SKRIPSI
OLEH :
158150049
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2018
Puji dan syukur penulis ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
skripsi ini dengan judul Analisis Bahaya Kebisingan Terhadap Pekerja di Unit
bimbingan dari dosen pembimbing dan berbagai pihak, untuk itu penulis patut
1. Bapak Prof. Dr. Dadan Ramdan, M.Eng, M.Sc., Selaku Rektor Universitas
Medan Area
2. Bapak Prof. Dr. Armansyah Ginting, M.Eng., Selaku Dekan Fakultas Teknik,
3. Ibu Yuana Delvika, ST, MT., Selaku Ketua Program Studi Teknik Industri
7. Bapak Suprianto ST, Bapak Iwan Hamsar, ST divisi Transmisi Distribusi yang
8. Teristimewa buat kedua orang tua saya yang tercinta, Drs. Panangaran
Ritonga, M.Si dan Ibunda Hafni Gana Siregar, SE serta kedua adik saya
10. Teman-teman Faqih Harseno, Jepri Purwanto, Nuril Akhyar, Gatra Nofandra,
Adly Kobe, Rifanti, Cahya Nurliza, Fauzan Tino, Iqbal Temasmiko, Ican
kepada penulis.
ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya susun sebagai syarat memperoleh
gelar sarjana merupakan hasil karya tulis saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu
dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip hasil karya orang lain telah dituliskan
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya-benarnya dan jika pernyataan ini
tidak sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menerima sanksi yang akan
dikenakan kepada saya termasuk pencabutan gelar akademik yang nanti saya
dapatkan.
NPM. 158150049
Juni 1993 dari ayah Drs. Panangaran Ritonga, M.Si dan ibu Hafni Gana Siregar, SE
Tahun 2014 penulis lulus dari D-III (Diploma) Jurusan Metrologi dan
Instrumentasi Universitas Sumatra Utara, Fakultas MIPA, dan tahun 2015 penulis
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di kota Pematang Siantar selama 3 bulan, dan
pada tahun 2017 penulis melaksanakan riset di PDAM Tirtanadi di Jalan Rumah
Halaman
ABSTRAK .................................................................................................................................. iv
ABSTRACT ...............................................................................................................v
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................ xv
I. PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 3
1.3 Batasan Masalah............................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 60
PENDAHULUAN
perusahaan besar saat ini. Penggunaan mesin dan alat kerja yang mendukung
Faktor bahaya yang menarik untuk dikaji dan diteliti adalah adanya
industri, akan tetapi aspek ini kurang diperhatikan. Tenaga kerja akan mengalami
ketulian baik dari tingkat ringan menuju ke berat atau total (irreversible)
pengolahan air minum yang memakai mesin-mesin dan peralatan kerja yang
terjadi di unit area booster pump berkisar 88 sampai 93 dB, tingkat intensitas
bunyi range ini melebihi nilai ambang batas kebisingan yang telah diizinkan untuk
area kategori industri sesuai dengan keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
industri 85 dB. Jika tingkat kebisingan melebihi nilai ambang batas yang telah
psikologi.
sering merasakan sakit kepala, susah tidur, cepat lelah, penegangan otot, sesak
1. Penelitian dilakukan pada bagian area booster pump pada PDAM Tirtanadi.
siang hari.
pump PDAM Tirtanadi dengan menggunakan alat SLM (Sound level Meter)
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bunyi
Bunyi (sound) adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau benda
padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga normal manusia, dengan rentang
frekuensi antara 20-20.000 Hz. Kepekaan telinga manusia terhadap rentang ini
disebut bunyi infra (infrasound), sedangkan di atas rentang tersebut disebut bunyi
ultra (ultrasound). Suara (voice) adalah bunyi manusia. Bunyi udara (airborne
sound) adalah bunyi yang merambat lewat udara. Bunyi struktur adalah
Ada 3 aspek yang diperlukan dalam waktu bersamaan agar bunyi dapat
1. Sumber bunyi
Ada dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitas
sampai di telinga dalam satu detik dan mempunyai satuan Hertz atau jumlah
gelombang per detik. Maka suatu sumber bunyi yang menghasilkan 2000
intensitas bunyi adalah daya melalui suatu unit luasan dalam ruang dan sebanding
dengan kuadrat tekanan suara, biasanya dinyatakan dalam satuan decibel (dB).
suatu media, diukur dengan meter/detik. Kecepatan bunyi adalah tetap untuk
Udara mempunyai massa dan digunakan oleh bunyi untuk merambat. Namun,
adanya udara juga sebagai penghambat gelombang bunyi. Gelombang bunyi akan
mengalami gesekan dengan udara. Udara yang kering akan lebih menyerap bunyi
daripada udara lembab, karena adanya uap air akan memperkecil gesekan antara
gelombang bunyi dengan massa udara. Selain itu, udara yang bersuhu rendah akan
lebih menyerap bunyi daripada udara bersuhu tinggi, karena suhu rendah
membuat udara menjadi lebih rapat sehingga gesekan terhadap gelombang bunyi
akan lebih besar. Bunyi merambat lebih cepat pada udara yang bersuhu tinggi
karena molekulnya lebih renggang. Semakin tinggi suhu udara, semakin tinggi
kecepatan bunyi. Pada kondisi lain, udara yang bergerak (angin) dapat mendistorsi
bunyi. Bunyi searah dengan arah angin akan dipercepat, sedangkan bunyi yang
kebisingan dapat menjadi polutan apabila lebih besar dari 104 dBA atau dengan
tingat kebisingan lebih dari 85 dBA selama lebih dari 8 jam kerja.
serta kawasan rekreasi, NAB yang diizinkan adalah 70 dB, 60 dB, dan 70 dB.
Khusus untuk bandar udara dan stasiun kereta api tingkat kebisingan yang
diizinkan adalah sebesar 70 dB. Kawasan pelabuhan laut dan cagar budaya NAB
yang diizinkan sebesar 60 dB. Jika dilihat berdasarkan lingkungan kegiatan, untuk
kegiatan rumah sakit, sekolah, tempat ibadah atau sejenisnya, NAB yang
Kawasan/Lingkungan Kegiatan
intensitas kebisingan adalah 8 jam untuk paparan bising sebesar 85 dB. Secara
detail NAB yang diizinkan untuk waktu 1 jam, 2 jam, 4 jam, dan 8 jam perhari
berturut-turut adalah 94 dB, 91dB, 88 dB dan 85 dB. Pada tingkatan menit, secara
detail NAB yang diizinkan untuk waktu 30 menit, 15 menit, 7,5 menit, 3,75 menit
1,88 menit dan 0,94 menit perhari berturut-turut adalah 97 dB, 100 dB, 103 dB,
Pada tingkatan detik secara detail NAB yang diizinkan adalah 28,12 detik
perhari untuk intensitas 115 dB, 14,06 perhari untuk intensitas 118 dB, 7,03 detik
perhari untuk intensitas 127 dB, 0,88 detik perhari untuk intensitas 130 dB, 0,44
detik perhari untuk intensitas 133 dB, 0,22 perhari untuk intensitas 136 dB dan
Tabel 2.2. Nilai Ambang Batas Kebisingan yang diizinkan dalam Waktu
Per hari
berikut:
1. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state wide
band noise). Bising ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk
periode 0,5 detik berturut-turut, seperti: mesin, kipas angin, dapur pijar.
noise). Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi
tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz), seperti: gergaji sirkuler.
3. Bising terputus-putus (intermittent noise). Bising jenis ini tidak terjadi secara
terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang, seperti: lalu lintas, kapal
terbang.
Sama dengan bising impulsif, hanya saja di sini terjadi secara berulang-ulang,
Sifat dan spektrum frekuensi bunyi akan mempengaruhi waktu dan derajat
pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda
Merupakan bunyi yang intensitasnya melampaui NAB, bunyi jenis ini akan
kerja. Proporsi kebisingan di lingkungan kerja yang melebihi nilai ambang batas
di tahun 2002 adalah sebesar 22,9% dan 23,9 %. Sedangkan diparuh tahun 2005
4 tahun terakhir menyatakan bahwa rata-rata level kebisingan antara 84 dBA dan
86 dBA. Proporsi kasus tingkat kebisingan antara 80 dBA sampai 90 dBA adalah
64,6 %. Sedangkan proporsi kasus kebisingan yang melebihi 100 dBA adalah 1,3
berkisar antara 90-95 dBA dengan sifat bising yang terus menerus dan impulsif.
Intensitas bising rata-rata antara 90-95 dBA (bising tinggi) di unit 3, 5 dan 6,
(Tana,1998)
membangkitkan getaran pada selaput telinga tersebut. Setelah sampai pada selaput
telinga, getaran diteruskan ke bagian tengah telinga yaitu tulang malleus, incus
dan stapes.
dalam organ pendengaran berbentuk keong (koklea) yang berada pada bagian
dalam telinga.
ribuan sel berbentuk rambut halus dan mengkonversikan getaran tersebut menjadi
impuls bagi saraf pendengaran. Impuls yang dihasilkan kemudian dikirim ke otak,
di tahan sekitar 0,1 detik dan diterjemahkan menjadi suara yang bisa didengar.
Proses masuknya gelombang suara sampai diterjemahkan oleh otak dapat merusak
pendengaran, baik secara perlahan ataupun secara drastis. Rentang frekuensi suara
yang masih dapat didengar oleh manusia dalam keadaan normal antara 20-20.000
Hz. Pada rentang frekuensi suara tersebut, pendengaran manusia akan menurun
secara drastis di bawah 500 Hz dan akan naik drastis di atas 4.000 Hz. Sensitifitas
tertinggi telinga manusia terletak pada rentang 500Hz sampai 4.000 Hz. Jika
sesaat.
Keterangan:
mekanik
tengah
sensorineural
9. Impuls listrik dari sel-sel rambut diteruskan ke otak oleh syaraf pendengaran
pendengaran akibat bising antara lain ketulian, trauma akustik, dan tinitus.
yang disebabkan oleh paparan tunggal atau beberapa paparan bising dengan
intensitas yang sangat tinggi. Sedangkan tinnitus adalah gejala awal terjadinya
gangguan pendengaran berupa denging saat keadaan hening. Tinnitus dapat terjadi
karena adanya kontak dengan sumber kebisingan terlalu lama, sehingga pada
bagian dalam telinga mengalami iritasi. Jika tidak mendapat penanganan serius,
karena berdampak pada telinga luar dan telinga tengah. Bagian yang mengalami
kerusakan oleh kebisingan tepatnya pada selaput gendang telinga, dan ketiga
yang mengalami kerusakan bagian sensor telinga dalam, khususnya pada koklea.
merupakan gangguan pendengaran yang terjadi jika konduksi tulang dan udara
akibat terpajan oleh bising yang cukup keras, dalam jangka waktu yang cukup
berupa kerusakan sel rambut ataupun kerusakan total organ korti. Telinga dengan
paparan bising melebihi ambang batas dan intensitas yang sering, mengakibatkan
perlahan, dalam waktu hitungan bulan sampai tahun. Hal ini sering tidak disadari
Efek dari kebisingan dapat berupa efek psikologis, seperti terkejut, tidak
1. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologi dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah
tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat
2. Gangguan Fisiologis
pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Bising yang sangat tinggi dapat
fisiologis berupa gejala pusing atau mual- mual. pusat. Telinga manusia dibagi
menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian luar (oute ear), bagian tengah (middle
ear) progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera pulih kembali
tempat bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih
kembali.
3. Gangguan Komunikasi
Level Meter (SLM) dan Noise Dosimeter. Alat ini berukuran kecil seperti alat
kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara sederhana dan cara
tekanan bunyi dB (A) selama 10 menit untuk tiap pengukuran dan pembacaan
meter yang mempunyai fasilitas pengukuran LTM5, yaitu Leq. Cara pengukuran
yaitu siang hari saat tingkat aktifitas tinggi selama 16 jam (LS), selang waktu
antara pukul 06.00-22.00 WIB dan pada aktifitas dalam hari selama 8 jam (LM)
dengan selang waktu antara pukul 22.00-06.00 WIB. Setiap pengukuran harus
dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu
pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling sedikit 3 waktu
pengukuran (KEP-48/MENLH/11/1996).
(SLM), kalibrator, dan aksesoris lainnya. Setelah seluruh peralatan siap, langkah
selanjutnya adalah membuat denah lokasi dan titik pengukuran tingkat kebisingan.
memeriksa kondisi baterai, dan memastikan bahwa kondisi power dalam kondisi
baik. Setelah itu melakukan penyesuaian pembobotan waktu respon alat ukur
dengan karateristik sumber bunyi yang diukur (S untuk sumber bunyi relatif
konstan atau F untuk sumber bunyi kejut). Hal yang perlu diperhatikan adalah
cara memutar function dial ke posisi CAL dan memperhatikan jarum penunjuk.
memutar function dial ke posisi A dan level control dial ke angka 110. Secara
control dial bertahap sampai jarum jam penunjuk berada diantara -5 s/d 110 dB
pada skala. Setelah itu dilakukan pembacaan setiap 5 detik selama 10 menit untuk
tiap pengukuran. Pada saat pengukuran, alat ini diletakkan setinggi telinga
menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam
Keterangan :
setara ialah nilai tertentu kebisingan dari kebisingan yang berubah-ubah selama
waktu tertentu, yang setara dengan tingkat kebisingan dari kebisingan yang
3. Evaluasi audiometer
6. Evaluasi program
7. Audit program.
Alternatif Solusi
Structural
Airborne Sound
Airborne Sound
Proses Manajemen
Pengendalian
Bising
Hasil
Reduksi Biaya Kenyamanan
Suara berawal dari sumber dan berakhir diteliga. Kebisingan yang tinggi
sebagai sumber bising. Bising yang dihasilkan merambat melalui udara atau benda
padat. Medium propagasi adalah faktor penting dalam pengendalian bising, oleh
karena itu suara yang merambat diudara (airborne sound), dan suara yang
kerja.
(ISO/DIS 128 untuk main engine room noise level 90 dBA - TWA = 4 jam
kerja).
disebut Sound Level Meter (SLM). Alat ini terdiri dari mikrofon, amplifier,
suatu sumber bunyi dengan energi sumber bunyi acuan, diukur dalam decibel
(dB(A)). Energi sumber bunyi acuan adalah energi sumber bunyi terendah
yang masih dapat didengar manusia, yaitu 10 -12 W/m2. Setiap penggandaan
ke segala arah, sebaran ini akan menghasilkan ruang berbentuk seperti bola
2m 4m 8m 16 m
90DB 84DB 78DB 72DB
Sumber bunyi
Pada titik tertentu dalam bola tersebut, intensitas bunyinya dapat dihitung
dengan persamaan :
Li = 10Log dB ……………………………………………….(1)
sebesar 0,0002 dyne/cm2 dengan frequensi 1.000 Hertz, (atau 0,00002 Pascal
dengan frequensi 1k Hz) yang tepat dapat didengar oleh telinga normal
……………………........................(2)
……………….(3)
Dengan :
kebisingan tertentu dengan lama waktu yang diizinkan untuk tingkat kebisingan
D=
Apabila dosis kebisingan > 1, maka kondisi tersebut sangat berisiko (berbahaya)
2( e - ) 3
Dimana :
ingin diukur. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi validitas suatu alat ukur,
kritik tabel korelasi nilai r. Angka kritik dapat dilihal pada baris N-2 pada
taraf signifikansi 5% atau 1%. Jika angka korelasi yang diperoleh lebih
pada gejala yang sama diulang dua kali atau lebih. Dengan kata lain
reliabilitas adalah gejala indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
Yaitu:
Dimana:
nilai cronbach’s alpha dengan batas minimal nilai cronbach’s alpha yang
ditentukan. Jika nilai cronbach’s alpha > batas minimal nilai cronbach’s alpha
untuk mengetahui pola dan keeratan hubungan antara dua atau lebih variabel.
variabel diikuti perubahan variabel yang lain secara teratur dengan arah
variabel diikuti perubahan variabel yang lain secara teratur dengan arah
sama dengan 0, antara kedua variabel berarti tidak terdapat hubungan sama
kedua variabel.
Notasi positif (+) atau notasi negatif (-) menunjukkan arah hubungan
antara kedua variabel. Pada positif (+), hubungan antara kedua variabel
searah, jadi jika satu variabel naik maka variabel yang lain juga naik. Pada
Analisis regresi berganda adalah suatu metode analisis regresi untuk lebih
dari dua variabel, karena itu termasuk dalam analisis multivariat. Namun karena
dalam analisis regresi ganda juga dianalisis hubungan antar satu variabel bebas X
analisis regresi sederhana yang bersifat bivariate, dengan model analisis regresi
dengan satu peubah tak bebas (dependent variable) dengan tujuan untuk
mengestimasi atau meramalkan nilai peubah tak bebas didasarkan pada nilai
METODOLOGI PENELITIAN
keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara
dan hasil kasus. PDAM Tirtanadi yang bergerak dalam pengolahan air minum.
studi kasus ialah pemeriksaan yang mendalam terhadap suatu keadaan atau
Variable adalah atribut atau objek yang mempunyai variasi antara satu
objek dengan objek yang lainnya ataupun satu variable dengan variable yang
1. Variabel dependen
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Disebut variabel
(Sinulingga,2011)
2. Variabel Independen
(terikat). (Sinulingga,2011)
2. Meteran
kebisingan
Kesalahan
komunikasi menerterjemahkan
informasi
Kebisingan merupakan bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat
Dari hasil penilitian ini ialah membuat satu ruangan control room supaya
P1 P2 P3 P2
07.00 - 08.00 08.00 - 10.00 10.00 - 12.00 12.00 – 14.00 14.00 – 16.00
Keterangan: P1 : Persiapan
P3 : Istirahat
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran maupun dari file record
5. Uji validitas, reliabilitas dan analisa regresi linier berganda dari hasil
keseluruhan pada area produksi PDAM Tirtanadi dengan standar kebisingan yang
Hipotesis :
komunikasi
Kriteria pengujian :
Pengamatan Awal
1. Pengamatan pendahuluan pada lingkungan unit booster pump PDAM
Tirtanadi
2. Studi literatur
Identifikasi Masalah
Permasalahan kebisingan dari booster pump tingkat kebisingan yang terjadi di unit area booster pump
berkisar 88 sampai 93 DB tingkat intensitas bunyi range ini melebihi nilai ambang batas kebisingan yang
telah di izinkan untuk area kategori industri sesuai dengan keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per.13/MEN/X/2011 tentang baku mutu tingkat kebisingan di industri.
Perumusan
1.Berapa besar tingkat kebisingan di area produksi PDAM Tirtanadi
2.Bagaimana persepsi pekerja pada area industri mengenai kebisingan pada Pdam Tirtanadi
3.Apakah faktor penyebab timbulnya kebisingan dan bagaimana cara
menanggulangi kebisingan di PDAM Tirtanadi.
Pengolahan Data
1.Rekapitulasi tingkat kebisingan, Perhitungan tingkat kebisingan
equivalen (DB), perhitungan Intensitas kebisingan,
2 Uji Validitas, Reliabilitas dan Analisa Regresi linier berganda
2008. Malaysia.
Bashirudin, Jenny, dkk. 2007. Gambaran Audiometri Nada Murni pada Penderita
Jakarta
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang: Baku
Kim, Kyoo Sam. 2010. Occupational Hearing Loss in Korea. The Korean
Indonesia, Depok.
Keterangan layout
1. Pompa
2. Panel
3. Tingkat Pengukuran
4. Pekerja
Petunjuk ceklis (√) pada jawaban yang Anda anggap paling sesuai.
Keterangan :
1 : Sangat Bising
2 : Cukup Bising
3 : Tidak Bising
Identitas Responden
Nama :
Usia : Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan
Tingkat pendidikan :
SD/SMP/SMU/SMK/
Akademi(D1/D2/D3)/
Perguruan Tinggi *
* Lingkari yang sesuai
Masa Bekerja : Tahun, Bulan
12.Mual
13.Susah Tidur
14.Sesak nafas
15.Cepat lelah
16.Penegangan
17.otot Sakit
yang ada?
20 Apakah suara bising di tempat kerja membuat Ya Kadang- Tidak
saudara menjadi lebih mudah emosi atau marah
dalam bekerja
Correlations
N 10 10 10
**
VAR00002 Pearson Correlation ,452 1 ,868
Sig. (2-tailed) ,190 ,001
N 10 10 10
** **
VAR00003 Pearson Correlation ,835 ,868 1
N 10 10 10
Correlations
VA
R00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00 VAR00
001 002 003 004 005 006 007 008 009
VAR000 Pearson
* *
01 Correlatio 1 ,557 ,444 ,444 ,444 ,373 ,667 ,557 ,673
n
Sig. (2-
,094 ,198 ,198 ,198 ,289 ,035 ,094 ,033
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
VAR000 Pearson
** ** ** ** ** **
02 Correlatio ,557 1 ,867 ,557 ,867 ,830 ,836 1,000 ,972
n
Sig. (2-
,094 ,001 ,094 ,001 ,003 ,003 ,000 ,000
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Sig. (2-
,033 ,000 ,001 ,033 ,001 ,002 ,001 ,000
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10
VAR
000 VAR000 VAR000 VAR000 VAR000 VAR000 VAR000 VAR000
01 02 03 04 05 06 07 08
VAR0000 Pearson
* ** **
1 Correlatio 1 ,444 ,667 ,867 ,373 ,373 ,444 ,776
n
Sig. (2-
,198 ,035 ,001 ,289 ,289 ,198 ,008
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10
VAR0000 Pearson
* * * ** **
2 Correlatio ,444 1 ,667 ,557 ,745 ,745 1,000 ,843
n
Sig. (2-
,198 ,035 ,094 ,013 ,013 ,000 ,002
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10
VAR0000 Pearson
,667 * ** * **
3 Correlatio *
,667 1 ,836 ,559 ,559 ,667 ,863
n
Sig. (2-
,035 ,035 ,003 ,093 ,093 ,035 ,001
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10
VAR0000 Pearson
,867 ** **
4 Correlatio **
,557 ,836 1 ,415 ,415 ,557 ,842
n
Sig. (2-
,008 ,002 ,001 ,002 ,005 ,005 ,002
tailed)
N 10 10 10 10 10 10 10 10
N 10 10 10
* **
VAR00002 Pearson Correlation ,745 1 ,905
Sig. (2-tailed) ,013 ,000
N 10 10 10
** **
VAR00003 Pearson Correlation ,958 ,905 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 10 10 10
N % Reliability Statistics
N % Reliability Statistics
Cases Valid 10 100,0 Cronbach's
a
Excluded 0 ,0 Alpha N of Items
Total 10 100,0 ,937 8
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
N % Reliability Statistics
LAMPIRAN V
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 VAR00004,
VAR00002, . Enter
b
VAR00003
Model Summary
Total 12,900 9
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients