Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EVALUASI KINERJA K3

DAN ANALISIS PERHITUNGAN KAK


DAN PAK

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Sistem Manajemen K3

Oleh :

SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN JENDERAL ACHMAD
YANI

CIMAHI

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Evaluasi Kinerja K3 dan
Analisis Perhitungan KAK dan PAK”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Pelajaran Sistem Manajemen K3 (SMK3). Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka
kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya
sehingga dapat menambah wawasan terhadap pembaca.

Cimahi, 02 Mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

SMK3 adalah bagian dari system manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja atau bagian dari sistem manajemen perusahaan
secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Pertimbangan diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(SMK3) tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012
Pasal 5 Ayat 2 yang menyatakan bahwa “Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga
kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi wajib
menerapkan SMK3 di perusahaannya”. Hal tersebut untuk mewujudkan Zero Accident,
sehingga kelangsungan dari usaha dapat berjalan lebih produktif, aman dan ramah
lingkungan.

Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja di


dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit
akibat kerja. Hasil survei ILO menyebutkan bahwa Indonesia berada pada peringkat dua
terendah di dunia dalam penerapan K3, yaitu menempati urutan ke 152 dari 153 negara.
Dipaparkan bahwa dari 15.043 perusahaan berskala besar, hanya sekitar 317 perusahaan
(2,1%) yang menerapkan SMK3 dan standar keselamatan kerja di Indonesia pun merupakan
yang paling buruk jika dibandingkan dengan negaranegara lain dikawasan Asia Tenggara .
Hal ini dapat dikaitkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia.

Pemantauan dan pengukuran kinerja K3 adalah salah satu prinsip dasar kinerja yang
dilakukan oleh SDM yang kompeten, baik dari perusahaan sendiri atau dari pihak lain.
Pemantauan dilakukan dengan pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal
SMK3. Hasil pemantauan kemudian dilaporkan kepada pemilik perusahaan agar digunakan
untuk melakukan tindakan pengendalian. Semua pelaksanaan pemantauan dilakukan
berdasarkan peraturan yang berlaku.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan prinsip dasar kinerja K3 ?
2. Apa yang dimaksud dengan pemantauan dan pengekuruan K3 ?
3. Bagaimana cara menghitung konversi kehilangan hari kerja dan anggota tubuh?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengerti tentang prinsip dasar kinerja K3
2. Mahasiswa dapat mengerti tentang pemantauan dan pengekuran K3
3. Mahasiswa dapat mengerti cara menghitung konversi kehilangan hari kerja dan
anggota tubuh

2
Bab II PEMBAHASAN

A. Prinsip Dasar K3

Salah satu hal penting di sebuah perusahaan adalah sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3). Sistem manajemen ini bersifat menyeluruh untuk mengendalikan
risiko terkait kegiatan kerja di perusahaan, agar tercipta keamanan, efisiensi dan produktivitas
yang optimal di tempat bekerja. Tentu saja ini menjadi hal penting, karena menyangkut
strategi kesuksesan perusahaan yang sangat dipengaruhi oleh banyak aspek. Terutama pada
aspek sumber daya manusia yang juga berdampak pada biaya operasional. Maka dari itu,
artikel berikut akan membahas prinsip-prinsip dasar SMK3 yang perlu diketahui oleh sebuah
perusahaan.

Dalam penerapannya, SMK3 diatur menurut peraturan yang diberlakukan oleh


pemerintah agar sesuai standar dan benar-benar memberikan kenyamanan dan keamanan
dalam bekerja. Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah no.50 tahun
2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

1. Penyusunan Kebijakan K3

Prinsip yang pertama adalah penetapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
yang dimulai dengan penyusunan kebijakan K3. Penyusunan ini dilakukan mulai dari
peninjauan awal kondisi K3 yang harus menyertakan komitmen di tingkatan pimpinan serta
tekad melaksanakan kebijakan. Tidak lupa pula melibatkan peran serta pekerja dalam
memberikan masukan agar lebih sesuai dengan program dan praktik kerja perusahaan.

2. Penelaahan Awal

Yang kedua, perencanaan K3 yang dilakukan berdasarkan penelaahan awal, identifikasi


bahaya dan penilaian pengendalian risiko atau Hazard Identification Risk Assessment
(HIRA), peraturan-peraturan, serta sumber daya yang dimiliki. Dalam pelaksanaannya,
rencana K3 terdiri atas tujuan dan sasaran, skala prioritas, upaya pengendalian bahaya,
penetapan sumber daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator pencapaian serta sistem
pertanggungjawaban.

3
3. Dukungan SDM dan Sarana dan Prasarana

Ketiga, pelaksanaan rencana K3 yang didukung oleh sumber daya manusia di bidang K3,
serta sarana dan prasarana. Di bidang SDM, perusahaan wajib memiliki sumber daya yang
kompeten dan tersertifikasi sesuai peraturan dan perundangan. Sementara itu, penyediaan
sarana dan prasarana melibatkan organisasi/unit K3, anggaran, prosedur kerja, informasi,
pelaporan, dokumentasi, dan instruksi kerja.

Dalam kegiatannya, pelaksanaan dilakukan dengan meliputi tindakan pengendalian


risiko kecelakaan, perancangan dan rekayasa, prosedur dan instruksi kerja, penyerahan
sebagian pelaksanaan pekerjaan, pembelian/pengadaan barang dan jasa, serta produk akhir.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan berdasarkan identifikasi bahaya dan penilaian
pengendalian risiko. Di samping itu ada lagi dua kegiatan lainnya, yaitu upaya menghadapi
keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri, serta rencana dan pemulihan keadaan
darurat dilakukan berdasarkan potensi bahaya, investigasi dan analisis kecelakaan.

4. Pemantauan dan Evaluasi SMK3

Prinsip yang keempat adalah pemantauan dan evaluasi kinerja K3 yang dilakukan oleh
SDM yang kompeten, baik dari perusahaan sendiri atau dari pihak lain. Pemantauan
dilakukan dengan pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3. Hasil
pemantauan kemudian dilaporkan kepada pemilik perusahaan agar digunakan untuk
melakukan tindakan pengendalian. Semua pelaksanaan pemantauan dilakukan berdasarkan
peraturan yang berlaku.

5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3

Yang terakhir, peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 dengan tujuan menjamin
kesesuaian penerapan sistem tersebut. Peninjauan tersebut dilakukan secara berulang dan
berskala dengan pengadaan rapat tinjauan oleh pihak manajemen. Hasil yang diharapkan
adalah solusi untuk mengatasi temuan yang memiliki konsekuensi tertentu dalam praktik
K3, berupa perbaikan diikuti dengan peningkatan kerja.

4
Jika diterapkan dengan baik, segala prinsip tersebut akan memberi dampak yang baik
untuk perusahaan atau organisasi. Namun, bila salah satu prinsip tidak terlaksana maka
berkonsekuensi pada final audit SMK3 oleh Lembaga Audit Independen dan menjadi
temuan yang bersifat mayor. Temuan tersebut mengakibatkan perusahaan Tidak
Lulus/Gagal dan harus diberi pembinaan lanjutan.

B. Pemantauan dan Pengukuran K3

Definisi dari pemantauan adalah menitikberatkan pada pengumpulan informasi dan data


yang berhubungan dengan bahaya K3.
Definisi dari pengukuran adalah menitikberatkan pada penelitian yang berhubungan
dengan resiko K3.
Contoh dari obyek bahaya dan resiko K3, seperti : pemakaian peralatan, perlengkapan, dan
bahan kerja serta cara penggunaannya pada tempat kerja; dan jam lembur tenaga kerja.
Pengukuran K3 dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Sebagai obyek
pengukuran adalah kinerja K3.

Tujuan Pemantauan dan Pengukuran


 Menghasilkan data untuk menilai kompetensi personil K3.
 Menghasilkan data untuk mengevaluasi penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) perusahaan.
 Mengontrol perkembangan dari pertemuan-pertemuan K3, pemenuhan tujuan K3 serta
peningkatan pemahaman K3 yang berkesinambungan.
 Memantau pemenuhan peraturan perundang-undangan serta syarat lainnya yang
berhubungan dengan penerapan K3 di tempat kerja.
 Menghasilkan data sebagai evaluasi efektivitas pengendalian operasional K3, review perlu
tidaknya modifikasi pengendalian operasional K3 dan sosialisasi pilihan dari sistem
pengendalian baru.
 Menghasilkan data untuk mengukur kinerja K3 perusahaan secara proaktif dan reaktif.

Perusahaan mendelegasikan tugas pemantauan dan pengukuran kinerja K3 kepada Ahli


K3 Umum perusahaan, atau kepada Sekertaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja termasuk di dalamnya anggota-anggota di bawah kewenangan Ahli K3 Umum

5
perusahaan. Dan output yang diharapkan. Selanjutnya hasil pemantauan dan pengukuran
kinerja K3 akan dianalisa serta digunakan untuk mengidentifikasi seberapa besar
keberhasilan kinerja K3 yang diterapkan. Ataupun juga seberapa penting kebutuhan perlunya
tindakan perbaikan yang harus dilakukan serta tindakan peningkatan kinerja K3 yang lain.
Sebagai outputnya adalah data evaluasi efektifitas pengendalian operasional K3.
Metode pengukuran kinerja K3 secara proaktif dan reaktif di tempat kerja memiliki
prioritas dan tujuan untuk mendorong adanya peningkatan kinerja K3 serta mengurangi
kejadian kecelakaan (accident) dan peristiwa (incident) kerja di tempat kerja.
Yang termasuk dalam pengukuran proaktif kinerja K3 adalah :
 Penilaian kesesuaian dengan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang berkaitan
dengan penerapan K3 di tempat kerja.
 Efektivitas hasil inspeksi dan pemantauan kondisi bahaya di tempat kerja.
 Efektivitas pastisipasi tenaga kerja terhadap penerapan K3 di tempat kerja.
 Survey tingkat kepuasan tenaga kerja terhadap penerapan K3 di tempat kerja.
 Penilaian efektivitas pelatihan K3.
 Penilaian aktivitas kerja yang berhubungan dengan resiko K3 perusahaan.
 Efektivitas hasil audit internal dan audit eksternal Sistem Manajemen K3 (SMK3).
 Pemantauan budaya K3 seluruh personil K3 di bawah kontrol perusahaan.
 Penerapan beberapa program K3.
 Schedule penyelesaian rekomendasi penerapan K3 di tempat kerja.
 Schedule pemeriksaan kesehatan tenaga kerja berkala di tempat kerja.
Yang termasuk dalam pengukuran reaktif kinerja K3 adalah :
 Tuntutan tindakan pemenuhan dari pemerintah.
 Tuntutan tindakan pemenuhan dari pihak ke tiga yang berhubungan dengan perusahaan.
 Tingkat hilangnya jam kerja (lost time) akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
(PAK).
 Tingkat keseringan kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK).
 Pemantauan kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK).

Kewajiban Perusahaan dalam Pemantauan dan Pengukuran

 Perusahaan wajib menyediakan peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan


pemantauan dan pengukuran kinerja K3. Seperti : alat pengukur tingkat kebisingan, alat

6
tes gas beracun, pencahayaan, serta alat lainnya sesuai dengan aktivitas operasional
perusahaan.
 Perusahaan wajib menganalisa hasil pemantauan dan pengukuran kinerja K3 di tempat
kerja secara komputerisasi.
 Perusahaan wajib menggunakan alat-alat yang sudah dikalibrasi secara tepat, berkala dan
teratur.
 Perusahaan wajib mengganti alat-alat yang sudah tidak layak menurut standar kinerja
K3.
 Perusahaan wajib melaksanakan kalibrasi dan perawatan alat ukur pemantauan dan
pengukuran kinerja K3 oleh personil ahli pelaksanaan kalibrasi.
 Perusahaan wajib melakukan kalibrasi secara berkala seluruh alat-alat pemantauan dan
pengukuran kinerja K3, sesuai dengan pengaturan nilai besaran satuan secara standar
nilai yang berlaku baik lokal dan Internasional

Fungsi Pemantauan dan Pengukuran K3


 Memantau, mengukur dan mengevaluasi kinerja SMK3
 Mengetahui keberhasilan/efektifitas penerapan SMK3, dan
 Mengidentifikasi dan melakukan tindakan perbaikan yang perlu.

Prosedur Pemantauan dan Pengukuran didokumentasikan, meliputi kegiatan:

 Inspeksi & Pengujian, dilakukan oleh petugas yang berkompeten rekamannya dipelihara
dengan alat/metode yang memenuhi syarat K3, setiap penyimpangan harus segera
ditindak lanjuti, diselidiki & ditinjau.
 Audit SMK3, dilakukan untuk membuktikan dan mengukur efekifitas penerapan SMK3
di tempat kerja oleh auditor internal untuk setiap enam bulan, dan oleh auditor eksternal /
independen tiap tiga tahun.
 Tindakan Perbaikan dan Pencegahan terhadap semua temuan hasil pemantauan, inspeksi,
pengujian dan audit harus dilakukan secara berkelanjutan dan sistematis untuk menjamin
efektifitas SMK3.

Pengertian Audit K3 dan Inpeksi K3

7
Audit adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen, untuk menentukan suatu
kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan sesuai dengan prosedur yang direncanakan, dan
dilaksanakan secara efektif dan cocok untuk mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan.

Tujuan audit SMK3 adalah untuk membuktikan dan mengukur tingkat keberhasilan
pelaksanaan dan penerapan SMK3 di tempat kerja.

Jenis Audit SMK3 terdiri dari:

 Audit internal yang dilakukan secara berkala oleh petugas internal perusahaan yang
berkompeten melakukan audit secara independen.
 Audit eksternal dilakukan paling sedikit tiga tahun sekali oleh Auditor dari Badan Audit
Independen yang ditunjuk pemerintah (Depnaker).

Syarat Audit dilakukan secara sistematik & independen, frekuensinya berkala,


petugasnya mampu & ahli, metodologinya obyektif berdasar fakta, memperhatikan hasil audit
sebelumnya dan sumber bahayanya.

Pelaksanaan Audit SMK3: meliputi 12 elemen kriteria, yaitu:

 Pembangunan & Pemeliharaan Komitmen


 Strategi Pendokumentasian.
 Tinjauan ulang perancangan & kontrak.
 Pengendalian Dokumen.
 Pembelian.
 Keamanan bekerja berdasarkan SMK3.
 Standar Pemantauan.
 Pelaporan & Perbaikan kekurangan.
 Pengelolaan Material & Perpindahannya.
 Pengumpulan & Penggunaan Data.
 Audit SMK3.
 Pengembangan keterampilan dan kemampuan.

inspeksi K3, adalah kegiatan memeriksa/mengecek/mengukur segala sesuatu dan


mencatat apakah sesuai atau tidak terhadap standar K3.

8
Tujuan Inspeksi K3 secara umum adalah untuk mengidentifikasi: masalah potensial,
kekurangan sarana kerja, kinerja K3 di suatu bagian, akibat suatu perubahan, apa ada
tindakan yang memadai, menilai hasil kerja, menunjukkan komitmen. Tujuan khusus antara
lain: memeriksa hasil pelaksanaan setiap rincian Program K3, memeriksa sarana-sarana baru,
mengukur hasil usaha dan peranan supervisor terhadap K3.

Klasifikasi Inspeksi meliputi:

 Inspeksi Umum Berkala, dilakukan bersama berbagai disiplin,


 Inspeksi Sewaktu-waktu/Mendadak, karena suatu sebab yang perlu,
 Inspeksi Berkelanjutan pada kegiatan konstruksi dari awal s/d akhir,
 Inspeksi Khusus

Perbedaan antara Audit dan Inspeksi

Audit inpeksi
 Upaya mencari ketidaksesuaian di  Upaya menemukan sumber bahaya
dalam sistem di mana kegiatan dengan memeriksa standar yang
dilakukan terhadap area keseluruhan berhubungan dengan bahaya tersebut.
sistem K3 yang ada di perusahaan.  Menemukan kesesuaian dari suatu
 Mengukur efektifitas dari pelaksanaan obyek.
suatu sistem.  Difokuskan terhadap suatu obyek.
 Difokuskan terhadap suatu sistem.  Penekanan terhadap hasil akhir.
 Penekanan terhadap proses.  Metode pelaksanaan: pengujian
 Metode pelaksanaan: tinjauan ulang, secara teknis dan mendetail.
mencari kesesuaian dan observasi.

C. Konversi Hari Kerja Hilang

Konversi Hari Kerja Hilang karena Cacat Anatomis atau Cacat Fungsi dan Kematian Akibat
Kecelakaan Kerja

9
Analisis Laporan Kecelakaan meliputi :
 Kondisi yang berbahaya
 Tindakan yang berbahaya

10
 Jumlah jam orang yg hilang pada kecelakaan
 Jumlah kerugian material
 Tingkat Keparahan (Severity Rate-SR)
 Tingkat Kekerapan (Frequency Rate-FR)

11
DAFTAR PUSTAKA

Susihono, Wahyu dan Akbar Rini, Feni 2013. “Penerapan Sistem Manajemen K3 Dan
Indentifikasi Potensi Bahaya”. Jurnal Ilmiah pengetahuan & penerapan teknik industri.
Vol. 2. No. 2.

https://safetywithelkinanti.wordpress.com/2015/01/29/pemantauan-dan-pengukuran-k3-
keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di-tempat-kerja/"

https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/pengukuran-dan-
pemantauan-k3.html

12

Anda mungkin juga menyukai