1
DOI: 10.20473/jkl.v12i1.2020.10-20
ISSN: 1829 - 7285
E-ISSN: 2040 - 881X
POTENSI RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA IBU RUMAH TANGGA YANG TERPAPAR
KEBISINGAN : OBSERVASI DI KAWASAN REL KERETA API KELURAHAN SUKOSARI MADIUN
The Potential Risk of Hearing Loss on Noise-Exposed Housewives : An Observational Study at Sukosari
Madiun Railway Residentia
Kartika Elisabet Krisnanti1, Lilis Sulistyorini2 Abstrak
Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas
1,2
Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Pendahuluan: Kejadian gangguan pendengaran sering terjadi pada komunitas yang terpapar
Surabaya 60115, Indonesia kebisingan dengan intensitas tinggi dan dalam jangka waktu yang lama. Penduduk yang tinggal
disekitar area rel kereta api memiliki risiko tinggi mengalami gangguan pendengaran tersebut.
Penelitian ini bertujuan menganalisis potensi risiko gangguan pendengaran pada ibu rumah tangga
Corresponding Author: yang selama 1x24 jam selalu terpapar kebisingan kereta api. Metode: Penelitian ini merupakan studi
kartikaelisabet@gmail.com observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini yaitu sejumlah 42 ibu
rumah tangga yang terbagi menjadi 2 kelompok yakni 21 orang terpapar kebisingan dan 21 orang tidak
terpapar kebisingan. Responden dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Data penelitian
diperoleh melalui wawancara dan observasi. Pengukuran intensitas kebisingan menggunakan tes
Article Info
bisik. Hasil dan Pembahasan: Pengukuran kebisingan siang malam (L= 65,9 dBA) telah melebihi
Submitted : 05 September 2019 baku mutu kebisingan yang ditetapkan untuk wilayah permukiman yaitu 55 dBA. Hasil penelitian
In reviewed : 23 Oktober 2019 menunjukkan bahwa kebisingan (p=0,030; OR=5,846) memiliki korelasi yang kuat dengan gangguan
Accepted : 06 November 2019 pendengaran. Sedangkan usia (p=0,416), lama tinggal (p=1,000), keberadaan barrier (p=0,465) tidak
Available Online : 31 Januari 2020 memiliki korelasi yang bermakna dengan gangguan pendengaran. Kesimpulan: Ibu rumah tangga
yang terpapar kebisingan memiliki potensi risiko gangguan pendengaran. Oleh karena itu, harus ada
upaya pengaturan ulang jarak pemukiman dan pemasangan peredam suara untuk mengurangi risiko
Kata Kunci : gangguan pendengaran, ibu gangguan pendengaran.
rumah tangga, kebisingan, pemukiman sekitar
kereta api
Keywords :hearing loss, housewives, noise, Abstract
railway residential area
Introduction: Hearing loss events often occur in communities who exposed to high-intensity noise
and for long periods. Residents who lived around the railway tracks had a high risk of experiencing
Published by Fakultas Kesehatan Masyarakat hearing loss. This study aims to analyze the potential risk of hearing loss in housewives who for
Universitas Airlangga 1x24 hours was always exposed to train noise. Method: This research was an observational analytic
study with a cross-sectional design. The sample of this study was 42 housewives who were divided
into 2 groups: 21 people exposed to noise and 21 people not exposed to noise. Respondents were
selected using a simple random sampling technique. Research data obtained through interviews
and observations. Measurement of noise intensity using a whisper test. Result and Discussion:
Measurement of day and night noise (L = 65,9 dBA) has exceeded the noise quality standard set for
residential areas which were 55 dBA. The results showed that noise (p = 0,030; OR = 5,846) had a
strong correlation with hearing loss. While age (p = 0,416), length of stay (p = 1,000), the presence
of a barrier (p = 0,465) did not have a significant correlation with hearing loss. Conclusion:
Housewives who were exposed to noise have the potential risk of hearing loss. Therefore, efforts
must be made to adjust the distance of the settlement and the installation of sound dampers to reduce
the risk of hearing loss.
