Anda di halaman 1dari 9

Brigitta

Konsistensi Penggunaan Metode FMEA (Failure Mode Effects and Analysis) terhadap
Penilaian Risiko Teknologi Informasi
(Studi kasus: Bank XYZ)

Brigitta Devianti Cahyabuana 1) dan Dr. Apol Pribadi 2)


Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
1) )
e-mail: brigitta.cahyabuana@gmail.com , apolpribadi@gmail.com2

Abstrak
Analisis manajemen risiko pada penggunaan teknologi informasi diperlukan suatu metode dalam
melakukan pemrioritasan nilai risiko. Metode yang digunakan dalam melakukan pemrioritasan risiko adalah
Failure Mode Effect and Analysis (FMEA). Penilaian risiko ini digunakan pada studi kasus penggunaan
teknologi informasi pada teller Bank XYZ. Penilaian risiko ini, dilakukan oleh dua tim yang berbeda untuk
membandingkan hasil yang diperoleh serta untuk mengetahui apakah penilaian yang dilakukan memiliki hasil
yang konsisten atau tidak.
Analisis mengenai konsistensi hasil penilaian risiko menggunakan metode FMEA, dilakukan metode
analisis gap dan metode kualitatif untuk mengidentifikasi penyebab dari hasil penilaian risiko yang tidak sama.
Hasil yang didapatkan mengenai penyebab penilaian risiko menggunakan metode FMEA menjadi belum
konsisten adalah metode pemrioritasan yang digunakan, prosedur dalam melakukan penilaian risiko,
pengetahuan narasumber, dan kemampuan fasilitator dalam melakukan penilaian risiko menggunakan metode
FMEA. Hasil penilaian risiko menggunakan metode FMEA yang belum konsisten, menjadi acuan dalam
membuat kerangka FMEA yang disesuaikan dengan kebutuhan Bank XYZ dalam melakukan penilaian risiko.
Penelitian ini diharapkan menunjukkan hasil dari konsistensi penggunaan metode FMEA dan pembuatan
rekomendasi perbaikan penggunaan metode FMEA yang sesuai dengan kondisi perusahaan XYZ.

Kata kunci: manajemen risiko teknologi informasi perbankan, penilaian risiko, pemrioritasan risiko, FMEA, konsistensi
metode FMEA.

1. PENDAHULUAN teknologi informasi yaitu mengenai social business, cloud,


big data and mobile”.

