SAFRIYANA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Kinerja, Nilai
Tambah, Mitigasi Risiko, dan Peningkatan Kinerja Rantai Pasok Kelapa Sawit:
Studi Kasus di PT X adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2017
Safriyana
NIM F34130002
ABSTRAK
SAFRIYANA. Evaluasi Kinerja, Nilai Tambah, Mitigasi Risiko, dan Peningkatan
Kinerja Rantai Pasok Kelapa Sawit: Studi Kasus di PT X. Dibimbing oleh
MARIMIN.
Dalam rantai pasok kelapa sawit, produktivitas dan pasar ekspor kelapa sawit
cenderung meningkat dan berimbas negatif pada isu keberlanjutan yang meliputi
aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan serta terkait langsung dengan
rantai pasok. Penelitian ini dilakukan secara terintegrasi untuk mengevaluasi
kinerja, nilai tambah, risiko, dan strategi perbaikan kinerja secara berkelanjutan
dalam rantai pasok kelapa sawit di PT X. Penilaian kinerja rantai pasok dengan
metode SCOR-AHP menunjukkan bahwa tingkat kinerja untuk bagian perkebunan
baik (91.24%) dan bagian pengolahan sedang (86.19%). Rasio nilai tambah
dilakukan dengan metode Hayami termodifikasi menunjukkan hasil berturut-turut
pada perkebunan dan pengolahan adalah 21.86% dan 37.55%. Evaluasi dan mitigasi
risiko dengan metode FMEA-HOR, dari 31 kejadian risiko dan 20 sumber risiko,
dipilih 8 prioritas sumber risiko yang diberikan aksi penanganan dan diurutkan
berdasarkan efektivitas biaya. Untuk mengurangi dampak secara keseluruhan,
dilakukan pemilihan strategi peningkatan kinerja rantai pasok kelapa sawit secara
berkelanjutan menggunakan metode ANP dengan analisis BOCR (benefit,
opportunity, cost, and risk), hasil pembobotan menunjukkan prioritas alternatif
strategi perbaikan rancangan produksi.
ABSTRACT
SAFRIYANA. Evaluation of Palm Oil Supply Chain’s Performance, Value Added,
Risk Mitigation, and Performance Improvement: A Case Study at X Co. Supervised
by MARIMIN.
In palm oil supply chain, productivity and export market being increase and
build the negative impacts to sustainability issues (economic, social, and
environmental aspects) and have direct impacts to supply chain itself. This research
aims to evaluate performance, added value, risk, and develop sustainability
improvement strategies to increase performance of palm oil supply chain at X Co.
Palm oil supply chain’s performance measurement was obtained by SCOR-AHP
approach shows the performance level of plantation is above average (91.24%) and
manufacture is average (86.19%). Added value ratio using modified Hayami
method shows each of plantation and manufacture are 21.86% and 37.55%. Risk
evaluation and mitigation using FMEA-HOR method, from 31 risk events and 20
risk agents identified in operational risk, converged 8 risk agents’ priorities to be
treated by proactive actions and then prioritize it by cost-effectiveness. In order to
reduce the aggregate impacts of supply chain, ANP method with BOCR (benefit,
opportunity, cost, and risk) analysis was used in selecting sustainability
improvement strategies to increase performance of palm oil supply chain, the
weighting results show that production plan’s improvement is the highest.
Dalam rantai pasok kelapa sawit, produktivitas dan ekspor kelapa sawit
Indonesia cenderung meningkat seiring dengan tingginya permintaan global dan
peningkatan budidaya kelapa sawit secara signifikan. Hal ini berimbas negatif pada
isu keberlanjutan (aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan) serta terkait langsung
dengan dampak yang muncul dalam rantai pasok. Oleh sebab itu, perlu
dilakukannya analisis terhadap kinerja dan berbagai risiko yang timbul dalam rantai
pasok produksi minyak kelapa sawit sehingga dapat meminimalisir adanya dampak
negatif yang mungkin terjadi. Secara khusus, penelitian ini dilakukan di PT X untuk
mengidentifikasi dan menganalisis mekanisme rantai pasok kelapa sawit, mengukur
dan menganalisis kinerja dan nilai tambah rantai pasok kelapa sawit, menganalisis
risiko atau gangguan yang berpeluang timbul pada kegiatan rantai pasok kelapa
sawit, menghitung dan menganalisis nilai indeks prioritas risiko terhadap penyebab
risiko-risiko pada kegiatan rantai pasok kelapa sawit, dan mengetahui perbaikan
potensial terhadap kinerja rantai pasok kelapa sawit.
Penilaian kinerja rantai pasok dilakukan dengan metode SCOR-AHP
menunjukkan tingkat kinerja bagian perkebunan dalam kondisi baik (91.24%) dan
bagian pengolahan sedang (86.19%), diketahui bahwa tingkat kinerja perusahaan
belum mencapai titik maksimum, hal ini mengindikasikan adanya profit lost pada
setiap atribut kinerja yang dijalankan secara kurang optimal dan dikategorikan
dalam hilangnya kesempatan (lost opportunity). Rasio nilai tambah dengan metode
Hayami termodifikasi menunjukkan hasil pada perkebunan dan pengolahan adalah
21.86% dan 37.55%. rendahnya rasio tersebut diakibatkan oleh rendahnya
produktivitas lahan karena adanya permasalahan iklim dan keadaan tanah, kondisi
lahan curam, dan curah hujan yang cukup tinggi. Evaluasi dan mitigasi risiko dengan
metode FMEA-HOR, dari 31 kejadian risiko dan 20 sumber risiko, dipilih 8
prioritas sumber risiko yang diberikan aksi penanganan dan diurutkan berdasarkan
efektivitas biaya. Hasil prioritas aksi penangangan risiko, diperoleh bahwa
pelatihan pekerja mengenai maintenance, melakukan preventive dan predictive
maintenance secara rutin, dan penyiapan unit alat dan mesin stand by sebagai
pengganti merupakan aksi mitigasi yang harus dilakukan.
Untuk mengurangi dampak secara keseluruhan, dilakukan pemilihan strategi
peningkatan kinerja rantai pasok kelapa sawit secara berkelanjutan menggunakan
metode ANP dengan analisis BOCR (benefit, opportunity, cost, and risk), terpilih
lima alternatif peningkatan kinerja rantai pasok secara berkelanjutan, antara lain
kontinuitas pasokan bahan baku, peningkatan kerjasama dengan stakeholder
terkait, perbaikan perancangan produksi, pemilihan teknologi untuk perbaikan
proses produksi, serta penjagaan dan pelestarian keanekaragaman hayati. Hasil
pemilihan alternatif strategi peningkatan kinerja berdasarkan hasil pembobotan
pakar menunjukkan bahwa dua prioritas alternatif strategi peningkatan kinerja yang
terpilih berturut-turut adalah perbaikan perancangan produksi dengan bobot 4.853
dan pemilihan teknologi untuk perbaikan proses produksi dengan bobot 4.518.
SAFRIYANA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan izin,
pertolongan, dan segala karunia-Nya, karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Ungkapan cinta, kasih sayang, dan terima kasih tidak akan pernah cukup untuk
dikatakan, kepada kedua orang tua penulis, yang tanpa henti mendoakan dan
merestui seluruh langkah yang diambil penulis hingga sampai pada titik ini, semoga
Abu dan Mama selalu berada dalam lindungan Allah SWT dan semoga Allah
memberi kesempatan pada penulis untuk membalas sedikit dari jasa Abu dan Mama
yang tak akan bisa terhitung besarnya. Tidak luput juga, untuk Kakak dan Abang,
serta seluruh keluarga besar yang turut mendoakan dan menyemangati penulis, anak
manja ini akhirnya sarjana!
Secara khusus, terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Marimin Msc
selaku dosen pembimbing yang memberikan arahan dan bimbingan, serta secara
tidak langsung telah memberikan ilmu kehidupan kepada penulis. Di samping itu,
ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh pihak yang berperan
membantu penulis dalam menjalankan penelitian hingga karya ilmiah ini
terselesaikan, baik melalui diskusi, ilmu, dukungan, maupun hal-hal lain yang
memberikan kontribusi dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis menyadari
bahwa banyak pihak yang telah memberi warna dalam perjalanan hidup penulis,
baik yang tetap tinggal ataupun hanya datang selintas, terima kasih tidak dapat
dihaturkan secara khusus, karena tak akan cukup lembaran kertas untuk
menyebutkan semua nama, rasa syukur dan bangga penulis ungkapkan karena telah
diberi kesempatan mengenal setiap individu yang luar biasa.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat berguna bagi kebutuhan
pembelajaran dan memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang manajemen rantai pasok.
