Anda di halaman 1dari 208

SKRIPSI

ANALISA RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN


.KERJA DENGAN METODE HIRARC (Hazarad Identification,
Risk Assesment and Risk Control) PADA PEKERJA DI UNIT
PEMELIHARAAN SARANA (UPS) RSIA PURI BUNDA
MALANG

OLEH

GILANG ANDHIKA SEPBIANTO

161013251246

PROGAM STUDI S1 KESEHATAN LINGKUNGAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA MALANG

2020
SKRIPSI

ANALISA RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA DENGAN METODE HIRARC (Hazarad Identification,
Risk Assesment and Risk Control) PADA PEKERJA DI UNIT
PEMELIHARAAN SARANA (UPS) RSIA PURI BUNDA
MALANG

OLEH

GILANG ANDHIKA SEPBIANTO

161013251246

PROGAM STUDI S1 KESEHATAN LINGKUNGAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA MALANG

2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

ii
LEMBAR PENGESAHAN

iii
iv

KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT, yang telah menciptakan dunia dan

seisinya dengan beraneka ragam dan menjadikan perbedaan sebagai rahmatnya,

karena syukur tak pernah henti bagi penulis ucapakan ridhanya akhirnya Skripsi

saya yang berjudul “ANALISA RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA (K3) DENGAN METODE HIRARC (Hazard Identification, Risk

Assesment and Risk Control) PADA PEKERJA DI UNIT PEMELIHARAAN

SARANA (UPS) RSIA PURI BUNDA MALANG” telah saya selesaikan. Shalawat

serta salam selalu tak lupa penulis sampaikan kepada Rassullalah Muhamad SAW

yang membawa perubahan jaman yang gelap gulita menjadi jaman yang terang

benderang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan,

bimbingan, petunjuk dan motivasi dari banyak orang – orang terdekat karena tanpa

bantuanya penulis belum tentu bisa menyelesaikanya.

Dengan kerendahan hati penulis memberikan rasa hormat dan ucapan

terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada :

1. Kepada ibu saya, Denok Sri Wahyuni yang selalu memberkan dukungan

berupa doa dan nasihatnya sehingga saya sangat termotivasi untuk terus

mengerjakan penelitian ini hingga selesai.

2. Kepada Bapak saya, Yudi Tri Susilo yang selalu memberikan nasihat,

dukungan dan motivasi kepada saya sehingga saya sangat termotovasi

untuk menyelesaikan skripis saya.

3. Adik saya Mahda Galuh Ariandhi yang selalu memberikan saya semangat

kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya.

iv
4. Bapak dr. Rudy Joegijantoro, MMRS selaku Ketua STIKES Widyagama

Husada Malang.

5. Ibu Irfany Rupiwardani SE.,MMRS Selaku Ketua Program Studi S1

Kesehatan Lingkungan STIKES Widyagama Husada.

6. Bapak Beni Hari Susanto,S.KL.,MKL Sebagai pembimbing I skripsi saya

7. Bapak Yusup Saktiawan, SE.,M.Ling Sebagai pembimbing II skripsi saya

8. Seluruh Dosen dan Staf STIKES Widyagama Husada Malang

9. Seluruh Teman – Teman sekelas saya di Kesehatan Lingkungan angkatan

2016

10. Seluruh Karyawan RSIA Puri Bunda

11. Serta seluruh pihak yang membantu saya dalam menyelesaikan skripsi

saya

Akhir kata dengan mengucapkan rasa syukur dengan memanjatkan doa

kepada Allah SWT, Semoga semua amal kebaikan dari semua pihak yang

membantu saya di terima Allah SWT. Semoga skripsi ini mampu meberi manfaat

kepada semua pihak.

Malang, November 2020

Gilang Andhika Sepbianto

v
ABSTRAK
Sepbianto, Gilang Andhika. 2020. Analisa Risiko Keselamatan dan kesehatan Kerja
Dengan Meode HIRARC (Hazard Identification,Risk Assesment and Risk Control)
Pada Pekerja di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda Malang. Skripsi.
S1. Program Studi Kesehatan Lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Widyagama Husada Malang. Pembimbing : 1. Beni Hari Susanto, S.KL.,M.KL 2.
Yusup Saktiawan, SE.,M.Ling.
Unit Pemeliharaan Sarana merupakan sebuah unit kerja di rumah sakit yang
bertanggung jawab terhadap perbaikan dan pemeliharaan sarana dan prasarana di rumah
sakit. Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda mengalami kasusu kecelakaan
tertinggi selama tahun 2019.HIRARC adalah proses mengidentifikasi bahaya, meniliai
risiko dan menentukan tindakan pengendalian risiko dari suatu pekerjaan. Tujuan
dilakukan analisa risiko dengan metode HIRARC adalah untuk menganalis risiko, menilai
risiko dan tindakan pengendalian risiko tersebut. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
observasional dengan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian didapatkan bahwa pekerjaan di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS)
yaitu pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana. Hasil identifikasi
bahaya didapatkan bahaya yang terbanyak yang ada di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS)
yaitu bahaya fisika. Hasil penilaian risiko diketahui pekerjaan yang memiliki risiko tertinggi
yaitu pekerjaan pengelasan, gerinda dan pemasangan gas LPG dengan tingakt risiko tinggi
dan skor WRAC 25. Tindakan pengendalian risiko yang paling bayak digunakan yaitu
eliminasi dan APD.
Kesimpulan hasil analisa risiko dengan menggunakan metode HIRARC di Unit
Pemeliharaan Sarana (UPS) diketahui jenis pekerjaan, jenis bahaya, tingkatan risiko dan
tindakan pengendalian terhadap risiko yang ada di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS). Hasil
analisa risiko tersebut diharapkan jadi bahan pertimbangan dalam penyusunan
manajemen risiko di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda.

Kepustakaan : 49 Kepustakaan

Kata Kunci :Risiko, HIRARC, K3,Unit Pemeliharaan Sarana (UPS), Rumah Sakit

vi
ABSTRACT

Sepbianto, Gilang Andhika. 2020. Analysis of Occupational Safety and Health Risks
With Meode HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) In
Workers in The Facility Maintenance Unit (UPS) RSIA Puri Bunda Malang. Thesis. S1.
Environmental Health Study Program. Widyagama Husada School of Health
Sciences. Guidance : 1. Beni Hari Susanto, S.KL.,M.KL 2. Yusup Saktiawan,
SE.,M.Ling.

Facility Maintenance Unit is a working unit in the hospital that is responsible for the
repair and maintenance of facilities and infrastructure in the hospital. RSIA Puri Bunda
Facility Maintenance Unit (UPS) experienced the highest accident cases during
2019.HIRARC is the process of identifying hazards, risk management and determining risk
control measures from a job. The purpose of hirarc risk analysis is to analyze the risk,
assess the risk and control the risk. This type of research is observational descriptive with
a qualitative approach.
The results of the research were obtained that the work in the Facility Maintenance
Unit (UPS) is maintenance and repair work of facilities and infrastructure. The result of
hazard identification is obtained the most hazards in the Facility Maintenance Unit (UPS)
namely physical hazards.

The results of the risk assessment are known jobs that have the highest risk
namely welding work, grinding and installation of LPG gas with high risk and WRAC score
of 25. The most common risk control measures used are elimination and PPE. The
conclusion of the risk analysis results using hirarc method in the Facility Maintenance Unit
(UPS) is known the type of work, type of hazard, level of risk and control measures against
the risks in the Facility Maintenance Unit (UPS). The results of the risk analysis are
expected to be considered in the preparation of risk management in the Facility
Maintenance Unit (UPS) of RSIA Puri Bunda.

References : 49 References

Keywords :Risk, HIRARC, K3,Facility Maintenance Unit (UPS), Hospital

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. vi
ABSTRACT ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang. ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
1.3.1. Tujuan Umum .................................................................................4
1.3.2. Tujuan Khusus................................................................................4
1.4. Manfaat................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 6
2.1. Pengertian Rumah sakit..................................................................... 6
2.2. Pengertian Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) .................................. 7
2.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Rumah sakit (K3RS) .. 7
2.4. Bahaya ................................................................................................. 8
2.4.1 Jenis Bahaya ......................................................................................9
2.5. Analisa Risiko ................................................................................... 11
2.6. Manajemen Risiko ............................................................................ 12
2.7. HIRARC (Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Control)
12
2.7.1. Identifikasi Bahaya .......................................................................14
2.7.2. Penilaian Risiko ............................................................................14
2.7.3. Pengendalian Risiko .....................................................................17
BAB III KERANGKA KONSEP ............................................................................ 19
BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................... 21

viii
4.1. Desain Penelitian ................................................................................ 21
4.2. Informan danSubjek ......................................................................... 21
4.2.1. Subjek ...........................................................................................21
4.2.2. Informan........................................................................................21
4.3. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 22
4.4. Definisi Operasional ......................................................................... 22
4.5. Instrumen Penelitian ........................................................................ 29
4.6. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 29
4.6.1. Data Primer...................................................................................29
4.6.2. Data Sekunder..............................................................................30
4.7. Analisa Data ...................................................................................... 30
4.8. Etika Penelitian ................................................................................. 30
4.9. Jadwal Penelitian .............................................................................. 32
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................................ 33
5.1. Gambaran Umum RSIA Puri Bunda Malang .................................. 33
5.2. Karakteristik Informan ..................................................................... 36
5.2.1. Usia Informan ...............................................................................36
5.2.2. Pendidikan Informan ....................................................................36
5.2.3. Masa Bekerja ................................................................................37
5.3. Jenis Pekerjaan Unit Pemeliharan Sarana RSIA Puri Bunda ...... 37
5.4. Worksheet Analisa Risiko Metode HIRARC .................................. 39
5.4.1. Hasil identifikasi bahaya fisik pekerjaan pemeliharaan sarana dan
prasarana ......................................................................................................39
5.4.2. Identifikasi Bahaya Fisik Pekerjaan Perbaikan Sarana dan
Prasarana .....................................................................................................41
5.4.3. Hasil Identifiakasi Bahaya Kimia Pekerjaan Perbaikan Sarana dan
Prasarana .....................................................................................................45
5.4.4. Identifikasi Bahaya kimia Pekerjaan Pemeliharaan Sarana RSIA
Puri Bunda ....................................................................................................46
5.4.5. Identifikasi Bahaya Ergonomi Pekerjaan Perbaikan Sarana dan
Prasarana .....................................................................................................47
5.4.6. Identifikasi bahaya ergonomi pekerjaan pemeliharaan sarana dan
prasarana ......................................................................................................49
5.4.7. Identifikasi Bahaya Psikososial Pekerjaan Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana ..............................................................................................50
5.4.8. Identifikasi Bahaya Pasikososial Pekerjaan Perbaikan Sarana dan
Prasarana .....................................................................................................50
5.5. Penilaian Risiko .................................................................................. 52

ix
5.5.1. Penilaian Risiko Fisik Pekerjaan Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana .....................................................................................................55
5.5.2. Penilaian Risiko Fisik Pekerjaan Perbaikan Sarana dan Prasarana
61
5.5.3. Penilaian Risiko Kimia Pekerjaan Pemeliharaan Sarana ............77
5.5.4. Penilaian Risiko kimia Pekerjaan Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana .....................................................................................................82
5.5.5. Penilaian Risiko Ergonomi Pekerjaan Pemeliharaan Sarana .....86
5.5.6. Penilaian Risiko Ergonomi Pekerjaan Perbaikan Sarana dan
Prasarana .....................................................................................................88
5.5.7. Penilaian risiko psikososial Perbaikan Sarana dan Prasarana ...93
5.5.8. Penilaian Risiko Pekerjaan Pemeliharaan Sarana ......................95
5.6. Pengendalian Risiko ........................................................................... 98
5.7. HASIL HIRARC (Hazard Identification Risk Assesment and Risk
Contro) ......................................................................................................... 106
BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 114
6.1. Identifikasi Pekerjaan Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri
Bunda Malang .............................................................................................. 114
6.2. Identifikasi Risiko .............................................................................. 116
6.2.1. Identifikasi Bahaya Fisik Pekerjaan Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana .................................................................................................. 116
6.2.2. Identifikasi Bahaya Fisik Pekerjaan Perbaikan Sarana dan
Prasarana .................................................................................................. 118
6.2.3. Hasil Identifikasi Bahaya Kimia Pekerjaan Perbaikan Sarana . 120
6.2.4. Hasil Identifikasi Bahaya Kimia Pekerjaan Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana ........................................................................................... 122
6.2.5. Identifikasi Bahaya Ergonomi Pekerjaan Perbaikan Sarana dan
Prasarana .................................................................................................. 124
6.2.6. Identifikasi Bahaya Ergonomi Pekerjaan Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana ........................................................................................... 126
6.2.7. Identifikasi Bahaya Psikososial Pekerjaan Pemeliharaan
Sarana 128
6.2.8. Identifikasi Bahaya Psikososial Pekerjaan Perbaikan Sarana dan
Prasarana .................................................................................................. 130
6.3. Penilaian Risiko ................................................................................ 131
6.3.1. Penilaian Risiko Bahaya Fisik Pekerjaan Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana ........................................................................................... 132
6.3.2. Penilaian Risiko Fisik Pekerjaan Perbaikan Sarana dan Prasarana
133

x
6.3.3. Penilaian Risiko Kimia Pekerjaan Perbaikan Sarna dan Prasarana
136
6.3.4. Penilaian Risiko Kimia Pekerjaan Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana .................................................................................................. 137
6.3.5. Penilaian Risiko Bahaya Ergonomi Pekerjaan Pemeliharaan
Sarana dan Prasarana .............................................................................. 139
6.3.6. Penilaian Risiko Psikososial Pekerjaan Perbaikan Sarana dan
Prasarana .................................................................................................. 141
6.4. Pengendalian Risiko ......................................................................... 144
6.5. Hasil Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control (HIRARC)
Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda ................................... 147
BAB VII PENUTUP ............................................................................................. 150
7.1. Kesimpulan ....................................................................................... 150
7.2 Saran...................................................................................................... 152
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 154

xi
DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal.


Tabel 2.1Penilaian Kemungkinan/Occurance (Socrates, 2013) .......................... 15
Tabel2.2 Penentuan Tingkat Keparahan/ Severinty (Socrates, 2013) ................ 15
Tabel 2.3 Penentuan Tingkat risiko (Socrates, 2013) .......................................... 16
Tabel 2.4 Klasifikasi Risiko (Socrates, 2013) ....................................................... 16
Tabel 5 Jadwal Penelitian ..................................................................................... 32
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Usia Informan Unit Pemeliharaan Sarana (UPS)
RSIA Puri Bunda ................................................................................................... 36
Tabel 5.7 Distribusi Freekuensi Usia Informan Unit Pemeliharaan Sarana (UPS)
RSIA Puri Bunda ................................................................................................... 36
Tabel 5. 8 Distribusi Frekuensi Informan Masa Bekerja Unit Pemeliharaan Sarana
(UPS) RSIA Puri Bunda ........................................................................................ 37
Tabel 5.9 Jenis Pekerjaan Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda. 38
Tabel 5.10 Hasil Identifikasi Bahaya Fisik Pekerjaan Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana .............................................................................................................. 39
Tabel 5. 11 Bahaya Fisik Pekerjaan Perbaikan Sarana dan Prasarana ............ 41
Tabel 5. 12 Hasil Identifikasi Bahaya Kimia Pekerjaan Perbaikan Sarana dan
Prasarana .............................................................................................................. 45
Tabel 5.13 Hasil Identifikasi Bahaya Kimia Pekerjaan Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana .............................................................................................................. 47
Tabel 5. 14 Hasil Identifikasi Bahaya Ergonomi Pekerjaan Perbaikan Sarana dan
Prasarana .............................................................................................................. 48
Tabel 5. 15 Hasil Identifikasi Bahaya Ergonomi Pekerjaan Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana ....................................................................................................... 49
Tabel 5.16 Identifikasi Bahaya Psikososial Pekerjaan Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana .............................................................................................................. 50
Tabel 5.17 Hasil Identifiaksi Bahaya Psikososial Pekerjaan Pemeliharaan Sarana
dan Prasrana ......................................................................................................... 51
Tabel 5. 18 Penilaian Tingkat Kemungkinan ........................................................ 52
Tabel 5. 19 Penilaian Tingkat Dampak ................................................................. 53
Tabel 5. 20 Penentuan Tingkat risiko ................................................................... 53
Tabel 5.21 Penentuan Tingkat risiko .................................................................... 54

xii
Tabel 5.22 Penilaian Risiko Bahaya Fisik Pekerjaan Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana .............................................................................................................. 56
Tabel 5. 23 Penilaian Risiko Fisika Pekerjaan Perbaikan Sarana dan Prasarana
............................................................................................................................... 62
Tabel 5. 24 Penilaian Risiko Kimia Pekerjaan Perbaikan Sarana dan Prasarana
............................................................................................................................... 78
Tabel 5. 25 Penilaian Risiko Kimia Pekerjaan Pemeliharaan Sarana ................. 83
Tabel 5. 26 Penilaian Risiko Ergonomi Pekerjaan Pemeliharaan Sarana........... 87
Tabel 5.27 Penilaian Risiko ErgonomI Pekerjaan Perbaikan Sarana dan Prasrana
............................................................................................................................... 89
Tabel 5. 28 Penilaian Risiko Psikososial .............................................................. 94
Tabel 5.29 Hasil Penilaian Risiko Psikososial Pekerjaan Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana .............................................................................................................. 96
Tabel 5.30 Pengendalian Risiko ........................................................................... 99
Tabel 5. 31 Tabel Hasil HIRARC ........................................................................ 107

xiii
DAFTAR GAMBAR
NO KETERANGAN HAL

1 Gambar 1. Kerangka Konsep ........................................................ 19

2 Gambar 2. Struktur Organisasi Rumah Sakit ................................ 34

xiv
DAFTAR SINGKATAN

1. HIRARC :Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Control


2. K3RS :Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Rumah sakit
3. K3 :Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
4. APD :Alat Pelindung Diri
5. RSIA :Rumah sakit Ibu dan Anak

xv
DAFTAR LAMPIRAN

NO KETERANGAN HAL

Lampiran 1 Surat Pengajuan studi pendahuluan ............................................... 161

Lampiran 2 Surat Keterangan Studi Pendahuluan dan penelitian ..................... 162

Lampiran 3. Pernyataan Keaslian Penulisan ..................................................... 163

Lampiran 4 Ketersediaan Menjadi Pembimbing ................................................ 164

Lampiran 5. Observasi ........................................................................................ 166

Lampiran 6. Inform Consent ............................................................................... 186

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 187

Lampiran 8 Perbaikan Skripsi ............................................................................. 189

xvi
xvii

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Menurut Permenkes 66 Tahun 2016 Tenaga pedoman Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit. Rumah sakit merupakan tempat kerja

yang memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya

manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun

lingkungan rumah sakit dan dalam rangka pengelolaan dan pengendalian risiko

yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit

perlu diselenggarakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) agar terciptanya

rumah sakit yang sehat, aman, selamat dan nyaman maka perlu dilakukan

analisa risiko, penilaian risiko dan pengendalian risiko agar sumber daya

manusia rumah sakit terjamin keselamatan dan kesehatanya saat melakukan

pekerjaan.

Risiko adalah kombinasi antara kemungkinan terjadi suatu

kejadian/frekuensi dan konsekuensi dari peristiwa tersebut dalam hal ini cidera

atau sakit. Adapun tipe-tipe metode analisa risiko berdasarkan OHSAS 18001

: 2007 dengan mempertimbangkan upaya pengendalian risiko yang telah

dilakukan antara lain analisa kualitatif dan semi kuantitatif. Risiko dari suatu

pekerjaan perlu dilakukan analisa untuk mengetahui risiko apa saja yang

dihadapi pekerja dan tingkatan risiko yang dihadapi karena risiko merupakan

manifestasi atau perwujudan potensi bahaya yang mengakibatkan

kemungkinan kerugian yang lebih besar. Tergantung dari cara

pengelolanya,tingkat risiko berbeda dari yang paling ringan atau rendah

1
2

sampai ke tahap yang paling berat atau tinggi. Risiko diukur dalam hubugan

dengan kecenderungan terjadinya suatu kejadian dan konsekuensi atau akibat

yang dapat ditimbulkanya. Tingkatan risiko dibedakan menjadi rendah, bersyarat,

ketat dan tinggi (Socrates, 2013).

Data dari WHO dari 30 juta pekerja kesehatan 3 juta terpajan patogen

darah (2 juta terpajan virus HBV, 0,9 Juta terpajan virus HBC dan 170.000

terpajan virus HIV/AIDS). Lebih dari 90% kasus tersebut terjadi di Negara

berkembang. Di Indonesia gaya berat yang ditanggung pekerja rata – rata lebih

dari 20 kg. Keluhan subyektif low back pain didapat 83,3% pada pekerja. 65,4%

petugas pembersih suatu rumah sakit di Jakarta menderita dermatitis kontak ritan

kronik. Pekerja rumah sakit berisiko 1,5 Kali lebih besar dari golongan pekerja

lain (Zahara,dkk.2017).

Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) rumah sakit merupakan sebuah unit

kerja di rumah sakit yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan sarana dan

prasarana di rumah sakit dan perbaikan sarana dan prasarana di rumah sakit

yang mengalami kerusakan. Beberapa bahaya potensial yang dihadapi pekerja

di Unit Pemeliharaan Sarana rumah sakit diantaranya bahaya (fisik, getaran,

debu, panas, radiasi, bahan kimia, virus hepatitis A dan B, ergonomi dan

psikosial) yang akan menyebabkan kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat

kerja yang akan berdampak kerugian pada rumah sakit (Zahara,dkk.2017). Hasil

studi pendahuluan pada Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda yang

dilakukan pada Bulan Desember 2019 telah terjadi 4 kali kasus kecelakaan kerja

pada tahun 2018 yaitu terpeleset, terpukul benda tumpul, kesetrum aliran listrik

dan terkena gerinda. Sedangkan pada Tahun 2019 telah terjadi 6 kali kasus

kecelakaan kerja di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) dengan rincian, terpeleset,

kesetrum, tertusuk paku dan tekena sinar UV steril alat. Mengingat tinginya
3

angka kecelakaan kerja di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) maka perlu

dilakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan menetapkan metode

pengendalian yang masuk dalam metode HIRARC. Selama ini untuk mengurangi

kecelakaan kerja di Unit Pemelihara Sarana (UPS) bagian K3RS telah membuat

manajemen risiko yang di dalamnya terdapat analisa risiko dengan

menggunakan metode USG namun masih belum bisa menurunkan angka

kecelakaan kerja.

Mengingat tingginya angka kejadian kecelakaan kerja di RSIA Puri

Bunda khususnya di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) dan untuk mengetahui

risiko apa saja yang di hadapi, Tingkat risiko dan metode pengendalianya

diperlukan suatu manajemen risiko yang kegiatannya meliputi identifikasi

bahaya, analisis potensi bahaya, penilaian risiko, pengendalian risiko,

pemantauan dan evaluasi seusuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50

Tahun 2012 tentang penerapan Sistem Manajemem Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) (SMK3). HIRARC adalah proses mengidentifiakasi

bahaya, mengukur, dan megevaluasi risiko yang muncul dari sebuah bahaya lalu

menentukan tindakan pengendalian dan memutuskan risiko yang ada dapat

diterima atau tidak. Metode ini terdiri dari serangkaian implementasi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dimulai dengan perencanaan yang baik

melalui identifikasi bahaya, memperkirakan risiko dan menentukan langkah –

langkah pengendalian berdasarkan data yang dikumpulkan (Afifusolih, 2018) .

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana analisa risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan

mengunakan metode HIRARC (Hazarad Identification, Risk Assesment and

Risk Control) pada pekerja di Unit Pemeiharaan Sarana RSIA Puri Bunda

Malang?
4

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Menganalisa risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan

menggunakan metode HIRARC (Hazard Identification, Risk

Assesment and Risk Control) pada pekerja di Unit Pemeliharaan

Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda Malang

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pekerjaan apa saja yang dilakukan di Unit

Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda Malang.

2. Mengidentifikasi risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di

Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda (risiko fisika,

kimia, biologi, ergonomi dan psikososial)

3. Mengidentifikasi tingkat risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) pada pekerja di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri

Bunda Malang (tinggi, ketat, bersyarat dan rendah).

4. Mengidentifikasi cara pengendalian risiko Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) pada pekerja di Unit Pemeiharaan Sarana

RSIA Puri Bunda. (eliminasi, subtitusi, rekayasa engineering,

administrasi dan penggunaan APD)

5. Menganalisa risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan

metode HIRARC (Hazard Identification, Risk Assesment and Risk

Control) pada pekerja di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA

Puri Bunda Malang.


5

1.4.Manfaat

1.4.1. Manfaat Bagi Rumah sakit

Dapat menjadi acuan tentang risiko keselamatan kerja yang ada

pada pekerja di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) rumah sakit,

Mengetahui tingkatan risiko keselamatan kerja pada pekerja di Unit

Pemeliharaan Sarana (UPS) rumah sakit dan mengetahui cara

pengendalian risiko tersebut

1.4.2. Manfaat Bagi Subjek yang diteliti (Pekerja di Unit Pemeliharaan

Sarana rumah sakit)

Pekerja di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) di rumah sakit

mengetahui tentang risiko apa saja yang ada, Tingkat risiko yang ada

dan cara mengendalikan risiko tersebut sehingga pekerja dapat

meminimalisisir tingkat kecelakaan kerja.

1.4.3. Manfaat bagi institusi

Dapat menjadi refrensi bagi Progam Studi Kesehatan Lingkungan

terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah sakit dan

Manajemen Risiko di rumah sakit.

1.4.4. Manfaat bagi Peneliti

Dapat memperdalam tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

rumah sakit dan manajemen risiko di rumah sakit

1.4.5. Manfaat bagi Peneliti selanjutnya

Peneliti berharap penelitian ini dapat dikembangkan bahaya apa saja

yang ada di rumah sakit serta cara pengendalian risiko tersebut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Rumah sakit

Menurut Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit

yang dimaksud rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelengarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

meyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat profesi

dan padat modal. Pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai fungsi

pelayanan, pendidikan, penelitian dan juga mencakup berbagai tindakan

maupun disiplin medis. Rumah sakit adalah tempat kerja yang memiliki

potensi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Bahan mudah terbakar, gas

medik, radiasi dan bahan kimia merupakan potensi bahaya yang memiliri

risiko terjadinya kecelakaan kerja di rumah sakit. Oleh karena itu rumah sakit

membutuhkan perhatian khusus terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) yang sasaranya adalah pasien, pengunjung, penyewa lahan, lingkungan

dan sumber daya manusia rumah sakit (Putri,dkk.2018).

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan yang bergerak dibidang

pelayanan jasa kesehatan yang mempunyai beragam persoalan tenaga kerja

yang rumit dengan berbagai risiko terkena penyakit akibat kerja bahkan

kecelakaan akibat kerja sesuai jenis pekerjaanya sehingga berkewajiban

menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah sakit (K3RS)

(Putri, dkk.2017).

6
7

2.2. Pengertian Unit Pemeliharaan Sarana (UPS)

Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) rumah sakit adalah organisasi

dalam rumah sakit yang bersifat teknis dan koordinatif yang pelaksanaanya

meliputi perbaikan sarana dan peralatan yang ada di rumah sakit. Unit

Pemeliharaan Sarana (UPS) merupakan unit organisasi fungsional dalam

rumah sakit yang secara hirarki berada di bawah direktur rumah sakit.

Penyelengaraan kesehatan kepada masyarakat yang dilaksanakan di rumah

sakit sangat ditentukan oleh penyediaan fasilitas pelayanan yaitu sarana dan

prasarana maupun faktor lain. Sarana dan prasarana rumah sakit harus

diupayakan selalu dalam keadaan baik dan layak pakai untuk menjamin

kualitas dan kesinambungan pelayanan kesehatan (Chandra,2018).

Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) Rumah sakit merupakan salah satu

unit di Rumah sakit yang memIliki risiko cukup tinggi. Risiko-risiko di Unit

Pemeliharaan Sarana (UPS) diantaranya adalah solvent, asbes, listrik, bising,

dan panas (Chandra,2018).

2.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Rumah sakit (K3RS)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66

Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Rumah sakit

(K3RS) yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah upaya yang

dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala

bentuk kerugian baik terhadap manusia maupun yang berhubungan dengan

peralatan, obyek kerja, tempat bekerja dan lingkungan kerja secara langsung

dan tidak langsung. Kesehatan kerja adalah peningkatan dan pemeliharaan

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan,

pencegahan penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi


8

pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan

kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan

kerja yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia dan manusia

dengan jabatannya.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) rumah sakit (K3RS) adalah

segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan

bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien,

pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit. Ruang lingkup

K3RS meliputi manajemen risiko, Keselamatan dan keamanan rumah sakit,

pelayanan kesehatan kerja, pengelolaan bahan berbahaya dan beracun

beserta limbahnya, pencegahan dan pengendalian kebakaran, pengelolaan

prasarana rumah sakit dari aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),

pengelolaan peralatan medis dari aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3), kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat dan bencana.

2.4. Bahaya

Bahaya adalah situasi atau tindakan yang dapat menimbulkan

kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan, maupun gangguan lainya

yang bersifat merugikan. Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan dan

pengendalian yang tepat untuk mengelola bahaya tersebut sehingga dapat

menimilaisir akibat yang ditimbulkan dari bahaya tersebut. (Utami,2017)

Bahaya adalah sumber energi, situasi, atau perilaku dan atau kombinasi

yang memiliki potensi menciderai manusia, kerusakan atau gangguan. Secara

umum bahaya merupakan sesuatu yang potensial dapat menimbulkan

kerugian. Kerugian disini meliputi gangguan pada kesehatan dan cidera pada
9

pekerja, hilangnya waktu kerja, kerusakan pada property, area atau tempat

kerja, produk atau kerusakan lingkungan sekitar, kerugian pada proses proses

produksi dan kerusakan lain-lainya (Alfatiyah,2017)

Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah bahaya yang

berdampak pada timbulnya kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan luka,

cacat hingga kematian serta kerusakan property. Secara garis besar bahaya

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di klasifikasikan menjadi bahaya fisik,

bahaya kimia, bahaya biologi, bahaya ergonomic dan bahaya psikosial

(Alfatiyah,2017)

2.4.1 Jenis Bahaya

Menurut Permenkes 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di Rumah sakit meliputi bahaya fisik, kimia, biologi,

ergonomi, psikososial, mekanikal, elektrikal dan limbahnya. Bahaya fisik

meliputi kebisingan, suhu getaran dan lantai licin, debu, panas dan radiasi.

Bahaya fisik ini biasanya terjadi Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) Rumah

sakit, Lundry, dapur, CSSD, genset, boiler, IPAL, ruang mesin,

laboratorium, rekam medis, incenerator, radiologi dan kamar operasi.

Menurut Permenkes 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit bahaya kimia adalah bahaya yang

berasal dari bahan-bahan kimia yang berasal dari bahan-bahan kimia yang

ada di rumah sakit. Pada kasus terkait bahan kimia maka perlu diperhatikan

Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk setiap bahan kimia yang

digunakan, pengelompokan bahan kimia menurut jenis bahan aktif yang

terkandung, mengidentifikasi bahan pelarut yang digunakan,

pengelompokan bahan kimia menurut bahan aktif yang digunakan dan

bahan inert yang menyertai termasuk efek toksiknya. Bahaya kimia berasal
10

dari bahan -bahan yang berasal dari bahan – bahan kimia yang ada di

rumah sakit. Lokasi yang menimbulkan bahaya kimia berada di area-area

yang melakukan penyimpanan bahan kimia seperti instalasi farmasi,

gudang farmasi, gudang Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan

laboratorium.