J
aringan bisnis semakin berkembang luas, teknologi Penggunaan teknologi informasi dalam mendukung
informasi semakin berkembang pesat. Perusahaan pelaku proses bisnis perusahaan, harus diimbangi dengan
bisnis memerlukan suatu media yang mampu manajemen risiko pada teknologi informasi yang digunakan.
memberikan kemudahan dalam menjalankan proses bisnis Dengan tujuan untuk meminimalisir kegagalan atau
untuk mencapai keuntungan maksimal. Oleh karena itu di era kerusakaan pada sistem. Sehingga dengan melakukan
globalisasi, penerapan teknologi informasi semakin menjadi analisis risiko pada teknologi informasi yang digunakan
tren dikalangan pelaku bisnis. Salah satunya penerapan dapat menghasilkan daftar risiko sebagai tindak pencegahan
teknologi informasi sebagai otomatisasi proses pengelolaan dari ancaman yang mungkin terjadi.
informasi. Manejemen Risiko adalah proses untuk
Dunia perbankan mengalami peningkatan dalam mengidentifikasi, menganalisiss, mengevaluasi,
melakukan inovasi penggunaan teknologi tiap tahunnya mengendalikan, mengawasi, dan mengkomunikasikan risiko
untuk memenuhi keinginan nasabah dan berlomba-lomba secara logis dan sistematis yang bertujuan untuk
untuk menjadi yang pertama dalam inovasi penggunaan TI meminimalisir kerugian dan memaksimumkan kesempatan
demi memenangkan persaingan pasar. Laporan [1]. Manejemen risiko perlu dilakukan oleh perusahaan
International Data Corporation (IDC) memberikan daftar karena telah banya ahli dan profesional memberikan
tahunan pada bank-bank di kawasan Asia/Pasifik mengenai pernyataan bahwa kegagalan bisa disebabkan oleh
penerapan insiatif untuk menerapakan strategi penggunaan kekacauan dalam informasi risiko karena melakukan
teknologi informasi untuk dapat mengintegrasikan secara penilaian risiko dari perspektif yang berbeda [2].
efektif. Penerapan teknologi informasi ini dibutuhkan Dalam melakukan analisis manajemen risiko
managemen risiko yang memiliki persyaratan kepatuhan. Li- diharapkan dapat menjawab lima pertanyaan [2]:
Mei Chew, Associate Director untuk IDC Financial Insights 1. Apa yang salah?
Asia/Pacifik memberikan komentar, “Terbukti risiko masih 2. Bagaimana bisa salah?
menjadi pertimbangan sangat penting pada tahun 2013, para 3. Apa yang menyebabkan ancaman?
eksekutif TI dipaksa untuk melakukan penilaian risiko baru 4. Apa yang bisa dilakukan dengan itu?
yang ditimbulkan dari implementasi dan penerapan
1
5. Bagaiamana cara penanganannya jika kejadian itu FMEA secara efektif dengan enam sukses faktor pada
terulang kembali? penggunaan FMEA [6].
Manajemen risiko dapat dilakukan menggunakan  Penggunaan FMEA dimulai pada tahun 1940an di
beberapa metode, salah satunya menggunakan metode Failure Amerika Serikat pada bidang manufaktur. Kini,
Mode and Effect Analysis (FMEA). Metode FMEA membantu penggunaan FMEA juga digunakan pada industri
dalam melakukan analisis risiko hingga memberikan penilaian perBankan. Bank membutuhkan pengembangan produk
untuk pemrioritasan risiko. Namun, penerapan metode FMEA yang cepat dengan kualitas terbaik yang dapat
memiliki kelemahan jika diterapkan secara langsung dengan meningkatkan kualitas dari loyalitas pelanggan [7].
kondisi lingkungan perusahaan yang sebenarnya [3]. Berdasarkan penelitian terdahalu terhadap modifikasi
Beberapa kelamahan penerapan metode FMEA : FMEA, penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis
1. Penggunaan kategori pada FMEA berdasarkan kategori konsistensi penilaian risiko menggunakan metode FMEA
“high”, “medium”, dan “low” sulit dilakukan evaluasi dengan cara melakukan analisis gap pada hasil penilaian
secara tepat untuk mendefinisikan risiko dari segi risiko. Hasil akhir dari tugas akhir ini adalah membuat
reliabilitas dan keamanan sistem. rekomendasi perbaikan metode FMEA yang cocok dengan
2. Penilian tiga parameter pada FMEA yaitu, “severity” kondisi perusahaan XYZ. Kondisi perusahaan XYZ
(S), “occurance” (O), dan “detection” (D) diasumsikan menginginkan suatu analisis risiko yang didasarkan pada
memiliki tingkat kepentingan yang sama. Pada kondisi pentingnya memperhatikan faktor tingkah laku untuk
nyata, tingkat kepentingan dari tiga parameter ini tidak meminimalisir risko penggunaan teknologi informasi yang
sama. ada. Sehingga faktor tingkah laku menjadi rekomendasi
3. Prioritasasi risiko menggunakan Risk Priority Number perhitungan risiko dalam melakukan risiko yang sesuai
(RPN) akan memberikan kemungkinan hasil yang dengan kondisi perusahaan XYZ.
berbeda untuk melakukan tindakan perbaikan dan
melakukan pencegahan. 2. TINJAUAN PUSTAKA MODEL
4. Pengerjaan analisis risiko menggunakan FMEA harus
2.1. Risiko
mempertimbangkan keragaman dan kemampuan setiap
Risiko adalah hal yang dapat dihindari pada suatu
anggota tim FMEA.
kegiatan atau aktivitas yang dapat dilakukan manusia dan
Oleh karena itu, pentingnya analisis konsistensi hasil terdapat ketidakpastian serta probability yang memiliki
penilaian risiko menggunakan metode FMEA, agar dapat dampak. Menurut para ahli risiko adalah sebagai berikut :
diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perusahaan.  Risiko adalah variansi dari hasil yang terjadi selama
Penelitian mengenai penerapan konsistensi penggunaan metode periode tertentu dan pada kondisi tertentu (William
FMEA menghasilkan beberapa modifikasi terhadap dan Heins, 1985).
penggunaan analisis risiko metode FMEA. Agung Sutrisno dan  Risiko adalah sebuah potensi suatu variasi yang
Tzong-Ru (Jiun-Shen) Lee melakukan penelitian mengenai memiliki sebuah hasil (William, Smith, Young,
modifikasi FMEA untuk meningkatkan hasil Risk Priority 1995).
Number (RPN) hingga melakukan prioritasi ulang [4]. 2.2. Manajemen Risiko
Beberapa modifikasi FMEA yang dilkukan antara lain: Suatu cara untuk memberikan dalam mengidentifikasi,
 Mark A. Moris melakukan penelitian terhadap mengolah risiko hingga memberikan penilaian risiko secara
menggunaan metode FMEA 4 th edititon dengan efektif untuk mengantisipasi ancaman pada perusahaan disebut
menggunakan referensi tambahan dari AIAG dengan kegiatan manajemen risiko. Sistem pada manajemen
(Automotive Industry Action Group), DFMEA (Design risiko adalah untuk melakukan Proses manajemen risiko
FMEA) dan PFMEA (Process FMEA) untuk dilakukan dengan cara mengidentifikasi, menilai, dan
menghasilkan penggunaan FMEA pada ASQ menentukan risiko, serta bagaiaman rindakan yang perlu
Automotive Division Webinar. Tujuan dari penelitian dilakukan dalam melakukan antisipasi dan melakukan
ini untuk menjelaskan tujuan, keuntungan, dan sasaran pemantauan terhadap risiko yang mungkin terjadi, hal ini
FMEA; memilih tim yang berkompeten untuk disampaikan oleh H.M. Treasury [8].
melakukan analisis risiko menggunakan FMEA,
mengembangkan dan memenuhi FMEA, melakukan 2.3. Metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
tinjauan, kritik, dan perbaruan dari FMEA yang telah FMEA adalah suatu alat yang secara sistematis
ada, mengatur kegiatan tindak lanjut dan verifikasi dari mengidentifikasi akibat atau konsekuensi dari kegagalan sistem
penggunaan FMEA, mengembangkan FMEA yang atau proses, serta mengurangi atau mengeliminasi peluang
sesuai dengan referensi AIAG FMEA [5]. terjadinya kegagalan. Analisis pengaruh dan mode kegagalan
 Pemahaman dan penerapan fundamental FMEA yang risiko (risk FMEA) adalah cara utama untuk melakukan
yang dilakukan oleh Carl S. Carlson dari ReliaSoft penghitungan pada manajemen risiko [9]. FMEA adalah teknik
Corporation dengan tujuan untuk memberikan analisis untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi potensi dari
penjelasan mengenai konsep dan prosedur penggunaan kegagalan, permasalahan, kerusakan pada sistem, desain,
proses, atau layanan [10].

