Anda di halaman 1dari 28

TUGAS MAKALAH

MANAJEMEN RISIKO K3
ANALISIS DENGAN METODE HIRARC PADA
UMKM BATIK DI KABUPATEN BANYUWANGI

Oleh:
Rizka Khawari Aulia 101411535020
Febriani Nurul Kholifah 101411535023
Ahmad Shoghi Effendi 101411535033
Sauki Ahmad 101411535042

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PSDKU UNIVERSITAS AIRLANGGA
BANYUWANGI
2017
MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan dan keselamatan merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan


dalam melakukan aktivitas dalam kehidupan begitupula pada aktivitas kerja.
Ditempat kerja, pekerja memiliki beberapa faktor risiko. Faktor-faktor tersebut
dapat diklasifikasikan menjadi lima faktor diantaranya adalah faktor fisik, kimia,
biologi, ergonomi, dan psikologi yang berkemungkinan menjadikan kesehatan dan
keselamatan pekerja terganggu, dari alasan tersebut penting kaitannya penegakan
kebijakan terkait K3 yakni Kesehatan dan Keselamatan Kerja, yang berarti
merupakan kondisi selamat yang bebas dari resiko kecelakaan maupun kerusakan
dan harus diterapkan. (Wijaya, 2014)
Pengertian dari keselamatan kerja adalah upaya yang ditujukan untuk
melindungi pekerja dan orang lain; melindungi peralatan, tempat kerja dan bahan
produksi; menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses
produksi. Sedangkan pengertian dari kesehatan kerja adalah derajat/tingkat
keadaan fisik dan psikologi dari pekerja dengan upaya yang ditujukan untuk
memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan cara mencegah dan
memberantas penyakit yang diidap oleh pekerja, mencegah kelelahan kerja, dan
menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
Menurut ILO International Labour Organization pada content kertas kerja 9
pada tahun 2004, Indonesia menghadapi masalah-masalah penegakan K3 yang
juga umum dijumpai di beberapa negara di Asia dan Pasifik diantaranya masalah
jumlah pengawas kerja yang kompeten hanya sedikit, terbatasnya sumber daya
yang ada untuk melakukan inspeksi/ pengawasan dalam jumlah yang memadai,
dan terbatasnya upaya pengawasan untuk menindaklanjuti perkara yang dibawa ke
pengadilan atau pelanggaran yang dijumpai. Selain itu, pengawasan umumnya
difokuskan di sektor formal. Oleh karena itu, K3 atau peran pemerintah di bidang
K3 di daerah pedesaan sering kali tidak kedengaran atau pada pekerjaan yang
relatif kecil, atau yang biasa disebut UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah).

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

Salah satu UMKM yang ada yakni usaha Batik Banyuwangi. Adapun
beberapa kegiatan yang dijalani di usaha UMKM Batik yaitu kegiatan pembuatan
lilin, pembuatan alat cap, pelilinan batik cap, pelilinan batik tulis, pewarnaan dan
pelorodan kain batik. Beberapa bahan dan alat yang cukup berbahaya yang tidak
jarang digunakan oleh pengusaha Batik diantaranya korek api, kompor, gas,
lempengan plat tembaga, gunting, tang, jangka besi, penggaris, logam seng,
pewarna kimia (napthol,indigosol dan prosion), deterjen, larutan soda api, natrium
nitrit, Air panas, gondorukem, damar, parafin. (Sari, Lubis, & Aisha, 2015)
Bahan dan alat tersebut dapat menjadi risiko bahaya bagi pekerja batik baik
dalam jangka waktu dekat maupun lama. Usaha Batik Banyuwangi, merupakan
usaha UMKM yang cukup strategis. Hal ini didukung dengan letak geografis
Kabupaten Banyuwangi yang dekat dengan Pulau Bali sehingga memiliki
destinasi wisata yang menarik. Menurut RPJMB Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Banyuwangi tahun 2016-2021, keadaan tersebut didukung dengan seni
budaya dan adat istiadat khas Banyuwangi yang beragam dan terpelihara dengan
baik, sehingga dapat menunjang perekonomian salah satunya dengan
mengembangkan usaha Batik dengan nuansa khas Banyuwangi seperti Batik
Gajah Oling.
Isi dari RPJMB tersebut juga menyebutkan bahwa bargaining position dari
UMKM yang ada di Banyuwangi masih lemah. Oleh karena itu, dari beberapa
ulasan di atas sebagai upaya dalam mencapai K3 yang ada di UMKM Batik di
Banyuwangi serta dalam meningkatkan kekuatan bargaining bagi wirausahawan
batik, perlu dilakukan manajemen yang kaitanya dengan kesehatan dan
keselamatan kerja. Hal ini yang nantinya dapat menyumbangkan presentase
peningkatan kerja pada pekerja batik khususnya pada lingkup kesehatan dan
keselamatan kerja yang diharapkan akan meningkatkan pula produktivitas kerja.
Hasil manajemen ini nantinya akan dihitung menggunakan metode HIRARC
yakni sebuah metode untuk mengidentifikasi bahaya dan penilaian terhadap
risiko. Tujuannya yakni untuk mencegah atau mengurangi terjadinya insiden yang
dapat menimbulkan kerugian. Salah satu cara adalah melakukan analisis bahaya
dan risiko terhadap kegiatan yang ada, agar diketahui kegiatan yang memiliki
tingkat bahaya dan risiko tertinggi di Batik Banyuwangi. (Sari, Lubis, & Aisha,

