Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

“KEBISINGAN”

OLEH:
KELAS K3 B 2021
KELOMPOK 2

A’ALYAH MAHARANI ARLIN J1A121001


NUR HASANAH ANWAR J1A121057
WA ODE EKA APRIANA SARI J1A121088
A’QILA NUR RAMADHANI J1A121098
SESTIKA MUNAWAR DINA J1A121195
AFIFAH AZHARI DZULZAHABIYYAH J1A121241
ASRAWATI J1A121247
ELKA WAHYU NINGSIH J1A121255
HESTI PUTRI PUSPITA SARI J1A121263

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadhirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan keluasan waktu dan kesehatan kepada kami untuk dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah “Praktikum Higiene Industri”. Jenis tugas yang
diberikan adalah membuat laporan terkait tentang “Praktikum Kebisingan” tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini untuk memenuhi tugas Higiene
Industri. Selain itu, laporan ini juga betujuan untuk menambah pengetahuan
mengenai penggunaan Sound Level Meter.
Terlepas dari semua itu, penulis meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
dapat memperbaiki laporan ini.

Kendari, 15 Oktober 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISIS

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan Praktikum ......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
A. Pengertian Kebisingan ................................................................................. 3
B. Alat Ukur Kebisingan .................................................................................. 4
C. Jenis-Jenis Kebisingan ................................................................................. 5
D. Sumber Kebisingan ...................................................................................... 6
E. Parameter Kebisingan .................................................................................. 7
BAB III METODE PRAKTIKUM...................................................................... 9
A. Alat dan Bahan ............................................................................................. 9
B. Tempat Praktikum ...................................................................................... 10
C. Prosedur Kerja............................................................................................ 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 11
A. Hasil ........................................................................................................... 11
B. Pembahasan ................................................................................................ 14
BAB V PENUTUP............................................................................................... 17
A. Kesimpulan ................................................................................................ 17
B. Saran........................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19
LAMPIRAN ......................................................................................................... 20

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan .................................................. 7
Tabel 2. Tingkat Kebisingan Db (A) ...................................................................... 8
Tabel 3. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan (L1) di Jalan Raya ................. 11
Tabel 4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan (L2) di Jalan Raya ................. 12
Tabel 5. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan (L3) di Jalan Raya ................. 13

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sound Level Meter SL-4001 ................................................................ 9
Gambar 2. Alat Tulis ............................................................................................. 9
Gambar 3. Stopwacth ............................................................................................. 9

v
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bising secara umum dapat diartikan sebagai bunyi yang tidak dikehedaki
dan dalam kurun waktu tertentu dapat menyebabkan gangguan terhadap
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 yang menjelaskan tentang
kebisingan (Eka, 2022).
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat
mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian.
Kebisingan merupakan suatu permasalahan yang cukuppenting terutama dalam
kaitannya dengan kenyamanan. Tingkat kebisinganyang berlebihan dapat
memberikandampak negative yang sangat berbahayadalam banyakhal, yaitu
dampak dari segi kesehatan dan juga dari segipsikologis serta teknis.
Kerusakan pada alatpendengaran merupakan salah satu dampakdari segi
kesehatan dan secara psikologis dampak yang dapatditimbulkan yaitu
gangguan emosional sedangkan darisegi teknis kebisingan dapat menjadi
indikasi adanya masalah pada peralatan yang ada (Hendrawan,2020).
Tingkat paparan kebisingan kerja yang tinggi menimbulkan risiko yang
signifikan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Sebuah survei nasional
Inggris menemukan bahwa paparan kebisingan di lingkungan kerja
bertanggung jawab atas kesulitan pendengaran yang parah pada sekitar
153.000 pria dan 26.000 wanita, berusia 35 sampai 64 tahun dengan tinitus
persisten yang jauh lebih banyak (266.000 pria, 84.000 wanita). Di AS,
gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan atau Noise Induced
Hearing Loss (NIHL) menyumbang sekitar 11% dari semua penyakit akibat
kerja (Leli,2020).
Standar yang dikeluarkan oleh Occupational Safety and Health
Administration (OSHA) mengindikasi bahwa mendengarkan suara terus-
menerus lebih dari 85 dB dapat merusak sistem pendengaran. Jika frekuensi

