Anda di halaman 1dari 18

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH
TOKSIKOLOGI DAN HIGIENE INDUSTRI

OLEH
NABILA DG MAROLA
811418179
KELAS : D/3

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur mari kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena
rahmatnya saya dapat menyelesaikan makalah yang berisi “TOKSIKOLOGI
DAN HIGIENE INDUSTRI”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas
Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3).
Saya menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman saya
tentang materi ini untuk itu meminta kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun, selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan saya, semoga makalah ini membawa maanfaat bagi kita,
setidaknya untuk sekedar membuka cakrawala berfikir kita tentang pengenalan
mengenai. “ TOKSIKOLOGI DAN HIGIENE INDUSTRI”.

Gorontalo, November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
2.1 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
3.1 Tujuan ..................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
2.1 Pengertian Toksikologi .......................................................................... 4
2.2 Perkembagan Awal toksikologi ............................................................. 5
2.3 Konsep Toksikologi ................................................................................ 7
2.4 Hubungan Toksikologi Dengan K3 ....................................................... 8
2.5 Pengertian Hygiene Idustri .................................................................... 9
2.6 Sejarah higiene industri ....................................................................... 10
2.7 Prinsip – prinsip dasar hiegiene industri ........................................... 11
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 13
3.2 Saran ...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia
(Casarett and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari
jelas/kerusakan/cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang
diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja
efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan
mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali
peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan
lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi.
Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama
maknanya ini sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah
ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan
dan menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi
adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup,
khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya
agen dan interaksi dengan lingkungan (Butler, 1978). Dengan demikian
ekotoksikologi merupakan bagian dari toksikologi lingkungan.
Proses Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga
harus meningkat, dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi akan
meningkat yang tentunya akan meningkatkan resiko toksikologis.Proses
industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika, biologi yang akan
menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang meningkat.
Buangan ini tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang
mengakibatkan resiko pencemaran, sehingga resiko toksikologi juga akan
meningkat.
Setiap pekerjaan di dunia ini hampir pasti tak ada yang tak berisiko. Ibarat
pepatah bermain air basah, bermain api hangus. Kecelakaan dan sakit akibat kerja
sudah menjadi risiko setiap orang yang melakukan pekerjaan, baik itu petani,
nelayan, buruh pabrik, pekerja tambang, maupun pegawai kantoran

1
sekalipun.Sepanjang tahun 2009, pemerintah mencatat telah terjadi sebanyak
54.398 kasus kecelakaan kerja di Indonesia.Meski menunjukkan tren menurun,
namun angka tersebut masih tergolong tinggi. Kecelakaan kerja di sebuah pabrik
gula di Jawa Tengah menyebabkan empat pekerjanya tewas dan di Tuban Jawa
Timur seorang meninggal dan dua orang lainnya terluka akibat tersiram serbuk
panas saat bekerja di salah satu pabrik semen adalah beberapa contoh kasus
kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerugian bahkan sampai menghilangkan
nyawa.
Kerugian akibat kecelakaan kerja tidak hanya dirasakan oleh tenaga kerja itu
sendiri, namun juga bisa berdampak pada masyarakat sekitar.Oleh karena itu perlu
adanya penerapan sebuah sistem manajemen keselamatan dan kesehatan Kerja
(SMK3) di tempat kerja berbasis paradigma sehat.
Hal itu menjadi kebutuhan yang mendesak mengingat jumlah tenaga kerja
di Indonesia pada tahun 2009 sebesar 104,49 juta, bekerja di sektor formal sebesar
30,51 % sedangkan 69,49 % bekerja di sektor informal, dengan distribusi sebesar
41,18% bekerja di bidang pertanian, industri 12,07%; perdagangan sebesar
20,90%; transportasi, pergudangan dan komunikasi sebesar 5,69%; konstruksi
sebesar 4,42%, jasa dan keuangan 14,44%; serta pertambangan, listrik dan gas
1,3% (Berita Resmi Statistik 2009). Dari data tahun 2007 diketahui kecelakaan
kerja terbanyak terjadi pada tenaga kerja konstruksi dan industri masing-masing
31,9 % dan 31,6 %.
2.1 Rumusan Masalah
a. Pengertian Toksikologi
b. Perkembangan Awal Toksikologi
c. Konsep Toksikologi
d. Hubungan Toksikologi Dengan K3
e. Pengertian hygiene
f. Sejarah Higiene
g. Prinsip-prinsip dasar hygiene industry

2
3.1 Tujuan
a. Mengetahui Pengertian Toksikologi
b. Mengetahui Perkembangan Awal Toksikologi
c. Mengetahui Konsep Toksikologi
d. Mengetahui Hubungan Toksikologi Dengan K3
e. Mengetahui Pengertian hygiene
f. Mengetahui Sejarah Higiene
g. Mengetahui Prinsip-prinsip dasar hygiene industry

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Toksikologi
Toksikologi berarti ilmu tentang racun (study of poisons). Dimana racun
merupakan zat kimia, tunggal atau campuran, yang dalam jumlah yang relative
sedikit berbahaya bagi kesehatan bahkan jiwa manusia. Toksis adalah sifat yang
dimiliki oleh suatu zat kimia untuk menyebabkan keracunan. Pengertian tentang
racun tersebut sudah cukup memuaskan, walaupun masih harus ditambah
pemahaman yang mendasar bahwa soal racun atau toksis tidaknya sesuatu zat
sangatlah tergantung kepada kuantitas zat tersebut. Ambil contoh garam dapur
NaCl yang merupakan bahan santapan sehari-hari; garam dapur dalam jumlah
besar dapat menyebabkan efek buruk bagi kesehatan bahkan juga mungkin
berbahaya bagi jiwa manusia. Dari itu dalam toksikologi yang penting adalah
informasi yang sifatnya kuantitatif dan kualitatif tentang sesuatu zat yang
dikaitkan dengan efeknya terhadap faktor manusia. Toksisitas merupakan istilah
yang menunjukkan kemampuan suatu zat menyebabkan terjadinya keracunan.
Efek racun suatu zat kimia tidak hanya dihubungkan dengan manusia saja,
melainkan juga dengan seluruh makhluk hidup baik hewan maupun tumbuhan.
Istilah beracun berbeda dari istilah berbahaya; kata berbahaya yang menunjuk
kepada kemampuan menyebabkan terjadinya kebakaran atau peledakan atau
lainnya lebih luas dari pengertian beracun; kata beracun berbahaya mencakup pula
pengertian bahaya oleh keracunan suatu zat (Suma’mur, 2014).
Toksikologi didefinisikan sebagai ilmu tentang aksi berbahaya zat kimia
atas jaringan biologi. Definisi ini mengandung makna bahwa di dalam tubuh,
dalam kondisi tertentu, zat kimia dapat berinteraksi dengan jaringan tubuh,
sehingga mengakibatkan timbulnya efek berbahaya atau toksik dengan wujud dan
sifat tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kondisi, aksi
(mekanisme), wujud, dan sifat efek toksik sesuatu zat kimia, merupakan dasar
atau asas utama untuk belajar dari memahami toksikologi karena itu pulalah ilmu
ini disebut toksikologi dasar.