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

2015) Apabila telah diketahui kegiatan yang memiliki tingkat bahaya dan risiko
tertinggi di Batik banyuwangi, dapat ditentukan beberapa pengendalian lanjut
yang dapat dilakukan oleh perusahaan sebagai upaya pencegahan atau
pengendalian bahaya, diantaranya yaitu hirarki pengendalian risiko bahaya di
tempat kerja.
1.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Identifikasi pekerjaan UMKM Batik di Banyuwangi?
2. Bagaimana hasil analisis Risiko Bahaya UMKM Batik di Banyuwangi?
3. Bagaimana dampak dari Bahaya UMKM Batik di Banyuwangi?
4. Bagaimana hasil tabel HIRARC pada UMKM Batik di Banyuwangi?
5. Bagaimana upaya dan usulan program pencegahan bahaya pada UMKM
Batik di Banyuwangi?
1.2 Tujuan
1. Menjelaskan hasil Identifikasi pekerjaan UMKM Batik di Banyuwangi
2. Menunjukan dan memahami hasil analisis Risiko Bahaya UMKM Batik di
Banyuwangi
3. Mengidentifikasi dampak dari Bahaya UMKM Batik di Banyuwangi
4. Menunjukan hasil tabel HIRARC pada UMKM Batik di Banyuwangi
5. Menyarankan dan mengetahi upaya dan usulan program pencegahan
bahaya pada UMKM Batik di Banyuwangi?
1.3 Manfaat
Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah Manajemen
Risiko K3 ini yakni sebagai berikut:
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Sebagai pemenuhan tugas Manajemen Risiko K3, dan media
pembelajaran dalam melatih daya pikir atau penalaran mahasiswa
2. Bahan baca atau rujukan bagi mahasiswa lain
1.3.2 Bagi Masyarakat
1. Referensi dalam melaksanakan K3 UMKM khususnya kegiatan usaha
batik
2. Bahan baca atau referensi
3. Menambah wawasan dalam menjalankan usaha UMKM khususnya batik

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

4. Mencegah kecelakaan kerja yang ada di kegiatan usaha batik


5. Bahan rujukan dalam mengurangi risiko kerja khususnya kegiatan usaha
batik

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menurut OHSAS 18001, risiko adalah kombinasi dari kemungkinan
terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan dari cidera atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut.
Sedangkan manajemen risiko adalah suatu proses untuk mengelola risiko yang
ada dalam setiap kegiatan (Ramli, 2010).
Risiko adalah manifestasi atau perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang
mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar. Tergantung dari cara
pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari yang paling ringan atau
rendah sampai ke tahap yang paling berat atau tinggi. Melalui analisis dan
evaluasi semua potensi bahaya dan risiko, diupayakan tindakan minimalisasi atau
pengendalian agar tidak terjadi bencana atau kerugian lainnya (Sugandi, 2003).
Sedangkan berdasarakan paparan The Standards Australia/New Zealand
4360:2004, risiko adalah suatu kemungkinan dari suatu kejadian yang tidak
diinginkan yang akan mempengaruhi suatu aktivitas atau objek. Risiko tersebut
diukur dalam terminologi occurrence dan severity. Risiko diukur dalam kaitannya
dengan kecenderungan terjadinya suatu kejadian dan konsekkuensi atau akibat
yang dapat ditimbulkannya. Dari definisi tersebut maka diperoleh pengertian
bahwa suatu risiko diperhitungkan menurut kemungkinan terjadinya suatu
kejadian serta konsekuensi yang ditimbulkan.
2.1.1 Tipe jenis dan macam resiko
Risiko dapat dibedakan menurut tipe, jenis dan macamnya. Beberapa tipe risiko
antara lain:
a) Risiko yang sulit dikendalikan manajemen perusahaan, contohnya adalah
risiko kebakaran akibat adanya hubungan pendek arus listrik
b) Risiko yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Risiko ini bisa
terjadi pada saat perusahaan akan membangun pabrik baru atau saat
meluncurkan produk baru, jika salah memprediksi, perusahaan akan menerima
risiko berupa kerugian
Sedangkan menurut jenisnya, risiko dapat dibedakan menjadi beberapa
bagian sebagai berikut:

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

a) Operational risk adalah kejadian risiko yang berhubungan dengan operasi


organisasi perusahaan, mencakup risiko yang berhubungan dengan system.
b) Financial risk adalah risiko yang berdampak pada kinerja keuangan
perusahaan, seperti kejadian risiko akibat dari tingkatan fluktuasi mata uang,
tingkat suku bunga, termasuk juga risiko pembelian kredit, likuidasi dan pasar.
c) Hazard risk adalah risiko yang berhubungan dengan kecelakaan fisik, seperti
kejadian risiko sebagai akibat bencana alam dan berbagai kerusakan yang
menimpa perusahaan dan karyawan
d) Strategic risk adalah risiko yang mencakup kejadian tentang strategis
perusahaan, politik ekonomi, peraturan dan perundagan, pasar bebas, risiko
yang berkaitan dengan reputasi perusahaan, kepemimpinan dan perubahan
keinginan perusahaan.
Sedangkan berdasarkan sumbernya, risiko dibedakan menjadi risiko intern dan
ekstern. Risiko intern adalah risiko yang berasal dari dalam perusahan sendiri,
semisal kecelakaan kerja, dan kerusakan mesin akibat tidak adanya perawatan.
Sedangkan risiko ekstern adalah risiko yang berasal dari luar perusahan, seperti
pencurian, dan kebijakan atau aturan yang dikeluarkan pemerintah.

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

2.2 Manajemen Resiko.


Manajemen risiko keselamatan adalah suatu upaya mengelola risiko untuk
mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif,
terencana dan terstruktur dalam suatu sistem yang baik (Ramli, 2010).
Namun pendapat lain mengatakan bahwa manajemen risiko adalah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah diketahui
(melalui rencana analisis risiko atau bentuk observasi lain) untuk
meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin muncul (Webb, 1994).
Untuk itu risiko harus didefinisikan dalam bentuk suatu rencana atau
prosedur yang reaktif. Manajemen risiko juga dapa diartiakan sebagai semua
rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko, dimana didalamnya
termasuk perencanaan (planning), penilaian (assesment) (identifikasi dan
dianalisis), penanganan (handling), dan pemantauan (monitoring) risiko
(Kerzner, 2001). 2.2.1 Tujuan manajemen resiko.
`Tujuan manajemen risiko menurut Australian Standard/New Zealand Standard
4360:2004, yaitu:
a) Membantu meminimalisasi meluasnya efek yang tidak diinginkan terjadi.
b) Memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi dengan meminimalkan
kerugian.
c) Melaksanakan program manajemen secara efisien sehingga memberikan
keuntungan bukan kerugian.
d) Melakukan peningkatan pengambilan keputusan pada semua level.
e) Menyusun program yang tepat untuk meminimalisasi kerugian pada saat
terjadi kegagalan.
f) Menciptakan manajemen yang bersifat proaktif bukan bersifat reaktif.
2.2.1 Manfaat Manajemen Resiko.
Manajemen risiko sangat penting bagi keberlangsungan suatu usaha atau
kegiatan dan merupakan alat untuk melindungi perusahaan dari setiap
kemungkinan yang merugikan. Manajemen tidak cukup melakukan langkah-
langkah pengamanan yang memadai sehingga peluang terjadinya bencana
semakin besar. Dengan melaksanakan manajemen risiko diperoleh berbagai
manfaat antara lain (Ramli, 2010):

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

a) Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap kegiatan


yang mengandung bahaya.
b) Menekan biaya untuk penanggualangan kejadian yang tidak diinginkan.
c) Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai
kelangsungan dan keamanan investasinya.
d) Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi setiap
unsur dalam organisasi/ perusahaan.
e) Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku.
2.3 Bahaya.
Bahaya adalah sebuah kondisi yang potensial untuk menyebabkan luka
pada manusia, kerusakan peralatan dan bangunan, kerugian material atau
mengurangi kemampuan untuk melakukan suatu fungsi yang telah ditetapkan
(Hammer, 1989). Selain itu, bahaya juga didefinisikan sebagai faktor intrinsik
yang melekat pada sesuatu (bisa pada barang ataupun suatu kegiatan maupun
kondisi), misalnya pestisida yang ada pada sayuran ataupun panas yang keluar
dari mesin pesawat (HSP, 2011). Bahaya ini akan tetap menjadi bahaya tanpa
menimbulkan dampak/konsekuensi ataupun berkembang menjadi accident bila
tidak ada kontak (exposure) dengan manusia. Sebagai contoh, panas yang keluar
dari mesin pesawat tidak akan menimbulkan kecelakaan jika kita tidak
menyentuhnya. Proses kontak antara bahaya dengan manusia ini dapat terjadi
melalui tiga mekanisme, yaitu:
1. Manusia yang menghampiri bahaya.
2. Bahaya yang menghampiri manusia melalui proses alamiah.
3. Manusia dan bahaya saling menghampiri.
2.4 Metode HIRARC.
HIRARC adalah salah satu metode dalam manajemen risiko. Tahapan
dalam melakukan metode ini adalah dengan mengidentifikasi bahaya. Identifikasi
dilakukan berdasarkan sumber bahaya, lokasi terjadinya bahaya atau aktivitas
yang berbahaya. Selanjutnya, dari hasil identifikasi tersebut dilakukan penialian
risiko. Penilaian untuk mengetahui berapa tingakatan risiko dari bahaya yang
teridentifikasi. Semakin tinggi tingkat risiko, maka semakin diutamakan untuk
dilakukan pengendalian risiko.

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

2.4.1 identifikasi bahaya


Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan
manajemen risiko keselamatan. Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk
mengetahui adanya bahaya dalam suatu aktivitas atau lokasi. Salah satu cara
sederhana dalam mengidentifikasi bahaya adalah dengan melakukan pengamatan.
Melalui pengamatan maka kita sebenarnya telah melakukan suatu identifkasi.
bahaya. Selain itu identifikasi bahaya juga diungkapakan sebagai landasan dari
program pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal
bahaya, maka risiko tidak dapat ditentukan sehingga upaya pencegahan dan
pengendalian risiko tidak dapat dijalankan (Ramli, 2010).
Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain:
a) Mengurangi peluang kecelakaan, karena identifikasi bahaya berkaitan dengan
faktor penyebab kecelakaan.
b) Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak mengenai potensi bahaya
dari aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam
menjalankan operasi perusahaan.
c) Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan
dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan mengenal bahaya yang ada,
manajemen dapat menentukan skala prioritas penanganannya sesuai dengan
tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya akan lebih efektif.
d) Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam
perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan. Dengan
demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko suatu usaha
yang akan dilakukan.
2.4.2 Penilaian Resiko.
Setelah semua risiko dapat teridentifikasi, dilakukan penilaian risiko melalui
analisis dan evaluasi risiko. Analisis risiko dimaksudkan untuk menentukan
besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan
besar akibat yang ditimbulkannya. Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan
peringkat risiko sehingga dapat dilakuakan pemilahan risiko yang memiliki
dampak besar terhadap perusahaan dan risiko yang ringan atau dapat diabaikan.

