Anda di halaman 1dari 4

B.

Pembahasan
Dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari kebisingan adalah
efek kesehatan dan non kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena telinga tidak
diperlengkapi untuk melindungi dirinya sendiri dari efek kebisingan yang
merugikan. Bunyi mendadak yang keras secara cepat diikuti oleh reflek otot
di telinga tengah yang akan membatasi jumlah energi suara yang dihantarkan
ke telinga dalam. Meskipun demikian di lingkungan dengan keadaan
semacam itu relatif jarang terjadi. Kebanyakan seseorang yang terpajan pada
kebisingan mengalami pajanan jangka lama, yang mungkin intermiten atau
terus menerus. Transmisi energi seperti itu, jika cukup lama dan kuat akan
merusak organ korti dan selanjutnya dapat mengakibatkan ketulian permanen
(Harrington dan Gill, 2005).
Dampak utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan
kepada indera-indera pendengar. Mula-mula efek kebisingan pada
pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah
pemaparan dihentikan. Tetapi, pemaparan secara terus-menerus
mengakibatkan kerusakan menetap kepada indera-indera pendengaran.
Dampak kebisingan tergantung kepada besar tingkat kebisingan. Tingkat
kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan
desiBell (dB). Pemantauan tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan alat
sound Level Meter.
Dampak buruk kebisingan, didefinisikan sebagai suatu perubahan
morfologi dan fisiologi suatu organisma yang mengakibatkan penurunan
kapasitas fungsional untuk mengatasi adanya stress tambahan atau
peningkatan kerentanan suatu organisma terhadap pengaruh efek faktor
lingkungan yang merugikan, termasuk pengaruh yang bersifat sementara
maupun gangguan jangka panjang terhadap seseorang secara baik secara
fisik, psikologis atau sosial. Pengaruh khusus akibat kebisingan berupa
gangguan pendengaran, gangguan kehamilan, pertumbuhan bayi, gangguan
komunikasi, gangguan istirahat, gangguan tidur, psikofisiologis, gangguan
mental, kinerja, pengaruh terhadap perilaku permukiman, ketidak nyamanan,
dan juga gangguan berbagai aktivitas sehari-hari.
Dampak dari kebisingan di lingkungan perumahan terhadap
kesehatan masyarakat antara lain gangguan fisiologis dan gangguan
psikologis.
1. Ganguan Fisiologis
Ganguan fisiologis yang diakibatkan oleh kebisingan yakni
gangguan yang langsung terjadi pada faal manusia. Gangguan dapat
berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, gangguan
metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian
kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Gangguan
lainnya diantaranya:
a. Perederan darah terganggu oleh kerena permukaan darah yang dekat
dengan permukaan kulit menyempit akibat bising > 70 dB.
b. Otot-otot menjadi tegang akibat bising > 60 dB
c. Gangguan tidur
d. Gangguan pendengaran, oleh karena bunyi yang terlalu keras dapat
merusak gendang telinga. Penurunan daya dengar dapat dibagi
menjadi 3 kategori meliputi:
1) Trauma Akustik
Trauma akustik adalah efek dari pemaparan yang singkat
terhadap suara yang keras seperti sebuah letusan. Dalam kasus
ini energi yang masuk ke telinga dapat mencapai struktur telinga
dalam dan bila melampaui batas fisiologis dapat menyebabkan
rusaknya membran thympani, putusnya rantai tulang
pendengaran atau rusak organ spirale (Goembira, Fadjar, Vera S
Bachtiar, 2003). Trauma akustik adalah setiap perlukaan yang
merusak sebagian atau seluruh alat pendengaran yang
disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa
pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi,
ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara
ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga,
merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran
(Prabu, Putra, 2009).
2) Temporary Threshold Shift (TTS)/Tuli Sementara
Tuli sementara merupakan efek jangka pendek dari pemaparan
bising berupa kenaikan ambang pendengaran sementara yang
kemudian setelah berakhirnya pemaparan bising, akan kembali
pada kondisi semula. TTS adalah kelelahan fungsi pada reseptor
pendengaran yang disebabkan oleh energi suara dengan tetap
dan tidak melampui batas tertentu. Maka apabila akhir
pemaparan dapat terjadi pemulihan yang sempurna. Akan tetapi
jika kelelahan melampaui batas tertentu dan pemaparan terus
berlangsung setiap hari, maka TTS secara berlahan-lahan akan
berubah menjadi PTS (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar,
2003).
TTS diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan
intensitas tinggi. Seseorang akan mengalami penurunan daya
dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu pemaparan
terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat
secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali (Prabu,Putra,
2009).
3) Permanent Threshold Shift (PTS)/Tuli Permanen
Tuli permanen adalah kenaikan ambang pendengaran yang
bersifat irreversible sehingga tidak mungkin tejadi pemulihan.
Gangguan dapat terjadi pada syaraf-syaraf pendengaran, alat-
alat korti atau dalam otak sendiri. Ini dapat diakibatkan oleh
efek kumulatif paparan terhadap bising yang berulang.
e. Gangguan pencernaan
f. Gangguan sistem saraf

2. Gangguan Psikologis
Gangguan yang secara tidak langsung terhadap manusia dan
sukar untuk diukur. Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak
nyaman, kurang konsentrasi, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima
dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa
gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.

Kebisingan lalu lintas jalan merupakan masalah utama masyarakat di


daerah perkotaan yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, diantaranya
gangguan kesehatan psikologis. Ikron (2005) melakukan penelitian tentang
pengaruh kebisingan lalu lintas jalan terhadap gangguan kesehatan psikologis
anak Sekolah Dasar di Jatinegara. Hasil Penelitian ikron (2005) menunjukkan
bahwa ada pengaruh kebisingan, jarak dan lama pajanan dengan gangguan
kesehatan psikologis, sedangkan lama sekolah dan umur tidak berpengaruh. Hasil
analisis multivariat mengindikasikan bahwa anak sekolah dasar yang menerima
kebisingan lalu lintas jalan > 61,8 dBALeq dalam lingkungan sekolah berisiko
10,9 kali mengalami gangguan kesehatan psikologis dibanding dengan anak
sekolah dasar yang menerima kebisingan lalu lintas jalan 61,8 dBALeq secara
bersama-sama dengan variabel jarak dan variabel lama pajanan.
Selain kebisingan lalu lintas jalan, kepadatan lalu lntas udara juga
menimbulkan masalah pada masyarakat yang tinggal di sekitar bandara. Penelitian
yang dilakukan oleh Karolinska Institute, Stokholm, Dr Mats Rosenlund
(2008) menunjukkan bahwa orang yang tinggal di sekitar bandara sangat berisiko
mengalami tekanan darah tinggi akibat tingginya polusi udara. Kesimpulan
itu diambil dari penelitian terhadap 2.000 laki-laki yang tinggal di sekitar
bandara selama sepuluh tahun. Penelitian ini juga mengambil data dari tingkat
kepadatan lalu lintas udara dan data diagnosis dokter tentang peningkatan
tekanan darah dalam 10 tahun terakhir. Hasilnya, secara umum 20 persen
laki-laki yang sering terkena polusi suara dari pesawat 19 persen mengalami
peningkatan tekanan darah tinggi.

Anda mungkin juga menyukai