Menurut Permenkes 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di Rumah sakit Bahaya biologi adalah bahaya yang

berasal dari bakteri, virus, mikroorganisme, tikus, kecoa, kucing, tanaman,

jamur dan binatang pengganggu lainya. Bahaya biologi adalah bahaya

yang paling sering terjadi di rumah sakit. Bahaya biologi biasaya

bersumber dari lokasi ruang perawatan, TPS B3, TPS Umum, laundry,

kamar operasi, poliklinik, kamar bersalin dan laboratorium.

Menurut Permenkes 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit. Bahaya ergonomi adalah bahaya

yang berasal dari pekerjaan yang dilakukan secara manual, postur yang

salah dalam melakukan pekerjaan dan pekerjaan yang berulang. Bahaya

ergonomi biasanya berasal dari seluruh area yang ada di rumah sakit dan

bisa terjadi kepada seluruh sumber daya manusia yang ada di rumah sakit.

Menurut Permenkes 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit Bahaya psikosial adalah faktor – faktor

yang berkaitan dengan lingkungan sosial seseorang atau interaksi dengan

orang lain yang dapat menimbulkan pengaruh terhadap seseorang, baik

menghambat atau justru berdamak positif. Dampak negatif dari psikososial

merupakan jenis bahaya yang berpotensi mengakibatkan gangguan

kesehatan di tempat kerja. Faktor psikosial dapat mengakibatkan

perubahan dalam kehidupan individu, baik bersifat psikologis maupun

sosial yang mempengaruhi cukup besar sebagai faktor penyebab


11

terjadinya gangguan fisik dan psikologis pekerja. Bahaya psikosial

diantaranya adalah bekerja dalam shift, beban kerja yang berlebihan,

bekerja monotomi, mutasi dalam pekerjaan, tidak jelasnya peran kerja

serta konflik dengan teman kerja (Malik, 2016).

2.5. Analisa Risiko

Risiko merupakan kombinasi dari kemungkinan terjadinya

kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan dari cidera atau

gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan

tersebut. Risiko merupakan manifestasi atau perwujudan potensi bahaya

yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar

tergantung dari cara pengolahanya. Tingkat risiko mungkin berbeda dari

yang paling ringan atau rendah sampai ke tahap yang paling berat atau

tinggi. Melalui analisis dan evaluasi semua potensi bahaya dan risiko

diupayakan tindakan minimalisasi dan pengendalian agar tidak terjadi

kerugian akibat risiko yang tidak dikelola dengan baik (Juarni, 2019).

Menurut PERMENKES Nomor 66 Tahun 2015 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit risiko adalah

probabilitas atau kemugkinan bahaya potensial menjadi nyata, yang

ditentukan oleh frekuensi dan durasi pajanan, aktivitas kerja, serta upaya

yang telah dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian tingkat pajanan.

Analisis risiko bertujuan untuk mengevaluasi besaran risiko kesehatan

pada pekerja. Dalam hal ini adalah perpaduan keparahan gangguan

kesehatan yang mungkin timbul termasuk daya toksisitas bila ada efek

toksik, dengan kemungkinan gangguan kesehatan atau efek toksik Dapat

terjadi sebagai konsekuensi pajanan bahaya potensi.


12

2.6. Manajemen Risiko

Menurut Permenkes Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) di Rumah sakit Manajemen Risiko K3RS adalah

proses yang bertahap dan berkesinambungan untuk mencegah terjadinya

kecelakaan dan penyakit akibat kerja secara komprehensif di lingkungan

rumah sakit. Manajemen riisko merupakan aktifitas klinik dan administratif

yang dilakukan oleh rumah sakit untuk melakukan identifikasi, evaluasi

dan pengurangan risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah

sakit. Manajemen risiko K3RS bertujuan untuk meminimalkan risiko

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit pada tahap yang

tidak bermakna sehingga tidak menimbulkan efek buruk terhadap

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada sumber daya manusia

rumah sakit.

Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk

mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara

komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu sistem yang baik.

Untuk membantu pelaksanaan manajemen risiko khususnya untuk

melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalianya diperlukan

metoda atau perangkat khusus untuk risiko K3 salah satu metode yang

dipakai dalam analisa risiko dalam manajemen risiko adalah metode

Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Control (HIRARC) (Ramli

2010 dalam Soecrates,2013).

2.7. HIRARC (Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Control)

HIRARC merupakan gabungan dari Hazard identification, Risk

Assessment dan Risk Cntrol merupakan sebuah metode dalam mencegah

atau meminimalisir kecelakaan kerja. HIRARC merupakan metode yang


13

dimulai dari menentukan jenis pekerjaan kemudian diidentifikasi sumber

bahaya nya sehingga didapatkan risikonya. Kemudian akan dilakukan

penilaian risiko dan pengendalian risiko untuk mengurangi paparan bahaya

yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan (Purnama, 2015).

HIRARC dimulai dari menentukan jenis kegiatan kerja yang

kemudian diidentifikasikan sumber bahayanya sehingga didapatkan

risikonya. Kemudian akan dilakukan penilaian risiko dan pengendalian

risiko untuk mengurangi paparan bahaya yang terdapat pada setiap jenis

pekerjaan (Ramli 2010 dalam Soecrates,2013).

Tahapan Manajemen Risiko metide HIRARC adalah sebagai

berikut :

HIRARC

Menentukan Jenis
Kegiatan/pekerjaan

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN


RISIKO

PENILAIAN RISIKO

PENGENDALIAN RISIKO

(Socrates, 2013)
14

2.7.1. Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam

mengembangkan manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah

upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas

organisasi. Identifikasi risiko merupakan landasan dari manajemen

risiko. Tanpa melakukan identifikasi bahaya tidak mungkin melakukan

pengelolaan risiko dengan baik. Cara sederhana adalah dengan

melakukan pengamatan. Melalui pengamatan kita sebenarnya telah

melakukan suatu identifikasi risiko (Soecrates,2013). Identifikasi

bahaya merupakan landasan dari program pencegahan kecelakaan

atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya maka risiko tidak

dapat dijalankan (Ramli 2010 dalam Soecrates,2013).

2.7.2. Penilaian Risiko

Setelah semua dapat teridentifikasi, dilakukan penilaian

risiko melalui analisa dan evaluasi risiko. Analisa risiko dimaksudkan

untuk menetukan besaranya suatu risiko dengan mempertimbangkan

kemungkinan terjadinya dan besar akibat yang ditimbulkanya.

Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko sehingga

dapat dilakukan pemilahan risiko yang memiliki dampak besar

terhadap perusahaan dan risiko yang ringan atau bisa diabaikan

(Soecrates,2013).

Tingkat penilaian kemungkinan adalah dimana suatu

kegiatan/pekerjaan dilakukan seberapa sering terpapar bahaya yang

ada di lingkungan kerja. Tingkatan ini dimulai dari Score 1 yang

merupakan suatu pekerjaan yang dapat berbahaya sewaktu-waktu

tanpa diketahui kapan akan terjadi hingga dapat sering sekali terkena
15

paparan diberikan dengan Score 5. Tingkat konsekuensi/keparahan

adalah tingkatan yang mengambarkan kondisi seberapa parahnya

risiko yang ada pada suatu kegiatan terhadap manusia,

Lingkungan/asset dan alat produksi. Jika suatu bahaya rendah tidak

menimbulkan cidera sama sekali dan tidak merusak lingkungan serta

merusak alat maka Score yang akan diberikan adalah 1. Namun jika

menimbulkan kerugian untuk ketiganya maka Score yang diberikan

akan meningkat hingga level tertinggi yakni 5 (Socrates, 2013).

Tabel 2.1Penilaian Kemungkinan/Occurance (Socrates, 2013)

NO KEMUNGKINAN SCORE

1 Sering Sekali (Harian) 5

2 Sering (Seminggu) 4

3 Agak sering (Bulanan) 3

4 Jarang (Tahunan) 2

5 Dapat terjadi 1

Tabel2.2 Penentuan Tingkat Keparahan/ Severinty (Socrates, 2013)

NO CIDERA/PENYAKIT AKIBAT KERJA SCORE

1 Fatal atau cacat 5

2 Cidera Serius 4

3 Cidera Berat 3

4 Cidera Ringan 2

5 Tidak Cidera 1

Hasil analisa risiko dievaluasi dan dibandingkan dengan

kriteria yang telah ditetapkan atau standard dan norma yang berlaku
16

untuk menenetukan apakah risiko itu dapat diterima atau tidak. Jika

risiko tidak dapat diterima harus dikelola atau ditangani dengan baik.

Penilaian risiko (Risk Assesment) mencakup dua tahapan proses

yaitu menganalisa risiko (Risk Analysyis) dan mengevaluasi risiko

(Risk Evaluation). Kedua tahapan ini sangat penting karena akan

menentukan langka dan strategi pengendalian risiko.

Tabel 2.3 Penentuan Tingkat risiko (Socrates, 2013)

Kemungkinan 1 2 3 4 5

(O)

Keparahan (S)

1 1 2 4 7 11

2 3 5 8 12 16

3 6 9 13 17 20

4 10 14 18 21 23

5 15 19 22 24 25

Tabel 2.4 Klasifikasi Risiko (Socrates, 2013)

TINGKAT RISIKO TINGKAT RISIKO WRAC

TINGGI 23-25

KETAT 18-22

BERSYARAT 10-17

RENDAH 1-9
17

2.7.3. Pengendalian Risiko

Kendali (control) terhadap bahaya di lingkungan kerja

adalah tindakan yang diambil untuk meminimalisir atau

mengeliminasi risiko kecelakaan kerja melalui eleiminasi, substitusi,

engineering control, adminitratif dan alat pelindung diri

(Soecrates,2013).

1. Eliminasi

Eliminasi adalah hirarki teratas dimana bahaya yang ada

harus dihilangkan pada saat proses pembuatan/desain

dibuat. Tujuanya adalah untuk menghilangkan

kemungkinan kesalahan manusia dalam menjalankan

suatu sistem karena adanya kekurangan pada desain.

Eliminasi merupakan metode yang paling efektif

sehingga tidak hanya mengandalkan perilaku pekerja

dalam menghindari risiko, tapi risiko itu benar-benar

dihilangkan (Soecrates,2013).

2. Substitusi

Substitusi bertujuan untuk mengganti bahan, proses,

operasi ataupun peralatan diri yang berbahaya menjadi

lebih tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini akan

menurunkan bahaya dan risiko melalui sistem ulang

maupun desain ulang (Soecrates,2013).

3. Rekayasa Engineering

Rekayasa Engineering merupakan upaya menurunkan

Tingkat risiko dengan mengubah desain tempat kerja,


18

mesin peralatan atau proses kerja menjadi lebih aman.

(Soecrates,2013)

4. Adminstrasi

Administrasi adalah pengendalian bahaya dengan

melakukan modifikasi pada interaski pekerja dengan

lingkungan kerja, seperti rotasi kerja, sop dan pelatihan

(Soecrates,2013).

5. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri (APD) diarancang untuk melindungi

diri dari bahaya dilingkungan kerja serta zat pencemar,

agar tetap selalu aman dan sehat (Soecrates,2013).


BAB III

KERANGKA KONSEP

METODE
HIRARC

input proses output outcome

Identikasi Risiko hasil Hirarc - Penyakit


Pekerjaan Tingkat
Pengendalian Akibat
- Fisik risiko - Risiko di UPS
- Pemeliharaan Risiko Kerja
- Kimia - Tinggi RSIA Puri turun
SaranadanPr
- Biologi - Eliminasi - Kecelaka
asarana - Ketat Bunda
- Ergonomi - Bersya - Subtitusi an Kerja
- PerbaikanSar - Tingkat risiko
- Psikososial rat - Rekayasa Turun
anadanPrasa - Tindakan
rana - Renda Engineering
h - Administrasi Pengendalia
- Pemeliharaan
- APD n terhadap
PeralatanMe
dis risiko
- PerbaikanPer
alatanMedis

AN

19
20

Keterangan Kerangka Konsep


= Diteliti
=Tidak Diteliti

Metode HIRARC dipengaruhi oleh input, proses, output dan outcome. Input

dari metode HIRARC adalah pekerjaan di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) yaitu

pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana, perbaikan dan pemeliharaan

peralatan medis. Proses dari penelitian ini adalah identifikasi risiko, penilaian risiko

dan tindakan pengendalian. Output dari penelitian ini adalah hasil HIRARC dan

outcom dari penelitian ini adalah kecelakaan kerja menurunun dan penyakit akibat

kerja turun.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif Observasional dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Obsevasional untuk melihat pekerjaan

yang ada di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS), risiko yang ada di Unit

Pemeliharaan Sarana (UPS). Pendekatan kualitatif digunakan untuk

menggambarkan Tingkat risiko dan cara pengendalian dari risiko tersebut.

4.2. Informan danSubjek

4.2.1. Subjek

Subjek dari penelitian ini adalah seluruh pekerja di Unit

Pemeliharaan Sarana (UPS) rumah sakit yang berjumlah 3 orang

yang terdiri dari kepala unit dan staf.

4.2.2. Informan

Informan pada penelitian ini dilakukan dengan metode total

sampling merupakan pengambilan sampel dengan mengambil

seluruh total populasi ( Notoadmojo,2018). Informan dalam

penelitian ini adalah seluruh pekerja di Unit Pemeliharaan Sarana

(UPS) rumah sakit yang berjumlah 3 orang. Informan utama dari

penelitian ini adalah kepala Unit Pemeliharaan Sarana (UPS)

RSIA Puri Bunda yang berjumlah 1 orang sedangkan informan

pendukung dalam penelitian ini adalah staf Unit Pemeliharaan

Sarana (UPS) yang berjumlah 2 orang.

21
22

4.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelian :RSIA Puri Bunda Malang

Waktu Penelitian :Bulan Maret 2020

4.4. Definisi Operasional

Definisi Operasional dari Analisa Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(K3) Dengan Metode HIRARC (Hazard Identification Risk Assesment and Risk
Control) Pada Pekerja di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda
Malang

NO VARIABEL DEFINISI ALAT UKUR KATEGORI

OPERASIONAL

1 Pekerjaan

Pemeliharaan Pekerjaan a. Lembar a. Dilakukan

sarana dan pemeliharaan sarana Observasi b. Tidak

prasarana dan prasarana yang b. Wawanca Dilakukan

di lakukan oleh Unit ra

Pemeliharaan

Sarana (UPS)

Perbaikan Pekerjaan Perbaikan a. Lembar a. Dilakukan

sarana dan sarana dan Observasi b. Tidak

prasarana parasarana rumah b. Wawanca dilakukan

rumah sakit sakit ra

Pemeliharaan Pekerjaan yang a. Lembar a. Dilakukan

Peralatan dilakukan untuk Observasi b. Tidak

Medis perawatan peralatan b. Wawanca dilakukan

medis ra
23

NO VARIABEL DEFINISI ALAT KATEGORI

OPERASIONAL UKUR

c. Perbaikan Pekerjaan yang a. Lembar a. Dilakukan

peralatan medis dilakukan untuk Observasi b. Tidak

memperbaiki b. Wawancar dilakukan

peralatan medis a

2 Identifikasi risiko

Fisika Bahaya yang masuk a. Lembar a. Sering sekali

kategori fisika adalah Observasi (Jika terpapar

b. Kuisioner dengan risiko

c. Tabel setiap hari dalam

HIRARC waktu satu

minggu )

b. Sering (Jika

terpapar dengan

risiko setiap satu

minggu sekali

dalam satu bulan)

c. Agak sering (Jika

terpapar risiko

setiap 1 bulan

sekali selama

satu tahun)

d. Jarang (Jika

terpapar risiko

sekali dalam

setahun)
24

NO VARIABEL DEFINISI ALAT UKUR KATEGORI

OPERASIONAL

e. Kimia Risiko yang berasal a. Kuisioner a. Sering sekali

dari bahan – bahan b. Observasi (Jika terpapar

kimia c. Tabel dengan risiko

HIRARC setiap hari

dalam waktu

satu minggu )

b. Sering (Jika

terpapar

dengan risiko

setiap satu

minggu sekali

dalam satu

bulan)

c. Agak sering

(Jika terpapar

risiko setiap 1

bulan sekali

selama satu

tahun)

d. Jarang (Jika

terpapar risiko

sekali dalam

setahun)
25

NO VARIABEL DEFINISI ALAT UKUR KATEGORI

OPERASIONAL

e. Dapat terjadi

(Jika tidak

terpapar risiko

lebih dari 1

f. Biologi Risiko yang berasal a. Lembar a. Sering sekali

dari makluk hidup Observa (Jika terpapar

si dengan risiko

b. Kuisione setiap hari

r dalam waktu

c. Tabel satu minggu )

HIRARC b. Sering (Jika

terpapar

dengan risiko

setiap satu

minggu sekali

dalam satu

bulan)

c. Agak Sering

(Jika terpapar

risiko setiap 1

bulan sekali

selama satu

tahun)

d. Jarang (Jika

terpapar risiko
26

NO VARIABEL DEFINISI ALAT UKUR KATEGORI

OPERASIONAL

sekali dalam

setahun)

a. Dapat terjadi (Jika

tidak terpapar risiko

lebih dari 1 tahun

b. Ergonomi Risiko yang berasal a. Lembar a. Sering sekali

dari kesalahan postur Observasi (Jika terpapar

dan kesalahan posisi b. Kuisioner dengan risiko

kerja c. Tabel setiap hari

HIRARC dalam waktu

satu minggu )

b. Sering (Jika

terpapar dengan

risiko setiap satu

minggu sekali

dalam satu bulan)

c. Agak Sering (Jika

terpapar risiko

setiap 1 bulan

sekali selama

satu tahun)

d. Jarang (Jika

terpapar risiko

sekali dalam

setahun)
27

NO VARIABEL DEFINISI ALAT UKUR KATEGORI

OPERASIONAL

e. Dapat terjadi (Jika

tidak terpapar

risiko lebih dari 1

tahun

f. Psikososial Risiko yang berasal a. Lembar a. Sering sekali

dari interakasi sosial Observasi (Jika terpapar

antar pekerja b. Kuisioner dengan risiko

c. Tabel setiap hari

HIRARC dalam waktu

satu minggu )

b. Sering (Jika

terpapar dengan

risiko setiap satu

minggu sekali

dalam satu bulan)

c. Agak sering (Jika

terpapar risiko

setiap 1 bulan

sekali selama

satu tahun)

d. Jarang (Jika

terpapar risiko

sekali dalam

setahun)
28

NO VARIABEL DEFINISI ALAT KATEGORI

OPERASIONAL UKUR

e. Dapat terjadi (Jika

tidak terpapar

risiko lebih dari 1

tahun

3 Penilaian Risiko

a. Tinggi Tingkatan risiko yang Tabel Tingkat risiko WRAC

masuk kategori risiko HIRARC 23 – 25

Tinggi

b. Ketat Tingkatan risiko yang Tabel Tingkat risiko WRAC

masuk kategori risiko HIRARC 18 – 22

Ketat

c. Bersyarat Tingkatan risiko yang Tabel Hasil penilaian

masuk kategori HIRARC WRAC 10 -17

Risiko Besrsyarat

d. Rendah Tingkatan risiko yang Tabel Hasil penilaian

masuk kategori risiko HIRARC WRAC 1 -9

rendah

4 Pengendalian

terhadap risiko

a. Eliminasi Pengendalian Lembar a. Eliminiasi

dengan Observasi b. Tidak Eliminasi

menghilangkan risiko

b. Subtitusi Pengenadlian Lembar a. Disubstitisi

dengan cara Observasi b. Tidak

mengganti bahaya Disubstitusi


29

NO VARIABE DEFINISI ALAT UKUR KATEGORI

L OPERASIONAL

c. Rekayasa Pengendalian Lembar a. Rekayasa

engineerin mengganti teknologi Observasi Engineering

g dan merekayasa b. Tidak rekayasa

lingkungan engineering

c. Administra Pengendalian Lembar a. Administrasi

si dengan Observasi b. Tidak

menggunakan administrasi

adminitstrasi seperti

SPO, Pelatuihan

c. APD Tindakan Lembar a. APD

pengendalian Observasi b. Tidak APD

dengan

menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD)

4.5. Instrumen Penelitian

Intsrumen yang di pakai dalam penelitian ini adalah

1. Wawancara

2. Lembar observasi

3. Lembar kuisioner

4. Tabel HIRARC

5. Alat tulis

6. Kamera

4.6. Prosedur Pengumpulan Data


4.6.1. Data Primer

Data primer adalah data dari hasil pengamatan langsung di

lapangan dan diperoleh melalui wawancara kepada para responden dan


30

penyebaran kuisioner kepada responden. Observasi, wawancara dan

penyebaran lembar kuisioner kepada responden dimaksudkan untuk

mendapatkan informasi berkaitan dengan pekerjaan di Unit Pemeliharaan

Sarana (UPS), Risiko di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) dan cara

pengendalian terhadap risiko.

4.6.2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperoleh peneliti berasal dari orang lain atau

instansi lain. Dalam hal ini yang masuk data sekunder adalah jurnal, buku,

pedoman, peraturan – peraturan terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3), pedoman pelayanan Unit Pemeliharaan Sarana (UPS), job desk

pekerja dan lain – lain.

4.7. Analisa Data

Analisis data menggunakan metode HIRARC pertama yang dilakukan

adalah analisa pekerjaan yang ada di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS)

RSIA Puri Bunda selanjutnya melakukan identifikasi risiko, identifikasi

tingakatan risiko dan menentukan pengendalian risiko tersebut. Penulis

menggunakan metode kualitatif untuk menggambarkan tingkatan risiko

dan tindakan pengendalian yang dilakukan terhadap risiko tersebut. Data

tersebut disajikan dalam bentuk narasi untuk menjelaskan risiko yang ada

di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS), tingkatan risiko dan cara

pengendalian risiko tersebut.

4.8. Etika Penelitian

Etika penelitian dapat diartikan sebagai pedoman bagi seorang peneliti

untuk melakukan suatu tindakan dalam upaya menemukan jawaban atas

pertanyaan yang diajukan. (Priyono,2016) aspek yang terdapat dalam etika

penelitian adalah :
31

1. Persetujuan (Informed Consent)

2. Tanpa Nama (Anonimity)

3. Kerahaasiaan (Confidencity)
4.9. Jadwal Penelitian
Tabel 5 Jadwal Penelitian

NO KEGIATAN SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV

1 Perencanaan
dan
penyusunan
proposal

2 Pra Proposal

3 Seminar
Proposal

4 Penelitian

5 Pengolahan
Data

6 Seminar Hasil
Penelitian

7 Penyusunan
Laporan Akhir

32
33

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum RSIA Puri Bunda Malang


5.1.1. Profil Perusahaan
RSIA Puri Bunda status kepemilikannya adalah perusahaan

swasta yaitu PT. Putraning Husada bertempat di Jl. Simpang Sulfat

Utara No. 60A Malang dengan inti pelayanan sopan santun, penuh

perhatian, cepat, tepat dan terjangkau, yang diselenggarakan secara

terpadu untuk mencapai apa yang menjadi kebutuhan masyarakat.

Lokasi rumah sakit yang terletak di dalam wilayah Kota Malang dan

pada jalur alternatif ke arah Malang utara memungkinkan RSIA Puri

Bunda menjangkau masyarakat baik di wilayah Kota maupun

Kabupaten Malang. Lokasi rumah sakit yang dekat dengan area

perumah an maupun perkampungan menyebabkan pasien RSIA Puri

Bunda sangat bervariasi baik dari segi pendidikan maupun

pendapatan. Dengan demikian RSIA Puri Bunda berkewajiban

memberikan pelayanan yang komprehensif dan menawarkan banyak

pilihan terutama untuk pelayanan keluarga berencana.

RSIA Puri Bunda sampai dengan April tahun 2020 ini memiliki

21 Dokter Spesialis yang terdiri dari Dokter Spesialis Obstetri

Ginekologi sebanyak 7 orang, Dokter Spesialis Anak sebanyak 3

orang, Dokter Spesialis Bedah sebanyak 1 orang, Dokter Spesialis

Penyakit Dalam sebanyak 2 orang, Dokter Spesialis Anestesi

sebanyak 2 orang, Dokter Spesialis Patologi Klinik sebanyak 1 orang,


34

Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin sebanyak 1 orang, Dokter Spesialis

Andrologi sebanyak 1 orang dan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi

sebanyak 3 orang. Selain itu RSIA Puri Bunda juga memiliki 10 orang

Dokter Umum, 39 orang Tenaga Bidan, 62 orang Tenaga Perawat, 32

orang Tenaga Kesehatan lainnya dan 69 orang Tenaga Non Medis

lainnya yang siap melayani pasien dengan sepenuh hati dan

senantiasa mengutamakan keselamatan dan kenyamanan pasien.

RSIA Puri Bunda menempati lahan dengan luas tanah 4.678,29

m2 dan luas bangunan 1.631,25 m 2 terdiri dari 3 lantai dengan

kapasitas 71 tempat tidur (TT) untuk rawat inap dengan rincian 71

Tempat Tidur meliputi VIP 6 TT, Kelas I 19 TT, Kelas II 14 TT, Kelas 3

20 TT, Isolasi 1 TT, Perinantologi Fisiologis 25 TT, Perinantologi

Patologis (HCU) 9 TT, HCU Dewasa 2 TT.


35

5.1.2. Struktur Organisasi

Gambar 1 Struktur Organisasi RSIA Puri Bunda (RSIA Puri Bunda,2018)


36

5.2. Karakteristik Informan

5.2.1. Usia Informan

Rentang usia informan dibagi menjadi 2 kelas dengan

interval kelas sebesar 5 tahun. Pembagian tersebut Berdasarkan

data yang didapat dari informan. Dalam penelitian ini diperoleh

data distribusi usia informan di RSIA Puri Bunda Malang sebagai

berikut :

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Usia Informan Unit


Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda

NO Usia (Tahun) Frekuensi (N) Persentase (%)

1 35 – 40 2 66,6 %

2 41 – 45 1 33,3%

Jumlah 3 100%

Berdasarkan tabel 5.6 distribusi frekuensi usia informan


dengan rentang usia 35 – 40 tahun sebanyak 2 informan dengan
persentase 66,6 %. Jumlah informan dengan rentang usia 41 – 45
berjumlah 1 informan dengan persentase 33,3 %. Dari hasil
persentase pada tabel 5.6 distribusi frekuensi informan tertinggi
yaitu informan dengan rentang usia 35 – 40 tahun yaitu sebanyak
2 orang dengan persentase 66,6 %.
5.2.2. Pendidikan Informan
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSIA Puri Bunda
didapatkan distribusi pendidikan informan di Unit Pemeliharaan
Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda Malang sebagai berikut :
Tabel 5.7 Distribusi Freekuensi Usia Informan Unit
Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda

NO Pendidikan Frekuensi (N) Persentase (%)

1 SMP Sederajat 1 33,3 %

2 SMA/SMK Sederajat 2 66,6 %

Jumlah 3 100%

Berdasarkan tabel 5.7 distribusi frekuensi pendidikan


37

informan dengan pendidikan SMP sebanyak 1 Orang dengan


persentase 33,3 %. Jumlah inforaman dengan pendidikan
SMA/SMK sederajat sebanyak 2 orang dengan persentase 66,6
%. Dari hasil penelitian pada tabel 5.7 distribusi frekuensi
pendidikan informan tertinggi yaitu informan dengan tingkat
pendidikan SMA/SMK Sederajat sebanyak 2 orang dengan
persentase 66,6 %.
5.2.3. Masa Bekerja
Berdasarkan Informasi yang didapat dari RSIA Puri Bunda
Masa Bekerja Informan dibagi menjadi 3 kelas dengan interval
kelas 2 Tahun. Pembagian tersebut Berdasarkan data yang
didapat dari informan. Dalam penelitian Ini dihasilkan distribusi
masa bekerja informan pada Unit Pemeliharaan Sarana (UPS)
RSIA Puri Bunda Malang sebagai Berikut :
Tabel 5. 8 Distribusi Frekuensi Informan Masa Bekerja Unit
Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda

NO Lama Bekerja Frekuensi (N) Persentase (%)


(Tahun)

1 2–4 1 33,3 %

2 4–6 1 33,3%

3 6–8 1 33,3%

Jumlah 3 100%

Berdasarkan tabel 5.8 distribusi frekuensi masa bekerja


informan dengan rentang lama bekerja 2 – 4 Tahun sebanyak
1 Orang dengan persentase 33,3 %. Jumlah informan dengan
rentang masa bekerja 4 – 6 tahun sebanyak 1 orang dengan
persentase 33,3 %. Jumlah informan dengan rentang masa
bekerja 6 – 8 Tahun sebanyak 1 orang dengan persentase 33,3
%. Dari hasil penelitian ini di dapatkan bahwa distribusi masa
bekerja informan pada penelitian ini adalah lama bekerja 2 –
4 tahun 1 orang, lama bekerja 4 – 6 tahun 1 orang dan lama
bekerja 6 – 8 tahun 1 orang.
5.3. Jenis Pekerjaan Unit Pemeliharan Sarana RSIA Puri Bunda
Pekerjaan yang ada Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri
Bunda adalah pemeliharaan dan perbaikan sarana RSIA Puri Bunda dan
38

pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis diserahkan ke


pihak ke tiga. Hasil penelitian jenis pekerjaan Unit Pemeliharaan Sarana
(UPS) adalah sebagai berikut :

Tabel 5.9 Jenis Pekerjaan Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA


Puri Bunda

NO JENIS PEKERJAAN PEKERJAAN


1 Pemeliharaan Sarana dan Pemanasan Genset
prasarana Ganti Oli Genset
Pembersihan AC
Perhitungan Beban Listrik
Pengurasan Tandon
Pemasangan Heat Detector
Pemasangan Smoke Detector
Pembersihan Exhaust Fan
2 Pebaikan Sarana dan Perbaikan Saluran Air Buntu di ketinggian
Prasarana Perbaikan saluran air buntu di kamar
mandi
Perbaikan Kipas Angin
Perbaikan Panel Listrik
Mengganti Lampu
Perbaikan Pintu Rusak
Perbaikan Bed Rusak
Perbaikan Almari Rusak
Perbaikan Mesin Cuci
Perbaikan Kursi Besi Rusak
Perbaikan Pompa Air Rusak
Perbaikan Kulkas
Pengelasan
Gerinda
Perbaikan Mesin Pengering Laundry
Pemasangan LPG
Perbaikan Dispenser
Perbaikan AC
Perbaikan kran Buntu
Perbaikan Kloset
Penggantian Lampu UV
Perbaikan Telpon
Beban Kerja
3 Perbaikan Peralatan Medis Diserahkan Ke pihak Ketiga
4 Pemeliharaan Peralatan Diserahkan ke pihak ketiga
Medis
Sumber :RSIA Puri Bunda,2019
Berdasarkan Tabel 5.9 diketahui bahwa pekerjaan terbanyak yang
dilakukan di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda adalah
pekerjaan perbaikan sarana dan prasarana. Sedangkan untuk pekerjaan
perbaikan dan pemeliharaan peralatan medis diserahkan ke pihak ketiga.
39

5.4. Worksheet Analisa Risiko Metode HIRARC


5.4.1. Hasil identifikasi bahaya fisik pekerjaan pemeliharaan sarana dan
prasarana
Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda dalam
pekerjaanya terdapat bahaya yaitu bahaya fisik, kimia, biologi,
ergonomi dan psikososial. Bahaya fisik meliputi kebisingan, suhu,
getaran, debu. lantai licin, panas, radiasi dan elektrikal.
Tabel 5.10 Hasil Identifikasi Bahaya Fisik Pekerjaan Pemeliharaan
Sarana dan Prasarana

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK


KEGIATAN BAHAYA

1 Pemanasan a. Kebisingan dari Fisik Gangguan


Genset suara genset Pendengaran

b. Konsleting dari Fisik Kesetrum,


kabel genset kebakaran

2 Ganti Oli a. Ceceran Oli Fisik Kepleset,


Genset Genset saat Kebakaran
pengurasan oli
3 Pembersihan a. Tangga yang Fisik Kepleset, cidera
AC digunakan licin fisik

b. Aliran Listrik dari Fisik Kesetrum


sumber listrik ke
AC
c. Lantai yang licin Fisik Terpleset, cidera
akibat basah
d. Debu saat Fisik Sesak Nafas, iritasi
proses pada mata, Rhinitis
pembersihan AC Alergi

4 Penghitungan a. Aliran listrik dari Fisik Kesetrum


beban Listrik kabel
b. Konsleting dari Fisik Kebakaran,
panel listrik Kesetrum

5 Pengurasan a. Terplest tangga Fisik Cidera


Tandon tandon yang licin

6 Pembuatan a. Bekerja di Fisik Terjatuh dari atas


saluran air baru ketinggian plafon, cidera
(saluran air baru
berada di
ketinggian)
40

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DAMPAK


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA

b. Bekerja di Fisik Terjatuh, cidera,


kondisi tidak kematian
aman (posisi
saluran air baru
berada di outdor)
c. Penggunaan Fisik Terkena gergaji,
gergaji besi saat luka, lecet
pemotongan pipa
7 Pemasangan a. Bekerja di Fisik Terjatuh dari plafon,
Heat Detector ketinggian cidera
(diplafon)
b. Penggunaan Bor Fisik Terkena mata bor,
untuk melubangi terluka pada
plafon anggota tubuh

c. Penggunaan Fisik Terluka pada


Gergaji untuk anggota tubuh.
memotomg Lecet
plafon
8 Pemasangan a. Bekerja di Fisik Terjatuh dari plafon,
Smoke Ketinggian cidera
Detector (diplafon)
b. Penggunaan Bor Fisik Terkena mata bor,
untuk melubangi Terluka pada
plafon anggota tubuh

c. Penggunaan Fisik Terpotong, terluka


Gergaji untuk pada anggota
melubangi plafon tubuh, lecet

9 Perbaikan a. Pengelasan Fisik Gangguan mata,


Kulkas tabung freon kerusakan pada
bocor mata, terkena listrik
dari mesin las

b. Penyolderan Fisik Lecet, luka bakar


komponen yang cidera
rusak
10 Pembersihan a. Bekerja pada Fisik Terjatuh dari plafon,
Exhaus Fan ketinggian luka, cidera pada
(diplafon) anggota tubuh

b. Aliran listrik dari Fisik Kesetrum, cidera


stop kontak kematian

c. Debu dar proses Fisik Gangguan


pembersihan Pernafasan

Jumlah : 10 Kegiatan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana 24 Sumber bahaya dan 16


Dampak
41

Berdasarkan tabel 5.10 didapat hasil identifikasi bahaya fisik


pekerjaan pemeliharan sarana dan prasarana didapat pekerjaan
yang memiliki bahaya fisik terbanyak yaitu pekerjaan penggunaan
mesin Pemasangan heat detector dan smoke detector sedangkan
pekerjaan yang memiliki bahaya fisik minimal yaitu ganti oli genset
dan pengurasan tandon . Sehingga perlu di jadikan perhatian dalam
penyusunan manajemen risiko.
Berdasarkan tabel 5.10 didapat hasil jumlah kegiatan
pemeliharaan sarana dan prasarana yang berbahaya fisik berjumlah
10 kegiatan, 24 sumber bahaya dan 16 dampak dari risiko tersebut.

