beberapa kejadian risiko yang menyebabkan

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume …. Nomor …. (Tahun) ISSN: 2460 – 6839
6 Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO) 0

gangguan pada proses bisnis perusahaan dengan tingkat dampak tertentu. Dalam
mengidentifikasi nilai tingkat peluang kemunculan (occurrence), digunakan skala 1-10
Tabel 2. Nilai Occurrence dari Penyebab Risiko
Kode Penyebab Risiko (Risk Agent) Oj
A1 Kesalahan prosedur 3
A2 Rendahnya kemampuan manajerial/leadership 4
A3 Keterlambatan material 8
A4 Rendahnya dukungan consummable 7
A5 Material dipinjam 4
A6 Ketidaktaatan jadwal 6
A7 Minimnya pengawasan di lapangan 5
A8 Minimnya regenerasi 8
A9 Permintaan barang tidak menyebutkan spesifikasi yang jelas 4
A10 Kesalahan gambar desain 5
A11 Kebakaran 3
A12 Minimnya maintenance/miss operasional 4
A13 Proses persetujuan ijin kerja bertele-tele 5
A14 Kesalahan informasi JO 5
A15 Kurangnya APD 7
A16 Perubahan rencana produksi 3
A17 Pasokan listrik terhenti/listrik padam dari pemasok energi 2
A18 Minimnya ketersediaan fasilitas 7
A19 Cacat Produksi/Defect 3
A20 Adanya bencana alam (cuaca buruk, banjir) 2
A21 SDM kompeten keluar/pindah ke perusahaan lain 4
A22 Alat angkut/transporter/crane rusak 5
A23 Minimnya kompetensi 3
A24 Kurangnya order proyek 8

Nilai Korelasi Kejadian Risiko dan Penyebab Risiko


Setelah dilakukan identifikasi resiko dan penyebab resiko (risk agent), pada
tahap ini akan dilakukan penilaian korelasi antara agen risiko dengan kejadian risiko
menggunakan skala nilai 0, 1, 3 dan 9.

Perhitungan Nilai Agregate Risk Potential (ARP)


Agregate Risk Potential (ARP) digunakan untuk memeringkat kejadian-kejadian
risiko. Perhitungan ARP diperoleh dengan menggunakan rumus (2.2) sebagai berikut:

Dengan nilai Oj adalah Occurance. Sedangkan Si Rid dan j adalah akumulasi


perkalian antara nilai serenity dan korelasi. Semua penyebab resiko dilakukan penilaian
ARP nya dan setelah itu di ranking agar dapat diketahui nilai penyebab resiko mulai
dari yang besar/sering terjadi hingga penyebab resiko yang jarang terjadi.
HOR fase 2 yaitu melakukan penanganan risiko (risk treatment). Agen/penyebab
risiko yang teridentifikasi memiliki nilai ARPj terbesar yang ditentukan dengan diagram
Pareto akan menjadi input data pada HOR 2 yaitu agen risiko prioritas yang akan

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume …. Nomor …. (Tahun) ISSN: 2460 – 6839
Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO) 7

dilakukan aksi mitigasi. Agen-agen risiko Aj dengan nilai ARPj masing-masing


dirangking mulai dari nilai yang terbesar sampai dengan nilai yang terkecil, kemudian
dihitung nilai persentase masing-masing ARPj terhadap total ARPj dan kemudian
persentase tersebut dikumulatifkan sehingga sampai 100%.

Gambar 2. Diagram Pareto ARPj dari Semua Agen Risiko


Dari hasil diagram Pareto dengan menggunakan prinsip 80/20 dapat diketahui
agen risiko terpilih yang akan dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan aksi
mitigasi risiko adalah keterlambatan material (A3), rendahnya dukungan consummable
(A4), kurangnya order proyek (A24), minimnya ketersediaan fasilitas (A18), minimnya
regenerasi (A8), kurangnya APD (A15)dan SDM kompeten keluar/pindah ke
perusahaan lain (A21). Dari agen risiko terpilih maka didapatkan 14 aksi mitigasi risiko
yang bertujuan untuk mengurangi probabilitas kemunculan agen risiko terpilih secara
berurutan adalah sebagai berikut: Cek stock level dan management material,
meningkatkan sarana dan prasarana, menginventarisir kelengkapan peralatan kerja,
rekrutmen terhadap calon tenaga kerja muda, melaksanakan komitmen bersama,
memperbaiki sistem kinerja proses pengadaan material, meningkatkan kualitas
produksi, safety patrol melakukan evaluasi proses terhadap pengadaan APD,
manajemen karir yang lebih baik, memberikan pengetahuan dan skill, melakukan
analisa lapangan di warehouse secara kontinyu, menyusun program peningkatan
hubungan dengan supplier, re-layout bengkel dan upgrade mesin serta utilisasi dan
pengembangan fungsi bengkel palletizing.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil identifikasi kejadian risiko operasional atau HOR 1
didapatkan 32 kejadian risiko, dimana 7 kejadian risiko pada departemen PPC, 6
kejadian risiko pada departemen (MO & HO), 7 kejadian risiko pada departemen
konstruksi kapal, 6 kejadian risiko pada departemen Electric Outfitting & Interior dan 6
kejadian risiko pada departemen dukungan produksi. Sedangkan jumlah penyebab
resikonya teridentifikasi 24 risk agent.
Hasil dari HOR 2 yaitu melakukan mitigasi resiko. Berdasarkan hasil
perhitungan ARP diketahui bahwa 7 risk agent / penyebab resikoyang perlu
diperhatikan yaitu keterlambatan material, rendahnya dukungan consummable,
kurangnya order proyek, minimnya ketersediaan fasilitas, minimnya regenerasi,
kurangnya APD dan SDM kompeten keluar/pindah ke perusahaan lain. Dari agen risiko
terpilih maka didapatkan 14 aksi mitigasi risiko.

