“KEBISINGAN”
OLEH:
KELAS K3 B 2021
KELOMPOK 2
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISIS
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan .................................................. 7
Tabel 2. Tingkat Kebisingan Db (A) ...................................................................... 8
Tabel 3. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan (L1) di Jalan Raya ................. 11
Tabel 4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan (L2) di Jalan Raya ................. 12
Tabel 5. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan (L3) di Jalan Raya ................. 13
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sound Level Meter SL-4001 ................................................................ 9
Gambar 2. Alat Tulis ............................................................................................. 9
Gambar 3. Stopwacth ............................................................................................. 9
v
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bising secara umum dapat diartikan sebagai bunyi yang tidak dikehedaki
dan dalam kurun waktu tertentu dapat menyebabkan gangguan terhadap
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 yang menjelaskan tentang
kebisingan (Eka, 2022).
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat
mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian.
Kebisingan merupakan suatu permasalahan yang cukuppenting terutama dalam
kaitannya dengan kenyamanan. Tingkat kebisinganyang berlebihan dapat
memberikandampak negative yang sangat berbahayadalam banyakhal, yaitu
dampak dari segi kesehatan dan juga dari segipsikologis serta teknis.
Kerusakan pada alatpendengaran merupakan salah satu dampakdari segi
kesehatan dan secara psikologis dampak yang dapatditimbulkan yaitu
gangguan emosional sedangkan darisegi teknis kebisingan dapat menjadi
indikasi adanya masalah pada peralatan yang ada (Hendrawan,2020).
Tingkat paparan kebisingan kerja yang tinggi menimbulkan risiko yang
signifikan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Sebuah survei nasional
Inggris menemukan bahwa paparan kebisingan di lingkungan kerja
bertanggung jawab atas kesulitan pendengaran yang parah pada sekitar
153.000 pria dan 26.000 wanita, berusia 35 sampai 64 tahun dengan tinitus
persisten yang jauh lebih banyak (266.000 pria, 84.000 wanita). Di AS,
gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan atau Noise Induced
Hearing Loss (NIHL) menyumbang sekitar 11% dari semua penyakit akibat
kerja (Leli,2020).
Standar yang dikeluarkan oleh Occupational Safety and Health
Administration (OSHA) mengindikasi bahwa mendengarkan suara terus-
menerus lebih dari 85 dB dapat merusak sistem pendengaran. Jika frekuensi
1
2
suara 95 dB didengarkan terus menerus selama lebih dari 4 jam, maka akan
mengakibatkan pendengaran hilang (Minggarsari, 2019).
Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA),
sekitar 30 juta orang di Amerika Serikat terpajan oleh kebisingan yang
berbahaya setiap tahunnya. Gangguan pendengaran terkait kebisingan telah
terdaftar sebagai salah satu masalah kesehatan kerja yang paling umum di
Amerika Serikat selama lebih dari 25 tahun. Paparan terhadap tingkat
kebisingan yang tinggi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan
gangguan pendengaran permanen. Baik tindakan medis maupun alat bantu
dengar tidak dapat membantu memperbaiki jenis gangguan pendengaran ini
(Minggarsari, 2019).
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat memilih 1 (satu) tempat kerja/perusahaan/instansi.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran kebisingan di tempat yang
dipilih tersebut.
3. Mahasiswa mampu menilai hasil pengukuran tersebut, dibandingkan
dengan NAB dan fakta serta kegiatan yang ada di lapangan.
4. Mahasiswa mampu membuat evaluasi dari permasalahan kebisingan di
tempat yang di pilih.
BAB II TI NJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kebisingan
Pence maran suara atau kebisingan adalah gangguan pada lingkungan
yang diakibatkan oleh bunyi yang mengakibatkan ketidaktentraman mahluk
hidup di sekitarnya (Isliko et al., 2022). Bising adalah suara yang sangat
mengganggu dan tidak dikendaki oleh siapapun yang disebabkan oleh sumber
suara yang bergetar yang akan membuat molekul-molekul udara disekitar
sekitarnya akan turut bergetar. Suara yang melebihi ambang batas akan
mengganggu aktifitas manusia yang sedang bekerja di lingkungan kita berada
(Muslih, 2019).