4
Toksikologi secara umum dapat dibagi menjadi 3 yaitu toksikologi
lingkungan, ekonomi, dan kehakiman. Dimana didalam makalah ini kami akan
lebih membahas mengenai toksikologi lingkungan dimana hal tersebut
dikhususkan lagi pada toksikologi industri/toksikologi lingkungan kerja.
Toksikologi industri adalah cabang ilmu dalam Bidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang mempelajari efek bahaya zat kimia pada sistem biologi.
Kajian tokskologi meliputi: studi quantitatif tentang efek bahaya zat kimia dan zat
fisika, sifat dan aksinya racun, dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan pada
manusia dan hewan. penggunaan bahan kimia ini disamping menghasilkan produk
yang bermanfaat tetapi juga memberikan dampak bagi kesehatan manusia. Bahan
kimia merupakan permasalahan besar bagi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja. Di beberapa negara, pembuangan bahan kimia memberikan konsekwensi
serius bagi tenaga kerja dan masyarakat maupun lingkungan. Oleh karena itu
mempelajari keberadaan bahan kimia, efek dan penanggulangannya sangat
penting bagi ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Menurut ILO (1983) toksikologi adalah : “interdiciplinary science concern
with the working and living environment”, sehingga dikenal juga cabang
keilmuan lain seperti “Industrial Toxicology“, “Neuro behavioural Toxicology“,
“Clinical Toxicology”, “Environmental Toxicology”.
Toksikologi industri membahas tentang berbagai bahan beracun yang
digunakan diolah atau dihasilkan oleh industri. Bahan toksik atau racun adalah
bahan kimia yang dalam jumlah relatif sedikit, berbahaya bagi kesehatan atau jiwa
manusia. Sedang toksisitas atau derajat racun merupakan kemampuan suatu bahan
toksik untuk meninbulkan kerusakan pada organisme hidup.
2.2 Perkembagan Awal toksikologi
Sejak perkembangan peradaban manusia dalam mencari makanan, tentu
telah mencoba beragam bahan baik botani, nabati, maupun dari mineral. Melalui
pengalamannya ini ia mengenal makanan, yang aman dan berbaya. Dalam kontek
ini kata makanan dikonotasikan ke dalam bahan yang aman bagi tubuhnya jika
disantap, bermanfaat serta diperlukan oleh tubuh agar dapat hidup atau
menjalankan fungsinya. Sedangkan kataracun merupakan istilah yang digunakan

5
untuk menjelaskan dan mengambarkan berbagai bahan ”zat kimia” yang dengan
jelas berbahaya bagi badan. Kata racun ”toxic” adalah bersaral dari bahasa
Yunani, yaitu dari akar kata tox, dimana dalam bahasa Yunani berarti panah.
Dimana panah pada saat itu digunakan sebagai senjata dalam peperangan, yang
selalu pada anak panahnya terdapat racun. Di dalam ”Papyrus Ebers (1552 B.C.)“
orang Mesir kuno memuat informasi lengkap tentang pengobatan dan obat. Di
Papyrus ini juga memuat ramuan untuk racun, seperti antimon (Sb), tembaga,
timbal, hiosiamus, opium, terpentine, dan verdigris (kerak hijau pada permukaan
tembaga). Sedangkan di India (500 - 600 B.C.) di dalam Charaka Samhita
disebutkan, bahwa tembaga, besi, emas, timbal, perak, seng, bersifat sebagai
racun, dan di dalam Susrata Samhita banyak menulis racun dari makanan,
tananaman, hewan, dan penangkal racun gigitan ular. Hippocrates (460-370 B.C.),
dikenal sebagai bapak kedokteran, disamping itu dia juga dikenal sebagai
toksikolog dijamannya. Dia banyak menulis racun bisa ular dan di dalam bukunya
juga menggambarkan, bahwa orang Mesir kuno telah memiliki pengetahuan
penangkal racun, yaitu dengan menghambat laju penyerapan racun dari saluran
pencernaan. Disamping banyak lagi nama besar toksikolog pada jaman ini,
terdapat satu nama yang perlu mendapat catatan disini, yaitu besar pada jaman
Mesir dan Romawi kuno adalah Pendacious Dioscorides (A.D. 50), dikenal
sebagai bapak Materia Medika, adalah seorang dokter tentara. Di dalam bukunya
dia mengelompokkan racun dari tanaman, hewan, dan mineral. Hal ini
membuktikan, bahwa efek berbahaya (toksik) yang ditimbulkan oleh zat racun
(tokson) telah dikenal oleh manusia sejak awal perkembangan beradaban manusia.
Oleh manusia efek toksik ini banyak dimanfaatkan untuk tujuan seperti
membunuh atau bunuh diri. Untuk mencegah keracunan, orang senantiasa
berusaha menemukan dan mengembangkan upaya pencegahan atau menawarkan
racun. Usaha ini seiring dengan perkembangan toksikologi itu sendiri. Namun,
evaluasi yang lebih kritis terhadap usaha ini baru dimulai oleh Maimonides(1135 -
1204) dalam bukunya yang terkenal Racun dan Andotumnya. Sumbangan yang
lebih penting bagi kemajuan toksikologi terjadi dalam abad ke-16 dan sesudahnya.
Paracelcius adalah nama samaran dari Philippus Aureolus Theophratus Bombast