2
berdasarkan FMEA digunakan untuk membandingkan
dan memilih alternatif desain yang dapat mengurangi
biaya siklus hidup keseluruhan pada suatu keadaan
tertentu. Simulasi Monte Carlo digunakan untuk
melakukan analisis sensitivitas pada variabel yang
mempengaruhi biaya siklus hidup [12].
 John B. Bowles dan C Enrique Pelaez (1995)
membuat usulan baru bagaimana cara melakukan
Gambar 2.3.1. Metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
(Sumber: FMEA, 2014)
Failures Mode Effects and Critically Analysis
Tahapan dari penilaian menggunakan FMEA adalah sebagai (FMECA) menggunakan teknik baru berdasarkan
berikut: logika fuzzy untuk menilai tingkat risiko kegagalan
1. Identifikasi sistem dan elemen sistem dankegagalan [13].
dan efeknya.  Teng, SH dkk (1996) membuat usulan mengenai isu-
2. Menentukan tingkat keparahan efek dari suatu isu keandalan produk harus disertakan sebelum
kegagalan (severity). selesainya tahap desain dan harus mengkonfirmasi
3. Menentukan frekuensi kemungkinan risiko terjadi desain yang memiliki persyaratan terpenuhi. Cara
(occurence). untuk menerapkan FMEA ialah dengan membuat
4. Menentukan tingkat Deteksi yang telah dilakukan laporan FMEA untuk kualitas sistem secara
dalam mencegah risiko (Detection). keseluruhan. Akan tetapi, cara ini tidak hanya sulit
5. Menghitung Risk Priority Number (RPN) yang untuk membuat laporan FMEA, tetapi juga
menyatakan tingkat risiko dari suatu kegagalan. Angka penggunaan informasi kualitas sistem secara
RPN berkisar antara 1 – 1000, semakin tinggi angka keseluruhan untuk memperbaiki produk dan
RPN maka semakin tinggi risiko suatu potensi rancangan desain [14].
kegagalan terhadap sistem, desain, proses maupun
2.5. Analisis Konsistensi Metode FMEA
pelayanan. RPN = Severity x Occurrence x Detection.
Analisis risiko menggunakan metode FMEA
6. Memberikan rekomendasi tindakan yang dapat
menghasilkan penilaian pada risiko yang terjadi dari segi
diterapkan untuk mengurangi tingkat risiko kegagalan.
severity, occurency, dan detection dari setiap risiko.
2.3.1. Penentuan Level Risiko Konsistensi dari pemberian nilai pada risiko menggunakan
Metode FMEA memberikan metode perhitungan risiko metode FMEA ini perlu dilakukan eksplorasi untuk
dengan cara membuat nilai prioritasi risiko, Risk Priority menganalisis kemungkinan terjadi perbedaan pada penilaian
Number (RPN) berdasarkan nilai severity, occurrence dan tiap risiko yang sudah pernah dilakukan oleh M.T. Oldehofa.
detection. Berikut ini merupakan penentuan level risiko [15].
berdasarkan nilai RPN : Metode yang dilakukan oleh M.T. Oldehofa dalam
Tabel 2.3.1. Penentuan Level Risiko (Sumber: FMEA) menganilisis konsistensi metode FMEA dengan cara :
Level Risiko Skala Nilai RPN Analisis Risiko
Very low x < 20
Low 20≤ x <80 Pemberian Nilai Risiko (Severity, Occurence, dan
Medium 80≤ x <120 Detection)
High 120≤ x <200
Pemrioritasan Penilaian Risiko yang dilakukan oleh
Very high x>200 Dua Tim Berbeda
Dengan adanya pengkategorian RPN, maka dapat
diketahui risiko yang memiliki nilai RPN tinggi masuk pada Perbandingan Hasil Penilaian Risiko

kategori very high sehingga dapat dijadikan prioritas dalam Gambar 5.1. Analisis Konsistensi Metode FMEA
menentukan tindakan antisipasi, mitigasi dan strategi terhadap (Sumber: M. T. Oldenhofa, 2011)
risiko yang memiliki tingkatan paling tinggi, sehingga
operasional bisnis perusahaan dapat tetap berjalan dengan 2.5.1. Analisis Risiko
Analisis risiko teknologi informasi yang digunakan
optimal meskipun terjadi gangguan atau bencana.
dinilai dari dua sudut pandang yang berbeda dimana dilakukan
2.4. Konsistensi Penggunaan FMEA oleh dua tim yang berbeda dalam melakukan penilaian risiko.
Konsistensi penggunaan FMEA mengakibatkan 2.5.2. Pemberian Nilai Risiko (Severity, Occurence, dan
beberapa versi yang dilakukan modifikasi terhadap model Detection)
FMEA yang sudah pernah dilakukan oleh berbagai peneliti. Pemberian nilai risiko berdasarkan parameter severity,
Beberapa penelitian yang telah berupaya mengembangkan occurence, dan detection dari tiap-tiap risiko.
modifikasi FMEA ini, anatara lain [11]: 2.5.3. Pemrioritasan Penilaian Risko yang Dilakukan oleh
 Rhee dan Ishii (2003) mempresentasikan biaya hidup Dua Tim Berbeda
berdasarkan FMEA untuk melakukan pengukuran Risiko yang telah dinilai menggunakan parameter
risiko pada biaya selama masa hidup. Biaya hidup severity, occurence, dan detection akan dilakukan
3
pemrioritasan risiko yang memiliki urgensi tertinggi. pendapat informan untuk mendapatkan informasi sebagai
Pemrioritasan penilaian risiko menggunakan RPN, sehingga bahan penelitian.
didapatkan hasil risiko yang telah dikategorikan berdasarkan  Data pernyataan memiliki makna, peneliti melakukan
level risiko (very high, high, medum, low, dan very low). pencarian data dari pernyataan bermakna yang didapatkan
Penelitian analisis konsistensi risiko dengan cara dari informasi yang disampaikan informan dengan
membuat dua tim yang berbeda untuk mengidentifikasi risiko melakukan reduksi terhadap data dan informasi yang ada.
yang sama pada satu perusahaan. Kemudian membandingkan  Identifikasi kategori yang muncul, dilakukan
hasil peniliaian yang didapatkan apakah sudah konsisten atau identifikasi pada kategori-kategori yang mucul dari hasil
belum pengumpulan data dan informasi dari informan untuk
2.5.4. Perbandingan Hasil Penilaian Risiko memudahkan dalam melakukan analisis.
Hasil penilaian risiko yang dilakukan dari dua sudut  Deskripsi kategori yang muncul, penjelasan mengenai
pandang yang berbeda pada studi kasus perusahaan yang sama. detail dari kategori-kategori yang muncul untuk
Penelitian dilakukan dengan cara membuat perbandingan memberikan informasi yang detail mengenai
dalam melakukan penilaian risiko pada satu perusahaan yang pengkategorian yang telah dilakukan.
dilakukan oleh dua tim yang berbeda. Kemudian, hasil  Pengelompokan kategori utama, pada tahap ini
penilaian risiko dilakukan perbandingan. Sehingga dilakukan pengelompokan kategori utama berdasarkan
mendapatkan kesimpulan konsistensi penilaian risiko kategori yang telah ditentukan pada penelitian.
menggunakan metode FMEA.  Proposisi minor, pernyataan bermakna dari setiap
2.6. Analisis Kesenjangan kategori utama yang digunakan pada penelitian
Analisis gap adalah suatu cara untuk menentukan berdasarkan informasi yang ada untuk dibuat pernyataan
perbedaan antara pengetahuan saat ini atau praktek yang kesimpulan setiap kategori berdasarkan informasi yang
dilakukan. Analisis Kesenjangan akan memberikan informasi diperoleh pada penelitian.
kesenjangan yang ada pada pengetahuan, keterampilan, atau  Proposisi mayor, pernyataan kesimpulan secara umum
praktek secara langsung [16]. berdasarkan kesimpulan yang diperoleh pada proposisi
Gap analysis diartikan sebagai suatu metode minor untuk dibuat kesimpulan secara umum berdasarkan
pengukuran bisnis yang memudahkan perusahaan untuk proposisi minor yang telah ditemukan pada penelitian.
membandingkan kinerja aktual dengan kinerja potensialnya.
Dengan kata lain, gap analysis merupakan suatu metode 3. METODE PENELITIAN
yang digunakan untuk mengetahui kinerja dari suatu sistem Metodologi penelitian Konsistensi Penilaian Risiko
yang sedang berjalan dengan sistem standar. Dalam kondisi menggunakan Metode FMEA.
umum, kinerja suatu institusi dapat tercermin dalam sistem
operational maupun strategi yang digunakan oleh institusi
tersebut.
2.7. Penelitian Metode Kualitatitf
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
konsistensi penggunaan FMEA ini, menggunakan metode
kualitatf untuk menjelaskan dan memahami masalah-masalah
yang menjadi fokus masalah pada penelitian ini. Menurut
Bodgan dan Taylor yang dikutip oleh Lexi J. Moleong,
pendekatan kualitatif adalah sebuah prosedur dasar penelitian
untuk menghasilkan data deskriptif secara tertulis ataupun
secara lisan dari hasil pengamatan [17].
Data
Statement Identifikasi
Pernyataan
Informan Kategori
Bermakna