Kebisingan merupakan nilai bunyi yang terlalu tinggi dan tidak
dikehendaki syaraf pendengaran. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (Men-
LH, 1996) mendefinisikan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari usaha atau kegiatan, dalam tingkat dan waktu tertentu yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan. Sedangkan World Health Organization (WHO) mendefenisikan
kebisingan sebagai suara yang tidak diperlukan dan memiliki efek buruk pada
kualitas kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan (Singkam, 2020).
Kebisingan mengandung unsur subyektifitas, tergantung bunyi diinginkan
atau tidak secara psikologis oleh suatu individu. Intensitas kebisingan, seperti
halnya bunyi, diukur dengan satuan desibel ampere (dBA), yang menunjukkan
besar arus energi persatuan luas. Nilai ambang batas kebisingan (NAB) atau
baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan, sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
(Singkam, 2020).
WHO (World Health Organization) yang menetapkan 3 tingkatan
kebisingan berdasarkan dB yakni 1) Aman, untuk rentang 0-75 dB, 2) Ambang
Batas Bahaya, untuk rentang 75-85 dB, dan 3) Bahaya, untuk rentang lebih dari
85 dB. Standar ini ditetapkan berdasarkan pengaruh tingkat kebisingan tertentu
3
4
C. Jenis-Jenis Kebisingan
Jenis kebisingan antara lain (Zahrany et al., 2022)
1. Kebisingan kontinu (continue)
Kebisingan kontinu merupakan kebisingan yang dihasilkan terus
menerus, misalnya, oleh suara mesin yang hidup tanpa gangguan,
peralatan pabrik, kebisingan mesin, atau sistem pemanas atau sistem
ventilasi. Anda dapat mengukur kebisingan terus menerus selama
beberapa menit dengan pengukur tingkat suara (sound meter) untuk
mendapatkan representasi tingkat kebisingan yang memadai. Kebisingan
lebih lanjut dapat dianalisis menggunakan pengukur tingkat suara dengan
analisis pita oktaf (octave band). Pita oktaf digunakan untuk memecah
nilai kebisingan menjadi frekuensi yang terpisah-pisah. Informasi ini akan
menunjukkan dengan tepat frekuensi apa dan berapa yang menyebabkan
kebisingan.
2. Kebisingan berselang (intermitent)
Kebisingan berselang merupakan tingkat kebisingan yang
meningkat dan menurun dengan cepat. Kebisingan berselang juga sering
disebut sebagai kebisingan semi-kontinu. Beberapa contohnya disebabkan
oleh kereta api yang lewat, peralatan pabrik yang beroperasi dalam siklus,
atau pesawat terbang di atas rumah. Kebisingan berselang dapat diukur
dengan cara yang mirip dengan kebisingan kontinu yaitu dengan pengukur
tingkat suara. Kebisingan berselang dapat dihitung lebih detail dengan
menghitung dalam selang waktu dan kemudian menghitung nilai rata
ratanya.
3. Kebisingan impulsif
Kebisingan impulsif merupakan nilai kebisingan yang identik
dengan suara yang “mengagetkan”. Kebisingan ini paling sering dikaitkan
dengan industri konstruksi dan pembongkaran. Munculnya suara yang
tiba-tiba ini dapat mengejutkan karena sifatnya yang cepat dan keras.
Kebisingan impulsif biasanya juga disebabkan oleh ledakan atau peralatan
konstruksi, benda yang jatuh, suara pintu atau jendela yang tertutup karena
6
METODE PRAKTIKUM
Gambar 3. Stopwacth
9
10
2. Subyek Penelitian
Sumber kebisingan di titik jalan raya depan Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
B. Tempat Praktikum
Adapun tempat pengukuran yang kami lakukan yaitu di jalan raya depan
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo
C. Prosedur Kerja
Penggunaan Alat
Cara pakai alat Sound Level Meter SL-4001:
a. Pindahkan tombol Off/On ke posisi On.
b. Pilih range pada range A atau C (jika ingin mengukur respon pendengaran
manusia atau kebisingan lingkungan, pilih A; jika ingin mengetahui kebisingan
mesin yang sifatnya datar/tetap, pilih C).