10
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)
11
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)
12
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)
13
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)
pembanding terdapat 2 orang (9,5%) yang mengalami Responden usia ≤40 tahun yang mengalami
gangguan pendengaran. Berdasarkan hasil uji statistik gangguan pendengaran yaitu sejumlah 1 orang
didapatkan p-value (0,032) < 0,05, maka terdapat (11,1%). Sementara itu responden usia >40 tahun yang
perbedaan antara dua kelompok tersebut. Gangguan mengalami gangguan pendengaran yaitu sejumlah 9
pendengaran pada responden kelompok terpapar orang (27,3%). Berdasarkan hasil bivariat Chi-Square
berbeda dengan dengan kelompok pembanding. (dengan pembacaan fisher exact) diketahui nilai p
(0,416)>0,05. Sehingga dapat dibaca bahwa tidak ada
Tabel 3. Perbedaan Gangguan Pendengaran Responden hubungan antara usia dengan gangguan pendengaran
Ibu Rumah Tangga di Pemukiman Kelurahan Sukosari
ibu rumah tangga (95%, α=0,05). Hasil risk estimate
Madiun
OR sebesar 3,000 berarti responden yang berusia ≤40
Kelompok Kelompok
Gangguan tahun memiliki kecenderungan 3 kali lebih besar untuk
Terpapar Pembanding p-value
Pendengaran mengalami gangguan pendengaran dibandingkan
n % n %
Ya 8 38,1 2 9,5 reponden yang berusia >40 tahun.
Tidak 13 61,9 19 90,5 0,032 Responden dengan lama tinggal ≤10 tahun
Total 21 100,0 21 100,0
yang mengalami gangguan pendengaran yaitu sejumlah
Keterkaitan antara Kebisingan, Usia, Lama Tinggal, 2 orang (25%). Sementara itu responden dengan
dan Keberadaan Barrier dengan Gangguan lama tinggal >10 tahun yang mengalami gangguan
Pendengaran pendengaran yaitu sejumlah 8 orang (23,5%).
Keterkaitan antara kebisingan, usia, lama Berdasarkan hasil uji Chi-Square (dengan pembacaan
tinggal, dan keberadaan barrier dengan gangguan fisher exact) didapatkan nilai p(1,000)>0,05. Artinya tidak
pendengaran dapat dilihat pada tabel 4. Pada kebisingan ada hubungan antara lama tinggal dengan gangguan
tinggi (>55 dBA), responden yang mengalami gangguan pendengaran ibu rumah tangga (95%, α=0,05). Hasil
pendengaran yaitu sejumlah 8 orang (38,1%). Sementara risk estimate OR sebesar 0,923 berarti responden
itu pada kebisingan rendah (≤55 dBA), responden yang yang tinggal ≤10 tahun memiliki kecenderungan untuk
mengalami gangguan pendengaran yaitu sejumlah 2 mengalami gangguan pendengaran sebesar 0,923 kali
orang (9,5%). Uji bivariat Chi-Square memperoleh hasil lebih kecil dibanding responden yang tinggal >10 tahun.
signifikan dimana nilai p (0,030)<0,05. Artinya, terdapat Responden dengan rumah tanpa barrier yang
keterkaitan antara kebisingan kereta api dengan mengalami gangguan pendengaran yaitu sejumlah 5
gangguan pendengaran ibu rumah tangga (95%, orang (31,2%). Sementara itu responden dengan rumah
α=0,05). Hasil risk estimate nilai OR sebesar 5,846. ber-barrier yang mengalami gangguan pendengaran yaitu
Artinya responden yang terpapar kebisingan dengan sejumlah 5 orang (19,2%). Berdasarkan hasil uji statistik
intensitas tinggi (>55 dBA) memiliki kecenderungan bivariat (dengan pembacaan fisher exact) didapatkan
untuk mengalami gangguan pendengaran sebesar nilai p (0,465)>0,05. Artinya keberadaan barrier tidak
5,846 kali lebih besar dibanding responden yang terpapar berhubungan dengan gangguan pendengaran ibu
kebisingan dengan intensitas rendah (<55 dBA). rumah tangga (95%, α=0,05). Hasil risk estimate nilai OR
sebesar 0,524. Artinya responden yang tidak memiliki
Tabel 4. Tabulasi Silang antara Kebisingan, Usia, Lama
Tinggal, dan Keberadaan Barrier dengan Gangguan barrier mempunyai kecenderungan untuk mengalami
Pendengaran pada Responden Ibu Rumah Tangga di gangguan pendengaran sebesar 0,524 kali lebih kecil
Pemukiman Kelurahan Sukosari Madiun dibanding responden yang memiliki barrier.
Gangguan
Pendengaran PEMBAHASAN
Variabel p-value OR
Ya Tidak Analisis Kebisingan Kereta Api
n % n %
Kebisingan Tingginya tingkat kebisingan kereta dapat
Tinggi 8 38,1 13 61,9
0,030 5,846 disebabkan oleh faktor jarak antara rel dengan
Rendah 2 9,5 19 90,5
permukiman. Penelitian serupa di Kelurahan Winongo
Usia
≤40 tahun 1 11,1 8 88,9 Madiun, menunjukkan bahwa tingkat kebisingan pada
0,416 3,000
>40 tahun 9 27,3 24 72,7 rumah dengan jarak 15,3 meter dari lintasan kereta yaitu
Lama Tinggal
86,3 dBA, sedangkan tingkat kebisingan pada rumah
≤10 tahun 2 25,0 6 75,0 dengan jarak 62,4 meter dari lintasan kereta yaitu 66,65
1,000 0,923
>10 tahun 8 23,8 26 76,5
Barrier
dBA (26). Semakin dekat jarak antara lokasi responden
Ada 5 31,2 11 68,8 dengan asal paparan bising kereta api maka semakin
0,465 0,524
Tidak Ada 5 19,2 21 80,8 besar tingkat kebisingan yang diterima.
14
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)
Penyebab lain tingginya intensitas kebisingan Analisis Perbedaan Gangguan Pendengaran pada
kereta api adalah ramainya jadwal kereta api yang Kelompok Terpapar dan Kelompok Pembanding
melintas. Setiap harinya terdapat sejumlah 43 kereta api Terdapat perbedaan tingkat kebisingan
yang melintasi jalur kereta api sepanjang permukiman yang diterima oleh kelompok terpapar dan kelompok
Kelurahan Sukosari. Penelitian sebelumnya di salah pembanding. Kelompok yang terpapar bising >55
satu permukiman sepanjang rel kereta api Surabaya dBA lebih banyak mengalami gangguan pendengaran
menunjukkan LSM sebesar 70,73 dBA dengan jumlah dibanding kelompok yang terpapar bising <55 dBA.
kereta api yang melintas setiap harinya sebanyak Kelompok yang mendapat paparan bising lebih dari baku
32 perjalanan (2). Penelitian serupa di permukiman mutu lingkungan berpeluang lebih tinggi mengalami
sepanjang rel Ngagel Rejo menunjukkan hasil LSM gangguan pendengaran dibandingkan kelompok yang
sebesar 65,89 dBA dengan jumlah kereta api yang mendapat paparan bising kurang dari baku mutu
melintas sebanyak 70 perjalanan (3). Beberapa lingkungan.
penelitian tersebut membuktikan bahwa tingginya tingkat Penelitian sebelumnya juga menemukan
bahwa kelompok yang terpapar bising tinggi mengalami
kebisingan diakibatkan oleh ramainya sumber bising.
peningkatan ambang dengar yang signifikan
Tingginya intensitas bising dapat menimbulkan
dibandingkan kelompok yang terpapar bising rendah (3).
risiko pada kesehatan apabila terjadi dalam waktu lama.
Kebisingan yang melebihi batas maksimal dapat lebih
Sehingga diperlukan langkah untuk mengendalikan
mempengaruhi nilai ambang dengar seseorang (34).
dampak paparan kebisingan. Tindakan yang bisa
Selain itu, perbedaan lokasi berdasarkan jarak dengan
dilakukan dalam rangka mengurangi paparan bising
sumber bising juga dapat menjadi penyebab perbedaan
adalah dengan memasang penghalang atau peredam
gangguan pendengaran pada kelompok terpapr dan
suara seperti tembok atau pagar tanaman (27). Langkah kelompok pembanding. Kelompok pembanding berperan
termudah untuk mengatasi masalah kebisingan yaitu sebagai kontrol untuk melihat seberapa besar potensi
dengan menggunakan noise barrier baik yang sifatnya terjadinya gangguan pendengaran yang timbul akibat
alami maupun berupa material sintetik seperti kelambu, kebisingan.
fiber glass, atau mineral wool (28).
Vegetasi dapat mereduksi bising sebesar 8,6 Analisis Keterkaitan Kebisingan dengan Gangguan
dBA (29). Selain berperan sebagai pereduksi kebisingan, Pendengaran
vegetasi juga dapat menambah nilai estetika wilayah Perhitungan risk estimate juga menunjukkan
permukiman (30). Salah satu faktor yang mempengaruhi bahwa bising >55 dBA berpeluang 5,846 kali lebih besar
efektivitas vegetasi sebagai peredam kebisingan adalah dalam menimbulkan gangguan pendengaran. Namun
tutupan tajuk vegetasi (31). Noise barrier juga sebagai masing-masing responden memiliki sensitivitas yang
penghalang bising upaya tidak langsung mengenai berbeda terhadap bising. Sebagian besar responden
kawasan permukiman (32). merasa terbiasa dengan suara bising yang ditimbulkan
oleh lintasan kereta api. Hal tersebut ditunjukkan dengan
Selain itu, diperlukan upaya pengaturan jarak
masih banyaknya responden yang memiliki status
minimal antara jalur kereta api dengan permukiman.
pendengaran normal.
Terdapat peraturan yang menyebutkan bahwa batas
Faktor utama penyebab gangguan pendengaran
minimal ruang kanan dan kiri dari rel kereta api adalah
adalah suara bising yang melebihi batas baik dari segi
6 meter (33). Pengaturan jarak tersebut ditujukan untuk
intensitas maupun lama paparan. Namun terdapat
kelancaran penyelenggaraan kereta api. Penelitian
faktor lain yang berpotensi mempengaruhi timbulnya
sebelumnya menemukan pada jarak 6 meter tingkat
gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran
kebisingan yang ditimbulkan yaitu sebesar 70,73 dBA (2). akibat bising merupakan wujud daru interaksi yang rumit
Bahkan penelitian lainnya menemukan bahwa kebisingan antara faktor bawaan maupun faktor genetik dengan
pada jarak 62,4 meter yaitu sebesar 66,65 dBA (26). faktor lingkungan (35). Terlepas dari bising sebagai
Angka tersebut masih melewati batas tingkat kebisingan kontributor utama terjadinya gangguan pendengaran,
yang diperbolehkan untuk wilayah permukiman yaitu paparan bahan kimia seperti pelarut organik dan logam
55 dBA. Oleh karena itu, pemerintah perlu membentuk berat merupakan kontributor tambahan yang dapat
regulasi yang secara khusus mengatur jarak minimal memperparah gangguan pendengaran (36).
permukiman dengan rel kereta api sehingga paparan Penelitian sebelumnya menemukan bahwa
bising tidak melebihi baku mutu kebisingan. salah satu faktor yang berhubungan dengan gangguan
15
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)
pendengaran yaitu tingkat kebisingan (p=0,036) (37). >40 tahun berpeluang lebih kecil dalam mengalami
Intensitas bising merupakan faktor dominan yang paling gangguan pendengaran. Usia merupakan salah satu
mempengaruhi derajat gangguan pendengaran (38). faktor degeneratif fungsi pendengaran. Setiap responden
Penelitan lainnya menemukan adanya hubungan yang memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap bising
sangat kuat antara paparan kebisingan p=0,001 dengan terlepas dari usia mereka. Sebagian besar responden
gangguan pendengaran (39). merasa terbiasa dengan suara bising yang ditimbulkan
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa oleh lintasan kereta api.
intensitas kebisingan tinggi berisiko 2,779 kali lebih Pertambahan usia termasuk faktor risiko
besar (p=0,034) dalam menimbulkan dengan gangguan terjadinya gangguan pendengaran (22). Presbikusis atau
pendengaran (40). Terdapat penelitian sebelumnya yang dapat disebut dengan istilah age-related hearing
yang menyimpulkan bahwa kebisingan yang ditimbulkan loss (ARHL) adalah penyebab paling umum gangguan
oleh mesin kereta (p-value <0,05) secara signifikan pendengaran pada lansia secara global (44). Prevalensi
berhubungan dengan Noise Induced Hearing Loss gangguan pendengaran cenderung meningkat seiring
(41). Beberapa penelitian tersebut mendukung bahwa pertambahan usia (45). Seseorang dengan usia produktif
kebisingan baik yang bersifat stastis maupun dinamis dapat terhindar dari presbikusis karena memiliki fungsi
berhubungan dengan gangguan pendengaran. organ pendengaran yang baik. Presbikusis merupakan
Kebisingan berintensitas tinggi dan berlangsung gangguan pendengaran jenis sensorineural yang terjadi
lama dapat merangsang perubahan metabolisme pada akibat penurunan fungsi pendengaran yang bersifat
reseptor pendengaran. Akibatnya, terjadi kerusakan pada degeneratif. Presbikusis dapat dialami oleh seseorang
sel-sel rambut organ korti. Kerusakkan sel-sel rambut yang terpapar kebisingan kerja (occupational noise)
reseptor pada organ korti yang bersifat degeneratif maupun kebisingan non-kerja (non-occupational noise)
dapat mengakibatkan berkurangnya pendengaran (42). (46).
Kerusakan total pada sel-sel rambut organ korti akan Sekitar 30-45% masyarakat di seluruh dunia
berdampak pada hilangnya pendengaran. Namun, yang didiagnosis menderita presbikusis berusia >65
penelitian terbaru menunjukkan bahwa sel-sel rambut tahun dan mayoritas berjenis kelamin pria (47). Sebuah
bukanlah elemen yang paling rentan pada telinga bagian penelitian restropektif di RS Hasan Sadikin Bandung
dalam, melainkan sinapsis antara sel-sel rambut dan menunjukkan bahwa 60,4% pasien dengan presbikusis
terminal saraf koklea (43). terbanyak yaitu yang berusia >65 tahun. Penelitian
Kebisingan dapat mengakibatkan kerusakan tersebut menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
pendengaran maupun penurunan daya dengar antara kasus presbikusis dan proses Reactiveoxygen
apabila pajanannya bersifat kontinyu. Jika paparan Species (ROS) yang rentan dialami oleh lansia (47).
bising melebihi batas yang diperbolehkan maka dapat ROS atau spesi oksigen reaktif memiliki peran ganda
menimbulkan gangguan pendengaran (10). Gangguan untuk menurunkan dan menghalangi stressor bising
pendengaran yang paling umum akibat adanya paparan (48).
bising adalah gangguan jenis sensorineural. Gangguan Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian
tersebut diakibatkan oleh kerusakan pada telinga dalam kuesioner, rentang usia responden adalah 21-65 tahun.
dan pada saraf telinga (3). Mayoritas responden penelitian masih tergolong dalam
Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh rentang usia produktif dan tidak memiliki riwayat penyakit
paparan tunggal terhadap suara yang bersifat impulsif telinga sehingga cenderung terhindar dari presbikusis.
seperti ledakan atau oleh paparan jangka panjang Terdapat penelitian sebelumnya yang mengungkapkan
(14). Bising yang ditimbulkan kereta api merupakan bahwa umur tidak berpengaruh secara signifikan
kebisingan terputus-putus dan paparannya bersifat terus terhadap gangguan pendengaran (49). Namun terdapat
menerus. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebisingan penelitian yang menunjukkan bahwa umur secara
kereta api pada tingkatan tertentu dapat berdampak signifikan berhubungan dengan gangguan pendengaran
pada kesehatan terutama fungsi pendengaran. (37). Penelitian serupa lainnya menampilkan adanya
hubungan antara usia dengan gangguan pendengaran
Analisis Keterkaitan Usia dengan Gangguan (p-value telinga kiri = 0,000 ; koefisien korelasi = 0,621
Pendengaran dan p-value telinga kanan = 0,009 ; koefisien korelasi =
Hasil uji bivariat pada tabel 4 menunjukkan 0,486) (34).
bahwa usia tidak memiliki keterkaitan yang bermakna Terdapat penelitian yang menyimpulkan
dengan gangguan pendengaran (p=0,416). Perhitungan bahwa kurangnya kemampuan mendengar seseorang
risk estimate juga menunjukkan bahwa responden usia diakibatkan oleh sinapsis antara sel-sel rambut
16
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)
pendengaran yang mengalami degenerasi atau dengan lama tinggal <10 tahun. Sehingga diperlukan
terpapar bising (43). Perbedaan hasil penelitian terkait penelitian lebih lanjut terkait lama tinggal atau lama
hubungan antara usia dengan gangguan pendengaran paparan dengan gangguan pendengaran.
dapat disebabkan oleh faktor lain seperti perbedaan
alat uji yang digunakan, perbedaan jumlah responden Analisis Keterkaitan Keberadaan Barrier dengan
penelitian, dan perbedaan lokasi penelitian. Gangguan Pendengaran
Hasil statistik bivariat pada tabel 4 menunjukkan
Analisis Keterkaitan Lama Tinggal dengan tidak adanya keterkaitan antara keberadaan barrier
Gangguan Pendengaran dengan gangguan pendengaran (p=0,465). Belum ada
Hasil statistik bivariat pada tabel 4 menunjukkan penelitian sebelumnya yang secara spesifik mencari
bahwa tidak ada keterkaitan yang signifikan antara lama pengaruh barrier terhadap gangguan pendengaran.
tinggal responden dengan gangguan pendengaran Barrier yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
(p=1,000). Perhitungan risk estimate juga menunjukkan keberadaan rumah atau bangunan lainnya terhadap
bahwa responden dengan lama tinggal >10 tahun rumah responden yang dapat menghalangi kebisingan
berpeluang lebih kecil dalam mengalami gangguan kereta api. Kategori “tidak ada barrier” jika rumah
pendengaran. Terdapat kemungkinan bahwa responden responden menghadap langsung rel kereta api tanpa
yang sudah tinggal menetap lokasi penelitian sudah dihalangi oleh rumah atau bangunan lainnya, sedangkan
terbiasa sehingga menimbulkan efek kebal bagi sistem
kategori “ada barrier” jika rumah responden tidak
pendengarannya.
langsung menghadap rel kereta api.
Lama tinggal dapat diartikan sebagai lamanya
Keberadaan barrier dapat berkontribusi dalam
seseorang mengalami paparan bising atau masa pajanan.
meminimalkan paparan bising yang diterima. Rumah
Lama kerja memiliki karakteristik yang mirip dengan
yang langsung bersinggungan dengan rel kereta api
lama tinggal atau masa pajanan. Penelitian sebelumnya
memiliki potensi lebih tinggi mengalami gangguan
menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara
pendengaran. Hal tersebut karena paparan bising dapat
lama tinggal (p=0,250) dengan gangguan pendengaran
langsung diterima saat kereta api melintas.. Hal tersebut
(3). Tidak ada perbedaan nilai ambang dengar antara
karena rumah atau bangunan lain yang bertindak sebagai
masa kerja <5 tahun dan masa kerja >5 tahun (50).
barrier dapat meredam kebisingan yang ditimbulkan saat
Namun penelitian lainnya menunjukkan bahwa masa
kereta api melintas.
kerja >10 tahun secara signifikan berpengaruh terhadap
daya pendengaran pekerja (49), (51). Lama kerja
ACKNOWLEDGEMENT
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya
gangguan pendengaran di bandar udara (52). Penelitian Peneliti berterimakasih kepada semua pihak
serupa menunjukkan bahwa masa kerja (p=0,000) yang telah membantu sepanjang proses penelitiaan.
sangat mempengaruhi terjadinya perubahan ambang Demikian pula peneliti berterimakasih kepada semua
dengar (53). responden yang secara sukarela telah bersedia terlibat
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa lama dalam penelitian.
paparan terhadap bising (nilai p=0,001) secara signifikan
berhubungan dengan dengan gangguan pendengaran KESIMPULAN DAN SARAN
(37). Penelitian serupa menemukan adanya hubungan Terdapat potensi risiko gangguan pendengaran
yang sangat signifikan pada masa kerja (p=0.000) pada ibu rumah tangga yang terpapar bising. Kesimpulan
dan gangguan pendengaran (39). Penelitian serupa tersebut diperoleh dari analisis bivariat yaitu kebisingan
menunjukkan bahwa lama kerja memiliki hubungan berkaitan erat dengan gangguan pendengaran (p = 0,030
dengan dengan gangguan pendengaran (p-value telinga < 0,05). Sementara itu, variabel lainnya seperti usia, lama
kiri = 0,001 ; koefisien korelasi = 0,591 dan p-value telinga tinggal, dan keberadaan barrier tidak memiliki keterkaitan
kanan = 0,009 ; koefisien korelasi = 0,483) (34). Dosis yang bermakna dengan gangguan pendengaran ibu
pajanan kebisingan (p=0,009) berhubungan dengan rumah tangga (p < 0,05). Peneliti menyarankan adanya
kualitas pendengaran (54). upaya pengurangan dan pengendalian kebisingan kereta
Perbedaan hasil penelitian diperkirakan terjadi api. Upaya yang disarankan antara lain pengaturan jarak
karena kurang seimbangnya perbandingan jumlah permukiman dengan rel kereta api, pembangunan noise
responden berdasarkan kategori lama tinggal, dapat barrier berupa tembok atau tanaman vegetasi, dan
dilihat dari total 42 responden hanya ada 8 orang (19%) pemasangan peredam suara pada bangunan rumah.
17
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)
18
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)
19
Jurnal Kesehatan Lingkungan/110.20473/jkl.v12i1.2020.10-20 Vol. 12 No.1 Januari 2020 (10-20)
20