Safriyana
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
DAFTAR ISTILAH vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
METODE 4
Kerangka Pemikiran 4
Tata Laksana Penelitian 6
Prosedur Analisis dan Pengolahan Data 8
Perancangan Perangkat Lunak Pendukung Analisis 13
HASIL DAN PEMBAHASAN 14
Konfigurasi Rantai Pasok Kelapa Sawit 14
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok 17
Analisis Nilai Tambah 23
Analisis Risiko Rantai Pasok (House of Risk 1) 25
Analisis Penangangan Risiko (House of Risk 2) 31
Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasok Kelapa Sawit 34
Rancangan Perangkat Lunak Pendukung Analisis 40
Implikasi Manajerial 45
Keterbatasan Penelitian 46
SIMPULAN DAN SARAN 46
Simpulan 46
Saran 47
DAFTAR PUSTAKA 47
LAMPIRAN 50
RIWAYAT HIDUP 58
DAFTAR TABEL
1 Jumlah produksi dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia 1
2 Metode yang digunakan dalam setiap tahapan penelitian 8
3 Perhitungan nilai tambah metode Hayami yang dimodifikasi 9
4 SNI 01-2901-2006 Minyak kelapa sawit 18
5 SNI 01-0002-1987 Inti kelapa sawit 18
6 Skala penilaian pada perbandingan berpasangan 19
7 Matrik kinerja dari atribut kinerja rantai pasok 21
8 Klasifikasi nilai standar kerja 22
9 Nilai kinerja rantai pasok di PT X 22
10 Perhitungan niali tambah 24
11 Tingkat kepearahan terjadinya kejadian risiko 25
12 Dampak potensial dari risk event 26
13 Frekuensi kemungkinan terjadinya sumber risiko 28
14 Prioritas nilai ARP untuk sumber risiko (risk agent) 30
15 Klasifikasi sumber risiko 31
16 Peringkat aksi mitigasi 34
17 Bobot kriteria dan subkriteria dalam struktur ANP 39
18 Prioritas pemilihan alternatif berdasarkan kriteria BOCR 40
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian 5
2 Hubungan keterkaitan dalam House of Risk 1 11
3 Hubungan keterkaitan dalam House of Risk 2 12
4 Konfigurasi sistem 14
5 Pola aliran rantai pasok kelapa sawit 15
6 Hirarki hasil pembobotan matrik kinerja rantai pasok kelapa sawit 20
7 Diagram Pareto dari ETD untuk penanganan risiko 34
8 Struktur ANP pemilihan alternatif peningkatan kinerja rantai pasok 35
9 Struktur ANP dalam elemen benefit 37
10 Struktur ANP dalam elemen opportunity 37
11 Struktur ANP dalam elemen cost 38
12 Struktur ANP dalam elemen risk 38
13 Beranda Palm Oil-SCDM 41
14 Tampilan pengukuran kinerja rantai pasok 42
15 Tampilan informasi hasil nilai tambah tahun 2016 42
16 Tampilan prioritas risiko terpilih 43
17 Tampilan hasil identifikasi aksi penanganan risiko 44
18 Tampilan alternatif terpilih strategi peningkatan kinerja 44
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan matrik kinerja rantai pasok kelapa sawit 50
2 Kemungkinan terjadinya risiko (risk event) 50
3 Hubungan keterkaitan antara risk event dan risk agent 51
4 Pemodelan House of Risk 1 52
5 Pemodelan House of Risk 2 53
6 Struktur ANP pemilihan alternatif peningkatan kinerja rantai pasok 53
7 Data Flow Diagram (DFD) 54
8 Instalasi sistem Palm Oil-SCDM 55
DAFTAR ISTILAH
AHP : Analytical Hierarchy Process adalah metode analisis untuk
pengambilan keputusan yang disederhanakan dalam hirarki
kerangka berpikir yang terstruktur dan terorganisir
ANP : Analytical Network Process adalah metode analisis untuk
pengambilan keputusan dengan mempresentasikan tingkat
kepentingan dan hubungan saling ketergantungan elemen dalam
cluster yang tidak terstruktur
ARP : Aggregate Risk Potentials adalah nilai hasil analisis risiko dari
metode HOR 1 (House of Risk 1)
CPO : Crude Palm Oil adalah minyak hasil olahan kelapa sawit berwarna
kemerahan dan digunakan sebagai bahan baku untuk produk turunan
yang bernilai tambah lebih tinggi, seperti industri pangan, non-
pangan, dan bahan bakar alternatif
Difficulty : Derajat kesulitan berdasarkan sumber daya dan efisiensi biaya dalam
masing-masing tindakan mitigasi risiko dalam HOR 2
DFD : Data Flow Diagram adalah penampakan secara grafik suatu aliran
data untuk menampilkan proses dalam suatu sistem
Effluent : Limbah cair buangan yang mengandung biological oxygen demand
(BOD) tinggi dan polutan lainnya, dihasilkan dari proses pengolahan
tandan buah segar menjadi minyak sawit kasar
ETD : Effectiveness to difficulty ratio adalah hasil perhitungan total
efektivitas pelaksanaan mitigasi risiko dengan memperhitungkan
derajat kesulitan
FMEA : Failure Mode and Effect Analysis adalah pendekatan yang digunakan
untuk identifikasi risiko dalam rantai pasok
HAM : Hak Asasi Manusia adalah prinsip-prinsip moral atau norma-norma
yang menggambarkan standar tertentu dari perilaku manusia yang
dilindungi secara teratur sebagai hak-hak hukum
HOR : House of Risk adalah pendekatan analisis dan evaluasi risiko untuk
memprioritaskan risiko terpilih untuk kemudian diambil tindakan
penanganan yang paling efektif dalam rangka mengurangi potensi
risiko dari sumber risiko
Implikasi : Pembahasan kesimpulan atau hasil akhir penelitian berdasarkan
pengambilan keputusan secara keseluruhan dengan pendekatan
manajerial, yang bersifat prosedural (analisis, perencanaan, dan tata
cara) maupun substantif (perencanaan maupun perumusan tindakan)
Kernel : Inti kelapa sawit dihasilkan sebagai produk samping dari pemisahan
daging buah selama proses pengolahan minyak sawit kasar
Maintenance : Tindakan pemeliharaan yang dilakukan
Mitigasi : Suatu aksi atau tindakan pencegahan maupun penanganan untuk
risiko potensial terpilih
Occurence : Kemungkinan atau frekuensi terjadinya suatu sumber risiko
Preventive : Upaya yang dilakukan sebagai tindakan pencegahan terhadap
kerusakan yang mungkin timbul
Predicitive : Upaya yang dilakukan sebagai tindakan prediksi untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya perubahan atau kelainan fisik atau fungsi
PHP : Hypertext Preprocessor adalah bahasa script yang dapat digunakan
untuk pemrograman situs web dinamis dan dapat terhubung dengan
database serta kegunaan lainnya
Severity : Tingkat efek keseriusan munculnya suatu kejadian risiko
SCOR : Supply Chain Operations Reference adalah suatu model referensi
proses untuk mengukur kinerja/performa rantai pasok berdasarkan
pada proses bisnis dalam rantai pasok
SNI : Standar Nasional Indonesia adalah satu-satunya standar yang berlaku
secara nasional di Indonesia untuk berbagai komoditas dan produk
TBS : Tandan buah segar adalah buah kelapa sawit yang digunakan sebagai
bahan baku dalam pengolahan minyak sawit kasar
TE : Total Effectiveness adalah nilai hasil perhitungan total efektivitas
masing-masing tindakan mitigasi risiko dalam HOR 2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produksi minyak sawit dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia, secara
total menghasilkan sekitar 85-90% dari total produksi minyak sawit dunia. Saat ini,
Indonesia menjadi produsen dan eksportir minyak sawit yang terbesar di dunia
dengan pertumbuhan pesat tampak dalam jumlah produksi dan ekspor dari
Indonesia serta pertumbuhan luas area perkebunan sawit. Pada saat permintaan
global kuat, bisnis minyak sawit di Indonesia menguntungkan karena menghasilkan
margin laba yang besar, sementara komoditi ini mudah diproduksi dan biaya
produksi relatif rendah sehingga menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi.
Didorong oleh permintaan global yang terus meningkat dan keuntungan yang juga
naik, budidaya kelapa sawit telah ditingkatkan secara signifikan baik oleh petani
kecil maupun para pengusaha besar di Indonesia (dengan imbas negatif pada
lingkungan hidup dan penurunan jumlah produksi hasil-hasil pertanian lain karena
banyak petani beralih ke budidaya kelapa sawit) (VSII 2016). Peningkatan
produktivitas dan jumlah ekspor minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah produksi dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Produksi
19.2 19.4 21.8 23.5 26.5 30.0 31.5 32.5 32.0
(juta ton)
Eskpor
15.1 17.1 17.1 17.6 18.2 22.4 22.4 26.4 27.0
(juta ton)
Ekspor
15.6 10.0 16.4 20.2 21.6 20.6 21.1 18.6 18.6
(US$)
Sumber: Indonesian Palm Oil Producers Association (Gapki) 2016
Namun, seiring dengan peningkatan produktivitas dan ekspor tersebut timbul
isu keberlanjutan yang meliputi aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan
untuk menjamin keberlangsungan operasional agroindustri kelapa sawit. Hal ini
perlu diperhatikan karena terkait langsung dengan dampak dan risiko potensial
rantai pasok akibat perubahan ekonomi dan sosial dari berbagai pihak di dalam
rantai pasokan. Seperti di dalam perusahaan, dampak yang ditimbulkan dapat
menyebabkan kerugian atau berkurangnya keuntungan perusahaan serta lebih lanjut
dapat menimbulkan pemberhentian karyawan sebagai dampak sosialnya. Oleh
sebab itu, perlu dilakukannya analisis terhadap berbagai risiko yang timbul dalam
rantai pasok produksi minyak kelapa sawit sehingga dapat meminimalisir adanya
dampak negatif yang mungkin terjadi. Pengukuran rantai pasok dilakukan melalui
analisis terhadap proses bisnis perusahaan meliputi analisis kinerja dan nilai tambah
rantai pasok yang berperan dalam menciptakan kondisi perbaikan dan pengurangan
risiko (Laudon dan Laudon 2007). Berdasarkan hasil analisis kinerja dan nilai
tambah, maka dapat dilakukan identifikasi risiko yang mengakibatkan rantai pasok
kurang optimal serta menentukan arah perbaikan rantai pasok kelapa sawit yang
terintegrasi hulu hingga ke hilir secara kontinu, efektif, dan efisien (Marimin dan
Maghfiroh 2010). Berkaitan dengan adanya faktor risiko yang terjadi dalam
manajemen rantai pasok baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun faktor
2
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
pasca panen kelapa sawit yang dilakukan di perkebunan hingga proses bisnis
pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan Kernel.
2. Analisis proses bisnis agroindustri kelapa sawit, meliputi:
a. Analisis mekanisme rantai pasok kelapa sawit
b. Analisis faktor yang berpengaruh pada kinerja rantai pasok (Supply Chain
Operations Reference-Analytical Hierarchy Process)
c. Analisis nilai tambah komponen penyusun rantai pasok kelapa sawit
(konsep nilai tambah Hayami).
d. Identifikasi risiko operasional rantai pasok kelapa sawit berdasarkan proses
bisnis (Failure Mode Effect Analysis).
e. Analisis risiko untuk proses evaluasi dan mitigasi risiko operasional rantai
pasok kelapa sawit (House of Risk).
f. Analisis strategi peningkatan kinerja secara berkelanjutan (Analytical
Networking Process).
g. Perancangan perangkat lunak pendukung analisis berbasis web sistem.
METODE
Kerangka Pemikiran
Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem yang ditandai dengan
pengkajian faktor-faktor berpengaruh dalam sistem dan adanya rancangan model
sebagai solusi dalam mencapai tujuan (Eriyatno dan Fajar dalam Wijiono 2016).
Pada penelitian ini, terdapat beberapa tahapan dalam pendekatan sistem, antara lain
identifikasi sistem rantai pasok, analisis kinerja anggota rantai pasok pada setiap
matrik kinerja dan pembobotan dari masing-masing matrik kinerja dengan
pengkombinasian beberapa pendapat pakar dilakukan dengan pendekatan SCOR-
AHP, pengukuran nilai tambah pada aktivitas masing-masing anggota rantai pasok
dengan menggunakan metode Hayami, identifikasi risiko rantai pasok dengan
pendekatan FMEA secara terintegrasi dengan pemodelan HOR untuk analisis dan
evaluasi risiko serta mitigasi risiko potensial dalam rantai pasok pada setiap proses
bisnis, serta perumusan strategi dan pembobotan prioritas peningkatan kinerja
rantai pasok kelapa sawit secara berkelanjutan dengan menggunakan metode ANP.
Sebagai tahapan akhir dalam penelitian, dilakukan perancangan perangkat lunak
(software) pendukung analisis untuk mempermudah proses pengukuran kinerja
rantai pasok agroindustri kelapa sawit.
Pengumpulan Data
Penelitian ini memerlukan data primer dan data sekunder sebagai pemenuhan
tujuan penelitian. Data primer dan data sekunder yang diperlukan diantaranya:
1. Sumber dan informasi konfigurasi rantai pasok yang meliputi struktur dan aliran
rantai pasok, produk dan proses bisnis rantai pasok.
2. Sumber data untuk perhitungan kinerja rantai pasok yang meliputi matrik
kinerja dari atribut reliabilitas, responsivitas, agilitas, dan biaya.
3. Data pembobotan matrik pengukuran kinerja rantai pasok dengan
mengoorganisir pendapat pakar melalui hasil kuesioner.
4. Sumber data terkait nilai tambah berdasarkan perhitungan Hayami (Tabel 3).
5. Data faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu kegagalan/risiko rantai pasok
dan data pembobotan oleh pakar berdasarkan faktor peluang terjadinya risiko
dan keparahan dampak yang ditimbulkan dari risiko yang telah teridentifikasi.
6. Data solusi dan atau aksi pencegahan sebagai aksi mitigasi terhadap risiko dan
data pembobotan oleh pakar berdasar tingkat kemungkinan pelaksanaannya.
7. Data persepsi pakar untuk pembobotan perbandingan berpasangan dalam
perumusan strategi peningkatan kinerja rantai pasok secara berkelanjutan.
Data-data yang diperlukan dikumpulkan melalui beberapa cara, yaitu:
1. Studi pustaka, diperlukan untuk mempelajari konsep manajemen rantai pasok
produksi minyak kelapa sawit di PT X, konsep identifikasi dan penilaian risiko
rantai pasok, serta langkah mitigasi risiko.
2. Observasi lapang, yaitu melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan manajemen dan aktivitas rantai pasok, serta risiko yang terjadi
pada rantai pasok kelapa sawit.
3. Wawancara, diperlukan untuk memperoleh informasi yang akurat serta untuk
mengklarifikasi konfigurasi rantai pasok maupun permasalahan yang
ditemukan di lapangan baik kepada praktisi ataupun akademisi.