5.4.2. Identifikasi Bahaya Fisik Pekerjaan Perbaikan Sarana dan Prasarana

Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda dalam

pekerjaanya terdapat bahaya yaitu bahaya fisik, kimia, biologoi,

ergonomi dan psikososial. Bahaya fisik meliputi kebisingan, suhu,

getaran, debu. lantai licin, panas, radiasi dan eektrikal.

Tabel 5. 11 Bahaya Fisik Pekerjaan Perbaikan Sarana dan


Prasarana

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK


KEGIATAN BAHAYA

1 Perbaikan a. Posisi salura air Fisik Terjatuh/terpleset


saluran air berada di dari ketinggian
buntu di ketinggian (atas
ketinggian plafon, menempel
di tembok luar)
b. Pemotongan Pipa Fisik Tangan
menggunakan kepotong/tergores
gergaji besi gergaji

2 Perbaikan a. Bekerja di kondisi Fisik Terpleset


saluran air lantai licin
buntu di kamar
mandi

b. Pemotongan Pipa Fisik Tangan


menggunakan kepotong/tergores
gergaji besi gergaji
42

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DAMPAK


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA

3 Perbaikan a. Aliran Listrik dari Fisika Kesetrum


Kipas Angin sumber listrik ke
kipas angin

b. Penggunaan Fisikia Lukas gores, luka


Solder saat sayatan,
perbaikan

4 Perbaikan a. Konsleting dari Fisik Kesetrum,


Panel Listrik kabel kebakaran

b. Aliran listrik di Fisik Kesetrum,


panel kematian

5 Mengganti a. Terpleser dari Fisik Cidera, patah kaki


Lampu tangga dan tangan

6 Perbaikan a. Penggunaan Fisik Terkena mata bor,


Pintu Rusak Mesin Bor saat cidera, luka
melubangi pintu
b. Penggunaan Fisik Anggota Tubuh
Obeng saat Terkena mata
melepas baut pipa obeng, Luka, cidera

7 Pembuatan a. Bekerja di Fisik Terjatuh dari atas


saluran air ketinggian (saluran plafon, cidera
baru air baru berada di
ketinggian)
b. Bekerja di kondisi Fisik Terjatuh, cidera,
tidak aman (posisi kematian
saluran air baru
berada di outdor)
c. Penggunaan Fisik Terkena gergaji,
gergaji besi saat luka, lecet
pemotongan pipa
8 Perbaiikan a. Penggunaan Fisik Gangguan
BED rusak mesin las saat penglihatan,
pengelasan bed kerusakan pada
patah mata, cidera pada
mata, kesetrum

9 Perbaikan a. Perbaikan lemari Fisik Terkena mata bor,


alamari rusak menggunakan cidera, luka pada
mesin bor anggota tubuh
43

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK


KEGIATAN BAHAYA

b. Penggunaan Fisik Terkena mata


Obeng saat obeng, cidera, luka
perbaikan almari pada anggota
tubuh

c. Penggunaan Palu Fisik Terkena palu,


saat perbaikan cidera, luka pada
anggota tubuh

10 Perbaikan a. Pengunaan solder Fisik Terluka pada


mesin cuci saat perbaikan anggota tubuh

11 Perbaikan a. Pengguaan Fisik Terkena mesin


kursi besi gerinda saat gerinda, luka,
rusak permotongan, dan cidera, anggita
pengalusan besi tubuh kepotong

b. Penggunaan Las Fisik Gannguan mata,


untuk perbaikan kerusakan pada
kursi yang rusak mata, cidera pada
mata, kesetrum
aliran listrik mesin
las

12 Perbaikan a. Penggunaan Fisik Agota tubu terluka


Pompa Air sloder saat
Rusak perbaikan
13 Perbaikan a. Pengelasan Fisik Gangguan mata,
Kulkas tabung freon bocor kerusakan pada
mata, terkena listrik
dari mesin las

b. Penyolderan Fisik Lecet, luka bakar


komponen yang cidera
rusak
14 Pengelasan a. Sinar dari mesin Fisik Kerusakan pada
las mata, gangguan
pada mata, cidera
pada mata

b. Debu dan asap Fisik Gangguan


dari pengelasan pernafasan, sesak
nafas gangguan

syaraf, kekeringan
pada paru – paru

c. Percikan api dari Fisik Luka bakar, lecet,


proses kebakaran
pengelasan
44

NO NAMA d. SUMBER JENIS RISIKO/DAMPAK


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA

e. Listrik dari mesin Fisik Cidera, kesetrum


las meninggal

23 Gerinda a. Suara bising dari Fisik Kebisingan,


gerinda gangguan
pendengaran

b. Mata gerinda yang Fisik Luka, terpotong,


tajam cacat, cidera

c. Percikan Api saat Fisik Luka bakar, lecet,


mengerinda kebakaran

d. Baut gerinda Fisik Terkena mata bor


kurang kencang gerinda
mata gerinda lepas
e. Gram dari gerinda Fisik Gangguan
pernafasan, sesak
nafas, iritasi
saluran pernafasan

24 Perbaikan a. Penggunaan Fisik Terluka pada


mesin solder saat anggota Tubuh
pengering perbaikan
laundry

b. Aliran Listrik dari Fisik Kesetrum, cidera,


stop kontak
25 Pemasangan a. Kebocoran Gas Fisik Kebakaran,
Gas LPG dari LPG Keracunan

26 Perbaikan a. Aliran Listrik dari Fisik Kesetrum, Cidera


Dispenser stop kontak

b. Penggunaan Fisik Lecet, luka bakar


Solder saat
perbaikan
27 Perbaikan AC a. Pemanasan Fisik Luka bakar, lecet,
dengan cidera
menggunan gas
LPG portabel
b. Bekerja di Fisik Terjatuh, cidera,
ketinggian
a. Kondisi tempat kerja Fisik Terpleset, cidera,
licin pingsan

b. Aliran Listrik Fisik Kesetrum, Cidera,


Kematian

28 Perbaikan a. Penggunaan Fisik Terluka, terpotong,


Kran Buntu Gergaji untuk lecet
memotong pipa
45

NO NAMA b. SUMBER JENIS RISIKO/DAMPAK


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA

c. Lantai licin akibat Fisik Terpleset, terjatuh


basah

29 Perbaiakn a. Bekerja di lantai Fisik Terpleset, cidera


Kloset licin

30 Pengnatian a. Sinar radiasi dari Fisik Gangguan pada


Lampu UV lampu UV mata, kerusakan
pada mata, cidera,
kebutaan, cacat

Jumlah 30 Pekerjaan Perbaikan Sarana dan Prasarana 47 sumber bahaya dan


16 Dampak atau risiko.

Berdasarkan Tabel 5.11 pekerjaan perbaikan sarana dan


prasarana yang memiliki bahaya fisik terbanyak yaitu pekerjaan
penggunaan mesin gerinda sedangkan pekerjaan yang memiliki
bahaya fisik minimal yaitu penggantian lampu, perbaikan pompa air
dan pemasangan gas LPG. Sehingga perlu di jadikan perhatian
dalam penyusunan manajemen risiko.

5.4.3. Hasil Identifiakasi Bahaya Kimia Pekerjaan Perbaikan Sarana


dan Prasarana
Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda dalam

pekerjaanya terdapat bahaya yaitu bahaya fisik, kimia, biologi,

ergonomi dan psikososial. Bahaya kimia meliputi bahaya yang

berasal dari bahan – bahan kimia yang ada di rumah sakit.

Tabel 5. 12 Hasil Identifikasi Bahaya Kimia Pekerjaan Perbaikan


Sarana dan Prasarana

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAM


KEGIATAN BAHAYA PAK

1 Perbaikan a. Bau lem pipa (proses Kimia Keracunan


Saluran Air penyambungan pipa dan gangguan
menggunakan lem pipa) pernapasan

2 Perbaikan a. Penggunaan Plitur Kimia Keracunan,


almari rusak kebakaran
46

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAM


KEGIATAN BAHAYA PAK

b. Penggunaan Cat Kimia Keracunan,


kebakaran,
iritasi pada
mata

3 Perbaikan a. Penggunaan lem pipa Kimia Keracunan,


pompa Air untuk menyambung pipa Gangguan
Rusak Pernapasan

4 Perbaikan a. Kebocoran Freon Kulkas Kimia Gangguan


Kulkas Pernafasan,
Keracunan,
Iritasi saluran
pernafasan,
gangguan
jantung

5 Perbaikan AC a. Kebocoran dari freon AC Kimia Gangguan


Peranfasan,
sesak nafas,
gangguan
jantung, iritasi
pada saluran
pernafasan

6 Perbaikan a. Penyambungan pipa Kimia Keracunan,


Kran Buntu menggunakan lem pipa Mual, Pingsan

Jumlah 6 Pekerjaan Perbaikan Sarana dan Prasarana 7 Sumber Bahaya dan 5 Dampak

Berdasarkan tabel 5.12 hasil identifikasi bahaya kimia


pekerjaan yang memiliki bahaya kimia terbanyak adalah pekerjaan
perbaikan pintu rusak sedangkan pekejaan lainnya memiliki bahaya
kimia minimal. Sehingga hal tersebut harus dijadikan dasar dalam
pembuatan manajemen risiko.
5.4.4. Identifikasi Bahaya kimia Pekerjaan Pemeliharaan Sarana RSIA

Puri Bunda

Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda dalam

pekerjaanya terdapat bahaya yaitu bahaya fisik, kimia, biologoi,

ergonomi dan psikososial. Bahaya kimia meliputi bahaya yang

berasal dari bahan – bahan kimia yang ada di rumah sakit.


47

Tabel 5.13 Hasil Identifikasi Bahaya Kimia Pekerjaan Pemeliharaan Sarana


dan Prasarana

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK


KEGIATAN BAHAYA

1 Ganti Oli a. Bahan kimia dalam oli Kimia Keracunan,


Genset terhirup kebakaran

2 Pembersihan a. Freon AC terhirup Kimia Keracuan,


AC gangguan
pernafasan, , nyeri
tenggorokan,
ganguan pada
jantung

3 Pengurasab a. Kekurangan oksigen Kimia Gangguan


Tandon akibat tandon tertutup Pernafasan,
rapat Pingsan, Sesak
nafas, kematian

4 Pembuatan a. Penggunaan lem pipa Kimia Keracunan,


saluran air untuk penyambungan pipa gangguan
baru pernapasan

Jumlah 4 Pekerjaan Pemeliharaan sarana 4 Sumber bahaya dan 7 Risiko atau dampak

Berdasarkan tabel 5.13 pekerjaan pemeliharaan sarana memiliki bahaya


minimal. Pekerjaan pemeliharaan sarana yang memiliki bahaya kimia bejumlah
4 pekerjaan 4 sumber bahaya dan 7 risiko/dampak.

5.4.5. Identifikasi Bahaya Ergonomi Pekerjaan Perbaikan Sarana dan


Prasarana
Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda dalam

pekerjaannya terdapat bahaya yaitu bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi

dan psikososial. Bahaya ergonomi meliputi bahaya yang berasal dari

pekerjaan yang dilakukan secara manual, postur yang salah dan

melakukan pekerjaan secara berulang.


48

Tabel 5. 14 Hasil Identifikasi Bahaya Ergonomi Pekerjaan Perbaikan Sarana


dan Prasarana

NO NAMA KEGIATAN SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAM


BAHAYA PAK

1 Perbaikan Kipas Angin a. Bekerja dengan Ergonomi Kram otot,


gerakan berulang nyeri otot
saat perbaiakan
kipas angin
b. Keselahan postur Ergonomi Low back
saat bekerja saat pain, nyeri
perbaiakn kipas otot, kram otot
angin
2 Mengganti Lampu a. Posisi Kerja yang Ergonomi Nyeri otot,
salah saat Sakit Kepala
mengganti lampu
4 Perbaikan Pintu a. Bekerja di posisi Ergonomi Nyeri otot,
Rusak sama dalam waktu Kram Otot
yang lama saat
memperbaikai pintu
5 Perbaikan TV Rusak a. Bekerja pada posisi Ergonomi Nyeri otot,
yang sama terlalu Kram Otot,
lama/duduk teralu nyeri bahu
lama
6 Perbaikan BED rusak a. Gerakan berulang Ergonomi Nyeri otot,
saat kram otot
pencopotan/pemas
angan
b. Beban bed terlalu Ergonomi Nyeri otot,
berat saat di angkay kram otor

c. Posisi Ergonomi Nyeri otot,


pengangkatan bed kram otot
yang salah
7 Perbaikan MesinCuci a. Bekerja di posisi Ergonomi Kram Otot,
Rusak yang sama terlalu nyeri otot
lama terlalu lama
membungkuk
Perbaikan kursi besi a. Gerakan Berulang Ergonomi Neyri otot,
rusak saat pencopotan kram otot,
baut kursi besi Low Back
Pain

8 Perbaikan Pompa Air a. Berat pompa air Ergonomi Nyeri Otot,


Rusak berlebihan saat di Low Back
angkat Pain, Kram
Otot

b. Bekerja pada posisi Ergonomi Kram Otot,


yang sama terlalu Stres, Kram
lama membungkuk Otot
49

NO NAMA KEGIATAN SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAM


BAHAYA PAK

9 Perbaikan Kulkas a. Bekerja pada posisi Ergonomi Nyeri otot,


yang sama pada kram otot,
waktu yang lama
terlalu lama duduk
10 Perbaikan mesin a. Bekerja pada posisi Ergonomi Nyeri otot,
pengering laundry yang sama dalam kram otot,
waktu yang lama kesemutan
terlalu lama
membungkuk
Jumlah Pekerjaan Perbaikan Sarana 10 Pekerjaan, 14 Sumber bahaya dan 5 Risiko/dampak

Berdasarkan tabel 5.14 hasil identifikasi bahaya ergonomi


didapat hasil bahwa pekerjaan yang memiliki bahaya ergonomi
terbanyak adalah pekerjaan perbaikan bed rusak dan perbaikan
pompa air rusak. Jumlah pekerjaan perbaikan sarana yang memiliki
bahaya kimia yaitu 10 pekerjaan dengan 14 sumber bahaya
ergonomi.

5.4.6. Identifikasi bahaya ergonomi pekerjaan pemeliharaan sarana dan

prasarana

Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda dalam

pekerjaanya terdapat bahaya yaitu bahaya fisik, kimia, biologi,

ergonomi dan psikososial. Bahaya ergonomi meliputi bahaya yang

berasal dari pekerjaan yang dilakukan secara manual, postur yang

salah dan melakukan pekerjaan secara berulang.

Tabel 5. 15 Hasil Identifikasi Bahaya Ergonomi Pekerjaan Pemeliharaan


Sarana dan Prasarana

NO NAMA KEGIATAN SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAM


BAHAYA PAK

1 Pembersihan AC a. Posisi kerja yang sama Ergonomi Low back


dalam waktu yang lama pain, nyeri
saat membersihkan AC otot
50

Berdasarkan tabel 5.15 diketahui bahwa bahaya ergonomi


pekerjaaan pemeliharaan sarana dan prasarana yaitu pekerjaan
pembersihan AC yang memiliki bahaya egonomi.

5.4.7. Identifikasi Bahaya Psikososial Pekerjaan Pemeliharaan Sarana

dan Prasarana

Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda dalam

pekerjaanya terdapat bahaya yaitu bahaya fisik, kimia, biologi,

ergonomi dan psikososial. Bahaya psikosisial meliputi faktor – faktor

yang berkaitan dengan lingkungan sosial sesorang atau interaksi

dengan orang lain yang dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap

seseorang, baik menghambat atau justru berdampak positif.

Tabel 5.16 Identifikasi Bahaya Psikososial Pekerjaan Pemeliharaan Sarana


dan Prasarana

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK


KEGIATAN BAHAYA

1 Perhitungan a. Terlalu banyak Psikososial Stres, kinerja menurun,


Beban Listrik panel listrik ketelitian menurun
yang diperiksa

Berdasarkan tabel 5. 16 didapatkan bahwa bahaya psikososial pekerjaan


pemeliharaan sarana dan prasarana yaitu pekerjaan perhitungan beban
listrik.

5.4.8.Identifikasi Bahaya Pasikososial Pekerjaan Perbaikan Sarana dan

Prasarana

Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda dalam

pekerjaanya terdapat bahaya yaitu bahaya fisik, kimia, biologi,

ergonomi dan psikososial. Bahaya psikosisial meliputi faktor – faktor

yang berkaitan dengan lingkungan sosial sesorang atau interaksi

dengan orang lain yang dapat menimbulkan pengaruh buruk


51

terhadap seseorang, baik menghambat atau justru berdampak

positif.

Tabel 5.17 Hasil Identifiaksi Bahaya Psikososial Pekerjaan Pemeliharaan


Sarana dan Prasrana

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK


KEGIATAN BAHAYA

1 Perbaikan TV a. Tingkat Psikososial Stres, tingkat emosi tidak


rusak kerusakan TV terkontrol
terlalu berat
b. Terlalu banyak Psikosial Stres, kinerja menurun,
tv yang rusak produktifitas kerja
menurun

2 Perbaikan c. Tingkat Psikosial Stres, Kinerja Menurun,


Telpon Rusak kerusakan produktifitas Menurun
Terlalu Rumit
3 Perbaikan d. Tingkat Psikososial Stres, Beban Kerja tinggi,
Pengering kerusakan Kinerja menurun
Loundry terlalu berat

4 Beban Kerja e. Ancaman dari Psikosoial Ketakutan, stress, kinerja


unit lain menurun

f. Beban Kerja Psikososial Stres, kinerja menurun,


terlalu berat produktifutas menurun

g. Hubungan kerja Psikososial Stres, kinerja menurun,


kurang produktifitas menurun
harmonis

Dari hasil identifikasi bahaya psikososial didapati pekerjaan

yang memiliki bahaya psikososial terbanyak adalah pekerjaan atau

kegiatan beban kerja yang berlebih sedangkan pekerjaan yang lain

memiliki bahaya psikososial minimal. Sehingga perlu dijadikan

alasan untuk membuat manajemen risiko

Dari hasil penelitian pada tabel diatas didapatkan bahwa

Identifikasi bahaya di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri

Bunda Malang dengan metode HIRARC (Hazard Ifentification Risk

Assesment and Risk Control) adalah jenis bahaya fisik, kimia,


52

biologi, psikososial dengan bahaya terbanyak yaitu jenis bahaya

fisik. Sedangkan bahaya teminimal adalah bahaya psikososial,

sehingga bahaya fisik yang menjadi prioritas dalam pembuatan

manajemen risiko Berdasarkan jumlah bahaya terbanyak.

5.5. Penilaian Risiko


Setelah dilakukan identifikasi risiko tahap selanjutnya adalah

melakukan analisa risiko dari setiap pekerjaan. Analisa risiko

menggunakan metode HIRARC desasarkan OHSAS 18001 : 2007.

Berdasarkan data yang di dapat dari Observasi, wawancara dan data

dokumen berupa ketentuan Work Risk Assemnet Control (WRAC)

merupakan hasil dari tabel kemungkinan dikombinasikan dengan tabel

konsekuensi.

Tabel 5. 18 Penilaian Tingkat Kemungkinan

Kemungkinan (Occurance) Score

Sering sekali 5

Sering mingguan 4

Agak sering bulanan 3

Jarang tahunan 2

Dapat terjadi 1

Sumber :Soecrates,2013
Tingkat penilaian kemungkinan adalah dimana suatu kegiatan atau

pekerjaan dilakukan sebarapa sering terpapar bahaya. Tingkatan ini

dimulai dari score 1 merupakan pekerjaan yang dapat tejadi sampai

dengan score 5 yang sering sekali/setiap hari terpapar bahaya tersebut.


53

Tabel 5. 19 Penilaian Tingkat Dampak


Cidera/penyakit akibat Aset/lingkungan Produksi Score
kerja (x100) (x100)
Fatal atau cacat (>6 bulan) Kerusakan >500 Kerugian >500 5

Cidera serius (1-6 bulan) Kerusakan 100-500 Kerugian 100- 4


500
Cidera berat (3-30 hari) Kerusakan 50-100 Kerugian 50 -100 3

Cidera Ringan (<2 hari) Kerusakan 5-50 Kerugian 5 – 50 2

Tidak cidera Kerusakan <5 Kerugian <5 1

Sumber :Soecrates,2013

Tingkat konsekuensi atau keparahan merupakan tingkatan yang

menggambarkan kondisi seberapa parahnya risiko yang ada pada suatu

kegiatan terhadap manusia lingkungan, aset dan alat produksi. Jika

suatu pekerjaan yang berbahaya rendah tidak menimbulkan cidera

sama sekai dan tidak merusak lingkungan serta merusak alat maka

keselamatan yang diberikan adalah 1. Namun jika menimbulkan

kerugian bagi ketingganya maka diberikan score meningkat hingga level

5.

Tabel 5. 20 Penentuan Tingkat risiko

Kemungkinan (O) 1 2 3 4 5

Keparahan (S)

1 1 2 4 7 11

2 3 5 8 12 16

3 6 9 13 17 20

4 10 14 18 21 23

5 15 19 22 24 25

Sumber:Socrates,2013
Dari tabel 5.20 selanjutnya dikembangkan peringkat risiko yang

mengkombinasikan antara kemungkinan dan dampak. Dikombinasikan


54

satu sama lain sehingga mendapatan angka yang menjadi prioritas risiko.

Tingkat konsekuensi ditinjau dari berbagai aspek yaitu dampak terhadap

manusia, lingkungan dan alat proses kerja. Selanjutnya dikombinasikan

dengan kemungkinan akan diperoleh peringkat yang dikategorikan atas

risiko tinggi, ketat, bersyarat dan rendah.

Tabel 5.21 Penentuan Tingkat risiko

TINGKAT RISIKO TINGKAT RISIKO WRAC


TINGGI 23-25
KETAT 18-22
BERSYARAT 10-17
RENDAH 1-9
Sumber :Soecrates,2013

Penentuan Tingkat risiko didapatkan dari penkombinasian antara

kemungkinan dan dampak dari risiko tersebut. Sehingga didapatkan

hasil dari tingkatan risiko tersebut.


55

5.5.1. Penilaian Risiko Fisik Pekerjaan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana


Penilaian risiko dilakukan dengan cara mengkombinasikan

antara kemungkinan (occurance) dan dampak (Severinty) lalu diperoleh

hasil WRAC dan ditentukan tingkatan risikonya apakah tinggi, ketat,

bersyarat dan rendah. Kemungkinan dinilai mulai dari sangat sering

sampai Dapat terjadi denga score 5 untuk sangat sering sampai ke score

1 Dapat terjadi. Dampak dinilai mulai dari kematian hingga tidak

mengalami cidera dengan score 5 untuk dampak terberat hingga 1 untuk

dampak terendah.
56

Tabel 5.22 Penilaian Risiko Bahaya Fisik Pekerjaan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAM KEMUNG DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN
KEGIATAN BAHAYA PAK KINAN RISIKO
(O) (S)

1 Pemanasan a. Kebisingan dari Fisik Gangguan 4 4 21 Ketat Penentuan tingkat


Genset suara genset Pendengaran kemungkinan
b. Konsleting dari Berdasarkan tabel
kabel genset Kesetrum, 5.10, Penentuan
kebakaran tingkat dampak
risiko Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan WRAC
Berdasarkan tabel
5.12 dan penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan tabel
5.13

2 Ganti Oli Genset a. Ceceran Oli Fisik Kepleset, 2 5 19 Ketat Penentuan tingkat
Genset saat Kebakaran kemungkinan
pengurasan oli Berdasarkan tabel
5.10, Penentuan
tingkat dampak
risiko Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan WRAC
Berdasarkan tabel
5.12 dan
57

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAM KEMUNG DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN
KEGIATAN BAHAYA PAK KINAN RISIKO
(O) (S)

penentuan Tingkat
risiko beradsarkan
tabel 5.13

3 Pembersihan a. Tangga yang Fisik Kepleset, 3 4 18 Ketat Penentuan tingkat


AC licin cidera fisik, kemungkinan
b. Aliran Listrik tersetrum, Berdasarkan tabel
dari AC sesak nafas, 5.10, Penentuan
c. Lantai yang iritasi pada tingkat dampak
licin akibat mata, risiko Berdasarkan
basah
Rhinitis tabel 5.11,
d. Debu saat
Alergi penentuan WRAC
proses
pembersihan Berdasarkan tabel
AC 5.12 dan penentuan
tngkat risiko
beradsarkan tabel
5.13

4 Penghitungan a. Aliran listrik Fisik Tersetrum, 2 5 19 Ketat Penentuan tingkat


beban Listrik dari kabel Kebakaran kemungkinan
Konsleting dari panel Berdasarkan tabel
listrik 5.10, Penentuan
tingkat dampak
risiko Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan WRAC
58

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAM KEMUNG DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN
KEGIATAN BAHAYA PAK KINAN RISIKO
(O) (S)

Berdasarkan tabel
5.12 dan penentuan
tngkat risiko
beradsarkan tabel
5.13

5 Pengurasan a. Terplest Fisik Cidera 2 5 19 Ketat Penentuan tingkat


Tandon tangga tandon kemungkinan
yang licin Sesak nafas, Berdasarkan tabel
kematian 5.10, Penentuan
tingkat dampak
risiko Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan WRAC
Berdasarkan tabel
5.12 dan penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan tabel
5.13

6 Pembuatan a. Bekerja di Fisik Terjatuh dari 2 4 14 Bersyarat Penentuan tingkat


saluran air baru ketinggian atas plafon, kemungkinan
b. Bekerja di cidera, Berdasarkan tabel
kondisi tidak Terkena 5.10, Penentuan
aman gergaji, luka, tingkat dampak
c. Penggunaan lecet hingga risiko Berdasarkan
gergaji besi
kematian. tabel 5.11,
saat
penentuan WRAC
pemotongan
pipa Berdasarkan tabel
59

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAM KEMUNG DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN
KEGIATAN BAHAYA PAK KINAN RISIKO
(O) (S)

5.12 dan penentuan


Tingkat risiko
beradsarkan tabel
5.13

8 Pemasangan a. Bekerja di Fisik Terjatuh dari 1 5 15 Bersyarat Penentuan tingkat


Heat Detector ketinggian plafon, cidera kemungkinan
(plafon) Berdasarkan tabel
b. Penggunaan Terkena 5.10, Penentuan
Bor untuk mata bor, tingkat dampak
memberi terluka pada risiko Berdasarkan
lubang plafon anggota tabel 5.11,
c. Penggunaan tubuh penentuan WRAC
Gergaji untuk
memotong Terluka pada Berdasarkan tabel
plafon anggota 5.12 dan penentuan
tubuh. Lecet, Tingkat risiko
hingga beradsarkan tabel
kematian. 5.13
60

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DAM KEMUNG DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA PAK KINAN RISIKO

9 Pemasangan a. Bekerja di Fisik Terjatuh dari 1 5 15 Bersyarat Penentuan tingkat


Smoke Detector Ketinggian plafon, cidera kemungkinan
(plafon) Berdasarkan tabel
b. Penggunaan Terkena 5.10, Penentuan
Bor untuk mata bor, tingkat dampak
melubangi Terluka pada risiko Berdasarkan
plafon anggota tabel 5.11,
c. Penggunaan tubuh, lecet penentuan WRAC
Gergaji untuk
melubangi Terpotong, Berdasarkan tabel
plafon terluka pada 5.12 dan penentuan
anggota Tingkat risiko
tubuh, lecet, beradsarkan tabel
cacat 5.13

10 Pembersihan a. Bekerja pada Fisik Terjatuh dari 2 4 14 Bersyarat Penentuan tingkat


Exhaus Fan ketinggian plafon, luka, kemungkinan
(plafon) cidera pada Berdasarkan tabel
b. Aliran listrik anggota 5.10, Penentuan
dari stop tubuh tingkat dampak
kontak risiko Berdasarkan
c. Debu dari Kesetrum, tabel 5.11,
proses gangguan penentuan WRAC
pembersihan pernafasan Berdasarkan tabel
hingga 5.12 dan penentuan
kematian. Tingkat
61

Berdasarkan tabel 5.22 didapatkan hasil penilaian risiko bahaya fisik didapati

hasil pekerjaan yang memiliki Tingkat risiko yang paling tingi adalah pemanasan genset

sedangkan pekerjaan peling rendah Tingkat risikonya adalah pekerjaan pembuatan

saluran air baru.