6
von Hohenheim (1493-1541), toksikolog besar, yang pertama kali meletakkan
konsep dasar dasar dari toksikologi. Dalam postulatnya menyatakan: “Semua zat
adalah racun dan tidak ada zat yang tidak beracun, hanya dosis yang membuatnya
menjadi tidak beracun”. Pernyataan ini menjadi dasar bagi konsep hubungan dosis
reseptordan indeks terapiyang berkembang dikemudian hari.
2.3 Konsep Toksikologi
Pada dasarnya konsep toksikologi terbagi atas tiga yakni toksikologi
lingkungan, toksikologi ekonomi, dan toksikologi kehakiman. Toksikologi
lingkungan berhubungan dengan dampak zat kimiayang berpotensi merugikan,
yang muncul sebagai polutan lingkungan bagi organisme hidup. Istilah
lingkungan mencakup udara, tanah, dan air. Polutan adalah suatu zat yang
didapatkan dalam lingkungan, yang mempunyai efek merugikan bagi kehidupan
organism, khususnya manusia; yang sebagian merupakan perbuatan manusia.
Pada dasarnya efek yang merugikan ini timbul melalui empat proses yakni:
pelepasan ke lingkungan, tansport oleh biota dengan atau tanpa transportasi
bahan-bahan kimia, pengeksposan oleh organisme baik itu satu atau lebih dari
satu terget, dan kemudian timbullah respon individu, populasi, ataupun
komunitas. Jadi pada dasarnya enviromental toksikologi itu tidak lepas dari
ekotoksikologi. Berikut ini komponen toksikologi lingkungan: (David A. Wright
“Enviromental Of toxicology”)
Toksikologi Kehakiman(Forensik) adalah menekunkan diri pada aplikasi
atau pemanfaatan ilmu toksikologi untuk kepentingan peradilan. melakukan
analisis kualitatif maupun kuantitatif dari racun dari bukti fisik dan
menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam ungkapan apakah ada atau tidaknya
racun yang terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti dalam
tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Jadi toksikologi kehakiman ini lebih
menekankan aspek medis dan aspek hukum dari bahan-bahan berbahaya yang
baik secara sengaja maupun tidak sengaja diekspose. (Frank A. Barile “Clinical
Toxicology Principle and mechanism” dan (Made Agus Gelgel Wirasuta “forensik
dan interpretasi temuan analisis” ejournal.unud.ac.id)

7
Toksikologi ekonomi Adalah suatu pembahasan toksikologi yang
menjurus pada efek-efek berbahaya dari substansi khusus yang berhubungan
dengan kebutuhan manusia seperti bahan pengawet makanan dan pestisida. Suatu
zat di katakana racun bila zat tersebut menyebabkan efek yang meugikan pada
yang mnggunakannya. Namun dalam kehidupan sehari-hari yang dikatakan racun
adalah zat dengan esiko kerusakan yang relative besar, dalam hal ini perlu
diperhatikan bahwa sola dosis facit venenum (Paracelsus) artinya kehadiran suatu
zat yang potensial toksis di dalam organisme belum tentu menghasilkan juga
keracunan. Dalam hampir setiap manusia dapat dinyatakan jumlah tertentu dari
timbale, air raksa dan DDT, namun demikian zat ini tidak menimbulkan gejala
keracunan selama jumlah yang diabsorbsi berada di bawah kosentrasi yang toksik,
hanya pada dosis toksik suatu senyawa menjadi racun, sebaliknya bila diabsorbsi
dalam jumlah yang besar ternyata beracun. Dari uraian di atas dapat di simpulkan
bahwa pembuktian racun pada kosentrasi yang subtoksik mempunyai arti penting
karena dengan mengetahui adanya bahaya bahaya pada saat yang tepat, dapat di
hindari eksposisi yang lebih lanjut dan karena itu karusakan karena karusakan
dapat di hindari.
2.4 Hubungan Toksikologi Dengan K3
Dewasa ini sumber terpenting zat racun untuk manusia dan lingkungannya
tidak dapat diragukan lagi terbentuk oleh manipulasi bahan baku mineral,
termasuk semua kegiatan yang ada sangkut pautnya dengan industri dan
kebudayaan. Banyaknya orang yang mendapatkan tempat di dalam industri untuk
mencari nafkah dengan cepat bertambah, sehubungan dengan itu bertambah pula
risiko untuk keracunan karena pekerjaan. Sampai sekarang hal ini merupakan
persoalan masyarakat yang penting dan banyaklah laporan dan tulisan ilmiah yang
menunjukkan adanya suatu keracunan yang kadang-kadang gawat sekali
(diantaranya kanker), yang muncul sejak akhir abad 18. Risikonya tidak hanya
terbatas pada lingkungan pekerjaan, karena hasil industri, diantaranya bahan
pemberantas kimia, obat-obatan, bahan penambah makanan, bahan pelarut dan
bahan kimia untuk rumah tangga, telah beredar di dalam masyarakat umum.
Dengan demikian penduduk yang lain pun berhadapan dengan bahaya keracunan.

8
Sering keracunan ini adalah akibat ketidaktahuan produsen atau kosumen atau
keduanya mengenai sifat yang berbahaya bahan tersebut (Suma’mur, 2014).
Tidak selalu dapat ditunjukkan, apakah penggunaan yang salah itu
disebabkan oleh ketidaktahuan atau karena ada kesengajaan yang tidak baik pada
orang yang bertanggung jawab. Makin dalam pengetahuan masyarakat kita
tentang kemungkinan adanya bahaya dari zat kimia dan penggunannya diatur
dalam undang-undang, maka orang yang bertanggung jawab atas skandal racun
tidak akan dapat berlindung di belakang dalih ketidaktahuan apapun.
Pertimbangan ini mempunyai konsekuensi yang penting untuk perusahaan,
pemerintah dan perorangan yang bertanggung jawab atas penanganan limbah
kimia, suatu masalah yang berhubungan erat dengan proses produksi industri.
2.5 Pengertian Hygiene Idustri
Higiene Industri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya
yang melakukan penilaian pada faktor penyebab penyakit secara kualitatif dan
kuantitatif di lingkungan kerja Perusahaan, yang hasilnya digunakan untuk dasar
tindakan korektif pada lingkungan, serta pencegahan, agar pekerja dan masyarakat
di sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta memungkinkan
mengangkat derajat kesehatan setinggi-tingginya.
Higiene industri merupakan satu ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana
melakukan antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian terhadap faktor-faktor
lingkungan yang muncul di tempat kerja yang dapat menyebabkan pekerja sakit,
mengalami gangguan kesehatan dan rasa ketidaknyamanan baik diantara para
pekerja maupun penduduk dalam suatu komunitas.
Higiene industri dan kesehatan kerja sebagai suatu kesatuan upaya dengan
tujuan mewujudakan sumber daya manusia yang sehat dan produktif dapat
diterjemahkan dalam bahasa asing sebagai Industrial Hygiene and Occupational
Health, yang cendrung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi
problematika kesehatan kerja secara menyeluruh (Hastu, Tripuspasari.2012).
Konsep dalam higiene industri adalah bagaimana membatasi paparan hazard
yang diterima pekerja di tempat kerja.Pembatasan dilakukan melalui proses
antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian paparan hazard yang ada di

9
tempat kerja. Pendekatannya melalui usaha preventive untuk melindungi
kesehatan pekerja dan mencegah timbulnya efek yang ditimbulkan oleh bahaya
(hazard).
2.6 Sejarah higiene industri
Sejarah mengenai higiene industri sudah ada sejak 400 tahun SM saat
hiprokates menemukan keracunan "Pb" pada pekerja tambang. higiene industri
terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu hingga pada tahun 1920 di
Australia dibentuk "Australian Industrial Hygiene Division". Di Amerika Serikat,
pada tahun 1938 dibentuk National Conference of Governmental Industrial
Hygienist (NCGIH) yang kemudian berubah nama menjadi American Conference
of Governmental Industrial Hygienist (ACGIH) pada tahun 1946.
Di Indonesia sendiri sejarah mengenai higiene industri sudah ada sejak masa
kolonial belanda yaitu pada tahun 1930 dengan dikeluarkannya mijn politie
reglement dan selanjutnya setelah masa penjajahan, dibentuklah hiperkes (Higiene
pekerja dan kesehatan) pada tahun 1968 yang disusuldengan dikeluarkannya UU
No. 1 tahun 1970.
Konsep dalam higiene industri adalah bagaimana membatasi paparan hazard
yang diterima pekerja di tempat kerja.Pembatasan dilakukan melalui proses
antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian paparan hazard yang ada di
tempat kerja. Pendekatannya melalui usaha preventive untuk melindungi
kesehatan pekerja dan mencegah timbulnya efek yang ditimbulkan oleh bahaya
“hazard” (Cassaret, 2000).
Proses dalam higiene industri meliputi :
1. Antisipasi
Kemampuan untuk memperkirakan, memprediksi dan mengestimasi bahaya
(hazard) yang mungkin terdapat pada tempat kerja yang merupakan konseksuensi
dari aktivitas kerja.
2. Rekognisi
Mengenal bahaya (hazard) lingkungan yang berhubungan dengan pekerjaan dan
pemahaman dari efek atau akibatnya terhadap para pekerja maupun masyarakat
disekitarnya.Bahaya-bahaya (hazard) yang terkait isu higiene industri diantaranya:

10
a. Bahaya fisik
Bahaya timbul dari excess-nya tingkat kebisingan, radiasi non-pengion/pengion,
suhu ekstrim dan pressure (tekanan)
b. Bahaya Kimia
Bahaya kimia timbul dari timbul dari excess-nya konsentrasi mists, uap, gas atau
padatan dalam bentuk fume atau debu di udara. Selain itu, bahaya kimia terkait
higiene industri termasuk juga bahan yang bersifat iritan atau beracun ketika
terabsorpsi kulit
c. Bahaya biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh organisme hidup atau sifat organisme tersebut
yang dapat memberikan efek/dampak kesehatan yang terhadap manusia (agen
yang menginfeksi)
d. Bahaya Ergonomi
Bahaya yang termasuk bahaya ergonomi termasuk adalah design peralatan kerja,
area kerja, prosedur kerja yang tidak memadai/sesuai. Selain itu, bahaya
ergonomi yang berpotensi menyebabkan kecelakaan atau pekerja sakit
diantaranya pengangkatan dan proses ketika menjangkau/meraih yang tidak
memadai, kondisi visual yang buruk, gerakan monoton dalam postur janggal.
2.7 Prinsip – prinsip dasar hiegiene industri
Higiene industri adalah perpanduan ilmu (science) dan seni (art) dalam
usaha mengantisipasi, pengenalan/rekoknisi, evaluasi dan mengontrol faktor-
faktor lingkungan yang timbul di/dari tempat kerja, yang mungkin mengakibatkan
sakit, gangguan kesehatan atau rasa kenyamanan dan menyebabkan menurunnya
efisiensi kerja diantara para pekerja
1. Kesehatan kerja menurut ILO & WHO berisikan hal-hal sebagi berikut :
(a) meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setingginya
baik jasmani, rohani, maupun sosial tenaga kerja dalam semua jabatan
atau lapangan kerja.
(b) mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh
kondisi kerja

11
(c) melindungi tenaga kerja dalam pekerjaan terhadap bahaya yang
ditimbulkan oleh pekerjaan.,
(d) menempatkan tenaga kerja dalam suatu lingkungan kerja yang sesuai
dengan faal badan dan rohaninya .
2. Keselamatan kerja , menurut America Society of safety and Engineering
(ASSE) diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah
semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi
kerja.
3. Keselamatan kerja Menurut UU No.1 tahun 1970 adalah keselamatan
yang bertalian dengan mesin/alat, bahan baku, lingkungan tempat kerja,
serta cara melakuakan pekerjaan, yang bebas dari interaksi

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Toksikologi Yaitu ilmu yang mempelajari tentang mekanisme kerja dan
efek yang tidak diinginkan dari bahan kimia yang bersifat racun serta
dosis yang berbahaya terhadap tubuh manusia
2. Toksikologi industri adalah ilmu tentang racun yang diolah, digunakan,
dihasilkan atau diproduksi dalam industri, atau suatu cabang ilmu
toksikologi yang mempelajari mengenai pemaparan material toksik yang
ada di lingkungan kerja.
3. Toksikologi industri dengan K3 memiliki keterkaitan, karena penyebab
penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja berupa bahan kimia, radiasi, atau getaran
yang bersifat merugikan (toksik) bagi para pekerja.
4. Higiene Industri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta
prakteknya yang melakukan penilaian pada faktor penyebab penyakit
secara kualitatif dan kuantitatif di lingkungan kerja Perusahaan, yang
hasilnya digunakan untuk dasar tindakan korektif pada lingkungan, serta
pencegahan, agar pekerja dan masyarakat di sekitar perusahaan terhindar
dari bahaya akibat kerja.
5. Konsep dasar dari higiene industry adalah agar seorang tenaga kerja
berada dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti bahwa yang
bersangkutan dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktifitas
kerjanya secara optimal, maka perlu ada keseimbangan yang positif-
konstruktif, antara unsur beban kerja, beban tambahan akibat dari
pekerjaan dan lingkungan kerja dan kapasitas kerja.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita dapat lebih mengerti lagi
mengenai penggunaan bahan-bahan kimia baik dalam proses produksi, ekonomi,

13
dan bahan industri lebih tepat dan dapat menjadi langkah awal dan pemicu dalam
mendalami

14
DAFTAR PUSTAKA
Casarett and Doulls, 1995, toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi
Hastu,Tripuspasari.2012.HIGIENE PERUSAHAAN Di akses 22 April 2017
Suma’mur, 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES) Edisi 2.
Jakarta: Sagung Seto.
Sulistyowati, Eddy. Diktat Toksikologi. Jurusan Pendidikan kimia FMIPA
UNY:Yogyakarta.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Eddy%20Sulisyowati,%-
20Dra.%20M.Apt.,MS./diktat%20toksikologi.pdf diakses pada tanggal 2
februari 2017
Wirasuta, I Made Agus dan Niruri, Ramasya. Toksikologi Umum. Jurusan Farmasi
Fakultas MIPA Universitas Udayana:Malang.
http://farmasi.unud.ac.id/ind/wp-content/uploads/Buku-Ajar-Toksikologi-
Umum.pdf diakses pada tanggal 2 februari 2017

15

Anda mungkin juga menyukai