Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANAJEMEN RESIKO K3

PRANGKAT MANAJEMEN
RESIKO K3

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

Annisa Salsabila 1913201009

Febbi Lestari 1913201024

Imelda 1913201028

Risky Amelia 2013201073

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah Swt yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami, penulis, dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad Saw, para sahabatnya, tabiuttabiin, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selalu
umatnya.

Seiring dengan berakhirnya penyusunan makalah ini, sepantasnyalah kami mengucapkan


terima kasih kepada berbagai pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan makalah
ini.Kami juga menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh
karena itu kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini.
Selain itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah
ini menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Bukittinggi, 11 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

CAVER...............................................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Resiko..............................................................................6


B. Cara Menentukan Data Kecelakaan.......................................................................7
C. Data Periksa...........................................................................................................9
D. Brainstorming......................................................................................................11
E. Pelaporan.............................................................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komperhensif, terencana dan terstruktur
dalam suatu kesisteman yang baik. Manajemen risiko K3 berkaitan dengan bahaya dan
risiko yang harus dikelola di tempat kerja, dimana diprediksi dapat menimbulkan kerugian
bagi perusahaan. Sebaliknya, keberadaan risiko dalam kegiatan perusahaan mendorong
perlunya adanya upaya keselamatan untuk mengendalikan semua risiko yang ada. Dengan
demikian, risiko adalah bagian tidak terpisahkan dengan manajemen K3 yang diibaratkan
mata uang dengan dua sisi. Dalam implementasi K3 manajemen risiko dimulai dengan
perencanaan yang baik yang meliputi, Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Dan Penetapan
Pengendalian Risiko disingkat dengan IBPRPB (Hazards identification, Risk assessment,
dan Determining Control_HIRADC). HIRADC inilah yang menentukan arah penerapan K3
dalam perusahaan.
Manajemen risiko K3 telah berkembang sejak lama. Pada tahun 1970. British Safety
Council di Inggris mendirikan Institut of Risk Management untuk mengembangkan dan
melakukan pembinaan terhadap ahli-ahli K3 mangenai manajemen risiko. Sebelumnya
manajemen risiko K3 telah diaplikasikan di lingkungan asuransi untuk menentukan tingkat
tanggungan dan premi asuransi. Karena itu, lembaga Asuransi memiliki hubungan dengan
perusahaan penilai risiko (Risk Survey) yang melakukan analisa risiko terhadap
perusahaanperusahaan yang akan mempertanggungkan asetnya. Manajemen risiko sangat
arat hubungannya dengan K3. Timbulnya aspek K3 disebabkan katena adanya risiko yang
mengancam keselamatan pekerja, sarana dan lingkungan kerja sehingga harus dikelola
dengan baik.
Setiap aktivitas mengandung risiko untuk berhasil atau gagal. Risiko adalah kombinasi
dari kemungkinan dan keparahan dari suatu kejadian. Semakin besar potensi terjadinya suatu
kejadian dan semakin besar dampak yang ditimbulkannya, maka kejadian tersebut dinilai
mengandung risiko tinggi. Dalam aspek K3, risiko biasanya bersifat negative seperti cedera,
kerusakan atau gangguan operasi. Risiko yang bersifat negative harus dihindarkan atau
ditekan seminimal mungkin. Menurut OHSAS 18001, pengertian risiko K3 adalah
kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian bahaya atau paparan dengan keparahan
dari cedera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut.
Sedangkan manajemen risiko adalah suatu proses untuk mengelola risiko yang ada dalam
setiap kegiatan.
Perbedaan persepsi seseorang terhadap risiko, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
latar belakang social, budaya, pengalaman dan pengetahuan. Pada saat persepsi seseorang
mengenai risiko berada di puncak atau menjadi perhatian utamanya, angka kecelakaan,
kegagalan atau penyimpangan akan turun. Sebaliknya disaat persepsi tentang risiko menurun
atau cukup rendah atau kurang memperhatikan, maka kewaspadaan juga akan menurun
sehingga peluang terjadinya kecelakaan atau kegagalan akan meningkat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Manajemen Resiko K3?
2. Bagaimana Cara Menentukan Data Kecelakaan?
3. Apa itu Data Periksa?
4. Apa itu Brainstorming?
5. Bagaimana Pelaporan Manajemen resiko k3?