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

Hasil analisis risiko dievaluasi dan dibandingkan dengan kriteria yang telah
ditetapkan atau standard dan norma yang berlaku untuk menentukan apakah risiko
tersebut dapat diterima atau tidak. Jika risiko dinilai tidak dapat diterima, harus
dikelola atau ditangani dengan baik. Penilaian risiko (risk assessment) mencakup
dua tahapan proses yaitu menganalisis risiko (risk analysis) dan mengevaluasi
risiko (risk evaluation). Kedua tahapan ini sangat penting karena akan
menentukan langkah dan strategi pengendalian risiko.
2.4.3 Pengendalian resiko.
Kendali atau control terhadap bahaya dilingkungan kerja adalah tindakan-
tindakan yang diambil untuk meminimalisir atau mengeliminasi risiko kecelakaan
kerja melalui eliminasi, subsitusi, engineering control, warning system,
administrative control dan alat pelindung diri.
2.4.3.1 Eliminasi.
Hirarki teratas adalah eliminasi dimana bahaya yang ada harus dihilangkan
pada saat proses pembuatan desain dibuat. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam menjalankan suatu sistem
karena adanya kekurangan pada desain. Penghilangan bahaya merupakan metode
yang paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan perilaku pekerja dalam
menghindari risiko, namun demikian penghapusan benar-benar terhadap bahaya
tidak selalu praktis dan ekonomis. Missal: bahaya jatuh, bahaya ergonomi, bahaya
confined space, bahaya bising, bahaya kimia. Semua itu harus dieliminasikan jika
berpotensi berbahaya.
2.4.3.2 Subtitusi
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi
ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan
pengendalian ini akan menurunkan bahaya dan risiko melalui ystem ulang
maupun desain ulang. Missal: ystem otomatisasi pada mesin untuk mengurangi
interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan pembersih
kimia yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus listrik,
mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair
atau basah.

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

2.4.3.3 Enginerig control.


Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja
serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian ini terpasang
dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan.

2.2.3.4 Administrative Control.


Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada interaksi pekerja dengan
lingkungan kerja, seperti rotasi kerja, pelatihan, pengembangan standar kerja, shift
kerja, dan housekeeping.

2.2.3.5 Alat pelindung diri.


Alat pelindung diri dirancang untuk melindungi diri dari bahayadilingkungan
kerja serta zat pencemar, agar tetap selalu aman dan sehat.

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Identifikasi UMKM Batik di Banyuwangi
Batik di Indonesia meruupakan salah satu yang termasuk ke dalam unit
Usaha Kecil Menengah (UKM) sehingga proses pengembangannya masih
membutuhkan kebijakan-kenijakan dari pemerintah. Di era saat ini para pembatik
jika dideskripsikan mengenai produk yang dihasilkan, di Indonesia sendiri
terdapat tiga metode yaitu berupa batik tulis, batik cap dan batik printing. Proses
pembuatan ketiga macam metode ini berbeda, sehingga dampak yang mungkin
akan terjadi juga berbeda. Pembahasan kali ini berfokus pada pembatik dengan
proses batik tulis. Disebut batik tulis karena proses penggambaran motifnya
menggunakan tangan. Proses pembuatan batik tulis tergolong cukup lama dan
memakan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan bila desain motifnya
memang tergolong sulit sehingga untuk harga jual pasar nya pun juga relative
semakin mahal. Sehingga produksi batik tulis biasa nya made by order atau
produksi sesuai pesanan. Jika ditinjau kembali profesi pembatif akan memiliki
risiko gangguan kesehatan terlebih pada bagian tulang dan persendian karena akan
melakukan pekerjaan yang bersifat statis dan stasiun kerja yang terbatas.
Membatik sendiri merupakan proses pembuatan motif dan corak melalui
pelekatan lilin pada kain yang berulang-ulang menggunakan canting kemudian
diberi warna sesuai dengan pola atau desain yang dikehendaki menggunakan
pewarna sintetis dan diakhiri dengan pelorodan dan penjemuran selama berhari-
hari dan dilakukan pelorodan kembali untuk benar-benar menghilangkan lilin
yang masih tertempel pada kain. Oleh karena itu maka keselamatan kerja disini
harus secara menyeluruh dapat diterapkan untuk mengurangi risiko terjadinya
kecelakaan aibat kerja.
Pada berbagai penelitian yang telah dilakukan, salah satunya penelitian
Anindyajati pada tahun 2007 mengungkapkan bahwa beberapa pekerja industry
batik Melati di Solo yang telah lama bekerja dan kontak langsung dengan asap
lilin, 50% pekerja mengungkapkan adanya gangguan pernafasan. Selain itu juga
terjadi pada pekerja industry batik Fatimah di Solo mengungkapkan bahwa

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

gangguan sesak nafas dan tubuh yang semakin mengurus adalah gangguan yang
sebagian besar dirasakan oleh pekerja.
3.2 Risiko Bahaya UMKM Batik di Banyuwangi
Jika melihat pada proses pembuatan batik tulis secara dapat diamati yaitu
melalui proses tahap persiapan, pemolaan, pembatikan, pewarnaan, pelorodan dan
penyempurnaan.
RISIKO YANG MUNGKIN
TAHAPAN DIMENSI RUANG
TERJADI
1. Gesekan kain dengan kulit
yag menyebabkan iritasii
kulit
Mengukur Kain
2. Goresan dengan penggaris
3. Keluhan punggung,
pinggang, leher dan bahu
1. Tergores dengan alat potong
2. Teriris alat potong
3. Terbelit gulungan kain
Memotong Kain 4. Tersandung
5. Terpeleset
6. Keluhan punggung,
Persiapan
pinggang, leher dan bahu
1. Tertusuk jarum tangan
2. Tertusuk jarum mesin jahit
3. Tergunting
4. Tersetrum mesin jahit listrik
5. Keluhan pinggang,
Menjahit Kain punggung, leher bagian atas
dan bawah, bahu dan bokong
karena posisi duduk yang
statis
6. Kelelahan mata
7. Benda-benda dan peralatan

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

RISIKO YANG MUNGKIN


TAHAPAN DIMENSI RUANG
TERJADI
jahit yang tajam beresiko
melukai tangan
1. Kelelahan mata
2. Keluhan pinggang,
punggung, leher bagian atas
dan bawah, bahu
Pemolaan 3. Gesekan kulit dengan kain
4. Debu hasil buangan alat
hapus
5. Debu hasil goresan pensil
dengan kain
1. Terkena canting panas
2. Tumpahan malam panas
3. Tumpahan minyak
4. Terpeleset
5. Risiko kebakaran dari
kompor
6. Iritasi kulit
7. Tersandung gawangan palang
kain batik karena ruang gerak
Pembatikan
terbatas
8. Terkena tetesan panas dari
lilin
9. Keluhan gangguan punggung,
pinggang, leher bagian atas
dan bawah, bahu
10. Kelelahan mata
11. Iritasi kulit, mata dan
pernafasan
Pewarnaan Mencelupkan Kain Ke 1. Kontak dengan kulit

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

RISIKO YANG MUNGKIN


TAHAPAN DIMENSI RUANG
TERJADI
Warna mengakibatkan luka bernanah
2. Terpeleset
3. Kulit kemerahan
4. Menyebabkan iritasi
5. Iritasi system pernafasan
6. Iritasi mata
1. Iritasi kulit
2. Kemerahan parah dan nyeri
serta peradangan
Menganji Dan Melorod 3. Infeksi saluran pernafasan
Kain 4. Iritasi mata
5. Keluhan punggung,
pingganh, bahu, leher bagian
atas dan bawah, bahu
1. Iritasi kulit
2. Kemerahan parah dan nyeri
serta peradangan
Mengerok Malam Dan 3. Infeksi saluran pernafasan
Pelorodan
Mencuci Kain 4. Iritasi mata
5. Keluhan punggung,
pingganh, bahu, leher bagian
atas dan bawah, bahu
1. Iritasi kulit
2. Paparan sinar UV
3. Kemerahan parah dan nyeri
serta peradangan
Mengeringkan Kain
4. Infeksi saluran pernafasan
5. Iritasi mata
6. Keluhan punggung,
pingganh, bahu, leher bagian

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

RISIKO YANG MUNGKIN


TAHAPAN DIMENSI RUANG
TERJADI
atas dan bawah, bahu
1. Tersandung
2. Terpeleset
3. Infeksi sauran pernafasan
Mengepres Dan Melipat 4. Keleahan punggung,
Kain pinggang, bahu, leher bagian
atas dan bawah
5. Iritasi mata
6. Iritasi kulit
Penyempurnaan
1. Tersandung
2. Tertimpa barang
3. Terlindas alat pengangkut
kain
Packing
4. Tergores/terpotong karena
alat angkut barang
5. Terkilir
6. Sakit pinggang

IDENTIFIKASI 5 FAKTOR RISIKO


1. FAKTOR FISIKA
a. Penyakit mata seperti plus minus akibat penerangan yang kurang atau terlalu
terang dan frekuensi yang cukup lama
b. Kebisingan yang berasal dari mesin jahit (Peraturan menteri tenaga kerja dan
transmigrasi RI no. 13/MEN/X/2011)
c. Debu dan partikel lainnya yang melebihi NAB kadar debu total 10.000 g/m3
(Kepmenkes RI nomor 1405 Tahun 2002)
d. Suhu Ekstrem (Panas) yang melebihi NAB yaitu
- Untuk beban kerja ringan : 30,0 o C
- Untuk beban kerja sedang : 26,7 o C
- Untuk beban kerja berat : 25,0 o C

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

CATATAN
- Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 200 kilo kalori/jam
- Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih besar 200 350 kilo
kalori/jam
- Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih besar dari 350500 kilo
kalori/jam. (Badan Standarisasi Nasional SNI 16-7063-2004)
e. Intensitas pencahayaan yang tidak optimal dengan intensitas cahaya optimal
ruangan industri pekerjaan menengah yaitu 200-500 Lux (Badan Standarisasi
Nasional SNI 03 6197-2000)
f. Lingkungan kerja yang tidak saniter (material dan peralatan yang tidak
tersusun rapi dll)
g. Masalah sumber api (pengelasan, percikan listrik bunga api dll)
h. Ventilasi udara ruangan yang tidak memenuhi standar (25% luas lantai)
2. FAKTOR KIMIA
a. Paparan bahan kimia zat pewarna batik (zat kimia soda api dan sodium silikat)
b. Residu hasil pelorodan kain batik
c. Zat naftol pada proses pencucian kain batik
3. FAKTOR BIOLOGI
a. Mikroorganisme (bakteri dan virus) yang terdapat di sekitar lingkungan kerja
b. Jamur yang terdapat di sekitar lingkungan kerja akibat lingkungan yang lembab
c. Lumut kerak di sekitar lingkungan kerja
d. Penyakit bawaan para pengrajin batik (Hepatitis, Penyakit kulit, dll)
4. FAKTOR ERGONOMI/FISIOLOGIS
a. Tidak adanya safety sign yang jelas
b. Kurang nya penertiban mengenai SOP yang jelas
c. Tidak adanya P2K3
d. Posisi yang tudak ergonomis (membungkuk, memuntir, dll)
e. Gangguan fisiologis pengrajin batik (gangguan metabolisme, keterbatasan
penglihatan, kurang nya teliti, dll)
f. Kurang nya persediaan APD
g. APD belum efektif

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

5. FAKTOR PSIKO-SOSIAL
a. Hubungan antar karyawan yang kurang baik
b. Keterlambatan pembayaran gaji
c. Kelainan pekerja dalam proses kerja
d. Motivasi pekerja yang kurang
e. Ketidaksesuaian antara kapasitas dengan beban kerja
f. Penempatan kerja pekerja yng tidak sesuai
g. Tekanan yang dialami oleh pekerja
h. Kurangnya ketrampilan pekerja pada saat proses pembatikan
i. Tidak mematuhi SOP (penggunaan, perawatan dan penyimpanan bahan dan
alat)
j. Tindakan pekerja yang tidak aman
3.3 Dampak dari Bahaya UMKM Batik di Banyuwangi
Berdasarkan factor risiko atau sumber bahaya yang telah disebutkan, maka
dapat menyebabkan beberapa dampak yang mampu mempengaruhi, diantaranya:
1. Gangguan iritasi kulit karena terpapar zat pewarna (naftol)
2. Gangguan pernapasan dana tau ISPA akibat bau yang dihasilkan dari zat
pewarna dan akumulasi debu total
3. Iritasi kulit karena paparan sinar UV matahari dan paparan bahan kimia
4. Heatstroke akibat suhu ekstrem (panas) di lingkungan kerja
5. Gangguan penglihatan karena intensitas penerangan ruangan yang kurang
optimal
6. Tersetrum akibat masalah sumber listrik
7. Terbakar atau kebakaran akibat masalah sumber api
8. Kehabisan oksigen dana tau asfiksia karena ventilasi udara yang kurang baik
9. Lecet atau luka kecil. Luka lecet terjadi karena kulit terkelupas akibat
gesekan atau akibat kontak langsung dengan benda tajam
10. Cidera mata, karena uap, debu, asap dan terkena kotoran.
11. Kelelahan mata yang mampu mengakibatkan kehilangan produktifitas,
kualitas kerja rendah, banyak nya terjadi kesalahan, kecelakaan kerja
meningkat

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

12. Uap zat kimia dapat mengakibatkan iritasi dan peradangan pada saluran
pernapasan dengan gejala batuk, pilek, sesak napas, demam.
13. Dermatitis
14. Beresiko terjadinya kanker
15. Keracunan bahan kimia berbahaya
16. Tertular penyakit oleh mikroorganisme maupun pekerja lainnya
17. Mikosis superfisial yang merupakan penyakit akibat jamur yang hanya
tumbuh pada kulit dan rambut
18. Kecelakaan alat pengangkut benda (pada saat proses packaging)
19. Stress hingga depresi akibat faktor psiko-sosial yang terjadi
20. Dampak terhadap lingkungan, diantaranya akan menurunkan kualitas
lingkungan, merusak kehidupan lingkungan air dan sumur dan sumber air
sungai tidak dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan sehari-hari.
3.4 Tabel HIRARC
Penge MR
Pengendalian PJ
ndalia K K TR
NO Lokasi Aktifitas Uraian Bahaya yang PENGEND
n saat
dibutuhkan ALIAN
ini
1. Gudang Mengukur Iritasi kulit, - 4 1 Low -Mengganti Pengawas
kain kain Goresan dengan penggaris UMKM
penggaris, lebih tebal Batik
Keluhan
punggung,
pinggang, leher
dan bahu
Memotong Tergores dengan - 4 4 High Proses
kain alat potong pemotongan
Teriris alat dilakukan di
potong tempat yang
Terbelit terang dan
gulungan kain luas ruang
Tersandung gerak
Terpeleset
Keluhan

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

punggung,
pinggang, leher
dan bahu
Menjahit Tertusuk jarum - 2 4 Medi Posisi kerja
Kain tangan um serta desain
Tertusuk jarum ruangan
mesin jahit kerja
Tergunting
Tersetrum mesin
jahit listrik
Keluhan
pinggang,
punggung, leher
bagian atas dan
bawah, bahu dan
bokong karena
posisi duduk
yang statis
Kelelahan mata
Benda-benda
dan peralatan
jahit yang tajam
beresiko
melukai tangan
2. Ruang Pemolaan, Kelelahan mata - 3 2 Medi Meningkatka
pembatika Pembatikan Keluhan um n
n pinggang, pencahayaan
punggung, leher - 3 2 Medi Penggunaan
bagian atas dan um APD goves
bawah, bahu dan masker
Gesekan kulit
dengan kain
Debu hasil
buangan alat
hapus

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

Debu hasil
goresan pensil
dengan kain
3. Dapur Pewarnaan Kontak dengan - 4 3 High Penggunaan
pewarnaan kulit sarung
mengakibatkan tangan
luka bernanah panjang
Terpeleset hingga
Kulit lengan, apron
kemerahan plastic,
Menyebabkan masker.
iritasi Menggunaka
Iritasi system n bantuan
pernafasan alat dalam
Iritasi mata proses
pencelupan
Pelorodan Iritasi kulit - 2 4 Medi Menggunaka
Kemerahan um n kacamata,
parah dan nyeri menghindari
serta peradangan asap liin,
Infeksi saluran pelodoran
pernafasan dilakuakn di
Iritasi mata ruang
Keluhan terbuka
punggung,
pingganh, bahu,
leher bagian atas
dan bawah, bahu
4. Ruang Mengepres Tersandung - 1 3 Low Anti slip pada
packing kain Terpeleset ruang kerja.
Infeksi sauran
pernafasan
Keleahan
punggung,
pinggang, bahu,

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

leher bagian atas


dan bawah
Iritasi mata
Iritasi kulit

3.5 Usulan Program Pencegahan

Program UMKM Mandiri (Sadar keselamatan diri sendiri) upaya


pengoptimalan upaya kesehatan kerja di puskesmas
Program UMKM Mandiri (Sadar keselamatan diri sendiri) merupakan
Program Kesehatan Pekerja bidang informal yang dilakukan secara komprehensif,
program UMKM MANDIRI ditujukan untuk memberikan pelayanan yang
meliputi Promotif Preventif Kuratif dan Rehabilitatif. Tujuan adanaya program ini
agar pekerja dalam bidang informal mampu hidup mandiri dalam memelihara
kesehatan kerja. Latar belakang kami membuat inovasi dikarenakan dari hasil
analisis situasi dan penentuan prioritas masalah serta program Upaya Kesehatan
Kerja belum dilakukan secara maksimal, apalagi dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No 75 Tahun 2014 menjadikan upaya kesehatan kerja bukan sebagai
program esensial namun upaya pengembangan. Untuk itu kami membuat program
ini agar dapat mengintensifkan upaya kesehatan kerja utamanya di bidang
informal yang dilkasanakan oleh puskesmas. Program UMKM MANDIRI

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

mempunyai beberapa kegiatan dalam bidang Promotif, Preventif, Kuratif dan


Rehabilitatif.
Program Promotif dimaksudkan agar keadaan fisik dan mental pekerja
senantiasa dalam kondisi baik. Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang
sehat dengan tujuan untuk meningkatkan kegairahan kerja, mempertinggi efisiensi
dan daya produktifitas tenaga kerja Kegiatannya antara lain meliputi:
1.Pembelajaran dan simulasi pemakaian alat pelindung diri
2.Pembelajaran serta praktek terkait P3K.
3.Sosialisasi Potensi Bahaya dari pekerjaan pengangkutan sampah melalui
paguyuban atau komunitas pekerjaan sejenis
Program Preventif dimaksudkan untuk memberikan pencegahan terhadap
paenyakit akibat kerja yang berpotensi dialami oleh pekerja Program ini
meliputi:
1.Pembagian Alat pelindung diri
2.Pemeriksaan Kesehatan secara rutin, awal dan berkala
Pelayanan kesehatan kuratif, suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, pengendalian kecacatan agar
kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin program kuratif dalam
UMKM MANDIRI antara lain:
1. UGD(Unit Gawat Darurat)
2. Pengobatan Rawat Jalan
3.Pelayanan One Day Care
4. Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan kesehatan rehabilitatif, kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat, semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya program
rehabilitatif dalam UMKM MANDIRI Antara lain:
1.Pengadaan alat bantu bagi pekerja dengan disabilitas.

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

3.6 Sasaran dan Target Program UMKM MANDIRI ( Pekerja Sehat dan Mandiri)
Sasaran program ini adalah pekerja di bidang informal dalam hal ini termasuk
pengangkut sampah yang berada dalam wilayah kerja puskesmas di tiap
desa/kecamatan, pekerja yang termasuk adalah pekerja yang memiliki KTP sesuai
wilayah puskesmas, tujuan adanya KTP adalah untuk menghindari identitas ganda
dan juga pekerja dibawah umur.
Target dari program pekerja sehat dan mandiri adalah 100% Tenaga kerja
informal memiliki kartu UMKM MANDIRI.
3.7 Metode Pelaksanaan Kegiatan
Dalam menjalankan kegiatan UMKM MANDIRI( Pekerja sehat dan
mandiri) diperlukan penatalaksanaan kegiatan secara tersistem agar program
dapat berjalan secara terpadu, Program UMKM MANDIRI(Pekerja sehat dan
Mandiri) yang dilaksanakan oleh puskesmas melaui upaya pengembangan
kesehatan kerja. Dalam hal ini penanggung jawab program ini adalah kepala
puskesmas.
3.7.1 Pendataan Pekerja
Langkah pertama dalam melaksanakan program UMKM Mandiri dapat
dimulai dengan mengidentifikasi dan mendata jumlah pekerja serta jenis
pekerjaan serta memuat komunitas pekerja bidang informal yang ada di
wilayah kerja puskesmas.
3.7.2 Identifikasi Risiko
Pada tahap identifikasi risiko setelah data dan informasi pekerja
terkumpul, maka dibuat identifikasi, penilaian dan pengendalian bahaya dari
masing-masing pekerjaan yang didapat dalam hal ini pekerjaan tukang angkut
sampah memiliki sumber bahaya sebagaimana dijelaskan dalam bab 2.
3.7.3 Pembagian Kartu Peserta
Pembagian Kartu Peserta UMKM MANDIRI adalah salah satu inovasi
dalam program ini, setiap pekerja informal di wilayah puskesmas dapat
memiliki kartu ini dengan cara mendaftarkan secara individu atau kolektif
dengan syarat membawa KTP. Manfaat dari kartu UMKM MANDIRI
adalah peserta secara gratis dapat memperoleh pelayanan secara

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

komprehensif terkait dengan kesehatan kerja yang diberikan oleh


puskesmas.
3.7.4 Pelaksanaan Program
Pelaksanaan program Promotif dan Preventif lebih menekankan pada
kunjungan ke lingkungan pekerja sebagai contoh sosialiasi dan pembagian
APD dilaksanakan dengan mengunjungi komunitas/paguyuban tukang
sampah, terkait dengan APD pihak puskesmas juga mneyediakan APD
sesuai dengan jenis pekerjaan; misalnya tukang sampah akan disediakan
sepatu, sarung tangan, dan topi. Sedangkan program kuratif dan
rehabilitative dapat dilaksanakan dengan pekerja mengunjungi puskesmas.
3.7.5 Evaluasi Program
Evaluasi program dilihat dengan mengukur persentase kepemilikan kartu
UMKM MANDIRI di wilyah kerja puskesmas sehingga pekerja dapat
memanfaatkan program pekerja sehat dan mandiri secara optimal.

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Kegiatan UKM Batik teridri dari pembuatan lilin, pembuatan alat cap,
pelilinan batik cap, pelilinan batik tulis, pewarnaan dan pelorodan kain batik.
Beberapa bahan dan alat yang cukup berbahaya yang tidak jarang digunakan oleh
pengusaha Batik diantaranya korek api, kompor, gas, lempengan plat tembaga,
gunting, tang, jangka besi, penggaris, logam seng, pewarna kimia
(napthol,indigosol dan prosion), deterjen, larutan soda api, natrium nitrit, Air
panas, gondorukem, damar, parafin.
Hasil identifikasi risiko yang dianalisis dengan metode HIRARC diperoleh
4 lokasi kegiatan yakni gudang kain, ruang pembatikan, ruang pewarnaan dan
ruang packing, dari keeempat lokasi tersebut ada 8 aktifitas. Perhitungan risiko
dari 8 aktifitas tersebut low risk ada 2, medium risk ada 4 dan high risk ada 2.
High risiko ada pada proses pewarnaan kontak dengan kulit mengakibatkan luka
bernanah terpeleset kulit kemerahan menyebabkan iritasi iritasi system pernafasan
iritasi mata.
Penanggulangan terhadap manajemen bahaya UKM Batik yang dapat
dilakukan adalah program UMKM Mandiri (Sadar keselamatan diri sendiri) yang
terdiri dari program promotof, pelayanan kuratif dan rehabilitatif. Sasaran
program ini yakni pekerja UKM Batik.

4.2 Saran

1. UKM Batik di Banyuwangi perlu meningkatkan kesadaran terhadap


kesehatan dan keselamatan pekerja
2. Pada bahan yang kontak langsung dengan kulit atau yang terdapat pada
proses pewarnaan sebaiknya menggunakan APD, minimal dengan gloves
3. Pemerintah Banyuwangi perlu memberikan perhatian lebih terhadap UKM
yang ada, terutama pada pelaksanaan K3 pada UKM tersebut dengan
kerjasana dengan Puskesmas maupun pihak-pihak lain.

Makalah MRK3 UKM Batik


MANAJEMEN RISKO K3 October 16, 2017

DAFTAR PUSTAKA

Sari, S. R., Lubis, M. Y., & Aisha, A. N. (2015). Designing Procedure To


Minimize The Risk Of K3 Based On The. E-Proceeding Of Engineering,
4952-4959.
RPJMB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016-2021. Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi. http:/banyuwangikab.go.id
Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 7 Tahun 2016 Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Banyuwangi. 15
Agustus 2016. Lembaran Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016
Nomor 12. Banyuwangi
Wijaya, Ganda Gery. 2014. Analisis Potensi Kecelakaan Kerja pada Pembuatan
Batik dengan Metode Hazard Identification and Risk Assessment (Hira)
(Studi Kasus Di Griya Batik Gress Tenan). Naskah Publikasi. Jurusan
Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah. Surakarta
Australian Standard/New Zealand Standard 4360:2004. Risk Management
Guidelines. Sydney.
Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manjemen Risiko Dalam Prespektif
K3 OHS Risk Management. Jakarta: Dian Agung
Suma'mur, P.K. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta:
PT. Toko Gunung Agung.

Makalah MRK3 UKM Batik

Anda mungkin juga menyukai