Penentuan Tingkat risiko didapatkan dari pengkombinasian antara

kemungkinan dan dampak. Score kemungkinan risiko ditentukan dari sebarapa sering

pekerja tersebut kontak dengan risiko tersebut. Pemberian score dimulai dari score 5

untuk kemungkinan paling seering terjadi sampai score 1 untuk Dapat terjadi.

Pemberian score untuk dampak dimulai dari score 5 untuk dampak paling berat atau

kematian berjenjang sampai score 1 untuk dampak terendah atau tidak cidera.

5.5.2. Penilaian Risiko Fisik Pekerjaan Perbaikan Sarana dan Prasarana

Penilaian risiko dilakukan dengan cara mengkombinasikan antara kemungkinan

(occurance) dan dampak (Severinty) lalu diperoleh hasil WRAC dan ditentukan

tingkatan risikonya apakah tinggi, ketat, bersyarat dan rendah. Kemungkinan dinilai

mulai dari sangat sering sampai Dapat terjadi denga score 5 untuk sangat sering

sampai ke score 1 Dapat terjadi. Dampak dinilai mulai dari kematian hingga tidak

mengalami cidera dengan score 5 untuk dampak terbesar hingga 1 untuk dampak

terendah.
62

Tabel 5. 23 Penilaian Risiko Fisika Pekerjaan Perbaikan Sarana dan Prasarana

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGKI DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN
KEGIATAN BAHAYA NAN RISIKO

1 a. Posisi salura Fisik Terjatuh/terpleset 4 3 17 Bersyarat Penentuan


air berada di dari ketinggian tingkat
Perbaikan ketinggian kemungkinan
saluran air (atas plafon, tergores gergaji, Berdasarkan
menempel di luka lecet tabel 5.10,
tembok luar) Penentuan
Keracunan
b. Pemotongan tingkat dampak
Pipa risiko
menggunaka
Berdasarkan
n gergaji besi
tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13

2 Perbaikan a. Bekerja di Fisik Terpleset 4 4 21 Ketat Penentuan


saluran air kondisi lantai tingkat
buntu di kamar licin Tangan kemungkinan
mandi b. Pemotongan kepotong/tergores Berdasarkan
Pipa gergaji tabel 5.10,
menggunaka Penentuan
n gergaji besi
tingkat dampak
risiko
Berdasarkan
tabel 5.11,
63

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGKI DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN
KEGIATAN BAHAYA NAN RISIKO

penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13

3 Perbaikan a. Aliran listrik Fisik Kesetrum 3 3 13 Bersyarat Penentuan


Kipas Angin dari sumber tingkat
listrik ke Kram otot, nyeri kemungkinan
kipas angin otot Berdasarkan
b. Penggunaan tabel 5.10,
solder saat Low back pain,
luka gores, luka Penentuan
perbaikan
sayatan. tingkat dampak
risiko
Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13
64

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGKI DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN
KEGIATAN BAHAYA NAN RISIKO

4 Perbaikan a. Konsleting Fisik Kesetrum, 2 5 19 Ketat Penentuan


Panel Listrik dari kabel kebakakaran, tingkat
b. Aliran listrik kematian kemungkinan
di panel Berdasarkan
tabel 5.10,
Penentuan
tingkat dampak
risiko
Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13

5 Mengganti a. Terpleset Fisik Cidera, patah kaki 4 2 12 Bersyarat Penentuan


Lampu dari tangga dan tangan tingkat
kemungkinan
Berdasarkan
tabel 5.10,
Penentuan
tingkat dampak
risiko
Berdasarkan
65

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGKI DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN
KEGIATAN BAHAYA NAN RISIKO

tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13

6 Pembersihan a. Tangga yang Fisik Kepleset, cidera 3 4 18 Ketat Penentuan


AC licin fisik, tersetrum, tingkat
b. Aliran Listrik sesak nafas, iritasi kemungkinan
dari AC pada mata, Berdasarkan
c. Lantai yang Rhinitis Alergi tabel 5.10,
licin akibat Penentuan
basah
tingkat dampak
d. Debu saat
risiko
proses
pembersihan Berdasarkan
AC tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13
66

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGKI DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN
KEGIATAN BAHAYA NAN RISIKO

7 Penghitungan a. Aliran listrik Fisik Tersetrum, 5 19 Ketat Penentuan


beban Listrik dari kabel Kebakaran tingkat
b. Konsleting kemungkinan
dari panel Berdasarkan
listrik tabel 5.10,
Penentuan
tingkat dampak
risiko
Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13

8 Perbaikan a. Penggunaan Fisik Terkena mata bor, 3 4 18 Ketat Penentuan


Pintu Rusak Mesin Bor cidera, luka, tingkat
b. Penggunaan terpotong, kemungkinan
Obeng Anggota tubuh Berdasarkan
terkena mata tabel 5.10,
obeng. Penentuan
tingkat dampak
risiko
Berdasarkan
tabel 5.11,
67

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGKI DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA NAN RISIKO

penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13

9 Perbaikan BED a. Penggunaan Fisik Gangguan 3 5 22 Ketat Penentuan


rusak mesin las penglihatan, tingkat
saat kerusakan pada kemungkinan
pengelasan mata, cidera pada Berdasarkan
bed patah mata, kesetrum tabel 5.10,
dari aliran listrik Penentuan
alat las tingkat dampak
risiko
Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13
68

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGKI DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN
KEGIATAN BAHAYA NAN RISIKO

10 Perbaikan a. Perbaikan Fisik Terkena mata 3 4 18 Ketat Penentuan


alamari rusak almari bor, cidera, luka tingkat
menggunaka pada anggota kemungkinan
n mesin bor tubuh Berdasarkan
b. Penggunaan tabel 5.10,
Obeng saat Terkena mata Penentuan
perbaikan obeng, Terkena tingkat dampak
almari palu. risiko
c. Penggunaan
Palu Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13

11 Perbaikan a. Penggunaan Fisik Terluka pada 3 3 13 Bersyarat Penentuan


MesinCuci solder saat anggota tubuh. tingkat
Rusak perbaikan kemungkinan
Berdasarkan
tabel 5.10,
Penentuan
tingkat dampak
risiko
Berdasarkan
tabel 5.11,
69

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGKI DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN
KEGIATAN BAHAYA NAN RISIKO

penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13

12 Perbaikan a. Penggunaan Fisik Terkena mesin 3 5 22 Ketat Penentuan


kursi besi Gerinda saat gerinda, luka, tingkat
rusak pemotongan cidera, anggota kemungkinan
dan tubuh kepotong Berdasarkan
penghalusan tabel 5.10,
besi Gannguan mata, Penentuan
b. Penggunaan kerusakan pada tingkat dampak
Las untuk mata, cidera pada risiko
perbaikan mata, kesetrum
kursi yang Berdasarkan
aliran listrik mesin tabel 5.11,
rusak las. penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13
70

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGKI DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN
KEGIATAN BAHAYA NAN RISIKO

13 Perbaikan a. Penggunaan Fisik Terluka, cidera 2 3 9 Rendah Penentuan


Pompa Air solder saat pada anggota tingkat
Rusak perbaikan tubuh. kemungkinan
Berdasarkan
tabel 5.10,
Penentuan
tingkat dampak
risiko
Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13

14 Perbaikan a. Pengelasan Fisik Gangguan mata, 3 4 18 Ketat Penentuan


Kulkas tabung freon kerusakan pada tingkat
bocor mata, terkena kemungkinan
b. Penggunaan listrik dari mesin Berdasarkan
alat solder las tabel 5.10,
untuk Penentuan
komponen Lecet, luka bakar tingkat dampak
yang rusak cidera hingga risiko
kematian. Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan
WRAC
71

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGKI DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN
KEGIATAN BAHAYA NAN RISIKO

15 Pengelasan a. Sinar dari Fisik Kerusakan pada 4 5 24 Tinggi Penentuan


mesin las mata, gangguan tingkat
b. Debu dan pada mata, cidera kemungkinan
asap dari pada mata Berdasarkan
pengelasan tabel 5.10,
c. Percikan api Gangguan Penentuan
dari proses pernafasan, sesak tingkat dampak
pengelasan nafas gangguan risiko
d. Listrik dari syaraf, kekeringan
mesin las Berdasarkan
pada paru – tabel 5.11,
paruLuka bakar, penentuan
lecet, kebakaran WRAC
Cidera, kesetrum Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13

16 Gerinda a. Suara bising Fisik Kebisingan, 4 5 24 Tinggi Penentuan


dari gerindr gangguan tingkat
b. Mata gerinda pendengaran kemungkinan
yang tajam Berdasarkan
c. Percikan Api tabel 5.10,
saat Penentuan
mengerinda
tingkat dampak
d. Baut gerinda
risiko
kurang kencang
e. Gram dari Berdasarkan
gerinda tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
72

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGKI DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA NAN RISIKO

17 Perbaikan a. Pengunaan Fisik Terluka pada 3 2 5 Rendah Penentuan


mesin solder saat anggota tubuh, tingkat
pengering perbaikan kesetrum, cidera, kemungkinan
laundry b. Aliran Listrik hingga kematian. Berdasarkan
dari stop tabel 5.10,
kontak Penentuan
c. Debu dari
tingkat dampak
proses
risiko
pembersihan
Berdasarkan
tabel 5.11,

penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13
73

NO NAMA SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGKI DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN
KEGIATAN BAHAYA NAN RISIKO

18 Pemasangan a. Kebocoran Fisik Kebakaran, 5 5 25 Tinggi Penentuan


Gas LPG Gas Keracunan tingkat
kemungkinan
Berdasarkan
tabel 5.10,
Penentuan
tingkat dampak
risiko
Berdasarkan

tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13

19 Perbaikan a. Aliran Listrik Fisik Kesetrum, 3 2 8 rendah Penentuan


dispenser dari cidera,lecet dan tingkat
Dispenser luka bakar kemungkinan
b. Penggunaan Berdasarkan
solder saat tabel 5.10,
perbaikan Penentuan
tingkat dampak
risiko
Berdasarkan
tabel 5.11,
74

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGKI DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA NAN RISIKO

20 Perbaikan AC a. Pemanasan Fisik Luka bakar, lecet 3 4 18 Ketat Penentuan


dengan tingkat
menggunan Terjatuh, cidera, kemungkinan
gas LPG Berdasarkan
Terpleset, cidera,
portabel tabel 5.10,
b. Bekerja di pingsan
Penentuan
ketinggian Kesetrum, hingga tingkat dampak
c. Kondisi
menyebabkan risiko
tempat kerja
kematian. Berdasarkan
licin
d. Aliran Listrik tabel 5.11,

21 Perbaikan a. Penggunaan Fisik Terluka, lecet, 3 3 13 Bersyarat Penentuan


Kran Buntu Gergaji untuk cidera hingga tingkat
memotong kematian. kemungkinan
pipa Berdasarkan
b. Lantai licin tabel 5.10,
karena Penentuan
basah
tingkat dampak
risiko
Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan
75

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGKI DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA NAN RISIKO

WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13

22 Perbaikan c. Bekerja di Fisik Terpleset, cidera. 3 3 13 Bersyarat Penentuan


Kloset lantai licin tingkat
kemungkinan
Berdasarkan
tabel 5.10,
Penentuan
tingkat dampak
risiko
Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13

23 Penggantian d. Sinar radiasi Fiisik Gangguan pada 1 5 15 Bersyarat Penentuan


Lampu UV dari lampu mata, kerusakan tingkat
UV pada mata, kemungkinan
cidera, kebutaan, Berdasarkan
cacat tabel 5.10
76

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGKI DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA NAN RISIKO

penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13
77

Berdasarkan tabel 5.23 didapatkan hasil penilaian risiko bahaya fisik didapati hasil

pekerjaan yang memiliki Tingkat risiko yang paling tinggi adalah pemanasan genset

sedangkan pekerjaan paling rendah Tingkat risikonya adalah pekerjaan pembuatan saluran

air baru.

Penentuan Tingkat risiko didapatkan dari pengkombinasian antara kemungkinan

dan dampak. Score kemungkinan risiko ditentukan dari seberapa sering pekerja tersebut

kontak dengan risiko tersebut. Pemberian score dimulai dari score 5 untuk kemungkinan

paling sering terjadi sampai score 1 untuk Dapat terjadi. Pemberian score untuk dampak

dimulai dari score 5 untuk dampak paling berat atau kematian berjenjang sampai score 1

untuk dampak terendah atau tidak cidera.

5.5.3. Penilaian Risiko Kimia Pekerjaan Pemeliharaan Sarana

Penilaian risiko dilakukan dengan cara mengkombinasikan antara kemungkinan

dan dampak lalu diperoleh hasil WRAC dan ditentukan tingkatan risikonya apakah

tinggi, ketat, bersyarat dan rendah. Kemungkinan dinilai mulai dari sangat sering sampai

Dapat terjadi dengan score 5 untuk sangat sering sampai ke score 1 Dapat terjadi.

Dampak dinilai mulai dari kematian hingga tidak mengalami cidera dengan score 5 untuk

dampak terbserat hingga 1 untuk dampak terendah


78

Tabel 5. 24 Penilaian Risiko Kimia Pekerjaan Perbaikan Sarana dan Prasarana

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DAMPA KEMUNG DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGA


KEGIATAN BAHAYA BAHAY K KINAN RISIKO N
A

1 Perbaikan a. Bau lem kimia Keracunan dan 4 3 17 Bersyarat Penentuan


saluran air pipa gangguan tingkat
buntu (proses pernapasan dan kemungkinan
penyambun sesak nafas. Berdasarkan
gan pipa tabel 5.10,
menggunak Penentuan
an lem tingkat dampak
pipa) risiko
Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13
79

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGK DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGA


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA INAN RISIKO N

2 Pengurasan a. Kekuran kimia Gangguan 2 5 19 Ketat Penentuan


Tandon gan pernafasan, tingkat
Oksigen pingsan, sesak kemungkinan
akibat nafas, kematian Berdasarkan
tandon tabel 5.10,
tertutup Penentuan
rapat tingkat dampak
risiko
Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13

3 Perbaikan a. Kebocor kimia Gangguan 3 4 18 Ketat Penentuan


Kulkas an freon pernafasan, tingkat
rusak keracunan, iritasi kemungkinan
saluran Berdasarkan
tabel 5.10,
pernafasan,
Penentuan
gangguan jantung tingkat dampak
risikoBerdasark
an tabel 5.11,
80

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGK DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGA


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA INAN RISIKO N

penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13

4 Perbaikan AC a. Kebocor kimia Gangguan 3 4 18 Ketat Penentuan


an dari pernafasan, seak tingkat
freon AC nafas, keracunan, kemungkinan
iritasi pada Berdasarkan
tabel 5.10,
saluran
Penentuan
pernafasan, tingkat dampak
gangguan jantung risiko
Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13
81

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGK DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGA


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA INAN RISIKO N

5 Perbaikan a. Penyam Kimia Keracunan, Mual, 3 3 13 Bersyarat Penentuan


Kran Buntu bungan Pingsan, sesak tingkat
pipa nafas, gangguan kemungkinan
menggu pe rnafasan, iritasi Berdasarkan
nan le tabel 5.10,
pada saluran
pipa Penentuan
pernafasan. tingkat dampak
risiko
Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13
82

Berdasarkan tabel 5.24 didapatkan hasil penilaian risiko bahaya kimia didapati

pekerjaan yang memiliki Tingkat risiko tertinggi yaitu pekerjaan pergantian oli genset

denga score risiko 19 dan pengurasan tandon sedangkan pekerjaan yang memiliki risiko

paling rendah adalah perbaikan pompa air rusak dengan score risiko 9.

Penentuan Tingkat risiko didapatkan dari pengkombinasian antara kemungkinan

dan dampak. Score kemungkinan risiko ditentukan dari seberapa sering pekerja tersebut

kontak dengan risiko tersebut. Pemberian score dimulai dari score 5 untuk kemungkinan

paling sering terjadi sampai score 1 untuk Dapat terjadi. Pemberian score untuk dampak

dimulai dari score 5 untuk dampak paling berat atau kematian berjenjang sampai score

1 untuk dampak terendah atau tidak cidera

5.5.4. Penilaian Risiko kimia Pekerjaan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana

Penilaian risiko dilakukan dengan cara mengkombinasikan antara

kemungkinan dan dampak lalu diperoleh hasil WRAC dan ditentukan tingkatan

risikonya apakah tinggi, ketat, bersyarat dan rendah. Kemungkinan dinilai mulai dari

sangat sering sampai Dapat terjadi dengan score 5 untuk sangat sering sampai ke

score 1 Dapat terjadi. Dampak dinilai mulai dari kematian hingga tidak mengalami

cidera dengan score 5 untuk dampak terberat hingga 1 untuk dampak terendah.
83

Tabel 5. 25 Penilaian Risiko Kimia Pekerjaan Pemeliharaan Sarana

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DA KEMUN DAMPAK WRAC TINGKA KETERANGA


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA MPAK GKINAN T N
RISIKO

1 Ganti oli genset a. Bahan Kimia Keracunan 2 5 19 Ketat Penentuan


kimia kebakaran. tingkat
dalam oli kemungkinan
terhirup Berdasarkan
tabel 5.10,
Penentuan
tingkat dampak
risiko
Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan t
84

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DA KEMUN DAMPAK WRAC TINGKA KETERANGA


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA MPAK GKINAN T N
RISIKO

2 Pembersihan a. Freon Kimia Keracunan, 3 4 18 Ketat Penentuan


AC AC gangguan tingkat
Terhiru pernafasan, kemungkinan
p nyeri Berdasarkan
tabel 5.10,
tenggoroka
Penentuan
n, tingkat dampak
gangguan risiko
pada Berdasarkan
jantung tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13

3 Pengurasan a. Kekuran Kimia Gangguan 2 5 19 Ketat Penentuan


Tandon gan Pernafasan, tingkat
Oksigen Pingsan, kemungkinan
akibat Sesak Berdasarkan
tandon tabel 5.10,
nafas,
tertutup Penentuan
kematian tingkat dampak
rapat
risikoBerdasark
an tabel 5.11,
85

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DA KEMUN DAMPAK WRAC TINGKA KETERANGA


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA MPAK GKINAN T N
RISIKO
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13

4 Pembuatan a. Penggun Fisik Keracunan, 2 4 14 Bersyara Penentuan


saluran air baru aan lem gangguan t tingkat
ppa Kimia kemungkinan
pernapan ,
untuk sesak Berdasarkan
penyam tabel 5.10,
nafas.
bungan Penentuan
pipa tingkat dampak
risiko
Berdasarkan
tabel 5.11,
penentuan
WRAC
Berdasarkan
tabel 5.12 dan
penentuan
Tingkat risiko
beradsarkan
tabel 5.13
86

Berdasarkan tabel 5.25 didapatkan hasil penilaian risiko bahaya kimia didapati

pekerjaan yang memiliki Tingkat risiko tertinggi yaitu pekerjaan pergantian oli genset dan

pengurasan tandon dengan score risiko 19 dan pengurasan tandon sedangkan pekerjaan

yang memiliki risiko paling rendah adalah pembuatan saluran air baru dengan score risiko

14.

Penentuan Tingkat risiko didapatkan dari pengkombinasian antara kemungkinan

dan dampak. Score kemungkinan risiko ditentukan dari seberapa sering pekerja tersebut

kontak dengan risiko tersebut. Pemberian score dimulai dari score 5 untuk kemungkinan

paling sering terjadi sampai score 1 untuk Dapat terjadi. Pemberian score untuk dampak

dimulai dari score 5 untuk dampak paling berat atau kematian berjenjang sampai score 1

untuk dampak terendah atau tidak cidera

5.5.5. Penilaian Risiko Ergonomi Pekerjaan Pemeliharaan Sarana

Penilaian risiko dilakukan dengan cara mengkombinasikan antara kemungkinan

dan dampak lalu diperoleh hasil WRAC dan ditentukan tingkatan risikonya apakah tinggi,

ketat, bersyarat dan rendah. Kemungkinan dinilai mulai dari sangat sering sampai Dapat

terjadi denga score 5 untuk sangat sering sampai ke score 1 Dapat terjadi. Dampak dinilai

mulai dari kematian hingga tidak mengalami cidera dengan score 5 untuk dampak terberat

hingga 1 untuk dampak terendah.


87

Tabel 5. 26 Penilaian Risiko Ergonomi Pekerjaan Pemeliharaan Sarana

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNG DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA KINAN RISIKO

1 Pembersihan a. Posisi kerja Ergonomi Low back pain, 3 4 18 Ketat Penentuan


AC yang sama nyeri otot. tingkat
dalam kemungkinan
waktu yang Berdasarkan
lama saat tabel 5.10,
pembersih Penentuan
an AC
tingkat dampak
risiko
Berdasarkan
88

Berdasarkan Tabel 5.26 didapatkan hasil penilaian risiko ergonomi pekerjaan

pemeliharaan sarana yang memiliki Tingkat risiko tetinggi yaitu pekerjaan pembersihan

AC dengan score risiko 18.

Penilaian risiko dilakukan dengan cara mengkombinasikan antara kemungkinan dan

dampak lalu diperoleh hasil WRAC dan ditentukan tingkatan risikonya apakah tinggi, ketat,

bersyarat dan rendah. Kemungkinan dinilai mulai dari sangat sering sampai Dapat terjadi

dengan score 5 untuk sangat sering sampai ke score 1 Dapat terjadi. Dampak dinilai mulai

dari kematian hingga tidak mengalami cidera dengan score 5 untuk dampak terberat

hingga 1 untuk dampak terendah

5.5.6. Penilaian Risiko Ergonomi Pekerjaan Perbaikan Sarana dan Prasarana

Penilaian risiko dilakukan dengan cara mengkombinasikan antara kemungkinan dan

dampak lalu diperoleh hasil WRAC dan ditentukan tingkatan risikonya apakah tinggi, ketat,

bersyarat dan rendah. Kemungkinan dinilai mulai dari sangat sering sampai Dapat terjadi

dengan score 5 untuk sangat sering sampai ke score 1 Dapat terjadi. Dampak dinilai mulai

dari kematian hingga tidak mengalami cidera dengan score 5 untuk dampak terberat hingga

1 untuk dampak terendah.


89

Tabel 5.27 Penilaian Risiko ErgonomI Pekerjaan Perbaikan Sarana dan Prasrana

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DAMPA KEMUNG DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA K KINAN RISIKO

1 Perbaikan a. Bekerja Ergonomi Kram otot, nyeri 3 3 13 Bersyarat Penentuan tingkat


Kipas Angin dengan otot kemungkinan Berdasarkan
gerakan tabel 5.10, Penentuan tingkat
berulang Low back pain dampak risiko Berdasarkan
saat tabel 5.11, penentuan WRAC
perbaikan Berdasarkan tabel 5.12 dan
kipas angin
penentuan Tingkat risiko
b. Kesalahan
beradsarkan tabel 5.13
postur saat
perbaikan
kipas angin
4 Perbaikan a. Bekerja di Fisik Nyeri otot, Kram 3 4 18 Ketat Penentuan tingkat
Pintu Rusak posisi Otot kemungkinan Berdasarkan
sama Ergonomi tabel 5.10, Penentuan
dalam tingkat dampak risiko
waktu yang Berdasarkan tabel 5
lama
6 Perbaikan a. Gerakan Ergonomi Nyeri otot, kram 3 5 22 Ketat tabel 5.12 dan penentuan
BED rusak berulang otot Tingkat risiko beradsarkan
saat tabel 5.13
pencopota
n/
pemasang
an
b. Beban bed
terlalu
berat saat
di angkat
90

NO NAMA c. SUMBER JENIS RISIKO/DAMPA KEMUNG DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA K KINAN RISIKO

7 Perbaikan a. Bekerja di Ergonomi Kram Otot, nyeri 3 3 13 Bersyarat Penentuan tingkat


Mesin Cuci posisi yang otot kemungkinan Berdasarkan
Rusak sama tabel 5.10, Penentuan
terlalu lama tingkat dampak risiko
(membung Berdasarkan tabel 5.11,
kuk) penentuan WRAC
Berdasarkan tabel 5.12 dan
penentuan Tingkat risiko
beradsarkan tabel 5.13

8 Perbaikan a. Gerakan Ergonomi Neyri otot, kram 3 5 22 Ketat Penentuan tingkat


kursi besi Berulang otot, Low Back kemungkinan Berdasarkan
rusak saat Pain tabel 5.10, Penentuan
pencopota tingkat dampak risiko
n baut kursi Berdasarkan tabel 5.11,
besi penentuan WRAC
Berdasarkan tabel 5.12 dan
penentuan Tingkat risiko
beradsarkan tabel 5.13
91

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DAMPA KEMUNG DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA K KINAN RISIKO

9 Perbaikan a. Berat Ergonomi Nyeri otot, Low 2 3 9 Rendah Penentuan tingkat


Pompa Air pompa air Back Pain, Kram kemungkinan Berdasarkan
Rusak berlebihan Otot. tabel 5.10, Penentuan
b. Bekerja tingkat dampak risiko
pada posisi Berdasarkan tabel 5.11,
yang sama penentuan WRAC
terlalu lama
Berdasarkan tabel 5.12 dan
penentuan Tingkat risiko
beradsarkan tabel 5.13

10 Perbaikan a. Bekerja Ergonomi Nyeri otot, kram 3 4 18 Ketat Penentuan tingkat


Kulkas pada otot, kemungkinan Berdasarkan
posisi tabel 5.10, Penentuan
yang tingkat dampak risiko
sama Berdasarkan tabel 5.11,
pada penentuan WRAC
waktu
Berdasarkan tabel 5.12 dan
yang
penentuan Tingkat risiko
lama
(terlalu beradsarkan tabel 5.13
lama
duduk)
92

NO NAMA SUMBER JENIS RISIKO/DAMPA KEMUNG DAMPAK WRAC TINGKAT KETERANGAN


KEGIATAN BAHAYA BAHAYA K KINAN RISIKO

11 Perbaikan a. Bekerja Ergonomi Nyeri otot, kram 3 2 5 Rendah Penentuan tingkat


mesin pada otot, kesemutan kemungkinan Berdasarkan
pengering posisi tabel 5.10, Penentuan
laundry yang tingkat dampak risiko
sama Berdasarkan tabel 5.11,
dalam penentuan WRAC
waktu
Berdasarkan tabel 5.12 dan
yang
penentuan Tingkat risiko
lama
b. Terlalu beradsarkan tabel 5.13
lama
membun
gkuk
93

Berdasarkan Tabel 5.27 didapatkan hasil penilaian risiko ergonomi pekerjaan

perbaikan sarana yang memiliki Tingkat risiko tertinggi yaitu pekerjaan perbaikan kursi

besi dan bed rusak dengan score risiko 22 sedangkan risiko terendah yaitu perbaikan

mesin pengering laundry yaitu 5

Penilaian risiko dilakukan dengan cara mengkombinasikan antara kemungkinan dan

dampak lalu diperoleh hasil WRAC dan ditentukan tingkatan risikonya apakah tinggi, ketat,

bersyarat dan rendah. Kemungkinan dinilai mulai dari sangat sering sampai Dapat terjadi

dengan score 5 untuk sangat sering sampai ke score 1 dapat terjadi. Dampak dinilai mulai

dari kematian hingga tidak mengalami cidera dengan score 5 untuk dampak terberat

hingga 1 untuk dampak terendah

5.5.7. Penilaian risiko psikososial Perbaikan Sarana dan Prasarana

Penilaian risiko dilakukan dengan cara mengkombinasikan antara kemungkinan dan

dampak lalu diperoleh hasil WRAC dan ditentukan tingkatan risikonya apakah tinggi, ketat,

bersyarat dan rendah. Kemungkinan dinilai mulai dari sangat sering sampai Dapat terjadi

dengan score 5 untuk sangat sering sampai ke score 1 Dapat terjadi. Dampak dinilai mulai

dari kematian hingga tidak mengalami cidera dengan score 5 untuk dampak terbserat

hingga 1 untuk dampak terendah.


94

Tabel 5. 28 Penilaian Risiko Psikososial

NO NAMA KEGIATAN SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGKI DAMPAK WRAC TINGKAT
BAHAYA NAN RISIKO

1 Perbaikan TV Rusak c. Tingkat Ergonomi Stres, Tingkat emosi 4 3 17 Bersyarat


Kerusakan tidak terkontrol
TV Terlalu Psikososial
berat Kinerja menurun,
d. Terlalu produktifitas kerja
banyak tv menurun
yang rusak

2 Perbaikan Telpon Rusak e. Tingkat Psikosial Stres, Kinerja 3 2 8 Rendah


Kerusakan Menurun, produktifitas
Terlalu Rumit Menurun

4 Beban Kerja f. Ancaman dari Psikosoial Ketakutan, stress, 5 3 20 Ketat


unit lain kinerja menurun
g. Beban Kerja
terlalu berat Stres, kinerja menurun,
h. Hubungan produktifutas menurun
kerja kurang
harmonis
95

5.5.8. Penilaian Risiko Pekerjaan Pemeliharaan Sarana

Penilaian risiko dilakukan dengan cara mengkombinasikan antara kemungkinan

dan dampak lalu diperoleh hasil WRAC dan ditentukan tingkatan risikonya apakah tinggi,

ketat, bersyarat dan rendah. Kemungkinan dinilai mulai dari sangat sering sampai Dapat

terjadi dengan score 5 untuk sangat sering sampai ke score 1 Dapat terjadi. Dampak dinilai

mulai dari kematian hingga tidak mengalami cidera dengan score 5 untuk dampak terbserat

hingga 1 untuk dampak terendah.


96

Tabel 5.29 Hasil Penilaian Risiko Psikososial Pekerjaan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana

NO NAMA KEGIATAN SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNGKI DAMPAK WRAC TINGKAT
BAHAYA NAN RISIKO

1 Penghitungan beban i. Terlalu Psikososial Stres, Kinerja 2 5 19 Ketat


Listrik banyak panel menurun, ketelitian
listrik yang menurun
diperiksa
Kebakaran, Kesetrum
97

Berdasarkan tabel 5.29. didapatkan hasil penilaian risiko bahaya psikososial

didapati hasil beban kerja tinggi memiliki Tingkat risiko tertinggi sedangkan perbaikan mesin

pengering laundry memiliki risiko terendah. Sehingga perlu dijadikan dasar dalam

penentuan manajemen risiko.

Penilaian risiko dilakukan dengan cara mengkombinasikan antara kemungkinan dan

dampak lalu diperoleh hasil WRAC dan ditentukan tingkatan risikonya apakah tinggi, ketat,

bersyarat dan rendah. Kemungkinan dinilai mulai dari sangat sering sampai Dapat terjadi

dengan score 5 untuk sangat sering sampai ke score 1 Dapat terjadi. Dampak dinilai mulai

dari kematian hingga


98

tidak mengalami cidera dengan score 5 untuk dampak terbserat hingga 1 untuk dampak

terendah

Dari hasil penilaian risiko didapati hasil penilaian risiko di Unit Pemeliharaan Saran

RSIA Puri Bunda dengan menggunakan metode HIRARC (Hazard Identification Risk

Assesment and Risk Control) Terdapat 4 tingkatan risiko yaitu risiko rendah, bersyarat, ketat

tinggi. Dengan risiko tertinggi yaitu pekerjaan pengelasan dan penggunaan gerinda dan

risiko terendah yaitu pekerjaan perbaikan mesin pengering loundry. Sehingga perlu menjadi

prioritas dalam pembuatan manajamen risiko.