Pengelompo
Deskripsi Proposisi
kan Kategori
Kategori Minor
utama

Proposisi
Mayor
Gambar 3.7.1. Metode Konsep Pengerjaan (Sumber: Peneliti, 2014)
Gambar 2.7.1. Penelitian Pendekatan Kualitatif (Sumber: Creswell, 1994)
 Pernyataan informan, peneliti mengumpulkan data dan 3.1. Pengumpulan Data dan Analisis Kondisi Kekinian
informasi terkait pengalaman, pengetahuan, serta Bank XYZ
Tahapan identifikasi permasalah untuk melakukan
proses awal dalam pembuatan tugas akhir dengan tujuan
4
menemukan permasalahan yang ada dalam melakukan konsisten jika digunakan oleh tim yang berbeda dalam
identifikasi risiko penggunaan teknologi informasi yang ada melakukan penilaian risiko.
pada perusahaan XYZ yang disesuaikan dengan kebijakan Verifikasi kerangka FMEA yang Disesuikan
manajemen risiko yang telah diatur oleh perusahaan XYZ didukung dengan melakukan konfirmasi pada perusahaan
dengan cara melakukan studi literatur sebagai bahan referensi Bank XYZ terkait pembuatan kerangka baru ini untuk
dalam melakukan penelitian. melakukan penilian risiko dalam menghasilkan penilaian
Pada tahapan pengumpulan data, dilakukan yang konsisten apakah telah sesuai dengan kebijakan dan
pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data informasi, prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan Bank XYZ
teori konsep dasar, dan kebutuhan data yang diperlukan serta dan ketetapan dari Bank Indonesia.
melakukan wawancara dan observasi. Pada tahapan ini,
dilakukan penelitian untuk mempelajari prosedur, kebijakan, 4. HASIL DAN ANALISIS
dan laporan tahunan perusahaan untuk membantu Hasil analisis pada Konsistensi Penggunaan Metode
menyelesaikan permasalahan yang telah diangkat pada FMEA dalam melakukan penilaian risiko
perumusan masalah.
Tahapan pengolahan data berdasarkan hasil analisis 4.1. Hasil Analasis Risiko dan Pemrioritasan Risiko
risiko berupa daftar aset kritis, melakukan analisis risiko Analisis risiko pada proses bisnis pada teller Bank XYZ
menggunakan metode FMEA. menggunakan metode FMEA dengan memberikan penilaian
berdasarkan severity, occurency, dan detection pada tiap risiko
3.2. Penilaian Risiko Teknologi Informasi pada Bank XYZ untuk menghasilkan RPN.
menggunakan metode FMEA Analisis risiko menggunakan metode FMEA dilakukan
Penilaian risiko teknologi informasi pada penggunaan oleh dua tim berbeda, yaitu tim A dan tim B. Dimana tim A
aset kritis pada teller Bank XYZ dilakukan oleh dua tim yang terdiri dari dua mahasiswa yang baru saja mengambil mata
berbeda dengan melakukan wawancara pada satu narasumber kuliah managemen risiko, dan tim B yang terdiri dari
yang sama. Penilaian risiko dilakukan menggunakan metode mahasiswa dan narasumber yang bertanggung jawab terhadap
FMEA. Langkah pertama yaitu mengidentifikasi aset kritis TI penilaian risiko pada bagian operasional Bank XYZ. Maka
pada teller Bank XYZ hingga melakukan analisis risiko yang hasil analisis risiko menggunakan metode FMEA yang
mungkin terjadi. Hasil analisis risiko dilakukan pemberian nilai dilakukan oleh dua tim, yaitu:
berdasarkan nilai severity, occurency, dan detection pada setiap
a. Hasil Analisis Risiko dan Pemrioritasan Risiko Tim A
risiko. Sehingga, hasil penilaian risiko yang dilakukan untuk
Hasil analisis risiko yang dilakukan oleh Tim A pada
mendapatkan pemrioritasan risiko, RPN.
teller Bank XYZ untuk menghasilkan RPN sebesar 240 untuk
3.3. Analisis Konsistensi Hasil Risiko Metode FMEA kategori Very High dan 168 untuk kategori High.
Hasil penilaian risiko menggunakan metode FMEA
Tabel 1.1. Hasil Analisis Risiko dan Pemrioritasan Risiko oleh Tim A
yang telah dilakukan oleh dua tim yang berbeda. Kemudian (Sumber : Peneliti, 2014)
dilakukan analisis gap dan penelitian menggunakan metode Kate-