7
4. Opini pakar, merupakan data yang diperoleh langsung dari pakar (akademisi
dan praktisi) berdasarkan pada keahlian di bidangnya untuk mensintesis kondisi
terkait baik berdasarkan pada keahlian di bidang formal maupun praktis. Untuk
masing-masing kuesioner, digunakan sebanyak 5 pakar, antara lain:
o Dr Ir Syarif Hidayat MEngSc MM, Dosen Departemen Teknik Industri,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al-Azhar Indonesia, sebagai
pakar akademisi dalam bidang sistem dan rantai pasok untuk menentukan
pembobotan matrik kinerja rantai pasok kelapa sawit, penilaian risiko rantai
pasok kelapa sawit, serta membantu validasi untuk perhitungan nilai tambah
kelapa sawit metode Hayami termodifikasi.
o Dr Rika Ampuh Hadiguna ST MT, Dosen Departemen Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Andalas, sebagai pakar akademisi dalam
bidang rantai pasok agroindustri untuk menentukan pembobotan matrik
kinerja rantai pasok kelapa sawit, penilaian risiko rantai pasok kelapa sawit,
dan pembobotan perumusan strategi peningkatan kinerja rantai pasok kelapa
sawit secara berkelanjutan.
o Prof Dr-Ing Ir Suprihatin , Dosen Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, sebagai pakar
akademisi dalam pembobotan perumusan strategi peningkatan kinerja rantai
pasok kelapa sawit secara berkelanjutan.
o Asep Zaenal Muttaqin SP, Asisten Kepala Tanaman PT X, sebagai pakar
praktisi dalam agroindustri kelapa sawit untuk menentukan pembobotan
matrik kinerja rantai pasok kelapa sawit, penilaian risiko rantai pasok kelapa
sawit, dan pembobotan perumusan strategi peningkatan kinerja rantai pasok
secara berkelanjutan.
o Tedi Darmansyah SE, Asisten Administrasi PT X, sebagai pakar praktisi
dalam agroindustri kelapa sawit untuk menentukan pembobotan matrik
kinerja rantai pasok kelapa sawit, penilaian risiko rantai pasok kelapa sawit,
dan pembobotan perumusan strategi peningkatan kinerja rantai pasok secara
berkelanjutan, serta membantu dalam penilaian matrik pengukuran kinerja
rantai pasok kelapa sawit.
o Alfi Andrianto ST, Masinis Kepala Pabrik PT X, sebagai pakar praktisi
dalam agroindustri kelapa sawit untuk menentukan pembobotan kinerja
rantai pasok kelapa sawit dan penilaian risiko rantai pasok kelapa sawit.
o Galih Yudiana S.Si, Kepala Laboratorium PT X, sebagai pakar praktisi
dalam agroindustri kelapa sawit untuk menentukan penilaian terhadap aksi
mitigasi rantai pasok kelapa sawit dan pembobotan perumusan strategi
peningkatan kinerja rantai pasok secara berkelanjutan.
Analisis Risiko
Tahap analisis risiko dilakukan berdasarkan parameter umum dalam Failure
Mode and Effect Analysis, yaitu menentukan nilai severity (keparahan) yang
ditimbulkan oleh risk event, occurrence (frekuensi) dari risk agent, dan correlation
(korelasi) antara risk event dan risk agent. Nilai severity menggunakan skala 1–10
(tidak ada efek kegagalan-pasti terjadi efek kegagalan), nilai occurence
menggunakan skala 1-10 (hampir tidak pernah terjadi-sering terjadi), dan
correlation (hubungan antara kejadian risiko dengan sumber risiko, Rij) dengan
skala 0 (tidak ada korelasi), nilai 1, 3, 9 (korelasi rendah, sedang, dan tinggi).
Hubungan korelasi dinyatakan sebagai Rij 𝜖 {0,1}, untuk Rij = 1 maka terdapat
korelasi antara risiko i dengan agen risiko j dan Rij = 0 bila tidak terdapat korelasi antara
risiko i dan agen risiko j. Pembobotan komponen risiko dilakukan untuk memberikan
nilai terhadap komponen risiko, rumus untuk kombinasi pakar (Franen et al. 2013):
𝑆𝑖 = median [Si1, Si2, ..., Sik] ∀ i
Oj = median [Oj1, Oj2, ..., Ojk] ∀ j
Si = Tingkat dampak suatu risiko (severity level of risk)
Oj = Tingkat kemunculan/frekuensi risiko (occurence level of risk)
i, j = 1, 2, ...., n
k = Penilaian orang ke- k
Pujawan dan Geraldine (2009) menyatakan bahwa dapat dirumuskan jika Oj
adalah kemungkinan dari kejadian sumber risiko j, Si adalah keparahan dari
pengaruh kejadian risiko ke i, dan Rij adalah korelasi antara kejadian risiko i dengan
sumber risiko j, maka ARPj (Aggregate Risk Potentials of risk agent j):
𝐴𝑅𝑃𝑗=𝑂j ∑𝑛𝑖=1 Si x Rij
Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko bertujuan untuk menentukan ranking ARPj, menentukan
prioritas risiko berdasarkan nilai ARPj dari terbesar hingga terkecil, menentukan
potentials impact dari risk event, dan membuat korelasi antar risk agent untuk
komponen atap HOR 1. Setelah diperoleh nilai ARP (hasil analisis risiko), dibuat
pemeringkatan/ranking dengan menggunakan rumus (Geraldine et al. 2007):
P𝑗 = Oj ∑𝑛𝑖=1 Si x (Rij x wij) ∀ j
Pj = Prioritas risiko (risk priority index)
Oj = Tingkat kemunculan risiko (occurence level of risk) dari sumber risiko
j = 1, 2, …, m ; Rij 𝜖 {0,1}
Si = Tingkat dampak suatu risiko (severity level of risk)
Rij = Hubungan (korelasi) antara risiko i dengan agen risiko j
wij = Bobot korelasi antara risiko i dengan sumber risiko j
Dari hasil nilai ARP, dilakukan penanganan risiko menggunakan prinsip
Pareto (aturan 80:20) sebagai gambaran pengurutan nilai ARP untuk membantu
menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan dan dilakukan
aksi mitigasi terkait (Ulfah 2016). Tahapan HOR 1 dilakukan sebagai berikut:
1. Identifikasi kekurangan dan kejadian risiko yang terjadi pada setiap bisnis
proses, melalui mapping rantai pasok (plan, source, make, deliver dan return).
2. Perkiraan dampak dari beberapa kejadian risiko, beri penilaian skala 1–10 yang
menunjukkan tingkat keparahan yang dinyatakan sebagai Si (severity).
3. Penentuan dampak/potensi yang diakibatkan tiap kejadian risiko (risk event),
dinyatakan sebagai Ci, penentuan dampak ditentukan oleh pakar dibidangnya.
11
Konfigurasi Sistem
Perangkat lunak antarmuka yang dirancang terdiri atas beberapa bagian
utama yaitu sistem pengolahan terpusat, sistem manajemen dialog, sistem
manajemen basis pengetahuan yang terkait dengan representasi basis model sistem,
serta sistem manajemen basis model yang memberikan fasilitas komputasi
matematik pendukung pengukuran dan peningkatan kinerja rantai pasok kelapa
sawit, perhitungan nilai tambah rantai pasok kelapa sawit, pemodelan perhitungan
nilai risiko kelapa sawit dan aksi perbaikan dari risiko, serta pemilihan alternatif
untuk perbaikan dalam upaya peningkatan kinerja rantai pasok kelapa sawit secara
berkelanjutan, sehingga terintegrasi menjadi sebuah sistem penunjang keputusan.
Konfigurasi sistem perancangan perangkat lunak disajikan pada Gambar 4.
Implementasi Sistem
Model yang dirancang pada konfigurasi sistem diimplementasikan dalam
sebuah perangkat lunak yang menggunakan bahasa PHP dengan bantuan HTML5
dan Javascript melalui basis web programming. Pemodelan aliran data pada sistem
dan aplikasi digambarkan dalam Data Flow Diagram (DFD) level 0 dan level 1
melalui aplikasi Sybase Power Designer 16.5 yang berfungsi untuk
menggambarkan sistem manajemen dalam struktur yang lebih sederhana. Perangkat
lunak ini dibangun atas enam subsistem utama yaitu subsistem informasi rantai
pasok kelapa sawit, subsistem penilaian kinerja rantai pasok kelapa sawit,
susbsistem perhitungan nilai tambah, dan subsistem analisis risiko rantai pasok
14
kelapa sawit, subsistem aksi mitigasi rantai pasok kelapa sawit, dan subsistem
strategi peningkatan kinerja secara berkelanjutan dalam rantai pasok kelapa sawit.
