Anda di halaman 1dari 112

PENERAPAN METODE HOUSE OF RISK (HOR)

UNTUK ANALISIS DAN PERBAIKAN PENGELOLAAN RISIKO


PADA RANTAI PASOKAN PRODUK CAP TIKUS

SKRIPSI

OLEH

ANJAS FRISKY ONTORAEL


NIM : 17021104034

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
MANADO
2021
PENERAPAN METODE HOUSE OF RISK (HOR)
UNTUK ANALISIS DAN PERBAIKAN PENGELOLAAN RISIKO
PADA RANTAI PASOKAN PRODUK CAP TIKUS

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Program Studi S1 Teknik Mesin Di Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi

Oleh

Anjas Frisky Ontorael


NIM : 17021104034

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
MANADO
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Penerapan Metode House of Risk (HOR) Untuk Analisis Dan
Perbaikan Pengelolaan Risiko Pada Rantai Pasokan Produk Cap Tikus
Nama : Anjas Frisky Ontorael
NIM : 17021104034
Program Studi : S1 Teknik Mesin
Jurusan : Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi

Menyetujui :
Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr.Eng. Agung Sutrisno, ST, MT Jefferson Mende, ST, MT


NIP. 197603212000121001 NIP. 197505202005011002

Ketua Jurusan Teknik Mesin Unsrat,

Dr. Eng. Charles Punuhsingon, ST, MT


NIP. 197509262006041001

Dekan Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi,

Prof. Dr. Ir. Fabian J Manoppo, M.Agr


NIP. 196210141992031001

Tanggal Lulus: ……..2021

i
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS TEKNIK
Alamat : Kampus UNSRAT Manado
Telp. (0431) 863886, 863786, Fax. (0431)823705
Laman: http://www.unsrat.ac.id

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi :PENERAPAN METODE HOUSE OF RISK (HOR) UNTUK


ANALISIS DAN PERBAIKAN PENGELOLAAN RISIKO
PADA RANTAI PASOKAN PRODUK CAP TIKUS
Yang Dibuat Oleh : Anjas Frisky Ontorael
Pembimbing : 1. Dr.Eng. Agung Sutrisno, ST, MT
2. Jefferson Mende, ST MT
Telah diuji dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan Skripsi di Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi. PANITIA UJIAN SARJANA
LENGKAP PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN An. Anjas Frisky Ontorael
NIM : 17021104034
( ......................... ) 1. Ketua/Penguji : Johan Neyland, ST, MT
NIP. 197611032003121004
( ......................... ) 2. Anggota/Penguji : Hengky Luntungan, ST, MT
NIP. 197401151999031003
( ........................ ) 3. Anggota/Penguji : Dr.Eng. Jotje Rantung, ST, MT
NIP. 196906051997021001
( ......................... ) 4. Anggota : Dr.Eng. Agung Sutrisno, ST, MT
NIP. 197603212000121001
( ......................... ) 5. Anggota : Jefferson Mende, ST, MT
NIP. 197505202005011002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Mesin

Dr. Eng. Charles Punuhsingon, ST,MT


NIP. 197509262006041001

ii
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi risiko atau gangguan yang


berpeluang timbul pada kegiatan rantai pasokan Cap Tikus dengan mengambil studi
kasus pada produsen Cap Tikus di desa Ranomea, Kec. Amurang dengan
pendekatan penerapan metode House of Risk (HoR). Dalam penelitian ini terdapat
beberapa tahapan pengolahan data, yakni HOR fase 1, HOR fase 2, dan penentuan
strategi mitigasi risiko. Hasil penelitian menunjukkan adanya 31 Risk Event dan 47
Risk Agent pada rantai pasokan Cap Tikus. Dari penerapan metode HOR, 5 jenis
risiko yang paling kritis diantaranya adalah A26 “Tidak melaksanakan K3”, A27
“Kesalahan tak terduga”, A32 “Pekerja kurang berhati-hati”, A10 “Tidak adanya
komunikasi antara produsen dan distributor/agen, A43 “Jarak yang ditempuh jauh”.
Sedangkan berbagai usulan untuk memitigasi risiko tersebut diantaranya adalah
pertama : Memberikan pelatihan K3 kepada pekerja, kedua : Memberikan
pelatihan-pelatihan yang relevan, ketiga : Memberikan prosedur, instruksi, dan
standar pelaksanaan pekerjaan yang jelas dan akurat, keempat : Memperbanyak
persediaan nira, kelima : Mencari akar penyebab masalah, keenam : Selalu
berkomunikasi dengan distributor, ketujuh : Membangun sarana dan prasarana yang
dapat menunjang dan memudahkan akses perjalanan.

Kata Kunci : Risiko, Cap tikus, House of Risk (HoR), Strategi mitigasi.

iii
ABSTRACT

The purpose of this study is to identify risks or disorders that are likely to
arise in the supply chain activities of Cap Tikus by taking a case study on the
manufacturer of Cap Tikus in Ranomea village, Amurang Subdistrict with the
approach of applying the House of Risk (HoR) method. In this study there are
several stages of data processing, namely HOR phase 1, HOR phase 2, and
determination of risk mitigation strategies. The results showed the existence of 31
Risk Event and 47 Risk Agent in the supply chain of Cap Tikus. From the
application of HOR method, five most critical risks include A26 "Not carrying out
safety measures", A27 " Unexpected error", A32 "Workers are less careful", A10
"Lack of communication between manufacturers and distributors/agents, A43
"Distance traveled far. . While the proposals to mitigate these risks include the
first: Providing safety training to workers, second: Providing relevant trainings,
third: Provide procedures, instructions, and assistance clear and accurate work,
fourth: Multiplying supplies nira, fifth: Finding the root cause of the problem,
sixth: Always communicate with distributors.

Keywords : Risk, Cap Tikus, House Of Risk, Mitigation strategy.

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul “PENERAPAN METODE HOUSE OF RISK (HOR)
UNTUK ANALISIS DAN PERBAIKAN PENGELOLAAN RISIKO PADA
RANTAI PASOKAN PRODUK CAP TIKUS” disusun oleh penulis sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi S1
Teknik Mesin di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Penulis menyadari bahwa penelitian dan skripsi ini dapat terselesaikan atas
bantuan bimbingan dan topangan dari berbagai pihak, untuk itu penulis hendak
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Fabian Johanes Manoppo, M., Agr, selaku Dekan Fakultas
Teknik, Unsrat.
2. Dr. Eng. Charles Punuhsingon, ST., MT., selaku Ketua Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik, Unsrat.
3. Rudy Poeng, ST., MT., selaku Sekretaris Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik, Unsrat.
4. Dr. Eng. Agung Sutrisno, ST., MT., selaku pembimbing I.
5. Jeffereson Mende, ST., MT., selaku pembimbing II.
6. Johan Neyland, ST., MT., selaku penguji skripsi I.
7. Hengky Luntungan, ST, MT., selaku penguji skripsi II
8. Dr.Eng. Jotje Rantung, ST, MT., selaku penguji III
9. Jefferson Mende, ST., MT., selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu membimbing dan membantu selama menyelesaikan studi.
10. Seluruh dosen pengajar dan staf Jurusan Teknik Mesin UNSRAT yang telah
memberikan ilmu yang sangat berharga dan dukungan yang sangat besar.
11. Orang tua saya yaitu Bapak Julfried B. Ontorael dan Ibu Yanita Entjaurau
yang senantiasa mendoakan dan mendukung dalam menempuh studi ini.
12. Kaka saya Rifay Entjaurau yang selalu memberikan dukungan moral
maupun material selama masa studi.
v
13. Adik saya Juan A. Ontorael dan Violeta W. Ontorael yang senantiasa
memberikan doa dan sebagai penyemangat penulis dalam menyelesaikan
studi ini.
14. Seluruh keluarga besar Ontorael-Entjaurau yang selalu memberikan
motivasi, semangat, doa dan dukungan kepada penulis.
15. Seluruh rekan mahasiswa Teknik Mesin Unsrat dan khususnya teman-
teman satu angkatan saya angkatan 2017.
16. Untuk Yuyun Sarendaren yang selalu memberikan semangat kepada
penulis.
17. Teruntuk teman-teman KKT angkatan 124 khususnya KTM squad.
18. Untuk HIANES squad +lia.
19. Untuk #BtamangBae yang selalu memberikan masukan dan dukungan
kepada penulis selama masa studi sampai selesai.
20. Teman-teman mabar Mobile Legends yang selalu menemani dikala penulis
merasa stress saat mengerjakan skripsi.
21. Seluruh pihak yang tidak dapat disebut satu per satu, yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi yang telah disusun masih banyak
kekurangan yang disebabkan terbatasnya kemampuan penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan masukan berupa saran dan perbaikan untuk penyempurnaan
penulisan ini, dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian.

Manado, Juli 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................... iii
ABSTRACT ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x
DAFTAR NOTASI .................................................................................. xi
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN .............................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiii
BAB I ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ......................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
BAB II ....................................................................................................... 5
2.1 Manajemen Risiko ...................................................................... 5
2.2 Supply Chain Management (SCM) ............................................. 5
2.3 Supply Chain Operation Reference (SCOR) .............................. 7
2.4 House of Risk (HOR) .................................................................. 9
2.5 Diagram Pareto ......................................................................... 16
2.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................... 17
BAB III ................................................................................................... 19
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 19
3.2 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 19
3.3 Teknik Pengolahan Data .......................................................... 20
3.4 Flowchart Metode Penelitian ................................................... 22
vii
BAB IV ................................................................................................... 23
4.1 Deskripsi Rantai Pasok Produksi Cap Tikus ............................ 23
4.2 Pemetaan Aktivitas Pekerjaan .................................................. 24
4.3 Identifikasi Risiko .................................................................... 25
4.4 House of Risk (HOR) Fase 1 .................................................... 33
4.5 Perencanaan Strategi Mitigasi .................................................. 42
4.6 House of Risk (HOR) Fase 2 .................................................... 45
BAB V..................................................................................................... 48
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 48
5.2 Saran ......................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 50
LAMPIRAN ............................................................................................ 53

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Cakupan Kegiatan SCM (Pujawan, 2005)...............................................6


Tabel 2. 2 Model HOR fase pertama ......................................................................11
Tabel 2. 3 Skala Severity ........................................................................................11
Tabel 2. 4 Skala Occurrence ..................................................................................12
Tabel 2. 5 skala Korelasi ........................................................................................13
Tabel 2. 6 HOR fase ke-2 .......................................................................................14
Tabel 2. 7 Skala tingkat kesulitan ..........................................................................15
Tabel 4. 1 Aktivitas Pekerjaan Dalam Model SCOR………………………….......25
Tabel 4. 2 Risk Event (kejadian risiko) pada rantai pasok cap tikus. .....................26
Tabel 4. 3 Risk agent (penyebab kejadian risiko) ..................................................29
Tabel 4. 4 Dampak risiko yang akan ditimbulkan dari 47 risk agent ....................31
Tabel 4. 5 House of Risk Fase 1 .............................................................................35
Tabel 4. 6 Perhitungan Pareto Risk Agent ..............................................................37
Tabel 4. 7 Deskriptif Risk Agent Dominan ............................................................41
Tabel 4. 8 Deskripsi Perencanaan Strategi Mitigasi ..............................................43
Tabel 4. 9 House of Risk Fase 2 .............................................................................46
Tabel 4. 10 Rangking Strategi Penanganan/Mitigasi Risiko..................................47

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Contoh Skema SCM (Hayati, 2014) ....................................................7


Gambar 2. 2 Skema SCOR (Supply Chain Council, 2012) ......................................9
Gambar 2. 3 Diagram Pareto Dominan (Abrori, 2017) .........................................16
Gambar 3. 1 Lokasi pembuatan produk Cap Tikus …………..……………….....19
Gambar 3. 2 Flowchart metode penelitian .............................................................22
Gambar 4. 1 Rantai Pasok Proses Produksi Cap Tikus………………………..…24
Gambar 4. 2 Diagram pareto Risk Agent ................................................................40

x
DAFTAR NOTASI

ARPj = Aggregate Risk Potential


Aj = Risk Agent
Dk = Degree of Difficult
Ei = Risk Event
ETDk = Effectiveness to Difficulty
Ejk = Korelasi strategi penanganan risiko dengan Risk Agent
(Skala 9, 3, 1, dan 0)
Oj = Occurrence
PAk = preventive action
Rij = Nilai korelasi
Rk = Rangking
Si = Severity
TEk = Total Effectiveness

xi
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

HOR = House of Risk


SCM = Supply Chain Management
SCOR = Supply Chain Operations Reference
HOQ = House of Quality
FMEA = Failure Modes and effect of Analysis
K3 = Keamanan, Kesehatan dan keselamatan kerja

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Nilai DF……………………………………………………………...53


Lampiran 2 Tabel r Statistika…………………………………………………….53
Lampiran 3 Kuisioner HOR Fase 1……………………………………………….54
Lampiran 4 Kuesioner HOR Fase 2……………………………………………….65
Lampiran 5 Uji Validitas…………………………………………………………70
Lampiran 6 Perhitungan Uji Validitas……………………………………………73
Lampiran 7 Mencari Nilai Rata-Rata Si dan Oi…………………………………...75
Lampiran 8 Uji Reliabilitas……………………………………………………….78
Lampiran 9 Hasil Uji Reliabilitas Cronbach Alfa………………………………...81
Lampiran 10 Koefisien Reliabilitas Guilford……………………………………..82
Lampiran 11 Diagram Pareto Risk Agent………………………………………....82
Lampiran 12 Diagram Pareto Risk Agent………………………………………....84
Lampiran 13 Risk Agent Dominan………………………………………………..84
Lampiran 14 Uji Validitas Manual………………………………………………..85
Lampiran 15 Uji Realiabilitas Manual……………………………………………86
Lampiran 16 Pengisian kuesioner oleh responden………………………………..88
Lampiran 17 Pengisian kuesioner oleh responden………………………………..89
Lampiran 18 Pengisian kuesioner oleh responden………………………………..89
Lampiran 19 Pengisian kuesioner oleh responden………………………………..90
Lampiran 20 Pengisian kuesioner oleh responden………………………………..90
Lampiran 21 Pengisian kuesioner oleh responden………………………………..91
Lampiran 22 Drum yang dipakai sebagai alat penyulingan…………………….....91
Lampiran 23 Proses pengisian nira ke dalam drum……………………………….92
Lampiran 24 Proses pembakaran…………………………………………………92
Lampiran 25 Drum bekas yang sudah keropos………………………………...….93
Lampiran 26 Alat yang digunakan sebagai pengukur kadar alcohol………...……93

xiii
Lampiran 27 kemasan botol cap tikus………………………………………...…..94
Lampiran 28 Proses pembuangan limbah Cap Tikus…………………...……..….94
Lampiran 29 Plastik yang digunakan sebagai alat untuk mengalirkan nira…..…...95
Lampiran 30 Proses penampungan Cap Tikus dari hasil penyulingan……………95

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Sulawesi Utara, Cap Tikus merupakan minuman beralkohol yang dibuat
dengan bahan baku nira yang disadap dari pohon enau atau secara umum pohon
aren yang oleh masyarakat Sulawesi Utara dikenal dengan pohon seho. Cap Tikus
sudah lama dikenal di tanah Minahasa dan populer di kalangan para petani
Minahasa. Sejak dulu dikenal bahwa Cap Tikus banyak digunakan untuk
menghangatkan badan dan membangkitkan semangat kerja. Oleh karena itu, Cap
Tikus tidak hanya digunakan sebagai penghangat badan tetapi juga bisa menjadi
sumber mata pencaharian dari hasil produksi Cap tikus.
Cap Tikus merupakan jenis cairan yang memiliki kadar alkohol yang
dihasilkan melalui penyulingan nira. Tinggi rendahnya kualitas Cap Tikus dapat
ditentukan oleh kualitas penyulingan, semakin baik sistem penyulingannya maka
semakin tinggi pula kadar alkoholnya. Menurut Melmambessy dkk (2015), Cap
Tikus adalah jenis cairan dengan kadar alkohol rata-rata 40 % yang dihasilkan
melalui penyulingan saguer (cairan putih yang keluar dari mayang pohon enau atau
seho dalam bahasa daerah Minahasa). Saguer sejak keluar dari mayang pohon enau
sudah mengandung alkohol. Untuk mendapatkan saguer yang manis seperti gula,
bambu penampungan digantungkan pada bagian mayang tempat keluarnya cairan
putih (saguer) dan saringannya terbuat dari ijuk pohon enau yang bersih.
Dalam menjalankan usahanya, para pelaku usaha tidak akan pernah lepas
dengan berbagai faktor ketidakpastian yang dapat menyebabkan terhambatnya
tujuan usahanya. Berbagai faktor ketidakpastian tersebut dalam Bahasa sehari-hari
dikenal dengan istilah risiko. Mengingat bahwa risiko memiliki dampak negatif
bagi perusahaan, upaya untuk mengidentifikasi, mengukur dampak negatif berbagai
faktor risiko dan menentukan faktor risiko yang paling signifikan dampaknya dan
selanjutnya menentukan solusi untuk mereduksi dampak negatif risiko. Dalam
ranah pengetahuan, kajian tentang identifikasi dan pemilihan strategi untuk

1
meminimalkan risiko dapat dilakukan dengan pendekatan penerapan metode House
of Risk (HOR).
Perbedaan penelitian ini dengan dengan penelitian terdahulu yaitu judul
penelitian, lokasi, metode, dan juga responden yang digunakan. Untuk judul,
peneliti menggunakan analisis dan perbaikan pengelolaan risiko pada rantai produk
Cap Tikus, kemudian membuat strategi mitigasi terhadap risiko yang paling besar
terhadap usaha pembuatan produk Cap Tikus. Lokasi penelitian berada di desa
Ranomea Kec. Amurang Kab. Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara. Yang
membedakan metode HOR pada penelitian ini dan penelitian terdahulu yaitu,
mengidentifikasi risiko-risiko yang terjadi pada proses rantai pasok produksi Cap
Tikus, kemudian menentukan risiko dominan. Selanjutnya menetapkan strategi
mitigasi terhadap risiko dominan yang mudah untuk diimplementasikan dan juga
relevan bagi para pembuat Cap Tikus. Dalam penelitian ini, responden yang
digunakan sebanyak 5 orang yang menjadi sampel penelitian.
Berdasarkan kapabilitas metode HOR dalam mengidentifikasi dan
menentukan pilihan solusi memitigasi risiko tersebut, penulis tertarik untuk
menerapkan metode HOR dengan studi kasus pada lingkup rantai pasokan produk
Cap Tikus yang menjadi komoditi unggulan Provinsi Sulawesi Utara.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Jenis risiko apa saja yang dapat diidentifikasi pada rantai pasokan Cap Tikus ?
2. Risiko apa sajakah yang termasuk kategori risiko kritis bila ditinjau dari Skor
Indeks Prioritas Risikonya ?
3. Bagaimana cara pengelolaan risiko yang dapat diusulkan dengan pendekatan
metode House of Risk ?

