Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN ANALISIS KESEHATAN LINGKUNGAN

PERCOBAAN 1
PENGUKURAN KEBISINGAN DENGAN SOUND LEVEL METER

OLEH :
NAMA : WA ODE HUSNU ALSAH RIRAH
NIM : A202002078
KELAS : F1
KELOMPOK : III ( TIGA )
DOSEN : SAPRIL KARTINI, S.Pd.,M.Si

PROGRAM STUDI D- IV TEKNOLOGO LABORATIRIUM MEDIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2023
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk dapat melakukan pengukuran kebisingan dengan menggunakan sound level meter
sesuai dengan prosedur pengukuran.
2. Untuk dapat menganalisa hasil pengukuran kebisingan.

B. LANDASAN TEORI
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan
lingkungan. Intensitas bunyi adalah energi gelombang bunyi yang menembus permukaan
bidang tiap satuan luas tiap detiknya. Sedangkan taraf intensitas bunyi merupakan
perbandingan logaritma antara intensitas bunyi yang diukur dengan intensitas ambang
pendengaran. Bunyi juga dapat didefinisikan sebagai gelombang getar mekanis di dalam
udara ataupun pada benda padat, yang dalam prosesnya menghasilkan suara dapat didengar
oleh telinga manusia yang masih dalam keadaan normal, dengan rentangnya antara 20-20.000
Hz ( Hamzah dkk,2022 ).
Sound Level Meter (SLM) adalah alat pengukur level kebisingan, alat ini mampu
mengukur kebisingan antara 30-130 dB dan rentang ukur frekuensi 20-20000 Hz. Sound
Level Meter terdiri dari mikrofon, amplifier, weighting network dan layer dalam satuan
desibel (dB). Level pada SLM biasanya disimbolkan dengan huruf L dan diikuti huruf
subscript di sebelah kanannya untuk menunjukkan kuantitas level yang disimbolkan ( Ramada
dkk,2021 ).
Level kebisingan merupakan fungsi dari amplitudo gelombang suara dan dinyatakan
dalam satuan decibel (dB), dimana skala dBA untuk menilai tanggapan manusia terhadap
level bising lingkungan luar dan dalam bangunan, seperti bising lalu lintas, bising ruangan
kantor yang direkomendasikan oleh ISO (International Organization of Standardization) dan
dianggap paling sesuai dengan tanggapan manusia terhadap suara (bising). Bising yang
mengganggu pendengaran, tidak hanya bergantung pada level intensitas kebisingan,
melainkan juga pada lama kebisingan yang berlangsung, sehingga didefinisikan SIL sebagai
fungsi waktu yaitu level intensitas kebisingan ekivalen (equivelent continus noise level)
( Subhan dkk,2018 ).
Intensitas bunyi adalah energi gelombang bunyi yang menembus permukaan bidang
tiap satuan luas tiap detiknya. Sedangkan taraf intensitas bunyi merupakan perbandingan
logaritma antara intensitas bunyi yang diukur dengan intensitas ambang pendengaran. Bunyi
juga dapat didefinisikan sebagai gelombang getar mekanis di dalam udara ataupun pada
benda padat, yang dalam prosesnya menghasilkan suara dapat didengar oleh telinga manusia
yang masih dalam keadaan normal, dengan rentangnya antara 20-20.000 Hz (Hamzah dkk,
2020 ).
Tingkat kebisingan secara fisis dapat diukur menggunakan alat sound level meter.
Secara teori, tingkat kebisingan sebanding dengan intensitas suara, artinya semakin tinggi
intensitas suara, maka tingkat kebisingan yang terdengar semakin besar. Kajian tentang
tingkat kebisingan telah banyak dilakukan. Jika jumlah sumber bunyi bertambah dengan
teratur di lingkungan sekitar serta ketika bunyi menjadi tidak diinginkan atau dikehendaki,
maka bunyi tersebut diklasifikasikan menjadi suatu bentuk kebisingan. Kebisingan
lingkungan umumnya adalah kebisingan yang berubah-ubah dengan waktu, maka harus
dianalisis selama 24 jam. Artinya tingkat kebisingan harus dihitung 24 jam, yang LSM
(Rusmayanti dkk, 2020 ).
C. HASIL PRAKTIKUM
Hasil pada praktikum ini dapat di lihat pada table dibawah ini :
Tabel 1.1 Hasil data pengukuran tingkat kebisingan di lokasi gerbang samping kampus

Waktu ( menit ) Hasil Pengukuran Sound Level Meter


5 58,9
10 52,2
15 76,3
20 82,4
25 86,2
30 81,8
Total 437,8

Perhitungan :
1) Mean
Jumlah seluruh data
Mean =
Banyaknya data

437,8
Mean = = 72,996 dB
6

2) Median
d 1+ d 2
Median =
2

76.3+81,8
Median = = 79,05 dB
2

D. PEMBAHASAN
Kebisingan adalah suara apa saja yang sudah tidak diperlukan dan memiliki efek
yang buruk untuk kualitas kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan. Kebisingan merupakan
bunyi atau suara yang tidak diinginkan yang bersumber dari usaha atau kegiatan manusia
yang dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis,
gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian.
Alat ukur suara/kebisingan (sound level meter) adalah suatu perangkat alat uji yang
diciptakan untuk mengukur seberapa tingkat atau level yang berasal dari kebisingan suara, hal
tersebut memang sangat di perlukan pada kehidupan manusia terutama pada lingkungan
industri, misalnya saja pada industri penerbangan dimana pada lingkungan sekitarnya harus
menggunakan alat uji tingkat kebisingan atau tekanan suara yang ditimbulkannya terlebih
dahulu, hal ini digunakan untuk mengetahui seberapa pengaruh yang ditimbulkan terhadap
lingkungan sekitar.
Alat sound level meter berfungsi untuk mengetahui apa yang telah terjadi pada
lingkungan sekitar ketika yang disebabkan oleh suara. Selain itu, alat pengukur sound level
meter ini juga dapat digunakan untuk memverifikasi seberapa banyak tingkat atau level dari
sebuah suara yang ditimbulkan atau yang telah diubah.

Kebisingan terbagi dari beberapa jenis antara lain sebagai berikut :


1. Kebisingan Kontinu.
Kebisingan yang fluktuasi intensitas kebisingan tidak lebih dari 6 dB dengan spektrum
frekuensi yang luas. Contohnya misalnya seperti suara mesin gergaji.

2. Kebisingan terputus-putus.
Kebisingan yang dimana bunyi mengeras dan melemah secara perlahan. Contohnya
misalnya seperti jalan raya dan bunyi yang dihasilkan dari kereta api.
3. Kebisingan impulsif berulang
Kebisingan dimana waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncaknya tidak lebih dari
65 ms dan waktu yang dibutuhkan untuk penurunan intensitasnya sampai 20 dBA di
bawah puncaknya tidak lebih dari 500 ms. Contohnya seperti suara mesin tempa di
pabrik.
4. Steady-state noise.
Kebisingan dengan tingkat tekanan bunyi stabil terhadap perubahan waktu dan tak
mengalami kebisingan yang stabil. Contohnya seperti kebisingan sekitar air terjun dan
kebisingan pada interior pesawat terbang saat sedang diudara.
5. Fluctuating noise.
Kebisingan yang kontinu namun berubah-ubah tingkat tekanan bunyinya.
Sumber-sumber kebisingan adalah kebisingan sumber titik (berasal dari sumber
diam), penyebaran kebisingan dalam bentuka bola-bola konsentris, sumber kebisingan yang
menjadi pusatnya memiliki kecepatan sekitar 360 m/detik. Sumber garis (berasal dari sumber
bergerak), penyebaran kebisingan dalam bentuk silinder-silind er konsentris, sumber
kebisingan yang menjadi sumbunya memiliki kecepatan sekitar 360 m/detik.
Tingkat desibel beberapa bunyi yang bisa didengar oleh telinga manusia antara lain :
1. Suara yang menyakitkan telinga (mulai dari desibel 120 ke atas)
o 150 dB setara dengan suara kembang api sekitar 1 meter di dekat Anda
o 140 dB setara dengan suara mesin jet dan senjata api
o 120 dB setara dengan suara pesawat ketika lepas landas

2. Suara yang sangat keras sekali (mulai dari desibel 90 ke atas)


o 110 dB setara dengan suara gergaji
o 106 dB setara dengan suara alat pemotong rumput
o 100 db setara dengan suara bor.
o 90 dB setara dengan suara sepeda motor

3. Suara yang sangat keras (mulai dari desibel 70 ke atas)


o 80-90 dB setara dengan hair-dryer
o 70 dB setara dengan suara lalu lintas sangat ramai

4. Suara yang sedang (mulai dari desibel 40 ke atas)


o 60 dB setara dengan suara percakapan orang
o 50 dB setara dengan suara hujan sedang
o 40 dB setara dengan kamar yang hening

E. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa kebisingan
merupakan bunyi atau suara yang tidak di inginkan yang bersumber dari usaha atau kegiatan
manusia yang dapat menimbulkan gangguan pada Kesehatan manusia da kenyamanan
lingkungan. Diperoleh nilai mean pada kebisingan dengan ( SLM ) yaitu 72, 96 dan nilai
median yaitun79,05.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah Hardi, Muhammad Nurkhalis Agriawan , Muh. Ridwan Kadir. 2022. Analisis
tinggkat kebisingan menggunakan Sound Level Meter berbasis mikrokontroler. Jurnal
Fisika Papua, Vol.1, No.2, Hal.46 – 51.
Hamzah Hardi, Muhammad Nurkhalis Agriawan, Muhammad Zulfikar Abubakar.2020.
Analisis tingkat Kebisingan Menggunakan Sound Level Meter berbasis Arduino Uno
di Kabupaten Majene. Journal of Healt, Education, Economics, Science, and
Technology, Vol. 3, No. 1 , Hal. 25-32.
R. Ramada Bayu Meikaharto , Endah Setyaningsih , dan Henry Candra. 2021. Alat
kalibrasi sound level meter berbasis mikrokontroler. Jurnal Ilmiah Teknik Elektro,
Vol. 18, No. 2, Hlm. 105 –118.
Rusmayantia ,Nurhasanaha ,Zulfian. 2021. Analisis tingkat kebisingan pada area
pasar lama kabupaten Ketapang Kalimantan barat. PRISMA FISIKA. Vol. 9, No. 3 ,
Hal. 253-257.
Shuban Muhammad , Fatimah , Lis Suswati. 2018. Penggunaan aplikasi sound level
meter berbasis android pada pengukuran kebisingan PLTD Ni’u Bima dan SDN 77
Kota Bima. Jurnal Pembelajaran dan Pengajaran Fisika, Vol. 1, No.2.

Anda mungkin juga menyukai