PRANGKAT MANAJEMEN
RESIKO K3
Imelda 1913201028
Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah Swt yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami, penulis, dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad Saw, para sahabatnya, tabiuttabiin, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selalu
umatnya.
Penulis
DAFTAR ISI
CAVER...............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komperhensif, terencana dan terstruktur
dalam suatu kesisteman yang baik. Manajemen risiko K3 berkaitan dengan bahaya dan
risiko yang harus dikelola di tempat kerja, dimana diprediksi dapat menimbulkan kerugian
bagi perusahaan. Sebaliknya, keberadaan risiko dalam kegiatan perusahaan mendorong
perlunya adanya upaya keselamatan untuk mengendalikan semua risiko yang ada. Dengan
demikian, risiko adalah bagian tidak terpisahkan dengan manajemen K3 yang diibaratkan
mata uang dengan dua sisi. Dalam implementasi K3 manajemen risiko dimulai dengan
perencanaan yang baik yang meliputi, Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Dan Penetapan
Pengendalian Risiko disingkat dengan IBPRPB (Hazards identification, Risk assessment,
dan Determining Control_HIRADC). HIRADC inilah yang menentukan arah penerapan K3
dalam perusahaan.
Manajemen risiko K3 telah berkembang sejak lama. Pada tahun 1970. British Safety
Council di Inggris mendirikan Institut of Risk Management untuk mengembangkan dan
melakukan pembinaan terhadap ahli-ahli K3 mangenai manajemen risiko. Sebelumnya
manajemen risiko K3 telah diaplikasikan di lingkungan asuransi untuk menentukan tingkat
tanggungan dan premi asuransi. Karena itu, lembaga Asuransi memiliki hubungan dengan
perusahaan penilai risiko (Risk Survey) yang melakukan analisa risiko terhadap
perusahaanperusahaan yang akan mempertanggungkan asetnya. Manajemen risiko sangat
arat hubungannya dengan K3. Timbulnya aspek K3 disebabkan katena adanya risiko yang
mengancam keselamatan pekerja, sarana dan lingkungan kerja sehingga harus dikelola
dengan baik.
Setiap aktivitas mengandung risiko untuk berhasil atau gagal. Risiko adalah kombinasi
dari kemungkinan dan keparahan dari suatu kejadian. Semakin besar potensi terjadinya suatu
kejadian dan semakin besar dampak yang ditimbulkannya, maka kejadian tersebut dinilai
mengandung risiko tinggi. Dalam aspek K3, risiko biasanya bersifat negative seperti cedera,
kerusakan atau gangguan operasi. Risiko yang bersifat negative harus dihindarkan atau
ditekan seminimal mungkin. Menurut OHSAS 18001, pengertian risiko K3 adalah
kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian bahaya atau paparan dengan keparahan
dari cedera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut.
Sedangkan manajemen risiko adalah suatu proses untuk mengelola risiko yang ada dalam
setiap kegiatan.
Perbedaan persepsi seseorang terhadap risiko, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
latar belakang social, budaya, pengalaman dan pengetahuan. Pada saat persepsi seseorang
mengenai risiko berada di puncak atau menjadi perhatian utamanya, angka kecelakaan,
kegagalan atau penyimpangan akan turun. Sebaliknya disaat persepsi tentang risiko menurun
atau cukup rendah atau kurang memperhatikan, maka kewaspadaan juga akan menurun
sehingga peluang terjadinya kecelakaan atau kegagalan akan meningkat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Manajemen Resiko K3?
