Oleh:
KOMANG EKA DANA SUPUTRA
NIM. 1810521021
Dosen Pembimbing:
ABSTRAK
Rantai pasok adalah jaringan fisik yang bekerjasama menciptakan dan menghantarkan suatu
produk untuk memuaskan konsumen. Secara umum sistem rantai pasok berkaitan dengan aliran
material, informasi dan finansial sepanjang jaringan rantai pasok. Aliran tersebut biasanya
ditemukan berbagai risiko yang dapat mempengaruhi alur rantai pasok tidak berjalan lancar.
Sebuah perusahaan produk gula lontar yaitu Palmira Indonesia bekerja sama dengan petani gula
lontar untuk memenuhi keperluan bahan baku yang menggunakan bahan alami dalam proses
produksinya sehingga berpotensi menghadapi risiko dalam rantai pasoknya. Oleh karena itu
perlu dilakukan suatu upaya untuk mengatasi dan mengurangi berbagai risiko yang berpotensi
terjadi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kejadian risiko dan sumber risiko yang
timbul serta menentukan mitigasi risiko dari sumber risiko yang diprioritaskan. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode House of Risk (HOR) yang terdiri dari 2 fase yaitu, fase
identifikasi kejadian risiko (Risk Event) yang hasilnya berupa peringkat prioritas sumber risiko
(Risk Agent) dan fase penanganan risiko hasilnya berupa rencana tindakan pencegahan
terjadinya sumber risiko (Risk Agent). Setelah dilakukan penelitian, diperoleh 55 kejadian risiko
dan 60 sumber risiko. Melalui pendekatan diagram pereto 80:20, diperoleh 13 penyebab risiko
yang diprioritaskan untuk dilakukan mitigasi dan menghasilkan 17 aksi mitigasi yang dapat
diterapkan untuk mengurangi tingkat kejadian risiko di Palmira Indonesia.
Kata kunci: Rantai Pasok, SCOR, FMEA, Rumah Risiko, Gula Lontar
ABSTRACT
A physical network called the supply chain collaborates to produce and distribute a good that
will satisfy consumers. The flow of products, information, and funds along the supply chain
network is generally referred to as the supply chain system. There are typically a number of
dangers in this flow that could prevent the supply chain from moving smoothly. In order to
address the demand for raw materials that use natural components in their production process,
a palm sugar product firm, notably Palmira Indonesia, is collaborating with palm sugar
farmers to minimize supply chain risks. As a result, efforts must be made to mitigate and
overcome the numerous dangers that could materialize. This study aims to determine the risk
events and sources that arise and determine risk mitigation from prioritized risk sources. This
research was conducted using the House of Risk (HOR) method, which consists of two phases,
namely, the risk event identification phase, which results in a priority ranking of risk sources
(Risk Agent), and the risk handling phase, which results in a preventive action plan for the
occurrence of risk sources (Risk Agent). After the research, 55 risk events and 60 risk sources
were obtained. Through the 80:20 Pareto diagram approach, 13 risk causes were prioritized
for mitigation, resulting in 17 mitigation actions that can be implemented to reduce the risk
events at Palmira Indonesia.
Keywords: Supply Chain, SCOR, FMEA, House of Risk, Palm Sugar
PENDAHULUAN
Kabupaten Karangasem memiliki luas areal 1637,4 hektar pohon lontar dan
sebagian besar berada di wilayah Kecamatan Kubu (Satu Data Indonesia Provinsi Bali,
2020). Desa Tianyar adalah salah satu desa di Kecamatan Kubu dengan potensi pohon
lontarnya yang hampir ditemui pada setiap lahan petani. Luas areal perkebunan pohon
lontar di Desa Tianyar adalah 219 hektar (Suarsana et al., 2013). Petani Desa Tianyar
umumnya memanfaatkan nira lontar untuk produk olahan gula lontar cetak. Gula lontar
merupakan salah satu produk gula merah yang berbahan baku dari nira lontar.
Terdapat satu UMKM di Kabupaten Karangasem yaitu Palmira Indonesia, yang
fokus pada optimalisasi potensi desa dan mensejahterakan petani dengan memproduksi
gula lontar organik dalam bentuk gula semut. Dikatakan gula lontar “organik” karena
UMKM ini memiliki prinsip dimana setiap prosesnya menggunakan bahan alami.
Palmira Indonesia merupakan UMKM yang terletak di Banjar Dinas Cutcut, Desa Ban,
Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. UMKM ini memproduksi gula lontar
organik. Palmira Indonesia bekerja sama dengan petani gula lontar untuk memenuhi
keperluan bahan baku yang menggunakan bahan alami dalam proses produksinya.
Rantai pasok adalah jaringan fisik yang bekerjasama menciptakan dan
menghantarkan suatu produk untuk memuaskan konsumen (Pujawan, 2005). Secara
umum sistem rantai pasok berkaitan dengan aliran material, informasi dan finansial
sepanjang jaringan rantai pasok (Nasution, 2020). Aliran tersebut biasanya ditemukan
berbagai risiko yang dapat mempengaruhi alur rantai pasok tidak berjalan lancar. Risiko
merupakan suatu potensi kejadian yang dapat merugikan, karena adanya ketidakpastian
yang bersumber dari berbagai aktivitas (Yasa et al., 2013).
Palmira Indonesia berpotensi menghadapi risiko dalam rantai pasoknya, karena
berdasarkan survey awal terdapat risiko yang terjadi seperti kesenjangan antara stok
tercatat dan tersedia serta kegiatan produksi yang tidak maksimal. Hal itu memerlukan
suatu upaya untuk mengatasi dan mengurangi berbagai risiko yang berpotensi terjadi.
Metode yang dapat digunakan dalam manajemen risiko adalah House of Risk (HOR).
Metode tersebut menghasilkan potensi risiko yang terdapat pada aliran suplai dan dinilai
tingkat probabilitasnya serta memitigasi risiko sehingga mengurangi risiko yang terjadi.
Metode House of Risk (HOR) merupakan sebuah framework yang
mengintegrasikan antara metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan metode
House of Quality (HOQ) (Pujawan dan Geraldin, 2009). Secara garis besar tahapan
dalam framework ini dibagi dua fase yaitu, fase identifikasi kejadian risiko (risk event)
yang hasilnya berupa peringkat prioritas sumber risiko (risk agent) dan fase penanganan
risiko hasilnya berupa rencana tindakan pencegahan terjadinya sumber risiko (risk
agent) (Cahyani et al., 2016).
Pada penelitian Ulfah et al. (2016) menggunakan pengembangan metode FMEA
dan QFD, terdapat 47 risiko dan 47 sumber risiko yang teridentifikasi pada seluruh
kegiatan rantai pasok gula rafinasi serta memperoleh 22 aksi mitigasi yang
diprioritaskan berdasarkan ranking. Setiawan (2018) menggunakan metode House of
Risk (HOR) untuk merancang framework mitigasi risiko dengan 17 sumber risiko yang
menjadi prioritas pada produk gula kelapa kristal. Penelitian yang serupa juga dilakukan
oleh Purnomo et al. (2021) dengan metode House of Risk untuk mitigasi risiko pada
rantai pasok kopi dengan prioritas mitigasi di pemasok dan pabrikan. Ketiga penelitian
ini menggunakan metode yang sama tetapi memperoleh jumlah kejadian risiko, sumber
risiko dan prioritas mitigasi yang berbeda. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
mengidentifikasi kejadian risiko dan sumber risiko serta memitigasi risiko dalam
mencegah potensi risiko yang terjadi di Palmira Indonesia.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Palmira Indonesia berlokasi di Banjar Dinas Cutcut,
Desa Ban, Kubu, Karangasem, Bali. Penelitian berlangsung pada bulan September-
November 2022. Penelitian ini menggunakan metode House of Risk (HOR) yang
merupakan sebuah framework yang mengintegrasikan antara metode Failure Mode and
Effect Analysis (FMEA) dan metode House of Quality (HOQ) (Pujawan dan Geraldin,
2009). Tahapan metode House of Risk sebagai berikut:
HOR fase I:
1. Mengidentifikasi risiko-risiko yang berpotensi pada rantai pasok. Risiko yang
teridentifikasi digolongkan setiap proses menggunakan SCOR.
2. Mengidentifikasi dampak yang akan ditimbulkan dari risiko yang terjadi (severity).
Kemudian, memberikan nilai tingkat keparahan dengan skala 1-10 dimana skala 10
menunjukkan dampak paling berbahaya pada risiko yang terjadi.
3. Mengidentifikasi sumber risiko dan memberi penilaian kemungkinan terjadinya
(occurrence). Dalam hal ini menggunakan skala 1-10 dimana 1 artinya tidak pernah
terjadi dan 10 artinya sering terjadi.
4. Memberi penilaian korelasi antara masing-masing risiko yang teridentifikasi
dengan sumber risiko. Korelasi menggunakan skala 0,1,3,9 dimana berturut-turut
menunjukkan tidak ada korelasi, rendah, sedang, dan korelasi tinggi.
5. Melakukan perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP) dengan menggunakan data
severity, occurrence, dan nilai korelasi yang sebelumnya telah ditentukan. Rumus
ARP = O j Σ S i R j
6. Memberikan peringkat pada masing-masing sumber risiko yang teridentifikasi
sesuai dengan nilai ARP yang sebelumnya telah dihitung (dari terbesar ke nilai
terkecil). Untuk template HOR fase I ditunjukkan pada tabel 1:
Tabel 1 House of Risk Fase I
Proses Risiko Sumber Risiko Severity
(Ei) A1 A2 A3 (Si)
Plan E1 R11 R12 R13 S1
Source E2 R21 S2
Make E3 S3
Deliver E4 S4
Return E5 S5
Occurrence (Oj) O1 O2 O3
ARP ARP1 ARP2 ARP3
Priority rank of agent
Sumber Mitigasi
ARP
Risiko M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13 M14 M15 M16 M17
A6 9 9 2032
A23 1 3 1 9 3 1 1 1876
A21 9 3 3 1460
A18 9 1350
A8 9 1 1 9 1 1 1341
A4 9 9 1330
A16 9 3 9 1232
A20 1224
A13 3 9 1104
A3 3 906
A12 9 9 812
A39 3 3 1 9 760
A43 3 9 648
194
TE 18288 18288 13140 9184 35445 6913 25917 11970 28785 11970 7308 14092 14868 3977 8181 5832
4
D 3 5 3 5 5 5 3 4 3 3 4 4 3 3 5 3 4
1836,
ETD 6096 3657,6 4380 7089 1382,6 8639 2993 9595 3990 1827 3523 4956 1325,667 1636,2 648 1458
8
RANK 4 8 6 11 3 15 2 10 1 7 12 9 5 16 13 17 14
Selanjutnya tindakan mitigasi yang telah teridentifikasi diberi penilaian tingkat
kesulitan ( D k ) oleh pihak perusahaan berdasarkan pertimbangan sumber daya yang
tersedia untuk menerapkan tindakan mitigasi risiko dan memberi nilai korelasi antara
sumber risiko dengan mitigasi risiko seperti penilaian korelasi pada HOR fase I.
Pada tahap HOR fase II, nilai tingkat kesulitan dan korelasi menjadi input untuk
melakukan perhitungan total efektivitas dan total rasio efektivitas. Perhitungan total
efektivitas (TE) dilakukan untuk mengetahui efektivitas masing-masing strategi mitigasi
terhadap agen risiko, sedangkan total rasio efektivitas kesulitan (ETD) untuk melihat
tingkat efektivitas dengan melihat kemampuan sumber daya yang ada. Matriks HOR
fase II dapat dilihat pada tabel 5. Berdasarkan nilai ETD diperoleh ranking untuk
menentukan prioritas mitigasi risiko. Urutan prioritas mitigasi risiko ditunjukkan pada
tabel 6.
Tabel 6 Prioritas Mitigasi Risiko
Cahyani, Z. D., S. R. W. Pribadi, dan I Baihaqi. 2016. Studi implementasi model house of risk
(hor) untuk mitigasi risiko keterlambatan material dan komponen impor pada pembangunan
kapal baru. Jurnal Teknik ITS. 5(2): G52–G59.
Nasution, A. R. 2020. Analisis Risiko Rantai Pasok di PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Dengan
Menggunakan Metode House of Risk. Skripsi S-1. Tidak dipublikasikan. Universitas
Sumatera Utara. Medan
Pujawan, I. N., dan L. H. Geraldin. 2009. House of risk: a model for proactive supply chain risk
management. Business Process Management Journal. 15(6): 953–967.
Purnomo, B. H., B. Suryadharma, dan R. G Al-hakim. 2021. Risk mitigation analysis in a supply
chain of coffee using house of risk method. Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri.
10(2): 111–124.
Satu Data Indonesia Provinsi Bali. 2020. Luas Areal Dan Produksi Perkebunan Menurut
Kabupaten dan Kebun (PBSN) Komoditas Lontar.
https://balisatudata.baliprov.go.id/laporan/luas-areal-dan-produksi-perkebunan-menurut-
kabupaten-dan-kebun-pbsn-komoditas-lontar?year=2020 [Diakses tanggal 7 Juli 2022]
Setiawan, A. G. 2018. Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasok Produk Gula Kelapa Kristal Pada
PT. Indo Agroforestry. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta
Suarsana, M. I., N. I. Sukarta, dan N. Rediasa. 2013. Ibm kelompok tani lontar di Desa Tianyar
Kecamatan Kubu. Widya Laksana. 4(2): 139–145
Ulfah, M., S. M. Maarif, dan S. Raharja. 2016. Analisis dan perbaikan manajemen risiko rantai
pasok gula rafinasi dengan pendekatan house of risk analysis and improvement of supply
chain risk management of refined sugar using house of risk approach. Jurnal Teknik Industri
Pertanian. 26(1): 87–103.
Yasa, I. W. W., I. G. B. S. Dharma, dan I. G. K. Sudipta. 2013. Manajemen risiko operasional dan
pemeliharaan tempat pembuangan akhir (tpa) regional bangli di Kabupaten Bangli. Jurnal
Spektran: 1(2): 30–38.