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Identifikasi risiko dilakukan pada aktivitas jaringan rantai pasokan Cap Tikus
di desa Ranomea, Kec. Amurang.

2
2. Aktivitas rantai pasokan Cap Tikus di desa Ranomea, Kec. Amurang meliputi
aktivitas proses bisnis dari Plan, Source, Make, dan Deliver.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi risiko atau gangguan yang berpeluang timbul pada kegiatan
rantai pasokan Cap Tikus di desa Ranomea, Kec. Amurang
2. Menentukan penyebab risiko yang harus diprioritaskan pada rantai pasokan
Cap Tikus di desa Ranomea, Kec. Amurang.
3. Menentukan strategi pengelolaan risiko untuk mengatasi penyebab risiko pada
rantai pasokan Cap Tikus di desa Ranomea, Kec. Amurang dengan pendekatan
HOR.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat secara langsung maupun tidak langsung dari penelitian ini akan
didapatkan oleh beberapa pihak sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti.
a. Mampu mengaplikasikan keilmuan Teknik Industri di bidang Manajemen
Risiko.
b. Mempersiapkan peneliti dalam proses penyelesaian masalah sebelum
terjun ke dunia kerja.
2. Bagi Pembuat Cap Tikus.
a. Dengan mengetahui peta risiko yang mungkin terjadi dapat ditentukan
strategi penanganan untuk meminimalisir terjadinya risiko pada rantai
pasokan cap tikus.
b. Solusi dan hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan
pembenahan pengendalian rantai pasok yang dapat digunakan sebagai
acuan penelitian dari pembuat cap tikus yang ada di desa Ranomea
Kecamatan Amurang.
3. Bagi Program Studi Teknik Mesin.
a. Menjadi studi pembanding dari penelitian yang telah dilakukan

3
b. Berkontribusi dalam peningkatan kualitas kehidupan bermasyarakat untuk
meningkatkan kualitas Jurusan Teknik Mesin.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Risiko


Bidang ilmu yang secara spesifik membahas mengenai bagaimana
organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan semua permasalahan dengan
menggunakan pendekatan manajemen secara sistematis dan komprehensif (Irham
Fahmi, 2010).
Dalam membuat rancangan manajemen risiko, ada tahapan-tahapan yang
harus kita buat supaya manajemen risiko tersebut dapat tepat ketika
digunakan, proses manajemen risiko tersebut antara lain : mengidentifikasi risiko,
menilai risiko, mengelola risiko, implementasi rencana, dan evaluasi hasil. Menurut
Cendrowski dan Mair (2009), menyatakan bahwa didalam manajemen risiko
terdapat tiga aktivitas yaitu identifikasi, pengukuran dan pengelolaan risiko.

2.2 Supply Chain Management (SCM)


SCM merupakan pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai dari bahan
mentah dari supplier, ke kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi
sampai kepada konsumen. SCM yaitu serangkaian aktivitas yang terdiri dari
identifikasi dan pengelolaan risiko rantai pasokan dengan pendekatan yang
terkoordinasi diantara anggota rantai pasokan, untuk mengurangi gangguan rantai
pasok secara keseluruhan (Juttner dkk, 2003). Sedangkan menurut Norrman dan
Jansson (2004) mengemukakan bahwa manajemen risiko rantai pasok merupakan
serangkaian aktivitas manajemen risiko yang terdiri dari identifikasi, pengukuran,
penanganan dan pengendalian penanganan risiko.
Salah satu yang penting dalam manajemen rantai pasok adalah manajemen
pengadaan bahan baku, jika dalam melakukan pengadaan bahan baku terhambat,
maka proses produksi akan mengalami keterlambatan (Yuliazmi dan Adam, 2018).
Berikut ini cakupan yang lebih jauh mengenai SCM meliputi hal-hal berikut ini :

5
Tabel 2. 1 Cakupan Kegiatan SCM (Pujawan, 2005)
Bagian Cakupan kegiatan antara lain

Melakukan riset pasar, merancang produk baru,


Pengembangan produk
melibatkan supplier dalam perancangan produk baru.

Memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier,


melakukan pembelian bahan baku dan komponen,
Pengadaan
memonitor supply risk, membina dan memelihara
hubungan dengan supplier.

Perencanaan dan
Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan
Pengendalian
kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan

Operasi / Produksi Eksekusi produksi, pengendalian kualitas

Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan


pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan
Pengiriman / Distribusi
perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di
tiap pusat distribusi

Supply Chain menunjukkan adanya rantai yang panjang yang dimulai dari
supplier sampai pelanggan, dimana adanya keterlibatan entitas atau disebut pemain
dalam konteks ini dalam jaringan supply chain yang sangat kompleks tersebut
(Hayati, 2014). Berikut ini merupakan pemain utama yang yang terlibat dalam
supply chain:
1. Supplier (chain 1)
Rantai pada supply chain dimulai dari sini, yang merupakan sumber yang
menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan
mulai. Bahan pertama di sini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah,
bahan penolong, suku cadang atau barang dagang.
2. Supplier-Manufacturer (chain 1-2)
Rantai pertama tadi dilanjutkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer
yang merupakan tempat mengkonversi ataupun menyelesaikan barang
(finishing). Hubungan kedua mata rantai tersebut sudah mempunyai potensi
6
untuk melakukan penghematan. Misalnya, penghematan inventory carrying
cost dengan mengembangkan konsep supplier partnering.
3. Supplier-Manufacturer-Distribution (chain 1-2-3)
Dalam tahap ini barang jadi yang dihasilkan disalurkan kepada pelanggan,
dimana biasanya menggunakan jasa distributor atau wholesaler yang
merupakan pedagang besar dalam jumlah besar.
4. Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets (chain 1-2-3-4)
Dari pedagang besar tadi barang disalurkan ke toko pengecer (retail outlets).
Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil
produksinya kepada customer, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak
dan kebanyakan menggunakan pola seperti di atas.
5. Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets-Customer (chain 1-2-3-
4-5).
Customer merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply chain dalam
konteks ini sebagai end-user.
Berikut adalah contoh skema SCM mulai dari supplier sampai ke customer:

Gambar 2. 1 Contoh Skema SCM (Hayati, 2014)

2.3 Supply Chain Operation Reference (SCOR)


Model Supply Chain Operations Reference (SCOR) adalah sebuah bahasa
rantai suplai, yang dapat digunakan dalam berbagai konteks untuk merancang,
mendeskripsikan, dan mengkonfigurasi ulang berbagai jenis aktivitas komersial
bisnis (Paul, 2014). Penerapan model SCOR dalam batas-batas tertentu cukup
7
fleksibel dan dapat disesuaikan untuk meningkatkan produktivitas demi memenuhi
kebutuhan konsumen. SCOR merupakan model referensi proses yang
menggabungkan konsep-konsep dalam rekayasa ulang proses bisnis,
benchmarking, dan pengukuran proses.
Pada proses dalam supply chain management khususnya pada pendekatan
SCOR, terdapat beberapa proses yang dibutuhkan untuk dijalankan oleh rantai
pasokan yang berfungsi mendukung tujuan utamanya yaitu untuk memenuhi
pesanan pelanggan. Menurut Supply Chain Council (2012), terdapat 5 proses utama
dalam supply chain diantaranya:
1. Plan
Proses plan menggambarkan setiap kegiatan yang terkait dalam
mengoperasikan rantai pasokan dengan melakukan pengembangan rencana. Proses
plan meliputi pengumpulan persyaratan, pengumpulan informasi tentang sumber
daya yang tersedia, menyeimbangkan persyaratan dan sumber daya untuk
menentukan kemampuan yang direncanakan dan kesenjangan dalam permintaan
sumber daya dan mengidentifikasi tindakan untuk memperbaiki kesenjangan ini.
2. Source
Proses source menggambarkan penjadwalan atau pemesanan pengiriman
dan penerimaan barang maupun jasa. Proses source digambarkan dengan proses
berupa kedatangan pesanan pembelian atau penjadwalan pengiriman, penerimaan,
validasi dan penyimpanan barang dan penerimaan faktur dari pemasok.
3. Make
Proses make menggambarkan aktivitas yang terkait dengan pembuatan
konten maupun produk untuk output atau hasil dari perusahaan. Pembuatan bahan
maupun produk digunakan pada bagian produksi atau manufaktur. Proses make
mewakili proses berupa: Perakitan, pemrosesan kimia, pemeliharaan, perbaikan,
pembuatan ulang dan nama umum lainnya untuk proses konversi material atau
pembuatan produk. Proses ini diakui oleh fakta bahwa satu atau lebih nomor item
masuk dan satu atau lebih nomor item yang berbeda keluar dari proses ini.

8
4. Deliver
Proses deliver menggambarkan aktivitas yang terkait dengan penciptaan,
pemeliharaan dan pemenuhan pesanan pelanggan. Proses deliver atau pengiriman
digambarkan dengan proses berupa penerimaan, validasi dan pembuatan pesanan
pelanggan, penjadwalan pengiriman pesanan, pengambilan, pengemasan dan
pengiriman serta penagihan pelanggan.
5. Return
Proses return menggambarkan aktivitas yang terkait dengan arus
pengembalian barang. Proses return atau pengembalian digambarkan dengan
proses berupa identifikasi kebutuhan untuk kembali, pengambilan keputusan
disposisi, penjadwalan pengembalian dan pengiriman serta penerimaan barang
yang dikembalikan. Berikut adalah gambar dari proses SCOR :

SUPPLY CHAIN
PLAN

SOURCE MAKE DELIVERY

RETURN

Gambar 2. 2 Skema SCOR (Supply Chain Council, 2012)

2.4 House of Risk (HOR)


Metode House of Risk digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan
(risiko) dalam rantai pasokan sehingga diperoleh sistem yang robust (kuat).
Analisis HOR menggunakan pendekatan perhitungan risk priority index sebagai
sebagai metode pemilihan risiko utama kemudian memasukkannya pada house of
quality. Metode HoQ (House of Quality) diadaptasi untuk mengetahui dan
menentukan agen risiko yang akan diprioritaskan sehingga dapat diberikan
tindakan-tindakan pencegahan atau mitigasi. Setiap agen risiko akan diberikan
peringatan sesuai dengan nilai ARPj untuk setiap j. Maka dari itu, jika terdapat risk
9
agent (penyebab risiko) dengan jumlah yang cukup banyak, perusahaan dapat
menentukan atau memilih terlebih dahulu beberapa risiko yang dianggap memiliki
potensi yang besar dalam mempengaruhi maupun menyebabkan risiko dapat
terjadi.
Metode HOR merupakan metode penggabungan atau modifikasi dari model
rumah kualitas (House of quality) dan juga FMEA (Failure Modes and effect of
Analysis ), yang digunakan dalam mengukur tingkat risiko serta memprioritaskan
sumber risiko mana yang paling berpotensi, untuk diberikan penanganan atau
mitigasi yang tepat sesuai dengan sumber risikonya, sesuai dengan probabilitas
untuk agen risiko dan keparahan untuk kejadian risiko (Pujawan & Geraldin, 2009).
Terdapat 2 fase yang digunakan dalam melakukan pendekatan HOR yaitu : HOR
fase pertama digunakan untuk menentukan tingkat prioritas agen resiko yang harus
diberikan sebagai tindakan pencegahan. HOR fase ke-2 adalah prioritas dalam
pengambilan tindakan yang dianggap efektif.

2.4.1 House of Risk (HOR) fase 1


Dalam tahap metode HOR fase pertama, akan dilakukan penentuan risk
agent prioritas untuk nantinya diberikan tindakan pencegahan yang sesuai.
Terdapat beberapa tahapan atau hal yang harus dilakukan pada tahapan HOR fase
pertama, yaitu :
1. Mengidentifikasi risk event dan nilai probabilitas masing-masing dari risk
agent. Identifikasi risiko pada tahapan ini dapat dipetakan berdasarkan
setiap proses bisnis supply chain seperti plan, source, make, deliver, dan
return.
2. Masing-masing aktivitas dari proses tersebut diidentifikasi risk event (Ei)
berdasarkan probabilitas risiko atau kesalahan apa yang memungkinkan
dapat timbul dari setiap proses tersebut. Contoh peletakan untuk pengisian
risk event (Ei) dapat dilihat pada tabel 2.2

10
Tabel 2. 2 Model HOR fase pertama
Risk Agent (Ai) Severity of
Business Risk Event
Risk Event I
Processes (Ei)
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 (Si)
Plan E1 R11 R12 R13 S1

E2 R21 R22 S2

Source E3 R31 S3

E4 R41 S4

Make E5 S5

E6 S6

Deliver E7 S7

E8 S8

Return E9 S9

Occurrence of Agent j O1 O2 O3 O4 O5 O6 O7
Aggregate Risk Potential j ARP1 ARP2 ARP3 ARP4 ARP5 ARP6 ARP7
Priority Rank of Agent j

(Sumber: Pujawan dan Geraldin, 2009)

3. Melakukan penilaian severity (Si) atau dampak dari setiap peristiwa risiko
yang sudah diidentifikasi berdasarkan masing-masing proses bisnis. Nilai severity
(Si) ditempatkan pada bagian paling kiri yang dapat dilihat pada tabel. Berikut
adalah contoh skala untuk severity (Si) yang ditunjukkan pada Tabel 2.3 yaitu:

Tabel 2. 3 Skala Severity

Rangking Severity Deskripsi

Berbahaya tanpa Kegagalan sistem yang menghasilkan


10
peringatan efek sangat berbahaya
Berbahaya dengan Kegagalan sistem yang menghasilkan
9
peringatan efek berbahaya

8 Sangat tinggi Sistem tidak beroperasi

Sistem beroperasi tetapi tidak dapat


7 Tinggi
dijalankan secara penuh
Sistem beroperasi dengan aman tetapi
6 Sedang mengalami penurunan performa
sehingga mempengaruhi output

11
Lanjutan tabel 2.3
Rangking Severity Deskripsi
Mengalami penurunan kinerja secara
5 Rendah
bertahap
4 Sangat rendah Efek yang kecil pada performa sistem
Sedikit berpengaruh pada kinerja
3 Kecil
sistem
Efek yang diabaikan pada kinerja
2 Sangat kecil
sistem
1 Tidak ada efek Tidak ada efek
(sumber : Widianti dan Firdaus, 2016)

4. Mengidentifikasi agen atau sumber risiko, serta memberikan nilai


kemungkinan terjadinya masing-masing agen risiko. Agen risiko atau risk
agent (Aj) ditempatkan di baris paling atas table. Hal ini dapat dilihat pada
tabel 2.4
5. Melakukan penilaian occurrence (tingkat kejadian) yang posisinya berada
di baris bawah. Hal ini dapat dilihat pada table 2.4 Occurrence (tingkat
kejadian) dinotasikan sebagai Oj sama seperti tahap sebelumnya. Untuk
penentuan nilai dari occurrence (tingkat kejadian), skala 1-10 juga
diterapkan. Berikut adalah contoh skala untuk occurrence (Oj) yang
ditunjukkan pada tabel 2.4 yaitu :

Tabel 2. 4 Skala Occurrence


Skala Keterangan Skala keterangan
Hampir tidak
1 6 Sedang
pernah
Tipis (sangat
2 7 Cukup tinggi
kecil)
3 Sangat sedikit 8 Tinggi
4 Sedikit 9 Sangat tinggi
5 Kecil 10 Hampir pasti
(sumber : Shahin, 2004) dalam (Achmadi dan Mansur, 2018)
12
6. Mengukur korelasi atau hubungan antara risk agent (Aj) dengan risk event
(Ei). Penentuan nila korelasi ditetapkan dengan skala seperti pada tabel 2.5
adalah sebagai berikut :

Tabel 2. 5 skala Korelasi

Skala Keterangan
0 Tidak ada korelasi
1 Korelasi/hubungan lemah
3 Korelasi/hubungan sedang
9 Korelasi/hubungan kuat
(sumber : Pujawan dan Geraldin, 2009)

7. Menghitung Aggregate Risk Potensial (Potensi risiko gabungan) dapat


dihitung dari hasil atau nilai Aggregate Risk Potential (ARPj) yang
ditentukan dari nilai severity (Si) dan occurrence (Oj) yang dihasilkan dari
risk agent (Aj) dengan risk event (Ei). Nilai ARP dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
ARPj = Oj ∑i SiRj………………………………………………(2.1)
Dimana :
ARP : Aggregate Risk Potensial
Oj : Occurrence
Si : severity
Rij : Nilai korelasi
8. Memberikan peringkat untuk risiko sesuai dengan nilai ARP masing-
masing dan sesuai dengan urutan yang bersifat menurun (dari nilai besar ke
nilai rendah).

