Anda di halaman 1dari 12

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO

UPAYA MENGURANGI TINGKAT KECELAKAAN DI AREA LOGISTIK


PADA PT OSI ELECTRONICS

Ardiman Situmeang*, Ganda Sirait**


*Alumni Program Studi Teknik Industri, Universitas Putera Batam
**Dosen Program Studi Teknik Industri, Universitas Putera Batam
e-mail: ardiman981@gmail.com

ABSTRACT
HIRARC is one way of preventing potential hazards that exist in each type of work.
Steps begin by way of danger, then assess the risk and perform the control. PT OSI
Electronics has a logistics area as a place to receive or delivering of goods that using
forklifts. For that researchers interested to be held in the area. This research is a
qualitative research. Techniques used in data collection are field HIRARC observation,
company document, and interview. Calculates data starting with risk value with score
form. Based on the results of the research, it is known that there are 6 types of activities in
logistic areas that have different source of danger. In terms of safety still have some
deficiencies, especially safety on APD equipment, as well as awareness of the workers.
Suggestion from the researcher is that company will improve safety at every job in logistic
area to reduce unsafe action and unsafe condition. For APD equipment should be
emphasized as well as awareness of the workers in maintaining safety at work and
distinguishing specific paths for forklifts and people.

Keywords: Hazard identification, Assessment, Accidental accidents

PENDAHULUAN
Identifikasi bahaya (hazards beberapa rak tempat penyimpanan material
identification), penilaian risiko (risk yang sempit serta banyak dilalui karyawan
assessment) dan pengendalian risiko (risk dari departemen lain untuk pengambilan
control) atau yang disingkat HIRARC material dari store dan logistik ini juga
merupakan suatu elemen pokok dalam sistem sebagai pintu keluar ketempat pembuang
manajemen Keselamatan dan Kesehatan sampah ke TPS ( Tempat pembuang sampah
Kerja yang berkaitan dengan upaya ) yang ada di perusahaan karena untuk
pencegahan dan pengendalian bahaya. menuju ke store dan ke TPS tersebut harus
HIRARC dilakukan pada seluruh aktivitas melalui logistik, salah satu proses bongkar
organisasi untuk menentukan kegiatan muat yang menggunakan forklif sangatlah
organisasi yang mengandung potensi bahaya besar berpotensi bahaya kecelakaan. Menurut
dan menimbulkan dampak serius terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh Septia
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Wulandari di area produksi Line 3 PT. Coca
Keseluruhan proses dari HIRARC yang Cola Amatil Indonesia Central Java pada
disebut juga dengan manajemen risiko (risk tahun 2011, diketahui bahwa perusahaan
management), kemudian akan menghasilkan telah melakukan identifikasi, penilaian dan
dokumen HIRARC yang sangat berguna pengendalian risiko di bagian produksi Line
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja 3 sehingga dapat mencegah kecelakaan kerja
(Soehatman Ramli, 2010: 79). PT OSI sesuai dengan undang-undang, Permenaker
Electronics memiliki area logistik sebagai dan Kepmenaker. Sedangkan, menurut
tempat penerimaan atau pengiriman barang, penelitian yang dilakukan oleh Wildan
didalam area logistik tersebut terdapat Zamani di Unit Spinning I PT. Sinar Pantja
Djaja Semarang pada tahun 2013, diperoleh lainnya yang tergantung pada pengalaman
hasil identifikasi bahaya menunjukan bahwa masing-masing, sikap dalam menghadapi
pada area carding terdapat 22 potensi bahaya resiko, famelieritas tehadap proses
dan pada area ring spinning terdapat 40 bersangkutan, dan sebagainya. Menurut
potensi bahaya. Hasil penilaian risiko Ridley (2008) dengan mengurangi atau
menunjukkan pada area carding terdapat 4 menjalankan sebuah teknik pengidentifisian,
aktivitas dengan risiko medium dan pada jumlah bahaya residual akan dapat dikurangi.
area ring spinning terdapat 5 aktivitas dengan Kita tidak mungkin langsung menghilangkan
tingkat risiko medium. Berdasarkan 2 seluruh bahaya tersebut. Temuan pada setiap
penelitian diatas, identifikasi potensi bahaya inspeksi harus dicatat sehingga dapat
dilakukan untuk mengetahui berbagai jenis dijadikan acuan ketika memutuskan tindakan
potensi bahaya yang ada di tempat kerja, korektif yang diperlukan dan untuk
yang kemudian dilakukan penilaian risiko membandingkannya dengan inspeksi
terhadap bahaya yang ditemukan, sehingga sebelumnya. Banyak teknik identifikasi yang
diperoleh rekomendasi pengendalian salah satunya dapat dipilih sebagai yang
terhadap risiko-risiko tersebut. Proses mungkin paling efektif di organisasi tertentu
identifikasi bahaya dan penilaian risiko perlu atau yang dapat menyediakan informasi yang
dilakukan sebagai upaya untuk mencegah dibutuhkan dalam proses tertentu.
terjadinya kecelakaan kerja. Dengan masih
adanya angka kecelakaan kerja dan belum Penilaian Risiko (Risk Assessment)
adanya identifikasi bahaya serta penilaian Menurut B. Boedi Rijanto (2011,)
risiko yang berhubungan dengan penilaian risiko atau risk assessment adalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, maka proses analisa untuk menilai risiko dan
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengidentifikasi tindakan-tindakan kontrol
dengan judul “Identifikasi Bahaya dan yang diperlukan untuk menghilangkan atau
Penilaian Resiko Upaya Mengurangi Tingkat mengurangi risiko yang ada, agar masih
Kecelakaan di Area Logistik Pada PT OSI dalam batas ditoleransi. Sedangkan, menurut
Electronics”. Darminto (2014) penilaian risiko adalah cara-
cara yang digunakan untuk mengelola risiko
KAJIAN PUSTAKA dalam pekerjaan yang dilakukan dan
