MANAJEMEN RISIKO K3
ANALISIS DENGAN METODE HIRARC PADA
UMKM BATIK DI KABUPATEN BANYUWANGI
Oleh:
Rizka Khawari Aulia 101411535020
Febriani Nurul Kholifah 101411535023
Ahmad Shoghi Effendi 101411535033
Sauki Ahmad 101411535042
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu UMKM yang ada yakni usaha Batik Banyuwangi. Adapun
beberapa kegiatan yang dijalani di usaha UMKM Batik yaitu kegiatan pembuatan
lilin, pembuatan alat cap, pelilinan batik cap, pelilinan batik tulis, pewarnaan dan
pelorodan kain batik. Beberapa bahan dan alat yang cukup berbahaya yang tidak
jarang digunakan oleh pengusaha Batik diantaranya korek api, kompor, gas,
lempengan plat tembaga, gunting, tang, jangka besi, penggaris, logam seng,
pewarna kimia (napthol,indigosol dan prosion), deterjen, larutan soda api, natrium
nitrit, Air panas, gondorukem, damar, parafin. (Sari, Lubis, & Aisha, 2015)
Bahan dan alat tersebut dapat menjadi risiko bahaya bagi pekerja batik baik
dalam jangka waktu dekat maupun lama. Usaha Batik Banyuwangi, merupakan
usaha UMKM yang cukup strategis. Hal ini didukung dengan letak geografis
Kabupaten Banyuwangi yang dekat dengan Pulau Bali sehingga memiliki
destinasi wisata yang menarik. Menurut RPJMB Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Banyuwangi tahun 2016-2021, keadaan tersebut didukung dengan seni
budaya dan adat istiadat khas Banyuwangi yang beragam dan terpelihara dengan
baik, sehingga dapat menunjang perekonomian salah satunya dengan
mengembangkan usaha Batik dengan nuansa khas Banyuwangi seperti Batik
Gajah Oling.
Isi dari RPJMB tersebut juga menyebutkan bahwa bargaining position dari
UMKM yang ada di Banyuwangi masih lemah. Oleh karena itu, dari beberapa
ulasan di atas sebagai upaya dalam mencapai K3 yang ada di UMKM Batik di
Banyuwangi serta dalam meningkatkan kekuatan bargaining bagi wirausahawan
batik, perlu dilakukan manajemen yang kaitanya dengan kesehatan dan
keselamatan kerja. Hal ini yang nantinya dapat menyumbangkan presentase
peningkatan kerja pada pekerja batik khususnya pada lingkup kesehatan dan
keselamatan kerja yang diharapkan akan meningkatkan pula produktivitas kerja.
Hasil manajemen ini nantinya akan dihitung menggunakan metode HIRARC
yakni sebuah metode untuk mengidentifikasi bahaya dan penilaian terhadap
risiko. Tujuannya yakni untuk mencegah atau mengurangi terjadinya insiden yang
dapat menimbulkan kerugian. Salah satu cara adalah melakukan analisis bahaya
dan risiko terhadap kegiatan yang ada, agar diketahui kegiatan yang memiliki
tingkat bahaya dan risiko tertinggi di Batik Banyuwangi. (Sari, Lubis, & Aisha,
2015) Apabila telah diketahui kegiatan yang memiliki tingkat bahaya dan risiko
tertinggi di Batik banyuwangi, dapat ditentukan beberapa pengendalian lanjut
yang dapat dilakukan oleh perusahaan sebagai upaya pencegahan atau
pengendalian bahaya, diantaranya yaitu hirarki pengendalian risiko bahaya di
tempat kerja.
1.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Identifikasi pekerjaan UMKM Batik di Banyuwangi?
2. Bagaimana hasil analisis Risiko Bahaya UMKM Batik di Banyuwangi?
3. Bagaimana dampak dari Bahaya UMKM Batik di Banyuwangi?
4. Bagaimana hasil tabel HIRARC pada UMKM Batik di Banyuwangi?
5. Bagaimana upaya dan usulan program pencegahan bahaya pada UMKM
Batik di Banyuwangi?
1.2 Tujuan
1. Menjelaskan hasil Identifikasi pekerjaan UMKM Batik di Banyuwangi
2. Menunjukan dan memahami hasil analisis Risiko Bahaya UMKM Batik di
Banyuwangi
3. Mengidentifikasi dampak dari Bahaya UMKM Batik di Banyuwangi
4. Menunjukan hasil tabel HIRARC pada UMKM Batik di Banyuwangi
5. Menyarankan dan mengetahi upaya dan usulan program pencegahan
bahaya pada UMKM Batik di Banyuwangi?
1.3 Manfaat
Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah Manajemen
Risiko K3 ini yakni sebagai berikut:
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Sebagai pemenuhan tugas Manajemen Risiko K3, dan media
pembelajaran dalam melatih daya pikir atau penalaran mahasiswa
2. Bahan baca atau rujukan bagi mahasiswa lain
1.3.2 Bagi Masyarakat
1. Referensi dalam melaksanakan K3 UMKM khususnya kegiatan usaha
batik
2. Bahan baca atau referensi
3. Menambah wawasan dalam menjalankan usaha UMKM khususnya batik
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menurut OHSAS 18001, risiko adalah kombinasi dari kemungkinan
terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan dari cidera atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut.
Sedangkan manajemen risiko adalah suatu proses untuk mengelola risiko yang
ada dalam setiap kegiatan (Ramli, 2010).
Risiko adalah manifestasi atau perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang
mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar. Tergantung dari cara
pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari yang paling ringan atau
rendah sampai ke tahap yang paling berat atau tinggi. Melalui analisis dan
evaluasi semua potensi bahaya dan risiko, diupayakan tindakan minimalisasi atau
pengendalian agar tidak terjadi bencana atau kerugian lainnya (Sugandi, 2003).
Sedangkan berdasarakan paparan The Standards Australia/New Zealand
4360:2004, risiko adalah suatu kemungkinan dari suatu kejadian yang tidak
diinginkan yang akan mempengaruhi suatu aktivitas atau objek. Risiko tersebut
diukur dalam terminologi occurrence dan severity. Risiko diukur dalam kaitannya
dengan kecenderungan terjadinya suatu kejadian dan konsekkuensi atau akibat
yang dapat ditimbulkannya. Dari definisi tersebut maka diperoleh pengertian
bahwa suatu risiko diperhitungkan menurut kemungkinan terjadinya suatu
kejadian serta konsekuensi yang ditimbulkan.
2.1.1 Tipe jenis dan macam resiko
Risiko dapat dibedakan menurut tipe, jenis dan macamnya. Beberapa tipe risiko
antara lain:
a) Risiko yang sulit dikendalikan manajemen perusahaan, contohnya adalah
risiko kebakaran akibat adanya hubungan pendek arus listrik
b) Risiko yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Risiko ini bisa
terjadi pada saat perusahaan akan membangun pabrik baru atau saat
meluncurkan produk baru, jika salah memprediksi, perusahaan akan menerima
risiko berupa kerugian
Sedangkan menurut jenisnya, risiko dapat dibedakan menjadi beberapa
bagian sebagai berikut:
Hasil analisis risiko dievaluasi dan dibandingkan dengan kriteria yang telah
ditetapkan atau standard dan norma yang berlaku untuk menentukan apakah risiko
tersebut dapat diterima atau tidak. Jika risiko dinilai tidak dapat diterima, harus
dikelola atau ditangani dengan baik. Penilaian risiko (risk assessment) mencakup
dua tahapan proses yaitu menganalisis risiko (risk analysis) dan mengevaluasi
risiko (risk evaluation). Kedua tahapan ini sangat penting karena akan
menentukan langkah dan strategi pengendalian risiko.
2.4.3 Pengendalian resiko.
Kendali atau control terhadap bahaya dilingkungan kerja adalah tindakan-
tindakan yang diambil untuk meminimalisir atau mengeliminasi risiko kecelakaan
kerja melalui eliminasi, subsitusi, engineering control, warning system,
administrative control dan alat pelindung diri.