2.4.2 House of Risk (HOR) fase 2


Pada tahap HOR fase ke-2, metode ini menggunakan tindakan pencegahan
maupun strategi desain mitigasi yang sesuai untuk masing-masing risiko serta
memprioritaskannya. Hal ini juga mempertimbangkan aspek perbedaan efektivitas
setiap strategi mitigasi risiko, sumber daya yang terlibat, dan tingkat kesulitan

13
dalam melakukan strategi mitigasi yang direkomendasikan. Pemilihan strategi
mitigasi risiko yang baik dan sesuai dengan kemampuan untuk terjadinya risiko
secara efektif. Berikut adalah Langkah-langkah dalam menghitung ARP di tahap
HOR fase ke-2 :
1. Setelah mendapatkan beberapa agen risiko prioritas dari tahap HOR fase
pertama, selanjutnya dilakukan pemberian peringkat untuk risk agent sesuai
dengan nilai ARP masing-masing dengan menggunakan analisis Pareto.
Agen risiko yang terpilih akan ditempatkan di sisi kiri yang dapat dilihat
pada tabel 2.6 yaitu :

Tabel 2. 6 HOR fase ke-2

To be treated Preventive action (PAK) Aggregate risk


risk agent (Aj) PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 potential (ARPj)

A1 E11 ARP1
A2 ARP2
A3 ARP3
A4 ARP4
Total
effectiveness of TE1 TE2 TE3 TE4 TE5
action k
Degree of
difficulty
D1 D2 D3 D4 D5
performing
action k
Effectiveness to ETD1 ETD2 ETD3 ETD4
difficulty ratio ETD5
Rank of priority R1 R2 R3 R4 R5
(sumber : Pujawan dan Geraldin, 2009)

2. Mengidentifikasi tindakan atau preventive action (PAk) yang dianggap


paling relevan dan tepat untuk mencegah agen risiko yang sudah dipilih
sebelumnya.
3. Menentukan hubungan antara setiap preventive action (PAk) dan setiap risk

14
agent (Aj). Hubungan ini ditentukan dengan skala korelasi yang sama
seperti pada tahap HOR fase pertama. Hubungan ini (Ejk) dapat diartikan
sebagai tingkat efektivitas tindakan (TEk) dalam mengurangi kemungkinan
terjadinya risk agent (Aj).
4. Menghitung nilai total effectiveness (TEk) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
TEk = ∑j ARPjEjk……………………………………………(2.2)
Dimana :
TEk : total of Effectiveness
ARPj : Aggregate Risk Potensial
Ejk : Korelasi strategi penanganan risiko dengan risk
agent (Skala 9, 3, 1, dan 0)
5. Mengukur tingkat kesulitan dalam melakukan setiap tindakan mitigasi.
Tingkat kesulitan (Dk) dapat dinilai dan diwakili oleh skala seperti yang
ditunjukkan pada tabel 2.7 adalah sebagai berikut :

Tabel 2. 7 Skala tingkat kesulitan


Skala keterangan
3 Aksi mitigasi mudah untuk diterapkan
4 Aksi mitigasi agak sulit untuk diterapkan
5 Aksi mitigasi sulit untuk diterapkan
(sumber : Kristanto dan Hariastuti, 2014)

6. Mengukur nila Effectiveness to Difficulty ratio (ETDk). Nilai Effectiveness


to Difficulty ratio (ETDk) dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
ETDk = TEk/Dk………………………………………………..(2.3)
Diamana :
ETDk : Total efektifitas strategi penanganan risiko
TEk : Total Effectiveness
Dk : Degree of Difficulty ( Skala 3-5)

15
7. Menetapkan peringkat (Rk) dari hasil effectiveness to difficulty ratio (ETDk)
yang ada. Peringkat akan diurutkan mulai dari nilai tertinggi effectiveness
to difficulty ratio (ETDk) sampai terendah.

2.5 Diagram Pareto


Diagram Pareto atau sering disebut juga dengan Pareto Chart ini sangat
bermanfaat dalam menentukan dan mengidentifikasikan prioritas permasalahan
yang akan diselesaikan. Permasalahan yang paling banyak dan sering terjadi adalah
prioritas utama kita untuk melakukan tindakan. Diagram pareto dikembangkan
oleh seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilredo Pareto pada abad ke 19.
Secara umum, diagram pareto menggunakan prinsip 80/20, yang berarti
80% kejadian diakibatkan oleh 20% penyebab. Ini diketahui ketika Vilfredo Pareto
menyadari bahwa 80% lahan di Italia, dimiliki oleh 20% populasi penduduk di
Italia. Prinsip diagram Pareto sesuai dengan hukum Pareto yang menyatakan bahwa
sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau
memiliki dampak terbesar (80%). Diagram Pareto mengidentifikasi 20% penyebab
masalah vital untuk mewujudkan 80% perbaikan secara keseluruhan (Matodang &
Ulkhaq, 2018).
Histogram menunjukan nilai ARP mulai dari yang tertinggi sampai yang
terendah. Sedangkan untuk diagram garis menunjukan persen kumulatif dari
masing-masing Risk agent. Contoh Diagram Pareto dapat dilihat pada gambar 2.4.
Untuk penjelasan yang lebih lanjut dapat dilihat pada gambar 4.2

Gambar 2. 3 Diagram Pareto Dominan (Abrori, 2017)


16
2.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
Menurut Arikunto (2010) mengatakan bahwa benar tidaknya data
tergantung pada baik tidaknya instrumen pengumpulan data atau pengukuran objek
dari suatu variabel penelitian. Instrumen dikatakan valid saat dapat mengungkapkan
data dari variabel secara tepat tidak menyimpang dari keadaan yang sebenarnya.
Instrumem dikatakan reliabel saat dapat mengungkapkan data yang bisa dipercaya.

2.6.1 Validitas
Validitas atau kesahihan adalah menunjukan sejauh mana suatu alat ukur
mempu mengukur apa yang ingin di ukur (Siregar, 2016). Sedangkan menurut
Muhidin dan Abdurahman (2017) mengatakan bahwa suatu instrument pengukuran
dikatakan valid jika instrument dapat mengukur sesuatu dengan tepat yang hendak
diukur. Jika rhitung < rtabel, maka instrument dinyatakan tidak valid dan apabila rhitung
> rtabel, maka instrument dinyatakan valid. Berikut ini adalah rumus korelasi untuk
mencari koefisien korelasi hasil uji instrument dengan uji kriterianya.

Rumus yang digunakan:


𝑛 ∑ 𝑋𝑖 𝑌𝑖 − (∑ 𝑋𝑖 )(∑ 𝑌𝑖 )
𝑟𝑥𝑦 =
√[(𝑛 ∑ 𝑋𝑖2 − (∑ 𝑋𝑖 )2 )(𝑛 ∑ 𝑌𝑖2 − (∑ 𝑌𝑖 )2 )]

Dimana :
𝑟𝑥𝑦 = Koefisien korelasi
n = Jumlah responden uji coba
Xi = Skor tiap item
Yi = Skor seluruh item responden uji coba

2.6.2 Reliabilitas
Suatu instrumen pengukur dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten
dan cermat akurat. Jadi uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila
dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama
diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek

17
memang belum berubah (Muhidin dan Abdurahman, 2017). Untuk uji reliabilitas
dalam penelitian ini, penulis menggunakan rumus Cronbach Alfa sebagai berikut :

Rumus Cronbach Alfa :


𝑘 ∑ 𝜎𝑏2
𝑟11 = (1 − 2 )
𝑘−1 𝜎𝑡

Dimana :
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyak Butir pertanyaan
∑ 𝜎𝑏2 = Jumlah varians butir
𝜎𝑡2 = Varians total

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di desa Ranomea, Kec. Amurang, Kab.
Minahasa Selatan, Prov. Sulawesi Utara dan waktu penelitiannya dimulai pada awal
bulan November 2020 sampai bulan april 2021.

Gambar 3. 1 Lokasi pembuatan produk Cap Tikus di desa Ranomea Kecamatan


Amurang berdasarkan citra satelit.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan beberapa
teknik sebagai berikut :
1. Kajian Literatur
Kajian literatur dilakukan dengan cara mengutip teori yang pernah ada pada
penelitian sebelumnya yang dapat menunjang peneliti dalam melakukan penelitian.
2. Kuisioner
Kuisioner digunakan untuk mendapatkan nilai pembobotan mengenai
House of Risk (HOR) fase 1 dan juga House of Risk (HOR) fase 2.

19
3. Observasi
Observasi/pengamatan dilakukan bersama pemilik tempat pembuat cap
tikus di desa Ranomea, Kec. Amurang, Kab. Minahasa Selatan, Kota Manado, Prov.
Sulawesi Utara.
4. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara mengadakan diskusi tanya jawab dan
sharing secara langsung maupun via telepon dengan pemilik tempat pembuat cap
tikus guna mendapatkan data yang valid dari hasil wawancara. Responden yang
diwawancarai berjumlah 1 orang selaku pemilik tempat sekaligus pembuat cap
tikus.
5. Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengubah data hasil dari penelitian menjadi
sebuah informasi baru yang dapat digunakan dalam membuat kesimpulan.
6. Kesimpulan
Merupakan suatu rangkaian akhir dari bab yang telah disusun dari karya
tulis, yang mana penulis akan memberikan kesimpulan dari semua apa yang telah
dibahasnya.

3.3 Teknik Pengolahan Data


Dalam penelitian ini terdapat beberapa tahapan pengolahan data yang terdiri
atas tiga tahapan, yakni HOR fase 1, penentuan strategi mitigasi risiko dan HOR
fase 2. Adapun Teknik pengolahan data diuraikan secara lengkap sebagai berikut :
1. House of Risk (HOR) Fase 1
Dalam tahap ini ditentukan prioritas risk agent dengan mencari korelasi yang
tertinggi antara risk event dan risk agent. Kemudian menghitung nilai ARP.
Langkah-langkah dalam tahapan hor fase 1 secara lengkap dapat dilihat pada bab 2
landasan teori halaman 19-22.
2. Penentuan strategi mitigasi risiko
Dalam tahap ini, prioritas tindakan pencegahan dilakukan terhadap risiko yang
terpilih. Selanjutnya dilakukan proses penetapan strategi mitigasi atau tindakan
pencegahan.

20
3. House of Risk (HOR) Fase 2
Dalam tahapan ini beberapa sumber risiko yang telah dipilih dilakukan analisis
penentuan prioritas tindakan pencegahan yang teridentifikasi sebelumnya dengan
mencari nilai korelasi yang tertinggi antara sumber risiko dan tindakan pencegahan.
Maka dihasilkan prioritas pemilihan tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko
pada rantai pasok. Langkah-langkah dalam tahapan House of Risk (HOR) fase 2
secara lengkap dapat dilihat pada bab 2 landasan teori halaman 22-24.

21
3.4 Flowchart Metode Penelitian

MULAI

Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data

Perancangan Kuisioner

Valid? Tidak

Reliabel ?

Ya

Pengolahan Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

SELESAI

Gambar 3. 2 Flowchart metode penelitian

22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Rantai Pasok Produksi Cap Tikus


Proses pembuatan Cap Tikus dimulai dengan menyadap tandan (bunga
jantan yang mulai mekar dan menghamburkan serbuk sari berwarna kuning).
Awalnya tandan dipukul selama beberapa hari, setelah tandan tersebut
mengeluarkan cairan ujung tandan di potong lalu di bungkus dengan plastik yang
sudah di sambungkan dengan galon yang berada di bawah pohon. Fungsi plastik
tersebut adalah sebagai alat untuk mengalirkan nira. Sedangkan galon berfungsi
sebagai wadah. Nira yang sudah dikumpulkan kemudian di masukan ke dalam drum
yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa yang nantinya akan dilakukan proses
penyulingan. Nira yang sudah di isi dalam drum kemudian di masak menggunakan
kayu bakar atau tempurung kelapa dan juga serabut kelapa. Pada proses
penyulingan nira akan menghasilkan uap panas. Uap panas ini akan masuk ke
bambu yang sudah dirangkai sedemikian rupa. Cairan yang keluar dari bambu inilah
yang disebut sebagai Cap Tikus.
Pada rantai pasokan produksi Cap Tikus terdapat 4 objek yang berperan.
Keempat objek tersebut yaitu supplier, factory, retailer, dan konsumen. Dalam
rantai pasok produksi Cap Tikus fungsi supplier yaitu sebagai pemilik lahan tempat
pohon aren bertumbuh. Sedangkan factory yaitu sebagai tempat memproduksi atau
membuat dan juga dapat langsung menjual Cap Tikus. Pada proses ini pembuat
tidak hanya menjual kepada agen tetapi juga bisa menjual langsung ke end
customer. Retailer yaitu distributor/agen yang membeli Cap Tikus pada para
pembuat dengan jumlah yang banyak, kemudian di jual lagi di warung-warung dan
juga di jual ke pabrik yang memanfaatkan Cap Tikus sebagai bahan dasar pembuat
produk mereka. Kemudian untuk end customer yaitu sebagai pelanggan atau
pembeli produk Cap Tikus. Pemetaan aktivitas supply chain pada tempat produksi
cap tikus dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini :

23
Supplier Factory Retailer Customer

Distributor/agen

Tempat
Pohon aren produksi Cap Pabrik End Customer
Tikus

Warung-
warung kecil

Gambar 4. 1 Rantai Pasok Proses Produksi Cap Tikus

4.2 Pemetaan Aktivitas Pekerjaan


Pada tahap ini, metode HOR fase 1 digunakan untuk mengidentifikasi risiko
dan menentukan risk agent apa saja yang muncul kemudian menentukan prioritas
mitigasi. Setelah hasil pengumpulan data yang telah didapatkan sebelumnya
melalui wawancara serta pemberian kuesioner, maka didapatkan hasil berupa
pemetaan dari proses plan, source, make, dan deliver kemudian mengidentifikasi
kejadian risiko (risk event) serta penyebab terjadinya risiko (risk agent) dari setiap
kejadian risiko yang telah diidentifikasi melalui konsep SCOR.
Pemetaan aktivitas supply chain pada proses pembuatan cap tikus dengan
menggunakan konsep SCOR menunjukan bahwa terdapat sub process atau kegiatan
dari setiap tahapan. Pemetaan ini bertujuan untuk mempermudah dalam
mengidentifikasi ruang lingkup supply chain. Pemetaan ini juga membantu dalam
mengidentifikasi risiko tersebut dapat muncul. Setelah didapatkan data dilapangan,
kemudian dilakukan pembobotan dengan cara menyebarkan kuesioner yang berisi
tentang risk event beserta nilai severity dan risk agent beserta nilai occurrence.

24
Berdasarkan pemetaan aktivitas rantai pasok melalui pendekatan konsep
SCOR pada tabel di bawah ini akan mempermudah dalam mengidentifikasi risiko-
risiko yang terjadi pada rantai pasok produksi cap tikus.

Tabel 4. 1 Aktivitas Pekerjaan Dalam Model SCOR

SCOR Aktivitas Pekerjaan Dalam Model SCOR


Perencanaan pengadaan bahan baku
Plan Perencanaan produksi
Perencanaan distribusi
Source Proses pengadaan peralatan produksi dan bahan pendukung lainya
Proses produksi
Pengecekan kualitas produksi
Make
Proses pengemasan
Proses penyimpanan
Proses penjualan
Deliver
Proses pengiriman

4.3 Identifikasi Risiko


Proses identifikasi risiko dilakukan dengan menggunakan konsep FMEA
dengan menggunakan tiga kategori yaitu tingkat keparahan dampak risiko
(severity), frekuensi kemunculan risiko (Occurrence) dan tingkat hubungan
korelasi antara keduanya (Correlation). Pembobotan nilai-nilai tersebut dilakukan
dengan wawancara dan pemberian kuesioner. Pemberian kuesioner digunakan
untuk mempermudah melakukan pembobotan nilai severity, occurrence, dan
correlation yang sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas menggunakan
microsoft excel yang disebarkan kepada 5 orang responden (Lampiran 5). Pada
dasarnya kuesioner ini adalah bentuk wawancara tertulis yang peneliti berikan
kepada responden untuk mempermudah pembobotan nilai severity, occurrence, dan
correlation mengingat jenis risiko dan penyebab risiko yang terbagi menjadi
beberapa jenis.

25
Identifikasi kejadian risiko untuk masing-masing proses bisnis yang telah
teridentifikasi merupakan semua kejadian yang mungkin muncul dan menimbulkan
gangguan dalam kegiatan rantai pasok produksi Cap Tikus. Sementara itu untuk
identifikasi tingkat keparahan dampak risiko (severity) terhadap proses bisnis usaha
Cap Tikus berdasarkan pada seberapa besar gangguan yang ditimbulkan oleh suatu
kejadian risiko terhadap proses bisnis usaha Cap Tikus. Adapun skala yang
digunakan dalam nilai severity ini adalah skala 1-10 dengan arti bahwa nilai 1
(hampir tidak ada dampak) dan nilai 10 (dampak sangat berbahaya).
Hasil dari wawancara dan pemberian kuesioner dapat diidentifikasi bahwa
kejadian risiko (risk event) yang terjadi pada rantai pasok cap tikus sebanyak 31
kejadian risiko. Hasil wawancara kejadian risiko (risk event) dan pembobotan nilai
severity dari aliran rantai pasok cap tikus dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4. 2 Risk Event (kejadian risiko) pada rantai pasok cap tikus.

Severity Si
Risk Event (Risiko (Tingkat
Proses Aktivitas Kode
Kejadian)
Keparahan)

Kesalahan jumlah
Perencanaan perencanaan stok untuk E1 7
pengadaan bahan bahan baku
baku Jumlah produksi tidak 5
E2
maksimal
Plan Terjadi perubahan rencana 4
E3
Perencanaan dalam proses produksi
produksi Ketidaksiapan fasilitas 5
E4
peralatan produksi
Ketidaksesuaian perencanaan
Perencanaan 5
distribusi dengan E5
distribusi
perencanaan produksi
Proses Keterlambatan kedatangan
peralatan dan bahan E6 4
pengadaan
peralatan pendukung lainnya
Source produksi dan Ketidaksesuaian jumlah 5
E7
bahan peralatan produksi
pendukung Peralatan tidak sesuai dengan 4
E8
lainnya standar kualitas

26
Lanjutan tabel 4.2
Severity Si
Proses Risk Event (Risiko (Tingkat
Aktivitas Kode
Kejadian) Keparahan)

Kerusakan pada alat 5


E9
penyulingan
Kualitas cap tikus yang 5
E10
buruk
Target jumlah produksi tidak 5
E11
tercapai
Kebersihan tidak terjaga 4
E12
selama proses produksi
Pekerja terkena uap panas E13 4

Limbah hasil pembuatan cap 5


Proses produksi E14
tikus merusak tanaman
Pekerja terkena api E15 5

terjadi longsor di tempat 6


E16
pembuatan
Pekerja terjatuh dari pohon
pada saat mengambil bahan E17 9
baku
Make
Terjadi kecelakaan pada saat
pekerja E18 8
mengambil/memotong kayu
Tidak dilakukannya 1
E19
pengecekan kualitas cap tikus
Pengecekan
Kadar alkohol dalam cap
kualitas produksi 5
tikus tidak diketahui dengan E20
pasti
Takaran dalam botol/galon 4
E21
tidak merata
Proses
Ciri khas dari bau cap tikus 2
pengemasan E22
bisa menguap
Kemasan tidak di cek 6
E23
kebersihan/kelayakan
Tempat penyimpanan penuh E24 3
Proses Bau dari cap tikus bisa
penyimpanan menyebar di lingkungan E25 4
sekitar
Terhambatnya proses 5
E26
penjualan
Deliver Proses penjualan
Proses penjualan yang 5
E27
buruk

27
Lanjutan tabel 4.2
Severity Si
Proses Risk Event (Risiko (Tingkat
Aktivitas Kode
Kejadian) Keparahan)

Keterlambatan pengiriman 5
E28
ke distributor atau agen
Penundaan pengiriman 7
E29
Proses oleh distributor atau agen
pengiriman Terjadi kecelakaan pada 3
E30
saat pengiriman
Kurangnya alat 5
E31
transportasi/kendaran

Proses selanjutnya adalah mengidentifikasi penyebab-penyebab terjadinya


risiko (risk agent) dan melakukan pembobotan nilai occurrence dari kejadian risiko
(risk event) yang telah teridentifikasi pada tahap sebelumnya. Identifikasi dilakukan
dengan melakukan breakdown kembali pada setiap kejadian risiko hingga
teridentifikasi sumber penyebab permasalahan. Sebuah kejadian risiko (risk event)
dapat menimbulkan beberapa penyebab risiko dan sebuah penyebab risiko (risk
agent) yang terjadi dari sebuah kejadian risiko (risk event) dapat terjadi kembali
pada kejadian risiko yang lain sehingga satu penyebab risiko memungkinkan akan
mempengaruhi terhadap kejadian risiko lain.
Pembobotan nilai occurrence dilakukan dengan melihat frekuensi penyebab
kejadian risiko dan direpresentasikan dengan menggunakan skala 1-10 dengan arti
bahwa 1 (hampir tidak pernah terjadi) sampai dengan nilai 10 (hampir selalu
terjadi). Hasil wawancara dan pemberian kuesioner terdapat 47 sumber risiko yang
menunjukan tingkat frekuensi kejadian yang terjadi. Hasil wawancara dan
pemberian kuesioner penyebab kejadian risiko (risk agent) dan pembobotan nilai
occurrence dari rantai pasok produksi cap tikus dapat dilihat pada tabel 4.3 :

28
Tabel 4. 3 Risk agent (penyebab kejadian risiko) pada rantai pasok produksi cap
tikus

Occurrence
Kode Risk Agent (Tingkat
Kejadian)

A1 Ketidaktelitian dari pekerja itu sendiri 8

A2 Nira yang dihasilkan sedikit 5

A3 Persediaan nira kurang 7

A4 Kekurangan tenaga kerja 2

A5 Tidak adanya penjadwalan dalam proses produksi 2

Tempat pembelian peralatan produksi (drum dan galon) terlalu 2


A6
jauh
Peralatan produksi (drum dan galon) yang diperlukan sulit 2
A7
untuk di cari
Penjadwalan/perencanaan pengadaan peralatan produksi 3
A8
(drum dan gallon) yang salah
A9 Terjadi kelangkaan penjualan drum 2

Tidak adanya komunikasi antara produsen dan 8


A10
distributor/agen
Tempat penjualan peralatan produksi (drum dan galon) terlalu 4
A11
jauh
Peralatan produksi (drum dan galon) yang diperlukan sulit 3
A12
untuk di cari
A13 Harga drum terbilang sangat mahal 6

A14 Usia peralatan penyulingan yang sudah tua 3

A15 Uap panas dari proses pembakaran 6

A16 Faktor alam 4

A17 Tidak adanya preventive maintenance 6

A18 Tidak dilakukannya perawatan pada peralatan penyulingan 7

A19 Nira yang di ambil buruk 5

A20 Terlalu lama dalam menyimpan bahan baku (nira) 4

A21 Proses pembakaran kurang baik (api terlalu kecil/besar) 8

A22 Proses pembakaran terlalu lama/cepat 8

A23 Jumlah nira yang diambil sedikit 6

A24 Kurangnya jumlah pekerja 2

29
Lanjutan tabel 4.3
Occurrence
Kode Risk Agent (Tingkat
Kejadian)

A25 Ketidakpedulian pekerja terhadap kebersihan 4

A26 Tidak melaksanakan K3 8

A27 Kesalahan tak terduga 5

Setelah proses pembuatan limbah yang panas langsung di 5


A28
buang
A29 Human error pada saat proses pembakaran 5

A30 Tempat pembuatan berada di lereng gunung 4

A31 Faktor cuaca 5

A32 Pekerja kurang berhati-hati 5

A33 Bambu/kayu yang dijadikan pijakan patah 3

A34 Human error pada saat pekerja mengambil bahan baku 2

A35 Ketidaktelitian dari pekerja 3

A36 Tidak terdapat alat yang dapat mengukur kadar alkohol 2

Hanya memprediksi kadar alkohol yang terkandung dalam cap 5


A37
tikus
A38 Tidak ada takaran pasti (hanya mengira-ngira) 3

A39 Gallon/botol tidak tertutup dengan benar 4

A40 Kurangnya kepedulian dari pekerja 1

A41 Tempat penyimpanan kecil 2

A42 Kurangnya komunikasi antara produsen dan distributor/agen 2

A43 Jarak yang di tempuh jauh 8

A44 Kurangnya kendaraan pengangkut 6

A45 Tempat penyimpanan pada agen penuh 5

A46 Jalur yang dilalui sangat buruk 8

A47 Tidak ada alternatif kendaraan lain 6

Dari tabel 4.3 diketahui bahwa terdapat 47 risk agent dengan nilai
occurrence dari setiap risk agent. Nilai occurrence dari risk agent dan nilai severity
dari risk event akan menjadi input untuk House of Risk (HoR) fase 1. Selain itu,
30
juga menggunakan nilai korelasi antara risk event dan risk agent yang dinilai oleh
responden.
Setelah diketahui risk event dan risk agent pada proses rantai pasokan cap
tikus, kemudian menentukan dampak risiko dari masing-masing 47 risk agent
tersebut. Adapun dampak risiko yang ditimbulkan bisa dilihat pada tabel 4.4
berikut:

Tabel 4. 4 Dampak risiko yang akan ditimbulkan dari 47 risk agent

Kode Risk Agent Dampak Risiko

Ketidaktelitian dari pekerja itu Dapat mengakibatkan kesalahan


A1 jumlah produksi
sendiri

A2 Nira yang dihasilkan sedikit Jumlah produksi tidak maksimal

A3 Persediaan nira kurang Belum dapat memproduksi cap tikus

Tidak ada pengganti disaat pekerja


A4 Kekurangan tenaga kerja sakit

Tidak adanya penjadwalan dalam Proses produksi kurang efisien


A5
proses produksi
Tempat pembelian peralatan Memakan banyak waktu dan juga
A6 produksi (drum dan galon) terlalu pengeluaran finansial
jauh
Dapat berpengaruh pada proses
Peralatan produksi (drum dan galon) produksi apabila sewaktu-waktu terjadi
A7
yang diperlukan sulit untuk di cari kerusakan pada peralatan produksi
Penjadwalan/perencanaan
A8 pengadaan peralatan produksi (drum Proses produksi bisa terhenti
dan galon) yang salah
A9 Terjadi kelangkaan penjualan drum Tidak dapat melakukan penyulingan

Tidak adanya komunikasi antara Kesalahan dalam menentukan jumlah


A10 penjualan produksi cap tikus
produsen dan distributor/agen
Tempat penjualan peralatan Memakan banyak waktu dan juga
A11 produksi (drum dan galon) terlalu pengeluaran finansial
jauh
Peralatan produksi (drum dan galon) Dapat berpotensi untuk mengurangi
A12 jumlah produktivitas
yang diperlukan sulit untuk di cari

A13 Harga drum terbilang sangat mahal Kekurangan keuangan

Usia peralatan penyulingan yang Terjadi kebocoran pada drum


A14
sudah tua
A15 Uap panas dari proses pembakaran Pekerja bisa terluka

31
Lanjutan tabel 4.4

Kode Risk Agent Dampak Risiko

Terjadi longsor di tempat pembuatan


A16 Faktor alam cap tikus

Tidak adanya preventive Terjadi kerusakan pada alat


A17 penyulingan
maintenance

Tidak dilakukannya perawatan pada Terjadi kebocoran pada drum dan juga
A18 bambu.
peralatan penyulingan

A19 Nira yang di ambil buruk Kualitas cap tikus kurang baik

Terlalu lama dalam menyimpan Rasa cap tikus yang dihasilkan asam
A20
bahan baku (nira)
Proses pembakaran kurang baik (api Kualitas alkohol dari cap tikus kurang
A21
terlalu kecil/besar)
Proses pembakaran terlalu Kualitas alkohol dari cap tikus kurang
A22
lama/cepat
A23 Jumlah nira yang diambil sedikit Hasil produksi sedikit

Tidak ada pengganti disaat pekerja


A24 Kurangnya jumlah pekerja sakit

Ketidakpedulian pekerja terhadap Berpengaruh pada kualitas cap tikus


A25
kebersihan
A26 Tidak melaksanakan K3 Terjadi kecelakaan pada pekerja

A27 Kesalahan tak terduga pekerja bisa terluka

Setelah proses pembuatan limbah


A28 Kerusakan pada lingkungan sekitar
yang panas langsung di buang
Human error pada saat proses
A29 Pekerja terbakar
pembakaran
Tempat pembuatan berada di lereng
A30 Sewaktu-waktu bisa terjadi longsor
gunung

A31 Faktor cuaca Terjadi badai dan juga tanah longsor

A32 Pekerja kurang berhati-hati Pekerja bisa terluka

Bambu/kayu yang dijadikan pijakan


A33 Pekerja bisa terjatuh dari pohon
patah
Human error pada saat pekerja
A34 Terjadi kecelakaan
mengambil bahan baku

A35 Ketidaktelitian dari pekerja Jumlah produksi tidak maksimal

32
Lanjutan tabel 4.4
Kode Risk Agent Dampak Risiko
Tidak terdapat alat yang dapat Kadar alkohol tidak diketahui dengan
A36
mengukur kadar alkohol pasti

Hanya memprediksi kadar alkohol Tidak dapat mengetahui kadar alkohol


A37
yang terkandung dalam cap tikus dengan pasti

Tidak ada takaran pasti (hanya Penjualan dalam kemasan botol kurang
A38
mengira-ngira) merata

Gallon/botol tidak tertutup dengan


A39 Cap tikus bisa tertumpah
benar

Produksi kemasan yang akan dijual


A40 Kurangnya kepedulian dari pekerja
kotor atau rusak.

Hasil produksi cap tikus yang disimpan


A41 Tempat penyimpanan kecil
sedikit
Kurangnya komunikasi antara
A42 Terjadi miskomunikasi
produsen dan distributor/agen

Keterlambatan dalam pengiriman


A43 Jarak yang di tempuh jauh
produksi cap tikus

Menghambat pengiriman produksi cap


A44 Kurangnya kendaraan pengangkut
tikus

Tempat penyimpanan pada agen


A45 Terjadi penundaan penjualan
penuh

Terjadi kecelakaan dan juga dapat


A46 Jalur yang dilalui sangat buruk memperlambat pengiriman produksi
cap tikus

Jumlah pengangkutan produksi cap


A47 Tidak ada alternatif kendaraan lain
tikus tidak maksimal

4.4 House of Risk (HOR) Fase 1


Setelah dilakukan pengambilan data melalui wawancara dan kuesioner
terhadap pembuat Cap Tikus pada aktivitas supply chain dan identifikasi risiko dari
proses plan, source, make, dan deliver didapatkan hasil berupa 31 risk event serta
nilai severity untuk masing-masing kejadian risiko dan terdapat 47 risk agent
beserta nilai occurrence untuk masing-masing penyebab terjadinya risiko. Setelah

33
data-data tersebut didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
pemberian nilai korelasi antara risk event dan risk agent.
Hubungan antara sumber risiko kejadian lainnya dan diberi nilai 0 (tidak
ada korelasi), 1 (korelasi lemah), 3 (korelasi sedang), atau 9 (korelasi kuat) sebagai
tanda dari masing-masing hubungan. Bila suatu sumber risiko menyebabkan
timbulnya suatu risiko lainnya, maka dikatakan terdapat korelasi/hubungan.
Semakin tinggi korelasi menunjukkan semakin besar korelasi antar kejadian risiko
dengan sumber risiko penyebabnya.
Setelah menentukan nilai korelasi, kemudian menghitung nilai ARP yang
bertujuan untuk mengetahui penanganan sumber terjadinya risiko yang harus
ditangani terlebih dahulu lalu diberikan peringkat dari sumber terjadinya risiko
berdasarkan nilai tertinggi hingga terendah. Tabel 4.5 dibawah menunjukan hasil
pengolahan data yang meliputi penilaian korelasi, nilai ARP dan rangking ARP
untuk House of Risk fase 1.
Tabel 4.5 menunjukan bahwa nilai Aggregate Risk Potential (ARP) tertinggi
adalah risiko dengan Risk Agent A26 yaitu “Tidak Melaksanakan K3” dengan nilai
ARP sebesar 2880, sedangkan nilai ARP terendah dengan kode risk agent A24 yaitu
“Kurangnya Jumlah Pekerja” dengan nila ARP sebesar 10. Nilai ARP tersebut akan
dimasukkan dalam diagram pareto untuk mengetahui risiko-risiko dominan yang
terjadi pada usaha produksi cap tikus. Hasil perhitungan diagram pareto risk agent
dapat dilihat pada tabel 4.6

34
Tabel 4. 5 House of Risk Fase 1

RISK RISK AGENT (Ai)


SEVERITY
SCOR EVENT
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 (Si)
(Ei)
E1 3 3 7
E2 9 9 1 5
PLAN E3 3 4
E4 3 3 5
E5 3 3 1 5
E6 9 1 9 4
SOURCE E7 3 5
E8 3 3 9 9 3 4
E9 9 9 9 9 9 5
E10 9 9 9 3 3 9 5
E11 1 9 3 5
E12 3 4
E13 3 9 4
E14 5
E15 3 5
E16 3 6
MAKE E17 3 9
E18 8
E19 1
E20 5
E21 4
E22 2
E23 3 6
E24 3
E25 4
E26 5
E27 5
E28 5
DELIVERY
E29 9 7
E30 1 3 3
E31 5
Oi 8 5 7 2 2 2 2 3 2 8 4 3 6 3 6 4 6 7 5 4 8 8 6
ARP 688 525 672 10 34 72 32 45 54 792 144 108 72 180 486 576 270 315 225 180 120 120 405
RANK 6 10 7 46 44 37 45 42 40 4 31 34 38 27 11 8 18 15 23 28 32 33 13

35
Lanjutan tabel 4.5
RISK RISK AGENT (Ai) SEVE
SCOR EVENT A4 RITY
(Ei) A24 A25 A26 A27 A28 A29 A30 A31 A32 A33 A34 A35 A36 A37 A38 A39 A40 A41 A42 A43 A44 A45 A46 (Si)
7
E1 3 1 7
E2 5
PLAN E3 9 4
E4 5
E5 5
E6 1 9 9 4
SOURCE E7 5
E8 1 3 4
E9 3 9 3 3 5
E10 1 9 5
E11 5
E12 9 9 9 4
E13 9 9 9 4
E14 9 5
E15 9 9 9 5
E16 3 9 9 3 6
MAKE E17 9 3 9 1 3 9 9 9
E18 9 3 3 8
E19 3 3 1
E20 9 3 5
E21 3 3 4
E22 3 2
E23 9 9 6
E24 9 3
E25 3 4
E26 9 3 9 5
E27 5
E28 9 3 5
DELIVERY
E29 9 9 7
E30 9 1 3 9 9 3
E31 9 5
Oi 2 4 8 5 5 5 4 5 5 3 2 3 2 5 3 4 1 2 2 8 6 5 8 6
ARP 10 216 2880 895 270 405 216 480 795 243 162 228 90 75 36 72 147 54 288 768 576 315 216 270
RANK 47 24 1 2 19 14 25 12 3 21 29 22 35 36 43 39 30 41 17 5 9 16 26 20