Manajemen Risiko (HIRARC) memastikan kesehatan dan keselamatan para
Manajemen risiko adalah suatu upaya pekerja terhindar dari risiko pada saat
mengelola risiko K3 untuk mencegah bekerja. Penilaian risiko digunakan sebagai
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan langkah saringan untuk menentukan tingkat
secara komprehensif, terencana dan risiko yang ditinjau dari kemungkinan
terstruktur dalam suatu sistem yang baik kejadian (likelihood) dan keparahan yang
(Soehatman Ramli, 2010: 39). Hazard dapat ditimbulkan (severity) (Ramli, 2010:
Identification, Risk Assessment and Risk 97). Setiap potensi Bahaya yang ditemukan
Control (HIRARC) atau yang disebut juga pada tahap identifikasi bahaya akan
manajemen risiko merupakan elemen pokok dilakukan penilaian risiko untuk menentukan
dalam manajemen. Keselamatan dan tingkat risiko (risk rating) dari bahaya-
Kesehatan Kerja yang berkaitan langsung bahaya tersebut (Shandy Irawan, dkk, 2015:
sebagai upaya pencegahan dan pengendalian 16). Penilaian Risiko (Risk Assessment)
bahaya (Soehatman, 2010: 79). Proses dalam terdiri dari 2 tahapan proses, yaitu:
manajemen risiko ada 3, yaitu:
Tujuan Penilaian Risiko
Identifikasi Bahaya Untuk menentukan pengaruh atau akibat
Menurut Ridley (2008) identifikasi pemaparan potensi bahaya yang digunakan
bahaya sebelum bahaya tersebut sebagai landasan dalam melakukan tindakan
menyebabkan kecelakaan adalah inti seluruh perbaikan mencegah terjadinya incident
kegiatan pencegahan. Akan tetapi, akibat bahaya tersebut.
pengidentifikasian bahaya bukanlah ilmu
pasti tetapi merupakan kegiatan subjektif Tempat kerja
dimana ukuran bahaya yang teridentifikasi Menurut UU No. 1 Tahun 1970 tentang
akan berada diantara orang satu dengan orang keselamatan Kerja pasal 1 ayat 1, yang di-
maksud tempat kerja adalah tiap ruangan kecelakaan/sakit yang terjadi untuk seriap
atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak potensi bahaya yang diidentifikasi.
atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau
yang sering dimasuki tenaga kerja untuk Estimasi tingkat keparahan
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat Setelah kita dapat mengasumsikan tingkat
sumber atau sumber-sumber bahaya. kekerapan kecelakaan atau sakit yang terjadi,
Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, selanjutnya kita harus membuat keputusan
tentang seberapa parah kecelakaan/ sakit
lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
yang mungkin terjadi. Penentuan tingkat
merupakan bagian-bagian atau yang
keparahan dari suatu kecelakaan juga
berhubungan dengan tempat kerja tersebut. memerlukan suatu pertimbangan tentang
Oleh karena pada tiap tempat kerja terdapat beberapa banyak orang yang ikut terkena
sumber bahaya maka pemerintah mengatur dampak akibat kecelakaan dan bagian-bagian
keselamatan kerja baik di darat, di tanah, di tubuh mana saja yang dapat terpapar potensi
permukaan air, di dalam air, maupun di udara bahaya.
yang berada di wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia. Tempat kerja sangat Penentuan tingkat risiko
mendukung adanya suatu pekerjaan, tempat Setelah dilakukan estimasi atau
kerja yang buruk dapat menurunkan derajat penaksiran terhadap tingkat kekerapan dan
kesehatan dan juga daya kerja para pekerja. keparahan terjadinya kecelakaan atau
Menurut UU No. 1970 tentang keselamatan penyakit yang mungkin timbul, selanjutnya
kerja pengurus perusahaan mempunyai dapat ditentukan tingkat risiko dari masing-
kewajiban untuk menyediakan tenpat kerja masing hazard yang telah diidentifikasi dan
dinilai.
yang memenuhi syarat keselamatan dan
kesehatan.
Prioritas risiko
Setelah penentuan tingkat resiko,
Bahaya selanjutnya harus dibuat skala resiko untuk
Bahaya adalah aktifitas, kondisi, setiap potensi bahaya yang diidentifikasi
kejadian, gejala, proses, material, dan segala dalam upaya menyusun rencana
sesuatu yang ada di tempat kerja pengendalian resiko yang tepat. Potensi
berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi bahaya dengan tingkat resiko ”URGENT”
berpotensi menjadi sumber kecelakaan yang menjadi prioritas utama, ”HIGH",
cidera, penyakit dan kematian. Bahaya ”MEDIUM”, dan ”LOW”. Sedangkan tingkat
pekerjaan adalah faktor-faktor dalam resiko ”NONE” untuk sementara dapat
hubungan pekerjaan yang dapat diabaikan dari rencana pengendalian resiko
mendatangkan kecelakaan. (Tarwaka, 2008) .
Pengendalian Risiko Pengendalian / Minimasi Risiko
Menurut Ramli (2010 : 102) Pengendalian risiko adalah suatu upaya
pengendalian risiko merupakan langkah yang kontrol terhadap potensi risiko bahaya yang
menentukan dalam keseluruhan manajemen ada sehingga bahaya itu dapat ditiadakan
risiko. Berkaitan dengan risiko K3, strategi atau dikurangi sampai batascyang dapat
dalam pengendalian risiko dilakukan dengan diterima. Dalam Permenaker RI.
beberapa cara, yaitu: menekan likelihood, No.05/MEN/1996, diteranglan bahwa
menekan konsekuensi dan pengalihan risiko. perusahaan harus merencanakan manejemen
dan pengendalian kegiatan-kegiatan produk
Estimasi tingkat kekerapan barang dan jasa yang dapat mrnimbulkan
Estimasi terhadap tingkat kekerapan atau risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini
keseringan terjadinya kecelakaan/ sakit dapat dicapai dengan mendokumentasikan
akibat kerja, harus mempertimbangkan dan menerapkan kebijaksanaan standar bagi
tentang nerapa sering dan berapa lama tempat kerja, perencanaan pabrik dan bahan,
seorang tenaga kerja terpapar potensi bahaya. prosedur dan intruksi kerja untuk mengatur
Dengan demikian kita harus membuat dan mengendalikan kegiatan produk barang
keputusan tenteng tingkat kekerapan dan jasa.
Mengestimasi tingkat kekerapan

