OLEH :
Nama : Ratmawati
NIM : 10011381924145
Kelompok : 2 (Dua)
Dosen : Poppy Fujianti, S.KM., M.Sc
Asisten : Ahmad Abu Dzar
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Alat Noise Dosimeter.......................................................................8
Gambar 3.1 Flowchart Cara Kalibrasi.................................................................8
Gambar 3.3. Flowchart Cara Kerja......................................................................9
Gambar 4.1 Hasil Pengukuran Kebisingan.........................................................10
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Kebisingan..........................................................5
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kebisingan.............................................................10
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tak pernah terlepas dari suara atau
bunyi. Dari terbangun hingga tertidur lagi bunyi dan suara selalu ada di sekitar
kita. Kicauan burung yang kita dengar di pagi hari atau suara televisi yang kita
tonton sampai tertidur tanpa sengaja suara atau bunyi yang kita dengarkan dengan
1
ambang batas tertentu tidak akan merusak sistem pendengaran kita. Namun,
dalam sebuah kenormalan pasti ada hal yang berbeda. Ada juga suara yang
melebihi tingkat normal manusia untuk dapat mendengarkan yang jika terlalu
lama terpapar dengan frekuensi tertentu akan menyebabkan masalah kesehatan
pada indra pendengaran. Hal tersebut dapat dikenal dengan nama kebisingan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.3 Jenis-Jenis Kebisingan
Kebisingan yang ada biasanya berasal dari berbagai frekuensi yang
berbeda dengan besaran desibel (dBA) yang berbeda-beda. Berdasarkan hal
tersebut, kebisingan dibagi menjadi beberapa jenis antara lain:
1. Kebisingan kotinyu : Kebisingan kotinyu adalah kebisingan spektrum
frekuensi yang luas fluktuasi intensitas kebisingan tidak lebih dari 6 dBA.
2. Kebisingan terputus-putus : Kebisingan terputus-putus adalah bunyi mengeras
dan melemah secara perlahan-lahan.
3. Kebisingan impulsif : Kebisingan impulsif adalah waktu untuk dibutuhkan
sampai puncak atau maksimalnya kurang dari 65 m/s dan waktu yang
dibutuhkan untuk kehilangan pendengaran karena terjadinya tingkat
kenyaringan yang tinggi.
4. Kebisingan implusif berulang : bising yang sama dengan bising influsif hanya
saja bising ini terjadi secara beruluang.
4
Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Kebisingan
Waktu Pemaparan Per
Intensitas Kebisingan Dalam dBA
Hari
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
5
2. Komunikasi : Gangguan komunikasi yaitu gangguan yang menyebabkan
komunikasi antar pekerja tidak berjalan semestinya akibat suara atau bunyi
yang tinggi.
3. Keseimbangan : Gangguan keseimbangan diakibatkan terpapar suara atau
bunyi dengan intensitas tinggi seakan-akan pekerja merasakan berjalan di
45 ruang angkasa.
4. Psikologis : Untuk gangguan psikologis berupa gangguan yang menyerang
psikis sepeti gangguan tidur, perasaan terganggu, stress, dan gangguan
psikis.
6
2.7 Alat Noise Dosimeter
Pengukuran kebisingan adalah memperoleh data tentang frekuensi dan
intensitas kebisingan di perusahaan atau dimana saja serta menggunakan data
hasil pengukuran kebisingan untuk mengurangi intensitas kebisingan tersebut,
sehingga tidak menimbulkan gangguan. Noise Dosimeter merupakan alat yang
dipakai untuk mengukur tingkat kebisingan yang dialami pekerja . Alat ini dapat
mengukur selama 8, 10, 12 jam atau berapa pun lamanya. Meter tingkat suara
akan memberikan hasil berupa angka yang dapat dibandingkan dengan aturan
batas maksimum (85 dBA untuk shift selama 8 jam, 40 jam per minggu, batasnya
akan lebih rendah untuk waktu kerja yang lebih lama).
7
BAB III
METODOLOGI PENELIATIAN
3.1.1 Alat
3.1.2 Bahan
-
8
3.2.2 Cara Kerja
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
4.2 Pembahasan
11
Berikut ini beberapa cara untuk menjaga dari terpapar kebisingan yang baik :
1. Pengurangan kebisingan pada sumbernya.
2. Penambatan penghalang pada jalan transmisi.
3. Pemakaian tutup telinga.
4. Mengurangi jam kerja atau peraturan diarea kerja.
12
Kebisingan mempunyai pengaruh utama yaitu kerusakan atau gangguan
pada indera pendengaran. Pengaruh tersebut dapat \menimbulkan beberapa
gangguan seperti berikut :
1. Gangguan Fisiologis
pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-
putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan
darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, serta dapat menyebabkan pucat dan
gangguan sensoris. Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan
pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor
vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo.
Perasaan mual, susah tidur dan sesak nafas disebabkan oleh rangsangan bising
terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah,
sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan Psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah
tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat
menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan
lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi
pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi
pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan
terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena
tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak
langsung membahayakan keselamatan seseorang.
4. Gangguan Keseimbangan
Gangguan Keseimbangan, bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan
berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan
fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual (Prabu, 2009).
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan di gedung kelas Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya mengenai pengukuran besarnya
intensitas kebisingan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. kebisingan merupakan suara ataupun bunyi dalam intensitas dan frekuensi
tertentu yang bersumber dari alat-alat produksi maupun alat-alat kerja
lainnya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan
lingkungan dan makhluk hidup lainnya.
2. Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan adalah noise
dosimeter.
3. Hasil yang di dapat dari pengukuran intensitas kebisingan pada sumber
suara rel kereta api yaitu sebesar 47,8 dBA.
4. Berdasarkan Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang keselamatan dan
kesehatan kerja lingkungan kerja hasil pengukuran intensitas kebisingan
pada sumber suara rel kereta api memenuhi nilai ambang batas dimana
hasil pengukuran 47,8 dBA < 85 dBA nilai ambang batas.
5. Dampak negatif dari kebisingan bagi kesehatan yaitu dapat menimbulkan
efek pendengaran seperti gangguan pendengaran dan efek non auditorik
seperti gangguan komunikasi, kebingungan, stres dan berkurangnya
kepekaan.
14
DAFTAR PUSTAKA
15