Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH KEBISINGAN LALULINTAS TERHADAP

KONSENTRASI BELAJAR SISWA SMP N 1 PADANG

LARAS ASHARI : 0705163038


TIARA KUSUMA : 0705163045
RURI ROSARI : 0705163062

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan meliputi input mental atau siswa,
lingkungan instruksional, proses pendidikan dan keluaran pendidikan. Faktor siswa justru
menjadi unsur yang menentukan berhasil atau tidaknya pengajaran yang disampaikan oleh guru,
sebab setiap siswa memilki kondisi internal dimana kondisi tersebut sangat berperan dalam
aktivasi belajar merekasehari-hari. Intisari dari pendidikan adalah pembelajaran dimana
umumnya aktivitas yang dilakukan adalah penyaluran informasi dan ilmu pengetahuan dari
pengajar ke pelajar. Kualitas penyaluran ini dipengaruhi oleh berbagai hal. Konsentrasi adalah
salah satu faktor utama yang mempengaruhi pembelajaran. Semakin tinggi konsentrasi pengajar
dan pelajar, semakin efektif kegiatan pembelajaran tersebut, namun sebaliknya jika konsentrasi
siswa rendah maka hasil yang diperolehnya pun tidak maksimal.

Kebisingan bisa didefinisikan sebagai suara yang tidak diharapkan. Menurut World
Health Organization (WHO), kebisingan adalah suara apapun yang tidak diperlukan dan
memiliki efek buruk pada kualitas kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Suara lalu lintas dan
suara keras lainnya adalah contoh kebisingan yang dapat menurunkan tingkat konsentrasi belajar.
Masalah kebisingan akibat lalulintas yang padat di daerah perkotaan bukan merupakan masalah
baru, sehingga sulit untuk mendapatkan lokasi sekolah yang tenang agar kegiatan belajar
mengajar dapat berlangsung dengan baik. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 (SMP N 1)
Padang merupakan sarana pendidikan yang terletak di daerah perkotaan dan berada dipinggir
jalan raya yang arus lalu lintasnya padat. Kebisingan di sekitar lingkungan sekolah dapat
mengganggu konsentrasi belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan di banyak negara menunjukkan bahwa jalan raya merupakan
sumber kebisingan utama yang mengganggu sebagian besar masyarakat perkotaan. Tingkat
kebisingan jalan raya dapat mencapai 70-80 dB. Salah satu sumber bising lalulintas jalan antara
lain berasal dari kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat, dengan sumber
penyebab bising antara lain dari bunyi klakson dan suara knalpot. Bangunan pendidikan yang
berdekatan dengan jalan raya yang sangat rawan bising dapat mempengaruhi kegiatan belajar
siswa di dalam ruang kelas. Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa semakin tinggi
tingkat bising di ruang kelas, maka semakin rendah konsentrasi belajar siswa pada kelas tersebut
dan sebaliknya semakin rendah tingkat kebisingan ruang kelas, maka akan semakin tinggi
konsentrasi belajar siswa.
BAB II

DASAR TEORI

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat mengganggu
pendengaran dan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang terpapar (WHS, 1993). Dari
segi kualitas, bunyi dapat dibedakan menjadi dua yaitu frekuensi yang dinyatakan dalam jumlah
getaran per detik (hertz) yaitu jumlah getaran dalam satu detik yang sampai ke telinga dan
intensitas atau arus energi yang dinyatakan dalam desibel (DB) yaitu perbandingan antara
kekuatan dasar bunyi dengan frekuensi yang dapat diterima oleh telinga normal (Suma’mur,
1995). Menurut Wilson (1989), bunyi atau suara didefinisikan sebagai serangkaian gelombang
yang merambat dari suatu sumber getar akibat perubahan kerapatan dan tekanan udara.
Kebisingan merupakan terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki termasuk bunyi yang tidak
beraturan dan bunyi yang dikeluarkan oleh transportasi dan industri, sehingga dalam jangka
waktu yang panjang akan dapat mengganggu dan membahayakan konsentrasi, merusak
pendengaran (kesehatan) dan mengurangi efektifitas kegiatan.
Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehehndaki. Bising
menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis,
gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang menggolongkan
gangguannya berupa gangguan pendengaran, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan
gangguan pendengaran seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan,
menurunnya performa kerja, kelelahan dan stres.
Jenis – Jenis Kebisingan terdiri dari 3 jenis yaitu:
1. Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas, misalnya mesin-
mesin, dapur pijar, dan lain-lain.
2. Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit, misalnya
gergaji serkuler, katup gas, dan lain-lain.
3. Kebisingan terputus-putus (intermitten/interuted noise) adalah kebisingan dimana
suara mengeras dan kemudian melemah secara perlahan-lahan, misalnya lalu-
lintas, suara kapal terbang di lapangan udara.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dibagi atas:

1. Bising yang mengganggu (irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras,


misalnya mendengkur.
2. Bising yang menutupi (masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas. Secra tidak langsung bunyi ini akan mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan pekerja, karena teriakan isyarat atau tanda bahaya
tenggelam dari bising dari sumber lain.
3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise), adalah bunyi yang
melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak/menurunkan fungsi
pendengaran.