Tabel 1. Tingkat Kekerapan (Frekuensi)


Tingkatan Kriteria Penjelasan
1 Rarely Suatu insiden yang jarang terjadi, kemungkinan
bisa terjadi dalam jangka waktu 2 tahun sekali.

2 Unlikely Suatu insiden yang kadang kadang bisa


terjadi,kemungkinan bisa terjadi dalam jangka
waktu 12 bulan sekali.

3 Occasional Suatu insiden yang sesekali bisa terjadi,


kemungkinan bisa terjadi dalam jangka waktu 6
bulan sekali.

4 Frequent Suatu insiden yang acapkali terjadi,


kemungkinan bisa terjadi dalam jangka waktu 3
bulan sekali.

5 Constant Suatu insiden yang selalu bisa terjadi,


kemungkinan bisa terjadi dalam jangka waktu 1
bulan sekali
Sumber: Rudi Suardi, Sistem Manajemen K3 (2007)

Mengestimasi tingkat keparahan (severity)

Tabel 2. Tingkat keparahan


Tingkatan Kriteria Penjelasan
1 Trivial Cedera ringan {perawatan P3K (tindakan medis sederhana, pemberian obat-
obatan dengan berpedoman kepada daftar obat esensial atau generik)},
kerugian materi sangat kecil (0-1 juta rupiah), tidak kehilangan waktu kerja.

2 Low Cedera ringan, memerlukan perawatan P3K,{ tindakan medis sederhana,


bimbingan dan konsultasi kesehatan, pemberian obat-obatan dengan
berpedoman kepada daftar obat esensial atau generik, pemeriksaan
laboratorium sederhana, pemeriksaan dan pengobatan dokter umum}
langsung dapat ditangani, kerugian materi sedang ( 1 juta - 5 juta rupiah)
kehilangan waktu kerja 1x24 Jam (berdasarkan Surat Keputusan Direktur
Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Dan Pengawasan Ketenagakerjaan
Departemen Tenaga Kerja RI No. Kep.84/BW/1998 tentang cara pengisian
formulir laporan dan analisis statistik kecelakaan lampiran I B II no. 3.

3 Minor Cedera ringan, memerlukan perawatan medis (tindakan medis sederhana,


bimbingan dan konsultasi kesehatan, pemberian obat-obatan dengan
berpedoman kepada daftar obat esensial atau generik, pemeriksaan
laboratorium sederhana, pemeriksaan dan pengobatan dokter umum,
pemeriksaan diagnosis lanjutan, rujukan rawat inap di rumah sakit yang
ditunjuk perusahaan), kerugian materi cukup besar, kehilangan waktu kerja
maksimal 2x24 jam.

4 Major Cidera yang mengakibatkan cacat atau hilang fungsi tubuh secara total, sakit
permanen, memerlukan perawatan medis, (pemeriksaan dan pengobatan oleh
dokter spesialis, rawat inap di rumah sakit yang ditunjuk perusahaan,
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi) dan perawtan jangka
panjang {treatment berkelanjutan (rehabilitasi)} kerugian materi besar (25
juta rupiah-50 juta rupiah), kehilangan waktu kerja lebih dari 2x24 jam.

5 Fatality Menyebabkan kematian, off-site release bahan toksik dan efeknya merusak,
kerugian materi sangat besar (50 juta rupiah -100 juta rupiah)
Sumber: Rudi Suardi, Sistem Manajemen K3 (2007)
Penentuan jumlah orang terkena paparan
Tabel 3. Jumlah orang yang terkena paparan
Tingakatan Kriteria
1 1 - 2 Orang
2 3 - 7 Orang
3 8 - 15 Orang
4 16 - 50 Orang
5 Lebih dari 50 Orang

Penentuan kemungkinan (likelihood)


Tabel 4. Tingkat Kemungkinan

Tingkatan Kriteria Penjelasan


Suatu insiden mungkin dapat terjadi pada suatu
Unlikely (Hampir tidak
1 kondisi yang khusus atau luar biasa atau setelah
mungkin)
bertahun-tahun.
Suatu kejadian mungkin terjadi pada beberapa
Possible (Kemungkinan
2 kondisi tertentu, namun kecil kemungkinan
kecil)
terjadinya.
Probable (Sedang atau Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi
3
Mungkin terjadi) tertentu.
Suatu kejadian mungkin akan terjadi pada hampir
4 Likely (Mungkin terjadi)
semua kondisi.
Suatu kejadian akan terjadi pada semua kondisi
5 Certain (Hampir pasti)
atau setiap kegiatan yang dilakukan.
Sumber: Rudi Suardi, Sistem Manajemen K3 (2007)
Penentuan peringkat resiko (risk rating)
Tabel 5. Penentuan peringkat resiko (risk rating)
Tingkatan Kriteria Penjelasan
Harus segera dilakukan tindakan untuk
mengurangi risiko. Aktivitas atau kegiatan
50> Prioritas (Critical Priority) bisa dihentikan sampai risiko tersebut
dihilangkan atau dikontrol secara ketat dan
tepat.
10 – 50 Prioritas (Monitor&Control) Dikontrol untuk memperkecil risiko.
Tidak ada risiko atau risiko sudah dapat
<10 Prioritas (Tolerate)
dikendalikan dengan tepat.
Sumber: Rudi Suardi, Sistem Manajemen K3 (2007)

METODOLOGI PENELITIAN adalah identifikasi bahaya dan penilaian


Operasional Variabel risiko Keselamatan di bagian logistik di PT
Operasional variabel dalam penelitian ini OSI Electronics yang dikendalikan dengan
adalah proses pekerjaan yang ada di area melakukan identifikasi bahaya menggunakan
logistik PT OSI Electronics yang meliputi: metode Hazard Identification, Risk
Pengoperasian alat angkat/angkut, Membuka Assessment and Risk Control (HIRARC)
seal box material pake cutter, Pemindahkan yang menghasilkan dokumen HIRARC,
material menggunakan hand truck, sehingga dapat mengurangi angka
Pengambilan dan peletakan barang dari rak kecelakaan kerja diperusahaan. Tujuan dari
dan Memindahkan material ke lantai dua pedoman ini adalah untuk memberikan
untuk mengidentifikasi bahaya dan penilaian pendekatan yang sistematis dan obyektif
risiko Keselamatan Kerja di area logistik PT untuk menilai bahaya dan resiko yang terkait,
OSI Electronics. Fokus dalam penelitian ini yang akan memberikan ukuran yang obyektif
dari sebuah identifikasi bahaya serta
menyediakan metode untuk mengendalikan
resiko.

Populasi
Populasi adalah sekelompok orang, n = 44, 44 orang
kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu. Dalam Teknik pengambilan sampel yang digunakan
penelitian ini populasi yang dimaksud adalah dalam penelitian ini adalah teknik sampling
Karyawan PT OSI Electronics yang berkaitan secara probabilitas dengan menggunakan
langsung dengan departemen logistik yang metode random sampling. Teknik sampling
berjumlah 100 orang. Hal ini dikarenakan probabilitas dengan metode random sampling
bahwa karyawan di departemen tersebut merupakan teknik sampling yang dilakukan
lebih berpotensi menyebabkan bahaya dengan memberikan peluang atau
kecelakaan. kesempatan kepada seluruh anggota populasi
untuk menjadi sampel. Dengan demikian
Sampel sampel yang diperoleh diharapkan
Sampel 50 orang adalah bagian dari merupakan sampel yang representatif.
populasi yang diambil melalui cara-cara
Metode analisa data
tertentu yang juga memiliki karakteristik
Dari data penelitian yang diperoleh,
tertentu dengan jelas dan lengkap yang
peneliti berusaha untuk menganalisa hasil
dianggap bisa mewakili populasi. Kemudian
identifikasi bahaya, penilaian dan
dalam menetapkan besarnya sampel (size
pengendalian risiko dengan membandingkan
sample) dalam penelitian ini didasarkan pada
data yang diperoleh dengan peraturan
perhitungan sebagai berikut: Rumus
perundang-undangan yang berlaku seperti
Undang-undang, Permenaker, Kepmenaker
N= serta didukung dengan referensi lain yang
Dimana: berhubungan, sehingga dapat yang
n= Ukuran sampel. membantu dan melengkapi yang sekirangnya
N= Ukuran populasi yaitu karyawan PT OSI masih ada yang kurang, dan kemudian
Electronics. disimpulkan. Pokok pembahasan yang
e= Persen kelonggaran ketidak telitian karena dianalisis pada saat pelaksanaan teknik
kesalahan pengambilan. identifikasi bahaya meliputi banyak hal,
Maka jumlah sampel yang akan diteliti antara lain.
adalah:

