2017
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1389
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN
PENDENGARAN PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI
PT. HUTAHAEAN DI DESA PINTU BOSI KECAMATAN
LAGUBOTI TAHUN 2017
SKRIPSI
OLEH
LAMBOK YULIANA PANGARIBUAN
NIM : 131000671
OLEH
LAMBOK YULIANA PANGARIBUAN
NIM : 131000671
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “HUBUNGAN
seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuwan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya
siap menanggung risiko atau sanksi yang diberikan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
Lambok Y Pangaribuan
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk
2017”.
skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
masukan serta saran yang bersifat membangun di masa yang akan datang.
dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
v
Universitas Sumatera Utara
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes, selaku Ketua Departemen Peminatan
skripsi.
terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama
penulisan skripsi.
5. Ir. Kalsum, M. Kes, sebagai Dosen Penguji I, terima kasih atas bimbingan
6. Umi Salmah, SKM, M. Kes selaku penguji II, terima kasih atas bimbingan
USU.
10. Kepada orang tua yang paling saya sayangi dan cintai yang selalu
vi
Universitas Sumatera Utara
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja serta untuk
Penulis
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
viii
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 42
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ............................................................ 42
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 42
3.2.1 Lokasi Penelitian .................................................................. 42
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................. 42
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 42
3.3.1 Populasi ................................................................................ 42
3.3.2 Sampel .................................................................................. 43
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 43
3.4.1 Data Sekunder ..................................................................... 43
3.4.2 Data Primer ......................................................................... 43
3.5 Definisi Operasional .................................................................................. 43
3.6 Aspek Pengukuran ..................................................................................... 44
3.6.1 Gangguan Pendengaran .................................................................. 44
3.7 Metode Analisa Data ............................................................................... 46
ix
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 77
6.1 Kesimpulan..................................................................................... 77
6.1 Saran ............................................................................................... 78
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Intensitas dan Waktu Paparan Bising yang Diperkenankan ...............16
xi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Besar Paparan
Kebisingan di PT. HUTAHAEAN Desa Pintu Bosi
Kecamatan Laguboti .......................................................................... 61
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Protestan, bertempat tinggal di Jalan Gitar No.2 Pasar II Padang Bulan, Medan
Baru. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Ayahanda
Laguboti, pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2007, penulis melanjutkan
Pendidikan di SMP Negeri 1 Laguboti pada tahun 2007 dan selesai pada tahun
2010 dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan
xv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan kesehatan kerja adalah berusaha meningkatkan daya guna dan hasil
guna tenaga kerja dengan mengusahakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang
sejahtera dan berdaya saing kuat, dengan demikian produksi dapat berjalan dan
oleh kejadian kecelakaan maupun pekerja yang sakit atau tidak sehat yang
Suara yang tidak diinginkan akan memberikan efek yang kurang baik
suara medium yaitu umumnya oleh udara. Kualitas dan kuantitas suara ditentukan
suara antara lain oleh intensitas (loudness), frekuensi, periodesitas (kontinu atau
1
Universitas Sumatera Utara
2
Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki,
definisi ini menunjukkan bahwa bising itu sangat subjektif, tergantung dari
audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi
(Rijanto, 2010).
itu.
adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang
cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Banyak hal
yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain
intensitas bising yang tinggi, frekuensi tinggi, lebih lama terpapar bising,
kepekaan individu dan faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian (Gunawanta,
2002).
termasuk 4 negara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi yaitu 4,6%,
sedangkan 3 negara lainnya yakni Sri Lanka (8,8%), Myanmar (8,4%) dan India
(6,3%). Walaupun bukan yang tertinggi tetapi prevalensi 4,6% tergolong cukup
2000 terdapat 250 juta penduduk dunia menderita gangguan pendengaran dan 75
dalam waktu hitungan bulan sampai tahun.Hal ini sering tidak disadari oleh
Kondisi seperti ini akan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yang pada
(Tambunan,2005).
Batas untuk kebisingan adalah 85 dB (A) untuk waktu 8 jam perhari. Namun pada
di tempat kerja telah banyak dilakukan sejak lama seperti penelitian yang
dilakukan Kamal (1991) yang dikutip oleh Rambe (2003) melakukan penelitian
terhadap pandai besi yang berada di sekitar kota Medan. Peneliti mendapatkan
becak mesin di kota Pematang Siantar tahun 2010 hasil uji statistik dengan
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pemaparan kebisingan
pada tenaga kerja bagian pengolahan pabrik kelapa sawit diperoleh data dari 24
diakibatkan kebisingan.
kelapa sawit. Ia memperoleh hasil dari 20 orang tenaga kerja ditemukan 11 orang
telinga kanan dan 10 orang pada telinga kiri, sedangkan yang mengalami
penurunan gangguan pendengaran sedang ada 3 orang untuk telinga kanan dan 4
sawit di PTPN IV Serdang Bedagai dari 18 orang pekerja yang menjadi sampel,
telinga kanan maupun telinga kiri. Pada telinga kanan 5 orang mempunyai
pendengaran normal, 12 orang mengalami tuli ringan dan 1 orang mengalami tuli
Bagi tenaga kerja, ketulian atau kehilangan daya dengar yang disebabkan
yang dapat menyebabkan salah dalam menerima instruksi, di satu pihak dapat
telah dicincang akan digerakkan ke mesin extractor untuk dipisahkan ubi dan
ampas selanjutnya ampas yang telah dipisahkan dari ubi kemudian dikeringkan di
mesin pengering ampas. Selanjutnya tepung basah yang telah dipisah ampasnya
akan dikurangi kadar airnya ke mesin pengeringan pada mesin separator yang
mencapai 20%. Dan selanjutnya akan dilakukan di mesin pengering pati. Proses
terakhir tepung yang masih mengandung kadar air akan dikipas oleh mesin wino
dan dipanaskan.
kekurangan bahan utama dalam pembuatan tepung tapioka. Jika bahan baku
banyak pabrik akan beroperasi dengan 2 shift. Ini selalu terjadi pada PT.