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume …. Nomor …. (Tahun) ISSN: 2460 – 6839
8 Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO) 0

Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu untuk lebih efektif lagi dengan
melibatkan tenaga ahli sesuai bidang proyek yang dilakukan ataupun pejabat pada
perusahaan yang berkompeten terhadap pelaksanaan proyek.

BIOGRAFI SINGKAT PENULIS

Nama panjang penulis Putri Amelia ST, MT, MEng. Latar belakang
pendidikan penulis yaitu s1 di Teknik Industri ITS, dan S2 mengambil
jurusan Teknik Industri ITS dan Industrial Manufacture Engineering di
Asian Institute of Technology di Thailand. Sekarang penulis menjadi
dosen tetap di Universitas Internasional Semen Indonesia pada program
studi sistem informasi.

Nama panjang penulis Prof. Iwan Fanany S.T,M.T, Phd. Penulis menjadi
dosen tetap di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dijurusan
Teknik Industri. Bidang minat yang digeluti oleh penulis yaitu supply
chain management.

Nama panjang penulis kapten laut Indarso. Penulis mengambil


pendidikan s1 pada program studi jurusan Teknik Manajemen Industri di
Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) pada tahun 2014.
Sehingga penulis dapat selesai mengejakan pendidikannya pada tahun
2016 dan menjadi lulusan ke 35 di lulusan manajemen industry di
STTAL

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. PAL Indonesia didalam melakukan
pengumpulan data pada penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

[1] Mabesal, 2015, Kebijakan Perencanaan TNI Angkatan Laut, Jakarta: Markas Besar
TNI Angkatan Laut
[2] Kemenkumham. (2012). "Undang-Undang No. 16 Tentang Industri Pertahanan".
Jakarta: Republik Indonesia
[3] Pujawan, I. N., & Geraldin, L. H, 2009, House of risk: a model for proactive supply
chain risk management, Business Process Management Journal , Vol. 15 No.6, pp.
953-967.

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume …. Nomor …. (Tahun) ISSN: 2460 – 6839
Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO) 9

[4] Utari, R, 2015, Perancangan Strategi Mitigasi Risiko Supply Chain di PT. Atlas
Copco Nusantara dengan Metode House of Risk, Prosiding Seminar Nasional
Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS Surabaya .
[5] Tampubolon, F. ,2013, Pengelolaan Risiko Supply Chain dengan Metode House of
Risk, Jurnal Teknik Industri, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa , Vol. 1 No. 3, pp.
222-226.
[6] Fendi, A., & Yuliawati, E, 2012, Analisis Strategi Mitigasi Risiko pada Supply
Chain PT. PAL Indonesia (Persero, Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan
Teknologi (SNAST) Periode III.
[7] Kurniasari, D, 2010, Aplikasi Model House of Risk (HOR) untuk mitigasi risiko
proyek pembangunan jalan tol Gempol-Pasuruan, Prosiding Seminar Nasional
Manajemen Teknologi XI, Program Studi MMT-Institut Teknologi Sepuluh
Nopember .
[8] Kaprang, D. (2016). "Petunjuk Organisasi Divisi Kapal Perang No. 234002".
Surabaya: PT. PAL Indonesia (Persero).
[9] PAL. (2006). "Pedoman Sistem Manajemen PAL". Surabaya: PT. PAL Indonesia
(Persero)

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume …. Nomor …. (Tahun) ISSN: 2460 – 6839
Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO) 1

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume …. Nomor …. (Tahun) ISSN: 2460 – 6839

Anda mungkin juga menyukai