C. Tujuan
1. Memahami Manajemen Resiko K3
2. Memahami Cara Menentukan Data Kecelakaan
3. Memahami Data Periksa resiko k3
4. Memahami Brainstorming
5. Memahami Bagaimana Pelaporan Manajemen resiko k3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Resiko


Manajemen risiko adalah salah satu aktivitas terpenting bisnis, Istilah “risiko” (risk)
memiliki banyak definisi. Tetapi pengertian secara ilmiah sampai saat ini ini masih tetap
beragam. Menurut kamus bahasa Indonesia versi online dalam buku Manajemen Risiko
Bisnis (Tony Pramana, 2011), risiko adalah “akibat yang kurang menyenangkan (merugikan,
membahayakan) dari suatu perbuat atau tindakan”. Dengan kala lain, risiko merupakan
kemungkinan situasi atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan serta sasaran
sebuah organisasi atau individu. (Pramana, 2011) Secara ilmiah risiko didefinisikan sebagai
kombinasi fungsi dari frekuensi kejadian, probabilitas dan konsekuensi dari bahaya risiko
yang terjadi.
Menurut Milton C Regan dalam bukunya “Risky Business”, pengertian manajemen risiko
adalah penerapan beragam kebijakan dan prosedur untuk meminimalisasi peristiwa yang
menurunkan kapasitas dan kualitas kerja perusahaan. Sementara itu menurut Noshworthy,
pengertian manajemen risiko adalah usaha mengurangi risiko dalam proses pelaksanaan
teknis dan pengambilan keputusan bisnis.
Sederhananya, dapat kita simpulkan bahwa manajemen risiko adalah sebuah proses
mengawasi, mengelola, dan mengambil keputusan guna menghindari risiko kerugian atau
inefisiensi bisnis.
a. Tujuan Manajemen Risiko
Menurut (Jacobson, 2002) Tujuan Manajemen Risiko adalah memilih pengukuran
peringanan risiko, pemindahan risiko dan pemulihan risiko untuk mengoptimalkan
kinerja organisasi. Adapun menurut pendapat (Suh dan Han, 2003) Tujuan manajemen
risiko adalah meminimalisir kerugian.
b. Identifikasi Risiko
Menurut (Santosa, 2009:51) menyatakan bahwa Identifikasi risiko digunakan
untuk menggali risiko-risiko yang mungkin dapat mempengaruhi pelaksanaan proyek
konstruksi. Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus
menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau
kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan personil perusahaan. Untuk dapat
menemukan faktor risiko diperlukan pengamatan terhadap proses dan simpul kegiatan
produksi, material yang digunakan, termasuk alat yang digunakan.
c. Penilaian Risiko
Penilaian potensi bahaya melalui analisa dan evaluasi bahaya dimaksudkan untuk
mengetahui besarnya risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadi dan
besar akibat yang ditim-bulkan. Penilaian risiko ditujukan untuk menyusun prioritas
penanganan bahaya yang sudah diiden-tifikasi. Tindakan kontrol dimulai dari bahaya
yang mempunyai risiko tinggi kemudian yang lebih rendah tingkat bahayanya
d. Tujuan Penilaian Risiko
Tujuan penilaian risiko adalah menetapkan kemungkinan terjadi melalui
identifikasi dan menetapkan dampak melalui analisis dan membantu menangani risiko.
Untuk menentukan kategori suatu risiko apakah itu rendah, sedang, tinggi ataupun
ekstrim dapat menggunakan metode matriks resiko
e. Faktor-faktor risiko kerja
Kecelakaan tidak terjadi kebetulan melainkan ada sebabnya, oleh karena itu
kecelakaan dapat dicegah. Kecelakaan juga timbul sebagai hasil gabungan dari
beberapa faktor. Faktor yang paling utama adalah faktor peralatan teknis, lingkungan
kerja, dan pekerja itu sendiri (Suma'mur, 1996:18)