Tabel 6. Identifikasi Bahaya


No Jenis Kegiatan Potensi Bahaya
Forklift yang membawa penumpang berisiko
penumpang terjatuh
Terlindas ban Forklift
Pengguanaan Transportasi Mesin Forklift terbakar karena overheat atau korsleting
1
forklift Terjatuh dari Forklift
Tertabrak
Kejatuhan material
2 Penggunaan Cutter Tangan tersayat karena cutter
3 Pengankatan material Terkilir karena salah angkat beban
4 Penggunaan hand jack Terjepit roda hand jack
Penyusunan palet atau barang Barang terjatuh
5
pada rak Jatuh dari rak
6 Menaiki dan menurunin lift Tali baja lift putus dan terjepit lift
Sumber: Data Penelitian, 2017
Tabel.7. Penilaian Risiko
Risk
Potensi bahaya Tindakan pencegahan
rating
Forklift yang membawa penumpang Larangan Forklift membawa penumpang
18
beresiko penumpang terjatuh
Terlindas ban Forklift Memakai Safety Shoes, membuat jalur
12 forklift dan jalur pejalan kaki atau tenaga
kerja
Mesin Forklift terbakar karena WI operasional forklift, WI operasional
overheat atau korsleting 8 Forklift ,
Pemasangan APAR, Forklift Daily Checklist
Terjatuh dari Forklift 12 WI operasional Forklift
Tertabrak Membuat jalur pejalan kaki atau tenaga
80 kerja, membuat layout jalan forklift, training
driver forklift, dan memasang blind spot
mirror
Kejatuhan material sehingga melukai 9 Pemakaian Helm, WI operasional Forklift
bagian tubuh
Tangan tersayat karena kena cutter 25 Menggunakan APD ( sarung Tangan anti
gores pisau cutter)
Tangan terkilir dan nyeri pinggang 8 Pemahaman tentang teknik mengangkat
salah angkat beban
Terjepi roda hand jack 25 Menggunakan APD (Sepatu safety )
Barang terjatuh 16 Gunakan APD pendukung seperti helmet
Terjatuh dari rak 36 Menggunakan APD body Harness
Tali baja lift putus dan terjepit lift Maintenance lift secara rutin dan berskala,
30
adanya prosedur menaiki lift, APD.
Sumber: Data Penelitian, 2017
beberapa peringkat resiko yang harus
Hasil penilaian risiko di area logistik dipertimbang untuk melakukan pengendalian
Resiko yang dimaksudkan untuk antara lain:
menentukan besarnya suatu resiko 1. Proses disaat pengoperasian forklift
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dengan potensi bahaya forklift yang
dan besar akibat yang ditimbulkannya. membawa penumpang bisa beresiko
Berdasarkan hasil identifikasi dapat penumpang terjatuh. Dalam penilaian
ditentukan peringkat resiko sehingga dapat potensi bahaya tersebut pada peringkat
dilakukan pemilahaan resiko yang memiliki penilaian resiko adalah 18 dan dapat
dampak besar terhadap peerusahaan dan dikategorikan dengan resiko peringkat
resiko ringan. Hasil identifikasi resiko prioritas sedang.
dievaluasi dan dibandingkan dengan kriteria 2. Proses disaat pengoperasian forklift
yang telah ditetapkan atau stardar dan norma dengan potensi bahaya terlindas ban
yang berlaku untuk menentukan apakah forklift. Dalam penilaian potensi bahaya
risiko tersebut dapat diterima atau pun tersebut pada peringkat penilaian resiko
ditolak. Jika resiko dinilai tidak dapat adalah 12 dan dapat dikategorikan dengan
diterima harus ditangani dengan baik. Setelah resiko peringkat prioritas sedang.
dilakukan identifikasi resiko, tahapa 3. Proses disaat pengoperasian forklift
selanjutnya adalah pengendalian resiko dari dengan potensi bahaya mesin forklift
setiap tahapan pekerjaan proses kerja di area terbakar karena overheat/korsleting.
logistik. Penelitian ini menggunakan metode Dalam penilaian potensi bahaya tersebut
HIRARC berdasarkan OHSAS 18001: 2007. pada peringkat penilaian resiko adalah 8
Dari hasil tabel penilaian diatas dan dapat dan dapat dikategorikan dengan resiko
disimpulan bahwa di area logistik terdapat peringkat prioritas rendah.
4. Proses disaat pengoperasian forklift tersayat, tergores dan tertusuk cutter.
dengan potensi bahaya terjatuh dari Dalam penilaian potensi bahaya tersebut
forklift. Dalam penilaian potensi bahaya pada peringkat penilaian resiko adalah 25
tersebut pada peringkat penilaian resiko dan dapat dikategorikan dengan resiko
adalah 12 dan dapat dikategorikan dengan peringkat prioritas sedang.
resiko peringkat prioritas sedang. 8. Proses disaat pengangkatan
5. Proses disaat pengoperasian forklift material/barang potensi bahaya adalah
dengan potensi bahaya tertabarak forklift. tangan terkilir dan nyeri pinggang. Dalam
Dalam penilaian potensi bahaya tersebut penilaian potensi bahaya tersebut pada
pada peringkat penilaian resiko adalah 80 peringkat penilaian resiko adalah 8 dan
dan dapat dikategorikan dengan resiko dapat dikategorikan dengan resiko
peringkat prioritas tinggi. peringkat prioritas rendah.
6. Proses disaat pengoperasian forklift 9. Proses disaat pemindahaan
dengan potensi bahaya kejatuhan material/barang yang menggunakan hand
material. Dalam penilaian potensi bahaya jack / hand truck potensi bahaya adalah
tersebut pada peringkat penilaian resiko terjepit roda hand jack/hand truck. Dalam
adalah 9 dan dapat dikategorikan dengan penilaian potensi bahaya tersebut pada
resiko peringkat prioritas rendah. peringkat penilaian resiko adalah 25 dan
7. Proses disaat pembukaan karton atau dapat dikategorikan dengan resiko
pengecekan material yang menggunakan peringkat prioritas sedang.
cutter dengan potensi bahaya tangan

Tabel 8. Pengendalian resiko


Risk
Potensi bahaya Tindakan pencegahan
rating

Forklift yang membawa


penumpang beresiko 18 Larangan Forklift membawa penumpang
penumpang terjatuh

Memakai Safety Shoes, membuat jalur forklift dan jalur


Terlindas ban Forklift 12
pejalan kaki atau tenaga kerja

Mesin Forklift terbakar karena WI operasional forklift, WI operasional Forklift ,


8
overheat atau korsleting Pemasangan APAR, Forklift Daily Checklist
Terjatuh dari Forklift 12 WI operasional Forklift
Membuat jalur pejalan kaki atau tenaga kerja, membuat
Tertabrak 80 layout jalan forklift, training driver forklift, dan memasang
blind spot mirror

