Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ratmawati

NIM : 10011381924145

Kelas : IKM B

Mata Kuliah : Metode Penelitian

Dosen : Desheilla Andarini, S.KM.,M.SC

Resiko Tinggi Stroke Disebabkan oleh Terpapar Radiasi Berbahaya pada


Pengguna Gadget Yang Tidak Sesuai Porsinya

Latar Belakang

Menurut South East Asian Medical Information Centre (SEAMIC) Pengakit stroke
adalah penyakit dengan angka kematian terbesar di antara empat negara berikut, yang
kemudian diikuti secara berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan
Thailand dan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, serta
merupakan penyakit penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Stroke merupakan
penyakit penyebab kematian nomor satu di Indonesia dengan prevalensi 8,3 per 1000
penduduk, jika tidak dilakukan upaya pencegahan atau penanggulangan stroke dengan
segera dan lebih baik maka jumlah penderita stroke di Indonesia pada tahun 2020
-2021 diprediksikan akan mengalami peningkatan yaitu 2 kali lipat (Riskesdas 2013).
Dalam data Riskesdas 2018 prevalensi penyakit stroke 10,9 per mil, dengan darrah
tertinggi di Provinsi Kalimantan Timur (14,7 per mil), dan terendah di Provinsi Papua
(4,1 per mil).

Penyakit stroke atau yang disebut dengan istilah Gangguan Peredaran darah Otak
(GPDO), adalah suatu sindrom yang diakibatkan oleh gangguan aliran darah pada
salah satu bagian otak yang menyebabkan gangguan fungsional tiga otak berupa
defisit neurologik atau kelumpuhan saraf. Terdapat faktor yang dapat menimbulkan
penyakit stroke, yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah atau tidak dapat
dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat diubah atau dapat dimodifikasi.Faktor risiko
yang tidak dapat diubah seperti peningkatan usia, jenis kelamin, ras dan genetik.
Sedangakan faktor resiko yang dapat di ubah yaitu yang berasal dari perilaku manusia
yang menimbulkan penyakit dan rentan terhadap stroke. Seperti hipertensi, diabetes
militus, merokok, jantung, kurang aktifitas fisik dan penggunaan gadget yang terlalu
lama. Efek yang terjadi pada otak para pengguna gadget bisa timbul karena adanya
reaksi dari logam yang sangat aktif dalam sebagian besar barang elektronik, yaitu
tungsten. Dijabarkan lagi bahwa terjadi peningkatan tungsten dalam tubuh yang bisa
menyebabkan risiko stroke (Penelitian Exeter).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya pada 2018 lalu menyimpulkan


sekitar 14% remaja berstatus pelajar SMP dan SMA di ibukota saja mengalami
kecanduan gatget juga game, dimana game itu dilakukan berhadapan langsung dengan
gatged dalam waktu ber jam-jam. Saat ini juga ada klinik di sebuah rumah sakit
dengan mayoritas pasien yang datang ke klinik ini cenderung mengarah pada adiksi
game dan gatged (pakar adiksi. Dr. Siste). Semua kalangan baik tua maupun muda
yang sangat aktif menggunakan jari-jarinya untuk bermain gadget berpotensi besar
mengalami penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah.

Penggunaan gadget dalam waktu yang tidak terbatas atau tidak sesuai porsinya
dapat berimbas negatif. Dapat meningkatkan faktor resiko hipertensi, diabetes dll
yang akhirnya menimbulkan penyakit stroke. Hal itu tentu saja bisa terjadi jika
interval waktu yang digunakan untuk bermain atau menggunakan gadget terlalu
sering. Bahkanbisa dilihat remaja-remaja saat ini lebih banyak menghabiskan
waktu dan harinya untuk bermain game online dan mengakses media
sosial. menurut riset, dari kebiasan buruk seperti itu ditemukan beberapa remaja
yang terkena stroke. Penyebabnya karena gaya hidup sedentary atau tubuh mereka
kurang aktif sebab lebih banyak diam atau tidak produktif. Selain karena
kurangnya produktivitas, risiko stroke pada remaja dapat meningkat akibat adanya
radiasi. Gadget dikategorikan dalam risiko 2B karena bahaya radiasi yang
dikeluarkannya. Khususnya anak-anak dan remaja yang lebih sensitif terhadap
radiasi (WHO).

Paparan radiasi yang terdapat pada gadget terhadap anak-anak dan remaja
memiliki otak dan sistem imun yang masih berkembang sehingga risiko
mengalami radiasi gadget yang berdampak pada stroke lebih besar jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Teknologi yang canggih faktanya dapat
memengaruhi gaya hidup remaja masa kini.  Penggunaan gadget yang tidak sesuai
porsinya dapat mengganggu rutinitas dan perilaku seseorang (psikis) dan
mengganggu kesehatan penggunanya (fisik). Baik psikis maupun fisik, kedua sama
berbahayanya. Terutama bila hal ini menyerang golongan usia muda.  Penggunaan
gadget yang tidak sesuai porsinya saat ini makin meningkat, apa lagi sekarang
sedang ramai-ramainya game online, sosial media tanpa mengingat dan mengenal
waktu. Semua tergantung dengan gadget yang telah mengalihkan kesadaran dan
konsumtif manusia lalu mengebelakangkan masalah-masalah yang ditimbulkan
terutama kesehatan bagi manusia itu sendiri yang tidak mereka ketahui.

Penggunaan gadget tidak sesuai porsinya saat ini makin meluas dan
meresahkan. Tidak hanya menganggu kesehatan secara langsung juga dapat
berdampak pada sektor lainnya. Misalnya para pencandu game, remaja-remaja
yang sudah cukup umur seharusnya bekerja jadi tertunda karena gadget. Dengan
berlama-lama dalam menggunakan gadget akan semakin besar biaya yang
dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan internetnya, dan yang paling fatalnya
menyebabkan resiko stroke karena kurangnya aktifitas fisik dan dampak radiasi
terhadap mata juga syaraf otak manusia.

Penggunaan gadget yang semakin hari semakin tidak terkondisi pasti karena
ada faktor yang belum mendukung untuk mengurangi atau mengatasi hal tersebut.
Mungkin karena kurangnya sosialisasi mengenai bahaya dan resiko yang
ditimbulkan, kurangnya pengetahuan, dan peran keluarga untuk memperhatikan
dan mengingatkan sehingga menimbulkan kesadaran diri untuk lebih mengontrol
dalam penggunaan atau pemakaian gadget dengan tepat dan bijaksana. Dengan
begitu bisa mengurangi resiko terhadap gangguan kesehatan seperti stroke.
Tinjauan Pustaka

Sebuah hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengguna ponsel lebih rentan terhadap kanker

otak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah menggunakan ponsel sama sekali. Semakin

lama menggunakan ponsel semakin besar terkena risiko kanker otak. Hal ini dikarenakan paparan

radiasi elektromagnet yang mengenai otak berpengaruh terhadap penurunan produksi serotonin

dan melantonin yang dihasilkan oleh kelenjar pineal, dimana hormon ini berperan dalam

menekan timbulnya tumor. (Sudatri N.W)

Bila ponsel terlalu lama ditempelkan pada telinga berikut antena yang menyentuh kepala, bisa

membuat orang mengalami nyeri kepala dan pening, karena pembuluh darah di leher menyempit

sehingga meningkatkan tekanan darah. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa pemaparan

radiasi ponsel selama 35 menit menempel pada telinga maka akan meningkatkan tekanan darah

5-10 mmHg. (Staf pengajar)