36
Tabel 4. 6 Perhitungan Pareto Risk Agent
%
Kode Risk Agent ARP KUMULATIF % Rangking
KUMULATIF

A26 Tidak melaksanakan K3 2880 2880 18% 18% 1

A27 Kesalahan tak terduga 895 3775 6% 24% 2

A32 Pekerja kurang berhati-hati 795 4570 5% 29% 3

Tidak adanya komunikasi


A10 antara produsen dan 792 5362 5% 34% 4
distributor/agen

A43 Jarak yang di tempuh jauh 768 6130 5% 39% 5

Ketidaktelitian dari pekerja


A1 688 6818 4% 43% 6
itu sendiri

A3 Persediaan nira kurang 672 7490 4% 47% 7

A16 Faktor alam 576 8066 4% 51% 8

Kurangnya kendaraan
A44 576 8642 4% 55% 9
pengangkut

A2 Nira yang dihasilkan sedikit 525 9167 3% 58% 10

Uap panas dari proses


A15 486 9653 3% 61% 11
pembakaran

A31 Faktor cuaca 480 10133 3% 64% 12

Jumlah nira yang diambil


A23 405 10538 3% 67% 13
sedikit

Human error pada saat


A29 405 10943 3% 69% 14
proses pembakaran

Tidak dilakukannya
A18 perawatan pada peralatan 315 11258 2% 71% 15
penyulingan

Tempat penyimpanan pada


A45 315 11573 2% 73% 16
agen penuh

Kurangnya komunikasi
A42 antara produsen dan 288 11861 2% 75% 17
distributor/agen

Tidak adanya preventive


A17 270 12131 2% 77% 18
maintenance

Setelah proses pembuatan


A28 limbah yang panas langsung 270 12401 2% 78% 19
di buang

Tidak ada alternatif


A47 270 12671 2% 80% 20
kendaraan lain

37
Lanjutan tabel 4.6
%
Kode Risk Agent ARP KUMULATIF % Rangking
KUMULATIF

Bambu/kayu yang dijadikan


A33 243 12914 2% 82% 21
pijakan patah

A35 Ketidaktelitian dari pekerja 228 13142 1% 83% 22

A19 Nira yang di ambil buruk 225 13367 1% 84% 23

Ketidakpedulian pekerja
A25 216 13583 1% 86% 24
terhadap kebersihan

Tempat pembuatan berada di


A30 216 13799 1% 87% 25
lereng gunung

Jalur yang dilalui sangat


A46 216 14015 1% 89% 26
buruk

Usia peralatan penyulingan


A14 180 14195 1% 90% 27
yang sudah tua

Terlalu lama dalam


A20 menyimpan bahan baku (air 180 14375 1% 91% 28
nira)

Human error pada saat


A34 pekerja mengambil bahan 162 14537 1% 92% 29
baku

Kurangnya kepedulian dari


A40 147 14684 1% 93% 30
pekerja

Tempat penjualan peralatan


A11 produksi (drum dan gallon) 144 14828 1% 94% 31
terlalu jauh

Proses pembakaran kurang


A21 120 14948 1% 94% 32
baik (api terlalu kecil/besar)

Proses pembakaran terlalu


A22 120 15068 1% 95% 33
lama/cepat

Peralatan produksi (drum


A12 dan gallon) yang diperlukan 108 15176 1% 96% 34
sulit untuk di cari

Tidak terdapat alat yang


A36 dapat mengukur kadar 90 15266 1% 96% 35
alkohol

Hanya memprediksi kadar


A37 alkohol yang terkandung 75 15341 0% 97% 36
dalam cap tikus

Tempat pembelian peralatan


A6 produksi (drum dan gallon) 72 15413 0% 97% 37
terlalu jauh

Harga drum terbilang sangat


A13 72 15485 0% 98% 38
mahal

38
Lanjutan tabel 4.6
%
Kode Risk Agent ARP KUMULATIF % Rangking
KUMULATIF

Gallon/botol tidak tertutup


A39 72 15557 0% 98% 39
dengan benar

Terjadi kelangkaan penjualan


A9 54 15611 0% 99% 40
drum

A41 Tempat penyimpanan kecil 54 15665 0% 99% 41

Penjadwalan/perencanaan
pengadaan peralatan
A8 45 15710 0% 99% 42
produksi (drum dan gallon)
yang salah

Tidak ada takaran pasti


A38 36 15746 0% 99% 43
(hanya mengira-ngira)

Tidak adanya penjadwalan


A5 34 15780 0% 100% 44
dalam proses produksi

Peralatan produksi (drum


A7 dan gallon) yang diperlukan 32 15812 0% 100% 45
sulit untuk di cari

A4 Kekurangan tenaga kerja 10 15822 0% 100% 46

A24 Kurangnya jumlah pekerja 10 15832 0% 100% 47

Dari tabel 4.6 dapat diketahui urutan risk agent dari yang terbesar ke yang
terkecil dan jumlah persentase nilai ARP setiap risk agent terhadap jumlah
keseluruhan nilai ARP. Diagram pareto digunakan untuk melihat dimana batas
yang harus dilakukan perbaikan sehingga dapat mengurangi penyebab risiko dan
menentukan prioritas risk agent yang akan diberikan penanganan. Penelitian ini
prinsip pareto yang digunakan yaitu 80:20. Adapun bentuk representasi diagram
pareto mengenai risk agent dapat di lihat pada gambar 4.2 di bawah ini :

39
DIAGRAM PARETO 100%
99% 99% 100%
3500 100%
96%97%97%98%98%99% 99% 100%
96% 100%
94%95%
92%93%94%
91% 90%
87%89%90%
3000 86%
84%
83%
82%
80%
78%
77% 80%
75%
73%
2500 71%
69% 70%
67%
64%
61% 60%
2000 58%
55%
51% 50%
47%
1500 43%
40%
39%
34%
29% 30%
1000
24%
20%
18%
500
10%

2880895795792768688672576576525486480405405315315288270270270243228225216216216180180162147144120120108 90 75 72 72 72 54 54 45 36 34 32 10 10
0 0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47

ARP % KUMULATIF 80 % CUT OFF

Gambar 4. 2 Diagram pareto Risk Agent

40
pada gambar 4.2 diatas dapat diketahui bahwa terdapat risiko-risiko yang
memiliki korelasi/hubungan dominan pada usaha produksi Cap Tikus. Perhitungan
diambil dari nilai persen kumulatif sebesar 80% yang harus ditangani dengan tujuan
dapat mengurangi risiko yang lainnya sebesar 20%. Dari diagram pareto di atas
dapat diketahui bahwa terdapat 20 risk agent dominan yang telah diidentifikasi
menjadi penyebab dominan di dalam usaha produksi cap tikus. Berikut adalah risk
agent dominan beserta nilai ARP dan juga persen kumulatifnya dapat dilihat pada
tabel 4.7 di bawah ini :

Tabel 4. 7 Deskriptif Risk Agent Dominan

%
Kode Risk Agent ARP Rangking
Kumulatif

A26 Tidak melaksanakan K3 2880 18% 1

A27 Kesalahan tak terduga 895 24% 2

A32 Pekerja kurang berhati-hati 795 29% 3

Tidak adanya komunikasi antara produsen 34%


A10 792 4
dan distributor/agen

A43 Jarak yang di tempuh jauh 768 39% 5

A1 Ketidaktelitian dari pekerja itu sendiri 688 43% 6

A3 Persediaan nira kurang 672 47% 7

A16 Faktor alam 576 51% 8

A44 Kurangnya kendaraan pengangkut 576 55% 9

A2 Nira yang dihasilkan sedikit 525 58% 10

A15 Uap panas dari proses pembakaran 486 61% 11

A31 Faktor cuaca 480 64% 12

A23 Jumlah nira yang diambil sedikit 405 67% 13

A29 Human error pada saat proses pembakaran 405 69% 14

Tidak dilakukannya perawatan pada peralatan


A18 315 71% 15
penyulingan

A45 Tempat penyimpanan pada agen penuh 315 73% 16

Kurangnya komunikasi antara produsen dan


A42 288 75% 17
distributor/agen

A17 Tidak adanya preventive maintenance 270 77% 18

41
Lanjutan tabel 4.7

%
Kode Risk Agent ARP Rangking
Kumulatif

Setelah proses pembuatan limbah yang panas


A28 270 78% 19
langsung di buang

A47 Tidak ada alternatif kendaraan lain 270 80% 20

4.5 Perencanaan Strategi Mitigasi


Strategi mitigasi dilakukan untuk mengatasi penyebab risiko (Risk Agent)
sesuai dengan prioritas yang sudah didapatkan lewat diagram pareto. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi dampak yang dapat merugikan maupun
membahayakan suatu usaha. Dalam tahapan ini akan dilakukan penilaian atau
penentuan Degree of Difficult (Dk) untuk masing-masing strategi
penanganan/mitigasi risiko yang dinilai oleh pemilik usaha cap tikus. Degree of
Difficult (Dk) adalah tingkat kesulitan dari suatu penanganan/mitigasi untuk sumber
risiko (risk agent). Skala yang digunakan dalam penilaian tingkat kesulitan ini
merupakan tingkat skala 3-5 dengan arti bahwa nilai 3 (kesulitan rendah), 4
(kesulitan sedang), dan 5 (kesulitan tinggi). Berikut adalah penilaian Degree of
Difficult (Dk) untuk strategi mitigasi penyebab kejadian risiko pada usaha produksi
cap tikus dapat dilihat pada tabel 4.8 :

42
Tabel 4. 8 Deskripsi Perencanaan Strategi Mitigasi
Skala
Kode Risk Agent Mitigasi Kode
Kesulitan

A26 Tidak melaksanakan


K3 Memberikan pelatihan K3
PA1 3
kepada pekerja
A31 Faktor cuaca
A27 Kesalahan tak terduga Memberikan prosedur,
instruksi, dan bantuan
PA2 3
A29 Human error pada pekerjaan yang jelas dan
saat proses akurat
pembakaran Memberikan pelatihan-
PA3 3
pelatihan yang relevan
A15 Uap panas dari proses
Mencari akar penyebab
pembakaran PA4 3
masalah

A32 Pekerja kurang


Lebih meningkatkan
berhati-hati.
ketelitian dan
PA5 3
kewaspadaan dalam
A1 Ketidaktelitian dari
bekerja
pekerja itu sendiri.
A10 Tidak adanya Melakukan koordinasi
komunikasi antara dengan distributor
PA6 3
produsen dan sebelum proses
distributor/agen. pembuatan dan penjualan

A42 Kurangnya Selalu berkomunikasi


komunikasi antara dengan PA7 3

produsen dan distributor


distributor/agen

43
Lanjutan tabel 4.8
Skala
Kode Risk Agent Mitigasi Kode
Kesulitan

Tempat penyimpanan
A45
pada agen penuh
A43 Jarak yang di tempuh
jauh
Membangun sarana dan
prasarana yang dapat
A44 Kurangnya kendaraan
menunjang dan PA8 4
pengangkut
memudahkan akses
perjalanan
A47 Tidak ada alternatif
kendaraan lain
A3 Persediaan nira
kurang

A2 Nira yang dihasilkan


sedikit Memperbanyak
PA9 3
persediaan nira
A23 Jumlah nira yang
diambil sedikit

A16 Faktor alam


A18 Tidak dilakukannya
perawatan pada
peralatan penyulingan Melaksanakan preventive
maintenance secara rutin PA10 3

A17 Tidak adanya maupun berkala


preventive
maintenance

44
Lanjutan tabel 4.8
Skala
Kode Risk Agent Mitigasi Kode
Kesulitan

Setelah proses
Menyediakan/membuat
pembuatan limbah
A28 tempat penampungan PA11 3
yang panas langsung
limbah hasil cap tikus
di buang

4.6 House of Risk (HOR) Fase 2


HOR fase 2 akan difokuskan untuk melanjutkan penanganan risiko yang
terjadi sehingga dapat meminimalisir terjadinya risiko yang dapat mengakibatkan
kerugian pada pemilik usaha produksi Cap Tikus tersebut. Tahapan dari HOR fase
2 ini adalah untuk merancang strategi mitigasi risiko, menilai korelasi/hubungan
antara strategi mitigasi risiko dengan risk agent sesuai dengan HOR fase 1 yang
dinilai berdasarkan kesanggupan dari pembuat Cap Tikus. Skala yang digunakan
dalam penilaian korelasi ini adalah 0, 1, 3, dan 9 dengan arti bahwa nilai 0 (tidak
ada korelasi), 1 (korelasi lemah), 3 (korelasi sedang), dan 9 (korelasi kuat)
kemudian menghitung nilai Total Effectiveness (TEk) yaitu nilai yang menunjukkan
seberapa efektif rencana strategi mitigasi tersebut apabila diterapkan, Degree of
Difficulty (Dk) yaitu untuk mengetahui derajat kesulitan, Effectiveness to Difficulty
(ETDk) untuk mengetahui prioritas penanganan yang harus dilakukan, dan yang
terakhir yaitu menentukan peringkat (Rangking) prioritas dari strategi mitigasi yang
yang diketahui dari nilai Effectiveness to Difficulty (ETDk). Berikut adalah hasil
perhitungan HOR fase 2 yang dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini, yaitu :

45
Tabel 4. 9 House of Risk Fase 2
Strategi Penanganan (Preventive Action / PA) ARP
Sumber Risiko/Risk Agent (A)
PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 PA8 PA9 PA10 PA11
A26, 3360
Tidak melaksanakan K3, Faktor cuaca 9 3 3
A31
A27,
Kesalahan tak terduga, Human error pada saat proses 1786
A29, 9 9 9
pembakaran, Uap panas dari proses pembakaran
A15
A32, Pekerja kurang berhati-hati, Ketidaktelitian dari pekerja itu 1488
9
A1 sendiri
A10, Tidak adanya komunikasi antara produsen dan distributor/agen,
A42, Kurangnya komunikasi antara produsen dan dirtributor/agen, 9 9 1395

A45 tempat penyimpanan pada agen penuh


A43,
Jarak yang di tempuh jauh, Kurangnya kendaraan pengangkut, 1614
A44, 9
Tidak adanya alternatif kendaraan lain
A47
A3,
A2, Persediaan nira kurang, Nira yang dihasilkan sedikit, Jumlah 2178
9
A23, nira yang diambil sedikit, Faktor alam
A16
A18, Tidak dilakukannya perawatan pada peralatan penyulingan, 585
9
A17 Tidak adanya preventive maintenance

A28 Setelah proses pembuatan limbah yang panas langsung di buang 9


270

Total effectiveness of action (TEk) 30240 26154 26154 16074 1497 1404 12555 14526 19602 5265 2430
Degree of difficulty (Dk) 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3
Effectiveness to difficulty ratio (ETDk) 10080 8718 8718 5358 499 468 4185 3631.5 6534 1755 810
Rank of priority 1 3 2 5 10 11 6 7 4 8 9

46
Berdasarkan perhitungan HOR fase 2 didapatkan urutan strategi mitigasi
risiko berdasarkan nilai Effectiveness to Difficulty (ETDk) tertinggi. Berikut adalah
urutan atau Rank of Priority dari strategi mitigasi risiko yang dapat dilihat pada
tabel 4.10 di bawah ini, yaitu :

Tabel 4. 10 Rangking Strategi Penanganan/Mitigasi Risiko

Kode Mitigasi Risiko Rangking


PA1 Memberikan pelatihan K3 kepada pekerja 1
PA3 Memberikan pelatihan-pelatihan yang relevan 2
Memberikan prosedur, instruksi, dan bantuan pekerjaan
PA2 3
yang jelas dan akurat
PA9 Memperbanyak persediaan nira 4
PA4 Mencari akar penyebab masalah 5
Selalu berkomunikasi dengan
PA7 6
distributor
Membangun sarana dan prasarana yang dapat menunjang
PA8 7
dan memudahkan akses perjalanan
Melaksanakan preventive maintenance secara rutin maupun
PA10 8
berkala
Menyediakan/membuat tempat penampungan limbah hasil
PA11 9
cap tikus
Lebih meningkatkan ketelitian dan kewaspadaan dalam
PA5 10
bekerja
Melakukan koordinasi dengan distributor sebelum proses
PA6 11
pembuatan dan penjualan

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa dari 11 strategi mitigasi yang
diterapkan, didapatkan hasil prioritas perencanaan strategi mitigasi yaitu PA1
“Memberikan pelatihan K3 kepada pekerja” dengan nilai ETDk sebesar 10080.
Sedangkan prioritas perencanaan strategi mitigasi terendah yaitu PA6 “Melakukan
koordinasi dengan distributor sebelum proses pembuatan dan penjualan” dengan
nilai ETDk sebesar 810.

