Anda di halaman 1dari 6

TUGAS LITERATURE REVIEW PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KARDIOVASKULER PADA PEKERJA

Disusun oleh: Lina Dianati Fathimahhayati 10/306097/PTK/6867

PROGRAM STUDI PASCASARJANA TEKNIK INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2010

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KARDIOVASKULER PADA PEKERJA

Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering di jumpai di lingkungan kerja. Di lingkungan kerja, kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja yang selalu timbul pada industri besar. Pengaruh kebisingan terhadap kesehatan selain kerusakan pada indera pendengaran, kebisingan juga menimbulkan gangguan terhadap mental emosional serta sistem jantung dan peredaran darah. Gangguan mental emosional berupa terganggunya kenyamanan hidup, mudah marah dan menjadi lebih peka atau mudah tersinggung. Melalui mekanisme hormonal, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung, meningkatkan tekanan darah, kenaikan kolesterol darah atau sekresi berlebihan dari hormon. Kejadian ini termasuk gangguan kardiovaskuler. Hasil penelitian Babba (2007), membuktikan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistolik sebelum kerja dengan tekanan darah sistolik sesudah kerja. Peneliti melakukan penelitian pada Karyawan PT. Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan. Intensitas paparan kebisingan di kategorikan menjadi dua bagian, kurang atau sama dengan 85 dB dan lebih dari 85 dB. Pengambilan angka 85 dB ini di dasarkan pada nilai ambang batas menurut Kep. Menakertrans No 51 tahun 1999 sebesar 85 dB. Tekanan darah karyawan diukur pada saat sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan dengan intensitas bising tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik sebelum kerja 117.50 mmHg dan rata-rata tekanan darah sistolik sesudah kerja 136.67 mmHg. Rata-rata tekanan darah diastolik sebelum kerja 81.83 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik sesudah kerja 88.50 mmHg. Dari sini dapat disimpulkan bahwa tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum kerja lebih baik hasilnya bila dibandingkan dengan tekanan darah sistolik sesudah kerja. Kenaikan tekanan darah ini juga bergantung pada level paparan yang mengenai pekerja. Pada kebisingan di atas 85 dB, jumlah karyawan yang mengalami peningkatan tekanan darah lebih banyak daripada karyawan yang terkena paparan kebisingan di bawah 85 dB. Hasil penelitian menunjukkan dari 49 orang tenaga kerja yang bekerja di lingkungan dengan intensitas di atas NAB (>85 dB), terdapat 47 orang (95,9

%) yang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik. Sementara pada kelompok yang bekerja di lingkungan dengan intensitas kebisingan di bawah NAB (<85 dB) terdapat 11 orang, dan hanya 1 orang (9,1 %) yang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik. Untuk tekanan diastolik, hasil penelitian menunjukkan dari 49 orang tenaga kerja yang bekerja di lingkungan dengan intensitas di atas NAB, terdapat 34 orang (69,4 %) yang mengalami peningkatan tekanan darah diastolik. Sementara pada kelompok yang bekerja di lingkungan dengan intensitas kebisingan di bawah NAB terdapat 11 orang, hanya 1 orang (9,1 %) yang mengalami peningkatan tekanan darah diastolik. Hal ini membuktikan ada hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik. Kelemahan dari penelitian ini, kita tidak bisa mengetahui pada bagian kerja mana, pekerja lebih mengalami gangguan pada tekanan darahnya karena intensitas bising hanya dibagi menjadi dua kelompok yaitu kurang dari dan lebih dari 85 dB. Padahal di dunia kerja, dalam satu pabrik, terdiri dari beberapa unit kerja yang memiliki beberapa mesin dimana memiliki tingkat intensitas yang berbeda-beda. Untuk itulah perlu diketahui daerah kerja mana yang memiliki resiko paling tinggi paparan kebisingan sehingga bisa melakukan perbaikan. Sedangkan kelebihan dari penelitian ini, di sini sudah diperhitungkan faktor-faktor luar yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah seseorang seperti umur, jenis kelamin, masa kerja, lama terpapar, dan status gizi subjek penelitian. Namun tidak dibahas lebij lanjut mengenai pengaruh masing-masing faktor terhadap kenaikan tekanan darah. Faktor-faktor tersebut hanya dianalisis secara deskriptif saja untuk menggambarkan distribusi sampel. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Mahmood et, all (2007). Peneliti melakukan percobaan pada 117 subjek (61 laki-laki dan 56 perempuan) yang memiliki pendengaran normal, usia 18 23 tahun. Mereka dipapar suara 90 dB dengan frekuensi 4000 Hz selama 10 menit. Tekanan darah dan detak jantung diukur secara berkala, sebelum, selama, dan setelah terpapar kebisingan. Didapatkan hasil bahwa rata-rata peningkatan tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan nadi, tekanan arteri dan denyut jantung berturut-turut adalah 2,462 mm Hg, 3.064 mm Hg, 0,42 mm Hg, 2157 mm Hg dan 8938 saat terpapar kebisingan dan tetap tinggi untuk jangka waktu tertentu, biasanya 2 sampai 11 menit, bahkan setelah terpapar kebisingan. Kedua penelitian yang telah disebutkan di atas, mengambil subjek penelitian yang sama dalam melakukan eksperimen, yaitu individu sebelum terpapar kebisingan dilakukan

pengukuran terhadap tekanan darahnya, kemudian diberikan paparan getaran selama periode waktu tertentu, yang kemudian diukur kembali tekanan darahnya untuk melihat perbedaannya. Sedangkan di dunia nyata, gangguan kardiosvaskular seperti kenaikan tekanan darah, tidak serta merta terjadi karena paparan yang singkat. Bisa saja disebabkan karena akumulasi lama kerja, lama paparan kebisingan, tingkat kesulitan pekerjaan dan lain sebagainya. Pada penelitian kedua juga tidak diklasifikasikan jenis kebisingan menurut intensitasnya. Subjek penelitian hanya terpapar oleh satu jenis kebisingan saja. Kelebihan dari penelitian ini, kita bisa mengetahui bagaimana respon fungsi kardiosvaskuler tubuh apabila dikenai oleh kebisingan dengan intensitas 90 dB. Namun kita tidak bisa mengetahui bagaimana perubahannya apabila intensitas suara dinaikkan atau diturunkan. Untuk menyikapi masalah tersebut, penelitian lain dilakukan oleh Singhal, dkk (2009) di pabrik blok. Dilakukan penelitian terhadap 114 pekerja yang bekerja di berbagai unit kerja yang memiliki tingkat kebisingan berbeda antar unit kerja satu dengan lainnya. Kebisingan bervariasi dari 82 hingga 104 dB. Kemudian, kelompok tersebut dibandingkan dengan kelompok lain yang disebut dengan kelompok kontrol yang terdiri dari 30 orang yang tidak pernah tinggal atau bekerja di lingkungan yang bising. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan pada tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan denyut jantung. Selain itu semakin tinggi intensitas kebisingan yang dihadapi, semakin meningkat pula perubahan fungsi kardiovaskular pada pekerja. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kebisingan, semakin besar jumlah pekerja dengan penyakit darah tinggi. Penelitian ini sudah mengkategorisasikan kebisingan berdasarkan intensitasnya sehingga kita bisa meengetahui pada unit kerja mana, kebisingan paling tinggi terjadi dan melihat bagaimana pengaruhnya pada tekanan darah pekerja yang bekerja pada unit kerja tersebut. Namun di lain sisi, penelitian ini tidak mempertimbangkan faktor lain yang mempengaruhi output seperti lama terpapar dan masa kerja. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalantari (2006). Peneliti melakukan penelitian terhadap dua kelompok pekerja di sebuah industri tekstil. Karyawan diklasifikasikan ke dalam kelompok A dan B berdasarkan tingkat paparan suara. Grup A karyawan terkena tingkat suara tinggi (di atas 70 dB A). Grup B karyawan terpapar suara tingkat rendah (di bawah 70 dB A). Subyek penelitian adalah individu antara 20 dan 50 tahun dimana memiliki riwayat pekerjaan dari 5 sampai 30 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kebisingan terhadap perubahan tekanan darah. Pada kelompok A, Tekanan darah sistolik dan diastolik berturutturut adalah 117,5 mmHg dan 74 mmHg. Sedangkan pada kelompok B, tekana darah sistolik dan diastolik adalah 118 mmHg dan 77,8 mmHg, masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada bukti untuk mendukung hubungan antara tingkat kebisingan di atas 70 dB dan tekanan darah tinggi. Semua metode penelitian di atas, dikerjakan dengan mengunakan analisis uji t. Uji t merupakan teknik analisis untuk membandingkan rata-rata dua populasi atau lebih. Alat ukur yang digunakan dalam mengukur intensitas kebisingan adalah dengan menggunakan alat Sound Level Meter, sedangkan dalam penguran tekanan darah digunakan tensimeter. Namun perlu pula diperhatikan mengenai jumlah pajanan kebisingan yang mengenai pekerja per jam kerja per harinya yang tidak diperhatikan oleh penelitian-penelitian tersebut. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran dengan menggunakan Noise Dosimeter. Hasil yang berbeda-beda dari tiap penelitian ini mungkin dikarenakan adanya variabel pengganggu antara variabel pemberi pengaruh (kebisingan) dan variabel yang dipengaruhi dalam hal ini adalah perubahan fungsi kardiovaskuler yang tidak peneliti perhatikan. Perlu diperhatikan faktor-faktor luar penyebab terganggunya sistem kardiovasular seperti tingkat kesulitan pekerjaan, faktor gaya hidup, misalnya kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. Selain itu perlu diperhatikan riyawat penyakit dan faktor keturunan. Untuk itu perlu studi lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh kebisingan terhadap gangguan kardiovaskular dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut.

REFERENSI: Singhal, Sangeeta, Yadav, Berenda, Hashmi, S. F, dan Muzammil, Md, 2009, Effects of workplace noise on blood pressure and heart rate [akses online 25 Desember 2010], URL: www.biomedres.org/journal/pdf/321.pdf Kalantari, Ardeshir, 2006, Occupational Noise Exposure and Its Relationship to Blood Pressure and Other Aspects of Health in Textile Industries[akses online 25 Desember 2010], URL: www.sid.ir/en/VEWSSID/J_pdf/10612006010312.pdf Babba, Jennie, 2007, Hubungan Antara Intensitas Kebisingan Di Lingkungan Kerja Dengan Peningkatan Tekanan Darah (Penelitian Pada Karyawan PT Semen Tonasa

diKabupaten Pangkep Sulawesi Selatan) [akses online 25 Desember 2010], URL: eprints.undip.ac.id/17966/1/JENNIE_BABBA.pdf Mahmood, Rashid, Parveen, Nargis, Jilani, Ghulam, Rehman, Jamil ur ,Haq, Amin ul, dan Haq, Ihtesham ul, 2004, Cardiovascular Effects of Short Term Noise of A Constant Frequenty and Intensity [akses online 25 Desember 2010], URL: www.pps.org.pk/PJP/4-2/Rashid.pdf

Anda mungkin juga menyukai