2.4.3.1 Eliminasi.
Hirarki teratas adalah eliminasi dimana bahaya yang ada harus dihilangkan
pada saat proses pembuatan desain dibuat. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam menjalankan suatu sistem
karena adanya kekurangan pada desain. Penghilangan bahaya merupakan metode
yang paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan perilaku pekerja dalam
menghindari risiko, namun demikian penghapusan benar-benar terhadap bahaya
tidak selalu praktis dan ekonomis. Missal: bahaya jatuh, bahaya ergonomi, bahaya
confined space, bahaya bising, bahaya kimia. Semua itu harus dieliminasikan jika
berpotensi berbahaya.
2.4.3.2 Subtitusi
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi
ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan
pengendalian ini akan menurunkan bahaya dan risiko melalui ystem ulang
maupun desain ulang. Missal: ystem otomatisasi pada mesin untuk mengurangi
interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan pembersih
kimia yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus listrik,
mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair
atau basah.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Identifikasi UMKM Batik di Banyuwangi
Batik di Indonesia meruupakan salah satu yang termasuk ke dalam unit
Usaha Kecil Menengah (UKM) sehingga proses pengembangannya masih
membutuhkan kebijakan-kenijakan dari pemerintah. Di era saat ini para pembatik
jika dideskripsikan mengenai produk yang dihasilkan, di Indonesia sendiri
terdapat tiga metode yaitu berupa batik tulis, batik cap dan batik printing. Proses
pembuatan ketiga macam metode ini berbeda, sehingga dampak yang mungkin
akan terjadi juga berbeda. Pembahasan kali ini berfokus pada pembatik dengan
proses batik tulis. Disebut batik tulis karena proses penggambaran motifnya
menggunakan tangan. Proses pembuatan batik tulis tergolong cukup lama dan
memakan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan bila desain motifnya
memang tergolong sulit sehingga untuk harga jual pasar nya pun juga relative
semakin mahal. Sehingga produksi batik tulis biasa nya made by order atau
produksi sesuai pesanan. Jika ditinjau kembali profesi pembatif akan memiliki
risiko gangguan kesehatan terlebih pada bagian tulang dan persendian karena akan
melakukan pekerjaan yang bersifat statis dan stasiun kerja yang terbatas.
Membatik sendiri merupakan proses pembuatan motif dan corak melalui
pelekatan lilin pada kain yang berulang-ulang menggunakan canting kemudian
diberi warna sesuai dengan pola atau desain yang dikehendaki menggunakan
pewarna sintetis dan diakhiri dengan pelorodan dan penjemuran selama berhari-
hari dan dilakukan pelorodan kembali untuk benar-benar menghilangkan lilin
yang masih tertempel pada kain. Oleh karena itu maka keselamatan kerja disini
harus secara menyeluruh dapat diterapkan untuk mengurangi risiko terjadinya
kecelakaan aibat kerja.
Pada berbagai penelitian yang telah dilakukan, salah satunya penelitian
Anindyajati pada tahun 2007 mengungkapkan bahwa beberapa pekerja industry
batik Melati di Solo yang telah lama bekerja dan kontak langsung dengan asap
lilin, 50% pekerja mengungkapkan adanya gangguan pernafasan. Selain itu juga
terjadi pada pekerja industry batik Fatimah di Solo mengungkapkan bahwa
gangguan sesak nafas dan tubuh yang semakin mengurus adalah gangguan yang
sebagian besar dirasakan oleh pekerja.
3.2 Risiko Bahaya UMKM Batik di Banyuwangi
Jika melihat pada proses pembuatan batik tulis secara dapat diamati yaitu
melalui proses tahap persiapan, pemolaan, pembatikan, pewarnaan, pelorodan dan
penyempurnaan.