Pengguna
2007). Proses bisnis dalam rantai pasok, selain adanya aliran produk dan aliran
informasi, terdapat juga aliran yang ditinjau melalui proses dorong-tarik (push-pull
strategy), berdasarkan pada kegiatan operasional pada rantai pasok untuk aliran
yang berkesinambungan tepat sesuai dengan kebutuhan konsumen. Proses push
dilakukan dengan melakukan produksi secara terus menerus dan melakukan
penyimpanan, sehingga ketika ada permintaan dari konsumen, perubahan
permintaan dapat dipenuhi secara cepat. Proses pull didasarkan pada adanya
pesanan dari konsumen. Dengan menggunakan pendekatan push-pull strategy,
dapat menunda perubahan secara mendadak dari produk dan proses yang berjalan,
sehingga seminimal mungkin menyebabkan perubahan dalam proses bisnis
(Chandra dan Grabis 2007). Secara umum, aliran rantai pasok kelapa sawit dapat
dilihat pada Gambar 5.
samping lainnya berupa cangkang sawit dan effluent yang juga dikirimkan kepada
konsumen.
Proses bisnis dalam rantai pasok kelapa sawit dari tingkat supplier ke tingkat
pengolahan merupakan suatu siklus dorong, karena dalam hal ini tandan buah segar
diproduksi secara terus menerus, sedangkan, proses yang terjadi antara PT X
dengan konsumen baik dari dalam negeri maupun luar negeri, merupakan silkus
dorong-tarik, dikarenakan dari pihak PT X melakukan proses produksi secara
simultan dan proses jual beli yang terjadi berdasarkan strategi pelelangan dan
perjanjian kontraktual dengan konsumen. Siklus yang terjadi dari perusahaan
pengolahan ke pedagang merupakan siklus tarik, karena adanya permintaan
berkala, sedangkan dari pedagang ke konsumen akhir terjadi siklus dorong, hal ini
karena adanya berbagai produk sejenis di pasaran.
produksi kernel (inti kelapa sawit), mutu aktual hasil produksi diketahui bahwa
kadar minyak sebesar 46.45%, kadar asam lemak bebas sebesar 1.32%, kadar air
6.4%, dan kadar kotoran sebesar 16.9%. Dari hasil mutu produksi, diketahui bahwa
ketidaksesuaian dengan SNI 01-0002-1987 terlihat pada kadar kotoran yang sangat
tinggi, hal ini diakibatkan pembersihan serat yang tidak maksimal.
Tabel 4 SNI 01-2901-2006 Minyak kelapa sawit
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan Mutu
1. Warna - Jingga kemerahan
2. Kadar air dan kotoran % fraksi massa 0.5 maks
3. Asam lemak bebas % fraksi massa 4.5 maks
4. Bilangan yodium g yodium/100 g 50-55
Tabel 5 SNI 01-0002-1987 Inti kelapa sawit
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan Mutu
1. Kadar Minyak (b/b) kering % Min 46
2. Kadar asam lemak bebas (b/b) % Maks 3
3. Kadar air (b/b) % Maks 8.0
4. Kadar kotoran (b/b) % Maks 6
2. Pasar
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2015 tentang Rencana
Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPI) tahun 2015-2035, industri
pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu prioritas untuk dikembangkan dan
memiliki nilai tambah yang lebih tinggi untuk pemanfataan produk olahan turunan
dari kelapa sawit sebagai bahan baku industri, baik di industri pangan maupun non
pangan (Kemenperin 2014). Hal ini juga didukung oleh prospek pangsa pasar
minyak sawit yang terus meningkat diikuti tingginya permintaan dunia terhadap
minyak sawit yang mengalami peningkatan setiap tahunnya, menyebabkan peluang
tingkat persaingan di pasar produksi pengolahan kelapa sawit Indonesia semakin
terbuka. Seiring dengan meningkatnya penduduk, menyebabkan konsumsi minyak
nabati dunia juga terus meningkat dan didominasi oleh minyak sawit sebesar
39.85 % dari total konsumsi, dengan rata-rata pertumbuhan konsumsi 3.15% per
tahun pada 2015-2030 dan diproyeksikan semakin meningkat pada 2030-2050, hal
ini menunjukkan bahwa pola konsumsi pasar dunia cenderung semakin tinggi pada
minyak sawit. Pasar CPO di pasar global juga cenderung meningkat, dari 53.19 juta
ton (2016) menjadi 59.5 ton (2020), dengan negara tujuan ekspor antara lain India,
China, Uni Eropa, dan USA (PASPI 2017).
sumber daya), source (proses pengadaan barang maupun jasa dalam memenuhi
permintaan), make (proses penambahan nilai tambah pada suatu komoditas atau
barang sehingga terjadi transformasi bahan baku menjadi produk yang diinginkan),
deliver (proses pemenuhan permintaan oleh pelanggan terhadap barang atau jasa),
dan return (proses pengembalian atau penerimaan produk kembali dari pelanggan).
Setelah itu, dilakukan pengukuran kinerja rantai pasok pada matrik-matrik
kinerja berdasarkan data aktual dari indikator kinerja yang dibandingkan dengan
target tertinggi perusahaan guna meningkatkan nilai objektif performa perusahaan,
proses ini merupakan proses benchmarking performa rantai pasok perusahaan, dari
hasil data aktual matrik kinerja yang dikalikan persentase pencapaian perusahaan.
akurat. Nilai maksimal dari inkonsistensi rasio sebesar 0.1, jika nilai inkonsistensi
lebih besar maka perlu dilakukan perbaikan dalam penilaian. Proses pembobotan
matrik dilakukan melalui sintesis opini para pakar dengan bantuan software Expert
Choice, hasil pembobotan matrik kinerja rantai pasok dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Hirarki hasil pembobotan matrik kinerja rantai pasok kelapa sawit
Hasil pembobotan menunjukkan bahwa proses bisnis perencanaan (bobot
0.47) merupakan proses paling penting bila dibandingkan dengan proses lainnya,
karena perencanaan merupakan bagian utama dalam berjalannya proses bisnis guna
memenuhi ketersinambungan secara keseluruhan baik dari segi sumber daya fisik,
teknologi, permodalan, dan sumber daya manusia. Untuk parameter kinerja,
diketahui bahwa terdapat tiga faktor penting yang digunakan dalam pengukuran,
antara lain diperoleh bahwa nilai tambah memiliki bobot sebesar 0.225, kualitas
memiliki bobot 0.508, dan risiko memiliki bobot sebesar 0.266. Dari hasil
pembobotan tersebut diketahui bahwa menurut pakar, parameter kinerja kualitas
merupakan parameter yang paling penting bila dibandingkan dengan dua faktor
lainnya. Hasil penilaian pakar tersebut menunjukkan bahwa kualitas menjadi sangat
perlu diperhatikan karena berkaitan dengan mutu produk akhir yang akan
didistribusikan kepada konsumen dan tolak ukur tingkat kepercayaan konsumen.
Selanjutnya, pembobotan matrik pengukuran kinerja rantai pasok
agroindustri kelapa sawit dilakukan terhadap atribut kinerja dan matriks kinerja
yang juga digunakan dalam pengukuran kinerja rantai pasok metode SCOR (Supply
Chain Operations Refference). Hasil pembobotan atribut kinerja menunjukkan
bahwa reliabilitas menghasilkan bobot tertinggi, sebesar 0.465, mengindikasikan
bahwa tingkat kepercayaan konsumen terhadap perusahaan dalam mengelola
manajemen rantai pasok melalui pemenuhan permintaan konsumen dan kondisi
21
lepas dari tandan, proses kempa tidak berlangsung maksimum, dan berbagai
penyebab lainnya. Namun demikian, tingkat keuntungan yang diperoleh bagian
pengolahan kelapa sawit memiliki nilai yang cukup tinggi dipengaruhi tingginya
harga jual CPO dan kernel.
Rantai pasok kelapa sawit berdasarkan tingkat performa rantai pasok dan
hasil analisis nilai tambah pada bagian perkebunan dan pengolahan, diketahui
bahwa rantai pasok kelapa sawit belum mencapai nilai maksimum sehingga perlu
dilakukan evaluasi guna meningkatkan tingkat performa rantai pasokan. Tidak
tercapainya tingkat performa maksimal dari rantai pasok dapat dianggap sebagai
kerugian yang diakibatkan oleh masalah-masalah dalam rantai pasok yang
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung dalam rantai pasok kelapa
sawit, hal inilah yang didefenisikan sebagai risiko rantai pasok. Septiani et al.