B. Cara Menentukan Data Kecelakaan


Masalah keselamatan kerja dan kecelakaan kerja (K3) di Indonesia masih sering
diabaikan, hal ini dapat dilihat dari masih tingginya angka kecelakaan kerja. Menurut data
Jamsostek jumlah kecelakaan kerja pada tahun 2012 meunjukkan terdapat 9.056 kasus
kecelakaan kerja. Dari jumlah tersebut 2.419 kasus mengakibatkan meninggal dunia.
Menurut Afdifar, 2,1 persen dari 15.000 perusahaan besar yang menerapkan actor
manajemen K3. Sementara di perusahaan kecil dan menengah, implementasi dari penerapan
actor manajemen K3 juga masih jauh dari harapan. Berdasarkan pengukuran Indeks
Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) Indonesia 2012 indikator Kondisi Lingkungan Kerja
hanya mencapai angka 3,71 (rendah) atau menurun actor ing 2011 yang mencapai angka
indeks 5,02 (menengah-kebawah).
Namun Kondisi yang semakin memburuk dan angka kecelakaan yang tinggi telah
mendorong berbagai kalangan untuk berupaya meningkatkan perlindungan bagi tenaga
kerja. Salah satu di antaranya adalah perlindungan keselamatan kerja dan kesehatan kerja.
Karena manusia bukan hanya sekedar alat produksi tetapi merupakan asset perusahaan yang
sangat berharga sehingga harus dilindungi keselamatannya. Sebagai akibatnya, perhatian
terhadap keselamatan kerja dan kesehatan kerja mulai meningkat dan ditangani sebagai
bagian penting dalam proses produksi
Penyebab terjadinya kecelakaan kerja selain dari peralatan kerja juga di sebabkan oleh
faktor manusia atau tenaga kerja, seperti bergurau sewaktu bekerja, kurangnya keterampilan
merupakan unsur penyebab terjadinya kecelakaan kerja dari tenaga kerja, termasuk kurang
disiplin dalam menaati peraturan kerja, khususnya tentang pemakaian alat pelindung diri
(APD).
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data yaitu data kuantitatif
(menggunakan rumus), dan data kualitatif (menggunakan tabel).
1. Angka Frekuensi Kecelakaan (FR)
Adalah parameter yang di gunakana untuk menghitung tingkat kekerapan kecelakaan
kerja untuk setiap juta jam kerja orang.
Rumus:
FR = Jumlah Kecelakaan Kerja X 1.000.000
Total man hour
Keterangan : FR (n) = Angka frekuensi kecelakaan kerja kini

2. Angka Beratnya Kecelakaan (SR)


Adalah parameter yang di gunakan untuk menghitung atau mengukur keparahan total
hilangnya hari kerja pada setiap juta jam kerja orang.
Rumus:
SR =∑lt X 1.000.000
∑to
Dimana :
SR = Safety Rate (Tingkat Keparahan Kecelakaan)
ΣIt = Jumlah Lost Time
ΣtO = Jumlah Jam Kerja Orang

3. Safe – T – Score (STS)


Digunakan untuk menunjukkan perubahan pada banyaknya angka kecelakaan.
Rumus :
STS = FR2 – FR1
FR1

Keterangan:
STS = Safety T Score (Angka Kecenderungan Kecelakaan)
FR2 = Frekuensi Kecelakaan Saat ini
FR1 = Frekuensi kecelakaan yaang lalu
 STS antara +2,00 dan -2,00 tidak menunjukkan suatu perubahan
 STS diatas +2,00 menunjukkan keadaan buruk
 STS dibawah -2,00 menunjukkan keadaan membaik
4. Teknik Analisis Data Untuk Menghitung Produktivitas Kerja
Rumus:
P2 = ∑OP2 X 100%
∑to2-∑lt2

Dimana :
P = Produktivitas Kerja
Σop = Jumlah Output Produksi
ΣtO = Jumlah Jam Kerja Orang

C. Data Periksa
Pemeriksaan dan/atau Pengujian dilakukan secara internal maupun melibatkan lembaga
eksternal dari luar Tempat Kerja. Pemeriksaan internal dilakukan oleh tim yang sudah
memiliki sertifikasi Ahli K3 Lingkungan Kerja dengan tingkatan Muda, Madya, sampai
Utama. Meski pemeriksaan internal sudah dilakukan oleh perusahaan oleh tim yang dimiliki,
pihak eksternal tetap harus melakukan pemeriksaan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
hasil maksimal dan bisa saling melakukan pemeriksaan silang. Berbagai kesalahan atau
mungkin kecurangan tidak akan terjadi. Pemeriksaan K3 Lingkungan Kerja secara internal
harus dilakukan secara rutin atau berkala. Apalagi perusahaan atau pabrik yang dimiliki
memiliki risiko faktor K3 Lingkungan Kerja yang sangat besar dan berbahaya. Misal faktor
kimia berupa zat berbahaya atau faktor biologi berupa penularan patogen.
Lembaga eksternal yang ikut melakukan pemeriksaan atau pengujian terdiri dari:
1. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Ketenagakerjaan.
2. Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Unit Pelaksana Teknis Bidang
K3.
3. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang membidangi pelayanan Pengujian K3.
4. lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Menteri.