5.6. Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko merupakan sebuah metode yang digunakan untuk

meminimalisir risiko. Metode pengendalian risiko menggunakan hirarki pengendalian risiko

K3 yaitu eliminasi, subtitusi, rekayasa engineering, administrasi dan APD. Unit

Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda dalam mengendalikan risiko enggunakan

metode seperti berikut :


99

Tabel 5.30 Pengendalian Risiko


NO ITEM SUMBER BAHAYA JENIS S WRAC TINGKAT PENGENDALIAN
O BAHAYA RISIKO RISIKO

1 Perbaiakan 4 - Bekerja di ketinggian Fisik 3 17 Bersyarat - Pemakaian sepatu anti slip


air buntu - Bekerja di kondisi lantai licin - Masker
- Gergaji besi Kimia - Sarung tangan kain
- Bau lem pipa - Helm

2 Perbaikan 3 - Aliran listrik Fisik 3 13 Bersyarat - Eliminasi (Mematikan aliran


kipas angin - Bekerja dengan gerakan llistrik)
berulang - Rekayasa Engineering
- Kesalahan postur saat bekerja (Mengatur posisi kerja)
- Administrasi (Pembuatan
pedoman ergonomi saat
bekerja)

3 Pemanasan 4 - Kebisingan dari suara genset Fisik 4 21 Ketat - Eliminasi (Pengecekan


genset - Konsleting dari kabel genset kondisi kabel secara rutin)
- Rekayasa Engineering
(Pemasanangan APAR)
- Pemakaian APD (Eearmuff,
sepatu safety, wearpack dan
helm)
100

NO ITEM O - SUMBER BAHAYA JENIS S WRAC TINGKAT - PENGENDALIAN RISIKO


BAHAYA RISIKO

4 Perbaikan 2 - Konsleting dari kabel aliran listrik Fisik 5 19 Ketat - Eliminasi (Mematikan aliran
panel listrik - Aliran listrik di panel listrik)
- Administrasi (Pembuatan
sop)
- Pemakaian APD (sarung
tangan, sepatu, wearpack,
helm)
5 Ganti oli 2 Ceceran oli dari genset Fisik 5 19 Ketat - Rekayasa Engineering
genset (Menyediakan pasir)
Kimia - Rekayasa
Engineering(Menyediakan
APAR)
- Pemakaian APD (Sepatu
anti slip, helm, wearpack)
6 Mengganti 4 - Posisi kerja yang salah Ergonomi 2 12 Bersyarat - Rekayasa Engineering
lampu - Terpleset dari tangga Fisik (Pengaturan posisi kerja)
- Pemkaian APD (Sepatu
anti slip, Helm, )
7 Pembersihan 3 - Posisi kerja yang sama dalam Ergonomi 4 18 Ketat - Eliminasi (Memutus aliran
AC waktu yang lama Listrik)
- Tangga yang licin Fisik - Administrasi (Pembuatan
- Aliran listrik dari AC SOP)
Kimia
- Menghirup freon AC - Pemakaian APD (Sepatu
8 Penghitunga 2 - Aliran Listrik dari kabel Fisik 5 19 ketat - Eliminasi (Memastikan
n Beban - Terlalu banyak panel listrik kondisi kabel aman)
Listrik yang diperiksa psikosial - Adminitrasi (Pembagian
- Konsleting dari panel listrik tugas pemeriksaan panel)
- Pemakaian APD (sepatu,
helm, wearpack)
101

NO ITEM O - SUMBER BAHAYA JENIS S WRAC TINGKAT - PENGENDALIAN RISIKO


BAHAYA RISIKO

9 Perbaikan 3 - Penggunaan bor Fisik 4 18 Ketat - Eliminasi (Memastikan


pintu rusak - Bekerja diposisi yang sama kondisi bor yang aman)
dalam waktu yang lama Ergonomi - Rekayasa Engineering
(Melakukan peregangan
setiap 15 menit
- Adminitrasi (Pembuatan
sop pemakaian bor)
10 Perbaikan TV 4 - Bekerja pada posisi yang sama Ergonomi 3 17 Bersyarat
rusak dalam waktu yang lama - Rekayasa engineering
- Tingkat kerusakan tv yang Psikososial (Melakukan peregangan
terlalu berat setiap 15 menit)
- TV yang rusak telalu banyak - Rekayasa Engineering
(Mengatur posisi kerja
sesuai ergonomi)
11 Pengurasan 2 - Terpleset dari tangga tandon Fisik 5 19 Ketat - Rekayasa Engineering
tandon - Kekurangan oksigen (Membuat ventilasi)
Kimia - APD (Pemkaian sepatu anti
slip)
12 Pembuatan 2 - Bekerja di ketinggian Fisik 5 19 ketat - Pemakaian APD (Sling,
saluran air - Bekerja di kondisi tidak aman sepatu anti slip, helm,
baru - Gergaji besi Kimia wearpack, sarung tangan)
- Lem pipa

13 Perbaikan 3 - Tingkat kerusakan terlalu rumit Psikososial 2 8 rendah - Bekerja secara team
telpon rusak - Menyediakan pesawat
telpon cadangan
102

NO ITEM O - SUMBER BAHAYA JENIS S WRAC TINGKAT PENGENDALIAN RISIKO


BAHAYA RISIKO

14 Perbaikan 3 - Gerakan berulang Ergonomi 5 22 Ketat - Subtitusi (Mengganti


Bed Rusak - Beban bed terlalu berat dengan gerinda yang
- Posisi pengangakatan bed Fisik aman)
yang salah - Rekayasa Engineering
- Penggunaan mesin las (Melakukan peregangan)
- Gerinda - Rekayasa Engineering
(Melkaukan pengangkatan
bed dengan posisi yang
benar)
- Pemakaian APD (kaca
mata las, sarung tangan
kain, sepatu)

15 Perbaikan 3 - Penggunaan mesin bor Fisik 4 18 Ketat - Elininasi (Tidak


almari yang - Penggunaan obeng menyalakan api)
rusak - Penggunaan plitur Kimia - Adminitrasi (Membuat sop
- Penggunaan cat penggunaan bor yang
- Penggunaan palu aman)
- Pemakaian APD (sarung
tangan, sepatu, helm,
wearpack, masker)
16 Perbaikan 3 - Bekerja di posisi yang sama Ergonomi 3 13 Bersyarat - Eliminasi (Memastikan
mesin cuci terlalu lama kondisi solder aman)
rusak - Terkena panas dari solder Fisik - Rekayasa Engineering
(Meakukan peregangan
setiap 15 menit)
103

NO ITEM O - SUMBER BAHAYA JENIS S WRAC TINGKAT - PENGENDALIAN RISIKO


BAHAYA RISIKO

17 Perbaikan 3 - Penggunaan gerinda Fisik 5 22 ketat - Subtitusi (Pemakaian


kursi besi - Mesin las gerinda yang aman)
rusak - Gerakan berulang Ergonomi - Rekasaya Engineering
- Terlalu banyak kursi yang di (Melakukan pereganagana
Psikosososia
perbaiki setiap 15 menit)
l - Adminsitrasi (Pembagian
beban kerja)
- Pemakian APD (Kaca mata
las, sepatu, helm, sarung
tangan)
18 Perbaikan 2 - Berat pompa air berlebih Ergonomi 3 9 rendah - Administrasi (Pembagian
pompa air - Bekerja pada posisi yang sama beban kerja)
- Lem pipa Kimia - Penggunaan APD(Sepatu
anti slip, wearpack)
19 Pemasangan 1 - Bekerja di ketinggian Fisik 5 15 Bersayarat
heat detector - Penggunaan bor - Pemakaian APD
- Penggunaan geegaji (Menggunakan sepatu anti
slip,Menggunakan helm
Menggunakan sling)
20 Pemasangan 1 - Bekerja di ketinggian Fisik 5 15 Bersyarat - Pemakaian APD
smoke - Penggunaan bor (Menggunakan tangga
detector - Penggunaan gergaji yang aman, Menggunakan
sepatu anti slip,
Menggunakan helm
Menggunakan sling)
21 Perbaikan 3 - Bekerja pada posisi yang sama Ergonomi 4 18 Ketat - Eliminasi (Memastikan tidak ada
kebocoran freon)
kulkas dala waktu yang lama - Eliminasi (Memastikan keamanan
- Freon kulkas Fisik
solder)
- Pengelasan - Rekaysas Engineering
- Alat solder (Melakukan peregangan)
- Rekayasa Engineering (Menjaga
jarak pengelasan)
104

NO ITEM O - SUMBER BAHAYA JENIS S WRAC TINGKAT - PENGENDALIAN RISIKO


BAHAYA RISIKO

22 Pengelasan 4 - Sinar dari mesin las Fisik 5 24 Tinggi - Eliminasi (Memastikan


- Debu dan asap dari kondisi mesin las aman)
pengelasan - Administrasi (Membuat sop
- Percikan api dari mesin las pengelasan)
- Listrik dari mesin las - Pemakaian APD (kaca
mata las, wearpack,
sepatu, sarung tangan)
23 Gerinda 4 - Suara bising Fisik 5 24 Tinggi - Subtitusi (Menggunakan
- Mata gerinda gerinda yang aman)
- Percikan api - Adminitrasi (Pembuatan
- Baut gerinda kurang kencang SOP penggunaan gerinda
- Gram dari gerinda yang aman)
- Pemakaian APD (google
glas, masker, earpulg,
sepatu, sarung tangan)
-
24 Pembersihan 2 - Bekerja pada ketinggian Fisik 4 14 Bersyarat
exhaust fan - Aliran listrik - Eliminasi (Mematikan aliran
listrik
- Rekayasa Engineering
(Memastikan kondisi
tangga aman)
- Pengguaan APD
(Penggunaan sepatu anti
slip,Penggunaan
masker,Penggunaan
google glas)
25 Perbaikan 3 - Bekerja pada posisi yang sama Ergonomi 2 5 Rendah - Eliminasi (Mematikan aliran
mesin dalam waktu yang lama listrik)
Fisik
pengering - Aliran listrik - Rekayasa Engineering
laundry - Tingkat kerusakan terlalu berat Psikososial (Melakukan peregangan)
- Bekerja secara tim
105

NO ITEM O - SUMBER BAHAYA JENIS S WRAC TINGKAT - PENGENDALIAN RISIKO


BAHAYA RISIKO

26 Pemasangan 5 - Kebocoran gas LPG Fisik 5 25 Tinggi - Eliminasi (Memastikan


gas LPG tidak ada kebocoran gas)
- Subtitusi (Pemasangan
dilakukan di ruang terbuka)
27 Perbaikan 3 - Pemanasan dengan Fisik 4 18 Ketat - Eliminasi (Memastikan
AC menggunakan gas LPG kondisi tangga aman)
portabel Kimia - Rekayasa Engineering
- Bekerja di ketinggian (Menjaga jarak pada saat
- Freon AC pemanasan)
- Kondisi lantai yang licin - Penggunaan APD (Masker,
- Aliran listrik sepatu safety)
28 Perbaikan 3 - Lem pipa Kimia 3 13 Bersyarat - Penggunaan APD (Sepatu,
kran buntu - Penggunaan gergaji masker,Sarung tangan)
- Dikejar waktu Fisik

psikososial

29 Perbaikan 3 - Kolset buntu Fisik 3 13 Bersyarat - Penggunaan APD


kloset - Bekerja di lantai yang licin (Pemakaian sepatu anti
slip)
30 Penggantian 1 - Sinar radiasi dari lampu UV Fisik 5 15 Bersyarat - Pemakain APD ( Kaca mata
lampu UV anti radiasi)
- Memtaikan aliran listrik
31 Beban kerja 5 - Ancamamn dari unit lain Psikososial 3 20 Ketat - Administrasi (Perhitungan
- Beba kerja terlalu berat beban kerja)
- Hubungan kerja kurang - Administrasi (Pengaturan
harmonis jam kerja)
- Administrasi (Pembagian
beban kerja)
106

Berdasarkan tabel 5.25 diadapatkan bahwa tindakan pengendalian yang paling bayak
digunakan yaitu metode eliminasi dengan cara menghilangkan risiko tersebut.

5.7. HASIL HIRARC (Hazard Identification Risk Assesment and Risk


Contro)
Setelah dilakukan analisa risiko, penilaia risiko maka di tentukan tindakan

pengendalian terhadap risiko tersebut yang di tampilkan dalam tabel HIRARC berikut.
107

Tabel 5. 31 Tabel Hasil HIRARC

TABEL HASIL ANALISA RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) (K3) DENGAN METODE HAZARD
IDENTIFICATION RISK ASSESMENT AND RISK CONTROL (HIRARC) PADA PEKERJA DI UNIT PEMELIHARAAN SARANA
(UPS) RSIA PURI BUNDA MALANG

UNIT : PEMELIHARAAN SARANA


INSTANSI : RSIA PURI BUNDA

IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN RISIKO

NO KEGIATAN/PRODU POTENSI BAHAYA PENILAIAN RISIKO


K DAN JASA
PENGENDALIAN
ITEM SUMBER BAHAYA JENIS S WRAC TINGKAT
O BAHAYA RISIKO

1 Perbaiakan 4 - Bekerja di ketinggian Fisik 3 17 Bersyarat - Pemakaian sepatu anti slip


air buntu - Bekerja di kondisi lantai licin - Masker
- Gergaji besi Kimia - Sarung tangan kain
- Bau lem pipa - Helm

2 Perbaikan 3 - Aliran listrik Fisik 3 13 Bersyarat - Eliminasi (Mematikan aliran


kipas angin - Bekerja dengan gerakan llistrik)
berulang - Rekayasa Engineering
- Kesalahan postur saat bekerja (Mengatur posisi kerja)
- Administrasi (Pembuatan
pedoman ergonomi saat
bekerja)
108

IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN RISIKO

NO KEGIATAN/PRODU POTENSI BAHAYA PENILAIAN RISIKO


K DAN JASA
PENGENDALIAN RISIKO
ITEM O SUMBER BAHAYA JENIS S WRAC TINGKAT
BAHAYA RISIKO

3 Pemanasan 4 - Kebisingan dari suara genset Fisik 4 21 Ketat - Eliminasi (Pengecekan


genset - Konsleting dari kabel genset kondisi kabel secara rutin)
- Rekayasa Engineering
(Pemasanangan APAR)
- Pemakaian APD (Eearmuff,
sepatu safety, wearpack dan
helm)
4 Perbaikan 2 - Konsleting dari kabel aliran listrik Fisik 5 19 Ketat - Eliminasi (Mematikan aliran
panel listrik - Aliran listrik di panel listrik)
- Administrasi (Pembuatan
sop)
- Pemakaian APD (sarung
tangan, sepatu, wearpack,
helm)
5 Ganti oli 2 Ceceran oli dari genset Fisik 5 19 Ketat - Rekayasa Engineering
genset (Menyediakan pasir)
Kimia - Rekayasa
Engineering(Menyediakan
APAR)
- Pemakaian APD (Sepatu
anti slip, helm, wearpack)
6 Mengganti 4 - Posisi kerja yang salah Ergonomi 2 12 Bersyarat - Rekayasa Engineering
lampu - Terpleset dari tangga Fisik (Pengaturan posisi kerja)
- Pemkaian APD (Sepatu
anti slip, Helm, )
7 Pembersihan 3 - Posisi kerja yang sama dalam Ergonomi 4 18 Ketat - Eliminasi (Memutus aliran
AC waktu yang lama Listrik)
- Tangga yang licin Fisik - Administrasi (Pembuatan
- Aliran listrik dari AC SOP)
Kimia
- Menghirup freon AC - Pemakaian APD (Sepatu
109

IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN RISIKO PENGENDALIAN RISIKO

NO KEGIATAN POTENSI BAHAYA PENILAIAN RISIKO

ITEM O SUMBER BAHAYA JENIS S WRAC TINGKAT


BAHAYA RISIKO

8 Penghitunga 2 - Aliran Listrik dari kabel Fisik 5 19 ketat - Eliminasi (Memastikan


n Beban - Terlalu banyak panel listrik kondisi kabel aman)
Listrik yang diperiksa Psikosial - Adminitrasi (Pembagian
- Konsleting dari panel listrik tugas pemeriksaan panel)
- Pemakaian APD (sepatu,
helm, 9wearpack)
9 Perbaikan 3 - Penggunaan bor Fisik 4 18 Ketat - Eliminasi (Memastikan
pintu rusak - Bekerja diposisi yang sama kondisi bor yang aman)
dalam waktu yang lama Ergonomi - Rekayasa Engineering
(Melakukan peregangan
setiap 15 menit
- Adminitrasi (Pembuatan
sop pemakaian bor)
10 Perbaikan TV 4 - Bekerja pada posisi yang sama Ergonomi 3 17 Bersyarat
rusak dalam waktu yang lama - Rekayasa engineering
- Tingkat kerusakan tv yang Psikososial (Melakukan peregangan
terlalu berat setiap 15 menit)
- TV yang rusak telalu banyak - Rekayasa Engineering
(Mengatur posisi kerja
sesuai ergonomi)
11 Pengurasan 2 - Terpleset dari tangga tandon Fisik 5 19 Ketat - Rekayasa Engineering
tandon - Kekurangan oksigen (Membuat ventilasi)
Kimia - APD (Pemkaian sepatu anti
slip)
12 Pembuatan 2 - Bekerja di ketinggian Fisik 5 19 ketat - Pemakaian APD (Sling,
saluran air - Bekerja di kondisi tidak aman sepatu anti slip, helm,
baru - Gergaji besi Kimia wearpack, sarung tangan)
- Lem pipa

13 Perbaikan 3 - Tingkat kerusakan terlalu rumit Psikososial 2 8 rendah - Bekerja secara team
telpon rusak - Menyediakan pesawat
telpon cadangan
110

IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN RISIKO PENGENDALIAN RISIKO

NO KEGIATAN POTENSI BAHAYA PENILAIAN RISIKO

ITEM O SUMBER BAHAYA JENIS S WRAC TINGKAT


BAHAYA RISIKO

14 Perbaikan 3 - Gerakan berulang Ergonomi 5 22 Ketat - Subtitusi (Mengganti


Bed Rusak - Beban bed terlalu berat dengan gerinda yang
- Posisi pengangakatan bed Fisik aman)
yang salah - Rekayasa Engineering
- Penggunaan mesin las (Melakukan peregangan)
- Gerinda - Rekayasa Engineering
(Melkaukan pengangkatan
bed dengan posisi yang
benar)
- Pemakaian APD (kaca
mata las, sarung tangan
kain, sepatu)

15 Perbaikan 3 - Penggunaan mesin bor Fisik 4 18 Ketat - Elininasi (Tidak


almari yang - Penggunaan obeng menyalakan api)
rusak - Penggunaan plitur Kimia - Adminitrasi (Membuat sop
- Penggunaan cat penggunaan bor yang
- Penggunaan palu aman)
- Pemakaian APD (sarung
tangan, sepatu, helm,
wearpack, masker)
16 Perbaikan 3 - Bekerja di posisi yang sama Ergonomi 3 13 Bersyarat - Eliminasi (Memastikan
mesin cuci terlalu lama kondisi solder aman)
rusak - Terkena panas dari solder Fisik - Rekayasa Engineering
(Meakukan peregangan
setiap 15 menit)
111

IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN RISIKO

NO KEGIATAN POTENSI BAHAYA PENGENDALIAN RISIKO


ITEM O SUMBER BAHAYA JENIS S WRAC TINGKAT
BAHAYA RISIKO

17 Perbaikan 3 - Penggunaan gerinda Fisik 5 22 ketat - Subtitusi (Pemakaian


kursi besi - Mesin las gerinda yang aman)
rusak - Gerakan berulang Ergonomi - Rekasaya Engineering
- Terlalu banyak kursi yang di (Melakukan pereganagana
Psikosososia
perbaiki setiap 15 menit)
l - Adminsitrasi (Pembagian
beban kerja)
- Pemakian APD (Kaca mata
las, sepatu, helm, sarung
tangan)
18 Perbaikan 2 - Berat pompa air berlebih Ergonomi 3 9 rendah - Administrasi (Pembagian
pompa air - Bekerja pada posisi yang sama beban kerja)
- Lem pipa Kimia - Penggunaan APD(Sepatu
anti slip, wearpack)
19 Pemasangan 1 - Bekerja di ketinggian Fisik 5 15 Bersayarat
heat detector - Penggunaan bor - Pemakaian APD
- Penggunaan geegaji (Menggunakan sepatu anti
slip,Menggunakan helm
Menggunakan sling)
20 Pemasangan 1 - Bekerja di ketinggian Fisik 5 15 Bersyarat - Pemakaian APD
smoke - Penggunaan bor (Menggunakan tangga
detector - Penggunaan gergaji yang aman, Menggunakan
sepatu anti slip,
Menggunakan helm
Menggunakan sling)
21 Perbaikan 3 - Bekerja pada posisi yang sama Ergonomi 4 18 Ketat - Eliminasi (Memastikan tidak ada
kebocoran freon)
kulkas dala waktu yang lama - Eliminasi (Memastikan keamanan
- Freon kulkas Fisik
solder)
- Pengelasan - Rekaysas Engineering
- Alat solder (Melakukan peregangan)
- Rekayasa Engineering (Menjaga
jarak pengelasan)
112

IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN RISIKO

NO KEGIATAN POTENSI BAHAYA PENILAIAN RISIKO TINDAKAN


PENGENDALIAN
ITEM O SUMBER BAHAYA JENIS S WRAC TINGKAT
BAHAYA RISIKO

22 Pengelasan 4 - Sinar dari mesin las Fisik 5 24 Tinggi - Eliminasi (Memastikan


- Debu dan asap dari kondisi mesin las aman)
pengelasan - Administrasi (Membuat sop
- Percikan api dari mesin las pengelasan)
- Listrik dari mesin las - Pemakaian APD (kaca
mata las, wearpack,
sepatu, sarung tangan)
23 Gerinda 4 - Suara bising Fisik 5 24 Tinggi - Subtitusi (Menggunakan
- Mata gerinda gerinda yang aman)
- Percikan api - Adminitrasi (Pembuatan
- Baut gerinda kurang kencang SOP penggunaan gerinda
- Gram dari gerinda yang aman)
- Pemakaian APD (google
glas, masker, earpulg,
sepatu, sarung tangan)
-
24 Pembersihan 2 - Bekerja pada ketinggian Fisik 4 14 Bersyarat
exhaust fan - Aliran listrik - Eliminasi (Mematikan aliran
listrik
- Rekayasa Engineering
(Memastikan kondisi
tangga aman)
- Pengguaan APD
(Penggunaan sepatu anti
slip,Penggunaan
masker,Penggunaan
google glas)
25 Perbaikan 3 - Bekerja pada posisi yang sama Ergonomi 2 5 Rendah - Eliminasi (Mematikan aliran
mesin dalam waktu yang lama listrik)
Fisik
pengering - Aliran listrik - Rekayasa Engineering
laundry - Tingkat kerusakan terlalu berat Psikososial (Melakukan peregangan)
- Bekerja secara tim
113

IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN RISIKO

NO KEGIATAN POTENSI BAHAYA PENILAIAN RISIKO


PENGENDALIAN RISIKO
ITEM O SUMBER BAHAYA JENIS S WRAC TINGKAT
BAHAYA RISIKO

26 Pemasangan 5 - Kebocoran gas LPG Fisik 5 25 Tinggi - Eliminasi (Memastikan


gas LPG tidak ada kebocoran gas)
- Subtitusi (Pemasangan
dilakukan di ruang terbuka)
27 Perbaikan 3 - Pemanasan dengan Fisik 4 18 Ketat - Eliminasi (Memastikan
AC menggunakan gas LPG kondisi tangga aman)
portabel Kimia - Rekayasa Engineering
- Bekerja di ketinggian (Menjaga jarak pada saat
- Freon AC pemanasan)
- Kondisi lantai yang licin - Penggunaan APD (Masker,
- Aliran listrik sepatu safety)
28 Perbaikan 3 - Lem pipa Kimia 3 13 Bersyarat - Penggunaan APD (Sepatu,
kran buntu - Penggunaan gergaji masker,Sarung tangan)
- Dikejar waktu Fisik

Psikososial

29 Perbaikan 3 - Kolset buntu Fisik 3 13 Bersyarat - Penggunaan APD


kloset - Bekerja di lantai yang licin (Pemakaian sepatu anti
slip)
30 Penggantian 1 - Sinar radiasi dari lampu UV Fisik 5 15 Bersyarat - Pemakain APD ( Kaca mata
lampu UV anti radiasi)
- Memtaikan aliran listrik
31 Beban kerja 5 - Ancamamn dari unit lain Psikososial 3 20 Ketat - Administrasi (Perhitungan
- Beba kerja terlalu berat beban kerja)
- Hubungan kerja kurang - Administrasi (Pengaturan
harmonis jam kerja)
- Administrasi (Pembagian
beban kerja)
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Identifikasi Pekerjaan Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA

Puri Bunda Malang

Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) adalah organisasi dalam rumah

sakit yang bersifat teknis dan koordinatif yang pelaksanaanya meliputi

perbaikan sarana dan peralatan yang ada di rumah sakit. Secara garis

besar pekerjaan Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) terdiri dari pekerjaan

pemeliharaan sarana dan perbaikan sarana dan prasarana. Berdasarkan

hasil penelitian didapatkan bahwa Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA

Puri Bunda pekerjaanya meliputi perbaikan sarana prasarana dan

pemeliharaan sarana dan prasarana sedangkan pekerjaan perbaikan dan

pemelihararaan peralatan medis diserahkan ke pihak ketiga. Hal ini sejalan

dengan penelitian (CANDRA, WIDODO, & TONIS, 2018) bahwa pekerjaan

yang ada di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) Rumah sakit Umum Daerah

(RSUD) Teluk Kuantan adalah pemeliharaan perbaikan sarana dan

prasarna yang ada di rumah sakit.

Berdasarkan hasil penelitian di unit pemelihaaran sarana RSIA Puri

Bunda pekerjaan pemeliharaan sarana meliputi pemanasan genset, ganti

oli genset, pembersihan AC, perhitungan beban listrik, pengurasan tandon,

pemasangan smoke detector, pemasangan heat detector, Pemasangan

Smoke Detector dan pemebersihan Exhaust fan. Hal ini sesuai dengan

penelitian (Diantono, 2018)

114
115

bahwa Pemeliharaan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menjaga

atau memastikan bahwa keadaan bangunan beserta sarana dan prasarana dalam

kondisi baik, yang dapat beroperasi dengan sewajarnya, dan dapat diterima oleh

standar – standar yang ada.

Tujuan dilakukanya pekerjaan pemeliharaan sarana dan prasarana di RSIA

Puri Bunda adalah untuk menjamin keselamatan dan sarana dan prasarana

tersebut dalam kondisi baik apabila digunakan. (Diantono,2018) tujuan dari

pemeliharaan sarana dan prasarana adalah untuk menjaga atau memastikan

bahwa keadaan sarana dan prasarana dalam kondisi baik dan beroperasi

sebagaimana mestinya.

. Berdasarkan hasil penelitian Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri

Bunda Pekerjaan Perbaikan Sarana dan prasaarana meiputi perbaikan saluran

air buntu di ketinggian, perbaikan saluran air buntu di kamar mandi, perbaikan

kipas angin, perbaikan panel listrik, mengganti lampu, perbaikan pintu rusak,

perbaikan bed rusak, perbaikan almari rusak, perbaikan mesin cuci, perbaikan

kursi besi rusak, perbaikan pompa air rusak, perbaikan kulkas, pengelasan,

gerinda, perbaikan mesin pengering laundry, pemasangan LPG, perbaikan

dispenser, perbaikan AC, perbaikan kran buntu, perbaikan kloset, penggantian

kloset, pengantian lampu UV, perbaikan telpon dan beban kerja. Hal ini sesuai

dengan penelitian (Rahmayanti,dkk 2019) perbaikan sarana dan prasarana

merupakan Corrective Maintanance kegiatan pemeliharaan setelah timbul atau

pada saat timbul kerusakan .


116

6.2. Identifikasi Risiko


Risiko adalah manifestasi atau perwujudan dari potensi bahaya

yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar. Risiko

terbagi menjadi risiko fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial.

(Ponda & Fatma, 2018). Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri

Bunda. Berdasarkan penelitian memiliki risiko fisik, kimia, biologi,

ergonomi dan psikososial.

6.2.1. Identifikasi Bahaya Fisik Pekerjaan Pemeliharaan Sarana dan

Prasarana

Bahaya fisik merupakan bahaya yang berkaitan dengan cahaya,

sushu, kelembababan, radiasi, benda tajam, kebisingan dan lain – lain.

Pemeliharaan sarana dan prasaraa merupakan suatu kegiatan yang

bertujuan untuk menjaga atau memastikan bahwa keadaan bangunan

beserta sarana dan prasarana dalam kondisi baik, yang dapat beroperasi

dengan sewajarnya, dan dapat diterima oleh standar – standar yang ada

(Syahidah & Musfiroh, Review : Aspek Keamanan dan Keselamatan Kerja

Dalam Produksi Sediaan Farmasi, 2018). Unit Pemeliharaan Sarana

(UPS) RSIA Puri Bunda Terdaoat pekerjaan yang memiliki bahaya fisik.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pekerjaan

pemeliharaan sarana dan prasarana yang memiliki bahaya fisik adalah

pemanasan genset, ganti oli genset, pembersihan ac, perhitungan beban

listrik, pengurasan tandon, pembuatan saluran air baru, pemasangan

heat detector, pemasangan smoke detector, perbaikan kulkas dan

pembesrihan exhaust fan. Sumber bahaya fisik berasal dari kebisingan,

konsleting, ceceran oli, kondisi licin, aliran listrik, Bekerja diketinggian,

Penggunaan Benda tajam, Cahaya dari mesin las dan panas dari solder.
117

Hal ini sesuai dengan Permenkes 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) di Rumah sakit bahwa Unit Pemeliharaan

Sarana (UPS) memiliki bahaya fisik dengan sumber bahaya berasal dari

kebisingan, getaran, debu, panas dan radiasi.

Dampak dari bahaya fisik pekerjaan pemeliharaan sarana di Unit

Pemeliharaan Sarana (UPS) meliputi gangguan pendengaran,

kebakaran, kesetrum, terpleset, cidera, sesak nafas, iritasi pada mata,

terjatuh, terkena benda tajam, terpotong, cacat, gangguan mata dan

kematian. Hal ini sesuai dengan Pedoman (ILO, 2013) bahwa kebisingan

dapat berdampak pada gangguan pendengaran. Pencahayaan yang

buruk dapat menyebabkan pekerja tidak nyaman dan menyebabkan

masalah pada punggung dan mata. Getaran dapat berpengaruh terhadap

seluruh atau sebagian anggota tubuh. Iklim kerja dapat mengakibatkan

pekerja kekeringan, kelembaban yang berlebihan, menciptakan

ketidaknyamanan bagi pekerja dan mengurangi produktfitas pekerja.

radiasi bisa berdampak pada kulit dan mata terpapar radiasi.

Tujuan dilakukan identifikasi bahaya fisik pada pekerjaan

pemeliharaan sarana adalah untuk mengetahui bahaya apa saja yang

ada untuk selanjutnya dilakukan peniliaian risiko dan pengendalian dari

risiko tersebut. Dengan diketahuinya bahaya fisik apa saja yang ada pada

pekerjaan pemeliharaan sarana diharapkan bahaya tersebut dapat

diminimalisir dan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menurut

(Fathimahhayati & Wardana, 2019) Identifikasi bahaya dilakukan dengan

cara wawancara dan Observasi pada pekerja atau karyawan. Identifikasi

bahaya dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya yang ada pada


118

setiap tahapan aktifitas. Sumber bahaya dapat berasal dari suatu bahan,

alat ataupun sistem.