RPN
Occ
Det
Sev
kualitatif untuk mengetahui penyebab terjadinya hasil penilaian Kode Risiko Penyebab
gori
risiko yang tidak konsisten. Kesalahan dalam
R2.2 Kerusakan server 8 6 5 240 VH
konfigurasi
3.4. Perancangan Kerangka FMEA yang Disesuaikan Software tidak dapat
Perancangan kerangka FMEA yang Disesuaikan dibuat Kegagalan sistem
R3.6 mendeteksi aplikasi 6 7 4 168 H
operasi
berdasarkan hasil sintesis penelitian terdahulu dalam tidak berlisensi
melakukan modifikasi pada penerapan kerangka FMEA.
b. Hasil Analisis Risiko dan Pemrioritasan Risiko Tim B
Perancangan kerangka FMEA yang Disesuaikan ini juga
Hasil analisis risiko yang dilakukan oleh Tim B pada
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menggunakan
teller Bank XYZ dimana tim B, RPN tertinggi yang dihasilkan
analisis gap dan metode kualitatif yang sesuai dengan kondisi
pada kategori Very High sebesar 567 dan untuk kategori High
Bank XYZ dalam melakukan manajemen risiko untuk
sebesar 180.
menghasilkan penilaian risiko yang konsisten menggunakan
kerangka FMEA yang Disesuaikan. Tabel 1.2. Hasil Analisis Risiko dan Pemrioritasan Risiko oleh Tim B
(Sumber : Peneliti, 2014)
3.5. Validasi dan Verifikasi Kerangka FMEA yang Kate-
RPN
Occ
Det
Sev

Kode Risiko Penyebab


Disesuaikan gori
Validasi kerangka FMEA yang Disesuaikan Kegagalan Sistem mati dan
R1.6 9 7 9 567 VH
berdasarkan hasil yang telah dilakukan dengan melakukan sistem transaksi tidak dapat diakses
Kebocoran pada
penelitian menggunakan analisis gap dan penelitian R1.7 Kerusakan server 8 8 7 448 VH
ruang server
kualitatif pada penggunaan teknologi informasi pada teller Kerusakan pada Kesalahan dalam
1
Bank XYZ. Apakah hasil yang diperoleh dari penilitian R2.12 intrenet, internet, melakukan 6 7 420 VH
0
analisis gap dan kualitatif telah sesuai dengan rancangan hub dan router konfigurasi
Kerangka FMEA yang Disesuaikan dalam melakukan Kesalahan dalam
Kegagalan
R1.4 melakukan input 9 7 6 378 VH
penilaian risiko untuk menghasilkan peniliana risiko yang sistem transaksi
transaksi