HUTAHAEAN jika bahan pembuatan tepung tapioka sedikit oleh Karena itu PT.
banyak maka perusahaan akan memanggil kembali pekerja yang sudah di PHK,
mengganggu pendengaran. Hal tersebut didukung oleh data sekunder yang telah
diperoleh dari PT. HUTAHAEAN pada tahun 2016 sampai dengan 2017 sumber
kebisingan yang utama terdapat pada area produksirasper section memiliki tingkat
Adapun area bagian produksi dengan intensitas tinggi dan dibawah NAB
selama jam bekerja atau titik kebisingan yang pekerja terpapar oleh bising. Ada
beberapa mesin yang intensitasnya diatas NAB atau >85 dB (A) yaitu separator
section 87,1 dB(A)3 orang pekerja,Extractor section 88,4 dB(A)2 orang pekerja
dan rasper section dengan intensitas yang paling tinggi 92,5 dB (A).Intensitas
yang tinggi pada mesin tidak hanya mempengaruhi pekerja yang bekerja di mesin
itu saja tetapi mempengaruhi semua pekerja yang ada di bagian produksi
dikarenakan bangunan yang tidak bersekat dan tidak menggunakan kedap suara.
keras ketika berbicara dengan pekerja lainnya ketika berada di dalam pabrik. Jika
pekerja keluar pabrik mereka terbiasa dengan bersuara keras karna terbiasa
Sejalan dengan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti ada
dengan suara yang cukup kuat, respon dari pekerja tersebut tak cepat
area produksi, sekitar 10 meter dari sumber kebisingan. Hal tersebut menjadi
komunikasi, tapi pekerja merasakan ada dengungan pada bagian telinga setelah
gangguan pendengaran pada tenaga kerja bagian produksi pabrik tapioka PT.
Tahun 2017”.
selanjutnya.
kerja bagian produksi tepung tapioka PT. HUTAHAEAN di Desa Pintu Bosi,
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bunyi
Herz (Hz) yaitu jumlah dari gelombang bunyi yang sampai di telinga setiap
detiknya.Intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam
satuan nilai fungsi logaritma yang disebut desibel (dB) (Suma’mur, 2013).
Frekuensi bunyi yang penting adalah 250 Hz, 500 Hz, 1.000 Hz, 2.000 Hz,
2. Frekuensi 250 Hz sampai 300 Hz, frekuensi ini sangat penting karena
dengan baik.
3. Frekuensi 4.000 Hz yaitu frekuensi yang paling peka ditangkap oleh indera
10
Universitas Sumatera Utara
11
2.2 Kebisingan
alat-alat proses produksi dan alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
yang dikehendaki seseorang mungkin tidak disenangi atau dikehendaki oleh orang
lain.
yang bersumber dari alat- alat proses produksi dan atau alat kerja yang pada
(PER.13/MEN/X/2011).
adalah:
besar, yaitu kebisingan tetap (steady noise) dan kebisingan tidak tetap (non-steady
noise).
A. Kebisingan tetap (steady noise) dipisahkan lagi menjadi dua jenis, yaitu:
broad band noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi (bukan
“nada” murni).
B. Sementara itu, kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi lagi menjadi:
2. Intermittent noise
3. Impulsive noise
diesel.Selain itu dapat juga berasal dari percakapan para pekerja di lingkungan
2000).
misalnya:
parah.
mesin tiruan.
lain :
terjadi oleh karena adanya benda yang bergetar. Makin besar desibel
Hertz.
dan berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga dalam.
Nilai ambang batas yang disingkat dengan NAB, adalah standar faktor
tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau
/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat
dan kimia di Tempat Kerja, batas-batas NAB kebisingan adalah sebagai berikut :
8 jam 85
4 jam 88
2 jam 91
1 jam 94
30 menit 97
15 menit 100
7,5 menit 103
3,75 menit 106
1,88 menit 109
0,94 menit 112
28,12 detik 115
14,06 detik 118
7,03 detik 121
3,52 detik 124
1,76 detik 127
0,88 detik 130
0,44 detik 133
0,22 detik 136
0,11 detik 139
kebisingan yang terdapat pada sebuah tempat. Berdasarkan hasil percobaan, pada
awal, pengurangan kebisingan yang dirasakan oleh telinga manusia adalah sekitar
15%, sedangkan pada saat pengurangan (actual) sebesar 20% maka kebisingan
(Tambunan, 2005).
Bunyi diukur dengan satuan yang disebut decibel.Dalam hal ini mengukur
diukur dari 0 sampai 140, atau bunyi terlemah yang masih dapat didengar oleh
C. Skala yang terdekat dengan pendengaran manusia adalah skala A atau dBA
(Anizar, 2009).
Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah Sound Level Meter. Alat
ini mengukur kebisingan antara 30 – 130 dB (A) dan dari frekuensi 20 – 20.000
Hz. Suatu sistem kalibrasi terdapat dalam alat itu sendiri, kecuali untuk kalibrasi
kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang kekuatan suaranya diatur oleh
amplifier.Atau suatu piston phone dibuat untuk maksud kalibrasi tersebut yang
tergantung pada tekanan udara, sehingga perlu koreksi berdasarkan atas perbedaan
oleh karena alat pengukur intensitas kebisingan demikian mungkin dipakai untuk
f. Microphone
g. Filter microphone
h. Kalibrator
i. Display
2.2.7Pengendalian Kebisingan
mesin adalah usaha segera dan baik bagi usaha mengurangi kebisingan.
c. Proteksi dengan sumbat atau tutup telinga. Tutup telinga biasanya lebih
dikendalikan dengan:
a. Elliminasi (Elimination)
rnenghilangkan bahan/ sumber atau alat kerja atau cara kerja yang dapat
Pengendalian dengan cara ini dapat dilakukan pada mesin atau peralatan
bagi pekerja.
b. Substitusi (Substitution)
lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih dapat
lebih rendah selama hal ini tidak mengganggu proses produksi (Harrianto,
2009).
1. Sumber kebisingan
3. Penerima kebisingan
tameng/perisai yang akan menjadi lebih efektif jika lebih tinggi dan lebih
frekuensi tinggi jika membentur suatu permukaan yang keras, maka akan
dipantulkan seperti halnya cahaya dan sebuah cermin. Bunyi ini tidak
4. Memisahkan operator dalam sound proof room dan mesin yang bising
tinggi) dengan dynamic dampers, fiber glass, karet atau plastik, dan
sebagainya.
ventilasi.
7. Memperbaiki pondasi mesin dan menjaga agar baut atau sambungan tidak
kebisingan.
1. Pengendalian secara teknis yaitu dengan cara pemilihan proses kerja yang
pemakaian APD merupakan cara terakhir yang harus dilakukan. APD yang
digunakan untuk lingkungan kerja bising adalah alat pelindung telinga (APT)
Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga.Telinga luar terdiri dari
daun telinga, lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi daun
telinga atau pinna, liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang
telinga atau membran timpani. Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu
mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga.
Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap
suara dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil
lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga.Hanya bagian saluran yang
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan
bagian telinga dalam melalui jendela oval dan jendela bundar yang keduanya
Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang tersusun seperti
tersebut adalah tulang martil (maleus) menempel pada gendang telinga dan tulang
landasan (inkus).Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka
bergerak sebagai satu tulang.Tulang yang ketiga adalah tulang sanggurdi (stapes)
jendela oval.
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari labirin tulang dan
labirin membran. Ada 5 bagian utama dari labirin membran, yaitu sebagai berikut:
b. Ampula
c. Utrikulus
d. Sakulus
tulang.
organ Korti untuk pendengaran. Koklea terdiri dari tiga saluran yang sejajar,
yaitu: saluran vestibulum yang berhubungan dengan jendela oval, saluran tengah
dan saluran timpani yang berhubungan dengan jendela bundar, dan saluran (kanal)
yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh membran. Di antara saluran vestibulum
terdapat suatu tonjolan yang dikenal sebagai membran tektorial yang paralel
dengan membran tektorial.Dasar dari sel pendengar terletak pada membran basiler
pendengar.Bagian yang peka terhadap rangsang bunyi ini disebut organ Korti.
Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian luar,
bagian tengah dan bagian dalam. Ketiga bagian telinga tersebut memiliki
Bagian luar telinga terdiri dari daun telinga dan saluran telinga yang panjangnya
Fungsi utama bagian luar telinga adalah sebagai saluran awal masuknya
terdiri dari gendang telinga dan tiga tulang yaitu hammer (malleus), anvil (incus),
dan stirrup (stapes). Bagian tengah telinga manusia, tepat pada bagian belakang
masuknya gelombang suara dari saluran telinga luar dianggap sebagai bagian
pada selaput gendang telinga tersebut. Getaran yang akan terus terjadi diteruskan
pada tiga buah tulang, yaitu hammer, anvil, dan stirrup yang saling berhubungan
di bagian tengah telinga yang menggerakkan fluida (cairan seperti air) dalam
rambut halus di bagian dalam telinga yang akan mengonversikan getaran yang
menjadi suara yang kita dengar. Terakhir suara yang akan “ditahan” oleh otak
dari satu lokasi ke lokasi lain dan perbedaan tingkat ketinggian lokasi cukup besar
dalam relative waktu yang singkat, akan timbul perbedaan tekanan udara antara
bagian depan dan bagian belakang gendang telinga. Akibatnya, gendang telinga
tidak dapat bergetar secara efisien dan sudah tentu pendengaran menjadi
1. Trauma Akustik
(Single exprosure) terhadap intensitas yang tinggi dan terjadi secara tiba-tiba,
bising, lama waktu pemaparan dan lama waktu istirahat dari pemaparan,
Gangguan bukan pada indera non pendengaran dapat disebut juga keluhan
gangguan perasaan.
a. Gangguan Percakapan
percakapan dengan orang lain. Jika ingin percakapan tidak tergangggu, maka
melampaui 70 dB(A) pada kantor yang sibuk tenaga kerja akan mulai berteriak
agar dapat didengar, untuk keperluan komunikasi ditempat kerja suatu perkataan
yang diucapkan baru dapat dipahami apabila intensitas ucapan paling sedikit 10
sehingga kita tidak dapat menangkap dan mengerti apa yang dibicarakan oleh
orang lain. Agar pembicaraan dapat dimengerti dalam lingkungan yang bising,
maka pembicara harus diperkeras dan harus dalam kata serta bahasa yang
b. Gangguan Tidur
Kualitas tidur seseorang dapat dibagi menjadi beberapa tahap mulai dari
bentuk perubahan tahap tidur. Gangguan yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa
tempat bising demikian pula hitung menghitung, mengetik dan lain sebagainya
1) Kebisingan tak terduga datangnya atau yang sifatnya datang hilang lebih
rendah.
kegiatan rutin.
d. Gangguan Perasaan
1. Perasaan gangguan semakin besar pada tingkat kebisingan yang tinggi dan
menetap.
perasaan terganggu.
atau tidak.
faktor-faktor penting.
2.4.4 Ketulian
Ketulian adalah suatu gangguan yang terjadi pada telinga, yang dapat
telinga mana yang terkena, apakah itu telinga bagian tengah atau bagian dalam,
mendengar pembicaraan orang lain apabila tidak diucapkan dengan nada keras,
maka ini menyerang telinga bagian tengah, yang kebanyakan disebabkan terkena
agak tinggi, seperti konsonan S, F, SH, CH, H dan C lembut (Tambunan, 2005).
pendengaran yang disebabkan terpajan oleh bising dalam jangka waktu yang
cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja (Soepardi,
2007).
cukup tinggi. Pemulihan dapat terjadi dalam beberapa menit atau jam,
bising, antara lain intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekuensi tinggi, lebih
lama terpapar bising, mendapat pengobatan yang bersifat racun terhadap telinga
bising dalam jangka waktu yang cukup lama, biasanya lima tahun atau lebih. Pada
nada murni didapatkan tuli sensorineural pada frekuensi antara 3.000 – 6.000 Hz
dan pada frekuensi 4.000 Hz sering terdapat takik (notch) yang patognomonik
a. Riwayat pekerjaan
seperti umur, lama bekerja, lama terpanjan bising dan penggunaan pelindung diri.
1) Kelahiran premature
2) Meningitis
1) Aminoglikosida
Tuli yang diakibatkan bersifat bilateral dan bernada tinggi, sesuai dengan
2) Cisplatin
paru, kandung kemih serta leher dan kepala. Penggunaan obat tersebut
3) Lasix
Jenis obat yang berfungsi sebagai diuretic, dimana obat tersebut digunakan
tubuh).
4) Aspirin
Jenis obat yang digunakan untuk mengatasi rasa sakit (analgesic), demam
c. Hobby
pendengaran, seperti:
2) Menembak
berikut:
1. Tes Berbisik
ketulian secara kasar dengan hasil tes berupa jarak pendengaran (jarak antara
pemeriksa dengan pasien).Hal yang perlu diperhatikan dalam tes berbisik ini
adalah ruangan yang cukup tenang dengan panjang minimal 6 meter. Seseorang
normal, kurang dari 6 sampai dengan empat meter dikatagorikan tuli ringan,
kurang dari empat sampai dengan satu meter dikatagorikan tuli sedang, kurang
dari satu meter sampai dengan 25 cm dikatagorikan tuli berat dan kurang dari 25
2. Tes Audiometri
audiogram melalui earphone. Pasien harus memberi tanda saat mulai mendengar
sebagai tuli berat dan jika lebih dari 90 dB (A)maka dikatagorikan sebagai tuli
Fletcher, adapun rumus dari indeks Fletcher yaitu: Ambang Dengar (AD) = AD
3. Tes Garputala
a. Tes Rinne
Pada saat dilakukannya tes, pasien harus fokus terlebih dahulu setelah
bunyigarputala masih terdengar maka disebut tes Rinne positif (+) namun
apabilabunyi garputala tidak terdengar maka disebut tes Rinne negatif (-).
b. Tes Weber
Garputala yang bergetar diletakkan pada garis tengah kepala (di vertex,
garputala tedengar lebih keras pada salah satu telinga maka disebut lateralisasi
membedakan telinga yang mendengar bunyi lebih keras maka disebut Weber
c. Tes Schwabach
cara sebaliknya yakni garputala yang sudah digetarkan diletakkan pada prosesus
mastoideus pemeriksa lebih dahulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi
garputala maka disebut Schwabach memanjang namun bila pemeriksa dan pasien
Variabel Y
Variabel X
Gangguan Pendengaran
Intensitas Kebisingan
- Tuli
- ≤85 Db - Tidak tuli
- >85 dB
Laguboti.
Variabel dependen ialah gangguan pendengaran tenaga kerja yang bekerja pada
Kecamatan Laguboti.
METODE PENELITIAN
pendekatan.
3.3.1 Populasi
42
Universitas Sumatera Utara
43
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian kecil populasi yang digunakan dalam uji untuk
Data primer penelitian ini yaitu data hasil pengukuran tes pendengaran
3.4.2Data Sekunder
September 2016 dan data yang berkaitan dengan pekerja dan gambaran umum
produksi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari mesin-
pendengaran audiometri.
3.6.1Gangguan Pendengaran
dilakukan oleh Lab Teknik Industri USU yang bertujuan untuk mengetahui
Hasil Pengukuran :
Prosedur Pengukuran :
frekuensi sebagai berikut : 1000 Hz, 2000 Hz, 3000 Hz, 4000 Hz, 8000
Hz. 1000 Hz (diulang), 500 Hz, 250 Hz. Dengan pengecualian ulangan
frekuensi 1000 Hz, rangkaian yang sama dapat digunakan untuk telinga
satunya.
e. Tekan tombol nada mulai dari 0 dB (A), nada kemudian dinaikkan dengan
memberikan respon.
suatu modus atau jawaban tipikal. Biasanya jarang melampaui tiga kali
peningkatan.
j. Teknik ini dapat dipakai untuk menentukan ambang hantar tulang maupun
Dalam sebuah penelitian, analisis data merupakan salah satu langkah yang
penting.Hal ini disebabkan karena ada data yang diperoleh langsung dari
Entry Data, data yang telah diberikan kode tersebut kemudian dimasukkan
α sebesar 0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Jika pvalue<0,05 artinya ada
HASIL PENELITIAN
Cita-cita yang tinggi dan mulia yang timbul di hati Bapak Harangan
Wilmar Hutahaean dan Ibu Tio Monica br. Sibarani (Op. Gora Hutahaean) untuk
tapioka dan membuka perkebunan ubi sebagai bahan baku utama sungguh sangat
supplier serta pelanggan pembeli tepung tapioka hasil produksi perusahaan ini.
mendapat respon dari masyarakat, hal ini disebabkan oleh perilaku pengusaha-
atau nanas namun tidak ada pabrik yang dapat menjamin hasil panen seperti yang
apatis, hal ini juga dialami oleh PT. HUTAHAEAN di Natumingka, Kecamatan
Borbor Kabupaten Toba Samosir. Situasi dan kondisi seperti ini bukan lagi
petani di Tapanuli Utara kepada Tapanuli Utara, apalagi dengan adanya undangan
48
Universitas Sumatera Utara
49
Bupati Tapanuli Utara bersama jajarannya, Camat dan juga Kepala Desa.
HUTAHAEAN datang kesini kalau saya belum kenal pak Hutahaean, dan saya
tidak mau membawa Pak Hutahaean datang kesini kalau saya tidak kenal
sebelumnya”.
di Tapanuli Utara dengan pola bagi hasil, dan hal ini jugalah yang menjadi
Setelah selesai pertemuan, pada hari itu juga langsung diadakan peninjaun
SH yang disaksikan oleh Bapak Bupati dan beberapa orang Kepala Desa dan
dan ingin memberi contoh kepada generasi muda untuk berkarya di daerah
yaitu penyedian bahan baku utama untuk 2 pabrik pengolahan tapioka yang
Utara. Bahan baku untuk pabrik tapioka milik PT. HUTAHAEAN adalah ubi
kayu yang langsung dikelola PT. HUTAHAEAN dengan luas lahan 1.400 hektar
Hasundutan. Selain hasil bahan baku ubi dari kebun inti, perusahaan juga membeli
ubi dari para petani yang berada di sekitar pabrik di Kabupaten Tapanuli Utara,
Toba Samosir, Simalungun ataupun dari Kabupaten Dairi dan Samosir melalui
para pemasok ubi, namun ada juga yang langsung diantarkan oleh para petani ke
perusahaan.
menanam ubi kayu yang menjadi bahan baku untuk memproduksi tepung
tapioka.
4.1.3 Lokasi
– 099.06‟11” BT.
penduduk sehingga termasuk sulit untuk menjangkau lokasi ini. Bagi masyarakat
yang ingin ke pabrik ini dapat menumpang pada truk-truk pembawa kayu pabrik
Toba Pulp Lestari (TPL) yang akan menuju kearah pabrik. Dapat juga dijangkau
dengan becak motor warga yang mau membawa masyarakat ke daerah pabrik
Alasan direktur utama PT. HUTAHAEAN memilih lokasi tersebut sebagai lokasi
pabrik adalah Karena lahan tersebut merupakan lahan warga sekitar untuk
menanam ubi.Maka, lokasi tersebut sangat strategis bagi warga sekitar yang ingin
hasil panen ubinya diolah pabrik PT. HUTAHAEAN. Secara kebetulan juga,
4.1.4Struktur Organisasi
Kecamatan Laguboti
Bahan baku berupa ubi kayu yang dibutuhkan sebanyak 84 ton per hari.
Apabila kapasitas mobil barang pengangkut ubi kayu berkapasitas 2 ton, maka
akan ada sebanyak 42 kali pengangkutan ubi kayu keluar masuk pabrik. Dan jika
pabrik beroperasi menjadi 2 shift maka kebutuhan ubi menjadi 128 ton ubi per
Pada proses ini, kotoran dan kulit ubi kayu akan dibuang dengan
menggunakan Dry Sieve (saringan kering) yang berputar pada kecepatan seragam.
Ubi kemudian masuk ke dalam Washing Slot yang akan mencuci ubi dengan cara
kulit dan kotoran. Ubi kayu yang sudah cukup bersih selanjutnya akan masuk ke
Peralatan:Row Material Buffer Silo; Belt Conveyor; Dry Sieve; Washing Slot;
Ubi kayu yang berasal dari Washing Sectionakan jatuh ke dalam Cutting
Machine untuk dipotong kecil-kecil dengan pisau pemutar dan selanjutnya masuk
ke mesin Rasper untuk proses pemarutan. Ubi yang telah diparut akan berbentuk
bubur dan selanjutnya dipompa ke Centrifugal Sieve. Pada bagian ini akan terjadi
2 tahap proses pemisahan, yaitu tahap pertama untuk memisahkan serat tipis dan
tahap kedua proses dehidrasi. Melalui penggunaan kombinasi aliran air bersih dan
saringan, maka pati dapat terpisah secara efisien yang kemudian akan dipompa ke
tujuan untuk membuang pasir, lumpur atau benda yang kemungkinan masih ada
memperlancar proses berikutnya. Bubur pati dengan konsentrasi 5,4 Be‟ ini akan
dipompa ke Vertikal Sieve dan dikirim ke Disc Separator. Bubur pati yang
mengandung air sekitar 62,8% akan diangkut ke tangki lalu dikirim ke Peeler
Value; Magnet Device; Rasper; Screw Pump; Centrifuge Sieve; Desander; Disc
Di bagian pengeringan pati basah akan diturunkan kadar airnya dari 39%
menjadi 13,5% sehingga menjadi produk akhir. Pati basah dengan kandungan air
39% dikirim ke Buffer Bind melalui Secrew Conveyor. Pati basah didorong ke
Winnow dan akan berputar dengan kecepatan tinggi, yang selanjutnya akan
dalam Drying Tubes. Pati basah akan tersedot di udara panas dengan kecepatan
tinggi dan pati akan mengalir ke Cyclone. Setelah dikeringkan produk akhir ini
akan dikeluarkan dari Air Proof Secrew dengan kandungan air 12%. Selanjutnya
diisikan ke Packer Otomatis melalui Double Bin Starch Filter (ayakan ganda).
Produk akhir setelah ditimbang dan dikemas akan disimpan dalam gudang.
Pipes; Cyclones; Airproof Secrew; Double Bin Starch Sifter; Automatic Packer;
Exhaust Fan.
a. Umur
Distribusi pekerja pabrik berdasarkan umur dapat diliat pada tabel berikut:
Jumlah 31 100
Berdasarkan tabel diatas, pekerja pabrik paling banyak berumur ≥26 tahun
Gangguan Pendengaran
Umur Tuli Tidak Tuli Jumlah
N % N % N %
<26 8 25,8 4 12,9 12 46,7
≥26 14 45,2 5 16,1 19 53,3
Berdasarkan tabel diatas bahwa pekerja dengan kategori umur <26 tahun
orang (45,2%).
b. Masa Kerja
Distribusi pekerja pabrik berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada tabel
berikut :
Jumlah 31 100
Berdasarkan tabel diatas, masa kerja pekerja pabrik paling banyak adalah
masa kerja <5 tahun yaitu berjumlah 16 orang pekerja (51,6%), sedangkan masa
Tabel 4.4 Distribusi Tabulasi Silang antara Masa Kerja dengan Gangguan
Pendengaran pada Tenaga Kerja di PT. HUTAHAEAN Desa
Pintu Bosi Kecamatan Laguboti
Gangguan Pendengaran
Masa Kerja Tuli Tidak Tuli Jumlah
N % N % N %
<5 10 32,3 6 19,4 16 51,6
≥5 12 38,7 3 9,7 15 48,4
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pekerja yang berada pada
(32,3%) dan masa kerja pada kategori ≥5 tahun menderita gangguan pendengaran
Jumlah 31 100
(16,1%).
Gangguan Pendengaran
Pengguna Tuli Tidak Tuli Jumlah
APT
N % N % N %
Ya 4 12,9 1 3,2 5 16,1
Tidak 18 58,1 8 25,8 26 83,9
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pekerja yang memakai alat
(12,9%) dan yang menderita gangguan pendengaran pada pekerja yang tidak
Jumlah 31 100
yang tidak memiliki hobby untuk mendengarkan musik dengan keras cukup
Gangguan Pendengaran
Hobby Tuli Tidak Tuli Jumlah
Musik
N % N % N %
Ya 3 9,7 3 9,7 6 19,4
Tidak 19 61,3 6 19,4 25 80,6
(9,7%) dan yang tidak hobby mendengarkan musik dan menderita gangguan
e. Konsumsi Obat-Obatan
Jumlah 31 100
memberikan efek kepada fungsi pendengaran hanya 8 orang pekerja (25,8 %).
Gangguan Pendengaran
Konsumsi Tuli Tidak Tuli Jumlah
Obat
N % N % N %
Ya 4 12,9 4 12,9 8 25,8
Tidak 18 58,1 5 16,1 23 74,2
Jumlah 22 71,0 9 29,0 31 100
obat menderita gangguan pendengaran sebanyak 4 orang (12,9%) dan yang tidak
(58,1%).
Jumlah 31 100
nilai kebisingan terendah sebesar 78,5 dB (A) dengan 2 orang pekerja (6,5%) dan
nilai kebisingan tertinggi sebesar 92,5 dB (A) dengan 2 orang pekerja (6,5%).
Gangguan Pendengaran
Besar Tuli Tidak Tuli Jumlah
Paparan
N % N % N %
83,0 0 0,0 2 6,5 2 6,5
87,9 3 9,7 0 0,0 3 9,7
84,6 1 3,2 3 9,7 4 12,9
78,5 0 0,0 2 6,5 2 6,5
86,8 4 12,9 0 0,0 4 12,9
89,9 3 9,7 0 0,0 3 9,7
87,1 3 9,7 0 0,0 3 9,7
84,3 2 6,5 2 6,5 4 12,9
92,5 2 6,5 0 0,0 2 6,5
88,4 4 12,9 0 0,0 4 12,9
pendengaran, Seperator 87,9 dB (A) 3 orang (9,7%), Peeler Section 89,9 dB (A) 3
orang (9,7%), Washing Section 87,1 dB (A) 3 orang (9,7%), Rasper Section 92,5
dB (A) 2 orang, Extractor Section 88,4 dB (A) 4 orang (12,9%) dan Pengupasan
86,8 dB (A) 4 orang (12,9%), dan ada juga yang terpapar kebisingan <85 dB (A)
akibat paparan bising dari mesin yang lain Karena ruangan yang tidak bersekat,
Boiler 84,6 dB (A) 1 orang (3,2%), Workshop 84,3 dB (A) 2 orang (6,5%).
Jumlah 31 100
lingkungan kerja dengan nilai kebisingan >85 dB (A) yaitu berjumlah 19 orang
pekerja (61,3%) sedangkan pada kebisingan ≤85 dB (A), yaitu sebanyak 12 orang
pekerja (38,7%).
Gangguan Pendengaran
Intensitas Tuli Tidak Tuli Jumlah
Kebisingan
dB (A)
N % N % N %
>85 19 61,3 0 0,0 19 61,3
≤85 3 9,7 9 29,0 12 38,7
banyak terjadi pada intensitas >85 dB (A) sebanyak 19 orang (61,3%) dan 3 orang
≤85 dB (A).
Jumlah 31 100
menggunakan audiometri, dapat dilihat pada tabel bahwa pekerja yang memiliki
derajat ketulian ringan berjumlah 17 orang pekerja (54,8%) dan yang memliki
Jumlah 31 100
fungsi pendengaran yang normal pada kanan dan kiri, 8 orang pekerja (25,8%)
menderita tuli kanan, dan 8 orang pekerja (25,8%) pula menderita tuli kiri serta 6
orang pekerja (19,4 %) mengalami tuli pada kedua telinganya yaitu pada telinga
tabel berikut:
audiometri, dilakukan uji statistik Exact Fisher untuk melihat apakah ada
Gangguan Pendengaran
Kebisingan Tuli Tidak Tuli Jumlah
dB (A)
N % N % N % Sig, (p)
>85 19 61,3 0 0,0 19 61,3
0,000
≤85 3 9,7 9 29,0 12 38,7
Berdasarkan tabel hasil uji statistik di atas dapat dilihat bahwa terdapat 19
intensitas kebisingan >85 dB (A)dan terdapat 3 orang pekerja (9,7%) pun yang
Hasil uji statistik dengan uji Exact Fisher antara intensitas kebisingan
PEMBAHASAN
besar distribusi data atau gambaran secara keseluruhan terhadap responden yang
ada pada setiap variabel yang berhubungan dengan intensitas kebisingan dengan
5.1.1.1 Umur
pekerja pada bagian produksi paling banyak terdapat pada kategori ≥26 tahun
sebanyak 19 orang pekerja (61,3%) kemudian diikuti dengan kategori <26 tahun
sebanyak 12 orang pekerja (38,7%). Hal ini menunjukkan bahwa pekerja bagian
masih berada dalam umur yang produktif untuk bekerja. Faktor umur di
kelompokkan berdasarkan hasil dari nilai mean pada kelompok umur tersebut.
67
Universitas Sumatera Utara
68
pada organ telinga. Beberapa perubahan patologi yang terjadi antara lain pada
bagian produksi paling banyak berada pada kategori bekerja <5 tahun yaitu 16
sebanyak 15 orang pekerja (48,4%). Hal ini menunjukkan bahwa masa pekerja ≥5
tahun dan <5 tahun hampir setara. Apabila seorang pekerja yang berada pada
(Harrianto,2009).
sebagian besar pekerja bagian produksi lebih memilih tidak menggunakan alat
yang menggunakan alat pelindung telinga sebanyak 5 orang pekerja (16,1%). Hal
ini menunjukan bahwa pekerja bagian produksi masih banyak yang belum sadar
Adapun jenis Alat Pelindung Telinga (APT) yang disediakan oleh pihak
PT. HUTAHAEAN di Desa Pintu Bosi Kecamatan Laguboti adalah jenis sumbat
dengan 30 dB (A) pada telinga pekerja. Bila dilihat dari tingkat intensitas
lapangan masih banyak pekerja yang belum menggunakan APT selama bekerja
karena mereka merasa tidak nyaman dan kurangnya pengawasan terhadap pekerja.
bahwa terdapat beberapa pekerja yang suka mendengarkan musik sebagai hiburan
yaitu sebanyak 6 orang pekerja (19,4%) dan yang tidak memliki hobby
adalah cara untuk menghilangkan efek paparan bising di area produksi. Sesuai
dengan fakta dilapangan dan hasil wawancara yang telah dilakukan, menggunakan
musik merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kenyamanan saat bekerja.
hobby mendengarkan musik dengan keras dan dilakukan dalam jangka waktu
mengkonsumsi obat jenis aspirin. Fungsi obat tersebut digunakan untuk mengatasi
rasa sakit, demam dan mengatasi peradangan. Dan yang tidak mengkonsumsi
sebagian tenaga kerja yang telah dilakukan pemeriksaan dalam kondisi sehat dan
kondisi tidak sehat memberikan efek kepada fungsi pendengaran, obat aspirin
menjadi dua, yaitu kebisingan >85 dB (A) dan kebisingan ≤85 dB (A).Dari data
tersebut, 6 titik pengukuran memiliki nilai kebisingan >85 dB (A) dan 4 titik
produksi yaitu sebesar 78,5 dB (A) pada Packacing, 83,0 dB (A) pada Control
Room, 84,3 dB (A) pada Workshop dan 84,6dB (A) pada Boiler. Dengan
2011 pada kondisi tersebut tenaga kerja di izinkan berada dalam unit kerja
maksimal 8 jam secara terus menerus tanpa memakai alat pelindung telinga.
Intensitas kebisingan yang paling tinggi di area produksi sebesar 92,5 dB (A) pada
Rasper Section, pada kondisi ini tenaga kerja hanya boleh terpapar maksimal
selama 2 jam secara terus-menerus tanpa memakai alat pelindung telinga. Disusul
dengan Peeler Section intensitas bising yang dihasilkan sebesar 89,9 dB (A),
Extractor Section sebesar 88,4 dB (A), Seperator sebesar 87,9 dB (A), Washing
Section 87,1 dB (A)dan pengupasan 86,8 dB (A). Pada kondisi tersebut masing-
masing tenaga kerja hanya boleh terpapar bising maksimal 4 jam secara terus-
besar lingkungan kerja area produksi PT. HUTAHAEAN di Desa Pintu Bosi
terjadi pada intensitas >85 dB (A) sebanyak 19 orang (61,3%) dan ≤85 dB
akibat kebisingan terjadi tidak seketika sehingga pada awalnya tidak disadari oleh
yang sangat menggangu dan dirasakan sangat merugikan bagi tenaga kerja (Junita,
2015).
kerja adalah standar sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat
pekerjaan sehari-hari untuk waktu yang tidak lebih dari 8 jam sehari dan 5 hari
kerja seminggu atau 40 jam seminggu dengan NAB kebisingan adalah 85 dB (A)
(Suma’mur, 2013).
bunyi pada tingkat 30 dB (A) pada kedua telinga pekerja, dan 9 orang pekerja
(29,0%) memiliki fungsi pendengaran yang normal. Hal ini menujukkan bahwa
dengan telinga seseorang dapat berkomunikasi lisan dengan dunia luar.Oleh sebab
itu telinga perlu dijaga agar jangan sampai rusak, bahkan hendaknya diupayakan
derajat ketulian akan dibagi menjadi tuli ringan, tuli sedang, tuli sedang berat, tuli
orang pekerja, didapati 3 kategori dari 6 kategori dengan hasil ketulian dalam
kategori normal (0-25 dB (A)) sebanyak 9 orang pekerja (29,0%), derajat ketulian
ketegori ringan (26-40 dB (A)) sebanyak 17 orang pekerja (54,8%) pada area
(3,2%), Extractor Section sebanyak 2 orang (6,5%). Kategori derajat tuli sedang
(41-55 dB (A)) sebanyak 5 orang pekerja (16,1%) terdapat pada area produksi
(6,5%).
kanan, didapati sebanyak 8 orang pekerja (25,8%) pada area produksi Workshop,
sebelah kiri sebanyak 8 orang pekerja (25,8%) pada area produksi Pengupasan,
Section. Tuli pada kedua telinga kanan dan kiri sebanyak 6 orang pekerja (19,4%)
Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan melalui uji Exact Fisher, di
peroleh nilaip = 0,000 dimana p = <0,05 yang artinya ada hubungan antara
pendengaran atau kelainan telinga akibat bising menyebabkan tuli konduktif dan
Tuli akibat bising (Nois Induced Hearing Loss) ialah tuli yang disebabkan
akibat terpajan oleh bising yang cukup keras dalam waktu yang cukup lama dan
saraf koklea dan umumnya terjadi pada kedua telinga.Bising yang intensitas 85
corti telinga bagian dalam. Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi
tuli akibat terpapar bising, antara lain intensitas bising yang lebih tinggi,
semula.
4000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan bersifat permanen
pada intensitas kebisingan >85 dB (A). Hal ini menunjukan bahwa lingkungan
menimbulkan penyakit akibat kerja adalah kebisingan. Pekerja yang bekerja pada
tenaga kerja yang terpapar.Gangguan pendengaran akibat bising adalah tuli akibat
terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan
intensitasnya 85 dB (A) (batas aman) dan dengan frekuensi suara berkisar antara
20 sampai dengan 20.000 Hz. Batas intensitas suara tertinggi adalah 140 dB
akan timbul perasaan sakit pada alat pendengaran dan memicu seseorang terkena
intensitas kebisingan yang diterima oleh pekerja, maka akan terjadi gangguan atau
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
pendengaran pada tenaga kerja bagian weaving di PT. Iskandar Indah Printing
kerja dengan intensitas kebisingan di atas Nilai Ambang Batas yaitu >85 dB (A)
6.1 Kesimpulan
sebanyak 31 tenaga kerja bagian produksi PT. HUTAHAEAN di Desa Pintu Bosi
1. Berdasarkan umur pada pekerja yaitu pada kategori ≥26 tahun sebanyak 19
orang pekerja (61,3%) dan berumur <26 tahun sebanyak 12 orang pekerja
(38,7%). Berdasarkan masa kerja tenaga kerja yang bekerja ≥5 tahun yaitu
sebanyak 15 orang pekerja (48,4%) dan tenaga kerja yang bekerja <5
(71,0%).
78
Universitas Sumatera Utara
79
4. Hasil uji statistik Exact Fisher (p value = 0,000 < 0,05) diperoleh adanya
Kecamatan Laguuboti.
6.2 Saran
1. Tenaga Kerja wajib memakai Alat Pelindung Telinga (APT) pada bagian
pendengaran.
produksi.
Fahri, S. 2009. Hubungan Masa Kerja dan Penggunaan Alat pelindung Diri (APD)
dengan Dampak Subjektif Gangguan Pendengaran Pada Pekerja di PTPN
Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Polretes Vol 1.
Hapsari, N. D. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Badan Penerbit Undip.
Semarang.
80
Universitas Sumatera Utara
81
Soepardi, E. A., Iskandar, N. Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi
ke 6. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran3.
Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan
Lampiran. 4
Form Data Pengukuran Audiometri
Master Data
Keterangan:
1. Nama :
1. Analisis Univariat
Umur pekerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
masa pekerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
penggunaan apt
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
konsumsi obatan
GP1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
PK
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
intensitas kebisingan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
gp2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tabulasi Silang
>=26 Count 14 5 19
>=5 Count 10 5 15
% within masa pekerja 66.7% 33.3% 100.0%
Tidak Count 19 7 26
ya Count 3 3 6
% within hobby mendengar
50.0% 50.0% 100.0%
musik
PK * gp2 Crosstabulation
gp2
PK 83.0 Count 0 2 2
87.9 Count 3 0 3
84.6 Count 1 3 4
86.8 Count 4 0 4
89.9 Count 3 0 3
87.1 Count 3 0 3
% within PK 100.0% 0.0% 100.0%
84.3 Count 2 2 4
92.5 Count 2 0 2
88.4 Count 4 0 4
>85 Count 19 0 19
2. Analisis Bivariat
Crosstabs
>85 Count 19 0 19
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.48.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Lampiran 7. Dokumentasi
DOKUMENTASI
Gambar 4. Pengupasan