47
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan, maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat 31 Risk Event dan 47 Risk Agent yang teridentifikasi terjadi pada
tempat produksi cap tikus di desa Ranomea Kec. Amurang.
2. Pada 47 Risk Agent penulis memprioritaskan 20 risiko dominan yang
didapatkan melalui prinsip pareto 80:20 yaitu : A26 “Tidak melaksanakan
K3”, A27 “Kesalahan tak terduga”, A32 “Pekerja kurang berhati-hati”, A10
“Tidak adanya komunikasi antara produsen dan distributor/agen, A43
“Jarak yang ditempuh jauh”, A1 “Ketidaktelitian dari pekerja itu sendiri”,
A3 “Persediaan nira kurang”, A16 “Faktor alam”, A44 “Kurangnya
kendaraan pengangkut”, A2 “Nira yang dihasilkan sedikit”, A15 “Uap panas
dari proses pembakaran”, A31 “Faktor cuaca”, A23 “Jumlah nira yang
diambil sedikit”, A29 “Human error pada saat proses pembakaran”, A18
“Tidak dilakukannya perawatan pada peralatan penyulingan”, A45 “Tempat
penyimpanan pada agen penuh”, A42 “Kurangnya komunikasi antara
produsen dan distributor/agen”, A17 “Tidak adanya preventive
maintenance”, A28 “Setelah proses pembuatan limbah yang panas langsung
di buang”, A47 “Tidak ada alternatif kendaraan lain”.
3. Setelah didapatkan 20 Risk Agent dominan kemudian menentukan strategi
mitigasi risiko. Pada 20 Risk Agent tersebut didapatkan 11 strategi mitigasi
risiko yang kemudian dilakukan pe-rangkingan dari yang tertinggi adalah
pertama : Memberikan pelatihan K3 kepada pekerja, kedua : Memberikan
pelatihan-pelatihan yang relevan, ketiga : Memberikan prosedur, instruksi,
dan bantuan pekerjaan yang jelas dan akurat, keempat : Memperbanyak
persediaan nira, kelima : Mencari akar penyebab masalah, keenam : Selalu
berkomunikasi dengan distributor, ketujuh : Membangun sarana dan
prasarana yang dapat menunjang dan memudahkan akses perjalanan,

48
kedelapan : Melaksanakan preventive maintenance secara rutin maupun
berkala, kesembilan : Menyediakan/membuat tempat penampungan limbah
hasil cap tikus, kesepuluh : Lebih meningkatkan ketelitian dan kewaspadaan
dalam bekerja, dan yang kesebelas : Melakukan koordinasi dengan
distributor sebelum proses pembuatan dan penjualan.

5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dihasilkan beberapa saran
untuk pihak pemilik tempat usaha produksi cap tikus di Desa Ranomea Kec.
Amurang serta bagi peneliti selanjutnya.
1. Pemilik tempat usaha produksi cap tikus
a. Mengajukan program pelatihan K3 kepada Dinas terkait.
b. Mengajukan permohonan bantuan pendanaan kepada pemerintah
setempat untuk menyediakan sarana dan prasarana yang layak.
c. Diharapkan bagi pemilik tempat usaha produksi cap tikus mampu
menerapkan aksi penanganan risiko yang telah di prioritaskan sehingga
bisa memperbaiki kinerja rantai pasok produksi cap tikus.
2. Penelitian Selanjutnya
a. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar menambah lebih banyak
sampel penelitian.

49
DAFTAR PUSTAKA

Abrori, F. 2017. Identifikasi Dan Pengelolaan Risiko Rantai Pasok Rumah


Produksi Tahu Apu dengan Metode House of Risk. Skripsi Program S1
Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik. Jakarta :


PT Rineka Cipta.

Achmadi, R. E., dan Mansur, A. 2018. Design Mitigation of Blood Supply Chain
Using Supply Chain Risk Management Approach. IEOM Society
International, 17631772.

Andi, N., Teguh, O., dan Titik, H. 2019. Manajemen Risiko Rantai Pasok
Sayuran Menggunakan Metode Supply Chain Operation Reference dan
Model House of Risk. Jurnal Teknologi, Informasi dan Industri, Vol. 2, pp.
104-105.

Cendrowski, H., dan Mair, W. C. 2009. “Enterprise Risk Management And COSO
: A Guide For Directors, Execuves, And Practitioners”, New Jersey: John
Wiley & Son Inc.

Fahmi, I. 2010. Manajemen Kinerja. Bandung: Alfabet.

Ghafar, M. 2020. Analisis Mitigasi Risiko Rantai Pasok Menggunakan Metode


HOR (House of Risk). Tugas Akhir S1 Teknik Industri Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta.

Halim, M. 2017. Analisis Risiko Produksi Halal pada Rantai Pasok PT. Dagsap
Endura Eatore dengan Metode House of Risk. Skripsi Program Studi S1
Teknik Industri UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Juttner, U., Peck, H., dan Christhoper, M. 2003. “Supply chain Risk Management:
Outlining An Agenda For Future Research”, International Journal Of
Logistics Management, Vol 16, No 1.

50
Kristanto, B. R., dan Hariastuti, N. P. 2014. Aplikasi Model House of Risk (HOR)
Untuk Mitigasi Risiko Pada Supply Chain Bahan Baku Kulit. Jurnal ilmiah
Teknik Industri, 144-157.

Luin, N., Suardika, I., dan Adriantantri, E. 2020. Analisis dan Pengendalian Risiko
Rantai Pasok Menggunakan Metode House of Risk (HOR). Jurnal Valtech.
Vol. 3, Is 2, pp. 70-71.

Luthfiani, A. 2019. Analisis Pengukuran dan Pengendalian Risiko Supply Chain


Pada CV Ganep Surakarta dengan Menggunakan Metode House of Risk.
Skripsi Program S1 Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Matodang, T. P., dan Ulkhaq, M. M. 2018. Jurnal Sistem dan Manajemen Industri,
Vol 2 No 2.

Melmambessy, E. E., Tendean, L., dan Rumbajan, J. M. 2015. Pengaruh Pemberian


Cap Tikus Terhadap Kualitas Spermatozoa Wistar Jantan (Rattus
Novergigicus). Jurnal e-Biomedik (eBm). Vol. 3, No 1, 323.

Muhidin, S. A., dan Abdurahman, M. 2017. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur
Dalam Penelitian Dilengkapi dengan Aplikasi Program SPSS. Bandung: CV
Pustaka Setia.

Norrman, A., dan Jonsson, U. 2004. “Ericson”S Proactive Supply chain Risk
Management And Performance Measurement”, Journal Of The
Operational Research Society, Vol 58 No 11, Hal 434 – 456

Paul, J. 2014. Panduan penerapan transformasi rantai suplai dengan metode SCOR.

Pujawan, I. N., dan Geraldin, L. H. 2009. House of Risk: a model of proactive


Supply Chain Risk Management. Department of Industrial Engineering
Sepuluh Nopember Institute of Technology, 953-967.

Purwandono, D. Aplikasi Model House of Risk (HOR) untuk Mitigasi Risiko


Proyek Pembangunan Jalan Tol Gempol-Pasuruan.

51
Putri, S., Okdinawati, L., dan Pramudita, A. 2017. Oktober. Analisis Risiko Rantai
Pasok pada PT Leschaco Logistic Indonesia dengan Metode House of Risk
(HOR). Jurnal Logistik Bisnis, Vol. 8, Is 1, pp. 55.

Siregar, S. 2016. Statistika Deskriptif untuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan


Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Supply Chain Council. 2012. Supply Chain Operation Reference Model Revision
11.0. In Supply Chain Operation Reference Model. United states: Supply
Chain Council.

Turban, et al. 2004. Information technology for management 4th edition, John
Wiley &Sons, Inc.

Ummu, N., Gunawan, A., dan Muhamad, R. 2017. Oktober. Identifikasi Risiko
Pembuatan Kue Gipang Sebagai Makanan Tradisional Khas Banten
dengan Metode House of Risk (HOR). Jurnal Industrial Services. Vol. 1,
pp. 343.

Widianti, T., dan Firdaus, H. 2016. Pengujian suhu lemari es dengan metode
terintegrasi Fuzzy-Failure Mode and Effect Analysis (FUZZY-FMEA).
Jurnal Standardisasi, 9.

Yuliazmi dan Adam, F. N. 2018. Analisa dan Perancangan Sistem Informasi


Pengadaan Bahan Baku Dengan Model Electronic Supply Chain
Management Pada PT. Hassana Boga Sejahtera. Jurnal IDEALIS, 100-105.

52
LAMPIRAN

Lampiran 1 Nilai DF

Penentuan Nilai r-Tabel


Jumlah Responden 5
Menentukan Nilai DF n-2 3
Tingkat Signifikan 5%
r-Tabel 0.8783

Lampiran 2 Tabel r Statistika

Tingkat Taraf Signifikansi Untuk Uji 1 arah


0.05 0.025 0.001 0.005 0.0005
DF=n-2
Tingkat Taraf Signifikansi Untuk Uji 2 Arah
0.1 0.05 0.02 0.01 0.001
1 0.9877 0.9969 0.9995 0.9999 1
2 0.9 0.95 0.98 0.99 0.999
3 0.8054 0.8783 0.9343 0.9587 0.9911
4 0.7293 0.8114 0.8822 0.9172 0.9741
5 0.6694 0.7545 0.8329 0.8745 0.9509
6 0.6215 0.7067 0.7887 0.8343 0.9249
7 0.5822 0.6664 0.7498 0.7977 0.8983
8 0.5494 0.6319 0.7155 0.7646 0.8721
9 0.5214 0.6021 0.6851 0.7348 0.847
10 0.4973 0.576 0.6581 0.7079 0.8233
11 0.4762 0.5529 0.6339 0.6835 0.801
12 0.4575 0.5324 0.612 0.6614 0.78
13 0.4409 0.514 0.5923 0.6411 0.7604
14 0.4259 0.4973 0.5742 0.6226 0.7419
15 0.4124 0.4821 0.5577 0.6055 0.7247
16 0.4 0.4683 0.5425 0.5897 0.7084
17 0.3887 0.4555 0.5285 0.5751 0.6932
18 0.3783 0.4438 0.5155 0.5614 0.6788
19 0.3687 0.4329 0.5034 0.5487 0.6652
20 0.3598 0.4227 0.4921 0.5368 0.6524
21 0.3515 0.4132 0.4815 0.5256 0.6402
22 0.3438 0.4044 0.4716 0.5151 0.6287

53
Lanjutan lampiran 2

Tingkat Taraf Signifikansi Untuk Uji 1 arah


0.05 0.025 0.001 0.005 0.0005
DF=n-2
Tingkat Taraf Signifikansi Untuk Uji 2 Arah
0.1 0.05 0.02 0.01 0.001
23 0.3365 0.3961 0.4622 0.5052 0.6178
24 0,3297 0,3882 0,4534 0,4958 0,6074
25 0.3233 0.3809 0.4451 0.4869 0.5974
26 0.3172 0.3739 0.4372 0.4785 0.588
27 0.3115 0.3673 0.4297 0.4705 0.579
28 0.3061 0.361 0.4226 0.4629 0.5703
29 0.3009 0.355 0.4158 0.4556 0.562
30 0.296 0.3494 0.4093 0.4487 0.5541
31 0.2913 0.344 0.4032 0.4421 0.5465
32 0.2869 0.3388 0.3972 0.4357 0.5392
33 0.2826 0.3338 0.3916 0.4296 0.5322
34 0.2785 0.3291 0.3862 0.4238 0.5254
35 0.2746 0.3246 0.381 0.4182 0.5189

Keterangan :

= Nilai yang digunakan pada perhitungan

Lampiran 3 Kuisioner HOR Fase 1


KUESIONER HOR FASE 1

Yth Bapak/Ibu,

Syalom, Perkenalkan nama saya Anjas F. Ontorael dan saya adalah


mahasiswa tugas akhir di Jurusan Teknik Mesin Unsrat. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode House of Risk (HOR) Untuk
Analisis Dan Perbaikan Pengelolaan Risiko Pada Rantai Pasokan Produk Cap
Tikus”. Tujuan dari penelitian saya adalah untuk mengetahui berbagai jenis resiko
yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan usaha Bapak/Ibu dan bagaimana
Bapak/Ibu mengelola risiko tersebut sehingga bisnis yang Bapak/Ibu Jalankan
dapat bertahan. Terima Kasih atas partisipasinya dalam mengisi kuesioner ini.

54
Data Responden

Nama :
Alamat :
No telepon :
Umur : ……..Tahun
Jenis kelamin :  Laki-laki  Perempuan
Kewarganegaraan :  WNI WNA,Negara asal…
Pendidikan Terakhir :  SD  SMP  SMA
 Diploma (D1, D2, D3, D4)
 Sarjana (S1, S2, S3)
Pengalaman Kerja : ….. Tahun
Jenis Usaha bengkel :  Bengkel bersertifikat
 Bengkel tidak bersertifikat

1. Petunjuk Pengisian Kuesioner Untuk Penilaian Severity (Tingkat


Keparahan) Risiko
1) Jawaban merupakan persepsi Bapak/Ibu terhadap frekuensi risiko yang
terjadi, dan pengaruh terhadap kinerja waktu yang langsung Bapak/Ibu
alami dan rasakan selama menjalani usaha Cap Tikus.
2) Pengisian kuisioner dilakukan dengan memberikan skala Severity ke
kolom yang telah disediakan.
2. Keterangan Untuk Penilaian Severity (Tingkat Keparahan) Risiko
Setiap aktivitas dari rantai pasokan produksi cap tikus telah diidentifikasi dan
diketahui masing-masing risk event (risiko kejadian) berdasarkan observasi dan
wawancara yang telah dilakukan sebelumnya. Pada tahapan ini, risk event (risiko
kejadian) akan dinilai oleh orang yang berpengalaman / pemilik tempat usaha
berdasarkan nilai severity (tingkat keparahan). Berikut ini adalah skala penilaian
severity (tingkat keparahan) yang dapat di isi pada tabel risk event.

Tabel Penilaian Severity

55
Tingkat
Skala Deskripsi
Keparahan/Dampak
Hampir tidak ada dampak/kegagalan, dampak
1 Tidak ada dampak dapat diabaikan
Dampak sangat sedikit dan tidak mengganggu
2 Sangat sedikit kinerja/ kualitas proses bisnis perusahaan
Dampak sedikit dan tidak mengganggu kinerja/
3 Sedikit kualitas proses bisnis perusahaan
Dampak kecil dan muncul tanda-tanda gangguan
4 Kecil kinerja/kualitas proses bisnis perusahaan
Dampak sedang dan mulai adanya gangguan
5 Sedang kinerja/kualitas proses bisnis perusahaan
Dampak signifikan dan mengganggu
6 Signifikan kinerja/kualitas proses bisnis perusahaan
Dampak besar dan mengancam kinerja/kualitas
7 Besar proses bisnis perusahaan
Dampak sangat besar dan mengancam
8 Sangat besar kinerja/kualitas proses bisnis perusahaan
Dampak sangat serius dan mengancam
9 Serius kinerja/keseluruhan kualitas proses bisnis
perusahaan
Dampak sangat berbahaya terhadap
10 Berbahaya kinerja/keseluruhan kualitas proses bisnis
perusahaan

56
3. Tabel Identifikasi Risk event (Risiko Kejadian)
Tabel Identifikasi Risk Event
Severity Si
Risk Event (Risiko
Proses Aktivitas Kode (Tingkat
Kejadian)
Keparahan)

Kesalahan jumlah
Perencanaan perencanaan stok untuk E1
pengadaan bahan baku
bahan baku Jumlah produksi tidak
E2
maksimal
Terjadi perubahan rencana
Plan E3
Perencanaan dalam proses produksi
produksi Ketidaksiapan fasilitas
E4
peralatan produksi
Ketidaksesuaian
Perencanaan perencanaan distribusi
E5
distribusi dengan perencanaan
produksi
Proses Keterlambatan kedatangan
pengadaan peralatan dan bahan E6
peralatan pendukung lainnya
Source produksi dan Ketidaksesuaian jumlah
E7
bahan peralatan produksi
pendukung Peralatan tidak sesuai
E8
lainnya dengan standar kualitas
Kerusakan pada alat
E9
penyulingan
Kualitas cap tikus yang
E10
buruk
Target jumlah produksi
E11
Make Proses produksi tidak tercapai
Kebersihan tidak terjaga
E12
selama proses produksi
Pekerja terkena uap panas E13
Limbah hasil pembuatan
E14
cap tikus merusak tanaman

57
Lanjutan tabel Identifikasi Risk Event
Severity Si
Proses Risk Event (Risiko (Tingkat
Aktivitas Kode
Kejadian) Keparahan)

Pekerja terkena api E15


terjadi longsor di tempat
E16
pembuatan
Pekerja terjatuh dari pohon
pada saat mengambil E17
bahan baku
Terjadi kecelakaan pada
saat pekerja
E18
mengambil/memotong
kayu
Tidak dilakukannya
pengecekan kualitas cap E19
Pengecekan tikus
kualitas Kadar alkohol dalam cap
produksi tikus tidak diketahui
E20
dengan pasti

Takaran dalam botol/galon


E21
tidak merata
Proses
Ciri khas dari bau cap
pengemasan E22
tikus bisa menguap
Kemasan tidak di cek
E23
kebersihan/kelayakan
Tempat penyimpanan
E24
penuh
Proses
Bau dari cap tikus bisa
penyimpanan
menyebar di lingkungan E25
sekitar
Terhambatnya proses
E26
Proses penjualan
penjualan Proses penjualan yang
E27
buruk
Deliver Keterlambatan pengiriman
E28
ke distributor atau agen
Proses Penundaan pengiriman
E29
pengiriman oleh distributor atau agen
Terjadi kecelakaan pada
E30
saat pengiriman

58
Lanjutan tabel Identifikasi Risk Event
Severity Si
Proses Risk Event (Risiko (Tingkat
Aktivitas Kode
Kejadian) Keparahan)

Kurangnya alat
E31
transportasi/kendaran

4. Penilaian Occurrence (Tingkat kejadian) Risiko


Setiap aktivitas dari rantai pasokan cap tikus telah diidentifikasi risiko
kejadiannya dan diketahui juga risk agent (sumber risiko) berdasarkan observasi
dan wawancara yang telah dilakukan. Pada tahapan ini, risk agent (sumber risiko)
akan dinilai oleh yang berpengalaman / pemilik tempat usaha berdasarkan nilai
Occurrence (tingkat kejadian). Berikut ini adalah skala penilaian Occurrence
(tingkat kejadian) yang dapat di isi pada tabel risk agent.

Tabel Penilaian Occurrence


Tingkat Probabilitas
Skala Deskripsi
Kejadian

1 Tidak ada Hampir tidak pernah terjadi

2 Sangat kecil Jumlah kejadian sangat kecil

3 Kecil Jumlah kejadian kecil/sedikit

4 Sangat rendah Jumlah kejadian sangat rendah

5 Rendah Jumlah kejadian rendah

6 Sedang Jumlah kejadian sedang

7 Cukup tinggi Jumlah kejadian cukup tinggi

8 Tinggi Jumlah kejadian tinggi

9 Sangat tinggi Jumlah kejadian sangat tinggi

10 Hampir selalu Hampir selalu terjadi

59
5. Tabel Identifikasi Risk Agent (Sumber Risiko)

Tabel Identifikasi Risk Agent


Occurrence
Kode Risk Agent (Tingkat
Kejadian)

A1 Ketidaktelitian dari pekerja itu sendiri


A2 Nira yang dihasilkan sedikit
A3 Stok bahan baku kurang
A4 Kekurangan tenaga kerja
A5 Tidak adanya penjadwalan dalam proses produksi
A6 Tempat pembelian peralatan terlalu jauh
A7 Barang yang diperlukan sulit untuk di cari
Penjadwalan/perencanaan pengadaan peralatan produksi
A8
yang salah
A9 Terjadi kelangkaan barang
Tidak adanya komunikasi antara produsen dan
A10
distributor/agen
A11 Tempat penjualan peralatan terlalu jauh
A12 Barang yang di perlukan sulit untuk di cari
A13 Harga barang terbilang sangat mahal
A14 Usia peralatan yang sudah tua
A15 Uap panas dari proses pembakaran
A16 Faktor alam
A17 Tidak adanya preventive maintenance
A18 Tidak dilakukannya perawatan pada peralatan
penyulingan
A19 Air nira yang diambil buruk
A20 Terlalu lama dalam menyimpan bahan baku (air nira)
A21 Proses pembakaran kurang baik (api terlalu kecil/besar)
A22 Proses pembakaran terlalu lama/cepat
A23 Bahan baku kurang

60
Lanjutan tabel Identifikasi Risk Agent
Occurrence
Kode Risk Agent (Tingkat
Kejadian)
A24 Kurangnya jumlah pekerja
A25 Kurangnya kesadaran dari pekerja
A26 Tidak melaksanakan K3
A27 Kesalahan tak terduga
A28 Setelah proses pembuatan limbah yang panas langsung
di buang
A29 Human error pada saat proses pembakaran
A30 Tempat pembuatan berada di lereng gunung
A31 Faktor cuaca
A32 Pekerja kurang berhati-hati
A33 Bambu/kayu yang dijadikan pijakan patah
A34 Human error pada saat pekerja mengambil bahan baku
A35 Ketidaktelitian dari pekerja
A36 Tidak terdapat alat yang dapat mengukur kadar alkohol
A37 Hanya memprediksi kadar alkohol yang terkandung
dalam cap tikus
A38 Tidak ada takaran pasti (hanya mengira-ngira)
A39 Gallon/botol tidak tertutup dengan benar
A40 Kurangnya kepedulian dari pekerja
A41 Tempat penyimpanan kecil
A42 Kurangnya komunikasi antara produsen dan
distributor/agen
A43 Jarak yang di tempuh jauh
A44 Kurangnya kendaraan pengangkut
A45 Tempat penyimpanan pada agen penuh
A46 Jalur yang dilalui sangat buruk
A47 Tidak ada alternatif kendaraan lain

61
6. Penilaian Korelasi
Korelasi adalah besarnya hubungan antara risiko (risk event) dengan sumber
penyebab risiko (risk agent). Pada tahapan ini penelitian dilakukan untuk
mengetahui nilai korelasi/hubungan antara risiko dari masing-masing proses, hal ini
akan dinilai oleh orang yang berpengalaman/pemilik usaha. Berikut adalah panduan
skala penilaian korelasi (correlation).
Tabel Skala Penilaian Korelasi
Skala penilaian Correlation (Korelasi)

Skala Keterangan

0 Tidak ada korelasi

1 Korelasi/hubungan lemah

3 Korelasi/hubungan sedang

9 Korelasi/hubungan kuat

62
Tabel HOR Fase 1

RISK RISK AGENT (Ai)


SEVERITY
SCOR EVENT
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 (Si)
(Ei)
E1
E2
PLAN E3
E4
E5
E6
SOURCE E7
E8
E9
E10
E11
E12
E13
E14
E15
E16
MAKE E17
E18
E19
E20
E21
E22
E23
E24
E25
E26
E27
E28
DELIVERY
E29
E30
E31
Oi
ARP
RANK

63
Lanjutan tabel HOR Fase 1
RISK RISK AGENT (Ai) SEVE
SCOR EVENT A4 RITY
(Ei) A24 A25 A26 A27 A28 A29 A30 A31 A32 A33 A34 A35 A36 A37 A38 A39 A40 A41 A42 A43 A44 A45 A46 (Si)
7
E1
E2
PLAN E3
E4
E5
E6
SOURCE E7
E8
E9
E10
E11
E12
E13
E14
MAKE E15
E16
E17
E18
E19
E20
E21
E22
E23
E24
E25
E26
E27
E28
DELIVERY
E29
E30
E31
Oi
ARP
RANK

64
Lampiran 4 Kuesioner HOR Fase 2
KUESIONER HOR FASE 2

Yth Bapak/Ibu,

Syalom, Perkenalkan nama saya Anjas F. Ontorael dan saya adalah


mahasiswa tugas akhir di Jurusan Teknik Mesin Unsrat. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode House of Risk (HOR) Untuk
Analisis Dan Perbaikan Pengelolaan Risiko Pada Rantai Pasokan Produk Cap
Tikus”. Tujuan dari penelitian saya adalah untuk mengetahui berbagai jenis resiko
yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan usaha Bapak/Ibu dan bagaimana
Bapak/Ibu mengelola risiko tersebut sehingga bisnis yang Bapak/Ibu Jalankan
dapat bertahan. Terima Kasih atas partisipasinya dalam mengisi kuesioner ini.

Data Responden

Nama :
Alamat :
No telepon :
Umur : ……Tahun
Jenis kelamin :  Laki-laki  Perempuan
Kewarganegaraan :  WNI WNA,Negara asal…………………….
Pendidikan Terakhir :  SD  SMP  SMA
 Diploma (D1, D2, D3, D4)  Sarjana (S1, S2, S3)
Pengalaman Kerja : …..Tahun
Jenis Usaha bengkel :  bersertifikat  tidak bersertifikat

65
A. Identifikasi Strategi Penanganan / Mitigasi Risiko
Penanganan atau mitigasi risiko adalah suatu upaya penanganan untuk
mengurangi risiko yang muncul. Hal ini dilakukan untuk mengurangi dampak yang
dapat merugikan maupun membahayakan suatu usaha. Dalam tahapan ini akan
dilakukan penilaian atau penentuan Degree of Difficult (Dk) untuk masing-masing
strategi penanganan/mitigasi risiko. Degree of Difficult (Dk) adalah tingkat
kesulitan dari suatu penanganan/mitigasi untuk sumber risiko (risk agent). Berikut
adalah panduan untuk penilaian Degree of Difficult (Dk):
Tabel Skala Dk

Skala/Bobot Keterangan

3 Aksi mitigasi mudah untuk diterapkan

4 Aksi mitigasi agak sulit untuk diterapkan

5 Aksi mitigasi sulit untuk diterapkan

1. Tabel Perencanaan Mitigasi Penanganan Risiko


Tabel Perencanaan Mitigasi Penanganan Risiko
Skala
Kode Risk Agent Mitigasi Kode
Kesulitan

Tidak melaksanakan Memberikan pelatihan


A26 PA1 3
K3 K3 kepada pekerja
Memberikan
pengetahuan dan
Ketidakpedulian
pemahaman akan
A25 pekerja terhadap PA2 3
pentingnya kebersihan
kebersihan
di lingkungan
pekerjaan
Ketidaktelitian dari Selalu fokus dalam
A1 PA3 3
pekerja itu sendiri melakukan pekerjaan

66
Lanjutan tabel Perencanaan Mitigasi Penanganan Risiko
Skala
Kode Risk Agent Mitigasi Kode
Kesulitan

Memeriksa kembali
PA4 3
hasil pekerjaan
Melaksanakan etos
PA5 3
kerja
Mencari jalur lain yang
PA6 4
lebih baik
Jalur yang dilalui Meminta bantuan dari
A46
sangat buruk pemerintah setempat
PA7 5
agar supaya dibuatkan
jalan setapak
Melakukan koordinasi
dengan distributor
Tidak adanya sebelum proses PA8 3
komunikasi antara pembuatan dan
A10
produsen dan penjualan
distributor/agen Selalu berkomunikasi
PA9 3
dengan
distributor

B. Penilaian Korelasi
Korelasi pada tahapan ini adalah besarnya hubungan antara sumber risiko (risk
agent) dengan strategi mitigasi penanganan risiko. Pada tahapan ini penilaian
dilakukan untuk mengetahui nilai korelasi/hubungan antara sumber risiko dengan
masing-masing strategi penanganan. Hal ini akan dinilai oleh pemilik tempat usaha
produksi cap tikus. Berikut adalah panduan skala penilaian korelasi :

67
Tabel Skala Penilaian korelasi
Skala penilaian Correlation (Korelasi)

Skala Keterangan

0 Tidak ada korelasi

1 Korelasi/hubungan lemah

3 Korelasi/hubungan sedang

9 Korelasi/hubungan kuat

1. Tabel Korelasi Antara Sumber Risiko dan Strategi Mitigasi

68
Tabel Korelasi Antara Sumber Risiko dan Strategi Mitigasi

Strategi Penanganan (Preventive Action / PA) ARP


Sumber Risiko/Risk Agent (A)
PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 PA8 PA9 PA10 PA11

A26, A31 Tidak melaksanakan K3, Faktor cuaca

A27, Kesalahan tak terduga, Human error pada saat proses


A29, A15 pembakaran, Uap panas dari proses pembakaran
Pekerja kurang berhati-hati, Ketidaktelitian dari pekerja itu
A32, A1
sendiri
Tidak adanya komunikasi antara produsen dan distributor/agen,
A10,
Kurangnya komunikasi antara produsen dan dirtributor/agen,
A42, A45
tempat penyimpanan pada agen penuh
A43, Jarak yang di tempuh jauh, Kurangnya kendaraan pengangkut,
A44, A47 Tidak adanya alternatif kendaraan lain
A3, A2, Persediaan nira kurang, Nira yang dihasilkan sedikit, Jumlah
A23, A16 nira yang diambil sedikit, Faktor alam
Tidak dilakukannya perawatan pada peralatan penyulingan,
A18, A17
Tidak adanya preventive maintenance

A28 Setelah proses pembuatan limbah yang panas langsung di buang

Total effectiveness of action (TEk)


Degree of difficulty (Dk)
Effectiveness to difficulty ratio (ETDk)
Rank of priority

69
Dengan ini saya menyatakan bersedia berpartisipasi sebagai responden dan
bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian “Penerapan
Metode House of Risk (HOR) Untuk Analisis Dan Perbaikan Pengelolaan Risiko
Pada Rantai Pasokan Produk Cap Tikus” sesuai dengan dengan kondisi yang
sesungguhnya. Demikian pernyataan saya buat dan saya isi dalam keadaan sadar
tanpa ada unsur paksaan data kuesioner ini hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.

Lampiran 5 Uji Validitas

Responden
Si dan Oi
R1 R2 R3 R4 R5
E1 7 6 8 6 6
E2 6 4 7 5 4
E3 4 3 5 3 3
E4 6 4 8 4 5

S E5 7 3 8 4 5

E E6 4 3 7 3 3

V E7 5 3 8 4 3
E E8 4 3 7 3 3
R E9 5 4 6 4 4
I E10 6 3 8 4 3
T E11 5 4 7 4 4
Y E12 4 3 6 3 3
E13 5 3 6 3 4
E14 6 3 8 4 3
E15 6 5 7 5 4
E16 6 5 7 5 5

70
Lanjutan Lampiran 5

Responden
Si dan Oi
R1 R2 R3 R4 R5
E17 9 8 10 8 8
E18 8 7 10 7 7
E19 2 1 2 1 1
E20 6 4 6 4 4
E21 5 3 6 3 4
E22 3 2 3 2 2

S E23 6 5 7 5 5

E E24 4 3 4 3 3

V E25 4 3 5 3 3
E E26 6 4 8 4 5
R E27 5 4 7 4 4
I E28 6 4 9 5 3
T E29 9 7 9 6 6
Y E30 4 3 5 3 2
E31 6 4 7 4 5

O A1 9 7 10 7 8

C A2 6 4 7 5 4

C A3 8 7 9 6 6

U A4 2 2 4 1 1
R A5 3 2 3 2 2
R A6 3 2 3 2 2
E A7 2 1 3 1 1
N A8 4 2 5 2 3
C A9 3 2 3 2 2
E A10 10 7 10 7 8

71
Lanjutan Lampiran 5
Responden
Si dan Oi
R1 R2 R3 R4 R5
A11 5 3 5 3 3
A12 4 2 5 2 3
A13 6 5 8 5 5
A14 4 2 5 3 2
A15 8 4 8 4 5
A16 6 3 6 3 3
A17 7 5 8 6 5
A18 8 6 9 6 7
O
A19 5 4 7 4 4
C
A20 5 3 6 4 3
C
A21 9 7 9 7 7
U
A22 8 7 9 7 7
R
A23 7 5 9 6 5
R
A24 2 2 4 1 1
E
A25 6 4 6 3 3
N
A26 9 8 10 7 7
C
A27 5 5 8 4 4
E
A28 7 5 7 4 4
A29 7 4 7 4 4
A30 8 2 8 2 2
A31 6 3 6 4 5
A32 5 4 7 4 4
A33 4 2 5 2 3
A34 2 1 3 1 1
A35 4 2 5 3 2

72
Lanjutan Lampiran 5
Responden
Si dan Oi
R1 R2 R3 R4 R5
A36 2 2 4 1 1
A37 10 1 10 3 2
A38 2 1 10 1 1
A39 4 4 7 3 3
A40 2 1 2 1 1
A41 3 2 4 1 1
A42 3 2 3 2 2
A43 9 7 9 7 7
A44 7 5 7 5 5
A45 5 5 7 4 4
A46 9 7 9 7 7
A47 8 5 8 3 4
Jumlah 430 297 520 298 298

Lampiran 6 Perhitungan Uji Validitas


Perhitungan Uji Validitas
Variabel Pertanyaan ke- r- hitung r- tabel Keputusan
E1 0.99596 0.8783 VALID
E2 0.94999 0.8783 VALID
E3 0.99596 0.8783 VALID
E4 0.96153 0.8783 VALID
E5 0.93278 0.8783 VALID
E6 0.94192 0.8783 VALID
Severity E7 VALID
0.95449 0.8783
E8 0.94192 0.8783 VALID
E9 0.99596 0.8783 VALID
E10 0.98224 0.8783 VALID
E11 0.96725 0.8783 VALID
E12 0.96725 0.8783 VALID
73
Lanjutan Lampiran 6

Variabel Pertanyaan ke- r- hitung r- tabel Keputusan


E13 0.94999 0.8783 VALID
E14 0.98224 0.8783 VALID
E15 0.93275 0.8783 VALID
E16 0.99596 0.8783 VALID
E17 0.99596 0.8783 VALID
E18 0.96725 0.8783 VALID
E19 0.95030 0.8783 VALID
E20 0.95030 0.8783 VALID
E21 0.94999 0.8783 VALID
Severity E22 0.95030 0.8783 VALID
E23 0.99596 0.8783 VALID
E24 0.95030 0.8783 VALID
E25 0.99596 0.8783 VALID
E26 0.96153 0.8783 VALID
E27 0.96725 0.8783 VALID
E28 0.93475 0.8783 VALID
E29 0.91414 0.8783 VALID
E30 0.93275 0.8783 VALID
E31 0.94999 0.8783 VALID
A1 0.94999 0.8783 VALID
A2 0.94999 0.8783 VALID
A3 0.94811 0.8783 VALID
A4 0.88672 0.8783 VALID
A5 0.95030 0.8783 VALID
A6 0.95030 0.8783 VALID
A7 0.99596 0.8783 VALID
A8 0.94999 0.8783 VALID
A9 0.95030 0.8783 VALID
A10 0.91576 0.8783 VALID
Occurrence
A11 0.95030 0.8783 VALID
A12 0.94999 0.8783 VALID
A13 0.96725 0.8783 VALID
A14 0.94999 0.8783 VALID
A15 0.93165 0.8783 VALID
A16 0.95030 0.8783 VALID
A17 0.94999 0.8783 VALID
A18 0.94999 0.8783 VALID
A19 0.96725 0.8783 VALID
A20 0.94999 0.8783 VALID
74
Lanjutan Lampiran 6

Variabel Pertanyaan ke- r- hitung r- tabel Keputusan


A21 0.95030 0.8783 VALID
A22 0.99596 0.8783 VALID
A23 0.96153 0.8783 VALID
A24 0.88672 0.8783 VALID
A25 0.91414 0.8783 VALID
A26 0.94811 0.8783 VALID
A27 0.88629 0.8783 VALID
A28 0.91414 0.8783 VALID
A29 0.95030 0.8783 VALID
A30 0.95030 0.8783 VALID
A31 0.92750 0.8783 VALID
A32 0.96725 0.8783 VALID
A33 0.94999 0.8783 VALID
A34 0.99596 0.8783 VALID
A35 0.94999 0.8783 VALID
A36 0.88672 0.8783 VALID
A37 0.93871 0.8783 VALID
Occurrence
A38 0.88469 0.8783 VALID
A39 0.88629 0.8783 VALID
A40 0.95030 0.8783 VALID
A41 0.94811 0.8783 VALID
A42 0.95030 0.8783 VALID
A43 0.95030 0.8783 VALID
A44 0.95030 0.8783 VALID
A45 0.88672 0.8783 VALID
A46 0.95030 0.8783 VALID
A47 0.90330 0.8783 VALID

Lampiran 7 Mencari Nilai Rata-Rata Si dan Oi

Severity NILAI RATA-RATA


7 6 8 6 6 6.6
6 4 7 5 4 5.2
4 3 5 3 3 3.6
6 4 8 4 5 5.4
7 3 8 4 5 5.4
4 3 7 3 3 4
5 3 8 4 3 4.6

75
Lanjutan Lampiran 7

Severity NILAI RATA-RATA


4 3 7 3 3 4
5 4 6 4 4 4.6
6 3 8 4 3 4.8
5 4 7 4 4 4.8
4 3 6 3 3 3.8
5 3 6 3 4 4.2
6 3 8 4 3 4.8
6 5 7 5 4 5.4
6 5 7 5 5 5.6
9 8 10 8 8 8.6
8 7 10 7 7 7.8
2 1 2 1 1 1.4
6 4 6 4 4 4.8
5 3 6 3 4 4.2
3 2 3 2 2 2.4
6 5 7 5 5 5.6
4 3 4 3 3 3.4
4 3 5 3 3 3.6
6 4 8 4 5 5.4
5 4 7 4 4 4.8
6 4 9 5 3 5.4
9 7 9 6 6 7.4
4 3 5 3 2 3.4
6 4 7 4 5 5.2
Occurrence
9 7 10 7 8 8.2
6 4 7 5 4 5.2
8 7 9 6 6 7.2
2 2 4 1 1 2
3 2 3 2 2 2.4
3 2 3 2 2 2.4
2 1 3 1 1 1.6
4 2 5 2 3 3.2
3 2 3 2 2 2.4
10 7 10 7 8 8.4
5 3 5 3 3 3.8
4 2 5 2 3 3.2
6 5 8 5 5 5.8
76
Lanjutan Lampiran 7

Occurrence NILAI RATA-RATA


4 2 5 3 2 3.2
8 4 8 4 5 5.8
6 3 6 3 3 4.2
7 5 8 6 5 6.2
8 6 9 6 7 7.2
5 4 7 4 4 4.8
5 3 6 4 3 4.2
9 7 9 7 7 7.8
8 7 9 7 7 7.6
7 5 9 6 5 6.4
2 2 4 1 1 2
6 4 6 3 3 4.4
9 8 10 7 7 8.2
5 5 8 4 4 5.2
7 5 7 4 4 5.4
7 4 7 4 4 5.2
8 2 8 2 2 4.4
6 3 8 4 5 5.2
5 4 7 4 4 4.8
4 2 5 2 3 3.2
2 1 3 1 1 1.6
4 2 5 3 2 3.2
2 2 4 1 1 2
10 1 10 3 2 5.2
2 1 10 1 1 3
4 4 7 3 3 4.2
2 1 2 1 1 1.4
3 2 4 1 1 2.2
3 2 3 2 2 2.4
9 7 9 7 7 7.8
7 5 7 5 5 5.8
5 5 7 4 4 5
9 7 9 7 7 7.8
8 5 8 3 4 5.6

77
Lampiran 8 Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas

Si dan Responden
Varians Butir
Oi R1 R2 R3 R4 R5
E1 7 6 8 6 6 0.800
E2 6 4 7 5 4 1.700
E3 4 3 5 3 3 0.800
E4 6 4 8 4 5 2.800
E5 7 3 8 4 5 4.300
E6 4 3 7 3 3 3.000
E7 5 3 8 4 3 4.300
E8 4 3 7 3 3 3.000

S E9 5 4 6 4 4 0.800

E E10 6 3 8 4 3 4.700

V E11 5 4 7 4 4 1.700
E E12 4 3 6 3 3 1.700
R E13 5 3 6 3 4 1.700
I E14 6 3 8 4 3 4.700
T E15 6 5 7 5 4 1.300
Y E16 6 5 7 5 5 0.800
E17 9 8 10 8 8 0.800
E18 8 7 10 7 7 1.700
E19 2 1 2 1 1 0.300
E20 6 4 6 4 4 1.200
E21 5 3 6 3 4 1.700
E22 3 2 3 2 2 0.300
E23 6 5 7 5 5 0.800
E24 4 3 4 3 3 0.300

78
Lanjutan lampiran 8

Si dan Responden
Varians Butir
Oi R1 R2 R3 R4 R5
E25 4 3 5 3 3 0.800
E26 6 4 8 4 5 2.800
E27 5 4 7 4 4 1.700
E28 6 4 9 5 3 5.300
E29 9 7 9 6 6 2.300
E30 4 3 5 3 2 1.300
E31 6 4 7 4 5 1.700
A1 9 7 10 7 8 1.700
A2 6 4 7 5 4 1.700
A3 8 7 9 6 6 1.700
A4 2 2 4 1 1 1.500

O A5 3 2 3 2 2 0.300

C A6 3 2 3 2 2 0.300

C A7 2 1 3 1 1 0.800

U A8 4 2 5 2 3 1.700
R A9 3 2 3 2 2 0.300
R A10 10 7 10 7 8 2.300
E A11 5 3 5 3 3 1.200
N A12 4 2 5 2 3 1.700
C A13 6 5 8 5 5 1.700
E A14 4 2 5 3 2 1.700
A15 8 4 8 4 5 4.200
A16 6 3 6 3 3 2.700
A17 7 5 8 6 5 1.700
A18 8 6 9 6 7 1.700

79
Lanjutan lampiran 8

Si dan Responden
Varians Butir
Oi R1 R2 R3 R4 R5
A19 5 4 7 4 4 1.700
A20 5 3 6 4 3 1.700
A21 9 7 9 7 7 1.200
A22 8 7 9 7 7 0.800
A23 7 5 9 6 5 2.800
A24 2 2 4 1 1 1.500
A25 6 4 6 3 3 2.300
A26 9 8 10 7 7 1.700
O
A27 5 5 8 4 4 2.700
C
A28 7 5 7 4 4 2.300
C
A29 7 4 7 4 4 2.700
U
A30 8 2 8 2 2 10.800
R
A31 6 3 6 4 5 3.700
R
A32 5 4 7 4 4 1.700
E
A33 4 2 5 2 3 1.700
N
A34 2 1 3 1 1 0.800
C
A35 4 2 5 3 2 1.700
E
A36 2 2 4 1 1 1.500
A37 10 1 10 3 2 19.700
A38 2 1 10 1 1 15.500
A39 4 4 7 3 3 2.700
A40 2 1 2 1 1 0.300
A41 3 2 4 1 1 1.700
A42 3 2 3 2 2 0.300
A43 9 7 9 7 7 1.200

80
Lanjutan lampiran 8
Responden
Si dan Oi Varians Butir
R1 R2 R3 R4 R5
A44 7 5 7 5 5 1.200
A45 5 5 7 4 4 1.500
A46 9 7 9 7 7 1.200
A47 8 5 8 3 4 5.300
Jumlah 430 297 520 298 298 10446.800
Jumlah Varians
183.900
Butir
Varian Total 10446.800
r11 0.995
Reliabilitas Sangat Tinggi

Lampiran 9 Hasil Uji Reliabilitas Cronbach Alfa

Hasil Uji Reliabilitas Cronbach Alfa

Koefisien Reliabilitas Interpretasi


0.995 Sangat Tinggi

Rumus Cronbach Alfa :


𝑘 ∑ 𝜎𝑏2
𝑟11 = (1 − 2 )
𝑘−1 𝜎𝑡

Dimana :
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyak Butir pertanyaan
∑ 𝜎𝑏2 = Jumlah varians butir
𝜎𝑡2 = Varians total

81
Lampiran 10 Koefisien Reliabilitas Guilford

Berikut adalah kategori koefisien reliabilitas Guilford


• 0,80≤ r11 ≤1,00 reliabilitas sangat tinggi
• 0,60≤ r11 ≤0,80 reliabilitas tinggi
• 0,40≤ r11 ≤0,60 reliabilitas sedang
• 0,20≤ r11 ≤0,40 reliabilitas rendah.
• 0,00≤ r11 ≤0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliable).

Lampiran 11 Diagram Pareto Risk Agent

RISK
ARP KUMULATIF % % KUMULATIF Rank
AGENT
A26 2880 2880 18% 18% 1
A27 895 3775 6% 24% 2
A32 795 4570 5% 29% 3
A10 792 5362 5% 34% 4
A43 768 6130 5% 39% 5
A1 688 6818 4% 43% 6
A3 672 7490 4% 47% 7
A16 576 8066 4% 51% 8
A44 576 8642 4% 55% 9
A2 525 9167 3% 58% 10
A15 486 9653 3% 61% 11
A31 480 10133 3% 64% 12
A23 405 10538 3% 67% 13
A29 405 10943 3% 69% 14
A18 315 11258 2% 71% 15
A45 315 11573 2% 73% 16
A42 288 11861 2% 75% 17
A17 270 12131 2% 77% 18
A28 270 12401 2% 78% 19
A47 270 12671 2% 80% 20
A33 243 12914 2% 82% 21

82
Lanjutan lampiran 11
RISK
ARP KUMULATIF % % KUMULATIF Rank
AGENT
A35 228 13142 1% 83% 22
A19 225 13367 1% 84% 23
A25 216 13583 1% 86% 24
A30 216 13799 1% 87% 25
A46 216 14015 1% 89% 26
A14 180 14195 1% 90% 27
A20 180 14375 1% 91% 28
A34 162 14537 1% 92% 29
A40 147 14684 1% 93% 30
A11 144 14828 1% 94% 31
A21 120 14948 1% 94% 32
A22 120 15068 1% 95% 33
A12 108 15176 1% 96% 34
A36 90 15266 1% 96% 35
A37 75 15341 0% 97% 36
A6 72 15413 0% 97% 37
A13 72 15485 0% 98% 38
A39 72 15557 0% 98% 39
A9 54 15611 0% 99% 40
A41 54 15665 0% 99% 41
A8 45 15710 0% 99% 42
A38 36 15746 0% 99% 43
A5 34 15780 0% 100% 44
A7 32 15812 0% 100% 45
A4 10 15822 0% 100% 46
A24 10 15832 0% 100% 47

83
Lampiran 12 Diagram Pareto Risk Agent

Lampiran 13 Risk Agent Dominan

RISK
ARP KUMULATIF % % KUMULATIF Rank
AGENT
A26 2880 2880 18% 18% 1
A27 895 3775 6% 24% 2
A32 795 4570 5% 29% 3
A10 792 5362 5% 34% 4
A43 768 6130 5% 39% 5
A1 688 6818 4% 43% 6
A3 672 7490 4% 47% 7
A16 576 8066 4% 51% 8
A44 576 8642 4% 55% 9
A2 525 9167 3% 58% 10
A15 486 9653 3% 61% 11
A31 480 10133 3% 64% 12
A23 405 10538 3% 67% 13

84
Lanjutan lampiran 13
RISK
ARP KUMULATIF % % KUMULATIF Rank
AGENT
A29 405 10943 3% 69% 14
A18 315 11258 2% 71% 15
A45 315 11573 2% 73% 16
A42 288 11861 2% 75% 17
A17 270 12131 2% 77% 18
A28 270 12401 2% 78% 19
A47 270 12671 2% 80% 20

Lampiran 14 Uji Validitas Manual

Contoh perhitungan manual uji validasi pada kuesioner akhir penelitian :


Rumus yang digunakan:
𝑛 ∑ 𝑋𝑖 𝑌𝑖 − (∑ 𝑋𝑖 )(∑ 𝑌𝑖 )
𝑟𝑥𝑦 =
√[(𝑛 ∑ 𝑋𝑖2 − (∑ 𝑋𝑖 )2 )(𝑛 ∑ 𝑌𝑖2 − (∑ 𝑌𝑖 )2 )]

Dimana : 𝑟𝑥𝑦 = Koefisien korelasi


n = Jumlah responden uji coba
Xi = Skor tiap item
Yi = Skor seluruh item responden uji coba
Untuk E1 :
Diketahui data berikut :

n =5
∑Xi = 33
∑Yi = 1843
∑XiYi = 12528
∑X2i = 221
∑Y2i = 721117

85
Penyelesaian :
𝑛 ∑ 𝑋𝑖 𝑌𝑖 − (∑ 𝑋𝑖 )(∑ 𝑌𝑖 )
𝑟𝑥𝑦 =
√[(𝑛 ∑ 𝑋𝑖2 − (∑ 𝑋𝑖 )2 )(𝑛 ∑ 𝑌𝑖2 − (∑ 𝑌𝑖 )2 )]

5(12528) − (33 𝑥 1843)


𝑟𝑥𝑦 =
√[(5(221) − (33)2 )(5(721117) − (1843)2 )]
62640 − 60819
𝑟𝑥𝑦 =
√(1105 − 1089)(3605585 − 3396649)
1821
𝑟𝑥𝑦 =
√(16)(208936)
1821
𝑟𝑥𝑦 =
√(3342976)
1821
𝑟𝑥𝑦 = Sehingga rxy = 0,99596
18283807

Jadi untuk nilai rxy adalah 0,99596

Lampiran 15 Uji Realiabilitas Manual

Contoh perhitungan manual uji reliabilitas pada kuesioner penelitian :


Rumus Cronbach Alfa :

𝑘 ∑ 𝜎𝑏2
𝑟11 = (1 − 2 )
𝑘−1 𝜎𝑡
Diamana :
r11 = Reliabilitas instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan
∑ 𝜎𝑏2 = Jumlah varian butir
𝜎𝑡2 = Varians total
Langkah 1 : Menghitung jumlah varian. Untuk varian 1 dihitung dengan rumus
berikut :
Diketahui :
∑𝜎1 = 33

∑ 𝜎12 = 221
86
n =5
Penyelesaian :
(∑𝜎1 )2
∑ 𝜎12 −( )
𝑛
𝜎𝑡2 =
𝑛
(33)2
221−( 5 )
=
5
= 0,64
Catatan : Untuk varian 2 sampai 78 dapat dihitung menggunakan rumus di atas.
Sehinggah jumlah varian adalah 147,12.
Langkah ke-2 : Menghitung jumlah varian total :
∑ 𝜎𝑏 (1−78)2
𝜎𝑏2 (1−78)−( )
𝑛
𝜎𝑡2 =
𝑛
(1843)2
721117−( 5
)
=
5
= 8357,44
Langkah ke -3 : Menghitung reliabilitas instrument. Adapun rumus yang digunakan
yaitu :
𝑘 ∑ 𝜎𝑏2
𝑟11 = (1 − )
𝑘−1 𝜎𝑡2

Sehingga :

𝑘 ∑ 𝜎𝑏 (1−78)2
r11 = (1− )
𝑘−1 𝜎𝑡2

78 147,12
= (1− )
78−1 8357,44

= 1,0129 (1−0,0176)
= 1,0129 (0,9824)
= 0,995
Jadi untuk nilai r11 = 0,995

87
Lampiran 16 Pengisian kuesioner oleh responden

88
Lampiran 17 Pengisian kuesioner oleh responden

Lampiran 18 Pengisian kuesioner oleh responden

89
Lampiran 19 Pengisian kuesioner oleh responden

Lampiran 20 Pengisian kuesioner oleh responden

90
Lampiran 21 Pengisian kuesioner oleh responden

Lampiran 22 Drum yang dipakai sebagai alat penyulingan

91
Lampiran 23 Proses pengisian nira ke dalam drum

Lampiran 24 Proses pembakaran

92
Lampiran 25 Drum bekas yang sudah keropos

Lampiran 26 Alat yang digunakan sebagai pengukur kadar alkohol

93
Lampiran 27 kemasan botol cap tikus

Lampiran 28 Proses pembuangan limbah Cap Tikus

94
Lampiran 29 Plastik yang digunakan sebagai alat untuk mengalirkan nira

Lampiran 30 Proses penampungan Cap Tikus dari hasil penyulingan

95
Riwayat Hidup Penulis

Nama lengkap saya Anjas Frisky Ontorael biasa dipanggil Anjas, saya lahir
pada tanggal 24 Agustus 1999 di Desa Essang Selatan Kec. Essang. Saya adalah
anak pertama dari 3 orang bersaudara.

Saya menempuh pendidikan di SD N 1 Essang (2005-2011) kemudian saya


melanjutkan ke jenjang SMP di SMP N 1 Essang (2012-2014) dan setelah tamat
saya melanjutkan pendidikan saya di SMA N 1 Melonguane (2014-2017).

Setelah tamat dari SMA, saya akhirnya melanjutkan pendidikan saya di


Program Studi S-1 Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi melalui jalur T2 Pada
tahun 2017. Pada semester 4 saya mulai mengambil Mata Kuliah peminatan Teknik
Industri. Selama saya berkuliah di Univeristas Sam Ratulangi, saya juga aktif di
berbagai organisasi dalam dan diluar kampus.

Saya lulus Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi pada bulan Juli
2021.

96

Anda mungkin juga menyukai