Penggunaan ponsel yang semakin meningkat membuat para pengguna harus lebih mencermati

efek samping penggunaan ponsel terhadap kesehatan manusia. Efek samping yang dikhawatirkan

terhadap para pengguna adalah adanya paparan radiasi gelombang elektromagnetik, khususnya

bagian kepala sekitar telinga. Hal itu merupakan suatu kondisi dimana kepala pemakai dapat

terpapar gelombang dan radiasi dari ponsel. Dampak negatif penggunaan ponsel tersebut dapat

meningkat seiring dengan bertambahnya pengguna ponsel dan lamanya pemakaian ponsel per

hari yang digunakan seiring dengan semakin canggihnya manfaat ponsel. (Staf pengajar)

Medan elektromagnetik memiliki karakter gelombang frekuensi pendek dan bertindak sebagai

medan magnet dalam frekuensi panjang. Seseorang yang menggunakan telepon genggam akan

terkena radiasi elektromagnetik. Potensi gangguan kesehatan yang timbul akibat pajanan

elektromagnetik dapat terjadi pada bagian sistem tubuh, antara lain : sistem darah, sistem

reproduksi, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, sistem endokrin, psikologis, dan hipersensitivitas

(Sylvia et al., 2007).


Otak manusia memiliki sifat sensitif terhadap paparan akut gelombang elektromagnetik telepon

genggam. Sehingga sangat penting untuk menciptakan jarak yang aman atau mengurangi

penggunaan telepon genggam guna mengurangi paparan. Banyak penelitian telah dilakukan

tentang pengaruh radiasi elektromagnetik telepon genggam terhadap gelombang otak manusia,

dan beberapa peneliti mengungkapkan bahwa radiasi elektromagnetik berpengaruh terhadap

otak manusia (Pratomo et al., 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Prasetia (2020) menunjukkan nilai rerata perubahan sel piramidal

hipokampus sebesar 2,04 yang berarti terjadi perubahan derajat sedang dari perlakuan paparan

radiasi telepon genggam selama 2 jam/hari dalam 30 hari . Pada sel piramidal hipokampus

terdapat perubahan berupa pengurangan jumlah sel lebih dari 10% dari jumlah normalnya

ataupun perubahan morfologi sel ataupun gabungan dari kriteria pengurangan jumlah sel dan

perubahan morfologi. Pada gambaran mikroskopisnya terjadi piknosis inti sel dan jarang

ditemukan degenerasi hidrofik. Perubahan pada sel piramidal ini dapat dikarenakan gelombang

elektromagnetik ponsel secara langsung meningkatkan aktivitas NADH oksidase yang nantinya

meningkatkan produksi ROS. Produksi ROS yang berlebihan menyebabkan stres oksidatif

(Achudume et al., 2010). Stres oksidatif tersebutlah yang membuat perubahan morfologi inti sel

dan pengurangan jumlah sel piramidal hipokampus.

Gelombang pada sebagian besar telepon seluler pada kisaran 1900 megahertz (MHz), yang

sebagian besar tidak terlihat oleh jaringan biologis manusia dan tidak menyebabkan kerusakan.

Masalah mulai terjadi waktu informasi yang membawa data sekunder, di interpretasikan dalam

bentuk suara atau data. Siklus gelombang dalam hertz (Hz) kisarannya akrab bagi tubuh. Seperti

jantung berberdetak pada dua siklus per detik, atau dua Hz. Tubuh kita mengenali gelombang

pembawa informasi sebagai "penginvasi," terjadi reaksi di tempat pelindung biokimia yang

kemudian merubah bentuk fisiologis tubuh dan yang menyebabkan masalah biologis yang

mencakup penumpukan radikal bebas intraseluler, kebocoran dalam sawar darah-otak, kerusakan

genetik, gangguan komunikasi antar sel, dan peningkatan risiko tumor. Bahaya kesehatan dari
sinyal, oleh karena tidak menyebabkan kerusakan langsung, melainkan memicu respon biokimia

dalam sel.

Anda mungkin juga menyukai