(2016b) juga menyebutkan bahwa risiko yang muncul dalam rantai pasok saling
berhubungan dan berpengaruh terhadap kinerja rantai pasok. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan pengendalian risiko rantai pasok agar terhindar dari akibat berkelanjutan
yang terjadi pada setiap titik dalam jaringan pasokan dengan melakukan analisis
risiko rantai pasok (Marimin dan Maghfiroh 2013).
risiko lainnya, hubungan sedang (*) jika suatu sumber risiko akan memberikan
cukup berpengaruh dengan sumber risiko lainnya, hubungan lemah (θ) jika sumber
risiko akan memberikan hubungan lemah dengan sumber risiko lainnya, dan tidak
ada hubungan (0) antar sumber risiko. Dari 20 risk agent yang teridentifikasi,
hubungan/keterkaitan antar risk agent seperti berikut:
1. Kesalahan perhitungan rancangan produksi (A1) berhubungan lemah dengan
penumpukan bahan baku dan atau produk yang terlalu lama (A12), namun
berhubungan kuat dengan bahan baku tidak mencukupi kapasitas produksi (A3)
dan kerusakan mesin produksi (A9).
2. Bahan baku tidak mencukupi kapasitas produksi (A3) berhubungan lemah
dengan kurangnya koordinasi dalam proses pengiriman (A17) dan terbatasnya
sarana transportasi (A20); serta berhubungan sedang dengan pemasok tidak
memenuhi kontrak (A6).
3. Gangguan teknis/stagnasi pengolahan (A7) berhubungan kuat dengan bahan
baku tidak mencukupi kapasitas produksi (A3), tenaga kerja tidak kompeten
(A4), dan kerusakan mesin produksi (A9).
4. Kesalahan pemilihan pemasok bahan baku (A5) berhubungan sedang dengan
penurunan kualitas produk selama dalam perjalanan (A16); serta berhubungan
kuat dengan pemasok tidak memenuhi kontrak (A6).
5. Kurangnya maintenance pada mesin produksi (A10) berhubungan kuat dengan
gangguan teknis/stagnasi pengolahan (A7) dan kerusakan mesin produksi (A9).
6. Kelalaian tenaga kerja (A11) berhubungan sedang dengan penumpukan bahan
baku dan atau produk yang terlalu lama (A12); serta berhubungan kuat dengan
gangguan teknis/stagnasi pengolahan (A7), kerusakan mesin produksi (A9), dan
kurangnya maintenance pada mesin-mesin produksi (A10).
7. Kerusakan bahan baku selama transportasi (A13) berhubungan kuat dengan
kerusakan mesin produksi (A9), kurangnya maintenance pada mesin produksi
(A10), penumpukan bahan baku dan atau produk yang terlalu lama (A12).
8. Faktor efisiensi proses (A14) berhubungan lemah dengan bahan baku tidak
mencukupi kapasitas produksi (A3), pemasok tidak memenuhi kontrak (A6),
gangguan teknis/stagnasi pengolahan (A7), kerusakan mesin produksi (A9),
kurangnya maintenance pada mesin produksi (A10), kelalaian tenaga kerja
(A11), dan penumpukan bahan baku dan produk yang terlalu lama (A12); serta
berhubungan sedang dengan kerusakan bahan baku selama transportasi (A13).
9. Faktor keterandalan peralatan mesin proses (A15) berhubungan lemah dengan
tenaga kerja tidak kompeten (A4); serta berhubungan sedang dengan gangguan
teknis/stagnasi pengolahan (A7), kurangnya maintenance pada mesin-mesin
produksi (A10), kelalaian tenaga kerja (A11), penumpukan bahan baku dan atau
produk yang terlalu lama (A12), dan faktor efisiensi proses (A14).
10. Kondisi lingkungan (A19) berhubungan lemah dengan kesalahan perhitungan
rancangan produksi (A1), bahan baku tidak mencukupi kapasitas produksi (A3),
pemasok tidak memenuhi kontrak (A6), gangguan teknis/stagnasi pengolahan
(A7), target produksi relatif tinggi (A8), dan penurunan kualitas produk selama
dalam perjalanan (A16).
evaluasi risiko terkait dengan kondisi aktual dan aktivitas dalam rantai pasok
(Septiani et al. 2016a). Penentuan bobot dari setiap risiko yang terjadi berdasarkan
penilaian pakar yang berpengalaman, menghasilkan nilai Aggregate Risk Potentials
(ARP) yang akan digunakan untuk menentukan prioritas risiko yang perlu untuk
dilakukan penanganan, hasil perhitungan ARP ditunjukkan pada Tabel 14.
Tabel 14 Prioritas nilai ARP untuk sumber risiko (risk agent)
Rank Code Risk Agent Nilai ARP
1 A9 Kerusakan mesin produksi 1680
2 A7 Gangguan teknis/stagnasi pengolahan 1224
3 A12 Penumpukan bahan baku dan atau produk yang terlalu lama 400
4 A13 Kerusakan bahan baku selama transportasi 368
5 A8 Target produksi relatif tinggi 360
6 A10 Kurangnya maintenance pada mesin-mesin produksi 350
7 A15 Faktor keterandalan peralatan mesin proses 243
8 A1 Kesalahan perhitungan rancangan produksi 227
9 A14 Faktor efisiensi proses 210
10 A11 Kelalaian tenaga kerja 156
11 A3 Bahan baku tidak mencukupi kapasitas produksi 150
12 A4 Tenaga kerja tidak kompeten 104
13 A5 Kesalahan pemilihan pemasok bahan baku 85
14 A19 Kondisi lingkungan 67
15 A20 Terbatasnya sarana transportasi 54
16 A2 Permintaan mendadak dari konsumen 48
17 A18 Faktor jarak dan komunikasi antara produsen dan konsumen 44
18 A6 Pemasok tidak memenuhi kontrak 35
19 A17 Kurangnya koordinasi dalam proses pengiriman 34.5
20 A16 Penurunan kualitas produk selama dalam perjalanan 30
Berdasarkan hasil perhitungan prioritas nilai ARP, diketahui bahwa urutan
nilai ARP untuk 20 sumber risiko teridentifikasi, menunjukkan nilai ARP tertinggi
adalah kerusakan mesin produksi (A9) dengan nilai ARP 1680 dan sumber risiko
terendah adalah penurunan kualitas produk selama dalam perjalanan (A16) dengan
nilai ARP sebesar 30. Dari keseluruhan hasil nilai ARP, dilakukan analisis diagram
pareto prioritas sumber risiko untuk diberikan aksi mitigasi. Dari klasifikasi sumber
risiko, terpilih 8 sumber risiko (risk agent) yang diprioritaskan untuk mendapatkan
aksi mitigasi. Berturut-turut, sumber risiko yang terpilih, antara lain kerusakan
mesin produksi (ARP=1680), gangguan teknis/stagnasi pengolahan (ARP=1224),
penumpukan bahan baku/produk yang terlalu lama (ARP=400), kerusakan bahan
baku selama transportasi (ARP=368), target produksi relatif tinggi (ARP=360),
kurangnya maintenance pada mesin produksi (ARP=350), faktor keterandalan
peralatan dan mesin proses (ARP=243), dan kesalahan perhitungan rancangan
produksi (ARP=227). Dari hasil nilai ARP, diklasifikasikan prioritas agen risiko
dari keseluruhan risiko yang akan diberikan aksi penanganan sebagai upaya untuk
meminimalisir terjadinya risiko menggunakan diagram Pareto 80:20. Klasifikasi
dibagi menjadi 3, yaitu klasifikasi A (agen risiko tingkat tinggi, 50% dari
keseluruhan agen risiko), klasifikasi B (agen risiko tingkat sedang, 30% dari
31
keseluruhan agen risiko), dan klasifikasi C (agen risiko tingkat rendah), 20% dari
keseluruhan agen risiko) (Ulfah 2016). Hasil klasifikasi, menunjukkan bahwa
56.29% sumber risiko masuk ke dalam klasifikasi A, 26.37% sumber risiko dalam
klasifikasi B, dan 17.34% dalam klasifikasi C dapat dilihat pada Tabel 15. Secara
lengkap, pemodelan House of Risk 1 dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 15 Klasifikasi sumber risiko
Total Cum % Total
Rank Risk Agent Nilai ARP Klasifikasi ABC
ARP Cum ARP
1 A9 1680 1680 28.62
2 A7 1224 2904 49.48 A (risiko tinggi)
3 A12 400 3304 56.29
4 A13 368 3672 62.56
5 A8 360 4032 68.69
6 A10 350 4382 74.66 B (risiko sedang)
7 A15 243 4625 78.8
8 A1 227 4852 82.66
9 A14 210 5062 86.24
10 A11 156 5218 88.9
11 A3 150 5368 91.46
12 A4 104 5472 93.23
13 A5 85 5557 94.68
14 A19 67 5624 95.82
C (risiko rendah)
15 A20 54 5678 96.74
16 A2 48 5726 97.56
17 A18 44 5770 98.3
18 A6 35 5805 98.9
19 A17 34.5 5839.5 99.49
20 A16 30 5869.5 100
jika aksi mitigasi akan memberikan hubungan lemah dengan aksi mitigasi lainnya,
dan tidak ada hubungan (0) antar aksi mitigasi. Dari 8 aksi mitigasi yang
teridentifikasi, hubungan/keterkaitan antar aksi mitigasi seperti berikut:
1. Penyiapan unit alat dan mesin stand by sebagai pengganti kerusakan (PA2)
berhubungan kuat dengan melakukan preventive dan predictive maintenance
secara rutin (PA1).