5
Tabel 2.1. Hasil Analisis Kesenjangan

Kate-
Analisis Kesenjangan

RPN
Occ
Det
Sev
Kode Risiko Penyebab Kategori Kondisi Tim A Kondisi Tim B Usulan
gori
Prosedur Belum Menggunakan Penggunaan
Software tidak dapat menggunakan prosedur, prosedur
Kerusakan
R3.2 melakukan update 9 6 7 378 VH prosedur dalam Menggunakan untuk menilai
kapersky
otomatis memberikan nilai. referensi dari risiko
Kerusakan . dokumen audit menggunakan
R2.10 Kerugian financial 9 8 5 360 VH
komputer untuk metode
Kerusakan Kebocoran pada 1 memberikan FMEA.
R2.9 8 4 320 VH
komputer ruangan komputer 0 penilaian.
Telat melakukan Metode Skala yang Skala yang Skala
Kegagalan Pemriorita digunakan untuk digunakan penilaian pada
R3.7 perpangjangan 9 3 9 243 VH
sistem operasi san memberikan nilai untuk setiap kategori
lisensi
Kerusakan pada setiap memberikan pada severity,
R3.12 aplikasi sistem Bencana alam 9 3 9 243 VH kategori severity, nilai pada setiap occurence,
(F@st,Host,SVS) occurence, dan kategori dan detection
Kesalahan dalam detection severity, harus
R2.2 Kerusakan server melakukan 8 4 7 224 VH
menggunakan occurence, dan diseragamkan
konfigurasi
skala 1-10. detection untuk
menggunakan menghasilkan
Software tidak dapat
Kegagalan skala 1-10. pemrioritasan
R3.6 mendeteksi aplikasi 9 4 5 180 H
sistem operasi risiko yang
tidak berlisensi
sama.
Server tidak dapat
R2.5 Kerusakan server 8 3 7 168 H Pengetahu Narasumber Narasumber Narasumber
diguanakan
an belum mengetahui telah memahami sebagai pihak
Kerusakan pada Narasum bagaimana penggunaan yang
Maintenance yang
R2.13 intranet, internet, 4 7 6 168 H ber penggunaan metode FMEA. berwenang
tidak rutin
hub dan router metode FMEA. dalam
Sharing password melakukan
Pembobolan
R1.1 yang dilakukan oleh 9 3 6 162 H penilaian
informasi
karyawan risiko harus
Tidak adanya mengusai
Kerusakan dokumen pendukung tools yang
R3.3 9 3 6 162 H
kapersky terkait penanganan digunakan.
kerusakan software Kemampu Fasilitator Fasilitator Fasilitator
Tidak adanya an melakukan memberikan dapat
Kegagalan prosedur Fasilitator penilaian risiko panduan pada memberikan
R3.4 9 3 6 162 H
sistem operasi penginstalan sistem berdasarkan hasil narasumber panduan yang
operasi wawancara. untuk tepat dalam
Pembobolan Sistem disadap oleh melakukan melakukan
R1.2 9 4 4 144 H
informasi penyadap penilaian risiko. penilaian
Terjadinya risiko
kerusakan pada menggunakan
Kerusakan komponen yang ada FMEA.
R2.11 4 5 7 140 H
komputer pada komputer:
monitor rusak, 4.3. Metode Penelitian Kualitatif
keyboard rusak,dll Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis
Kerusakan pada
1 konsistensi penggunaan FMEA dalam melakukan penilaian
R2.15 intranet, internet, Bencana alam 3 4 120
0
H
risiko berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
hub dan router
Kerusakan Software masih dalam melakukan penilaian risiko menggunakan teknologi
R3.10 aplikasi sistem terdapat celah 9 2 7 126 H informasi pada teller Bank XYZ. Hasil penilian risiko terkait
(F@st,Host,SVS) keamanan penggunaan teknologi informasi didapatkan hasil tingkat
keparahan, frekuensi kejadian, dan cara deteksi yang dilakukan
4.2. Analisis Kesenjangan terhadap menangani risiko tersebut. Dan dibutuhkan biaya
Analisis kesenjangan bertujuan untuk mengetahui untuk mempersiapkan penanganan pada risiko yang mungkin
kesenjangan dari penilaian risiko yang dilakukan oleh dua tim terjadi untuk melakukan pencegahan dan merencanakan cara
yang berbeda, yaitu tim A dan tim B dalam melakukan mitigasi terhadap ancaman yang terjadi. Sehingga, dalam
penilaian risiko menggunakan metode FMEA. Sehingga, hasil melakukan penilian risiko harus dipastikan kekonsistenan dari
penilaian yang telah dilakukan kemudian dilakukan analisis risiko tertinggi yang mungkin terjadi pada penggunaan
gap untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perbedaan teknologi informasi pada teller Bank XYZ. Berikut kutipan
hasil dari pemrioritasan risiko pada RPN yang dihasilkan dari hasil wawancara dengan Manager Operasional Bank XYZ
berdasarkan kondisi tim A dan tim B ketika melakukan “MO”:
penilaian. Sehingga dari penggunaan metode Analisis “Perusahaan kami dalam melakukan penilaian risiko, ada beberapa
Kesenjangan, didapatkan usulan yang dapat dijadikan referensi hal yang harus dipersiapkan, seperti menyiapkan dokumen panduan
dan prosedur. Agar proses penilaian risiko sesuai dengan kebijakan
untuk membuat rekomendasi konsistensi kerangka FMEA.
yang telah ditetapkan oleh perusahaab dan Bank Indonesia dalam
melakukan penilaian risiko.” Wcr.inf01.MO.stat01
6
“Dalam sistem yang kami gunakan untuk melakukan pemrioritasan 4.4.1.2. Prosedur Penilaian Berpengaruh pada Konsistensi
risiko dilakukan secara otomatis oleh sistem, karena sistem telah Penggunaan Metode FMEA dalam Melakukan
diatur dengan ketentuan dan batasan-batasan yang telah disepakati Pemrioritasan Risiko
oleh perusahaan. Karena jika metode yang digunakan berbeda-beda
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan,
dapat mempengaruhi pemrioritasan risiko tertinggi. Jadi, dengan
maka didapatkan hasil bahwa penggunaan prosedur dalam
adanya kesepakata metode yang sama, walaupun penilian risiko
dilakukan oleh tim yang berbeda tidak akan menjadi masalah besar.” melakukan penilaian risiko untuk menghasilkan pemrioritasan
Wcr.inf01.MO.stat02 risiko menggunakan metode FMEA, memberikan pengaruh
“Penilaian risiko dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten pada hasil konsistensi penggunaan FMEA dalam melakukan
dibidangnya dan memiliki tugas atau wewenang dalam melakukan pemrioritasan risiko. Hal ini juga disampaikan oleh Robillard
penilaian risiko yang telah mendapatkan pelatihan.” Wcr.inf01. mengenai adanya panduan untuk membimbing penggunaan
MO.stat03 pendekatan yang digunakan oleh perusahaan secara sistematis
“Jika adanya metode baru dalam melakukan penilaian risiko, dalam melakukan manajemen risiko [21].
seorang fasilitator harus memiliki pengetahuan dan kemampuan “Perusahaan kami dalam melakukan penilaian risiko, ada beberapa
yang baik dalam menjelaskan metode yang digunakan dalam hal yang harus dipersiapkan, seperti menyiapkan dokumen panduan
melakukan penilian risiko. Sehingga tidak ada kesalahpahaman dan prosedur. Agar proses penilaian risiko sesuai dengan kebijakan
dalam menerima informasi yang disampaikan oleh faslilitator pada yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan sesuai dengan kebijakan
pihak kami, jika ingin melakukan penelitian di perusahaan.” Bank Indonesia dalam melakukan manajemen risiko.”
Wcr.inf01.MO.stat04 Wcr.inf01.MO.stat01
Proposisi yang Ditemukan Hasil wawancara pada narasumber menyatakan bahwa
Hasil penelitian yang dihasilkan menggunakan metode dalam melakukan penilian risiko untuk menghasilkan
kualitatif yang dilakukan dengan wawancara menghasilkan konsistensi pemrioritasan risiko menggunakan metode FMEA.
pemaparan dengan proposisi minor dan proposi mayor Cara yang dilakukan dengan membuat suatu prosedur sebagai
penelitian : panduan dalam melakukan penilaian risiko, sehingga dengan
4.4.1. Proposisi Minor adanya prosedur dalam melakukan penilaian risiko.
Proposisi minor dilakukan analisis dari hasil Narasumber dalam melakukan pemberian nilai risiko tidak
wawancara dan observasi yang telah dilakukan, sehingga dilakukan secara subjektif, tetapi berdarkan hasil evaluasi dan
ditemukan proposisi minor berdasarkan keterkaitan masing- audit yang telah dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan
masing domain penelitian: pemberian nilai risiko pada aset kritis perusahaan. Sehingga
penilaian risiko menjadi lebih valid dibandingkan jika tidak
4.4.1.1. Metode Pemrioritasan Berpengaruh pada
menggunakan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Konsistensi Penggunaan Metode FMEA dalam
Melakukan Pemrioritasan Risiko 4.4.1.3. Pengetahuan Narasumber Berpengaruh pada
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, Konsistensi Penggunaan Metode FMEA dalam
maka didapatkan hasil bahwa Metode pemrioritasan yang Melakukan Pemrioritasan Risiko
digunakan dalam melakukan pemrioritasan risiko berpengaruh Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan,
pada hasil konsistensi penggunaan FMEA dalam melakukan maka didapatkan hasil bahwa pengetahuan narasumber dalam