RISIKO YANG MUNGKIN
TAHAPAN DIMENSI RUANG
TERJADI
1. Gesekan kain dengan kulit
yag menyebabkan iritasii
kulit
Mengukur Kain
2. Goresan dengan penggaris
3. Keluhan punggung,
pinggang, leher dan bahu
1. Tergores dengan alat potong
2. Teriris alat potong
3. Terbelit gulungan kain
Memotong Kain 4. Tersandung
5. Terpeleset
6. Keluhan punggung,
Persiapan
pinggang, leher dan bahu
1. Tertusuk jarum tangan
2. Tertusuk jarum mesin jahit
3. Tergunting
4. Tersetrum mesin jahit listrik
5. Keluhan pinggang,
Menjahit Kain punggung, leher bagian atas
dan bawah, bahu dan bokong
karena posisi duduk yang
statis
6. Kelelahan mata
7. Benda-benda dan peralatan
CATATAN
- Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 200 kilo kalori/jam
- Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih besar 200 350 kilo
kalori/jam
- Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih besar dari 350500 kilo
kalori/jam. (Badan Standarisasi Nasional SNI 16-7063-2004)
e. Intensitas pencahayaan yang tidak optimal dengan intensitas cahaya optimal
ruangan industri pekerjaan menengah yaitu 200-500 Lux (Badan Standarisasi
Nasional SNI 03 6197-2000)
f. Lingkungan kerja yang tidak saniter (material dan peralatan yang tidak
tersusun rapi dll)
g. Masalah sumber api (pengelasan, percikan listrik bunga api dll)
h. Ventilasi udara ruangan yang tidak memenuhi standar (25% luas lantai)
2. FAKTOR KIMIA
a. Paparan bahan kimia zat pewarna batik (zat kimia soda api dan sodium silikat)
b. Residu hasil pelorodan kain batik
c. Zat naftol pada proses pencucian kain batik
3. FAKTOR BIOLOGI
a. Mikroorganisme (bakteri dan virus) yang terdapat di sekitar lingkungan kerja
b. Jamur yang terdapat di sekitar lingkungan kerja akibat lingkungan yang lembab
c. Lumut kerak di sekitar lingkungan kerja
d. Penyakit bawaan para pengrajin batik (Hepatitis, Penyakit kulit, dll)
4. FAKTOR ERGONOMI/FISIOLOGIS
a. Tidak adanya safety sign yang jelas
b. Kurang nya penertiban mengenai SOP yang jelas
c. Tidak adanya P2K3
d. Posisi yang tudak ergonomis (membungkuk, memuntir, dll)
e. Gangguan fisiologis pengrajin batik (gangguan metabolisme, keterbatasan
penglihatan, kurang nya teliti, dll)
f. Kurang nya persediaan APD
g. APD belum efektif
5. FAKTOR PSIKO-SOSIAL
a. Hubungan antar karyawan yang kurang baik
b. Keterlambatan pembayaran gaji
c. Kelainan pekerja dalam proses kerja
d. Motivasi pekerja yang kurang
e. Ketidaksesuaian antara kapasitas dengan beban kerja
f. Penempatan kerja pekerja yng tidak sesuai
g. Tekanan yang dialami oleh pekerja
h. Kurangnya ketrampilan pekerja pada saat proses pembatikan
i. Tidak mematuhi SOP (penggunaan, perawatan dan penyimpanan bahan dan
alat)
j. Tindakan pekerja yang tidak aman
3.3 Dampak dari Bahaya UMKM Batik di Banyuwangi
Berdasarkan factor risiko atau sumber bahaya yang telah disebutkan, maka
dapat menyebabkan beberapa dampak yang mampu mempengaruhi, diantaranya:
1. Gangguan iritasi kulit karena terpapar zat pewarna (naftol)
2. Gangguan pernapasan dana tau ISPA akibat bau yang dihasilkan dari zat
pewarna dan akumulasi debu total
3. Iritasi kulit karena paparan sinar UV matahari dan paparan bahan kimia
4. Heatstroke akibat suhu ekstrem (panas) di lingkungan kerja
5. Gangguan penglihatan karena intensitas penerangan ruangan yang kurang
optimal
6. Tersetrum akibat masalah sumber listrik
7. Terbakar atau kebakaran akibat masalah sumber api
8. Kehabisan oksigen dana tau asfiksia karena ventilasi udara yang kurang baik
9. Lecet atau luka kecil. Luka lecet terjadi karena kulit terkelupas akibat
gesekan atau akibat kontak langsung dengan benda tajam
10. Cidera mata, karena uap, debu, asap dan terkena kotoran.
11. Kelelahan mata yang mampu mengakibatkan kehilangan produktifitas,
kualitas kerja rendah, banyak nya terjadi kesalahan, kecelakaan kerja
meningkat
12. Uap zat kimia dapat mengakibatkan iritasi dan peradangan pada saluran
pernapasan dengan gejala batuk, pilek, sesak napas, demam.
13. Dermatitis
14. Beresiko terjadinya kanker
15. Keracunan bahan kimia berbahaya
16. Tertular penyakit oleh mikroorganisme maupun pekerja lainnya
17. Mikosis superfisial yang merupakan penyakit akibat jamur yang hanya
tumbuh pada kulit dan rambut
18. Kecelakaan alat pengangkut benda (pada saat proses packaging)
19. Stress hingga depresi akibat faktor psiko-sosial yang terjadi
20. Dampak terhadap lingkungan, diantaranya akan menurunkan kualitas
lingkungan, merusak kehidupan lingkungan air dan sumur dan sumber air
sungai tidak dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan sehari-hari.
3.4 Tabel HIRARC
Penge MR
Pengendalian PJ
ndalia K K TR
NO Lokasi Aktifitas Uraian Bahaya yang PENGEND
n saat
dibutuhkan ALIAN
ini
1. Gudang Mengukur Iritasi kulit, - 4 1 Low -Mengganti Pengawas
kain kain Goresan dengan penggaris UMKM
penggaris, lebih tebal Batik
Keluhan
punggung,
pinggang, leher
dan bahu
Memotong Tergores dengan - 4 4 High Proses
kain alat potong pemotongan
Teriris alat dilakukan di
potong tempat yang
Terbelit terang dan
gulungan kain luas ruang
Tersandung gerak
Terpeleset
Keluhan
punggung,
pinggang, leher
dan bahu
Menjahit Tertusuk jarum - 2 4 Medi Posisi kerja
Kain tangan um serta desain
Tertusuk jarum ruangan
mesin jahit kerja
Tergunting
Tersetrum mesin
jahit listrik
Keluhan
pinggang,
punggung, leher
bagian atas dan
bawah, bahu dan
bokong karena
posisi duduk
yang statis
Kelelahan mata
Benda-benda
dan peralatan
jahit yang tajam
beresiko
melukai tangan
2. Ruang Pemolaan, Kelelahan mata - 3 2 Medi Meningkatka
pembatika Pembatikan Keluhan um n
n pinggang, pencahayaan
punggung, leher - 3 2 Medi Penggunaan
bagian atas dan um APD goves
bawah, bahu dan masker
Gesekan kulit
dengan kain
Debu hasil
buangan alat
hapus
Debu hasil
goresan pensil
dengan kain
3. Dapur Pewarnaan Kontak dengan - 4 3 High Penggunaan
pewarnaan kulit sarung
mengakibatkan tangan
luka bernanah panjang
Terpeleset hingga
Kulit lengan, apron
kemerahan plastic,
Menyebabkan masker.
iritasi Menggunaka
Iritasi system n bantuan
pernafasan alat dalam
Iritasi mata proses
pencelupan
Pelorodan Iritasi kulit - 2 4 Medi Menggunaka
Kemerahan um n kacamata,
parah dan nyeri menghindari
serta peradangan asap liin,
Infeksi saluran pelodoran
pernafasan dilakuakn di
Iritasi mata ruang
Keluhan terbuka
punggung,
pingganh, bahu,
leher bagian atas
dan bawah, bahu
4. Ruang Mengepres Tersandung - 1 3 Low Anti slip pada
packing kain Terpeleset ruang kerja.