Selanjutnya untuk pemeriksaan K3 Lingkungan Kerja, akan dilakukan oleh:

1. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan Kerja.


2. Penguji K3.
3. Ahli K3 Lingkungan Kerja.

a. Jenis Pemeriksaan atau Pengujian


Ulasan lengkap tentang jenis pemeriksaan K3 Lingkungan Kerja sesuai dengan
Pasal 60 Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja bisa Anda simak berikut ini.
1) Pertama
Pemeriksaan dan/atau Pengujian pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60
dilakukan untuk mengidentifikasi potensi bahaya Lingkungan Kerja di Tempat Kerja.
Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebagaimana dimaksud meliputi: Area kerja dengan
pajanan Faktor Fisika, Faktor Kimia, Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor
Psikologi. KUDR. Sarana dan fasilitas Sanitasi.
2) Berkala
Pemeriksaan dan/atau Pengujian berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60
dilakukan secara eksternal paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau sesuai dengan
penilaian risiko atau ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemeriksaan dan/atau
Pengujian yang dilakukan meliputi: Area kerja dengan pajanan Faktor Fisika, Faktor
Kimia, Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi. KUDR. Sarana dan
fasilitas Sanitasi.
3) Ulang
Pemeriksaan dan/atau Pengujian ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60
dilakukan apabila hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebelumnya baik secara
internal maupun eksternal terdapat keraguan. Misal ada selisih yang signifikan dan
sangat memengaruhi hasil dan simpulan. Kalau sampai hal ini terjadi, pemeriksaan
ulang akan dilakukan oleh pihak internal dan eksternal. Metodenya sama dan sudah
diatur sesuai dengan undang-undang. Kalau dalam pengukuran sudah didapatkan
hasil yang tepat, barulah hasil bisa diberikan.
4) Khusus
Pemeriksaan dan/atau Pengujian khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60
merupakan kegiatan Pemeriksaan dan/atau Pengujian yang dilakukan setelah
kecelakaan kerja atau laporan dugaan tingkat pajanan di atas NAB. Pemeriksaan dan
pengujian harus dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban baru baik di dalam
perusahaan atau di luar. Pemeriksaan akan dilakukan dengan cermat untuk
mendapatkan hasil yang akurat menggunakan metode yang sudah diatur oleh undang-
undang.

b. Pelaporan Hasil Pemeriksaan atau Pengujian

Pemeriksaan dan/atau Pengujian yang dilakukan oleh lembaga eksternal


dilaksanakan dengan berkoordinasi dengan Unit Pengawasan Ketenagakerjaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perusahaan bisa mengajukan sendiri
atau pihak eksternal mengajukan pengujian kalau ada kasus atau kecurigaan. Hasil
Pemeriksaan dan/atau Pengujian dilaporkan kepada Unit Pengawasan Ketenagakerjaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya hasil Pemeriksaan
dan/atau Pengujian disetujui oleh manajer teknis. Perusahaan berhak meminta hasil
Pemeriksaan dan/atau Pengujian dari lembaga eksternal. Selanjutnya Hasil Pemeriksaan
dan/atau Pengujian wajib dituangkan dalam surat keterangan memenuhi/tidak memenuhi
persyaratan K3 yang diterbitkan oleh unit kerja pengawasan ketenagakerjaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kalau saat  pelaporan status dari K3
Lingkungan Kerja perusahaan buruk, biasanya akan diberi stiker. Perusahaan harus
memperbaiki bagian yang masih kurang untuk selanjutnya bisa dilakukan Pemeriksaan
dan/atau Pengujian ulang.
D. Brainstorming
Brainstorming adalah sebuah alat bantu yang digunakan untuk mengeluarkan ide dari
setiap anggota tim yang dilakukan secara terstruktur dan sistematis. Kesuksesan
Brainstorming dapat dilihat dari suasana bebas tanpa kritik untuk menggali ide
Brainstroming adalah sebuah perencanaan atau piranti yang digunakan untuk
menampung kreatifitas kelompok dan biasanya digunakan untuk menjadikan alat konsensus
maupun untuk menjaring ide-ide yang diperlukan.
Adanya brainstorming dimaksudkan untuk mengumpulkan ide – ide kreatif sebanyak
mungkin di dalam suatu kelompok. Ada beberapa macam model brainstorming yang
diterapkan untuk menjaring ide sebanyak mungkin.
a. Jenis-jenis Brainstorming
1) Verbal brainstorming : Saling bertukar pikiran dalam suatu kelompok yang
dilakukan secara verbal dengan tatap muka dan pertemuan langsung.
2) Nominal brainstorming : Dalam penyampaian ide dilakukan secara terpisah, tidak
saling berinraksi dengan menuliskan idenya di kertas atau komputer.
3) Electronic brainstorming : Bertukar gagasan melalui media elektronik dalam sebuah
kelompok,media elektronik yang digunakan biasanya berupa tools seperti Group
Support System.
b. Tujuan dan Manfaat Brainstorming
Brainstorming atau sumbang saran memiliki  tujuan untuk mendapatkan sejumlah
ide dari anggota Team dalam waktu relatif singkat tanpa sikap kritis yang ketat. Ada
beberapa manfaat yang bisa diperoleh suatu Team atau organisasi dengan melakukan
teknik brainstorming, di antaranya adalah:
1) Mengidentifikasi masalah.
2) Mencari sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya masalah.
3) Menentukan alternatif pemecahan masalah.
4) Mengimplementasikan pemecahan masalah.
5) Merencanakan langkah-langkah dalam melaksanakan suatu aktivitas.
6) Mengambil keputusan ketika masalah terjadi.
7) Melakukan perbaikan (improvements).
c. Tahapan dari Teknik Brainstorming
1) Pemberian informasi dan motivasi
Pada tahap inileader menjelaskan masalah yang akan dibahas dan
latarbelakangnya, kemudian mengajak kelompoknya agaraktif untuk memberikan
tanggapannya.
2) Identifikasi
Anggota diajak memberikan sumbang saranpemikiran sebanyak-banyaknya.
Semua saran yangdiberikan anggota ditampung, ditulis dan jangan dikritik.
Pemimpin kelompok dan peserta dibolehkanmengajukan pertanyaan hanya untuk
memintapenjelasan.
3) Klasifikasi
Mengklasifikasi berdasarkan kriteria yangdibuat dan disepakati oleh kelompok.
Klasifikasi bisa jugaberdasarkan struktur/faktor-faktor lain.
4) Verifikasi
Kelompok secara bersama meninjau kembalisumbang saran yang telah
diklasifikasikan. Setiapsumbang saran diuji relevansinya dengan permasalahanyang
dibahas. Apabila terdapat kesamaan maka yangdiambil adalah salah satunya dan
yang tidak relevandicoret. Namun kepada pemberi sumbang saran bisadimintai
argumentasinya.
5) Konklusi (Penyepakatan)
Pimpinan kelompok besertapeserta lain mencoba menyimpulkan butir-
butiralternatif pemecahan masalah yang disetujui. Setelahsemua puas, maka diambil
kesepakatan terakhir carapemecahan masalah yang dianggap paling tepat.
d. Langkah-langkah Teknis
Langkah-langkah dalam melaksanakan brainstorming, yaitu:
1) Mengundang peserta meeting.
2) Memberikan agenda acara materi yang akan dibicarakan.
3) Mempersiapkan ruangan dan fasilitas pendukung lainnya.
4) Menentukan batasan waktu yang digunakan.
5) Menetapkan pimpinan meeting dan pencatat pembicaraaan (notulis).
6) Menetapkan aturan main (rule of the game) bersama.
7) Menentukan metode yang digunakan dalam brainstorming.
8) Memberi kesempatan kepada para peserta untuk menyampaikan ide-idenya.
9) Menuliskan setiap ide yang dilontarkan peserta.
10) Melakukan pengelompokan ide yang sejenis.
11) Melakukan pembahasan ide-ide.
12) Mengambil keputusan.
13) Menyimpulkan pembicaraan.
e. Keunggulan brainstorming
1) Ide yang muncul lebih banyak dan beragam
2) Kesalahan akan terdeteksi karena yang terlibat banyak orang
3) Waktu dan tenagadicurahkan oleh banyak orang dandengandemikian terdapat lebih
banyak aksesinformasidan keahlian.