pemrioritasan risiko. Prosedur pada penggunaan metode dalam melakukan penilaian risiko untuk menghasilkan pemrioritasan
melakukan penilaian risiko memiliki batasan yang diambil risiko menggunakan metode FMEA, memberikan pengaruh
untuk membuat kesepakatan dalam melakukan analisis, pada hasil konsistensi penggunaan FMEA dalam melakukan
membuat rekomendasi perbaikan, pelaksanaan perbaikan, dll pemrioritasan risiko. Pengetahuan narasumber terhadap analisis
dalam melakukan penilaian risiko menggunakan metode penialaian risiko menggunakan metode FMEA juga
FMEA [20]. berpengaruh pada performa tim FMEA dalam melakukan
“Metode pemrioritasan risiko berpengaruh pada hasil penilaian penilaian, apakah telah melakukan penilaian pada narasumber
risiko. Tidak hanya metode saja yang dapat mempengaruhi yang benar dan bertanggung jawab atas aset kritis yang
konsistensi dalam melakukan penilaian risiko, tetapi adanya batasan dilakukan analisis risiko [22].
atau tidak yang digunakan dalam melakukan risiko. Sehingga, dalam “Penilaian risiko dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten
melakukan penilaian risiko walaupun dilakukan oleh tim yang dibidangnya dan memiliki tugas atau wewenang dalam melakukan
berbeda, metode yang digunakan harus sama.” penilaian risiko yang telah mendapatkan pelatihan. ”
Wcr.inf01.MO.stat02 Wcr.inf01.MO.stat03
Hasil wawancara pada narasumber menyatakan bahwa Hasil wawancara pada narasumber menyatakan bahwa
dalam melakukan penilian risiko untuk menghasilkan dalam melakukan penilian risiko untuk menghasilkan
konsistensi pemrioritasan risiko menggunakan metode FMEA. konsistensi pemrioritasan risiko menggunakan metode FMEA.
Cara yang dilakukan dengan membuat suatu metode yang sama Pengetahuan narasumber memberikan pengaruh dalam
dalam menentukan skala penilaian risiko dalam melakukan melakukan penilaian risiko, sehingga dalam melakukan
pembobotan penilaian. Dan ketika memberikan batasan jumlah penilaian risiko, dapat dipastikan juga apakah narasumber telah
risiko tertinggi yang ditolerir oleh perusahaan dalam hasil paham bagaimana menentukan penilaian risiko pada nilai
tingkat urgensi risiko pada level very high risk dan high risk. severity, occurence, dan detection pada tiap risiko. Sehingga
penilaian risiko yang dihasilkan dapat sesuai dengan ketentuan
yang telah dijelaskan pada metode FMEA dalam melakukan
7
penilaian risiko. Dan mengurangi tingkat ketidakkonsistensian komunikasi yang baik dan berpengalaman dalam membantu
penilaian risiko jika dilakukan oleh dua tim berbeda. menyampaikan analisis penilaian risiko menggunakan metode
FMEA. Hal ini mendukung pernyataan dari M.T. Oldenhofa
4.4.1.4. Kemampuan Fasilitator FMEA Berpengaruh pada
(2011) mengenai konsistensi antara hasil FMEA dapat
Konsistensi Penggunaan Metode FMEA dalam
ditingkatkan dengan mengembangkan keterampilan sejumlah
Melakukan Pemrioritasan Risiko
kecil fasilitator berpengalaman yang dapat membantu para
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan,
analis untuk menggunakan FMEA lebih efektif dan konsisten
maka didapatkan hasil bahwa kemampuan fasilitator FMEA
dengan membantu dalam definisi mode kegagalan dan
dalam memberikan informasi mengenai penilaian risiko yang
peringkat keparahan, probabilitas dan indeks pendeteksian.
dilakukan metode FMEA, memberikan pengaruh pada hasil
Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan
konsistensi penggunaan FMEA dalam melakukan
bahwa konsistensi penilaian risiko dipengaruhi oleh empat
pemrioritasan risiko. Konsistensi antara hasil FMEA dapat
faktor yaitu: metode pemprioritasan risiko, prosedur penilaian
ditingkatkan dengan mengembangkan keterampilan sejumlah
risiko, pengetahuan narasumber, dan kemampuan fasilitator
kecil fasilitator berpengalaman yang dapat membantu para
FMEA.
analis untuk menggunakan FMEA lebih efektif dan konsisten
dengan membantu dalam definisi mode kegagalan dan 5. KESIMPULAN
peringkat keparahan, probabilitas dan indeks pendeteksian [23]. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Jika adanya metode baru dalam melakukan penilaian risiko, 1) Kesimpulan Pertama
seorang fasilitator harus memiliki pengetahuan dan kemampuan Penelitian ini telah menjawab ketiga rumusan masalah
yang baik dalam menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian dan tujuan penelitian yaitu:
melakukan penilian risiko. Sehingga tidak ada kesalahpahaman
1. Menghasilkan identifikasi risiko teknologi
dalam menerima informasi yang disampaikan oleh faslilitator pada
informasi pada teller Bank XYZ.
pihak kami, jika ingin melakukan penelitian di perusahaan.”
Wcr.inf01.MO.stat04 2. Menghasilkan penilaian risiko teknologi informasi
Hasil wawancara pada narasumber menyatakan bahwa pada teller Bank XYZ yang dilakukan oleh tim A
dalam melakukan penilian risiko untuk menghasilkan dan tim B, yaitu tidak konsisten.
konsistensi pemrioritasan risiko menggunakan metode FMEA. 3. Menghasilkan Kerangka FMEA yang Disesuaikan
Cara yang dilakukan dengan memastikan kemampuan yang bertujuan memberikan hasil penilaian
fasilitator FMEA dalam memberikan detail penjelasan dalam menggunakan metode FMEA yang konsisten.
melakukan penilaian risiko hingga pemrioritasan risiko 2) Kesimpulan Kedua
menggunakan FMEA dengan panduan yang jelas. Sehingga Setiap kesempatan memiliki risiko, hidup tanpa
narasumber tidak terkejut dengan penilaian risiko risiko merupakan hidup tanpa kesempatan, dan sering
menggunakan metode baru yang belum diterapkan pada kali hidup tanpa kualitas dan tanpa perubahan. Sehingga
perusahaan dalam melakukan penilaian risiko. Dan narasumber manajemen risiko adalah cara yang tepat untuk melakukan
dapat dengan senang hati menerima ilmu baru dalam perbaikan kualitas dan melakukan perubahan menjadi lebih
melakukan penilaian risiko perusahaan untuk menjadi baik.
perbandingan dalam melakukan penilaian risiko pada Prosedur yang jelas dalam melakukan penilaian risiko
perusahaan. sangat diperlukan sebagai panduan dalam melakukan
managemen risiko untuk mengurangi kemungkinan hasil
4.4.2. Proposisi Mayor risiko yang tidak konsisten. Temuan yang didapatkan untuk
Analisis risiko penggunaan teknologi informasi menghindari kemungkinan hasil yang tidak konsisten
menggunakan metode FMEA pada perusahaan perBankan adalah, membuat prosedur penilaian risiko, menggunakan
diperlukan suatu metode pemprioritasan yang telah disepakati suatu metode yang sama, pengetahuan narasumber,
oleh perusahaan. Dan adanya penggunaan prosedur yang telah kemampuan fasilitator menyampaikan penggunaan
ditetapkan sebagai panduan dalam melakukan penilaian risiko. kerangka penilaian risiko dalam penelitian ini penggunaan
Hal ini mengkonfirmasi pernyataan dari penggunaan metode FMEA.
pandungan Failure Mode and Effect Analysis (2008) mengenai
Prosedur pada penggunaan metode dalam melakukan penilaian 6. SARAN
risiko memiliki batasan yang diambil untuk membuat Saran dari penelitian ini berupa perbaikan untuk keberlanjutan
kesepakatan dalam melakukan analisis, membuat rekomendasi penelitian ini, maupun penelitian selanjutnya. Berikut ini saran
perbaikan, pelaksanaan perbaikan, dll dalam melakukan yang disampaikan dari penelitian ini.
penilaian risiko menggunakan metode FMEA. Dan pendapat
Saran untuk keberlanjutan penelitian ini
dari Robillard mengenai adanya panduan untuk membimbing
Penelitian mengenai hasil konsisten penggunaan
penggunaan pendekatan yang digunakan oleh perusahaan
FMEA dan membuat kerangka FMEA yang disesuaikan
secara sistematis dalam melakukan manajemen risiko [21].
dengan kebutuhan perusahaan Bank XYZ, dapat dilakukan
Kerja sama antara tim fasilitator FMEA dan
analisis efektivitas dari penggunaan kerangka FMEA yang
narasumber sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap
disesuaikan yang telah dibuat oleh peneliti. Dan membuat
penggunaan aset teknologi informasi memiliki peran penting.
evaluasi dari penggunaan kerangka FMEA yang Disesuaikan
Sehingga tim fasilitator FMEA dapat memiliki kemampuan
oleh kebutuhan perusahaan Bank XYZ.
8
DAFTAR PUSTAKA [15] J. v. L. M. N. D. d. K. Y. O.-R. M.T. Oldenhofa,
[1] NewZealandStandards, “Risk Management Standards and “Consistency of FMEA used in the validation of
Handbooks,” 1999. [Online]. Available: analytical procedures,” Journal of Pharmaceutical and
http://www.risksociety.org.nz/Standards_and_handbooks. Biomedical Analysis, 2011.

[2] B. McCuaig, “Fundamentals of GRC: Mastering Risk [16] A. J. Janneti, “A representation: Incorporating a needs
Assessment,” 2008. assessment and gap analysis into the educational design,”
2012.
[3] R. H. Yeh dan M. H. Hsieh, “Fuzzy Assessment of
FMEA for Sewage Plant,” Journal of the Cinese Institute [17] L. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,
of Industrial Engineers, pp. 505-512, 2007. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.

[4] A. Sutrisno dan T.-R. Lee, “Service Realiability [18] P. Q. R. Institute, “Failure Modes and Effects Analysis
Assessment Using Failure Mode and Effect and Analysis Guide,” 2008.
(FMEA): Survey and Opportunity Roadmap,”
International Journal of Engineering, Science, and [19] L. Robillard, “Integrated Risk Management Framework,”
Technology, 2011. 27 August 2011. [Online]. Available: https://www.tbs-
sct.gc.ca/pol/doc-eng.aspx?id=12254&section=text.
[5] M. A. Morris, “Failure Mode and Effects Analysis based [Diakses 12 Desember 2014].
on FMEA 4th Edition,” M and M Consulting, 2011.
[20] M. Villacourt, “Failure Mode and Effect Analysis
[6] C. S. Carlson, “Understanding and Applying the (FMEA) : A Guide for Continous Improvement for the
Fundamentals of FMEA,” ReliaSoft Corporation, Semiconductor Equipment Industry, Technology
Tucson, Arizona USA, 2014. Transfer,” Sematech, 1992.

[7] E. Gundry, “Failure Mode and Effects Analysis in [21] J. v. L. M. N. D. d. K. Y. O.-R. M.T. Oldenhofa,
Banking,” FIS Consulting Services, 2014. “Consistency of FMEA used in the validation of
analytical procedures,” Journal of Pharmaceutical and
[8] H. Treasury, Management of Risk - Principles and Biomedical Analysis, pp. 592-595, 2011.
Concepts, London, 2004.
[22] T. R. Lindlof, Qualitative Communication Research
[9] V. Gaspersz, All in One Bundle of ISO. Methods, Sage Publication, 2002.

[10] D. H. Stamatis, Failure Mode and Effect Analysis: [23] J. W. Creswell, Research Design: Qualitative and
FMEA from Theory to Executoion, New Yourk: ASQC Quantitative Approach, California: Sage Publication,
Press, 1995. 1994.

[11] S. Narayanagounder dan K. Gurusami, “A New


Approach for Prioritization of Failure Modes in Design
FMEA Using ANOVA,” World Acedemy of Science
Engineering Technology, pp. 524-531, 2009.

[12] S. Rhee dan K. Ishii, “Using Cost based FMEA to


Enhance Reliability and Serviceability,” Journal of
Advanced Engineering Informatics, pp. 179-188, 2003.

[13] J. B. Bowles dan C. E. Pelaez, “Fuzzy logic prioritization


of failures in a system failure mode, effects and
criticality analysis,” Journal of Reliability Engineering
and System Safety, pp. 203-213, 1995.

[14] S. H. Teng dan S. Y. Ho, “Failure mode and effects


analysis-An integrated approach for product design and
process control,” nternational Journal of Quality and
Reliability, pp. 8-26, 1996.

Anda mungkin juga menyukai