Untuk mengukur kebisingan dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sound


Level Meter. Sebelumnya, intensitas bunyi adalah jumlah energi bunyi yang menembus
tegak lurus bidang per detik. Metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi , yaitu:
1. Pengukuran dengan titik sampling
Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang batas hanya pada
satu atau beberapa lokasi saja.

Gambar 1 : Sound Level Meter


2. Pengukuran dengan peta kontur
Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam mengukur
kebisingan, karena peta tersebut dapat menentukan gambar tentang kondisi
kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar
isoplet pada kertas berskala yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat.

Nilai ambang batas untuk kebisingan adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-
rata yang masih diterima tenaga kerja tanpa menghilangkan daya dengar yang tetap untuk
waktu terus-menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam perminggu. Kebisingan di atas
80 dB dapat menyebabkan kegelisahan, tidak enak badan, kejenuhan mendengar, sakit
lambung, dan masalah peredaran darah. Kebisingan yang berlebihan dan berkepanjangan
terlihat dalam masalah- masalah kelainan seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan
luka perut. Pengaruh kebisingan yang merusak pada efisiensi kerja dan produksi telah
dibuktikan secara statistik dalam beberapa bidang industry.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran tingkat kebisingan pada lingkungan belajar SMP N 1 Padang mempunyai


tingkat kebisingan yang bervariasi, dimana tingkat kebisingan rata-rata pada jarak 10 meter
dari jalan raya sebesar 69.62 dB(A).

100
Tingkat Kebisingan(dB)

80

60 08.00-

40 09.35

20
5' 15' 25' 35' 45' 55' 65' 75' 85'95'
0 Interval Waktu

Gambar 1. Tingkat Kebisingan Pada Jarak 10 Meter.

Tingkat kebisingan rata-rata pada jarak 30 meter dari jalan raya sebesar 72.8 dB (A)
dimana kedua nilai tersebut telah melebihi persyaratan Nilai Ambang Batas kebisingan untuk
lingkungan sekolah atau sejenisnya sebesar 55 dB (A).

120
Tingkat Kebisingan(dB)

100

80 08.00-
60 09.35

40
5'15'25'35'45'55'65'75'85'95'
20
Interval Waktu
Gambar
0 2. Tingkat Kebisingan Pada Jarak 30 Meter
Berdasarkan analisis secara analitik dengan menggunakan uji chi square dengan taraf
signifikansi 0,05 maka didapat hasil p=0,562 atau probabilitas lebih dari 0,05. Hal ini berarti
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan tingkat konsentrasi yang bermakna antara kelas yang
dekat dengan jalan raya dan kelas yang jauh dari jalanraya..
Tabel 1. Tingkat Kebisingan Lalulintas Terhadap Konsentrasi Siswa dengan Metode Digit
Symbol Test.

Tingkat I II Jumlah
Kebisingan
Tingkat
Konsentrasi
Kurang 7 5 12
Cukup 33 34 67
Jumlah 40 39 79

Chi Square 2 x 2, p > 0,05


Analisis dengan menggunakan uji chi square test dengan taraf signifikansi 0,05 maka
didapat hasil p=0,537 atau probabilitas lebih dari 0,05. Hal ini berarti menyatakan bahwa tidak
ada perbedaan tingkat konsentrasi yang bermakna antara kelas yang dekat dengan jalan raya
dan kelas yang jauh dari jalan raya.

Tabel 2. Tingkat Kebisingan Lalulintas Terhadap Konsentrasi Siswa Dengan Metode Digit
Span Test
Tingkat I II Jumlah
Kebisingan
Tingkat
Konsentrasi

Kurang 7 9 16
Cukup 33 30 63
Jumlah 40 39 79

Chi Square 2 x 2, p > 0,05


Bangunan SMP N 1 Padang memiliki orientasi bangunan yang berbentuk seperti persegi
dan ditengah-tengahnya terdapat lapangan. Tingkat kebisingan diukur pada 2 titik yang
berbeda, yaitu kelas yang dekat dari jalan raya dengan tingkat rerata kebisingan sebesar 69.62
dB dan kelas yang jauh dari jalan raya dengan tingkat rerata kebisingan sebesar 72.80 dB.
Berdasarkan KepMen LH No. 48/MNLH/11/1996 tentang batasan nilai tingkat kebisingan
untuk kawasan sekolah atau sejenisnya adalah sebesar 55 dB.8 Hasil penelitian di lapangan
didapatkan bahwa tingkat kebisingan dilingkungan SMP N 1 Padang melebihi batasan nilai
kebisingan untuk kawasan sekolah atau sejenisnya. Sehingga peneliti mengelompokkan tingkat
kebisingan menjadi 2 kelompok, yaitu kelas yang dekat dengan jalan raya sebagai kelompok
bising I dan kelas yang jauh dari jalan raya sebagai kelompok bising II.
Kondisi kelas yang berada jauh dari jalan raya, memiliki konstruksi gedung bertingkat.
Dimana pada penelitian ini, tingkat kebisingan diukur pada titik disekitar kelas yang berada
pada bangunan tingkat 2 dan pada kelas tersebut terdapat bukaan jendela dan ventilasi sekitar
50 % di kedua sisi kelas yang mana mengarah ke lapangan dan jalan raya tanpa ada barier
penghalang yang berarti. Sedangkan pada kelas yang dekat dengan jalan raya yang terletak di
lantai satu, terdapat barier tanaman pelindung di sekitar pagar depan yang cukup efektif untuk
mengurangi rambat bunyi, selain itu juga pengkondisian ruangan yang cukup baik, terdapat
jendela kaca yang dilapisi jendela kayu danakses keluar masuk kelas dibuka melalui pintu yang
mengarah ke bagian dalam lingkungan sekolah.
Stress mengacu kepada konsekuensi dari kegagalan organism hidup untuk merespon
secara berhasil guna setiap ancaman fisik ataupun emosional, baik merupakan ancaman aktual
maupun imajinasi, sehingga tubuh bereaksi secara emosi dan fisis untuk mempertahankan
kondisi fisis yang optimal reaksi ini disebut Sindroma Adaptasi Umum(SAU).
Gejala stress dapat merupakan gejala kognitif, emosional, fisik atau perilaku. Gejala
stress selalu diawali keadaan waspada (state of alarm) dan peningkatan produksi adrenalin yang
berakhir bila ancaman diatasi. Bila ancaman berlanjut terjadi resistensi melalui mekanisme
coping yang dilakukan secara mental. Bila kondisi ini berlanjut tanpa adanya harapan
penyelesaian terjadi gangguan mental dan fisik seperti kelelahan, iritabilitas, kontraksi otot,
tidak mampu berkonsentrasi, disertai reaksi fisiologik seperti sakit kepala dan peningkatan
frekuensi denyut jantung.
Selain dipengaruhi oleh tingkat kebisingan yang merupakan salah satu sumber stressor,
konsentrasi juga dipengaruhi oleh faktor fisiologi dan psikologi siswa itu sendiri. Dalam
penelitian ini, faktor fisiologi siswa sudah dikendalikan, yaitu dengan cara memasukkan siswa
yang dalam keadaan sakit atau sedang dalam kondisi fisik yang mengganggu proses belajar
kedalam kriteria ekslusi sampel penelitian. Namun, faktor psikologi yang meliputi intelegensi,
motivasi, bakat, minat, dan keterampilan kognitif belum dikondisikan dengan baik saat
penelitian. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik purposive sampling,
dimana peneliti menetapkan sampel saat penelitian sesuai dengan lokasi kelas, yaitu kelas yang
dekat dengan jalan raya dan kelas yang jauh dari jalan raya. Dimana dalam proses belajar, kelas
yang dekat dengan jalan raya merupakan kelas belajar yang ditempati oleh siswa akselerasi,
sedangkan pada kelas yang jauh dari jalan raya merupakan kelas belajar yang ditempati oleh
siswa reguler. Tentunya faktor psikologi dari kedua kelompok tersebut memiliki tingkatan yang
berbeda, baik intelegensi, motivasi, bakat, minat, dan keterampilan kognitif yang akan
mempengaruhi tingkat konsentrasi belajarsiswa.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Rerata tingkat kebisingan kelas lingkungan SMP N 1 Padang melebihi nilai ambang
batas kebisingan yang diperuntukkan bagi lingkungan sekolah. Tidak ada perbedaan tingkat
konsentrasi belajar siswa yang bermakna antara kelas yang dekat dengan jalan raya dan kelas
yang jauh dari jalan raya.

B. Kelebihan

1. Instrumen yang dipakai pada penelitian yaitu sound level meter untuk mengukur
tingkat kebisingan lalu lintas dan derajat kemampuan sampel untuk melakukan
konsentrasi diukur dengan instrumen digit symbol test dan digit span test dari
Wechesler Intelligence Scale For Children (WISC).

2. Peneliti juga membahas tentang efek yang akan ditimbulkan dari kebisingan jalan
raya terhadap siswa.

C. Kekurangan

1. Perbandingan data tidak sama atau selevel sehingga hasil data yang didapat sangat
berbeda.

2. Tidak dicantumkan jenis alat sound level meter yang digunakan.

3. Peneliti menggunakan metode Chi Square yang seharusnya tidak perlu digunakan.

4. Peneliti tidak mencantumkan tempat peletakan titik kebisingan yang akan diuji.

Anda mungkin juga menyukai