Kejatuhan material sehingga


9 Pemakaian Helm, WI operasional Forklift
melukai bagian tubuh
Tangan tersayat karena kena
25 Menggunakan APD ( sarung Tangan anti gores pisau cutter)
cutter
Tangan terkilir dan nyeri
8 Pemahaman tentang teknik mengangkat
pinggang salah angkat beban
Terjepi roda hand jack 25 Menggunakan APD (Sepatu safety )
Barang terjatuh 16 Gunakan APD pendukung seperti helmet
Terjatuh dari rak 36 Menggunakan APD body Harness
Tali baja lift putus dan terjepit Maintenance lift secara rutin dan berskala, adanya prosedur
30
lift menaiki lift, APD.
Sumber: Data Penelitian, 2017
Dari hasil tabel pengendalian diatas dapat 9. Terjepi roda hand jack tindakan
disimpulkan bahwa perusahaan diharuskan pengendalian yang akan dilakukan
untuk membuat beberapa kebijakan untuk adalah perusahaan disarankan
mencengah resiko terjadinnya kecelakaan menyediakan APD (Sepatu safety).
antara lain. 10. Barang terjatuh dari rak saat menyimpan
1. Forklift yang membawa penumpang dan pengambilan material/barang
tindakan pengendalian, perusahaan tindakan pengendalian, perusahaan
disarankan membuat kebijakan terhadap disarankan menyediakan APD
operator forklift sebagai larangan bagi pendukung seperti helmet.
para pengguna mau pun orang yang 11. Terjatuh dari rak tindakan pengendalian
menumpang dengan peraturan yang dilakukan adalah perusahaan
memberikan warning kepada sipelaku. disarankan menyediakan APD body
2. Terlindas ban forklift tindakan Harness serta pelatihaan cara-cara
pengendalian, perusahaan disarankan penggunaanya.
menyediakan alat pelindung diri (APD) 12. Disaat penggunaan lift tali baja lift putus
seperti safety shoes dan membuat jalur dan orang terjepit lift tindakan yang
untuk pejalan kaki atau tenaga kerja diakan dikukan adalah Maintenance lift
serta memberikan arahaan kedisiplinan secara rutin dan berskala, adanya
tentang keselamatan kerja. prosedur menaiki lift, Alat Pelindung
3. Mesin forklift terbakar karena Diri (APD) serta larangan penggunan lift
overheat/korsleting tindakan untuk orang.
pengendalian, perusahaan disarankan
membuat work instruction (WI) HASIL DAN PEMBAHASAN
operasional forklift, pemasangan alat Berdasarkan hasil identifikasi bahaya
pemadam api ringan (APAR) di bagian yang telah dilakukan yang mengacu pada
forklift dan membuat daily checklist. tabel 2.5. Penentuan tingkat resiko, terdapat
4. Terjatuh dari forklift tindakan potensi bahaya sebagai berikut.
pengendalian, perusahaan disarankan
work instruction (WI) tentang Potensi bahaya yang memiliki nilai resiko
penggunaan safety belt dan tertinggi
pengoperasian forklift. Penggunaan transportasi forklift untuk
5. Tertabrak forklift bisa saja orang, barang, pengankutan barang jadi, yang mempunyai
tembok dan lainya tindakan potensi bahaya tabrakan bernilai 80 dan
pengendalian, perusahaan disarankan dapat dikategorikan tinggi dan sangatlah
untuk membuat jalur pejalan kaki atau perlu dilakukan pengendalian prioritas no 1.
tenaga kerja, membuat layout jalan Pada kegiatan tersebut maka tindakan
forklift, training driver forklift, dan pengendalian yang dilakukan adalah dengan
memasang blind spot mirror. pembuatan jalur forklift dan jalur pejalan
6. Kejatuhan material sehingga melukai kaki atau tenaga kerja, hal ini telah
bagian tubuh tindakan pengendalian, disesuaikan dengan Undang-undang No 1
perusahaan disarankan memberikan Tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal
APD seperti Pemakaian Helm dan 14 bahwa pengurus wajib memasang dalam
membuat WI operasional Forklift. tempat kerja yang dipimpinnya, semua
7. Tangan tersayat karena kena cutter gambar keselamatan kerja yang diwajibkan
tindakan pengendalian, perusahaan dan semua bahan pembinaan lainya, pada
disarankan memberikan APD (sarung tempat-tempat yang mudah dilihat dan
Tangan anti gores pisau cutter) dan terbaca.
mengharuskan karyawan menggunakan
APD tersebut. Potensi bahaya yang memiliki nilai resiko
8. Tangan terkilir dan nyeri pinggang salah sedang
angkat beban tindakan pengendalian, Potensi bahaya yang memiliki nilai resiko
perusahaan disarankan memberikan sedang adalah sebagai berikut:
pelatihan tentang tata cara pemahaman 1. Penggunaan transportasi forklift untuk
tentang teknik mengangkat. pengankutan barang jadi atau material
mempunyai potensi bahaya forklift yang
membawa penumpang berisiko untuk pemakaian alat pelindung diri
penumpang terjatuh bernilai 18, terlindas masih kurang disiplin, hal ini sesuai
ban forklift bernilai 12, terjatuh dari dengan undang-undang No 1 tahun 1970
forklift bernilai 12 dan dapat tentang keselamatan kerja Bab 8 pasal 12
dikategorikan sedang serta perlu mengenai kewajiban dan hak tenaga kerja
dilakukan pengendalian prioritas 2. Pada untuk memakai alat pelindung diri yang
kegiatan tersebut maka tindakan diwajibkan.