E. Pelaporan
Kecelakaan kerja baik kategori minor maupun mayor harus dicatat, dilaporkan dan dibuat
laporannya untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki tindakan pencegahan kecelakaan
terbaru dan risiko terjadinya kecelakaan serupa terulang kembali dapat diminimalkan.
Near miss atau kecelakaan kerja dapat dikatakan sebagai tolak ukur dalam menilai tingkat
kinerja keselamatan kerja secara umum. Semua kejadian yang berkaitan dengan kedua hal
tersebut perlu dicatat dan diselidiki (investigasi) guna menentukan tindakan perbaikan dan
mencegah kejadian serupa kembali terjadi di masa mendatang. Laporan kecelakaan kerja ini
yang digunakan sebagai alat untuk mencatat kejadian beserta kronologi kejadian kecelakaan
kerja maupun near miss. Laporan kecelakaan kerja biasanya mencakup tempat, waktu,
pekerjaan, alat/mesin, bahan, penyebab kejadian, kerugian yang ditimbulkan hingga
tindakan perbaikan dan pencegahan yang harus dilakukan. Laporan kecelakaan kerja ini
memiliki peranan sangat penting. Tidak ada suatu kejadian atau kecelakaan yang dapat
diabaikan. Setiap kecelakaan kerja baik kategori minor, sedang maupun mayor harus dibuat
laporannya secara menyeluruh.
Apabila kecelakaan kerja sudah terjadi, supervisor harus memberikan respons dengan
cepat. Supervisor harus menyusun sebuah laporan kecelakaan kerja yang baik dengan
memasukkan semua data yang terkait. Setiap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja,
baik cedera kecil maupun cedera serius/ fatal, harus melaporkan kejadian tersebut kepada
atasannya (supervisor). Hal ini untuk memudahkan dalam membuat laporan kecelakaan
kerja.
Namun sayangnya, pelaporan kecelakaan kerja di perusahaan sering kali tidak berjalan
dengan semestinya. Tidak sedikit pekerja atau bahkan atasan yang tidak melaporkan suatu
kecelakaan, karena alasan:
1. Memelihara catatan yang bersih dari noda kecelakaan kerja
2. Menganggap sepele cedera ringan
3. Mengabaikan tanggung jawab
4. Kurang memahami akibat akhir suatu kecelakaan kerja.

Inilah mengapa komitmen dan kerja sama antara pekerja dan manajemen memegang
peranan penting dalam pelaporan kecelakaan kerja. Baik pekerja maupun manajemen harus
diberi informasi yang tepat oleh pimpinan mengenai peraturan pelaporan, pencatatan, cara
pelaporan dan membuat laporan kecelakaan kerja.

1. Tipe kecelakaan kerja harus dilaporkan


Tipe atau jenis kecelakaan di tempat kerja yang sebaiknya dilaporkan antara lain:
a. kecelakaan kerja yang menimbulkan
 Kematian
Semua kecelakaan kerja yang menimbulkan kematian pada pekerja
maupun non pekerja harus dilaporkan jika kecelakaan yang terjadi ada
hubungannya dengan pekerjaan, termasuk tindakan kekerasan fisik terhadap
seorang pekerja.
 Cedera
 Patah tulang, selain jari tangan, ibu jari dan jari kaki
Amputasi lengan, tangan, salah satu jari tangan atau kaki, ibu jari, tungkai
kaki, kaki dari pangkal paha ke bawah dan kaki dari mata kaki ke bawah
Kehilangan penglihatan permanen atau kehilangan efisiensi penglihatan
Luka bakar yang menyebabkan kerusakan organ dalam
 Luka bakar serius (mencakup lebih dari 10% tubuh atau merusak mata,
sistem pernapasan atau organ vital lainnya)
 Cedera kepala (seperti scalpings) yang memerlukan perawatan di rumah sakit
 Kehilangan kesadaran yang disebabkan cedera kepala
atau asfiksia (kegagalan bernapas secara spontan dan teratur)
 Cedera lain yang timbul akibat bekerja di ruang terbatas (confined space),
yang mengarah pada hipotermia, penyakit akibat panas atau memerlukan
resusitasi atau perawatan rumah sakit selama lebih dari 24 jam.
 Cedera yang mengakibatkan seseorang tidak dapat melakukan pekerjaannya
secara normal selama tujuh hari atau lebih.
 Penyakit akibat kerja (PAK) yang harus dilaporkan
Penyakit akibat kerja (PAK) yang harus dilaporkan tercantum dalam
PERMENAKERTRANS No. PER.01/MEN/1980 tentang kewajiban melaporkan
PAK.
b. Ledakan, kebakaran, runtuhnya sebagian atau keseluruhan struktur bangunan atau
kebocoran gas.
c. Kejadian berbahaya lainnya yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan kecelakaan kerja atau near miss.