2. Bagaimana Cara Menentukan Data Kecelakaan?
3. Apa itu Data Periksa?
4. Apa itu Brainstorming?
5. Bagaimana Pelaporan Manajemen resiko k3?
C. Tujuan
1. Memahami Manajemen Resiko K3
2. Memahami Cara Menentukan Data Kecelakaan
3. Memahami Data Periksa resiko k3
4. Memahami Brainstorming
5. Memahami Bagaimana Pelaporan Manajemen resiko k3
BAB II
PEMBAHASAN
Keterangan:
STS = Safety T Score (Angka Kecenderungan Kecelakaan)
FR2 = Frekuensi Kecelakaan Saat ini
FR1 = Frekuensi kecelakaan yaang lalu
STS antara +2,00 dan -2,00 tidak menunjukkan suatu perubahan
STS diatas +2,00 menunjukkan keadaan buruk
STS dibawah -2,00 menunjukkan keadaan membaik
4. Teknik Analisis Data Untuk Menghitung Produktivitas Kerja
Rumus:
P2 = ∑OP2 X 100%
∑to2-∑lt2
Dimana :
P = Produktivitas Kerja
Σop = Jumlah Output Produksi
ΣtO = Jumlah Jam Kerja Orang
C. Data Periksa
Pemeriksaan dan/atau Pengujian dilakukan secara internal maupun melibatkan lembaga
eksternal dari luar Tempat Kerja. Pemeriksaan internal dilakukan oleh tim yang sudah
memiliki sertifikasi Ahli K3 Lingkungan Kerja dengan tingkatan Muda, Madya, sampai
Utama. Meski pemeriksaan internal sudah dilakukan oleh perusahaan oleh tim yang dimiliki,
pihak eksternal tetap harus melakukan pemeriksaan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
hasil maksimal dan bisa saling melakukan pemeriksaan silang. Berbagai kesalahan atau
mungkin kecurangan tidak akan terjadi. Pemeriksaan K3 Lingkungan Kerja secara internal
harus dilakukan secara rutin atau berkala. Apalagi perusahaan atau pabrik yang dimiliki
memiliki risiko faktor K3 Lingkungan Kerja yang sangat besar dan berbahaya. Misal faktor
kimia berupa zat berbahaya atau faktor biologi berupa penularan patogen.
Lembaga eksternal yang ikut melakukan pemeriksaan atau pengujian terdiri dari:
1. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Ketenagakerjaan.
2. Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Unit Pelaksana Teknis Bidang
K3.
3. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang membidangi pelayanan Pengujian K3.
4. lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Menteri.
E. Pelaporan
Kecelakaan kerja baik kategori minor maupun mayor harus dicatat, dilaporkan dan dibuat
laporannya untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki tindakan pencegahan kecelakaan
terbaru dan risiko terjadinya kecelakaan serupa terulang kembali dapat diminimalkan.
Near miss atau kecelakaan kerja dapat dikatakan sebagai tolak ukur dalam menilai tingkat
kinerja keselamatan kerja secara umum. Semua kejadian yang berkaitan dengan kedua hal
tersebut perlu dicatat dan diselidiki (investigasi) guna menentukan tindakan perbaikan dan
mencegah kejadian serupa kembali terjadi di masa mendatang. Laporan kecelakaan kerja ini
yang digunakan sebagai alat untuk mencatat kejadian beserta kronologi kejadian kecelakaan
kerja maupun near miss. Laporan kecelakaan kerja biasanya mencakup tempat, waktu,
pekerjaan, alat/mesin, bahan, penyebab kejadian, kerugian yang ditimbulkan hingga
tindakan perbaikan dan pencegahan yang harus dilakukan. Laporan kecelakaan kerja ini
memiliki peranan sangat penting. Tidak ada suatu kejadian atau kecelakaan yang dapat
diabaikan. Setiap kecelakaan kerja baik kategori minor, sedang maupun mayor harus dibuat
laporannya secara menyeluruh.
Apabila kecelakaan kerja sudah terjadi, supervisor harus memberikan respons dengan
cepat. Supervisor harus menyusun sebuah laporan kecelakaan kerja yang baik dengan
memasukkan semua data yang terkait. Setiap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja,
baik cedera kecil maupun cedera serius/ fatal, harus melaporkan kejadian tersebut kepada
atasannya (supervisor). Hal ini untuk memudahkan dalam membuat laporan kecelakaan
kerja.
Namun sayangnya, pelaporan kecelakaan kerja di perusahaan sering kali tidak berjalan
dengan semestinya. Tidak sedikit pekerja atau bahkan atasan yang tidak melaporkan suatu
kecelakaan, karena alasan:
1. Memelihara catatan yang bersih dari noda kecelakaan kerja
2. Menganggap sepele cedera ringan
3. Mengabaikan tanggung jawab
4. Kurang memahami akibat akhir suatu kecelakaan kerja.
Inilah mengapa komitmen dan kerja sama antara pekerja dan manajemen memegang
peranan penting dalam pelaporan kecelakaan kerja. Baik pekerja maupun manajemen harus
diberi informasi yang tepat oleh pimpinan mengenai peraturan pelaporan, pencatatan, cara
pelaporan dan membuat laporan kecelakaan kerja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komperhensif, terencana dan terstruktur
dalam suatu kesisteman yang baik. Manajemen risiko K3 berkaitan dengan bahaya dan
risiko yang harus dikelola di tempat kerja, dimana diprediksi dapat menimbulkan kerugian
bagi perusahaan
DAFTAR PUSTAKA
(Alfons Willyam Sepang Tjakra et al., 2013)Alfons Willyam Sepang Tjakra, B. J., Ch Langi, J. E., & O
Walangitan, D. R. (2013). Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek
Pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado. Jurnal Sipil Statik, 1(4), 282–288.
(Andrianto, 2016)