6.2.2. Identifikasi Bahaya Fisik Pekerjaan Perbaikan Sarana

dan Prasarana

Bahaya fisik adalah bahaya yang berasal dari dalam tempat kerja

yang bersifat fisika anatara lain kebisingan, penerangan , getaran, iklim

kerja, gelombang mikro dan sinar ultra ultra violet (ILO, 2013). Perbaikan

sarana dan prasarana merupakan Corrective Maintanance kegiatan

pemeliharaan setelah timbul atau pada saat timbul kerusakan

(Rahmiyanti, Kulsum, & Hafidiani, 2019). Unit Pemeliharaan Sarana

(UPS) pekerjaan perbaikan sarana dan prasarana memiliki bahaya fisik.

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa pekerjaan perbaikan

sarana dan prasaran yang memiliki bahaya fisik meliputi pekerjaan

perbaikan saluran air buntu di ketinggian, perbaikan saluran air buntu di

kamar mandi, perbaikan kipas angin, perbaikan panel listrik, mengganti

lampu, perbaikan pintu rusak, pembuatan saluran air baru, perbaikan bed

rusak, pebaikan almari rusak, pebaikan mesin cuci, perbaikan kursi besi

rusak, perbaikan pompa air rusak, perbaikan kulkas, pengelasan, geinda,

perbaikan mesin pengering laundry, pemasangan gas LPG, Perbaikan

dispenser, perbaikan AC, perbaikan kran buntu, perbaikan kloset dan

penggantian lampu UV. Sumber bahaya fisik berasal dari bekerja di

ketinggian, benda tajam, kondisi lantai, Aliran listrik, Panas solde, mesin

bor, Radiasai mesin las, Pencahayaan, kebisingan, gerinda dan radiasi.

Hal ini sesuai dengan Permenkes 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) di Rumah sakit bahwa Unit Pemeliharaan


119

Sarana (UPS) memiliki bahaya fisik dengan sumber bahaya berasal dari

kebisingan, getaran, debu, panas dan radiasi.

Dampak dari bahaya tersebut fisik dari pekerjaan perbaikan

sarana dan prasarana adalah terjatuh, anggota tubuh terpotong,

terpleset, kesetrum, kebakaran, kematian, cidera, gangguan penglihatan,

kerusakan pada mata, cidera pada mata, gangguan pernafasan dan

terpapar radiasi. Hal ini sesuai dengan Pedoman (ILO, 2013) bahwa

kebisingan dapat berdampak pada gangguan pendengaran.

Pencahayaan yang buruk dapat menyebabkan pekerja tidak nyaman dan

menyebabkan masalah pada punggu dan mata. Getaran dapat

berpengaruh terhadap seluruh atau sebagian anggota tubuh. Iklim kerja

dapat mengakibatkan pekerja kekeringan, kelembaban yang berlebihan,

menciptakan ketidaknyamanan bagi pekerja dan mengurangi produktfitas

pekerja, radiasi bila berdampak pada kulit dan mata terpapar radiasi.

Tujuan dilakukan identifikasi bahaya fisik pada pekerjaan

perbaikan sarana adalah untuk mengetahui bahaya apa saja yang ada

untuk selanjutnya dilakukan peniliaian risiko dan pengendalian dari risiko

tersebut. Dengan diketahuinya bahaya fisik apa saja yang ada pada

pekerjaan pemeliharaan sarana diharapkan bahaya tersebut dapat

diminimalisir dan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menurut

(Fathimahhayati & Wardana, 2019) Identifikasi bahaya dilakukan dengan

cara wawancara dan observasi pada pekerja atau karyawan. Identifikasi

bahaya dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya yang ada pada

setiap tahapan aktifitas. Sumber bahaya dapat berasal dari suatu bahan,

alat ataupun sistem.


120

6.2.3. Hasil Identifikasi Bahaya Kimia Pekerjaan Perbaikan

Sarana

Bahaya kimia merupakan bahaya yang berasal dari bahan

kimia yang dapat berupa gas, cair, padat yang mempunyai sifat racun,

iritasi, sesak napas, mudah terbakar dan berkarat (Dharma, Putera, &

Parani, 2017). Pemeliharaan sarana dan prasaraa merupakan suatu

kegiatan yang bertujuan untuk menjaga atau memastikan bahwa

keadaan bangunan beserta sarana dan prasarana dalam kondisi baik,

yang dapat beroperasi dengan sewajarnya, dan dapat diterima oleh

standar – standar yang ada (Syahidah & Musfiroh, Review : Aspek

Keamanan dan Keselamatan Kerja Dalam Produksi Sediaan Farmasi,

2018). Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) Pekerjaan pemeliharaan

sarana memiliki bahaya kimia.

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa pekerjaan perbaikan

sarana dan prasarana yang memiliki bahaya kimia adalah perbaikan

saluran air, perbaikan almari rusak, perbaikan pompa air rusak,

perbaikan kulkas, perbaikan AC dan perbaikan kran buntu. Sumber

bahaya kimia berasal dari bau lem pipa, penggunaan plitur, penggunaan

cat dan freon kulkas. Hal ini sesuai dengan Permenkes 66 Tahun 2016

tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit bahwa

Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) memiliki bahaya kimia dan semua unit

yang kontak dengan kimia memiliki bahaya kimia.

Dampak dari bahaya kimia di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS)

RSIA Puri Bunda adalah keracunan, gangguan pernapasan, iritasi,

gangguan jantung, mual dan pingsan. Hal ini sesuai dengan pedoman
121

(ILO, 2013) bahwa bahaya kimia berdampak pada gangguan

pernapasan iritasi, jantung dan mual pingsan.

Tujuan dilakukan identifikasi bahaya kimia pada pekerjaan

perbaikan sarana adalah untuk mengetahui bahaya apa saja yang ada

untuk selanjutnya dilakukan peniliaian risiko dan pengendalian dari risiko

tersebut. Dengan diketahuinya bahaya fisik apa saja yang ada pada

pekerjaan pemeliharaan sarana diharapkan bahaya tersebut dapat

diminimalisir dan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menurut

(Fathimahhayati & Wardana, 2019) Identifikasi bahaya dilakukan dengan

cara wawancara dan observasi pada pekerja atau karyawan. Identifikasi

bahaya dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya yang ada pada

setiap tahapan aktifitas. Sumber bahaya dapat berasal dari suatu bahan,

alat ataupun sistem.

Menurut Permenkes 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit lokasi bahaya kimia berada di

seluruh aera Rumah sakit yang terdapat zat kimia diantaranya farmasi,

tempat pembuangan limbah, bangsal rawat inap, kamar operasi,

laboratorium, kamar mayat, ruang pemeriskaan gigi, bengkel kerja UPS

dan ruang pemulihan. Sedangkan pekerja yang mengalami bahya kimia

adalah seluruh pekerja yang ada di rumah sakit diantaranya pekerja

farmasi, perawat, petugas pengumpul sampah, dokter, petugas kamar

mayat, teknisi, petugas laboratorium, anastesi dan bidan.


122

6.2.4. Hasil Identifikasi Bahaya Kimia Pekerjaan Pemeliharaan

Sarana dan Prasarana

Bahaya kimia merupakan bahaya yang berasal dari bahan kimia

yang dapat berupa gas, cair, padat yang mempunyai sifat racun, iritasi,

sesak napas, mudah terbakar dan berkarat (Dharma, Putera, & Parani,

2017). Pemeliharaan sarana dan prasaraa merupakan suatu kegiatan yang

bertujuan untuk menjaga atau memastikan bahwa keadaan bangunan

beserta sarana dan prasarana dalam kondisi baik, yang dapat beroperasi

dengan sewajarnya, dan dapat diterima oleh standar – standar yang ada

(Syahidah & Musfiroh, Review : Aspek Keamanan dan Keselamatan Kerja

Dalam Produksi Sediaan Farmasi, 2018). Unit Pemeliharaan Sarana (UPS)

RSIA Puri Bunda dalam pekerjaan perbaikan sarana dan prasarana memiliki

bahaya kimia.

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa bahaya kimia dari

pekerjaan pemeliharaan sarana dan prasarana di Unit Pemelihaaraan

Sarana didapatkan bahwa pekerjaan yang memilii bahaya kimia yaitu ganti

oli genset, pembersihan AC, pengurasan tandon dan pembuatan saluran air

baru. Dengan sumber bahaya berasal dari bahan kimia dari oli, freon AC dan

penggunaan lem pipa. Hal ini sesuai dengan Permenkes 66 Tahun 2016

Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Rumah sakit bahwa Unit

Pemeliharaan Sarana (UPS) memiliki bahaya kimia dan semua unit yang

kontak dengan kimia memiliki bahaya kimia.

Berdasarkan penelitian dampak dari bahaya kimia dari pekerjaan

pemeliharaan sarana dan prasarana yaitu keracunan, kebakaran, gangguan

pernafasan, nyeri tenggorokan, gangguan jantung dan kematian. Hal ini


123

sesuai dengan pedoman (ILO, 2013) bahwa bahaya kimia berdampak pada

gangguan pernapasan iritasi, jantung dan mual pingsan.

Tujuan dilakukan identifikasi bahaya kimia pada pekerjaan

pemeliharaan sarana adalah untuk mengetahui bahaya apa saja yang ada

untuk selanjutnya dilakukan peniliaian risiko dan pengendalian dari risiko

tersebut. Dengan diketahuinya bahaya kimia apa saja yang ada pada

pekerjaan pemeliharaan sarana diharapkan bahaya tersebut dapat

diminimalisir dan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menurut

(Fathimahhayati & Wardana, 2019) Identifikasi bahaya dilakukan dengan

cara wawancara dan observasi pada pekerja atau karyawan. Identifikasi

bahaya dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya yang ada pada setiap

tahapan aktifitas. Sumber bahaya dapat berasal dari suatu bahan, alat

ataupun sistem.

Menurut Permenkes 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit lokasi bahaya kimia berada di seluruh

aera Rumah sakit yang terdapat zat kimia diantranya farmasi, tempat

pembuangan limbah, bangsal rawat Inap, kamar operasi, laboratorium,

kamar mayat, ruang pemeriskaan gigi, bengkel kerja UPS dan ruang

pemulihan. Sedangkan pekerja yang mengalami bahya kimia adalah seluruh

pekerja yang ada di rumah sakit diantaranya pekerja farmasi, perawat,

petugas pengumpul sampah, dokter, petugas kamar mayat, teknis, petugas

laboratorium, anastesi dan bidan.


124

6.2.5. Identifikasi Bahaya Ergonomi Pekerjaan Perbaikan Sarana dan


Prasarana
Ergonomi adalah studi tentang aspek – aspek manusia dalam

lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomis, fisiologis, psikologis,

teknis, manajemen dan desain atau perencanaan. Sistem kerja yag

tidak ergonomis dalam suatu perusahaan seringkali kurang mendapat

perhatian atau dianggap tidak penting oleh pihak manajemen atau

pengelola sumber daya manusai diperusahaa tersebut. Risiko Ergonomi

berasal dari kesalaha duduk, kesalahan postur kerja, kesalahan beban

kerja (Ardisona & Ibnusantosa, 2017). Pemeliharaan sarana dan

prasaraa merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menjaga atau

memastikan bahwa keadaan bangunan beserta sarana dan prasarana

dalam kondisi baik, yang dapat beroperasi dengan sewajarnya, dan

dapat diterima oleh standar – standar yang ada (Syahidah & Musfiroh,

Review : Aspek Keamanan dan Keselamatan Kerja Dalam Produksi

Sediaan Farmasi, 2018). Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) Memiliki

Bahaya Ergonomi.

Berdasarkan penelitian diketatahui bahwa pekerjaan perbaikan

sarana dan prasarana memiliki bahaya ergonomi. Pekerjaan yang

memiliki bahaya ergonomi yaitu perbaikan kipas angin, mengganti

lampu, perbaikan pintu rusak, perbaikan tv rusak, perbaikan bed rusak,

perbaikan mesin cuci rusak, perbaikan kursi besi rusak, perbaikan

pompa air rusak, perbaikan kulkas dan perbaikan mesin pengering

loundry. Sumber bahaya dari bahaya ergonomi pekerjaan perbaikan

sarana dan prasarana berasal dari bekerja dengan gerakan berulang,

kesalahan postur, posisi kerja yang salah, bekerja di posisi sama dalam

waktu yang lama, berat berlebih. Hal ini sesuai dengan Permenkes 66
125

Tahun 2016 Tentang Keselatamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah

sakit bahwa semua area dan semua karyawan di rumah sakit memiliki

risiko ergonomi.

Berdasarkan peneilitian dampak dari ergonomi pekerjaan

perbaikan sarana dan prasarna di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS)

RSIA Puri Bunda adalah kram otot, nyeri otot, low back pain dan

kesemutan. Hal ini sesuai dengan penelitian (Prasetio & Hastaryo, 2015)

bahwa keluhan yang dirasakn pekerja yang mengalami bahaya

ergonomi yaitu nyei otot, kram otot dan low back pain.

Tujuan dilakukan identifikasi bahaya ergonomi pada pekerjaan

pemeliharaan sarana adalah untuk mengetahui bahaya apa saja yang

ada untuk selanjutnya dilakukan peniliaian risiko dan pengendalian dari

risiko tersebut. Dengan diketahuinya bahaya ergonomi apa saja yang

ada pada pekerjaan pemeliharaan sarana diharapkan bahaya tersebut

dapat diminimalisir dan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Menurut (Fathimahhayati & Wardana, 2019) Identifikasi bahaya

dilakukan dengan cara wawancara dan Observasi pada pekerja atau

karyawan. Identifikasi bahaya dilakukan untuk mengetahui potensi

bahaya yang ada pada setiap tahapan aktifitas. Sumber bahaya dapat

berasal dari suatu bahan, alat ataupun sistem.

Menurut Permenkes 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di Rumah sakit semua area di Rumah sakit

memiliki bahaya ergonomi dengan Rincian pekerjaan yang dilakukan

secara manual dengan lokasi bahaya berada di area pasien dan tempat

penyimpanan barang petugas yang berisiko yaitu petugas yang

menangani pasien dan barang. Postur yang salah dalam melakukan


126

pekerjaan dengan lokasi yang berisiko berada di semua area Rumah

sakit dan betugas yang beisiko yaitu semua karyawan. Pekerjaan yang

berulang degan lokasi yang berisiko yaitu semua area di rumah sakit

dengan karyawan yang berisiko yaitu Dokter Gigi, Petugas pembersih,

fisioterapis, sopir, operator komputer, teknisi dan yang berhubungan

dengan pekerjaan juru tulis.

6.2.6. Identifikasi Bahaya Ergonomi Pekerjaan Pemeliharaan

Sarana dan Prasarana

Ergonomi adalah studi tentang aspek – aspek manusia

dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomis,

fisiologis, psikologis, teknis, manajemen dan desain atau

perencanaan. Sistem kerja yag tidak ergonomis dalam suatu

perusahaan seringkali kurang mendapat perhatian atau dianggap

tidak penting oleh pihak manajemen atau pengelola sumber daya

manusai diperusahaa tersebut. Risiko Ergonomi berasal dari

kesalaha duduk, kesalahan postur kerja, kesalahan beban kerja

(Ardisona & Ibnusantosa, 2017). Pemeliharaan sarana dan prasaraa

merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menjaga atau

memastikan bahwa keadaan bangunan beserta sarana dan prasarana

dalam kondisi baik, yang dapat beroperasi dengan sewajarnya, dan

dapat diterima oleh standar – standar yang ada (Syahidah & Musfiroh,

Review : Aspek Keamanan dan Keselamatan Kerja Dalam Produksi

Sediaan Farmasi, 2018). Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) Memiliki

Bahaya Ergonomi.
127

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa pekerjaan pemeliharaan

sarana dan prasarana di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda

adalah pekerjaan pembersihan AC dengan sumber bahaya berasal dari posisi

kerja yang sama dalam waktu yang lama. Hal ini sesuai dengan Permenkes

66 Tahun 2016 Tentang Keselatamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah

sakit bahwa semua area dan semua karyawan di rumah sakit memiliki risiko

ergonomi.

Berdasarkan penelitian dampak dari bahaya ergonomi dari pekerjaan

pemeliharaan sarana dan prasana di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) dan

prasarana RSIA Puri Bunda adalah low back pain dan nyeri otot. Hal ini sesuai

dengan penelitian (Prasetio & Hastaryo, 2015) bahwa keluhan yang dirasakan

pekerja yang mengalami bahaya ergonomi yaitu nyei otot, kram otot dan low

back pain.

Tujuan dilakukan identifikasi bahaya ergonomi pada pekerjaan

pemeliharaan sarana adalah untuk mengetahui bahaya apa saja yang ada

untuk selanjutnya dilakukan peniliaian risiko dan pengendalian dari risiko

tersebut. Dengan diketahuinya bahaya ergonomi apa saja yang ada pada

pekerjaan pemeliharaan sarana diharapkan bahaya tersebut dapat

diminimalisir dan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

(Fathimahhayati & Wardana, 2019) identifikasi bahaya dilakukan dengan cara

wawancara dan observasi pada pekerja atau karyawan. Identifikasi bahaya

dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya yang ada pada setiap tahapan

aktifitas. Sumber bahaya dapat berasal dari suatu bahan, alat ataupun sistem.

Menurut Permenkes 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit semua area di rumah sakit memiliki

bahaya ergonomi dengan rincian pekerjaan yang dilakukan secara manual


128

dengan lokasi bahaya berada di area pasien dan tempat penyimpanan barang

petugas yang berisiko yaitu petugas yang menangani pasien dan barang.

postur yang salah dalam melakukan pekerjaan dengan lokasi yang berisiko

berada di semua area rumah sakit dan betugas yang beisiko yaitu semua

karyawan. Pekerjaan yang berulang dengan lokasi yang berisiko yaitu semua

area di rumah sakit dengan karyawan yang berisiko yaitu dokter gigi, petugas

pembersih, fisioterapis, sopir, operator komputer, teknisi dan yang

berhubungan dengan pekerjaan juru tulis.

6.2.7. Identifikasi Bahaya Psikososial Pekerjaan Pemeliharaan

Sarana

Bahaya psikososial adalah suatu bahaya non fisik yang timbul karena

adanya interaksi, dari aspek – aspek pekerjaan seperti desain kerja, tuntutan

kerja, organisasi dan manajemen di tempat kerja serta konteks lingkungan

sosial yang berpotensi menimbulkan gangguan bagi kesehatan pekerja

secara fisik, sosial dan psikologi. Pemeliharaan sarana dan prasaraa

merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menjaga atau memastikan

bahwa keadaan bangunan beserta sarana dan prasarana dalam kondisi baik,

yang dapat beroperasi dengan sewajarnya, dan dapat diterima oleh standar –

standar yang ada. Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda memiliki

bahaya psikologi.

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa pekerjaan pemeliharaan

sarana dan prasarana yang memiliki bahaya psikososial adalah pekerjaan

perhitungan beban listrik. Sumber bahaya dari pekerjaan tersebut adalah

terlalu bayak panel listrik yang diperiksa atau beban kerja yang berlebih. Hal

ini sesuai dengan Permenkes 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan


129

Kesehatan Kerja (K3) di Rumah sakit bahawa seluruh area dan seluruh

karyawan di rumah sakit memiliki bahaya psikososial.

Berdasarkan penilitian didapatkan bahwa dampak dari bahaya

psikososial pekerjaan pemeliharaan sarana dan prasarana yaitu stres, kinerja

menurun, ketelitian menurun. Hal ini sesuai dengan penelitian (Fauzi &

Daniah, 2016) bahwa dampak dari bahaya psikososial yaitu stres, kinerja

menurun dan produktifitas menurun.

Tujuan dilakukan identifikasi bahaya psikososial pada pekerjaan

pemeliharaan sarana adalah untuk mengetahui bahaya apa saja yang ada

untuk selanjutnya dilakukan peniliaian risiko dan pengendalian dari risiko

tersebut. Dengan diketahuinya bahaya psikososial apa saja yang ada pada

pekerjaan pemeliharaan sarana diharapkan bahaya tersebut dapat

diminimalisir dan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

(Fathimahhayati & Wardana, 2019) identifikasi bahaya dilakukan dengan cara

wawancara dan observasi pada pekerja atau karyawan. Identifikasi bahaya

dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya yang ada pada setiap tahapan

aktivitas. Sumber bahaya dapat berasal dari suatu bahan, alat ataupun sistem.

Menurut Permenkes 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit bahaya potesial psikososial yaitu sering

kontak dengan pasien, kerja bergilir, kerja berlebih dan ancaman secara fisik.

Area yang berpotensi bahaya psikososial yaitu semua area rumah sakit

berpotensi tekena bahaya psikososial. Karyawan yang memiliki bahaya

psikosisial adalah seluruh karyawan rumah sakit.


130

6.2.8. Identifikasi Bahaya Psikososial Pekerjaan Perbaikan

Sarana dan Prasarana

Bahaya psikososial adalah suatu bahaya non-fisik yang timbul karena

adanya interaksi, dari aspek – aspek pekerjaan seperti desain kerja, tuntutan

kerja, organisasi dan manajemen di tempat kerja serta konteks lingkungan

sosial yang berpotensi menimbulkan gangguan bagi kesehatan pekerja

secara fisik, sosial dan psikologi. Perbaikan sarana dan prasarana merupakan

Corrective Maintanance kegiatan pemeliharaan setelah timbul atau pada saat

timbul kerusakan (Rahmiyanti, Kulsum, & Hafidiani, 2019).

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa pekerjaan perbaikan sarana

dan prasarana yang memiliki bahaya psikososial yaitu pekerjaan perbaikan

TV rusak, perbaikan telpon rusak, perbaikan mesin pengering laundry dan

beban kerja. Sumber bahaya dari pekerjaan perbaikan sarana dan prasarana

adalah tingkat kerusakan, beban kerja berlebih, ancaman dari karyawan lain,

beban kerja telalu berat dan hubungan kerja kurang harmonis. Hal ini sesuai

dengan Permenkes 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) di Rumah sakit bahawa seluruh area dan seluruh karyawan di

rumah sakit memiliki bahaya psikososial.

Berdasarkan penelitian dampak dari bahaya psikososial pekerjaan

perbaikan sarana dan prasarana adalah stres, ketakutan, kinerja menurun,

produktifitas menurun dan stres kerja. Hal ini sesuai dengan penelitian (Fauzi

& Daniah, 2016) bahwa dampak dari bahaya psikososial yaitu stres, kinerja

menurun dan produktifitas menurun.

Tujuan dilakukan identifikasi bahaya psikososial pada pekerjaan

pemeliharaan sarana adalah untuk mengetahui bahaya apa saja yang ada
131

untuk selanjutnya dilakukan peniliaian risiko dan pengendalian dari risiko

tersebut. Dengan diketahuinya bahaya psikososial apa saja yang ada pada

pekerjaan pemeliharaan sarana diharapkan bahaya tersebut dapat

diminimalisir dan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

(Fathimahhayati & Wardana, 2019) identifikasi bahaya dilakukan dengan cara

wawancara dan Observasi pada pekerja atau karyawan. Identifikasi bahaya

dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya yang ada pada setiap tahapan

aktifitas. Sumber bahaya dapat berasal dari suatu bahan, alat ataupun sistem.

Sesuai dengan Permenkes 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit bahaya potesial psikososial yaitu sering

kontak dengan pasien, kerja bergilir, kerja berlebih dan ancaman secara fisik.

Area yang berpotensi bahaya psikososial yaitu semua area rumah sakit

berpotensi tekena bahaya psikososial. Karyawan yang memiliki bahaya

psikosisial adalah seluruh karyawan rumah sakit.

6.3. Penilaian Risiko

Penilaian risiko merupakan upaya untuk menghitung besarnya suatu

risiko dan menetapkan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak.

Tujuan penilaian risiko adalah untuk menentukan tingkat risiko ditinjau dari

kemungkinan terjadinya risiko dan keparahan yang dapat ditimbulkan

(Urrohmah & Ryandadari, 2019). Tujuan dilakukanya penilaian risiko pada

pekerjaan di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) dan prasarana RSIA Puri

Bunda adalah untuk mengetahui risiko tertinggi untuk selanjutnya di lakukan

pengendalian.
132

6.3.1. Penilaian Risiko Bahaya Fisik Pekerjaan Pemeliharaan

Sarana dan Prasarana

Penilaian risiko merupakan tahap selanjutnya setelah dilakukan

identifikasi bahaya. Bahaya yang sudah teridentifikasi selanjutnya

dilakukan penilaian risiko untuk mengetahui tingkatan risiko dari setiap

bahaya. Hasil penilaian risiko selanjutnya dijadikan acuan untuk

mennetukan pengendalian risiko tersebut. Tujuan dilakukan penilaian risiko

di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda adalah untuk

menentukan tingkatan risiko yang ada dari setiap bahaya yang ada.

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa penilaian risiko fisik

pekerjaan pemeliharaan sarana dan prasarana di Unit Pemeliharaan

Sarana (UPS) dan prasarana pekerjaan yang memiliki risiko tertinggi yaitu

pekerjaan pemanasan genset dengan Tingkat risiko ketat dan nilai WRAC

21. Tingkat risiko ketat didapatkan dari pengkombinasian antara tingkat

kemungkinan dengan tingkat keparahan. Pekerjaan pemanasan genset

memiliki nilai kemungkinan 4 karena setiap seminggu sekali pekerja kontak

dengan risiko tersebut. Dampak dari pekerjaan pemanasan genset memiliki

score risiko 4 karena memiliki dampak gangguan pendengaran, kesetrum,

kebakaran dan kematian. Hal ini sesuai dengan penelitian

(Soecrates,2013) bahwa penentuan tingkat risiko dilakukan dengan

pengkombinasian antara kemungkinan dan dampak. Nilai kemungkinan 4

apabila pekerja kontak dengan risiko dengan frekuensi mingguan dan nilai

dampak 4 apabila dampak dari risiko tersebut adalah cidera serius.

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa pemanasan genset

memiliki tingkat risiko tetinggi pada bahaya fisik pekerjaan pemeliharaan

sarana dan prasarana. Pemanasan genset memiliki Tingkat risiko ketat


133

karena memiliki score risiko 21. Hal ini sesuai dengan penelitian

(Firmansyah, 2010) bahwa pekerjaan pemanasan genset atau start up

genset memiliki tingkat risiko tinggi.

Metode penilaian risiko dapat digunakan matriks pengendalian risiko

seperti matriks penilian risiko AS/NZS 4360 : 2004 (28) yang digunakan di

standar manajemen risiko di Australia dan New Zeland. Indonesia matriks

penilaian rsiko menggunakan standar yang sama di gunakan oleh Australia

dan New Zealand. Subjek penilaian risiko terdiri dari tingkat probabilitas

atau kemungkinan terjadinya risiko tersebut dan tingkat severity atau

keparahan yang diakibatkan apabila risiko tersebut tejadi. Penentuan

tingkat risiko dilakukan dengan mengkombinasikan antara kemungkinan

dan dampak dan dibandingkan dengan nilai WRAC sehingga diketahui

tingkatan risikonya mulai dari rendah hingga risiko tinggi (Armaeni &

Triswardana, 2020).

Penilaian risiko pada bahaya fisik pekerjaan pemeliharaan sarana di

Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) bertujuan untuk menyusun prioritas

pengendalian bahaya setelah dilakukan identifikasi sehingga risiko

kecelakaan kerja bisa dihindari. Hal ini sesuai dengan penelitian (Rizal,

Supriyadi, & Nalhadi, 2015) bahwa penilaian risiko betujuan untuk

menyusun program prioritas penanganan bahaya yang sudah diidentifikasi.

6.3.2. Penilaian Risiko Fisik Pekerjaan Perbaikan Sarana dan

Prasarana

Penilaian risiko merupakan tahap selanjutnya setelah dilakukan

identifikasi bahaya. Bahaya yang sudah teridentifikasi selanjutnya dilakukan

penilaian risiko untuk mengetahui tingkatan risiko dari setiap bahaya. Hasil
134

penilaian risiko selanjutnya dijadikan acuan untuk menentukan pengendalian

risiko tersebut. Tujuan dilakukan penilaian risiko di Unit Pemeliharaan

Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda adalah untuk menentukan tingkatan risiko

yang ada dari setiap bahaya yang ada.

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa penilaian risiko fisik

pekerjaan perbaikan sarana dan prasarana di Unit Pemeliharaan Sarana

(UPS) dan prasarana pekerjaan yang memiliki risiko tertinggi yaitu pekerjaan

penggunaan gerinda, pengelasan dan pemasangan gas LPG dengan tingkat

risiko tinggi dan nilai WRAC 25. Tingkat risiko ketat didapatkan dari

pengkombinasian antara tingkat kemungkinan dengan tingkat keparahan.

Pekerjaan pengunaan gerinda memiliki nilai kemungkinan 5 karena setiap

hari pekerja kontak dengan risiko tersebut. Dampak dari pekerjaan tersebut

memiliki score risiko 5 karena memiliki dampak Kebisingan, cacat, gangguan

pernafasan, iritasi pernfasan, cacat permanen, kebakaran, gangguan mata,

dan kesetrum. Hal ini sesuai dengan penelitian (Soecrates,2013) bahwa

penentuan tingkat risiko dilakukan dengan pengkombinasian antara

kemungkinan dan dampak. Nilai kemungkinan 5 apabila pekerja kontak

dengan risiko dengan frekuensi setiap hari dan nilai dampak apabila dampak

dari risiko tersebut adalah fatal, cacat dan kematian.

Berdasarkan penelitian didapatkan pekerjaan penggunaan gerinda

pada bahaya fisik pekerjaan perbaikan sarana memiliki tingkat risiko tertinggi

dengan tingkat risiko ketat. Pekerjaan penggunaan gerinda memiliki nilai

risiko 25. Hal ini sesuai dengan penelitian (Thursina, 2018) bahwa

penggunaan mesin gerinda pada operator mesin gerinda memiliki tingkat

risiko ketat.

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa pekerjaan pengelasan

memiliki tingkat risiko tertinggi bahaya fisik pada pekerjaan perbaikan sarana
135

dan prasarana. Pekerjaan pengelasan memiliki tingkat risiko ketat karena

memiliki nilai risiko 25. Hal ini sesuai dengan penelitian (Widajati &

Wulandari, 2017) bahwa pekerjaan pengelasan memiliki tingkat risiko ketat

atau priority.

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa pekerjaan pemasangan

gas LPG memiliki tingkat risiko tertinggi bahaya fisik pada pekerjaan

perbaikan sarana dan prasarana. Pekerjaan pemasangan LPG memiliki

tingkat risiko ketat dengan nilai risiko 25. Hal ini sesuai dengan penelitian

(Abidin & Masri, 2019) bahwa pemasangan gas LPG memiliki risiko tinggi

apabila pemasangan gas LPG dilakukan dengan salah. Metode penilaian

risiko dapat digunakan matriks pengendalian risiko seperti matriks penilian

risiko AS/NZS 4360 : 2004 (28) yang digunakan di standar manajemen risiko

di Australia dan New Zeland. Indonesia matriks penilaian rsiko

menggunakan standar yang sama di gunakan oleh Australia dan New

Zealand. Subjek penilaian risiko terdiri dari tingkat probabilitas atau

kemungkinan terjadinya risiko tersebut dan tingkat severity atau keparahan

yang diakibatkan apabila risiko tersebut tejadi. Penentuan tingkat risiko

dilakukan dengan mengkombinasikan antara kemungkinan dan dampak dan

dibandingkan dengan nilai WRAC sehingga diketahui tingkatan risikonya

mulai dari rendah hingga risiko tinggi (Armaeni & Triswardana, 2020).

Penilaian risiko pada bahaya fisik pekerjaan perbaikan sarana di Unit

Pemeliharaan Sarana (UPS) bertujuan untuk meenyusun prioritas

pengendalian bahaya setelah dilakukan identifikasi sehingga risiko

kecelakaan kerja bisa dihindari. Hal ini sesuai dengan penelitian (Rizal,

Supriyadi, & Nalhadi, 2015) bahwa penilaian risiko betujuan untuk menyusun

program prioritas penanganan bahaya yang sudah diidentifikasi.


136

6.3.3. Penilaian Risiko Kimia Pekerjaan Perbaikan Sarna dan

Prasarana

Penilaian risiko merupakan tahap selanjutnya setelah dilakukan

identifikasi bahaya. Bahaya yang sudah teridentifikasi selanjutnya dilakukan

penilaian risiko untuk mengetahui tingkatan risiko dari setiap bahaya. Hasil

penilaian risiko selanjutnya dijadikan acuan untuk mennetukan pengendalian

risiko tersebut. Tujuan dilakukan penilaian risiko di Unit Pemeliharaan

Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda adalah untuk menentukan tingkatan risiko

yang ada dari setiap bahaya yang ada.

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa penilaian risiko kimia

pekerjaan perbaikan sarana dan prasarana di Unit Pemeliharaan Sarana

(UPS) dan Prasarana pekerjaan yang memiliki risiko tertinggi yaitu pekerjaan

Perbaikan AC dengan Tingkat risiko ketat dan nilai WRAC 18 . Tingkat risiko

ketat didapatkan dari pengkombinasian antara tingkat kemungkinan dengan

tingkat keparahan. Pekerjaan pemanasan genset memiliki nilai kemungkinan

3 karena frekuensi bulan sekali pekerja kontak dengan risiko tersebut.

Dampak dari pekerjaan pemanasan genset memiliki score risiko 4 karena

memiliki dampak Gangguan Pernafasan, sesak nafas dan gangguan

jantung. Hal ini sesuai dengan penelitian (Soecrates,2013) bahwa

penentuan Tingkat risiko dilakukan dengan pengkombinasian antara

kemungkinan dan dampak. Nilai kemungkinan 4 apabila pekerja kontak

dengan risiko dengan frekuensi mingguan dan nilai dampak 4 apabila

dampak dari risiko tersebut adalah cidera serius.

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa pekerjaan perbaikan AC

memiliki tingkat risiko tertinggi pada bahaya kimia pekerjaan perbaikan

sarana. Pekerjaan perbaikan AC memiliki tingkat risiko ketat dengan nilai


137

risiko 18. Hal ini sesuai dengan penelitian (Sobah & Mulitana, 2019) bahwa

pekerjaan perbaikan AC memiliki tingkat risiko ketat dengan sumber bahaya

tertinggi berasal dari kebocoran freon AC.

Metode penilaian risiko dapat digunakan matriks pengendalian risiko

seperti matriks penilian risiko AS/NZS 4360 : 2004 (28) yang digunakan di

standar manajemen risiko di Australia dan New Zeland. Indonesia matriks

penilaian rsiko menggunakan standar yang sama di gunakan oleh Australia

dan New Zealand. Subjek penilaian risiko terdiri dari tingkat probabilitas atau

kemungkinan terjadinya risiko tersebut dan tingkat severity atau keparahan

yang diakibatkan apabila risiko tersebut tejadi. Penentuan tingkat risiko

dilakukan dengan mengkombinasikan antara kemungkinan dan dampak dan

dibandingkan dengan nilai WRAC sehingga diketahui tingkatan risikonya

mulai dari rendah hingga risiko tinggi (Armaeni & Triswardana, 2020).

Penilaian risiko pada bahaya kimia pekerjaan perbaikan sarana di

Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) bertujuan untuk meenyusun prioritas

pengendalian bahaya setelah dilakukan identifikasi sehingga risiko

kecelakaan kerja bisa dihindari. Hal ini sesuai dengan penelitian (Rizal,

Supriyadi, & Nalhadi, 2015) bahwa penilaian risiko betujuan untuk menyusun

program prioritas penanganan bahaya yang sudah diidentifikasi.

6.3.4. Penilaian Risiko Kimia Pekerjaan Pemeliharaan Sarana dan

Prasarana

Penilaian risiko merupakan tahap selanjutnya setelah dilakukan

identifikasi bahaya. Bahaya yang sudah teridentifikasi selanjutnya dilakukan

penilaian risiko untuk mengetahui tingkatan risiko dari setiap bahaya. Hasil

penilaian risiko selanjutnya dijadikan acuan untuk menentukan pengendalian

risiko tersebut. Tujuan dilakukan penilaian risiko di Unit Pemeliharaan Sarana


138

(UPS) RSIA Puri Bunda adalah untuk menentukan tingkatan risiko yang ada

dari setiap bahaya yang ada.

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa penilaian risiko kimia

pekerjaan pemeliharaan sarana dan prasarana di Unit Pemeliharaan Sarana

(UPS) dan prasarana pekerjaan yang memiliki risiko tertinggi yaitu pekerjaan

pengurasan tandon dengan Tingkat risiko ketat dan nilai WRAC 19. Tingkat

risiko ketat didapatkan dari pengkombinasian antara tingkat kemungkinan

dengan tingkat keparahan. Pekerjaan pemanasan genset memiliki nilai

kemungkinan 2 karena setiap 6 bulan sekali pekerja kontak dengan risiko

tersebut. Dampak dari pekerjaan pengursan tandon memiliki score risiko 5

karena memiliki dampak gangguan pernafasan, sesak nafas, pingsan dan

kematian. Hal ini sesuai dengan penelitian (Soecrates,2013) bahwa

penentuan tingkat risiko dilakukan dengan pengkombinasian antara

kemungkinan dan dampak. Nilai kemungkinan 2 apabila pekerja kontak

dengan risiko dengan frekuensi setiap 6 bulan sekali dan nilai dampak 5

apabila dampak dari risiko tersebut adalah fatal, cacat dan kematian.

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa pekerjaan pengurasan

tandon memiliki tingkat risiko tertinggi bahaya kimia pada pekerjaan

pemeliharaan sarana. Pekerjaan pengurasan tandon memiliki tingkat risiko

ketat dengan nilai risiko 19. Hal ini sesuai dengan penelitian (Sulaksmono &

Bakhtiar, 2013) bahwa pekerjaan pengurasan tandon memiliki tingkat risiko

ketat karena bekerja di lokasi terbatas dengan sumber bahaya berasal dari

gas beracun dan kekurangan oksigen.

Metode penilaian risiko dapat digunakan matriks pengendalian risiko

seperti matriks penilian risiko AS/NZS 4360 : 2004 (28) yang digunakan di

standar manajemen risiko di Australia dan New Zeland. Indonesia matriks

penilaian rsiko menggunakan standar yang sama di gunakan oleh Australia


139

dan New Zealand. Subjek penilaian risiko terdiri dari tingkat probabilitas atau

kemungkinan terjadinya risiko tersebut dan tingkat severity atau keparahan

yang diakibatkan apabila risiko tersebut tejadi. Penentuan tingkat risiko

dilakukan dengan mengkombinasika antara kemungkinan dan dampak dan

dibandingkan dengan nilai WRAC sehingga diketahui tingkatan risikonya

mulai dari rendah hingga risiko tinggi (Armaeni & Triswardana, 2020).

Penilaian risiko pada bahaya kimia pekerjaan pemeliharaan sarana

di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) bertujuan untuk menyusun prioritas

pengendalian bahaya setelah dilakukan identifikasi sehingga risiko

kecelakaan kerja bisa dihindari. Hal ini sesuai dengan penelitian (Rizal,

Supriyadi, & Nalhadi, 2015) bahwa penilaian risiko betujuan untuk menyusun

program prioritas penanganan bahaya yang sudah diidentifikasi.

6.3.5. Penilaian Risiko Bahaya Ergonomi Pekerjaan Pemeliharaan

Sarana dan Prasarana

Penilaian risiko merupakan tahap selanjutnya setelah dilakukan

identifikasi bahaya. Bahaya yang sudah teridentifikasi selanjutnya dilakukan

penilaian risiko untuk mengetahui tingkatan risiko dari setiap bahaya. Hasil

penilaian risiko selanjutnya dijadikan acuan untuk mennetukan pengendalian

risiko tersebut. Tujuan dilakukan penilaian risiko di Unit Pemeliharaan

Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda adalah untuk menentukan tingkatan risiko

yang ada dari setiap bahaya yang ada.

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa penilaian risiko ergonomi

pekerjaan pemeliharaan sarana dan prasarana di Unit Pemeliharaan Sarana

(UPS) dan prasarana pekerjaan yang memiliki risiko tertinggi yaitu pekerjaan

pembersihan AC dengan tingkat risiko ketat dan nilai WRAC 18. Tingkat

risiko ketat didapatkan dari pengkombinasian antara tingkat kemungkinan


140

dengan tingkat keparahan. Pekerjaan pembersihan AC memiliki nilai

kemungkinan 3 karena setiap bulanan pekerja kontak dengan risiko

tersebut. Dampak dari pekerjaan pembersihan AC memiliki score risiko 4

karena memiliki dampak low back pain, kesleo, nyei otot dan kecetit. Hal ini

sesuai dengan penelitian (Soecrates,2013) bahwa penentuan tingkat risiko

dilakukan dengan pengkombinasian antara kemungkinan dan dampak. Nilai

kemungkinan 3 apabila pekerja kontak dengan risiko dengan frekuensi

bulanan dan nilai dampak 4 apabila dampak dari risiko tersebut adalah

cidera serius.

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa pekerjaan pembersihan

AC memiliki Tingkat risiko tertinggi bahaya ergonomi pada pekerjaan

pemeliharaan sarana dan prasarna. Pekerjaan pembersihan AC memiliki

Tingkat risiko ketat dengan nilai risiko 18. Hal ini sesuai dengan penelitian

(Sobah & Mulitana, 2019) bahwa pekerjaan pembersihan AC memiliki tingkat

risiko ketat dengan sumber bahaya terbesar dari kebocoran freon AC.

Metode penilaian risiko dapat digunakan matriks pengendalian risiko

seperti matriks penilian risiko AS/NZS 4360 : 2004 (28) yang digunakan di

standar manajemen risiko di Australia dan New Zeland. Indonesia matriks

penilaian rsiko menggunakan standart yang sama di gunakan oleh Australia

dan New Zealand. Subjek penilaian risiko terdiri dari tingkat probabilitas atau

kemungkinan terjadinya risiko tersebut dan tingkat severity atau keparahan

yang diakibatkan apabila risiko tersebut tejadi. Penentuan tingkat risiko

dilakukan dengan mengkombinasika antara kemungkinan dan dampak dan

dibandingkan dengan nilai WRAC sehingga diketahui tingkatan risikonya

mulai dari rendah hingga risiko tinggi (Armaeni & Triswardana, 2020).

Penilaian risiko pada bahaya kimia pekerjaan pemeliharaan sarana

di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) bertujuan untuk menyusun prioritas


141

pengendalian bahaya setelah dilakukan identifikasi sehingga risiko

kecelakaan kerja bisa dihindari. Hal ini sesuai dengan penelitian (Rizal,

Supriyadi, & Nalhadi, 2015) bahwa penilaian risiko betujuan untuk menyusun

program prioritas penanganan bahaya yang sudah diidentifikasi.

6.3.6. Penilaian Risiko Psikososial Pekerjaan Perbaikan Sarana dan

Prasarana

Penilaian risiko merupakan tahap selanjutnya setelah dilakukan

identifikasi bahaya. Bahaya yang sudah teridentifikasi selanjutnya

dilakukan penilaian risiko untuk mengetahui tingkatan risiko dari setiap

bahaya. Hasil penilaian risiko selanjutnya dijadikan acuan untuk

menentukan pengendalian risiko tersebut. Tujuan dilakukan penilaian risiko

di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda adalah untuk

menentukan tingkatan risiko yang ada dari setiap bahaya yang ada.

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa penilaian risiko ergonomi

pekerjaan perbaikan sarana dan prasarana di Unit Pemeliharaan Sarana

(UPS) dan prasarana pekerjaan yang memiliki risiko tertinggi yaitu

pekerjaan perbaikan sarana dan prasarana dengan tingkat risiko ketat dan

nilai WRAC 22. Tingkat risiko ketat didapatkan dari pengkombinasian

antara tingkat kemungkinan dengan tingkat keparahan. Pekerjaan

perbaikan kursi besi rusak memiliki nilai kemungkinan 3 karena setiap

sebulan sekali pekerja kontak dengan risiko tersebut. Dampak dari

pekerjaan perbaikan kursi besi rusak memiliki score risiko 4 karena

memiliki dampak nyeri otot, low back pain dan kram otot. Hal ini sesuai

dengan penelitian (Soecrates,2013) bahwa penentuan tingkat risiko

dilakukan dengan pengkombinasian antara kemungkinan dan dampak.

Nilai kemungkinan 3 apabila pekerja kontak dengan risiko dengan frekuensi


142

bulanan dan nilai dampak 4 apabila dampak dari risiko tersebut adalah

cidera serius.

Metode penilaian risiko dapat digunakan matriks pengendalian

risiko seperti matriks penilian risiko AS/NZS 4360 : 2004 (28) yang

digunakan di standar manajemen risiko di Australia dan New Zeland.

Indonesia matriks penilaian rsiko menggunakan standart yang sama di

gunakan oleh Australia dan New Zealand. Subjek penilaian risiko terdiri dari

tingkat probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko tersebut dan tingkat

severity atau keparahan yang diakibatkan apabila risiko tersebut tejadi.

Penentuan Tingkat risiko dilakukan dengan mengkombinasikan antara

kemungkinan dan dampak dan dibandingkan dengan nilai WRAC sehingga

diketahui tingkatan risikonya mulai dari rendah hingga risiko tinggi (Armaeni

& Triswardana, 2020).

Penilaian risiko pada bahaya ergonomi pekerjaan pemeliharaan

sarana di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) bertujuan untuk menyusun

prioritas pengendalian bahaya setelah dilakukan identifikasi sehingga risiko

kecelakaan kerja bisa dihindari. Hal ini sesuai dengan penelitian (Rizal,

Supriyadi, & Nalhadi, 2015) bahwa penilaian risiko betujuan untuk

menyusun program prioritas penanganan bahaya yang sudah diidentifikasi.

6.3.7. Penilaian Risiko Psikososial Pekerjaan Pemeliharaan Sarana dan

Prasarana

Penilaian risiko merupakan tahap selanjutnya setelah dilakukan

identifikasi bahaya. Bahaya yang sudah teridentifikasi selanjutnya

dilakukan penilaian risiko untuk mengetahui tingkatan risiko dari setiap

bahaya. Hasil penilaian risiko selanjutnya dijadikan acuan untuk

mennetukan pengendalian risiko tersebut. Tujuan dilakukan penilaian


143

risiko di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda adalah untuk

menentukan tingkatan risiko yang ada dari setiap bahaya yang ada.

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa penilaian risiko

psikososial pekerjaan pemeliharaan sarana dan prasarana di Unit

Pemeliharaan Sarana (UPS) dan prasarana pekerjaan yang memiliki risiko

tertinggi yaitu pekerjaan perhitungan beban listrik sarana dan prasarana

dengan tingkat risiko ketat dan nilai WRAC 19. Tingkat risiko ketat

didapatkan dari pengkombinasian antara tingkat kemungkinan dengan

tingkat keparahan. Pekerjaan penghitungan beban listrik memiliki nilai

kemungkinan 2 karena setiap setahun 2 sekali pekerja kontak dengan

risiko tersebut. Dampak dari pekerjaan perbaikan kursi besi rusak memiliki

score risiko 5 karena memiliki dampak stres, kematian dan cacat. Hal ini

sesuai dengan penelitian (Soecrates,2013) bahwa penentuan tingkat risiko

dilakukan dengan pengkombinasian antara kemungkinan dan dampak.

Nilai kemungkinan 2 apabila pekerja kontak dengan risiko dengan

frekuensi setahun dua kali dan nilai dampak 4 apabila dampak dari risiko

tersebut adalah fatal, cacat dan kematian.

Bedasarkan penelitian didapatkan bahwa pekerjaan penghitungan

beban listrik memiliki tingkat risiko tertinggi pada bahaya psikososial

pekerjaan pemeliharaan sarana dan prasarana. Perhitungan beban listrik

memiliki tingkat risiko ketat dengan nilia risiko 19. Hal ini sesuai dengan

penelitian (Efranto & Pujiono, 2018) bawha pekerjaan penghitugan beban

listrik dan perbaikan panel listrik memiliki Tingkat risiko ketat.

Metode penilaian risiko dapat digunakan matriks pengendalian

risiko seperti matriks penilian risiko AS/NZS 4360 : 2004 (28) yang

digunakan di standar manajemen risiko di Australia dan New Zeland.

Indonesia matriks penilaian rsiko menggunakan standar yang sama di


144

gunakan oleh Australia dan New Zealand. Subjek penilaian risiko terdiri

dari tingkat probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko tersebut dan

tingkat severity atau keparahan yang diakibatkan apabila risiko tersebut

tejadi. Penentuan tingkat risiko dilakukan dengan mengkombinasikan

antara kemungkinan dan dampak dan dibandingkan dengan nilai WRAC

sehingga diketahui tingkatan risikonya mulai dari rendah hingga risiko

tinggi (Armaeni & Triswardana, 2020).

Penilaian risiko pada bahaya psikososial pekerjaan pemeliharaan

sarana di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) bertujuan untuk meenyusun

prioritas pengendalian bahaya setelah dilakukan identifikasi sehingga

risiko kecelakaan kerja bisa dihindari. Hal ini sesuai dengan penelitian

(Rizal, Supriyadi, & Nalhadi, 2015) bahwa penilaian risiko betujuan untuk

menyusun program prioritas penanganan bahaya yang sudah

diidentifikasi.

6.4. Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko merupakan cara mengatasi potensi bahaya

yang terdapat dalam lingkungan kerja. Potensi bahaya tersebut dapat

dikendalikan dengan menentukan suatu skala prioritas terlebih dahulu

yang kemudian dapat menjadi acuan dalam pemilihan metode

pengendalian risiko yang mengikuti hirarki pengendalian risiko K3. Hirarki

Pengendalian risiko K3 yaitu eliminasi, subtitusi, rekayasa engineering,

administrasi dan APD. (Ramadhan, Analisis Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) Menggunakan Metode Hazard Identification Risk Asesment and

Risk Control (HIRARC), 2017).

Bedasarkan penelitian pengendalian risiko terhadap bahaya yang

ada di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda risiko fisik. kimia,
145

biologi dan psikososial dikendalikan dengan menggunakan metode hirarki

K3 yaitu eliminasi, subtitusi, rekayasa engineing, administrasi dan Alat

Pelindung Diri (APD). Pengendalian risiko eliminasi digunakan dengan

cara menghilangkan risiko yang ada, Pengendalian risiko subtitusi dengan

cara mengganti alat atau proses yang berisiko dengan alat yang tidak

berisiko. Pengendalian risiko rekayasa engineering dilakukan dengan

merekayasa lingkungan kerja atau alat yang berisiko dengan yang tidak

berisiko, administrasi dilakukan dengan menerbitkan SOP, membuat buku

panduan dan mengadakan pelatihan. Pengendalian APD dilakukan

dengan cara menggunakan Alat Pelindung Diri yang sesuai dengan

bahaya yang ada atau sesuai dengan peruntukanya. Hal ini sesuai dengan

penelitian (Soputan & Mandagi, 2014) bahawa pengendalian risiko metode

HIRARC mengunakan hirarki pengendalian risiko K3 yaitu eliminasi,

subtitusi, rekayasa engineering, administrasi dan Alat Pelindung Diri.

Hirarki pengendalian K3 dimulai dari eliminasi, subtitusi, rekayasa

engineering, administrasi dan APD. Eliminasi merupakan pengendalian

risiko yang pertama. Pengendalian eliminasi merupakan pengendalian

risiko yang bersifat permanen menghilangkan sumber bahaya di tempat

kerja. Pengendalian risiko eliminasi harus menjadi prioritas utama dalam

pengendalian risiko (Erwinda & Widiastuti, 2019). Pengendalian risiko

elimimasi yang digunakan terhadap risiko yang ada di Unit Pemeliharaan

Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda yang digunakan yaitu menghilangkan

risiko tersebut seperti mematikan aliran listrik sebelum pengerjaan,

memastikan tidak ada kabel yang terkelupas, memastikan mesin las dalam

keadaan aman dan memastikan tidak ada kebocoran freon AC.


146

Hirarki pengendalian ke dua yaitu menggunakan metode subtitusi.

metode subtitusi merupakan hirarki pengendalian K3 dengan cara

menggantikan atau memisahkan bahan atau peralatan yang

membahayakan dengan bahan – bahan atau alat –alat yang aman

(Erwinda & Widiastuti, 2019). Pengendalian risiko subtitusi yang digunakan

terhadap risiko yang ada di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) yaitu

mengganti alat atau proses yang berbahaya dengan alat atau proses yang

minim risiko seperti mengganti gerinda yang tidak berpenutup dengan

gerinda yang berpenutup.

Hirarki pengendalian risiko yang ketiga merupakan rekayasa teknik

atau rekayasa engineering. Rekayasa engineering merupakan teknik

pengendalian K3 dengan cara merubah struktur obyek suatu benda

sehingga dapat mencegah seseorang atau pengguna objek tersebut

terpapar bahaya. Salah satu contoh pengendalian rekayasa engineering

yaitu memasang penutup pada gerinda agar tidak terkena gerinda

(Erwinda & Widiastuti, 2019). Pengendalian risiko rekayasa engineering

terhadap risiko di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda

dengan memodifikasi lingkungan kerja atau proses kerja dengan tujuan

untuk meminimalisir risiko seperti mengatur posisi kerja, pemasangan

APAR dan pemasangan peredam di ruang genset.

Hiraki pengendalian risiko ke empat yaitu administras,

pengendalian administrasi merupakan metode yang dilakukan dengan

membuat atau menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi

kemungkinan seseorang atau pekerja tepapar potensi bahaya. Salah satu

contoh pengendalian administrasi yaitu dengan membuat pedoman kerja,

SOP dan mengadakan pelatihan (Erwinda & Widiastuti, 2019).


147

Pengendalian risiko metode administrasi digunakan terhadap risiko yang

ada di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda dengan cara

membuat sebuah pedoman kerja, mengadakan pelatihan dan membuat

SOP.

Hirarki Pengendalian K3 yang terakhir yaitu dengan menggunakan

APD (Alat Pelindung Diri). Pengendalian dengan menggunakan APD

merupakan metode yang digunakan dengan memberikan batas antara

terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya agar pekerja tidak terpapar

bahaya. Contoh pengendalian K3 adalah dengan menggunakan masker,

helm dan sepatu (Erwinda & Widiastuti, 2019). Pengendalian risiko APD

terhadap risiko yang ada di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri

Bunda untuk meminimalisir risiko yang ada seperti menggunakan Helm,

Sepatu safety dan masker untuk mengurangi risiko tersebut.

6.5. Hasil Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control

(HIRARC) Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda

Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control (HIRARC)

merupakan suatu proses mendeskripsikan kemungkinan terjadinya

bahaya yang meliputi frekuensi, severity hingga melakukan evaluasi

konsekuensi dari setiap potensi kerugian dan cidera yang akan terjadi.

HIRARC telah menjadi fundamental dari praktik perencanaan,

manajemen dan penerapan dari manajemen risiko. Pengerjaan HIRARC

merupakan salah satu tahapan yang dilakukan dalam penerapan SMK3.

Berdasarkan OHSAS 18001:2007 penerapan HIRARC dilakukan dalam

3 tahapan yaitu Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian

risiko (Trifiananto & Putri, 2019).


148

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa hasil Hazard

Identfication Risk Assesment and Risk Control (HIRARC) di Unit

Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda Malang di dapatkan bahwa

terdapat jenis bahaya, tingkatan risiko dan tindakan pengendalian

terhadap risiko. Jenis bahaya yang didapatkan yaitu jenis bahaya fisik,

kimia, biologi, ergonomi dan psikososial. Unit Pemeliharaan Sarana

(UPS) RSIA Puri Bunda diketahui bahaya terbahayak yaitu bahaya fisik

dan bahaya terendah yaitu bahaya kimia. Tingkat risiko yang didapatkan

risiko ketat, tinggi, sedang dan rendah. Pekerjaan yang memiliki timgkat

risiko tertinggi yang ada di unit pemelihraan sarana RSIA Puri Bunda

yaitu pekerjaan pengelasan, pemotongan dengan geinda dan

pemasangan gas LPG dengan tingkat risiko tinggi dengan score risiko 25.

Tindakan pengendalian yang didapatkan yaitu eliminasi, subtitusi,

rekayasa engineering, administrasi dan Alat Pelindung Diri. Pengendalian

risiko yang paling bayak digunakan di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS)

yaitu pengendalian eliminasi, rekayasa engineering dan alat pelindung

diri. Hal ini sesuai dengan penelitian (Soecrates, 2013) bahwa hasil dari

HIRARC adalah diketahuinya bahaya apa saja, tingkatan risiko dan

tindakan pengendalian terhadap risiko tersebut.

HIRARC merupakan sebuah sistem manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) yang diawali dari identifikasi bahaya, penilaian

risiko dan pengendalian risiko. Identifikasi bahaya merupakan upaya

sistematis untuk mengetahui potensi bahaya yang ada dilingkungan

kerja. Tujuan identifikasi bahaya adalah untuk menentukan risiko

sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko dapat dijalankan

(Trisaid, 2020).
149

Penliaian risiko merupakan upaya untuk menghitung besarnya

risiko dan menetapkan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak.

Tujuan dari penilaian risiko adalah untuk mementukan tingkat risiko

ditinjau dari kemungkinan yang terjadi dan keparahan yang dapat

ditimbulkan. Menurut standar AS/NZ 4360, kemungkinan diberi rentang

antara suatu risiko yang jarang terjadi sampai dengan risiko yang dapat

terjadi setiap saat. Keparahan dikategorikan anatara kejadian yang tidak

menimbulkan cidera atau hanya kerugian kecil yang paling parah jika

dapat menimbulkan kejadian fatal atau kerusakan besar terhadap aset

perusahaan (Urrohmah & Ryandadari, 2019).

Pengendalian risiko dilakukan terhadap seluruh bahaya yang

ditemukan dalam proses identifikasi bahaya, mempertimbangkan

peringkat risiko untuk menentukan prioritas dan cara pengendalian risiko.

Pengendalian risiko dilakukan dengan mengurangi kemungkinan atau

keparahan dari risiko tersebut dengan mengikuti hirarki pengendalian

risiko seperti eliminasi, subtitusi, rekayasa engineering, administrasi dan

alat pelindung diri (Trisaid, 2020).


BAB VII

PENUTUP
7.1. Kesimpulan

1. Jenis pekerjaan yang ada di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA

Puri Bunda yaitu pekerjaan pemeliharaan sarana dan prasarana dan

perbaikan sarana dan prasarana

2. Jenis bahaya yang ada di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri

Bunda yaitu bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial.

Pekerjaan yang memiliki bahaya fisik terbayak yaitu pekerjaan

penggunaan gerinda. Pekerjaan yang memiliki bahaya kimia terbayak

yaitu pekerjaan perbaikan almari rusak. Pekerjaan yang memiliki

bahaya ergonomi terbanyak yaitu perbaikan bed rusak. Pekerjaan

yang memiliki risiko biologi terbanyak yaitu pekerjaan perbaikan kloset

rusak. Pekerjaan yang memiliki risiko psikososial terbayak yaitu beban

kerja.

3. Tingkat risiko yang ada di Unit Pemeliharaan Sarana (UPS) yaitu

tinggi, ketat, bersyarat dan rendah. Pekerjaan yang memiliki tingkat

risiko tertinggi yaitu pekerjaan gerinda, pengelasan dan pemasangan

gas LPG.

4. Tindakan pengendalian terhadap risiko yang ada di Unit Pemeliharaan

Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda yaitu menggunakan metode eliminasi,

subtitusi, rekayasa engineering, administrasi dan Alat Pelindung Diri.

Metode eliminasi yang digunakan yaitu penghentian aliran listrik.

Subtitusi yang digunakan yaitu mengganti peralatan yang lebih aman

rekayasa engineering yang digunakan yaitu memodifikasi lingkungan

kerja. Metode administrasi yang digunakan yaitu pembuatan pedoman

150
kerja dan pembuatan SOP. Metode APD yang digunakan yaitu

menggunakan helm, sepatu safety dan menggunakan masker.

151
152

5. Hasil analisa risiko menggunakan metode HIRARC di Unit

Pemeliharaan Sarana (UPS) RSIA Puri Bunda Malang yaitu

diketahuinya Jenis bahaya, tingkat risiko dan tindakan pengendalian

terhadap risiko.

7.2 Saran
1. Bagi Institusi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai wawasan bagi peneliti

dalam penelitian terkait analisa risiko dengan metode HIRARC.

2. Bagi Perusahaan dan Pekerja

Dapat sebagai acuan dalam menentukan manajemen risiko agar

tingkat kecelakaan dapat ditekan. Sebaiknya pekerja lebih disipln

dalam menerapkan manajemen risiko yang sudah disusun oleh

perusahaan.

3. Masyarakat

Penelitian ini dapat memberi informasi pada masyarakat menegnai

analisa risiko dengan metode HIRARC di UPS RSIA Puri Bunda

Malang.

152
153
154

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, A. U., & Masri, D. (2019). Identifikasi Bahaya, Analisis Risiko dan Teknik Pengendalian

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Home Industri C-Maxi Allocasting. Jurnal

Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas

Islam Indonesia .

Ade Jiwantyo Harjono, T. S. (2014). Penilaian Risiko Pada Proses Pembuatan Shear Wall

Pada Pembangunan Apartemen. The Indonesian Journa Of Safety Health and

Enviroment Vol. 1 Univerasitas Airlangga, 95 -106.

Afifusolih, M. (2018). Manajemen Risiko K3 Pemasangan Pipa Petragas Dengan Metode

Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control (HIRARC) Studi Kasus Area

Bojonegoro KM 112 - 126 Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro. Skripsi Fakultas

Teknik Universitas Jember.

Ardisona, A., & Ibnusantosa, R. G. (2017). Gambaran Bahaya Ergonomi Pada Pekerja Bagian

Administrasi di RSUD AL-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2017. Jurnal Prosiding

Pendidikan Dokter Vol. 3 (2) Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Isalm Bandung, 645-655.

Armaeni, N. K., & Triswardana, I. G. (2020). Penilaian Risiko K3 Konstruksi Dengan Metode

HIRARC. Jurnal Universitas Kadiri Riset Teknik Sipil Vol.4 (1) Universitas Kadiri, 97-

108.

Arminas. (2016). Perancangan Fasilitas Kerja dan Perbaikan Postur Kerja pada Aktivitas

Manual Material Handling Karyawan Toko Mega Mas Eektronik Makasar. Teknik

Industri Agro Politeknik ATI Makasar Vol.1 , 36-42.


155

CANDRA, L., WIDODO, M. D., & TONIS, M. (2018). Analisis Sistem Manajemen Dalam

Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di Rumah sakit Umum Daerah Teluk Kuantan

Tahun 2016. Jurnal Kesmas Vol. 1 (1) Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES

Hang Tuah Pekanbaru, 49-53.

Dharma, A. A., Putera, I. A., & Parani, A. A. (2017). Manajemen Risiko Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) (K3) Pada Proyek Pembangunan Jambuluwuk Hotel dan Resort

Petitenget. Jurnal Spektran Vol. 5 (1) Fakultas Teknik Universitas Udayana Denpasar,

1-87.

Diantono, F. C. (2018). Analisisi Manajemen Pemeliharaan Pada Instalasi Pemeiharaan

Sarana Prasarana Rumah sakit (IPSRS) DI RSUD Wamena Kabupaten Jayawijaya.

Journal Skripsi Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Majapahit Mojokerto.