pengendalian dapat dilakukan dengan 3. Penggunaan pengunaan hand truck dalam
kesadaran tentang kecelakaan, SIO proses pemindahaan material mempunyai
operator forklift, menggunakan alat potensi bahaya terjepit roda hand truck
pelindung diri. Untuk SIO Operator 25, maka tindakan pengendalian dapat
forklift semua operator forklift telah dilakukan dengan menyediakan APD
mendapatkan sertifikat dari Disnaker, dan (Sepatu safety). Hal ini telah sesuai
hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri dengan undang-undang No 1 tahun 1970
Tenaga kerja No: Per. 05/Men/1985 Bab tentang keselamatan kerja Bab 10 pasal
1 pasal 4 tentang pesawat angkat dan 14 mengenai kewajiban
angkut bahwa setiap pesawat angkat dan perusahaan/pengurus untuk menyediakan
angkut harus dilayani oleh operator yang secara cuma-cuma, semua alat pelindung
mempunyai kemampuan dan telah diri yang diwajibkan pada tenaga kerja
memiliki keterampilan khusus tentang yang berada dibawah pimpinannya dan
pesawat angkar dan angkut. Jika terjadi menyediakan bagi setiap orang lain yang
luka akibat tertabrak forklift harus memasuki tempat kerja tersebut, disertai
dilaporkan ke bagian OHS kemudian petunjuk-petunjuk yang diperlukan
dilaporkan ke Depnaker, hal ini telah menurut petunjuk pengawai pengawas
sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga atau ahli-ahli kselamatan kerja. Namun
Kerja Nomor: Per.03/Men/1998 tentang untuk pemakaian alat pelindung diri
Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan masih kurang disiplin, hal ini sesuai
Kecelakaan pasal 4 bahwa pengurus atau dengan undang-undang No 1 tahun 1970
pengusaha wajib melaporkan secara tentang keselamatan kerja Bab 8 pasal 12
tertulis kecelakaan kepada Kepala Kantor mengenai kewajiban dan hak tenaga kerja
Departemen Tenaga Kerja setempat untuk memakai alat pelindung diri yang
dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua diwajibkan.
kali dua puluh empat) jam terhitung sejak 4. Barang terjatuh dari rak saat menyimpan
terjadinya kecelakaan. dan pengambilan material/barang
2. Penggunaan cutter dalam proses mempunyai potensi bahaya bernilai 16.
pembukaan seal box mempunyai potensi Tindakan pengendalian, perusahaan
bahaya tangan terpotong karena kena disarankan menyediakan APD pendukung
cutter bernilai 25. Maka tindakan seperti helmet. Hal ini telah sesuai dengan
pengendalian dapat dilakukan dengan undang-undang No 1 tahun 1970 tentang
memberikan APD (sarung Tangan anti keselamatan kerja Bab 10 pasal 14
gores pisau cutter) dan mengharuskan mengenai kewajiban
karyawan menggunakan APD tersebut. perusahaan/pengurus untuk menyediakan
Hal ini telah sesuai dengan undang- secara cuma-cuma, semua alat pelindung
undang No 1 tahun 1970 tentang diri yang diwajibkan pada tenaga kerja
keselamatan kerja Bab 10 pasal 14 yang berada dibawah pimpinannya dan
mengenai kewajiban menyediakan bagi setiap orang lain yang
perusahaan/pengurus untuk menyediakan memasuki tempat kerja tersebut, disertai
secara cuma-cuma, semua alat pelindung petunjuk-petunjuk yang diperlukan
diri yang diwajibkan pada tenaga kerja menurut petunjuk pengawai pengawas
yang berada dibawah pimpinannya dan atau ahli-ahli kselamatan kerja. Namun
menyediakan bagi setiap orang lain yang untuk pemakaian alat pelindung diri
memasuki tempat kerja tersebut, disertai masih kurang disiplin, hal ini sesuai
petunjuk-petunjuk yang diperlukan dengan undang-undang No 1 tahun 1970
menurut petunjuk pengawai pengawas tentang keselamatan kerja Bab 8 pasal 12
atau ahli-ahli kselamatan kerja. Namun mengenai kewajiban dan hak tenaga kerja
untuk memakai alat pelindung diri yang Potensi bahaya yang memiliki nilai resiko
diwajibkan. rendah
5. Terjatuh dari rak mempunyai potensi Potensi bahaya yang memiliki nilai resiko
bahaya bernilai 36. Tindakan rendah terdapat pada kegiatan:
pengendalian yang dilakukan adalah 1. Untuk potensi bahaya dalam penggunaan
perusahaan disarankan menyediakan forklift mempunyai potensi bahaya mesin
APD body Harness serta pelatihaan cara- forklift terbakar karena overhead atau
cara penggunaanya. Hal ini telah sesuai korsleting bernilai 8.
dengan undang-undang No 1 tahun 1970 2. Untuk potensi bahaya dalam penggunaan
tentang keselamatan kerja Bab 10 pasal forklift mempunyai potensi bahaya
14 mengenai kewajiban kejatuhaan material sehingga melukai
perusahaan/pengurus untuk menyediakan bangian tubuh saat pemindahaan
secara cuma-cuma, semua alat pelindung bernilai 9.Untuk potensi bahaya dalam
diri yang diwajibkan pada tenaga kerja pengankatan material mempunyai potensi
yang berada dibawah pimpinannya dan bahaya terkilir akibat salah angkat beban
menyediakan bagi setiap orang lain yang bernilai 8.
memasuki tempat kerja tersebut, disertai
petunjuk-petunjuk yang diperlukan KESIMPULAN