2. Koordinasi manajemen dan bagian terkait yang bersangkutan (PA3)
berhubungan sedang dengan melakukan preventive dan predictive maintenance
secara rutin (PA1); serta berhubungan kuat dengan penyiapan unit alat dan mesin
stand by sebagai pengganti kerusakan (PA2).
3. Perbaikan rancangan produksi berdasarkan pada kesesuaian kondisi lapangan
(PA4) berhubungan lemah dengan melakukan preventive dan predictive
maintenance secara rutin (PA1), penyiapan unit alat dan mesin stand by sebagai
pengganti kerusakan (PA2), dan koordinasi manajemen dan bagian terkait yang
bersangkutan (PA3).
4. Peningkatan kerjasama dan koordinasi dengan stakeholder terkait bahan baku
(PA5) berhubungan lemah dengan melakukan preventive dan predictive
maintenance secara rutin (PA1), penyiapan unit alat dan mesin stand by sebagai
pengganti kerusakan (PA2), koordinasi manajemen dan bagian terkait yang
bersangkutan (PA3), dan perbaikan rancangan produksi berdasarkan pada
kesesuaian kondisi lapangan (PA4).
5. Koordinasi dengan pihak transportir (penerimaan dan pengiriman) (PA6)
berhubungan lemah dengan peningkatan kerjasama dan koordinasi dengan
stakeholder terkait bahan baku (PA5); serta berhubungan sedang dengan
melakukan preventive dan predictive maintenance secara rutin (PA1) dan
koordinasi manajemen dan bagian terkait yang bersangkutan (PA3).
6. Optimalisasi proses produksi sesuai ketentuan dan instruksi kerja (PA7)
berhubungan lemah dengan melakukan preventive dan predictive maintenance
secara rutin (PA1), koordinasi manajemen dan bagian terkait yang bersangkutan
(PA3), dan koordinasi dengan pihak transportir (penerimaan dan pengiriman)
(PA6); berhubungan sedang dengan perbaikan rancangan produksi berdasarkan
pada kesesuaian kondisi lapangan (PA4) dan peningkatan kerjasama dan
koordinasi dengan stakeholder terkait bahan baku (PA5); serta berhubungan
kuat dengan penyiapan unit alat dan mesin stand by pengganti kerusakan (PA2).
7. Pelatihan pekerja mengenai maintenance (PA8) berhubungan lemah dengan
koordinasi manajemen dan bagian terkait yang bersangkutan (PA3), perbaikan
rancangan produksi berdasarkan pada kesesuaian kondisi lapangan (PA4),
peningkatan kerjasama dan koordinasi dengan stakeholder terkait bahan baku
(PA5), dan koordinasi dengan pihak transportir (penerimaan dan pengiriman)
(PA6); berhubungan sedang dengan penyiapan unit alat dan mesin stand by
sebagai pengganti kerusakan (PA2) dan optimalisasi proses produksi sesuai
ketentuan dan instruksi kerja (PA7); serta berhubungan kuat dengan melakukan
preventive dan predictive maintenance secara rutin (PA1).
kesesuaian keluaran data, tanpa melihat kode sumber (Sommerville 2011). Proses
validasi dilakukan dengan membandingkan kemampuan sistem dalam
mengakodomasi kebutuhan pengguna. Program Palm Oil-SCDM yang terdiri atas
subsistem, dijalankan dengan halaman utama berupa Beranda dan tersedia beberapa
pilihan subsistem yang dapat diakses oleh pengguna antara lain subsistem informasi
rantai pasok, subsistem pengukuran kinerja rantai pasok, subsistem nilai tambah,
subsistem analisis dan evaluasi risiko, subsistem mitigasi risiko, serta subsistem
perumusan pemilihan strategi kinerja rantai pasok. Program Palm Oil-SCDM dapat
digunakan dengan kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak, dan cara instalasi
paket program seperti dijelaskan pada Lampiran 8.
keseluruhan data telah selesai diisi, tampilan untuk perhitungan kinerja rantai pasok
untuk bagian perkebunan dan pengolahan dapat dilihat seperti pada Gambar 14.
Implikasi Manajerial
Evaluasi kinerja rantai pasok kelapa sawit pada PT X dapat dilakukan melalui
laporan manajemen harian/bulanan untuk menjalankan fungsi controlling guna
menjaga efisiensi perusahaan dan menjalankan fungsi evaluasi proses bisnis secara
keseluruhan dalam rantai pasok. Pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan secara
terintegrasi pada setiap dimensi rantai pasok berdasarkan target optimal kinerja
perusahaan sehingga dapat juga diketahui faktor-faktor risiko yang muncul dan
dapat dirumuskan strategi alternatif perbaikan potensial untuk rantai pasok kelapa
sawit. Peningkatan kinerja rantai pasok dapat dihasilkan setelah dilakukannya
alternatif perbaikan terhadap perusahaan dan berdampak positif terhadap kemajuan
dan daya saing perusahaan ke depannya, dengan pengimplementasian perumusan
strategi sesuai kondisi perusahaan dan kepentingan bobot faktor berdasarkan
pendapat pakar yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan terhadap rantai pasok kelapa sawit pada PT X, untuk perhitungan matrik
kinerja dan nilai tambah, diketahui bahwa matrik pemenuhan kapasitas produksi
dan biaya produksi memiliki nilai yang rendah dan berkaitan dengan tingkat
produktivitas baik di bagian perkebunan maupun pengolahan, juga teridentifikasi
prioritas risiko potensial berupa kerusakan pada mesin produksi, permasalahan
transportasi, hingga kelalaian tenaga kerja, sehingga hal-hal tersebut menjadi titik
fokus untuk peningkatkan kinerja dari sisi manajerial.
Peluang perbaikan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil analisis tersebut,
antara lain dengan peningkatan pasokan bahan baku untuk meningkatkan nilai
pemenuhan kapasitas produksi yang juga berimplikasi pada biaya produksi,
perbaikan dilakukan dengan peningkatan produktivitas perkebunan sehingga dapat
meningkatkan hasil panen serta dapat pula dilakukan dengan menjalin kerja sama
dengan pihak ketiga sebagai pemasok bahan baku untuk memenuhi kebutuhan
produksi. Selain itu, perlu dilakukan penerapan strategi pemanenan dan penjagaan
buah setelah dipanen, pengangkutan/sistem transportasi, dan perlakuan terhadap
tandan buah segar sebelum diolah guna menjaga mutu bahan baku tetap baik yang
berimplikasi pada kualitas produk CPO yang dihasilkan berdasarkan rendemen
akhirnya. Peluang perbaikan lainnya yang dapat dilakukan adalah peningkatan
sarana infrastruktur dengan monitoring dan maintenance secara rutin, sehingga
dapat dihindari kerusakan alat dan mesin produksi. Perbaikan juga perlu dilakukan
terhadap kualitas sumber daya manusia, dengan pelatihan untuk peningkatan
ketrampilan pekerja, penerapan standar waktu kerja yang lebih pendek untuk
menghindari kefatikan pada pekerja, pengawasan terhadap kinerja karyawan, dan
peningkatan kesadaran akan bahaya pekerjaan dengan penerapan pemakaian alat
pelindung diri dan standar operasional kerja. Selain itu, peningkatan kinerja rantai
pasok secara keberlanjutan dapat dilakukan dengan pengimplementasian
perumusan alternatif, hasil penilaian pakar menunjukkan alternatif perbaikan
rancangan produksi, yang dapat dilakukan melalui perbaikan pada rancangan
kapasitas produksi, alat dan mesin, biaya, serta pekerja sehingga memberikan
peluang untuk perbaikan kinerja dan peningkatan keuntungan dalam rantai pasok.
Terkait resolusi sawit Eropa yang berjudul Palm Oil and Deforestation of the
Rainforests yang menuding bahwa sawit menciptakan masalah deforestasi, korupsi,
pekerja di bawah umur, hingga pelanggaran HAM (MI 2017), hasil penelitian
terhadap aspek lingkungan pada peningkatan kinerja diperoleh bahwa terdapat
46
peluang negatif (risiko) potensial terjadinya kebakaran lahan yang berdampak pada
keanekaragaman hayati. Berdasakan hasil alternatif strategi pemilihan teknologi
untuk perbaikan produksi, dapat dilakukan penerapan teknologi untuk pengelolaan
air untuk lahan gambut, penerapan teknologi untuk monitoring dan deteksi api, serta
instalasi unit pengolahan limbah untuk menjadi kompos.
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian evaluasi kinerja dan analisis nilai tambah rantai pasok
kelapa sawit terletak pada subtansi analisis yang terlalu sempit, meliputi aliran
rantai pasok dari TBS dihasilkan hingga CPO didistribusikan, untuk ke depannya
substansi dalam ruang lingkup penelitian perlu ditambahkan mengikuti aliran rantai
pasok hilir untuk pengolahan CPO hingga menjadi produk siap pakai oleh
konsumen akhir. Selain itu, untuk analisis nilai tambah bagian perkebunan,
diasumsikan bahwa produktivitas TBS sama untuk semua input berdasarkan tahun
tanam kelapa sawit. Secara keseluruhan, proses evaluasi kinerja dan nilai tambah,
serta risiko rantai pasok hanya dilakukan untuk satu tahun ke belakang (tahun
2016), sehingga tidak diketahui tingkat perbandingan kinerja perusahaan dari tahun
ke tahun. Untuk identifikasi risiko, hanya dilakukan identifikasi jenis risiko
operasional pada proses bisnis, sehingga jenis risiko potensial lainnya, seperti risiko
kualitas, risiko kebijakan, risiko lingkungan, dan berbagai risiko lainnya tidak
teridentifikasi di dalam penilaian dan penanganan risiko.
Simpulan
Saran
Ruang lingkup penelitian untuk rantai pasok kelapa sawit harus dilakukan
pada substansi analisis yang lebih luas, meliputi aliran rantai pasok hilir dari
produksi CPO hingga konsumen akhir, juga perlu dilakukan penelitian terhadap
jenis risiko potensial lainnya di dalam anggota rantai pasok yang berkaitan dengan
isu berkelanjutan, terutama aspek sosial dan lingkungan. Selain itu, perlu ditinjau
aspek sumber daya manusia, infrastruktur, serta alat dan mesin yang berpengaruh nyata
terhadap proses produksi secara khusus dan rantai pasok secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
[APSF] Apache Friends Support Forum. 2011. Overall hardware requirements for
XAMPP. [internet]. [diakses 2017 Mei 31]. Tersedia pada:
https://community.apachefriends.org/f/viewtopic.php?f=16&t=43949
Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI-01-
2901-2006. Minyak Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Dewan Standarisasi
Indonesia.
. 1987. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI-01-0018-1987. Inti
Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Dewan Standarisasi Indonesia.
Camargo ME, Zanandrea G, Pacheco MTM, Malafia, GC, da Motta MEV. 2013.
Supply chain management operations reference (SCOR): study bibliometric.
International Journal of Operations and Logistics Management. 2(4): 1-13.
Chandra C, Grabis J. 2007. Supply Chain Configuration: Concepts, Solutions, and
Applications. Michigan (USA): Springer.
Chapman P, Christoper M, Jutnerr U, Peck H, Wilding R. 2002. Identifying and
managing supply-chain vulnerability. Journal Institute of Logistics and
Transport. 4: 59-64.
Fibrian DC. 2010. Sistem penunjang keputusan untuk optimalisasi pemanfaatan
limbah pabrik kelapa sawit [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Franen SC, Franen BR, Hawkins N, Susel I. 2013. Median Aggregation of
Distribution Functions. California (US): Published Articles & Papers.
Georgise FB, Thoben KD, dan Seifert M. 2012. Adapting the SCOR model to suit
the different scenarios: a literature review&research agenda. International
Journal of Busniness and management. 7(6): 1-17.
Geraldin LH, Pujawan IN, Dewi DS. 2007. Manajemen risiko dan aksi mitigasi
untuk menciptakan rantai pasok yang robust. Jurnal Teknologi dan Rekayasa
Teknik Sipil “TORSI”. 53-64.
Hadiguna RA. 2012. Model penilaian risiko berbasis kinerja untuk rantai pasok
kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia. Jurnal Teknik Industri. 14 (1): 13-
24.
Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, Siregar M. 1987. Agricultural Marketing and
Processing in Upland Java A Perspective from a Sunda Village. Bogor (ID):
The CPGRT Centre.
48
Pujawan, Geraldin LH. 2009. Supply chain house of risk: a model risk management
for proactive supply chain. Business Process Management Journal. 15(6):
953-67.
Saaty TL. 2005. Theory and Applications of the Analytic Network Process.
Pittsburgh (PA): Ellsworth Avennue.
Saaty TL. 1990. How to make a decision: The analytic hierarchy process. European
Journal of Operational Research. 48(1): 9–26.
Sargent RG. 2015. An introductory tutorial on verification and validation of simulation
models. Proceedings of the 2015 Winter Simulation Conference. New York
(USA): Syracuse University.
[SCC] Supply Chain Council. 2012. Supply Chain Operations Reference Model
Revision 11.0. Dictionary, United States of America.
Septiani W. 2016. Rancang bangun model manajemen risiko rantai pasok
agroindustri susu berbasis pengetahuan. [disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Septiani W, Marimin, Herdiyeni Y, Haditjaroko L. 2016a. Method and approach
mapping for agri-food supply chain risk management: a literature review.
International Journal of Supply Chain Management. 5(2): 51-64.
Septiani W, Marimin, Herdiyeni Y, Haditjaroko L. 2016b. Risk depedency chain
model of dairy agro-industry supply chain using fuzzy logic approach. Supply
Chain Forum: An International Journal. 17(4): 218-230.
Sommerville I. 2011. Software Engineering 9th Edition. California (USA):
Addison-Wesley.
Sugiyanto M. 2004. Rancang bangun sistem penunjang keputusan agroindustri
jambu mete (studi kasus di Kabupaten Wonogiri). [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Ulfah M. 2016. Rancang bangun model manajemen risiko rantai pasok gula rafinasi
[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[VSII] Van der Schaar Indonesia Investments. 2016. Minyak kelapa sawit
[internet]. [diakses 2016 Des 04]. Tersedia pada: http://www.indonesia-
investments.com/id/bisnis/komoditas/minyak-sawit/item166?
Wessiani NA dan Sarwoko SO. 2015. Risk analysis of poultry feed production
using fuzzy FMEA. Science Direct: Procedia Manufacturing. 4: 270-281.
Wijiono RC. 2016. Analisis kinerja, nilai tambah, dan risiko rantai pasok produksi
pintu PT X. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
50
LAMPIRAN
Gambar 1 Tampilan awal instalasi XAMPP Gambar 2 Pemilihan fitur aplikasi XAMPP
2. Pilih lokasi instalasi XAMPP, lalu klik next, selanjutnya klik next beberapa kali
agar instalasi berjalan hingga, setelah instalasi berhasil, klik Finish.
Gambar 3 Pemilihan lokasi instalasi XAMPP Gambar 4 Proses instalasi XAMPP selesai
Gambar 6 Pemilihan lokasi instalasi XAMPP Gambar 7 Proses upload database MySQL
5. Copy foler palm_oil ke direktori c:\xampp\htdocs seperti pada Gambar 8
RIWAYAT HIDUP