Infeksi sauran
pernafasan
Keleahan
punggung,
pinggang, bahu,
3.6 Sasaran dan Target Program UMKM MANDIRI ( Pekerja Sehat dan Mandiri)
Sasaran program ini adalah pekerja di bidang informal dalam hal ini termasuk
pengangkut sampah yang berada dalam wilayah kerja puskesmas di tiap
desa/kecamatan, pekerja yang termasuk adalah pekerja yang memiliki KTP sesuai
wilayah puskesmas, tujuan adanya KTP adalah untuk menghindari identitas ganda
dan juga pekerja dibawah umur.
Target dari program pekerja sehat dan mandiri adalah 100% Tenaga kerja
informal memiliki kartu UMKM MANDIRI.
3.7 Metode Pelaksanaan Kegiatan
Dalam menjalankan kegiatan UMKM MANDIRI( Pekerja sehat dan
mandiri) diperlukan penatalaksanaan kegiatan secara tersistem agar program
dapat berjalan secara terpadu, Program UMKM MANDIRI(Pekerja sehat dan
Mandiri) yang dilaksanakan oleh puskesmas melaui upaya pengembangan
kesehatan kerja. Dalam hal ini penanggung jawab program ini adalah kepala
puskesmas.
3.7.1 Pendataan Pekerja
Langkah pertama dalam melaksanakan program UMKM Mandiri dapat
dimulai dengan mengidentifikasi dan mendata jumlah pekerja serta jenis
pekerjaan serta memuat komunitas pekerja bidang informal yang ada di
wilayah kerja puskesmas.
3.7.2 Identifikasi Risiko
Pada tahap identifikasi risiko setelah data dan informasi pekerja
terkumpul, maka dibuat identifikasi, penilaian dan pengendalian bahaya dari
masing-masing pekerjaan yang didapat dalam hal ini pekerjaan tukang angkut
sampah memiliki sumber bahaya sebagaimana dijelaskan dalam bab 2.
3.7.3 Pembagian Kartu Peserta
Pembagian Kartu Peserta UMKM MANDIRI adalah salah satu inovasi
dalam program ini, setiap pekerja informal di wilayah puskesmas dapat
memiliki kartu ini dengan cara mendaftarkan secara individu atau kolektif
dengan syarat membawa KTP. Manfaat dari kartu UMKM MANDIRI
adalah peserta secara gratis dapat memperoleh pelayanan secara
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Kegiatan UKM Batik teridri dari pembuatan lilin, pembuatan alat cap,
pelilinan batik cap, pelilinan batik tulis, pewarnaan dan pelorodan kain batik.
Beberapa bahan dan alat yang cukup berbahaya yang tidak jarang digunakan oleh
pengusaha Batik diantaranya korek api, kompor, gas, lempengan plat tembaga,
gunting, tang, jangka besi, penggaris, logam seng, pewarna kimia
(napthol,indigosol dan prosion), deterjen, larutan soda api, natrium nitrit, Air
panas, gondorukem, damar, parafin.
Hasil identifikasi risiko yang dianalisis dengan metode HIRARC diperoleh
4 lokasi kegiatan yakni gudang kain, ruang pembatikan, ruang pewarnaan dan
ruang packing, dari keeempat lokasi tersebut ada 8 aktifitas. Perhitungan risiko
dari 8 aktifitas tersebut low risk ada 2, medium risk ada 4 dan high risk ada 2.
High risiko ada pada proses pewarnaan kontak dengan kulit mengakibatkan luka
bernanah terpeleset kulit kemerahan menyebabkan iritasi iritasi system pernafasan
iritasi mata.
Penanggulangan terhadap manajemen bahaya UKM Batik yang dapat
dilakukan adalah program UMKM Mandiri (Sadar keselamatan diri sendiri) yang
terdiri dari program promotof, pelayanan kuratif dan rehabilitatif. Sasaran
program ini yakni pekerja UKM Batik.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA