Anda di halaman 1dari 11

Vol. 12 No.

1
DOI: 10.20473/jkl.v12i1.2020.10-20
ISSN: 1829 - 7285
E-ISSN: 2040 - 881X

POTENSI RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA IBU RUMAH TANGGA YANG TERPAPAR
KEBISINGAN : OBSERVASI DI KAWASAN REL KERETA API KELURAHAN SUKOSARI MADIUN
The Potential Risk of Hearing Loss on Noise-Exposed Housewives : An Observational Study at Sukosari
Madiun Railway Residentia
Kartika Elisabet Krisnanti1, Lilis Sulistyorini2 Abstrak
Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas
1,2

Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Pendahuluan: Kejadian gangguan pendengaran sering terjadi pada komunitas yang terpapar
Surabaya 60115, Indonesia kebisingan dengan intensitas tinggi dan dalam jangka waktu yang lama. Penduduk yang tinggal
disekitar area rel kereta api memiliki risiko tinggi mengalami gangguan pendengaran tersebut.
Penelitian ini bertujuan menganalisis potensi risiko gangguan pendengaran pada ibu rumah tangga
Corresponding Author: yang selama 1x24 jam selalu terpapar kebisingan kereta api. Metode: Penelitian ini merupakan studi
kartikaelisabet@gmail.com observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini yaitu sejumlah 42 ibu
rumah tangga yang terbagi menjadi 2 kelompok yakni 21 orang terpapar kebisingan dan 21 orang tidak
terpapar kebisingan. Responden dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Data penelitian
diperoleh melalui wawancara dan observasi. Pengukuran intensitas kebisingan menggunakan tes
Article Info
bisik. Hasil dan Pembahasan: Pengukuran kebisingan siang malam (L= 65,9 dBA) telah melebihi
Submitted : 05 September 2019 baku mutu kebisingan yang ditetapkan untuk wilayah permukiman yaitu 55 dBA. Hasil penelitian
In reviewed : 23 Oktober 2019 menunjukkan bahwa kebisingan (p=0,030; OR=5,846) memiliki korelasi yang kuat dengan gangguan
Accepted : 06 November 2019 pendengaran. Sedangkan usia (p=0,416), lama tinggal (p=1,000), keberadaan barrier (p=0,465) tidak
Available Online : 31 Januari 2020 memiliki korelasi yang bermakna dengan gangguan pendengaran. Kesimpulan: Ibu rumah tangga
yang terpapar kebisingan memiliki potensi risiko gangguan pendengaran. Oleh karena itu, harus ada
upaya pengaturan ulang jarak pemukiman dan pemasangan peredam suara untuk mengurangi risiko
Kata Kunci : gangguan pendengaran, ibu gangguan pendengaran.
rumah tangga, kebisingan, pemukiman sekitar
kereta api
Keywords :hearing loss, housewives, noise, Abstract
railway residential area
Introduction: Hearing loss events often occur in communities who exposed to high-intensity noise
and for long periods. Residents who lived around the railway tracks had a high risk of experiencing
Published by Fakultas Kesehatan Masyarakat hearing loss. This study aims to analyze the potential risk of hearing loss in housewives who for
Universitas Airlangga 1x24 hours was always exposed to train noise. Method: This research was an observational analytic
study with a cross-sectional design. The sample of this study was 42 housewives who were divided
into 2 groups: 21 people exposed to noise and 21 people not exposed to noise. Respondents were
selected using a simple random sampling technique. Research data obtained through interviews
and observations. Measurement of noise intensity using a whisper test. Result and Discussion:
Measurement of day and night noise (L = 65,9 dBA) has exceeded the noise quality standard set for
residential areas which were 55 dBA. The results showed that noise (p = 0,030; OR = 5,846) had a
strong correlation with hearing loss. While age (p = 0,416), length of stay (p = 1,000), the presence
of a barrier (p = 0,465) did not have a significant correlation with hearing loss. Conclusion:
Housewives who were exposed to noise have the potential risk of hearing loss. Therefore, efforts
must be made to adjust the distance of the settlement and the installation of sound dampers to reduce
the risk of hearing loss.

10
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)

PENDAHULUAN titik pada permukiman yang berada disekitar jalur kereta


api telah melewati batas maksimal tingkat kebisingan
Kebisingan merupakan salah satu permasalahan
yang diperbolehkan untuk wilayah permukiman (8).
kesehatan lingkungan yang menjadi perhatian secara
Kebisingan berintensitas tinggi berisiko
global. Kebisingan termasuk dalam pencemaran udara
menimbulkan masalah pendengaran khususnya pada
karena suara merambat melalui udara (1). Kebisingan
pekerja industri (9). Selain sumber industri, kebisingan
merupakan suara yang tidak diharapkan sehingga
umumnya bersumber dari alat transportasi. Kereta api
dapat mengakibatkan gangguan kenyamanan maupun
adalah alat transportasi umum yang sering dimanfaatkan
kesehatan. Sumber kebisingan umumnya dibedakan
dalam mobilisasi masyarakat. Meskipun memiliki
menjadi sumber titik dan sumber garis. Sumber titik
keunggulan, kereta api juga berpotensi menimbulkan
merupakan kebisingan yang bersumber dari benda
pencemaran fisik berupa suara bising. Apabila
yang tidak bergerak atau bersifat statis, contohnya suara
dibandingkan dengan bising transportasi lainnya, suara
mesin di pabrik. Sumber garis merupakan kebisingan
bising kereta api berisiko 3,5 kali lebih tinggi dalam
yang bersumber dari benda yang bergerak atau bersifat
menimbulkan masalah kesehatan (2).
dinamis, contohnya suara alat transportasi (2).
Kebisingan yang melebihi baku mutu dapat
Berdasarkan sifatnya, kebisingan dapat
menimbulkan efek pendengaran (auditory effect) yaitu
dikategorikan menjadi tiga bentuk yaitu kebisingan
gangguan pendengaran. Tingkat kebisingan dalam
kontinyu, kebisingan terputus-putus (intermittent), dan
rentang 65 sampai 80 dBA dapat menyebabkan
kebisingan impulsif. Kebisingan kontinyu bersumber
kerusakan organ pendengaran apabila memapar dalam
dari suara yang tidak putus-putus dan berkepanjangan,
waktu yang lama (10). Suara yang lebih dari 85 dBA
contohnya suara mesin yang beroperasi 24 jam.
dikategorikan berbahaya bagi manusia (11). Gangguan
Kebisingan intermittent merupakan kebisingan kontinyu
pendengaran akibat bising atau biasa diistilahkan
dalam waktu sekejap yang hilang kemudian muncul
dengan noise induced hearing loss merupakan jenis tuli
kembali, contohnya suara kendaraan yang melintas
sensorineural koklea pada kedua sisi telinga. Gangguan
di jalan raya, kereta api, atau pesawat (3). Kebisingan
pendengaran jenis sensorineural terjadi apabila ada
impulsif bersumber dari suara yang muncul secara
kerusakan pada telinga dalam maupun pada saraf
mendadak dalam waktu sekejap serta memiliki intensitas
pendengaran yang menuju otak (3). Gangguan
yang tinggi seperti suara tembakan atau ledakan (2).
pendengaran akibat kebisingan berkembang secara
Kegiatan atau aktivitas tertentu dalam
bertahap dari waktu ke waktu akibat paparan kebisingan
masyarakat dapat menimbulkan kebisingan lingkungan.
yang bersifat kontinyu maupun terputus-putus (12).
Kebisingan lingkungan dapat berdampak pada Kebisingan juga berisiko menimbulkan efek
kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat. selain pendengaran (non-auditory effect) seperti
Meluasnya paparan kebisingan yang berasal dari rel annoyance, sleep disturbance, cognitive impairment,
kereta api, jalan raya, bandara dan kawasan industri dan cardiovascular diseases (4). Persepsi terhadap
berkontribusi pada beban penyakit akibat faktor kebisingan kereta api berhubungan dengan gangguan
lingkungan (4). Sekitar 360 juta penduduk di dunia non pendengaran seperti gangguan tidur, gangguan
mengalami gangguan pendengaran atau ketulian, 180 komunikasi, dan gangguan psikologis (13). Beberapa
juta atau 50% diantaranya terjadi di Asia Tengara (5). studi observasional dan eksperimental menunjukkan
Sebuah studi sistematis yang dimulai tahun 1980 hingga bahwa paparan bising dapat meningkatkan kejadian
2014 menemukan bukti dampak intervensi kebisingan hipertensi dan penyakit kardiovaskular (14). Kebisingan
transportasi terhadap kesehatan manusia (6). juga dapat mengganggu seseorang dalam menangkap
Permukiman padat di perkotaan rentan terpapar dan memahami percakapan (15)
kebisingan yang bersumber dari alat transportasi. Terdapat studi yang menyatakan bahwa
Wilayah permukiman yang dekat dengan lalu lintas jalan, kebisingan berhubungan dengan tekanan darah (16).
jalur kereta api, dan bandara cenderung rentan terpapar Kebisingan merupakan stressor yang masuk melalui
kebisingan. Kebisingan di kawasan permukiman tidak sistem pendengaran kemudian merangsang sistem
boleh melebihi 55 dBA (7). Pemantauan kebisingan organ tubuh lainnya (17). Kebisingan direspon oleh otak
lingkungan pada tahun 2008 di lima kota besar sebagai ancaman yang berhubungan dengan pelepasan
menunjukkan bahwa 95% titik pengukuran telah hormon stress seperti epinephrine (18). Paparan bising
melewati batas mutu kebisingan lingkungan di wilayah berintensitas tinggi dapat mengaktifkan sistem saraf
permukiman. Pengukuran kebisingan lingkungan pada sehingga memicu perubahan hormon yang diperankan
empat kota besar di Indonesia menunjukkan bahwa 100% oleh Hipothalamic Pituitary Adrenal axis (HPA) (19).

11
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)

Kota Madiun dikenal dengan industri kereta api METODE


PT INKA dan julukan “Kota Sepur” karena ramainya arus
Penelitian ini berjenis observasional analitik
kereta api. Dalam kurun waktu 24 jam terdapat total 43
dengan desain studi cross sectional. Lokasi penelitian
perjalanan kereta api yang melintasi stasiun Madiun.
adalah kawasan sekitar rel kereta api di Kelurahan
Kelurahan Sukosari merupakan salah satu wilayah di
Sukosari, Kota Madiun. Penelitian dilaksanakan pada
Kota Madiun yang dilalui oleh perlintasan kereta api.
bulan Mei-Juli 2019. Populasi penelitian adalah ibu
Penelitian sebelumnya di permukiman sepanjang jalur
rumah tangga yang bertempat tinggal di kawasan sekitar
rel kereta api kelurahan Sukosari Madiun, memperoleh
rel kereta api Kelurahan Sukoasari Madiun.
hasil pengukuran kebisingan pada jarak 3-8 meter yaitu
Kriteria inklusi sampel antara lain wanita yang
sebesar 60-67 dBA (20). Angka tersebut telah melewati
tidak bekerja, berada di rumah minimal 8 jam setiap hari,
ketentuan tingkat kebisingan di kawasan pemukiman
rentang usia 20-65 tahun, tinggal menetap minimal 5
yaitu 55 dBA (7). tahun di Kelurahan Sukosari. Ibu rumah tangga yang tidak
Meskipun menjadi salah satu penyebab utama bekerja cenderung rentan terpapar kebisingan dalam
beban penyakit, tingkat kesadaran terkait gangguan jangka waktu yang lama dan berulang (2). Seseorang
pendengaran sebagai masalah kesehatan masyarakat yang tinggal minimal 5 tahun di wilayah yang terpapar
masih rendah (21). Padahal, ketidakmampuan bising cenderung mendapatkan dampak kesehatan (3).
mendengar merupakan masalah penting karena Terdapat sampel kelompok terpapar dan
berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan kelompok pembanding. Kelompok terpapar adalah
seperti percepatan penurunan kognitif, depresi, responden yang rumahnya berlokasi pada jarak terdekat
peningkatan risiko demensia, bahkan yang lebih buruk hingga 3-5 meter dari jalur kereta api dan kelompok
yaitu kematian dini (22). Penurunan daya dengar akibat pembanding adalah responden yang rumahnya berlokasi
bising juga dapat menimbulkan gangguan komunikasi paling jauh dari jalur kereta api yaitu pada radius 300-500
akibat efek masking yang ditimbulkan oleh bising (23). meter. Pembagian kelompok berdasarkan jarak tersebut
Kampanye tentang tentang pentingnya kesadaran dan mempertimbangkan risiko tingkat bising yang diterima.
pencegahan gangguan pendengaran telah meningkatkan Pengambilan sampel didasarkan pada perhitungan
minat masyarakat namun belum bisa mengubah perilaku simple random sampling. Terdapat 42 sampel yang
masyarakat (24). terdiri dari 21 orang pada kelompok terpapar dan 21
Risiko kerusakan pendengaran dapat diakibatkan orang pada kelompok pembanding.
oleh paparan tingkat bising yang tinggi dan waktu Sebelum proses pengumpulan data, peneliti
kumulatif yang melabihi batas (25). Suatu penelitian terlebih dahulu meminta persetujuan responden
menemukan bahwa masyarakat yang rentan mengalami melalui informed consent. Data primer dikumpulkan
gangguan pendengaran adalah masyarakat yang melalui pengukuran langsung pada responden.
menetap di kawasan dengan tingkat kebisingan melebihi Tingkat kebisingan diukur dengan Sound Level Meter
baku mutu 55 dBA (2). Kondisi tersebut menunjukkan yang menampilkan kebisingan dalam bentuk Leq.
bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan terpapar Pengukuran kebisingan dilaksanakan pada dua lokasi
bising lebih dari baku mutu lebih rawan mengalami yaitu di daerah terpapar (kelompok terpapar) dan daerah
masalah kesehatan berupa gangguan pendengaran. pembanding (kelompok pembanding). Pengukuran
Ibu rumah tangga merupakan populasi yang kebisingan dilakukan pada perwakilan masing-masing
rentan mendapat paparan kebisingan karena hampir 13 rumah responden kelompok terpapar dan kelompok
24 jam beraktivitas di dalam rumah (2). Sebagian pembanding setiap kereta api melintas. Pengukuran
besar masyarakat yang mengalami dampak kesehatan kebisingan dilakukan sebanyak 7 kali selang waktu yang
tersebut adalah ibu rumah tangga karena mereka mewakili 24 jam (LSM).
lebih lama berada di rumah sehingga lebih banyak Pengukuran gangguan pendengaran diperoleh
mendapat paparan bising (3). Hal tersebut yang menjadi dengan cara tes bisik pada responden yang dilakukan
latarbelakang peneliti untuk meneliti keterkaitan antara oleh dokter spesialis THT (Telinga Hidung Tenggorokan).
kebisingan dengan gangguan pendengaran pada ibu Sebelum dilakukan tes bisik, responden ibu rumah
rumah tangga yang tinggal di kawasan sekitar kereta tangga mendapat pemeriksaan
api. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi THT terlebih dahulu untuk memastikan bahwa
risiko gangguan pendengaran pada ibu rumah tangga telinga sedang dalam kondisi normal dan bersih sehingga
yang terpapar bising. hasil pemeriksaan tidak menjadi bias.

12
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)

Selanjutnya responden diperiksa satu persatu oleh Jam Rerata


Selang LSM
dokter spesialis THT dengan cara tes bisik. Lokasi Penguku- Leq LSM
Waktu (dBA)
Pengisian kuesioner dilakukan oleh responden ran (dBA)
06.00-10.00 09.05 51,9
dan didampingi oleh peneliti. Jawaban dari kuesioner 10.00-13.00 11.00 54,1
menjadi sumber informasi terkait faktor selain kebisingan RT 13 13.00-17.00 14.20 51,1
yang memiliki potensi risiko terhadap gangguan (pem- 17.00-22.00 18.00 46,2 49,8
pendengaran seperti usia, lama tinggal, dan keberadaan banding) 22.00-24.00 23.00 44,9
24.00-04.00 02.50 50,5
barrier. Sementara itu, data sekunder yang digunakan
04.00-06.00 04.30 50,2
yaitu jadwal kereta api dan monografi Kelurahan 06.00-10.00 09.10 51,6
49,3

Sukosari, Madiun. 10.00-13.00 11.10 53,8


Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis RT 14 13.00-17.00 15.05 50,8
secara statistik. Analisis univariat menganalisis masing- (pem- 17.00-22.00 18.10 44,7 48,7
banding) 22.00-24.00 23.05 42,6
masing satu variabel independen secara distributif.
24.00-04.00 03.15 48,9
Sementara itu, analisis bivariat akan menganalisis 04.00-06.00 05.20 48,8
dua variabel secara bersama-sama. Penelitian ini
menggunakan uji chi square untuk melihat keterkaitan Angka LSM di wilayah terpapar yaitu 65,9 dBA
antara kebisingan, usia, lama tinggal, dan barrier dengan dan angka LSM di wilayah pembanding yaitu 49,3 dBA.
gangguan pendengaran pada responden penelitian serta
uji Man-Whitney untuk melihat perbedaan gangguan Karakteristik Responden
pendengaran antara kelompok terpapar dan kelompok Karakteristik responden yaitu berdasarkan
pembanding. Apabila uji statistik menunjukkan p-value usia, lama tinggal, dan keberadaan barrier dapat dilihat
< 0,05 artinya ada keterkaitan yang signifikan antara pada Tabel 2. Sebagian besar responden di kelompok
variabel yang diteliti. terpapar berusia >40 tahun (85,7%). Demikian pula,
mayoritas responden di kelompok pembanding berusia
Penelitian ini telah dinyatakan lulus etik oleh
>40 tahun (71,4%). Sebagian besar responden di
Komite Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas
kelompok terpapar memiliki lama tinggal ≥ 10 tahun
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga No. 211/HRECC.
(81%). Demikian pula mayoritas responden di kelompok
FODM/V/2019.
HASIL pembanding memiliki lama tinggal ≥ 10 tahun (81%).
Sebagian besar responden di kelompok terpapar tidak
Hasil Pengukuran Kebisingan
memiliki barrier pada rumahnya (76,2%). Sementara itu,
Hasil pengukuran kebisingan kereta api di
seluruh responden di kelompok pembanding memiliki
permukiman kelurahan Sukosari ditampilkan pada tabel
barrier pada rumahnya (100%).
1 . Hasil perhitungan rata-rata kebisingan siang malam
(LSM) pada wilayah terpapar adalah 65,9 dBA dengan Tabel 2. Karakteristik Responden Ibu Rumah Tangga di
rentang kebisingan 55,8-77,3 dBA. Permukiman Kelurahan Sukosari, Madiun
Kelompok Kelompok
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kebisingan Permukiman Karakteistik
Terpapar Pembanding
Kelurahan Sukosari, Madiun Responden
n % n %
Jam Rerata Usia
Selang LSM
Lokasi Penguku- Leq LSM ≤40 tahun 3 14,3 6 28,6
Waktu (dBA) >40 tahun 8 85,7 15 71,4
ran (dBA)
06.00-10.00 09.05 64,7 Total 21 100,0 21 100,0
Lama tinggal
10.00-13.00 11.00 77,3
≤10 tahun 4 19,0 4 19,0
13.00-17.00 14.20 76,2
RT 5 >10 tahun 17 81,0 17 81,0
17.00-22.00 18.00 67,8 66,1
(terpapar) Total 21 100,0 21 100,0
22.00-24.00 23.00 55,8 Keberadaan barrier
24.00-04.00 02.50 59,2 Ada 5 23,8 21 100,0
04.00-06.00 04.30 61,7 Tidak ada 16 76,2 0 0
06.00-10.00 09.10 63,8 65,9
Total 21 100,0 21 100,0
10.00-13.00 11.10 76,8
13.00-17.00 15.05 76,3 Perbedaan Gangguan Pendengaran pada Kelompok
RT 18 Terpapar dan Kelompok Pembanding
17.00-22.00 18.10 67,5 65,7
(terpapar)
22.00-24.00 23.05 56,5 Pada Tabel 3 diketahui bahwa pada kelompok
24.00-04.00 03.15 58,2 terpapar terdapat 8 orang (38,1%) yang mengalami
04.00-06.00 05.20 60,8
gangguan pendengaran. Sementara itu, pada kelompok

13
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)

pembanding terdapat 2 orang (9,5%) yang mengalami Responden usia ≤40 tahun yang mengalami
gangguan pendengaran. Berdasarkan hasil uji statistik gangguan pendengaran yaitu sejumlah 1 orang
didapatkan p-value (0,032) < 0,05, maka terdapat (11,1%). Sementara itu responden usia >40 tahun yang
perbedaan antara dua kelompok tersebut. Gangguan mengalami gangguan pendengaran yaitu sejumlah 9
pendengaran pada responden kelompok terpapar orang (27,3%). Berdasarkan hasil bivariat Chi-Square
berbeda dengan dengan kelompok pembanding. (dengan pembacaan fisher exact) diketahui nilai p
(0,416)>0,05. Sehingga dapat dibaca bahwa tidak ada
Tabel 3. Perbedaan Gangguan Pendengaran Responden hubungan antara usia dengan gangguan pendengaran
Ibu Rumah Tangga di Pemukiman Kelurahan Sukosari
ibu rumah tangga (95%, α=0,05). Hasil risk estimate
Madiun
OR sebesar 3,000 berarti responden yang berusia ≤40
Kelompok Kelompok
Gangguan tahun memiliki kecenderungan 3 kali lebih besar untuk
Terpapar Pembanding p-value
Pendengaran mengalami gangguan pendengaran dibandingkan
n % n %
Ya 8 38,1 2 9,5 reponden yang berusia >40 tahun.
Tidak 13 61,9 19 90,5 0,032 Responden dengan lama tinggal ≤10 tahun
Total 21 100,0 21 100,0
yang mengalami gangguan pendengaran yaitu sejumlah
Keterkaitan antara Kebisingan, Usia, Lama Tinggal, 2 orang (25%). Sementara itu responden dengan
dan Keberadaan Barrier dengan Gangguan lama tinggal >10 tahun yang mengalami gangguan
Pendengaran pendengaran yaitu sejumlah 8 orang (23,5%).
Keterkaitan antara kebisingan, usia, lama Berdasarkan hasil uji Chi-Square (dengan pembacaan
tinggal, dan keberadaan barrier dengan gangguan fisher exact) didapatkan nilai p(1,000)>0,05. Artinya tidak
pendengaran dapat dilihat pada tabel 4. Pada kebisingan ada hubungan antara lama tinggal dengan gangguan
tinggi (>55 dBA), responden yang mengalami gangguan pendengaran ibu rumah tangga (95%, α=0,05). Hasil
pendengaran yaitu sejumlah 8 orang (38,1%). Sementara risk estimate OR sebesar 0,923 berarti responden
itu pada kebisingan rendah (≤55 dBA), responden yang yang tinggal ≤10 tahun memiliki kecenderungan untuk
mengalami gangguan pendengaran yaitu sejumlah 2 mengalami gangguan pendengaran sebesar 0,923 kali
orang (9,5%). Uji bivariat Chi-Square memperoleh hasil lebih kecil dibanding responden yang tinggal >10 tahun.
signifikan dimana nilai p (0,030)<0,05. Artinya, terdapat Responden dengan rumah tanpa barrier yang
keterkaitan antara kebisingan kereta api dengan mengalami gangguan pendengaran yaitu sejumlah 5
gangguan pendengaran ibu rumah tangga (95%, orang (31,2%). Sementara itu responden dengan rumah
α=0,05). Hasil risk estimate nilai OR sebesar 5,846. ber-barrier yang mengalami gangguan pendengaran yaitu
Artinya responden yang terpapar kebisingan dengan sejumlah 5 orang (19,2%). Berdasarkan hasil uji statistik
intensitas tinggi (>55 dBA) memiliki kecenderungan bivariat (dengan pembacaan fisher exact) didapatkan
untuk mengalami gangguan pendengaran sebesar nilai p (0,465)>0,05. Artinya keberadaan barrier tidak
5,846 kali lebih besar dibanding responden yang terpapar berhubungan dengan gangguan pendengaran ibu
kebisingan dengan intensitas rendah (<55 dBA). rumah tangga (95%, α=0,05). Hasil risk estimate nilai OR
sebesar 0,524. Artinya responden yang tidak memiliki
Tabel 4. Tabulasi Silang antara Kebisingan, Usia, Lama
Tinggal, dan Keberadaan Barrier dengan Gangguan barrier mempunyai kecenderungan untuk mengalami
Pendengaran pada Responden Ibu Rumah Tangga di gangguan pendengaran sebesar 0,524 kali lebih kecil
Pemukiman Kelurahan Sukosari Madiun dibanding responden yang memiliki barrier.
Gangguan
Pendengaran PEMBAHASAN
Variabel p-value OR
Ya Tidak Analisis Kebisingan Kereta Api
n % n %
Kebisingan Tingginya tingkat kebisingan kereta dapat
Tinggi 8 38,1 13 61,9
0,030 5,846 disebabkan oleh faktor jarak antara rel dengan
Rendah 2 9,5 19 90,5
permukiman. Penelitian serupa di Kelurahan Winongo
Usia
≤40 tahun 1 11,1 8 88,9 Madiun, menunjukkan bahwa tingkat kebisingan pada
0,416 3,000
>40 tahun 9 27,3 24 72,7 rumah dengan jarak 15,3 meter dari lintasan kereta yaitu
Lama Tinggal
86,3 dBA, sedangkan tingkat kebisingan pada rumah
≤10 tahun 2 25,0 6 75,0 dengan jarak 62,4 meter dari lintasan kereta yaitu 66,65
1,000 0,923
>10 tahun 8 23,8 26 76,5
Barrier
dBA (26). Semakin dekat jarak antara lokasi responden
Ada 5 31,2 11 68,8 dengan asal paparan bising kereta api maka semakin
0,465 0,524
Tidak Ada 5 19,2 21 80,8 besar tingkat kebisingan yang diterima.

14
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)

Penyebab lain tingginya intensitas kebisingan Analisis Perbedaan Gangguan Pendengaran pada
kereta api adalah ramainya jadwal kereta api yang Kelompok Terpapar dan Kelompok Pembanding
melintas. Setiap harinya terdapat sejumlah 43 kereta api Terdapat perbedaan tingkat kebisingan
yang melintasi jalur kereta api sepanjang permukiman yang diterima oleh kelompok terpapar dan kelompok
Kelurahan Sukosari. Penelitian sebelumnya di salah pembanding. Kelompok yang terpapar bising >55
satu permukiman sepanjang rel kereta api Surabaya dBA lebih banyak mengalami gangguan pendengaran
menunjukkan LSM sebesar 70,73 dBA dengan jumlah dibanding kelompok yang terpapar bising <55 dBA.
kereta api yang melintas setiap harinya sebanyak Kelompok yang mendapat paparan bising lebih dari baku
32 perjalanan (2). Penelitian serupa di permukiman mutu lingkungan berpeluang lebih tinggi mengalami
sepanjang rel Ngagel Rejo menunjukkan hasil LSM gangguan pendengaran dibandingkan kelompok yang
sebesar 65,89 dBA dengan jumlah kereta api yang mendapat paparan bising kurang dari baku mutu
melintas sebanyak 70 perjalanan (3). Beberapa lingkungan.
penelitian tersebut membuktikan bahwa tingginya tingkat Penelitian sebelumnya juga menemukan
bahwa kelompok yang terpapar bising tinggi mengalami
kebisingan diakibatkan oleh ramainya sumber bising.
peningkatan ambang dengar yang signifikan
Tingginya intensitas bising dapat menimbulkan
dibandingkan kelompok yang terpapar bising rendah (3).
risiko pada kesehatan apabila terjadi dalam waktu lama.
Kebisingan yang melebihi batas maksimal dapat lebih
Sehingga diperlukan langkah untuk mengendalikan
mempengaruhi nilai ambang dengar seseorang (34).
dampak paparan kebisingan. Tindakan yang bisa
Selain itu, perbedaan lokasi berdasarkan jarak dengan
dilakukan dalam rangka mengurangi paparan bising
sumber bising juga dapat menjadi penyebab perbedaan
adalah dengan memasang penghalang atau peredam
gangguan pendengaran pada kelompok terpapr dan
suara seperti tembok atau pagar tanaman (27). Langkah kelompok pembanding. Kelompok pembanding berperan
termudah untuk mengatasi masalah kebisingan yaitu sebagai kontrol untuk melihat seberapa besar potensi
dengan menggunakan noise barrier baik yang sifatnya terjadinya gangguan pendengaran yang timbul akibat
alami maupun berupa material sintetik seperti kelambu, kebisingan.
fiber glass, atau mineral wool (28).
Vegetasi dapat mereduksi bising sebesar 8,6 Analisis Keterkaitan Kebisingan dengan Gangguan
dBA (29). Selain berperan sebagai pereduksi kebisingan, Pendengaran
vegetasi juga dapat menambah nilai estetika wilayah Perhitungan risk estimate juga menunjukkan
permukiman (30). Salah satu faktor yang mempengaruhi bahwa bising >55 dBA berpeluang 5,846 kali lebih besar
efektivitas vegetasi sebagai peredam kebisingan adalah dalam menimbulkan gangguan pendengaran. Namun
tutupan tajuk vegetasi (31). Noise barrier juga sebagai masing-masing responden memiliki sensitivitas yang
penghalang bising upaya tidak langsung mengenai berbeda terhadap bising. Sebagian besar responden
kawasan permukiman (32). merasa terbiasa dengan suara bising yang ditimbulkan
oleh lintasan kereta api. Hal tersebut ditunjukkan dengan
Selain itu, diperlukan upaya pengaturan jarak
masih banyaknya responden yang memiliki status
minimal antara jalur kereta api dengan permukiman.
pendengaran normal.
Terdapat peraturan yang menyebutkan bahwa batas
Faktor utama penyebab gangguan pendengaran
minimal ruang kanan dan kiri dari rel kereta api adalah
adalah suara bising yang melebihi batas baik dari segi
6 meter (33). Pengaturan jarak tersebut ditujukan untuk
intensitas maupun lama paparan. Namun terdapat
kelancaran penyelenggaraan kereta api. Penelitian
faktor lain yang berpotensi mempengaruhi timbulnya
sebelumnya menemukan pada jarak 6 meter tingkat
gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran
kebisingan yang ditimbulkan yaitu sebesar 70,73 dBA (2). akibat bising merupakan wujud daru interaksi yang rumit
Bahkan penelitian lainnya menemukan bahwa kebisingan antara faktor bawaan maupun faktor genetik dengan
pada jarak 62,4 meter yaitu sebesar 66,65 dBA (26). faktor lingkungan (35). Terlepas dari bising sebagai
Angka tersebut masih melewati batas tingkat kebisingan kontributor utama terjadinya gangguan pendengaran,
yang diperbolehkan untuk wilayah permukiman yaitu paparan bahan kimia seperti pelarut organik dan logam
55 dBA. Oleh karena itu, pemerintah perlu membentuk berat merupakan kontributor tambahan yang dapat
regulasi yang secara khusus mengatur jarak minimal memperparah gangguan pendengaran (36).
permukiman dengan rel kereta api sehingga paparan Penelitian sebelumnya menemukan bahwa
bising tidak melebihi baku mutu kebisingan. salah satu faktor yang berhubungan dengan gangguan

15
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)

pendengaran yaitu tingkat kebisingan (p=0,036) (37). >40 tahun berpeluang lebih kecil dalam mengalami
Intensitas bising merupakan faktor dominan yang paling gangguan pendengaran. Usia merupakan salah satu
mempengaruhi derajat gangguan pendengaran (38). faktor degeneratif fungsi pendengaran. Setiap responden
Penelitan lainnya menemukan adanya hubungan yang memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap bising
sangat kuat antara paparan kebisingan p=0,001 dengan terlepas dari usia mereka. Sebagian besar responden
gangguan pendengaran (39). merasa terbiasa dengan suara bising yang ditimbulkan
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa oleh lintasan kereta api.
intensitas kebisingan tinggi berisiko 2,779 kali lebih Pertambahan usia termasuk faktor risiko
besar (p=0,034) dalam menimbulkan dengan gangguan terjadinya gangguan pendengaran (22). Presbikusis atau
pendengaran (40). Terdapat penelitian sebelumnya yang dapat disebut dengan istilah age-related hearing
yang menyimpulkan bahwa kebisingan yang ditimbulkan loss (ARHL) adalah penyebab paling umum gangguan
oleh mesin kereta (p-value <0,05) secara signifikan pendengaran pada lansia secara global (44). Prevalensi
berhubungan dengan Noise Induced Hearing Loss gangguan pendengaran cenderung meningkat seiring
(41). Beberapa penelitian tersebut mendukung bahwa pertambahan usia (45). Seseorang dengan usia produktif
kebisingan baik yang bersifat stastis maupun dinamis dapat terhindar dari presbikusis karena memiliki fungsi
berhubungan dengan gangguan pendengaran. organ pendengaran yang baik. Presbikusis merupakan
Kebisingan berintensitas tinggi dan berlangsung gangguan pendengaran jenis sensorineural yang terjadi
lama dapat merangsang perubahan metabolisme pada akibat penurunan fungsi pendengaran yang bersifat
reseptor pendengaran. Akibatnya, terjadi kerusakan pada degeneratif. Presbikusis dapat dialami oleh seseorang
sel-sel rambut organ korti. Kerusakkan sel-sel rambut yang terpapar kebisingan kerja (occupational noise)
reseptor pada organ korti yang bersifat degeneratif maupun kebisingan non-kerja (non-occupational noise)
dapat mengakibatkan berkurangnya pendengaran (42). (46).
Kerusakan total pada sel-sel rambut organ korti akan Sekitar 30-45% masyarakat di seluruh dunia
berdampak pada hilangnya pendengaran. Namun, yang didiagnosis menderita presbikusis berusia >65
penelitian terbaru menunjukkan bahwa sel-sel rambut tahun dan mayoritas berjenis kelamin pria (47). Sebuah
bukanlah elemen yang paling rentan pada telinga bagian penelitian restropektif di RS Hasan Sadikin Bandung
dalam, melainkan sinapsis antara sel-sel rambut dan menunjukkan bahwa 60,4% pasien dengan presbikusis
terminal saraf koklea (43). terbanyak yaitu yang berusia >65 tahun. Penelitian
Kebisingan dapat mengakibatkan kerusakan tersebut menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
pendengaran maupun penurunan daya dengar antara kasus presbikusis dan proses Reactiveoxygen
apabila pajanannya bersifat kontinyu. Jika paparan Species (ROS) yang rentan dialami oleh lansia (47).
bising melebihi batas yang diperbolehkan maka dapat ROS atau spesi oksigen reaktif memiliki peran ganda
menimbulkan gangguan pendengaran (10). Gangguan untuk menurunkan dan menghalangi stressor bising
pendengaran yang paling umum akibat adanya paparan (48).
bising adalah gangguan jenis sensorineural. Gangguan Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian
tersebut diakibatkan oleh kerusakan pada telinga dalam kuesioner, rentang usia responden adalah 21-65 tahun.
dan pada saraf telinga (3). Mayoritas responden penelitian masih tergolong dalam
Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh rentang usia produktif dan tidak memiliki riwayat penyakit
paparan tunggal terhadap suara yang bersifat impulsif telinga sehingga cenderung terhindar dari presbikusis.
seperti ledakan atau oleh paparan jangka panjang Terdapat penelitian sebelumnya yang mengungkapkan
(14). Bising yang ditimbulkan kereta api merupakan bahwa umur tidak berpengaruh secara signifikan
kebisingan terputus-putus dan paparannya bersifat terus terhadap gangguan pendengaran (49). Namun terdapat
menerus. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebisingan penelitian yang menunjukkan bahwa umur secara
kereta api pada tingkatan tertentu dapat berdampak signifikan berhubungan dengan gangguan pendengaran
pada kesehatan terutama fungsi pendengaran. (37). Penelitian serupa lainnya menampilkan adanya
hubungan antara usia dengan gangguan pendengaran
Analisis Keterkaitan Usia dengan Gangguan (p-value telinga kiri = 0,000 ; koefisien korelasi = 0,621
Pendengaran dan p-value telinga kanan = 0,009 ; koefisien korelasi =
Hasil uji bivariat pada tabel 4 menunjukkan 0,486) (34).
bahwa usia tidak memiliki keterkaitan yang bermakna Terdapat penelitian yang menyimpulkan
dengan gangguan pendengaran (p=0,416). Perhitungan bahwa kurangnya kemampuan mendengar seseorang
risk estimate juga menunjukkan bahwa responden usia diakibatkan oleh sinapsis antara sel-sel rambut

16
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)

pendengaran yang mengalami degenerasi atau dengan lama tinggal <10 tahun. Sehingga diperlukan
terpapar bising (43). Perbedaan hasil penelitian terkait penelitian lebih lanjut terkait lama tinggal atau lama
hubungan antara usia dengan gangguan pendengaran paparan dengan gangguan pendengaran.
dapat disebabkan oleh faktor lain seperti perbedaan
alat uji yang digunakan, perbedaan jumlah responden Analisis Keterkaitan Keberadaan Barrier dengan
penelitian, dan perbedaan lokasi penelitian. Gangguan Pendengaran
Hasil statistik bivariat pada tabel 4 menunjukkan
Analisis Keterkaitan Lama Tinggal dengan tidak adanya keterkaitan antara keberadaan barrier
Gangguan Pendengaran dengan gangguan pendengaran (p=0,465). Belum ada
Hasil statistik bivariat pada tabel 4 menunjukkan penelitian sebelumnya yang secara spesifik mencari
bahwa tidak ada keterkaitan yang signifikan antara lama pengaruh barrier terhadap gangguan pendengaran.
tinggal responden dengan gangguan pendengaran Barrier yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
(p=1,000). Perhitungan risk estimate juga menunjukkan keberadaan rumah atau bangunan lainnya terhadap
bahwa responden dengan lama tinggal >10 tahun rumah responden yang dapat menghalangi kebisingan
berpeluang lebih kecil dalam mengalami gangguan kereta api. Kategori “tidak ada barrier” jika rumah
pendengaran. Terdapat kemungkinan bahwa responden responden menghadap langsung rel kereta api tanpa
yang sudah tinggal menetap lokasi penelitian sudah dihalangi oleh rumah atau bangunan lainnya, sedangkan
terbiasa sehingga menimbulkan efek kebal bagi sistem
kategori “ada barrier” jika rumah responden tidak
pendengarannya.
langsung menghadap rel kereta api.
Lama tinggal dapat diartikan sebagai lamanya
Keberadaan barrier dapat berkontribusi dalam
seseorang mengalami paparan bising atau masa pajanan.
meminimalkan paparan bising yang diterima. Rumah
Lama kerja memiliki karakteristik yang mirip dengan
yang langsung bersinggungan dengan rel kereta api
lama tinggal atau masa pajanan. Penelitian sebelumnya
memiliki potensi lebih tinggi mengalami gangguan
menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara
pendengaran. Hal tersebut karena paparan bising dapat
lama tinggal (p=0,250) dengan gangguan pendengaran
langsung diterima saat kereta api melintas.. Hal tersebut
(3). Tidak ada perbedaan nilai ambang dengar antara
karena rumah atau bangunan lain yang bertindak sebagai
masa kerja <5 tahun dan masa kerja >5 tahun (50).
barrier dapat meredam kebisingan yang ditimbulkan saat
Namun penelitian lainnya menunjukkan bahwa masa
kereta api melintas.
kerja >10 tahun secara signifikan berpengaruh terhadap
daya pendengaran pekerja (49), (51). Lama kerja
ACKNOWLEDGEMENT
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya
gangguan pendengaran di bandar udara (52). Penelitian Peneliti berterimakasih kepada semua pihak
serupa menunjukkan bahwa masa kerja (p=0,000) yang telah membantu sepanjang proses penelitiaan.
sangat mempengaruhi terjadinya perubahan ambang Demikian pula peneliti berterimakasih kepada semua
dengar (53). responden yang secara sukarela telah bersedia terlibat
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa lama dalam penelitian.
paparan terhadap bising (nilai p=0,001) secara signifikan
berhubungan dengan dengan gangguan pendengaran KESIMPULAN DAN SARAN
(37). Penelitian serupa menemukan adanya hubungan Terdapat potensi risiko gangguan pendengaran
yang sangat signifikan pada masa kerja (p=0.000) pada ibu rumah tangga yang terpapar bising. Kesimpulan
dan gangguan pendengaran (39). Penelitian serupa tersebut diperoleh dari analisis bivariat yaitu kebisingan
menunjukkan bahwa lama kerja memiliki hubungan berkaitan erat dengan gangguan pendengaran (p = 0,030
dengan dengan gangguan pendengaran (p-value telinga < 0,05). Sementara itu, variabel lainnya seperti usia, lama
kiri = 0,001 ; koefisien korelasi = 0,591 dan p-value telinga tinggal, dan keberadaan barrier tidak memiliki keterkaitan
kanan = 0,009 ; koefisien korelasi = 0,483) (34). Dosis yang bermakna dengan gangguan pendengaran ibu
pajanan kebisingan (p=0,009) berhubungan dengan rumah tangga (p < 0,05). Peneliti menyarankan adanya
kualitas pendengaran (54). upaya pengurangan dan pengendalian kebisingan kereta
Perbedaan hasil penelitian diperkirakan terjadi api. Upaya yang disarankan antara lain pengaturan jarak
karena kurang seimbangnya perbandingan jumlah permukiman dengan rel kereta api, pembangunan noise
responden berdasarkan kategori lama tinggal, dapat barrier berupa tembok atau tanaman vegetasi, dan
dilihat dari total 42 responden hanya ada 8 orang (19%) pemasangan peredam suara pada bangunan rumah.

17
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)

DAFTAR PUSTAKA org/10.1016%2FS0140-6736(13)61613-X.


1. Suyono. Pencemaran Kesehatan Lingkungan. Ja- 15. Lundine JP, McCauley RJ. A Tutorial on Expository
karta: EGC; 2014. Discourse: Structure, Development, and Disorders
2. Suryani NDI. Hubungan Kebisingan dan Umur den- in Children and Adolescents. American Journal of
gan Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga di Pemu- Speech-Language Pathology. 2016;25(3): 306-
kiman Jalan Ambengan Surabaya. Jurnal Keseha-
320. https://pubs.asha.org/10.1044/2016_AJSLP-
tan Lingkungan. 2017;10(1):70–81. http://dx.doi.
org/10.20473/jkl.v10i1.2018.70-81. 14-0130.
3. Christi FV. Hubungan Paparan Bising Kereta Api 16. Lubis F, Annisa R. Hubungan Paparan Kebisingan
dengan Gangguan Pendengaran dan Gangguan Dan Karakteristik Individu dengan Kelainan Teka-
Non Auditori Penduduk Sepanjang Rel Ngagel
nan Darah Pengemudi Becak Bermotor di Kecama-
Rejo Surabaya. Skripsi. Surabaya: Universitas Air-
langga; 2016. tan Medan Johor Kota Medan Tahun 2017. Jurnal
4. WHO. Burden of Disease from Environmental Kesehatan Masyarakat & Gizi (JKG). 2018;1(1):17-
Noise : Quantification of Healthy Life Years Lost in 22. https://doi.org/10.35451/jkg.v1i1.69
Europe. Geneva: WHO Regional Office for Europe; 17. Mukhlish WIN, Sudarmanto Y, Hasan M. Pengaruh
2011. Kebisingan Terhadap Tekanan Darah dan Nadi pada
5. WHO. WHO Global Estimates on Prevalence of Pekerja Pabrik Kayu PT. Muroco Jember. Jurnal
Hearing Loss. 2012. http://www.who.int/pbd/deaf- Kesehatan Lingkungan Indonesia. 2018;17(2):112-
ness/WHO_GE_HL.pdf. 118. https://doi.org/10.14710/jkli.17.2.112-118
6. Brown AL, van Kamp I. WHO environmental noise 18. Widya M, Setiani O, Dangiran H. Hubungan Intensi-
guidelines for the European region: A systematic tas Kebisingan Dengan Tekanan Darah Sistolik Dan
review of transport noise interventions and their Diastolik pada Pekerja Pertambangan Pasir dan
impacts on health. International Journal of Environ- Batu PT. X Rowosari, Semarang. Jurnal Kesehatan
mental Research and Public Health. 2017;14(8):1– Masyarakat. 2018;6(6):225 - 234. https://ejournal3.
44. https://doi.org/10.3390/ijerph14080873. undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/22180.
7. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indone- 19. Jin S, Kim M, Park S, Park S. Stress Hormonal
sia. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Changes in the Brain and Plasma After Acute
Nomor Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Ting- Noise Exposure in Mice. Auris Nasus Larynx.
kat Kebisingan. 2017;44(3):272-276. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
8. Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan. pubmed/27496010
Laporan Pengkajian dan Pemantauan Kebisingan 20. Saraswati E. Pengaruh Kebisingan Kereta Api
Lingkungan di Sekitar Lintasan Kereta Api. Jakarta: terhadap Kenaikan Denyut Nadi dan Gangguan
Kementerian Lingkungan Hidup RI; 2013. Komunikasi pada Masyarakat di Kelurahan Suko-
9. Tikka C, Verbeek JH, Kateman E, Morata TC, sari Kecamatan Kartoharjo Madiun. Study Report.
Dreschler WA, Ferrite S. Interventions to Prevent Surabaya: Politeknik Kesehatan Kementerian RI;
Occupational Noise-induced Hearing Loss. Co- 2016.
chrane Database of Systematic Reviews. 2017. 21. Basner M, McGuire S. WHO Environmental Noise
https://doi.org/10.1002/14651858.CD006396. Guidelines for The European Region: A Systematic
pub4. Review on Environmental Noise and Effects on
10. Sasmit A, Andrio D. Evaluasi Tingkat Kebisingan di sleep. Journal of Environmental Research and Pub-
Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Jurnal lic Health. 2018; 15(3):519. https://doi.org/10.3390/
Teknik UNIPA. 2017;15(1):30-35. http://jurnal.uni- ijerph15030519.
pasby.ac.id/index.php/waktu/article/view/441. 22. Davis A, McMahon CM, Pichora-Fuller KM, Russ
11. Fink D. What Is a Safe Noise Level for the Public?. S, Lin F, Olusanya BO, et al. Aging and Hearing
American Journal of Public Health. 2017;107(1): health: The Life-course Approach. Gerontolo-
44-45. https://doi.org/10.2105/AJPH.2016.303527. gist. 2016;56(2):256-267. https://doi.org/10.1093/
12. Mirza R, Kirchner D, Dobie RA, Crawford J. Oc- geront/gnw033.
cupational Noise-Induced Hearing Loss. Journal 23. Biberger T, Ewert S. The Effect of Room Acoustical
of Occuppational and Environmental Medicine. Parameters on Speech Reception Threshold and
2018;60(9):498–501. https://doi.org/10.1097/ Spatial Release from Masking. The Journal of the
JOM.0000000000001423. Acoustical Society of America. 2019;146(4):2188-
13. Hernayanti M, Joko T, Dangiran H. Hubungan Kebi- 2230. https://doi.org/10.1121/1.5126694.
singan di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta 24. Gilles A, Paul V. Effectiveness of a Preventive
Timur terhadap Gangguan Non-Auditori Permuki- Campaign for Noise-Induced Hearing Damage in
man Penduduk Wilayah Buffer. Jurnal Kesehatan Adolescents. International Journal of Pediatric Oto-
Masyarakat. 2018;6(6):214–224. https://ejournal3. rhinolaryngology. 2014;78(4):604-609. https://doi.
undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/22179. org/10.1016/j.ijporl.2014.01.009.
14. Basner M, Babisch W, Davis A, Brink M, Clark 25. Fithri P. Analisis Intensitas Kebisingan Lingkungan
C, Janssen S, et al. Auditory and non-audito- Kerja pada Area Utilities Unit PLTD dan Boiler (Stu-
ry effects of noise on health. The Lancet Jour- di Kasus PT.Pertamina RU II Dumai). Jurnal Sains
nal. 2014;383(9925):1325–1332. https://dx.doi. dan Teknologi Industri. 2015;12(2):278-285. http://

18
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)

ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/sitekin/article/ PT. Sinar Pantja Djaja Semarang. Unnes Journal


view/1057/1000. of Public Health. 2016;5(2):140–148. https://doi.
26. Felantika J. Pengaruh Jarak Pemukiman terhadap org/10.15294/ujph.v5i2.10122.
Tingkat Kebisingan pada Jalur Kereta Api Jenis 38. Desinta I, Andarani P, Budiawan W. Analisis Faktor
Ekonomi di Wilayah Kelurahan Winongo Kota Ma- Risiko Gangguan Pendengaran dan Estimasi Ex-
diun. Madiun : Skripsi. Stikes Bakti Husada Mulia; cess Risk Gangguan Pendengaran Akibat Paparan
2018. Kebisingan Pada Personel Kabin Masinis DAOP IV
Semarang. Jurnal Teknik Lingkungan. 2017;6(4):1-
27. Arista E, Rili R. Desain Pembuatan Barrier Guna 11. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/tlingkun-
Mengurangi Kebisingan Kereta Api Akibat Double gan/article/view/25238
Track Jalur Kereta Api Di Area Pemukiman Lintas
39. Marisdayana R, Suhartono S, Nurjazuli N. Hubun-
Manggarai-Bekasi. Jurnal Perkeretaapian Indone-
gan Intensitas Paparan Bising Dan Masa Kerja
sia. 2017;1(2):97–104. https://jurnal.api.ac.id/in-
Dengan Gangguan Pendengaran Pada Kary-
dex.php/jpi/article/view/36.
awan PT. X. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indo-
28. Ismail A, Shahid N, Nizam A. Development of Green nesia. 2016;15(1):22-27. https://doi.org/10.14710/
Curtain Noise Barrier Using Natural Waste Fibres. jkli.15.1.22-27.
Journal of Advanced Research Materials Science.
2016;17(1):1–9. https://www.researchgate.net/ 40. Septiana N, Widowati E. Gangguan Pendengaran
publication/306358990_Development_of_Green_ Akibat Bising. HIGEA : Journal of Public Health Re-
Curtain_Noise_Barrier_Using_Natural_Waste_Fi- search and Development. 2017;1(1):73–82. https://
bres. journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/
view/13993.
29. Erdianto A, Irwan S, Kastono D. Fungsi Ekologis
Vegetasi Tanaman Denggung Sleman sebagai 41. Saxena A. Noise Induced Hearing Loss in Indian
Pengendali Iklim Mikro dan Peredam Kebisin- Railway Loco Pilots: Are We Aware? Otolaryngol-
gan. Vegetalika. 2019;8(3):139-152. https://doi. ogy - Open Journal. 2018;4(2):18–21. https://doi.
org/10.22146/veg.41374. org/10.17140/otloj-4-148.
30. Hong J, Jeon J. The Effect of Audio Visual Fac- 42. Moore D, Edmondson-Jones M, Dawes P, Fortnum
tors on Perceptions of Environmental Noise H, McCormack A, Pierzycki R, et al. Relation Be-
Barrier Performance. Landscape and Urban tween Speech-in-Noise Threshold, Hearing Loss
Planning. 2014:28-37. https://doi.org/10.1016/j. and Cognition from 40–69 Years of Age. PLOS
landurbplan.2014.02.001. One. 2014;9(9):1-10. https://doi.org/10.1371/jour-
31. Putra I, Rombang J, Nurmawan W. Analisis Kemam- nal.pone.0107720.
puan Vegetasi dalam Meredam Kebisingan. Euge- 43. Liberman MC, Epstein MJ, Cleveland SS, Wang H,
nia. 2018;24(3):105-115. https://doi.org/10.35791/ Maison SF. Toward A Differential Diagnosis Of Hid-
eug.24.3.2018.22660 den Hearing Loss In Humans. PLOS One. 2016;
32. Halim H, Abdullah R, Ali A, Nor M. Effective- 11(9): e0162726. https://doi.org/10.1371/journal.
ness of Existing Noise Barriers : Comparison Be- pone.0162726.
tween Vegetation, Concrete Hollow Block, and 44. Tu NC, Friedman RA. Age-related hearing loss:
Panel Concrete. Procedia Environmental Sci- Unraveling the pieces. Laryngoscope Investigative
ences. 2015;30:217-221. https://doi.org/10.1016/j. Otolaryngology. 2017;3(2):68–72. https://dx.doi.
proenv.2015.10.039
org/10.1002%2Flio2.134.
33. Peraturan Pemerintah RI No 56 Tahun 2009 ten-
tang Penyelenggaraan Perkeretaapian. 45. Lie A, Skogstad M, Johannessen HA, Tynes T,
34. Putri WW, Martiana T. Hubungan Usia dan Masa Mehlum IS, Nordby KC, et al. Occupational noise
Kerja dengan Nilai Ambang Dengar Pekerja yang exposure and hearing: a systematic review. Inter-
Terpapar Bising di PT. X Sidoarjo. The Indone- national Archives of Occupational and Environ-
sian Journal of Occupational Safety and Health.
mental Health. 2016;89(3):351-372. https://doi.
2016;5(2):173-182. http://dx.doi.org/10.20473/
ijosh.v5i2.2016.173-182 org/10.1007/s00420-015-1083-5.
35. Stucken E, Hong R. Noise-Induced Hearing Loss 46. Royster JD. Preventing Noise-Induced Hear-
: An Occupational Medicine Perspective. Current ing Loss. North Carolina Medical Journal.
Opinion in Otolaryngology & Head and Neck Sur- 2017;78(2):113–117.https://doi.org/10.18043/
gery. 2014;22(5):388-393. https://doi.org/10.1097/ ncm.78.2.113.
MOO.0000000000000079. 47. Fatmawati R, Dewi YA. Karakteristik Penderita
36. Choi Y, Kim K. Noise-Induced Hearing Loss in Ko- Presbiakusis Di Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
rean Workers: Co-Exposure to Organic Solvents RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung Periode Janu-
and Heavy Metals in Nationwide Industries. PLOS ari 2012 - Desember 2014. Jurnal Sistem Keseha-
One. 2014;9(5):e97538. https://doi.org/10.1371/ tan. 2016;1(4):201–205. http://dx.doi.org/10.24198/
journal.pone.0097538. jsk.v1i4.10381.
37. Rahayu P, Pawenang ET. Faktor yang Berhubun- 48. Yuan H, Wang X, Hill K, Chen J, Lemasters J, Yang
gan Dengan Gangguan Pendengaran pada S. Autophagy Attenuates Noise-Induced Hearing
Pekerja yang Terpapar Bising di Unit Spinning I Loss by Reducing Oxidative Stress. Antioxidants &

19
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)

Redox Signaling. 2015;22(15):1308-1324. https:// 11. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/tlingkun-


doi.org/10.1089/ars.2014.6004. gan/article/view/25206.
49. Putri H, Nurmayanti D. Paparan Kebisingan, Umur, 52. Manoppo FN, Supit W, Danes VR. Hubungan
Masa Kerja, dan Pemakaian APT terhadap Ambang Antara Kebisingan dan Fungsi Pendengaran pada
Pendengaran Pekerja. GEMA Lingkungan Keseha- Petugas PT. Gapura Angkasa di Bandar Udara Sam
tan. 2019;17(2):80-86. http://dx.doi.org/10.36568/ Ratulangi Manado. Jurnal e-Biomedik. 2014;2(1):1-
kesling.v17i2.1058. 10. https://doi.org/10.35790/ebm.2.1.2014.3620.
50. Huldani. Pengaruh Lama Paparan Kebisingan 53. Sumardiyono, Hartono, Ari P, Setyono P. Pengar-
Menurut Masa Kerja Terhadap Nilai Ambang Den- uh Bising dan Masa Kerja terhadap Nilai Ambang
Pendengaran Pekerja Industri Tekstil. Journal
gar Pekerja : Studi Observasional di PT PLN (Per-
of Industrial Hygiene and Occupational Health.
sero) Sektor Barito PLTD Trisakti Banjarmasin. Jur-
2018;2(2):122–131. http://dx.doi.org/10.21111/ji-
nal Berkala Kedokteran. 2014;10(2):21-29. http:// hoh.v2i2.1883.
dx.doi.org/10.20527/jbk.v10i12.955.
54. Setyani YT, Sumanto D, Prasetio DB. Kontribusi
51. Mandasari J, Andarani P, Sarminingsih A. Analisis Dosis Kebisingan dan Penggunaan APT terhadap
Pengaruh Kebisingan Terhadap Daya Pendenga- Kualitas Pendengaran Pekerja Konfeksi. Jurnal
ran Pekerja di FeNi PLANT PT ANTAM (Persero) Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2018;13(2):23–
Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi 26.http://103.97.100.145/index.php/jkmi/article/
Tenggara. Jurnal Teknik Lingkungan. 2019;6(4):1- view/5077.

20

Anda mungkin juga menyukai