2. Manfaat-manfaat membuat laporan kecelakaan kerja:


 Meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan dengan lengkapnya data
kecelakaan
 Mengetahui potensi bahaya baru atau tersembunyi di tempat kerja
 Mengetahui akar penyebab kecelakaan kerja
 Memudahkan dalam menentukan tindakan perbaikan berkelanjutan
 Mengukur keefektifan program keselamatan kerja
 Memperbaiki kinerja keselamatan kerja
 Mengukur kinerja pekerja
 Menentukan tingkat premi asuransi
 Mencegah kecelakaan yang sama kembali terjadi di masa mendatang
 Memenuhi persyaratan undang-undang keselamatan kerja yang berlaku.

3. Lima langkah penting membuatan laporan kecelakaan kerja


a) Respons dengan segera
Bila memungkinkan, pekerja yang mengalami kecelakaan harus melapor kepada
atasan sesegera mungkin. Namun bila pekerja tersebut harus segera mendapatkan
perawatan medis, rekan kerja yang melihat kejadian secara langsung bisa
melaporkannya kepada atasan. Jika kecelakaan kerja terjadi, tanggung jawab pertama
supervisor adalah memastikan bahwa perawatan medis atau pertolongan pertama
sudah diberikan kepada korban. Ini untuk menentukan apakah cedera yang dialami
pekerja cukup serius atau tidak dan tindakan medis apa yang dibutuhkan. Selain itu,
jika bahaya masih ada di area terjadinya kecelakaan, supervisor juga perlu
mengamankan lokasi kejadian dan mengendalikan bahaya tersebut dengan segera.
Perusahaan Anda harus memiliki prosedur tanggap darurat yang baik jika kecelakaan
kerja terjadi.
b) Temukan fakta
Begitu ada laporan kecelakaan kerja, korban sudah mendapatkan pertolongan
pertama atau perawatan medis, dan tempat kejadian sudah dipastikan aman,
investigasi kecelakaan kerja di lokasi kejadian harus segera dilakukan oleh
supervisor, korban (bila memungkinkan), saksi ahli teknis (orang yang mengetahui
pekerjaan tersebut), dan departemen K3 (bila diperlukan).
Investigasi kecelakaan harus dilakukan dengan cepat setidaknya dalam waktu
1x24 jam setelah kejadian. Daftar yang harus ditinjau ulang meliputi:
 Tanggal, waktu dan lokasi spesifik kecelakaan
 Nama korban, jabatan, departemen dan atasan yang bersangkutan
 Nama dan data diri para saksi
 Kejadian-kejadian sebelum kecelakaan terjadi
 Tugas spesifik apa yang sedang dilakukan oleh korban pada saat itu
 Kondisi lingkungan (misalnya lantai licin, pencahayaan tidak memadai,
kebisingan, dll.)
 Kondisi/ keadaan yang ada (termasuk tugas, peralatan, perlengkapan, material,
APD dll.)
 Luka/ cedera yang ditimbulkan (termasuk bagian tubuh yang terluka dan
penyebab dari cedera tersebut)
 Jenis perawatan medis/ pengobatan untuk luka/ cedera
 Gambar-gambar rekonstruksi kecelakaan
 Kerusakan peralatan, material dan lain-lain.
c. Tentukan urutan kejadian kecelakaan
Berdasarkan fakta yang ditemukan, saatnya supervisor untuk menentukan urutan
kejadian. Dalam laporan, jelaskan urutan kejadian secara detail, termasuk:
1) Kejadian penyebab kecelakaan
Apakah pekerja berjalan, berlari, membungkuk, mengangkat, mendorong,
menggunakan alat, menangani bahan berbahaya dll.
Kejadian pada saat kecelakaan
2) Apakah pekerja tertabrak benda atau terjebak/ terperangkap di antara benda?
Apakah pekerja jatuh pada tingkat yang sama atau dari ketinggian? Apakah
pekerja menghirup uap beracun atau terkena percikan bahan kimia berbahaya?
3) Kejadian sesaat setelah kecelakaan
Apa yang pekerja lakukan: Memegang lututnya? Berjalan pincang? Memegang
lengannya? Mengeluh nyeri punggung? Menutup luka berdarah dengan tangan?
Supervisor perlu juga mendeskripsikan bagaimana rekan kerjanya merespons
kecelakaan yang terjadi. Apakah mereka segera memanggil bantuan, memberikan
pertolongan pertama, mematikan perlengkapan, memindahkan korban dll. Untuk
mendeskripsikan urutan kejadian, Anda dapat menggunakan diagram atau
menyertakan foto tentang kecelakaan sehingga seseorang yang melihat laporan
dapat dengan mudah memahami dan membayangkan tentang apa yang sedang
terjadi.
d. Analisis kecelakaan
Setelah mengetahui bagaimana kecelakaan bisa terjadi, Anda juga harus
melakukan analisis mendalam mengenai penyebab kecelakaan. Hal ini diperlukan
untuk menentukan tindakan perbaikan atau pengendalian kecelakaan yang efektif.
Penyebab kecelakaan kerja tersebut meliputi:
 Penyebab utama (penyebab langsung), misalnya tumpahan di lantai sehingga
menyebabkan terpeleset dan terjatuh.
 Penyebab sekunder (penyebab tidak langsung), misalnya pekerja tidak
menggunakan sepatu keselamatan yang sesuai potensi bahaya atau membawa
tumpukan barang yang menghalangi pandangan.
 Faktor lain yang berkontribusi, misalnya tidak ada rambu K3 di area kerja,
kurangnya pelatihan pekerja, beban pekerjaan, mengabaikan prosedur dll.
e. Tentukan tindakan perbaikan secara komprehensif
Rekomendasi untuk tindakan perbaikan dapat mencakup tindakan perbaikan
secara langsung ataupun jangka panjang, seperti:
 Pelatihan pekerja tentang prosedur bekerja aman
 Kegiatan pemeliharaan peralatan rutin untuk menjaga kondisi operasi tetap baik
 Evaluasi prosedur kerja dengan rekomendasi perbaikan
 Melakukan analisa bahaya (job hazard analysis) untuk mengevaluasi bahaya lain
dalam pekerjaan tertentu dan melatih pekerja terkait bahaya tersebut
 Rekayasa teknik untuk membuat pekerjaan jadi lebih aman atau pengendalian
administratif mungkin termasuk mengubah cara melakukan pekerjaan, rotasi
kerja dll.

Laporan kecelakaan kerja yang sudah dibuat selanjutnya dilaporkan kepada


manajemen perusahaan, Departemen Tenaga Kerja setempat dan perusahaan
asuransi. Sesuai regulasi PERMENAKER No. PER.03/MEN/1998 tentang tata cara
pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan, laporan kecelakaan kerja dari pimpinan unit
perusahaan selanjutnya disampaikan kepada Departemen Tenaga Kerja setempat
dalam waktu 2x24 jam. Dapat disampaikan secara lisan sebelum dilaporkan secara
tertulis.

 
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komperhensif, terencana dan terstruktur
dalam suatu kesisteman yang baik. Manajemen risiko K3 berkaitan dengan bahaya dan
risiko yang harus dikelola di tempat kerja, dimana diprediksi dapat menimbulkan kerugian
bagi perusahaan
DAFTAR PUSTAKA

(Alfons Willyam Sepang Tjakra et al., 2013)Alfons Willyam Sepang Tjakra, B. J., Ch Langi, J. E., & O
Walangitan, D. R. (2013). Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek
Pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado. Jurnal Sipil Statik, 1(4), 282–288.

Andrianto, F. (2016). ANALISIS KECELAKAAN KERJA DAN PENGARUHNYA TERHADAP


PRODUKTIVITAS ( STUDY KASUS BAGIAN PRODUKSI PADA PT . X ) DI SIDOARJO Febri
Andrianto Dosen Pembimbing : Dr . Ir . H . Sajiyo , M . Kes Teknik Industri , Universitas 17
Agustus 1945 Surabaya Email : Febbi.

(Andrianto, 2016)

Anda mungkin juga menyukai