menurut petunjuk pengawai pengawas Berdasarkan hasil penelitian dan
atau ahli-ahli kselamatan kerja. Namun pembahasan pada Bab sebelumnya, penulis
untuk pemakaian alat pelindung diri memberikan beberapa hal sebagai
masih kurang disiplin, hal ini sesuai kesimpulan:
dengan undang-undang No 1 tahun 1970 1. Potensi bahaya yang terdapat di area
tentang keselamatan kerja Bab 8 pasal 12 logistik PT OSI Electronics sebagai
mengenai kewajiban dan hak tenaga kerja berikut:
untuk memakai alat pelindung diri yang 1. Pengoperasian alat transportasi
diwajibkan. forklift yang dapat menyebabkan
6. Disaat penggunaan lift tali baja lift putus potensi bahaya.
dan orang terjepit lift tindakan yang 2. Saat proses pembukaan karton atau
diakan dilakukan adalah Maintenance lift paket komponen yang menggunakan
secara rutin dan berskala, adanya cutter yang bisa mengakibatkan luka
prosedur menaiki lift, Alat Pelindung Diri terpotong atau tersayat.
(APD) serta larangan penggunan lift 3. Pengankatan material yang tidak tepat
untuk orang. Mempunyai potensi bahaya akan berisiko mengakibatkan cedera
tali baja lift terputus dan bernilai 30. Hal seperti radang otot dan keseleo,
ini telah sesuai dengan undang-undang gangguan sendi dan tulang pada
No 1 tahun 1970 tentang keselamatan tangan, bahu tulang belakang dan
kerja Bab 10 pasal 14 mengenai kaki, cedera pada otot sekitar leher
kewajiban perusahaan/pengurus untuk dan kepala, sakit kronis hingga
menyediakan secara cuma-cuma, semua kelelahaan.
alat pelindung diri yang diwajibkan pada 4. Proses saat pemindahaan barang yang
tenaga kerja yang berada dibawah menggunakan hand jack bisa
pimpinannya dan menyediakan bagi mengakibatkan kecelakaan seperti
setiap orang lain yang memasuki tempat terjepit roda dari hand jack.
kerja tersebut, disertai petunjuk-petunjuk 5. Penyusunan palet atau barang pada
yang diperlukan menurut petunjuk rak penyimpanan yang tidak benar
pengawai pengawas atau ahli-ahli bisa mengakibatkan bisa
kselamatan kerja. Namun untuk mengakibatkan jatuhnya barang dan
pemakaian alat pelindung diri masih mencederai pekerja.
kurang disiplin, hal ini sesuai dengan 6. Menaiki dan menurunin lift barang
undang-undang No 1 tahun 1970 tentang yang dapat menyebabkan potensi
keselamatan kerja Bab 8 pasal 12 bahaya bisa rendah dan bisa juga
mengenai kewajiban dan hak tenaga kerja tinggi.
untuk memakai alat pelindung diri yang 2. Adapun tindakan dan kebijakan yang
diwajibkan. dilakukan PT OSI Electronics di saat
terjadi kecelakaan sebagai berikut: B. Boedi Rijanto, 2011, Pedoman
Memberikan pengobatan kepada korban Pencegahan Kecelakaan di Industri,
dan serta melakukan perbaikan pada Mitra Wacana Media, Jakarta.
sumber bahaya yang ada dengan Sandy, Irawan, dkk, et al, 2015, Penyusunan
meberikan larangan-larangan untuk Hazard Identification Risk Assessment
menjengah terjadinya hal yang serupa and Risk Control (HIRARC) di PT. X,
yang mengakibatkan adanya korban atau Volume III, No 1, Januari 2015, hlm.
kerusakan diperusahaan. Perusahaan
15-18.
membuat larangan-larangan serta
Tarwaka, 2014, Keselamatan dan Kesehatan
mengadakan pelatihan tentang
keselamatan kerja kepada karyawan yang Kerja Manajemen dan Implementasi K3
berada di area logistik dan membuat di Tempat Kerja, Harapan Press,
stiker, gambar dan simbol-simbol yang Surakarta.
bisa menyebabkan kecelakaan sesuai Ramli, S. 2010. Manajemen Risiko Dalam
dengan jenis pekerjaan dan kecelakaan Perspektif K3 OHS Risk Management.
masing – masing yang berada di area Jakarta: Pt. Dian Rakyat
logistik. Suardi Rudi, 2007, Manajemen Risiko –
3. Tindakan pengendalian yang harus Panduan Penerapan Berdasarkan
dilakukan PT OSI Electronics adalah: OHSAS 18001 dan Permenaker
1. Memberikan sanksi keras kepada 05/1996, Jakarta: PPM.
operator forklift yang membawa
penumpang.
2. Penggunaan alat pelindung diri yang
sesuai dengan tipe potensi bahaya
yang ada sehingga tenaga kerja
terlindung dari potensi bahaya yang
timbul dalam aktifitas pekerjaan.
3. Membuat work instruction (WI)
operational forklift, pemasangan Alat
pemadam api ringan (APAR) dan
forklift daily checklist.
4. Membuat jalur pejalan kaki atau
tenaga kerja, membuat layout jalan
forklift, training driver forklift, dan
memasang blind spot mirror.
5. Pengendalian administrasi untuk
mengurangi tingkat risiko atas potensi
bahaya yang timbul dengan cara
melakukan atau menetapkan aturan,
prosedur dan cara kerja yang aman.
6. Pengadaan training berupa training
alat pelindung diri untuk
meningkatkan kesadaran akan
pentingnya pemakaian alat pelindung
diri bagi keselamatan tenaga kerja.

DAFTAR PUSTAKA
Soehatman Ramli, 2010, Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
OHSAS 18001, Dian Rakyat, Jakarta.
Ridley, John. 2008. Kesehatan dan
KeselamatanKerja. 12thEd. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai