OLEH :
Nama : Prilesi Iqva Modista
NIM : 10011282126103
Kelompok : 7 (tujuh)
Dosen : Dr. Suheryanto, M.Si
Asisten : Melita Fitriani
Hlm
DAFTAR ISI………………………………………………………… i
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………. 1
3.1.1 Alat………………………………………………………. 7
4.2 Pembahasan…………………………………………………….. 11
i
BAB V PENUTUP 13
5.1 Kesimpulan…………………………………………………….. 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 14
i
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
(TAB) adalah suatu kelainan atau gangguan pendengaran berupa
penurunan fungsi indera pendengaran akibat terpapar oleh bising dengan
intensitas yang berlebih terus-menerus dalam waktu lama (Lianasari dan Christin,
2010). Untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepat digunakan Noise Dose
Meter karena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama 8
jam bekerja. Nilai ambang batas intensitas bising adalah 85 dB dan waktu bekerja
maksimum adalah 8 jam per hari (Permenaker, 2018). Selain itu, Bising
menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja seperti gangguan
fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian atau ada yang
menggolongkan gangguannya berupa gangguan pendengaran, misalnya gangguan
terhadap pendengaran dan gangguan pendengaran seperti komunikasi terganggu,
ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performa kerja, percepatan denyut
nadi, peningkatan tekanan darah, kestabilan emosional, kelelahan dan stres.
Identifikasi kebisingan dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran. Alat
Noise dosimeter ini menjadi suatu perangkat alat uji untuk mengukur tingkat
kebisingan suara dimana hal tersebut sangat diperlukan terutama untuk
lingkungan industri, contoh pada industri penerbangan dimana lingkungan sekitar
harus diuji tingkat kebisingan suara atau tekanan suara yang ditimbulkannya
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. telinga manusia
dengan memasukkan sebuah 2 penguat dalam rangkaian elektroniknya yang
memberikan penguatan tegangan yang lebih kecil pada frekuensi rendah dan
tinggi. Alat ukur ini ditandai dalam satuan desibel (dB). Dampak yang
ditimbulkan akibat kebisingan yang melebihi nilai ambang batas dapat berupa
penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja dapat digolongkan dengan beberapa
jenis yaitu fisik, kimia, infeksi, fisiologis dan mental psikologis (Fithri dan
Annisa, 2015). Keselamatan kerja bertujuan melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap
orang lain yang berada di tempat kerja, sumber produksi dipelihara dan
dipergunakan secara aman dan efisien. Perlindungan keselamatan karyawan
mewujudkan produktifitas yang optimal (Suma’mur, 2009).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan atau semua suara yang tidak dikehendaki
yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran terhadap orang yang terpapar
(Prasetyaningtyas, 2018).
Berdasarkan Permenaker nomor 5 tahun 2018, kebisingan merupakan
suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi atau
alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat dapat menimbulkan gangguan
pendengaran Tempat kerja yang memiliki bahaya kebisingan merupakan tempat
kerja yang terdapat sumber kebisingan terus menerus, terputus-putus, implusif,
dan implusif berulang. Apabila pengukuran kebisingan melebihi Nilai ambang
batas maka di lakukan pengendalian.
3
2.3 Standar Baku dan Ambang Batas Kebisingan
Baku Tingkat Kebisingan
4
A. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi luas (steadystate wide
band noise). Misalnya kipas angin dan suara yang ditimbulkan oleh
kompresor.
B. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit (steadystate
narrow hand noise). Misalnya gergaji mesin dan katup gas.
C. Kebisingan terputus-putus (Intermitten / Interrupted noise) Merupakan
jenis kebisingan dimana suara timbul dan menghilang secara perlahan.
Misalnya suara yang ditimbulkan oleh lalu lintas dan pesawat udara yang
tinggal landas.
D. Kebisingan Impulsif (Impulsive / Impact noise) Merupakan jenis
kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak
intensitasnya tidak lebih jauh dari 35 mili detik dan waktu yang
dibutuhkan untuk penurunan intensitas sampai 20 dB di bawah puncaknya
tidak lebih 500 mili detik. Jenis kebisingan ini dibagi lagi menjadi dua,
yaitu:
1. Kebisingan impulsif murni (impact impulsive noise). Misalnya
kebisingan yang ditimbulkan oleh tembakan bedil, meriam, ledakan
bom.
2. Kebisingan impulsif berulang misalnya mesin tempa di perusahaan.
Bilamana impuls terjadi secara berulang dengan interval waktu kurang
dari 1⁄2 detik atau jumlah impuls per detik lebih dari sepuluh, maka
impuls bisinga yang berulang ini dapat dianggap sebagai kebisingan
kontinyu.
5
2.6 Dampak Dari Kebisingan Berlebihan
Adapun efek yang dapat memengaruhi kesehatan akibat kebisingan antara
lain sebagai berikut:
A. Gangguan Fisiologis Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat
mengganggu, apalagi jika terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba.
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg),
peningkatan denyut nadi, konstruksi pembuluh darah perifer terutama pada
tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
B. Gangguan Psikologis Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak
nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan
diterima dalam waktu lama dapat menimbulkan penyakit psikosomatik
berupa gastritis, stres, maupun kelelahan.
C. Gangguan Komunikasi Biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang
menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara.
Komunikasi pembicaraan dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini
bisa menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan
terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya.
D. Gangguan Keseimbangan Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan
kesan melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa
gejala pusing (vertigo) atau mual-mual.
E. Efek pada Pendengaran Efek pada pendengaran merupakan gangguan
paling serius karena dapat menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat
Telinga adalah indra pendengaran. Pendengaran merupakan indra
mekanoreseptor karena memberikan respon terhadap getaran mekanik
gelombang suara yag terdapat di udara. Telinga menerima gelombang
suara yang frekuensinya berbeda-beda, kemudian menghantarkan
informasi pendengaran kesusunan saraf pusat. Telinga manusia dibagi
menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian luar (outer ear), bagian tengah
(middle ear) progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera
pulih kembali bila menghindar dari sumber bising, namun bila terus-
menerus bekerja di tempat bising, daya dengar akan hilang secara menetap
dan tidak akan pulih kembali.(Roestam,2004)
6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1.1 Alat
Kalibrasi internal
Kalibrasi eksternal dilakukan oleh lembaga
dilakukan dengan pilihan atau instansi yang
pertahun atau perjumlah memiliki sertifikasi
penggunaan alat kalibrasi atau lembaga
yang sudah terstandarisasi
7
3.2.2 Cara Kerja
- High : 60-130 dB
- Low : 30-100 dB
8
3.2.3 Cara Mengganti Baterai
9
BAB IV
Waktu : 12.30-14.30
2 65,7 65,7 62,8 62,6 82,8 62,6 64,8 64,5 68,2 61,5 63,0 65,2
3 67,6 70,1 66,9 66,2 64,7 61,7 64,2 79,0 65,1 62,6 65,8 62,3
4 65,2 66,7 65,2 62,8 69,7 63,4 70,0 64,5 61,3 65,8 65,7 63,1
5 64,4 65,1 62,7 66,9 64,2 62,5 64,2 63,6 62,8 62,3 71,0 67,8
10
4.2 Pembahasan
= 22.5
= 1 + 3,3 log 60
= 6,86
Interval = = = 3,27
= 10 log ∑ dBA
2. + 2. ) dBA
= 39 dBA
11
Setelah dilakukan perhitungan berdasarkan SNI 8427 : 2017 , dari tabel
data hasil pengukuran di atas, di peroleh nilai akhir sebesar 39 dBA, yang
menunjukkan jika nilai tersebut berada di bawah standart baku mutu yang telah di
tetapkan, yang berarti nilai kebisingan pada lokasi pinggir jalan Unsri telah
mencukupi atau memenuhi standart baku mutu yang telah di tetapkan.
Pengukuran kebisingan dilakukan pada lokasi landmark utama Unsri,
pinggir jalan depan Unsri. Dimana kondisi di lokasi tersebut belum pasti begitu
kondusif karena banyak suara kendaraan yang melintas yang dapat menimbulkan
kebisingan melebihi dari standart baku mutu atau nilai ambang batas (NAB).
Pada pengukuran kebisingan dilakukan pada parameter lingkungan. Pada
lokasi pengukuran landmark utama Unsri. Pada pengukuran ini alat di letakkan
setinggi 150cm dari permukaan tanah dan dilakukan pengukuran selama 5 menit
lalu di catat selama 5 detik untuk mengetahui berapa nilai dari kebisingan yang
ada. Pada pengukuran tersebut di peroleh 60 angka dari data pengukuran 5 menit
setiap 5 detik. Kemudian dari tabel data tersebut dihitung menggunakan rumus
berdasarkan SNI. Setelah di hitung sesuai dengan SNI 8427:2017 maka hasil akhir
yang di peroleh dari kebisingan di sekitar titik lokasi landmark utama Unsri
tepatnya di pinggir jalan raya depan Unsri adalah sebesar 39 dBA.
Standart baku mutu atau nilai ambang batas (NAB) Kebisingan
berdasarkan sumber Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 tahun
1999 nilai ambang batas untuk pemukiman dan lingkungan kegiatan adalah
sebesar 55 dB. Berdasarkan peraturan tersebut maka nilai kebisingan yang telah di
ukur dari hasil praktikum telah memenuhi baku mutu dari kebisingan. Nilai baku
mutu yang sudah sesuai atau memenuhi tersebut artinya kebisingan/suara yang
ditimbulkan di sekitar landmark utama Unsri (di pinggir jalan depan Unsri)
tersebut dapat dikatakan dalam kondisi cukup kondusif dan tidak mengganggu
aktivitas serta tidak menyebabkan beberapa gangguan kesehatan akibat kebisingan
yang berlebihan.
Karena hasil nya memenuhi baku mutu, maka tidak di perlukan
pengendalian untuk mengurangi dari kebisingan tersebut. Tetapi apabila suatu
tempat yang diukur melebihi standart baku mutu maka perlu di lakukan cara-cara
12
bagaimana menganggulanginya dan mengendalikan kebisingan tersebut agar tidak
mengganggu lagi. Berikut ini cara mengendalikan kebisingan tersebut:
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu dan tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
Kesehatan manusia dan mengganggu kenyamanan lingkungan. Kebisingan yang
melebihi standart baku mutu dapat menyebabkan ganguan kesehatan seperti
gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi, gangguan
keseimbangan bising dan gangguan efek pada pendengaran.
Berdasarkan praktikum kebisingan yang telah dilakukan di titik lokasi
sekitar landmark Unsri, hasil dari pengukuran tersebut adalah sebesar 39 dBA.
Dari hasil pengukuran tersebut dapat diartikan bahwa tingkat kebisingan di titik
lokasi landmark Unsri sudah mencukupi atau memenuhi standart baku mutu,
Karena hasilnya berada dibawah dari standar baku mutu yang telah di tetapkan
oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996, yaitu
standart baku sebesar 55 dB. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kebisingan yang
telah di ukur di lokasi sekitar landmark Unsri masih aman dan cukup kondusif
serta memenuhi standart baku mutu.
14
DAFTAR PUSTAKA
Fithri, Prima & Annisa, Indah Qisty 2015. Analisis Intensitas Kebisingan
Lingkungan Kerja Pada Area Utilities Unit Pltd dan Boiler di Pt.
Pertamina Ru II Dumai. Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, 12, 278-
285.
Ibrahim, H., Basri, S. and Hamzah, Z., 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Dengan Keluhan Gangguan Pendengaran Pada Tenaga Kerja Bagian
Produksi Pt. Japfa Comfeed Indonesia, tbk. Unit Makassar Tahun 2014.
Al-Sihah: The Public Health Science Journal.
15