Efranto, R. Y., & Pujiono, B. N. (2018). Analisis Potensi Bahaya Serta Rekomendasi Perbaikan

Dengan Metode HAZOP Melalui Perangkingan OHS RISK ASSESMENT and Risk

Control Studi Kasus Area PM-1 PT. Ekamas Fortuna. Jurnal Teknik Industri Fakultas

Teknik Universitas Brawijaya Malang.

Erwinda, M., & Widiastuti, R. (2019). Identifikasi Bahaya dan Penelaian Risiko Untuk

Mengendalikan Risiko Bahaya di UPT Laboratoraium Terpadu Universitas

Sarjanawiyata Taman Siswa. Jurnal IEJST (Industrial Engineering Journal Of The

University Of Sarjanawiyata Tamansiswa) Vol. 3 (2) Universitas Sarjanawiyata

Tamansiswa, 51-63.

Fathimahhayati, L. D., & Wardana, M. R. (2019). Analisis Risiko K3 Dengan Metode HIRARC

Pada Industri Tahu dan Tempe Kelurahan Selili Samarinda. Jurnal REKAVASI Vol. 7

(1) Fakultas Teknik Universitas Mulawarman Samarinda, 62-70.

Fauzi, R. Z., & Daniah. (2016). Hubungan Gejala Stres Kerja Dengan Bahaya Psikososial

Pekerja Pengumpul Tol Cabang Jagorawi DI PT. Jasa Raharja (Persero) TBK Tahun
156

2016. Jurnal Ilmu Kesehatan 8(2) Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Masyarakat Mitra Ria Husada, 25 - 29.

Firmansyah, A. H. (2010). Penerapan Identifikasi Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko

Departemen Plant Area Pelaci PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Area Kerja Marunda

Graha Mineral Kalimantan Tengah. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

ILO. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Sarana Untuk Produktivitas Pedoman

Pelatihan Manajer dan Pekerja Modul Lima. Jakarta: International Labour Ofice.

Juarni, D. B. (2019). Analisa Tingkat risiko Kecelakaan Kerja Pada Bagian Foundry DI PTPN

IV Unit Pabrik Mesin Teneradolok Ilir. Jurnal Semnastek UISU ISBN 078-623-7287-

02-4 Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Medan, 182 -188.

Kesehatan, K. (2016). Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di

Rumah sakit. Peraturan Mentri Kesehatan No 66 Tahun 2016 Tentang Pedoman

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Rumah sakit.

Leon Chandra, M. W. (2018). Analisis Penerapan Manajemen dalam Pemeliharaan Sarana

dan Prasarana Di Rumah sakit Umum Daerah Teluk Kuantan Tahun 2016. Jurnal

Kesmas Vol.1 (1) E-ISSN: 2599 - 3399 Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES

Hang Tuah Pekanbaru, 49 - 53.

Malik, A. R. (2016). Gambaran Faktor Psikososial Di Tempat Kerja Pada Pekerja Tekstil

PT.Sandratex Ciputat Tahun 2016. Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negri Syarif Hidayatul Jakarta.

Mentri Kesehatan. (2010). Standart Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Rumah sakit

(K3RS). Jakarta: Kemetrian Kesehatan Republik Indonesia.


157

Mindiyani, I. (2020). Analaisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Metode

HAZOP dan Pendekatan Ergonomi (Studi Kasus : UD.BAROKAH BANTUL). Journal

Simetris Vol.11 Fakultas Teknik Universitas Widya Mataram, 31-38.

Nawawinetu, H. G. (2014). Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko

pada Proses Blasting di PT. Cibaiung Sumber Daya. The Indonesian Journal Of

Ocuptiona Safety and Heath Vol.3, 107-116.

Notoadmojo, S. (2018). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Oktaviana Zahratul Putri, M. A. (2017). Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pada Petugas Kesehatan Instalasi Gawat Darurat Rumah sakit Akademik UGM.

Jurnal Kesehatan ISSN 1979 - 7621, Vol.10 (1), 1 - 12.

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012. (2012). Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3). Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Pertiwi, Nurhantari, Y., & Budiharjo, S. (2019). Hazard Identification, Risk Assesment and

Risik Control serta penerapan Risk Maping Pada Rumah sakit Hewan Prof. Soeparwi

Universitas Gadjah mada. Journal Pf Comunity Medicine and Public Health Vol.35

Fakultas Kedokteran, kesehatan Masyarakat, keperawatan Universitas Gadjah Mada

, 55-64.

Ponda, H., & Fatma, N. F. (2018). Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian

Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (K3) Pada Departemen Foundry PT.

Scamindo. Jurnal Teknik Industri HEURISTIC Vol. 16 (2) Fakultas Teknik Universitas

Muhamadiyah Tangerang, 62-74.

Prasetio, D. B., & Hastaryo, J. (2015). Risiko Bahaya Ergonomi Petugas Kebersihan

Outsorcing Di Rumah sakit Umum Daerah Sleman. Jurnal Kesehatan Masyarakat


158

Indonesia Vol. 10 (1) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Universitas Muhamadiyah

Semarang Rumah sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta, 10-16.

Rahmiyanti, A. L., Kulsum, D. U., & Hafidiani, W. L. (2019). Analisis Peneyelengaraan Sistem

Pemeliharaan Alat Radioogi Rumah sakit. Journal Ilmiah Kesehatan Vol.18 (3)

STIKES Achmad Yani Cimahi, 93-97.

Ramadhan, F. (2017). Analisis Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Menggunakan Metode

Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control (HIRARC). Journal Seminar

Nasional Riset Terapan 2017 Fakultas Teknik Universitas Serang Raya, 164-169.

Rizal, A., Supriyadi, & Nalhadi, A. (2015). Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko K3 Pada

Tindakan Perawatan dan Perbaikan Menggunakan Metode HIRARC Pada PT. X.

Jurnal Seminar Nasional Riset Terapan 2015 Fakultas Teknik Universitas Serang

Raya, 281-286.

Rizka Ayu Zahara, S. U. (2017). Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) Ditinjau

Dari Pengetahuan dan Perilaku Pada Petugas Instalasi Pemeliharaan Sarana dan

Prasarana Rumah sakit (IPSRS). Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 2 (2), 153 - 158.

Setya Putri, S. E. (2018). Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap

Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Rumah sakit. Jurnal Endurance Vol.3 (2), 271 -

277.

Sobah, F., & Mulitana, I. (2019). Study Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Dengan

Menggunakan Metode TRA (Task Risk Assesment) Sebagai Upaya Pencegahan

Kecelakaan Kerja Pada Pekerjaan Reparasi Air Conditioner Mobil Di Bengkel Hyunday

Wiyung Surabaya. Jurnal JPTM Vol. 9 (1) Fakultas Teknik Universitas Negri Surabaya,

37-46.

Socrates, M. F. (2013). Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Metode

HIRARC (Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Control) Pada Alat
159

Suspension Pre Heater Bagian Produksi di Plant 6 dan 11 Field Citerup

PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tahun 2013. Skripsi Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif

Hidyatullah Jakarta.

Soputan, G., & Mandagi, R. (2014). Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) (Studi Kasus Pada Pembangunan Gedung SMA Eben Hae. Jurnal Ilmiah Media

Engineering Vol. 4 (4) Fakultas Teknik Sipil Universitas Samramtulangi, 229-238.

Sulaksmono, M., & Bakhtiar, D. S. (2013). Risk Assesment Pada Pekerjaan Welding Confined

di Bagian Ship Building PT. DOK Perkapalan Surabaya. The Indonesian Journal Of

Ocuptional Safety and Health Vol. 2 (1) Departemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya, 52-60.

Supriyadi, & Ramdan, F. (2017). Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada Divisi Boiler

Menggunakan Metode Hazars Identification, Risk Assesment and Risk Control

(HIRARC). Journal Of Industrial Hygiene and Ocuptional Health Vol.1 Universitas

Serang Raya, 161-178.

Syahidah, H. N., & Musfiroh, I. (2018). Review Aspek Keamanan dan Keselamatan Kerja

Dalam Produksi Sediaan Farmasi. Jurnal Farmaka Vol,16 Fakultas Farmasi

Universitas Padjajaran Bandung, 13-20.

Thursina, R. A. (2018). Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Operator Mesin Gerinda. The

Indonesian Journal Of Occuptional Safety and Helath Vol. 7 (1) PT. PLN Pusmankon,

30-41.

Trifiananto, M., & Putri, R. N. (2019). Assesment And Risk Control (HIRARC) Pada Perguruan

Tinggi Yang Berlokasi di Pabrik. Jurnal Seminar dan Konfrensi Nasional IDEC

Program Studi Teknik Operasional Mesin dan Peralatan Industri Akademi Komunitas

Semen Indonesia Gresik, 1 - 10.


160

Trisaid, S. N. (2020). Analisa Risiko Kecelakaan Kerja Pada kegiatan RIG Service

Menggunakan Metode HIRARC Dengan Pendekatan FTA. Jurnal Ilmiah Tekik Industri

Vol. 8 (1) Fakultas Sains dan Teknologi Universitas AL-Azhar Indonesia, 25-33.

Triswandana, I., & Armaeni, N. (2020). Penilaian Risiko K3 Konstruksi Dengan Metode

HIRARC . Jurnal Universitas Kadiri Riset Teknik Sipil Vol. 14 Fakultas Teknik dan

Perecanaan Universitas Warmadewa Kadiri, 98 - 108.

Urrohmah, D. S., & Ryandadari, D. (2019). Identifiaksi Bahaya Dengan Menggunakan Hazard

Identification, Risk Assesment and Risk Control (HIRARC) Dalam Upaya Memperkecil

Kecelakaan Kerja di PT. PAL Indonesia. JPTM Vol. 8 (1) Jurusan Teknik Mesin

Universitas Negri Surabaya, 34 - 40.

Widajati, N., & Wulandari, D. (2017). Risk Assesment Pada Pekerjaan Pengelasan

Perkapalan Dengan Pendekatan Job Safety Analysis. The Journal Of Ocuptional

Safety and Health Vol. 6 (1) Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 1-15.

Wulandari, A. S. (2015). Penerapan Metode Hirarc (Hazard Identification, Risk Assesment

and Risk Control) Pada PROYEK wIKA tOWER jAKARTA tIMUR PT.WIJAYA KARYA

PERSERO TAHUN 2015. Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarief Hidyatullah .

Zahra, R. A., Efendi, S. U., & Khairani, N. (2017). Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung

Diri (APD) Ditinjau dari Pengetahuan dan Perilaku Petugas Instalasi Pemelihraan

Sarana dan Prasarana Rumah sakit. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 Program STUDI

Kesehatan Masyarakat STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu, 153-158.


161

LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Pengajuan studi pendahuluan
162

Lampiran 2 Surat Keterangan Studi Pendahuluan dan penelitian


163

Lampiran 3. Pernyataan Keaslian Penulisan


164

Lampiran 4 Ketersediaan Menjadi Pembimbing


165
166

Lampiran 5. Observasi

TABEL IDENTIFIKASI BAHAYA

NO NAMA KEGIATAN SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK


BAHAYA

1 - Bekerja di Fisik Terjatuh/terpleset


ketinggian dari ketinggian

- Bekerja di Fisik Terpleset


kondisi lantai
licin
- Gergaji besi Fisik Tangan
Perbaikan air buntu kepotong/tergores
gergaji

- Bau lem pipa Kimia Keracunan dan


gangguan
pernapasan

2 Perbaikan Kipas - Aliran Listrik Fisika Kesetrum


Angin

- Bekerja Ergonomi Kram otot, nyeri otot


dengan
gerakan
berulang
- Keselahan Ergonomi Low back pain,
postur saat nyeri otot, kram otot
bekerja
3 Pemanasan Genset - Kebisingan Fisik Gangguan
dari suara Pendengaran
genset
- Konsleting Fisik Kesetrum,
dari kabel kebakaran
genset
4 Perbaikan Panel - Konsleting Fisik Kesetrum,
Listrik dari kabel kebakaran

- Aliran listrik di Fisik Kesetrum,


panel kematian

5 Ganti Oli Genset - Ceceran Oli Fisik Kepleset,


Genset Kebakaran

- Oli dari genset Kimia Keracunan,


kebakaran

6 Mengganti Lampu - Posisi Kerja Ergonomi Nyeri otot, Sakit


yang salah Kepala
167

- Terpleser dari Fisik Cidera, patah kaki


tangga dan tangan

7 Pembersihan AC - Posisi kerja Ergonomi Low back pain,


yang sama nyeri otot
dalam waktu
yang lama
- Tangga yang Fisik Kepleset, cidera
licin fisik

- Aliran Listrik Fisik Kesetrum


dari AC
- Menghirup Kimia Keracuan,
Freon dari AC gangguan
pernafasan, , nyeri
tenggorokan,
ganguan pada
jantung

- Lantai yang Fisik Terpleset, cidera


licin akibat
basah
8 Penghitungan - Aliran listrik Fisik Kesetrum
beban Listrik dari kabel

- Terlalu Psikososial Stres, Kinerja


banyak panel menurun, ketelitian
listrik yang menurun
diperiksa
- Konsleting Fisik Kebakaran,
dari panel Kesetrum
listrik
9 Perbaikan Pintu - Penggunaan Fisik Terkena mata bor,
Rusak Mesin Bor cidera, luka

- Penggunaan Fisik Anggota Tubuh


Obeng Terkena mata
obeng, Luka, cidera

- Bekerja di Ergonomi Nyeri otot, Kram


posisi sama Otot
dalam waktu
yang lama
10 Perbaikan TV Rusak - Bekerja pada Ergonomi Nyeri otot, Kram
posisi yang Otot, nyeri bahu
sama terlalu
lama
- Tingkat Psikososial Stres, Tingkat
Kerusakan TV emosi tidak
Terlalu berat terkontrol

- Terlalu Psikosial Stres, Kinerja


banyak tv menurun,
yang rusak
168

produktifitas kerja
menurun

11 Pengurasan Tandon - Terplest Fisik Cidera


tangga tandon
- Kekurangan Kimia Gangguan
Oksigen Pernafasan,
Pingsan, Sesak
nafas, kematian

12 Pembuatan saluran - Bekerja di Fisik Terjatuh dari atas


air baru ketinggian plafon, cidera

- Bekerja di Fisik Terjatuh, cidera,


konsisi tidak kematian
aman
- Gergaji besi Fisik Terkena gergaji,
luka, lecet

- Lem pipa Kimia Keracunan,


gangguan
pernapasan

13 Perbaikan Telpon - Tingkat Psikosial Stres, Kinerja


Rusak Kerusakan Menurun,
Terlalu Rumit produktifitas
Menurun

14 Perbaikan BED - Gerakan Ergonomi Nyeri otot, kram otot


rusak berulang

- Beban bed Ergonomi Nyeri otot, kram


terlalu berat otor

- Posisi Ergonomi Nyeri otot, kram otot


pengangkatan
bed yang
salah
- Penggunaan Fisik Gangguan
mesin las penglihatan,
kerusakan pada
mata, cidera pada
mata, kesetrum dari
aliran listrik alat las

15 Perbaikan alamari - Penggunaan Fisik Terkena mata bor,


rusak mesin bor cidera, luka pada
anggota tubuh

- Penggunaan Fisik Terkena mata


Obeng obeng, cidera, luka
pada anggota tubuh

- Penggunaan Kimia Keracunan,


Plitur kebakaran
169

- Penggunaan Kimia Keracunan,


Cat kebakaran, iritasi
pada mata

- Penggunaan Fisik Terkena palu,


Palu cidera, luka pada
anggota tubuh

16 Perbaikan - Bekerja di Ergonomi Kram Otot, nyeri


MesinCuci Rusak posisi yang otot
sama terlalu
lama
- Terkena Fisik Terluka pada
panas dari anggota tubuh
solder
17 Perbaikan kursi besi - Gerinda Fisik Terkena mesin
rusak gerinda, luka,
cidera, anggita
tubuh kepotong

- Penggunaan Fisik Gannguan mata,


Las kerusakan pada
mata, cidera pada
mata, kesetrum
aliran listrik mesin
las

- Gerakan Ergonomi Neyri otot, kram


Berulang otot, Low Back Pain

- Terlalu Psikosoial Stres, Kinerja


banyak kursi Menurun,
yang produktifitas
diperbaiki menurun

18 Perbaikan Pompa - Berat pompa Ergonomi Nyeri Otot, Low


Air Rusak air berlebihan Back Pain, Kram
Otot

- Bekerja pada Ergonomi Kram Otot, Stres,


posisi yang Kram Otot
sama terlalu
lama
- Lem pipa Kimia Keracunan,
Gangguan
Pernapasan

19 Pemasangan Heat - Bekerja di Fisik Terjatuh dari plafon,


Detector ketinggian cidera

- Penggunaan Fisik Terkena mata bor,


Bor terluka pada
anggota tubuh
170

- Penggunaan Fisik Terluka pada


Gergaji anggota tubuh.
Lecet

20 Pemasangan - Bekerja di Fisik Terjatuh dari plafon,


Smoke Detector Ketinggian cidera

- Penggunaan Fisik Terkena mata bor,


Bor Terluka pada
anggota tubuh,
lecet

- Penggunaan Fisik Terpotong, terluka


Gergaji pada anggota
tubuh, lecet

21 Perbaikan Kulkas - Bekerja pada Ergonomi Nyeri otot, kram


posisi yang otot,
sama pada
waktu yang
lama
- Freon Kulkas Kimia Gangguan
Pernafasan,
Keracunan, Iritasi
saluran pernafasan,
gangguan jantung

- Pengelasan Fisik Gangguan mata,


kerusakan pada
mata, terkena listrik
dari mesin las

- Alat Solder Fisik Lecet, luka bakar


cidera

22 Pengelasan - Sinar dari Fisik Kerusakan pada


mesin las mata, gangguan
pada mata, cidera
pada mata

- Debu dan Fisik Gangguan


asap dari pernafasan, sesak
pengelasan nafas gangguan
syaraf, kekeringan
pada paru – paru

- Percikan api Fisik Luka bakar, lecet,


dari proses kebakaran
pengelasan
- Listrik dari Fisik Cidera, kesetrum
mesin las meninggal
171

23 Gerinda - Suara bising Fisik Kebisingan,


gangguan
pendengaran

- Mata gerinda Fisik Luka, terpotong,


cacat, cidera

- Percikan Api Fisik Luka bakar, lecet,


kebakaran

- Baut gerinda Fisik Terkena mata bor


kurang gerinda
kencang
- Gram dari Fisik Gangguan
gerinda pernafasan, sesak
nafas, iritasi saluran
pernafasan

24 Pembersihan - Bekerja pada Fisik Terjatuh dari plafon,


Exhaus Fan ketinggian luka, cidera pada
anggota tubuh

- Aliran listrik Fisik Kesetrum, cidera


kematian

25 Perbaikan mesin - Bekerja pada Ergonomi Nyeri otot, kram


pengering laundry posisi yang otot, kesemutan
sama dalam
waktu yang
lama
- Aliran Listrik Fisik Kesetrum, cidera,

- Tingkat Psikososial Stres, Beban Kerja


Kerusakan tinggi, Kinerja
terlalu berat menurun

26 Pemasangan Gas - Kebocoran Fisik Kebakaran,


LPG Gas Keracunan

27 Perbaikan - Aliran Listrik Fisik Kesetrum, Cidera


Dispenser

- Penggunaan Fisik Lecet, luka bakar


Solder
28 Perbaikan AC - Pemanasan Fisik Luka bakar, lecet,
dengan cidera
menggunan
gas LPG
portabel
- Bekerja di Fisik Terjatuh, cidera,
ketinggian
- Freon AC Kimia Gangguan
Peranfasan, sesak
nafas, gangguan
172

jantung, iritasi pada


saluran pernafasan

- Kondisi Fisik Terpleset, cidera,


tempat kerja pingsan
licin
- Aliran Listrik Fisik Kesetrum, Cidera,
Kematian

29 Perbaikan Kran - Lem pipa Kimia Keracunan, Mual,


Buntu Pingsan

- Penggunaan Fisik Terluka, terpotong,


Gergaji lecet

30 Perbaikan Kloset - Kloset Buntu Biologi Bakteri dari


kotoran, diare,
keracunan,
gangguan
penciuman

- Bekerja di Fisika Terpleset, cidera


lantai licin
31 Pengnatian Lampu - Sinar radiasi Fiisik Gangguan pada
UV dari lampu UV mata, kerusakan
pada mata, cidera,
kebutaan, cacat

32 Beban Kerja - Ancaman dari Psikosoial Ketakutan, stress,


unit lain kinerja menurun

- Beban Kerja Psikososial Stres, kinerja


terlalu berat menurun,
produktifutas
menurun

- Hubungan Psikososial Stres, kinerja


kerja kurang menurun,
harmonis produktifitas
menurun
173
174

NO NAMA KEGIATAN SUMBER BAHAYA JENIS RISIKO/DAMPAK KEMUNG DAMPA WRA TINGKAT
BAHAYA KINAN K C RISIKO

1 - Bekerja di Fisik Terjatuh/terpleset 4 3 17 Bersyarat


ketinggian dari ketinggian
- Bekerja di Kimia
kondisi tergores gergaji, luka
lantai licin lecet
- Gergaji besi
- Bau lem Keracunan dan
Perbaikan air buntu pipa gangguan
pernapasan

2 Perbaikan Kipas - Aliran Listrik Fisika Kesetrum 3 3 13 Bersyarat


Angin - Bekerja
dengan Ergonomi Kram otot, nyeri otot
gerakan Low back pain
berulang
- Keselahan
postur saat
bekerja
3 Pemanasan Genset - Kebisingan Fisik Gangguan 4 4 21 Ketat
dari suara Pendengaran
genset
- Konsleting Kesetrum,
dari kabel kebakaran
genset
4 Perbaikan Panel - Konsleting Fisik Kesetrum, 2 5 19 Ketat
Listrik dari kabel kebakakaran,
- Aliran listrik kematian
di panel
175

5 Ganti Oli Genset - Ceceran Oli Fisik Kepleset, Kebakaran 2 5 19 Ketat


Genset
- Oli dari Kimia Keracunan,
genset
6 Mengganti Lampu - Posisi Kerja Ergonomi Nyeri otot, Sakit 4 2 12 Bersyarat
yang salah Kepala
- Terpleser Fisik 4 5 24 Tinggi
dari tangga Cidera, patah kaki
dan tangan

7 Pembersihan AC - Posisi kerja Ergonomi Low back pain, nyeri 3 4 18 Ketat


yang sama otot,
dalam waktu Fisik
yang lama Kepleset, cidera fisik
Kimia
- Tangga
Kesetrum
yang licin
- Aliran Listrik Keracuan, gangguan
dari AC pernafasan, , nyeri
- Menghirup tenggorokan,
Freon dari
ganguan pada
AC
jantung
- Lantai yang
licin akibat Terpleset, cidera
basah

8 Penghitungan beban - Aliran listrik Fisik Kesetrum 2 5 19 Ketat


Listrik dari kabel
- Terlalu Psikososial Stres, Kinerja
banyak menurun, ketelitian
panel listrik menurun
yang
diperiksa Kebakaran,
- Konsleting Kesetrum
dari panel
listrik
176

9 Perbaikan Pintu - Penggunaa Fisik Terkena mata bor, 3 4 18 Ketat


Rusak n Mesin Bor cidera, luka,
- Penggunaa Ergonomi
terpotong
n Obeng
- Bekerja di Nyeri otot, Kram Otot
posisi sama
dalam waktu
yang lama
10 Perbaikan TV Rusak - Bekerja Ergonomi Nyeri otot, Kram 4 3 17 Bersyarat
pada posisi Otot, nyeri bahu
yang sama Psikososial
terlalu lama Stres, Tingkat emosi
- Tingkat tidak terkontrol
Kerusakan
TV Terlalu Kinerja menurun,
berat produktifitas kerja
- Terlalu menurun
banyak tv
yang rusak
11 Pengurasan Tandon - Terplest Fisik Cidera 2 5 19 Ketat
tangga
tandon Kimia Gangguan
- Kekurangan Pernafasan,
Oksigen Pingsan, Sesak
nafas, kematian

12 Pembuatan saluran - Bekerja di Fisik Terjatuh dari atas 2 4 14 Bersyarat


air baru ketinggian plafon, cidera,
- Bekerja di Kimia kematian
konsisi tidak
aman Terkena gergaji,
- Gergaji besi luka, lecet
- Lem pipa
177

Keracunan,
gangguan
pernapasan

13 Perbaikan Telpon - Tingkat Psikosial Stres, Kinerja 3 2 8 Rendah


Rusak Kerusakan Menurun,
Terlalu produktifitas
Rumit Menurun

14 Perbaikan BED rusak - Gerakan Ergonomi Gangguan 3 5 22 Ketat


berulang penglihatan,
- Beban bed Fisik
kerusakan pada
terlalu berat mata, cidera pada
- Posisi mata, kesetrum dari
pengangkat aliran listrik alat las
an bed yang
salah
- Penggunaa
n mesin las
15 Perbaikan alamari - Penggunaa Fisik Terkena mata bor, 3 4 18 Ketat
rusak n mesin bor cidera, luka pada
- Penggunaa Kimia
anggota tubuh
n Obeng
- Penggunaa Terkena mata
n Plitur obeng,
- Penggunaa
n Cat Keracunan,
- Penggunaa kebakaran
n Palu
, iritasi pada mata
178

Terkena palu,

16 Perbaikan MesinCuci - Bekerja di Ergonomi Kram Otot, nyeri otot 3 3 13 Bersyarat


Rusak posisi yang
sama terlalu Fisik Terluka pada
lama anggota tubuh
- Terkena
panas dari
solder
17 Perbaikan kursi besi - Gerinda Fisik Terkena mesin 3 5 22 Ketat
rusak - Penggunaa gerinda, luka, cidera,
n Las Ergonomi
anggita tubuh
- Gerakan Psikosoial kepotong
Berulang
- Terlalu Gannguan mata,
banyak kursi kerusakan pada
yang mata, cidera pada
diperbaiki mata, kesetrum
aliran listrik mesin
las
Neyri otot, kram otot,
Low Back Pain
Stres, Kinerja
Menurun,
179

produktifitas
menurun

18 Perbaikan Pompa Air - Berat Ergonomi Nyeri Otot, Low Back 2 3 9 Rendah
Rusak pompa air Pain, Kram Otot
berlebihan Ergonomi
- Bekerja Stres,
Kimia
pada posisi
Keracunan,
yang sama
terlalu lama Gangguan
- Lem pipa Pernapasan

19 Pemasangan Heat - Bekerja di Fisik Terjatuh dari plafon, 1 5 15 Bersyarat


Detector ketinggian cidera
- Penggunaa
n Bor Terkena mata bor,
- Penggunaa terluka pada anggota
n Gergaji tubuh
Terluka pada
anggota tubuh. Lecet
180

20 Pemasangan Smoke - Bekerja di Fisik Terjatuh dari plafon, 1 5 15 Bersyarat


Detector Ketinggian cidera
- Penggunaa
n Bor Terkena mata bor,
- Penggunaa Terluka pada
n Gergaji anggota tubuh, lecet
Terpotong, terluka
pada anggota tubuh,
lecet, cacat

21 Perbaikan Kulkas - Bekerja Ergonomi Nyeri otot, kram otot, 3 4 18 Ketat


pada posisi
yang sama Kimia Gangguan
pada waktu Fisik Pernafasan,
yang lama Keracunan, Iritasi
- Freon saluran pernafasan,
Kulkas gangguan jantung
- Pengelasan
- Alat Solder Gangguan mata,
kerusakan pada
mata, terkena listrik
dari mesin las
Lecet, luka bakar
cidera
181

22 Pengelasan - Sinar dari Fisik Kerusakan pada 4 5 24 Tinggi


mesin las mata, gangguan
- Debu dan pada mata, cidera
asap dari pada mata
pengelasan
- Percikan api Gangguan
dari proses pernafasan, sesak
pengelasan nafas gangguan
- Listrik dari syaraf, kekeringan
mesin las pada paru – paru
Luka bakar, lecet,
kebakaran
Cidera, kesetrum
meninggal

23 Gerinda - Suara bising Fisik Kebisingan,


gangguan
pendengaran

- Mata Fisik Luka, terpotong, 4 5 24 Tinggi


gerinda cacat, cidera
- Percikan Api
- Baut gerinda Luka bakar, lecet,
kurang kebakaran
kencang
- Gram dari Terkena mata bor
gerinda gerinda
Gangguan
pernafasan, sesak
nafas, iritasi saluran
pernafasan
182

24 Pembersihan Exhaus - Bekerja Fisik Terjatuh dari plafon, 2 4 14 Bersyarat


Fan pada luka, cidera pada
ketinggian anggota tubuh
- Aliran listrik
Kesetrum, cidera
kematian

25 Perbaikan mesin - Bekerja Ergonomi Nyeri otot, kram otot, 3 2 5 Rendah


pengering laundry pada posisi kesemutan
yang sama Fisik
dalam waktu Psikososial Kesetrum, cidera,
yang lama
Stres, Beban Kerja
- Aliran Listrik
- Tingkat tinggi, Kinerja
Kerusakan menurun
terlalu berat

26 Pemasangan Gas - Kebocoran Fisik Kebakaran, 5 5 25 Tinggi


LPG Gas Keracunan

27 Perbaikan Dispenser - Aliran Listrik Fisik Kesetrum, Cidera 3 2 8 Rendah


- Penggunaa
n Solder Lecet, luka bakar

28 Perbaikan AC - Pemanasan Fisik Luka bakar, lecet 3 4 18 Ketat


dengan
menggunan Kimia Terjatuh, cidera,
gas LPG Gangguan
portabel
Peranfasan, sesak
- Bekerja di
ketinggian nafas, gangguan
- Freon AC jantung, iritasi pada
- Kondisi saluran pernafasan
tempat kerja
Terpleset, cidera,
licin
pingsan
- Aliran Listrik
183

Kesetrum,

29 Perbaikan Kran Buntu - Lem pipa Kimia Keracunan, Mual, 3 3 13 Bersyarat


- Penggunaa Pingsan
n Gergaji Fisik
Terluka, lecet

30 Perbaikan Kloset - Kloset Buntu Biologi Bakteri dari kotoran, 3 3 13 Bersyarat


- Bekerja di diare, keracunan,
lantai licin Fisika
gangguan
penciuman
Terpleset, cidera

31 Pengnatian Lampu - Sinar radiasi Fiisik Gangguan pada 1 5 15 Bersyarat


UV dari lampu mata, kerusakan
UV pada mata, cidera,
kebutaan, cacat

32 Beban Kerja - Ancaman Psikosoial Ketakutan, stress, 5 3 20 Ketat


dari unit lain kinerja menurun
- Beban Kerja
terlalu berat Stres, kinerja
- Hubungan menurun,
kerja kurang
harmonis
184

produktifutas
menurun
185

TABEL HIRARC (HAZARD IDENTIFICATION RISK ANALYSIS AND RISK CONTROL)

RumahSakit : RUMAH SAKIT……


Division : …………………………
Instalasi : ……………………….
Section : ………………………

RPN
HASIL PEMANTAUAN (O X ACTION
KEGIATAN/PRODUK JASA POTENSI BAHAYA PENILAIAN RISIKO
DAN PENGUKURAN SX PLAN
D)

DETEKSI (DETECTION)
PEMENUHAN PP DAN
KEMUNGKINAN (O)

PENYAKIT AKIBAT
TINGKAT RISIKO
KONSEKWENSI

KECELAKAAN
TERPARAH

STANDAR
WRAC

KERJA
ITEM SUMBER
NO RESIKO/DAMPAK PENGENDALIAN
KEGIATAN BAHAYA

1
2
3
4
5
Lampiran 6. Inform Consent

186
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Proses Observasi Gerinda

Proses Observasi Peneglasan

187
Proses Observasi Pengeboran

188
Lampiran 8 Perbaikan Skripsi

189
190

Anda mungkin juga menyukai