c. Untuk Time weighting berada di posisi fast.
d. Tahan "Sensor" dengan tangan dan hadapkan ke arah tempat yang akan
diukur tingkat kebisingannya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L1) di Jalan Raya
Pengukuran kebisingan untuk L1 dilakukan pada Senin, 9 Oktober
2023 jam 08.00 WITA di jalan raya depan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo selama 10 menit dan pencatatan dilakukan setiap 5
detik.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan (L1) di Jalan Raya
51,7 59,9 62,0 49,9 58,3 59,0 55,2 55,5 60,7 58,6
53,2 64,5 54,9 58,5 62,3 58,9 51,7 52,0 60,6 66,6
59,5 60,9 64,5 58,6 50,3 58,2 54,6 47,9 52,7 60,2
54,0 59,5 57,8 54,2 49,3 52,9 64,1 53,5 58,6 49,2
53,0 58,1 53,3 62,0 50,5 54,9 52,9 52,6 63,7 50,6
53,3 60,6 56,9 52,7 64,6 54,3 62,7 58,5 64,4 56,0
55,3 68,9 61,9 48,9 57,9 54,6 50,6 60,3 54,8 54,9
67,2 57,9 59,3 48,4 66,8 59,0 56,8 52,7 59,9 65,8
66,2 61,8 58,6 50,0 58,1 50,6 59,3 46,5 57,2 60,2
58,7 61,2 53,6 50,0 49,7 56,4 59,5 51,0 58,4 57,6
60,3 59,8 63,2 51,8 55,5 62,0 57,6 53,6 52,0 61,3
60,1 57,7 64,0 53,3 61,6 56,2 63,0 63,4 62,5 61,7
Jumlah: 6.877,2
Sumber : Data Primer, 2023
11
12
= 60,81 dB
c. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L3) di Jalan Raya
Jumlah Total Kebisingan
Rata − Rata =
Jumlah Pengukuran per 5 detik
7.919,3
=
120
= 65,99 dB
5. Hasil Perhitungan Ls di Jalan Raya
Diketahui : L1 = 57,31 dB
L2 = 60,81 dB
L3 = 65,99 dB
Ditanyakan : LS = ……….?
Penyelesaian :
Ls = 10 log 1/11 {TL1 100,1 L1 + TL2 100,1 L2 + TL3 100,1 L3}
= 10 log 1/11 {4×100,1 × 57,31+ 3×100,1 × 60,81 + 4×100,1 × 65,99}
= 10 log 1/11 {4×105,73+ 3×106,08+ 4×106,60}
= 10 log 1/11 {21.679.207,31}
= 10 log 1.970.837,03
= 10 × 6,29
= 62,9 dB
B. Pembahasan
Berdasarkan data yang telah diperoleh, Hasil Data rata-rata Pengukuran
yang dilakukan di Jalan raya FKM UHO pada pukul 08.00 WITA hingga pukul
15.00 WITA, Menunjukkan besar tingkat kebisingan lebih dari 60 dB dan
hanya satu sample saja yang Mendekati standar baku mutu tingkat kebisingan
Menteri Lingkungan Hidup RI No. 48 Tahun 1996 yaitu pada pukul 08.00
WITA dengan tingkat Bising sekitar 57,31 dB. Sedangkan Pukul 11.00-15.00
WITA menunjukkan besar Tingkat kebisingan rata-rata lebih dari 60 dB. Data
Yang dihasilkan pada jam masuk kampus dan Keluar kampus hampir sama,
sehingga nilai Tingkat tekanan suara ekivalen yang diperoleh pada tiga waktu
pengukuran berturut-Turut yaitu 57,31 dB, 60,81 dB, dan 65,99 dB. Dari hasil
15
antar kelompok ataupun suara mesin dan suara kendaraan dapat menghambat
proses komunikasi. Seseorang akan merasa terganggu dan tidak dapat
menangkap pesan dalam komunikasi tersebut apabila terjadi gangguan
pendengaran saat berkomunikasi. Gangguan komunikasi dan pendengaran ini
yang terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan gangguan psikologis.
Sehingga perlu adanya upaya penanggulangan yang dilakukan untuk
mengurangi tingkat kebisingan yang terjadi diluar kampus agar tidak merambat
kedalam kampus, yang berakibat pada penurunan konsentrasi belajar dan
kinerja karyawan di kampus (Singkam, 2020). Upaya penanggulangan
kepadatan jalan raya dapat dilakukan dengan perubahan arus lalu lintas yang
ditetapkan pada jam-jam padat kendaraan. Selain itu, peredaman gedung
perkuliahan agar sumber kebisingan luar, dapat lebih minim masuk ke gedung
dalam kampus.
BAB V PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengukuran intensitas kebisingan yang dilakukan di Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Univesitas Halu Oleo dilakukan di satu tempat
yang berbeda yaitu,jalan raya. Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan
pula dengan tiga waktu yang berbeda yaitu, Pengukuran Intensitas
Kebisingan L1 pada pukul 08.00 yang mewakili pukul 06.00-09.00,
Pengukuran Intensitas Kebisingan L2 pada pukul 11.00 yang mewakili
pukul 09.00-14.00, dan Pengukuran Intensitas Kebisingan L3 pada pukul
15.00 yang mewakili pukul 14.00-17.00.
2. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa:
a. Pengukuran Tingkat Kebisingan di Jalanan raya, Depan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo diperoleh nilai L1
sebesar 68,77 dB, L2 sebesar 72,97 dB, L3 sebesar 79,19 dB dengan
hasil LS sebesar 62,9 dB,dimana Nilai Ambang Batas di fasilitas
umum menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 48 Tahun
1996 yaitu 60 dB. Jika dibandingkan dengan baku mutu maka Jalan
Raya Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo tidak
memenuhi baku mutu untuk fasilitas umum.
b. Kebisingan lalu lintas yang tinggi pada rentang waktu yang cukup
lama akan menimbulkan ketidaknyamanan dan membuat lingkungan
sekitar menjadi terganggu. Apabila kebisingan melebihi baku mutu,
dapat mengakibatkan penurunan pada kinerja belajar seseorang,
terutama dalam belajar membaca yang membutuhkan konsentrasi.
Selain itu, kebisingan dapat mengakibatkan gangguan lainnya
terhadap civitas di sekolah seperti rasa kesal, ingin cepat marah,
kuping berdengung, sakit kepala, dan menurunkan produktivitas
kerja. Berdasarkan Keputusan Mentri LH No. 48 Tahun 1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan, peruntukan kawasan lingkungan sekolah
tingkat kebisingan tidak diperbolehkan melebihi 55 dB.
17
18
B. Saran
1. Bagi kampus Universitas Halu Oleo agar menempatkan penghalang pada
jalan transmisi serta mengadakan isolasi ruangan atau alat-alat penyebab
kebisingan dengan menempatkan bahan-bahan yang mampu menyerap
suara sehingga suara-suara yang keluar tidak lagi merupakan gangguan
bagi lingkungan.
2. Tingkat Kebisingan di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat telah
melebihi standar baku mutu kebisingan Menurut Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 yaitu di bagian kelas dan depan
jalan raya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian kebisingan agar
tidak mengganggu mahasiswa, pengunjung dan dosen pada saat
beraktivitas di lingkungan FKM UHO.
3. Praktikan juga diharapkan dapat mengikuti pratikum dengan tertib serta
dapat menggunakan setiap alat yang digunakan dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Eka. A.Y. (2022). Edukasi Sadar Bising Sebagai Upaya Promotif dan Preventif
Terhadap Gangguan Dengar Melalui Media Podcast. Jurnal Pengabdian
Magister Pendidikan IPA, 5(2), 89-93.
Hendrawan. A. 2020. ANALISA TINGKAT KEBISINGAN KAMAR MESIN
PADA KAPAL.
Leli. H.I., Wangi. K.P., Simanjuntak. K. (2020). Hubungan Paparan Kebisingan
terhadap Peningkatan Tekanan Darah pada Pekerja. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan, 15(1).
Minggarsari, H. D. (2019). Hubungan Intensitas Kebisingan Dengan Keluhan
Auditori Pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Fabrikasi Baja. Binawan
Student Journal, 1(3), 137-141.
19
LAMPIRAN
20
21