1
2

suara 95 dB didengarkan terus menerus selama lebih dari 4 jam, maka akan
mengakibatkan pendengaran hilang (Minggarsari, 2019).
Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA),
sekitar 30 juta orang di Amerika Serikat terpajan oleh kebisingan yang
berbahaya setiap tahunnya. Gangguan pendengaran terkait kebisingan telah
terdaftar sebagai salah satu masalah kesehatan kerja yang paling umum di
Amerika Serikat selama lebih dari 25 tahun. Paparan terhadap tingkat
kebisingan yang tinggi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan
gangguan pendengaran permanen. Baik tindakan medis maupun alat bantu
dengar tidak dapat membantu memperbaiki jenis gangguan pendengaran ini
(Minggarsari, 2019).
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat memilih 1 (satu) tempat kerja/perusahaan/instansi.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran kebisingan di tempat yang
dipilih tersebut.
3. Mahasiswa mampu menilai hasil pengukuran tersebut, dibandingkan
dengan NAB dan fakta serta kegiatan yang ada di lapangan.
4. Mahasiswa mampu membuat evaluasi dari permasalahan kebisingan di
tempat yang di pilih.
BAB II TI NJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kebisingan
Pence maran suara atau kebisingan adalah gangguan pada lingkungan
yang diakibatkan oleh bunyi yang mengakibatkan ketidaktentraman mahluk
hidup di sekitarnya (Isliko et al., 2022). Bising adalah suara yang sangat
mengganggu dan tidak dikendaki oleh siapapun yang disebabkan oleh sumber
suara yang bergetar yang akan membuat molekul-molekul udara disekitar
sekitarnya akan turut bergetar. Suara yang melebihi ambang batas akan
mengganggu aktifitas manusia yang sedang bekerja di lingkungan kita berada
(Muslih, 2019).
Kebisingan merupakan nilai bunyi yang terlalu tinggi dan tidak
dikehendaki syaraf pendengaran. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (Men-
LH, 1996) mendefinisikan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari usaha atau kegiatan, dalam tingkat dan waktu tertentu yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan. Sedangkan World Health Organization (WHO) mendefenisikan
kebisingan sebagai suara yang tidak diperlukan dan memiliki efek buruk pada
kualitas kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan (Singkam, 2020).
Kebisingan mengandung unsur subyektifitas, tergantung bunyi diinginkan
atau tidak secara psikologis oleh suatu individu. Intensitas kebisingan, seperti
halnya bunyi, diukur dengan satuan desibel ampere (dBA), yang menunjukkan
besar arus energi persatuan luas. Nilai ambang batas kebisingan (NAB) atau
baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan, sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
(Singkam, 2020).
WHO (World Health Organization) yang menetapkan 3 tingkatan
kebisingan berdasarkan dB yakni 1) Aman, untuk rentang 0-75 dB, 2) Ambang
Batas Bahaya, untuk rentang 75-85 dB, dan 3) Bahaya, untuk rentang lebih dari
85 dB. Standar ini ditetapkan berdasarkan pengaruh tingkat kebisingan tertentu

3
4

terhadap kesehatan manusia, dimana kebisingan yang lebih dari 85 dB


merupakan kebisingan yang paling berbahaya, dan dapat menyebabkan cedera
ringan hingga berat (Hamzah et al., 2022).
B. Alat Ukur Kebisingan
Ada beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara lain
sound survey meter, sound level meter, octave band analyzer, narrow band
analyzer, dan lain-lain. Untuk permasalahan bising kebanyakan sound level
meter dan octave band analyzer sudah cukup banyak memberikan informasi
(Pratiwi, 2023).
1. Sound Level Meter (SLM)
Adalah instrumen dasar yang digunakan dalam pengukuran
kebisingan. SLM terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit elektronik
termasuk attenuator, 3 jaringan perespon frekuensi, skala indikator dan
amplifier. Tiga jaringan tersebut distandarisasi sesuai standar SLM.
Tujuannya adalah untuk memberikan pendekatan yang terbaik dalam
pengukuran tingkat kebisingan total. Respon manusia terhadap suara
bermacam-macam sesuai dengan frekuensi dan intensitasnya. Telinga
kurang sensitif terhadap frekuensi lemah maupun tinggi pada intensitas
yang rendah. Pada tingkat kebisingan yang tinggi, ada perbedaan respon
manusia terhadap berbagai frekuensi. Tiga pembobotan tersebut berfungsi
untuk mengkompensasi perbedaan respon manusia (Pratiwi, 2023).
2. Octave Band Analyzer (OBA)
Saat bunyi yang diukur bersifat komplek, terdiri atas tone yang
berbeda-beda, oktaf yang berbeda-beda, maka nilai yang dihasilkan di
SLM tetap berupa nilai tunggal. Hal ini tentu saja tidak representatif.
Untuk kondisi pengukuran yang rumit berdasarkan frekuensi, maka alat
yang digunakan adalah OBA. Pengukuran dapat dilakukan dalam satu
oktaf dengan satu OBA. Untuk pengukuran lebih dari satu oktaf, dapat
digunakan OBA dengan tipe lain. Oktaf standar yang ada adalah 37,575,
75-150, 300-600,600-1200, 1200-2400, 2400-4800, 4800-9600Hz
(Pratiwi, 2023).
5

C. Jenis-Jenis Kebisingan
Jenis kebisingan antara lain (Zahrany et al., 2022)
1. Kebisingan kontinu (continue)
Kebisingan kontinu merupakan kebisingan yang dihasilkan terus
menerus, misalnya, oleh suara mesin yang hidup tanpa gangguan,
peralatan pabrik, kebisingan mesin, atau sistem pemanas atau sistem
ventilasi. Anda dapat mengukur kebisingan terus menerus selama
beberapa menit dengan pengukur tingkat suara (sound meter) untuk
mendapatkan representasi tingkat kebisingan yang memadai. Kebisingan
lebih lanjut dapat dianalisis menggunakan pengukur tingkat suara dengan
analisis pita oktaf (octave band). Pita oktaf digunakan untuk memecah
nilai kebisingan menjadi frekuensi yang terpisah-pisah. Informasi ini akan
menunjukkan dengan tepat frekuensi apa dan berapa yang menyebabkan
kebisingan.
2. Kebisingan berselang (intermitent)
Kebisingan berselang merupakan tingkat kebisingan yang
meningkat dan menurun dengan cepat. Kebisingan berselang juga sering
disebut sebagai kebisingan semi-kontinu. Beberapa contohnya disebabkan
oleh kereta api yang lewat, peralatan pabrik yang beroperasi dalam siklus,
atau pesawat terbang di atas rumah. Kebisingan berselang dapat diukur
dengan cara yang mirip dengan kebisingan kontinu yaitu dengan pengukur
tingkat suara. Kebisingan berselang dapat dihitung lebih detail dengan
menghitung dalam selang waktu dan kemudian menghitung nilai rata
ratanya.
3. Kebisingan impulsif
Kebisingan impulsif merupakan nilai kebisingan yang identik
dengan suara yang “mengagetkan”. Kebisingan ini paling sering dikaitkan
dengan industri konstruksi dan pembongkaran. Munculnya suara yang
tiba-tiba ini dapat mengejutkan karena sifatnya yang cepat dan keras.
Kebisingan impulsif biasanya juga disebabkan oleh ledakan atau peralatan
konstruksi, benda yang jatuh, suara pintu atau jendela yang tertutup karena
6

angin, bahkan suara bersin. Untuk mengukur kebisingan impulsif


menggunakan tingkat suara cukup mudah yaitu dengan cara
memperhatikan nilai puncaknya.
4. Kebisingan frekuensi rendah
Kebisingan frekuensi rendah dapat dilihat menggunakan
pengukuran level suara dengan analisis pita oktaf ketiga (third octave band
analysis), sehingga dapat menunjukkan frekuensi rendah yang
menghasilkan kebisingan. Kebisingan berfrekuensi rendah sebenarnya
merupakan bagian dari struktur kebisingan atau suara yang kita dengar
sehari-hari. Baik itu dengungan, suara angin, suara kipas atau AC di
kantor, suara kendaraan bermotor dari kejauhan, hingga suara orang
berbicara yang secara terusmenerus memaparkan kebisingan berfrekuensi
rendah. Ini juga merupakan jenis kebisingan yang paling sulit untuk
dikurangi pada sumbernya, sehingga dapat dengan mudah menyebar di
semua tempat.
D. Sumber Kebisingan
Sumber kebisingan diperoleh dari industri-industri oleh aktifitas
mesinmesin yang beroperasi. Sumber bising ialah sumber bunyi yang
kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak
maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari
kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat
pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Di Industri, sumber kebisingan dapat
di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu (Nasution, 2019):
1. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin-mesin industri
maupun pabrik.
2. Vibrasi
Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan
akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin.
Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan
lain-lain.
7

3. Pergerakan udara, gas dan cairan


Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan
dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan
gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain lain.
E. Parameter Kebisingan
Nilai ambang batas (NAB) Kebisingan sesuai dengan parameter No
13/Men/X/2011 adalah sebagai berikut di bawah ini (Pratiwi, 2023) :
Tabel 1. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan

Waktu Pemaparan per Hari Intensitas Kebisingan Dalam


Dba
8 Jam 85
4 Jam 88
2 Jam 91
1 Jam 94
30 Menit 97
15 Menit 100
7,5 Menit 103
3,75 Menit 106
1,88 Menit 109
0,94 Menit 112

28,12 Detik 115


14,06 Detik 118
7,03 Detik 121
3,52 Detik 124
1,76 Detik 127
0,88 Detik 130
0,44 Detik 133
0,22 Detik 136
0,11 Detik 139
Sumber: Permenaker No. 13/Men/X/2011
8

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Republik Lingkungan


Hidup Nomor KEP.48/MENLH/11/1996, tanggal 25 November 1996 tentang
baku tingkat kebisingan Peruntukan Kawasan atau Lingkungan Kegiatan dapat
dilihat pada tabel berikut (Balirante et al., 2020).
Tabel 2. Tingkat Kebisingan Db (A)

Peruntukan Kawasan Tingkat Kebisingan Db (A)


Lingkungan Kerja
Perumahan dan Pemukiman 55
Perdagangan dan Jasa 70

Perkantoran dan Perdagangan 65


Ruang Terbuka Hijau 50
Industri 70
Bandar Udara 75
Pemerintahan dan Fasilitas 60
Umum
Rekreasi 70
Rumah Sakit atau Sejenisnya 55
Sekolah atau Sejenisnya 55
Tempat Ibadah atau Sejenisnya 55
Sumber: Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup No:
KEP-48/MENLH/11/1996
BAB III METODE PRAKTI KUM

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Alat

Gambar 1. Sound Level Meter SL-4001

Gambar 2. Alat Tulis

Gambar 3. Stopwacth

9
10

2. Subyek Penelitian
Sumber kebisingan di titik jalan raya depan Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
B. Tempat Praktikum
Adapun tempat pengukuran yang kami lakukan yaitu di jalan raya depan
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo
C. Prosedur Kerja
Penggunaan Alat
Cara pakai alat Sound Level Meter SL-4001:
a. Pindahkan tombol Off/On ke posisi On.
b. Pilih range pada range A atau C (jika ingin mengukur respon pendengaran
manusia atau kebisingan lingkungan, pilih A; jika ingin mengetahui kebisingan
mesin yang sifatnya datar/tetap, pilih C).
c. Untuk Time weighting berada di posisi fast.
d. Tahan "Sensor" dengan tangan dan hadapkan ke arah tempat yang akan
diukur tingkat kebisingannya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L1) di Jalan Raya
Pengukuran kebisingan untuk L1 dilakukan pada Senin, 9 Oktober
2023 jam 08.00 WITA di jalan raya depan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo selama 10 menit dan pencatatan dilakukan setiap 5
detik.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan (L1) di Jalan Raya
51,7 59,9 62,0 49,9 58,3 59,0 55,2 55,5 60,7 58,6
53,2 64,5 54,9 58,5 62,3 58,9 51,7 52,0 60,6 66,6
59,5 60,9 64,5 58,6 50,3 58,2 54,6 47,9 52,7 60,2
54,0 59,5 57,8 54,2 49,3 52,9 64,1 53,5 58,6 49,2
53,0 58,1 53,3 62,0 50,5 54,9 52,9 52,6 63,7 50,6
53,3 60,6 56,9 52,7 64,6 54,3 62,7 58,5 64,4 56,0
55,3 68,9 61,9 48,9 57,9 54,6 50,6 60,3 54,8 54,9
67,2 57,9 59,3 48,4 66,8 59,0 56,8 52,7 59,9 65,8
66,2 61,8 58,6 50,0 58,1 50,6 59,3 46,5 57,2 60,2
58,7 61,2 53,6 50,0 49,7 56,4 59,5 51,0 58,4 57,6
60,3 59,8 63,2 51,8 55,5 62,0 57,6 53,6 52,0 61,3
60,1 57,7 64,0 53,3 61,6 56,2 63,0 63,4 62,5 61,7
Jumlah: 6.877,2
Sumber : Data Primer, 2023

11
12

2. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L2) di Jalan Raya


Pengukuran kebisingan untuk L2 dilakukan pada Senin, 9 Oktober
2023 jam 11.00 WITA di jalan raya depan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo selama 10 menit dan pencatatan dilakukan setiap 5
detik.
Tabel 4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan (L2) di Jalan Raya
57,8 69,9 52,6 55,6 63,6 63,3 56,7 71,4 67,4 64,5
63,6 62,8 50,6 53,9 55,4 67,7 62,3 67,6 58,0 55,1
60,7 61,6 57,9 67,0 54,2 55,3 69,5 54,4 73,1 51,4
63,1 54,2 58,8 67,5 56,1 65,8 63,7 60,4 69,6 55,2
59,8 65,7 58,9 59,0 62,0 57,6 61,1 61,2 61,9 64,0
63,1 56,9 60,3 61,2 61,6 50,9 58,4 61,5 65,4 57,2
61,5 60,4 60,2 63,6 61,4 54,9 63,3 62,4 61,4 66,3
63,4 60,2 56,1 63,6 57,7 55,0 52,6 53,2 61,3 70,5
65,8 69,4 53,6 56,6 56,8 53,8 58,5 53,9 71,0 58,2
66,6 66,0 46,6 64,1 70,1 61,0 64,8 68,7 60,5 59,8
66,1 58,6 52,0 65,8 72,0 62,2 65,9 55,2 67,2 54,9
64,8 61,2 52,8 57,9 62,1 59,7 69,2 49,1 61,7 57,2
Jumlah: 7.297,4
Sumber : Data Primer, 2023
13

3. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L3) di Jalan Raya


Pengukuran kebisingan untuk L2 dilakukan pada Senin, 9 Oktober
2023 jam 15.00 WITA di jalan raya depan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo selama 10 menit dan pencatatan dilakukan setiap 5
detik.
Tabel 5. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan (L3) di Jalan Raya
62,4 63,3 58,3 61,1 69,2 68,2 66,0 60,8 68,0 69,0
63,3 61,3 69,3 60,4 64,7 69,4 63,1 61,5 68,0 63,2
68,6 66,1 73,4 66,4 68,2 72,8 68,7 59,1 67,2 68,2
63,4 65,6 69,0 70,0 61,5 65,8 65,1 70,5 74,0 72,3
60,2 65,6 69,4 65,5 62,5 71,0 60,9 66,5 71,5 67,6
64,2 61,0 65,5 65,9 69,3 68,1 64,1 67,7 69,0 66,5
66,1 59,6 64,5 65,2 57,6 66,9 60,6 69,2 68,0 67,8
65,3 65,7 70,3 70,9 65,8 66,6 64,2 69,9 64,0 65,2
62,2 64,2 69,1 64,3 64,6 63,8 63,3 64,0 62,9 69,7
68,3 72,1 69,0 61,6 68,7 62,0 76,3 65,6 60,0 64,2
61,5 68,5 63,0 69,1 63,3 65,2 65,6 67,5 63,0 70,5
65,1 64,5 65,2 65,9 70,0 68,5 64,5 60,5 75,0 65,2
Jumlah: 7.919,3
Sumber : Data Primer, 2023
4. Analisis Data
a. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L1) di Jalan Raya
Jumlah Total Kebisingan
Rata − Rata =
Jumlah Pengukuran per 5 detik
6.877,2
=
120
= 57,31 dB
b. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L2) di Jalan Raya
Jumlah Total Kebisingan
Rata − Rata =
Jumlah Pengukuran per 5 detik
7.297,4
=
120
14

= 60,81 dB
c. Pengukuran Intensitas Kebisingan (L3) di Jalan Raya
Jumlah Total Kebisingan
Rata − Rata =
Jumlah Pengukuran per 5 detik
7.919,3
=
120
= 65,99 dB
5. Hasil Perhitungan Ls di Jalan Raya
Diketahui : L1 = 57,31 dB
L2 = 60,81 dB
L3 = 65,99 dB
Ditanyakan : LS = ……….?
Penyelesaian :
Ls = 10 log 1/11 {TL1 100,1 L1 + TL2 100,1 L2 + TL3 100,1 L3}
= 10 log 1/11 {4×100,1 × 57,31+ 3×100,1 × 60,81 + 4×100,1 × 65,99}
= 10 log 1/11 {4×105,73+ 3×106,08+ 4×106,60}
= 10 log 1/11 {21.679.207,31}
= 10 log 1.970.837,03
= 10 × 6,29
= 62,9 dB
B. Pembahasan
Berdasarkan data yang telah diperoleh, Hasil Data rata-rata Pengukuran
yang dilakukan di Jalan raya FKM UHO pada pukul 08.00 WITA hingga pukul
15.00 WITA, Menunjukkan besar tingkat kebisingan lebih dari 60 dB dan
hanya satu sample saja yang Mendekati standar baku mutu tingkat kebisingan
Menteri Lingkungan Hidup RI No. 48 Tahun 1996 yaitu pada pukul 08.00
WITA dengan tingkat Bising sekitar 57,31 dB. Sedangkan Pukul 11.00-15.00
WITA menunjukkan besar Tingkat kebisingan rata-rata lebih dari 60 dB. Data
Yang dihasilkan pada jam masuk kampus dan Keluar kampus hampir sama,
sehingga nilai Tingkat tekanan suara ekivalen yang diperoleh pada tiga waktu
pengukuran berturut-Turut yaitu 57,31 dB, 60,81 dB, dan 65,99 dB. Dari hasil
15

Ls tersebut telah menunjukkan angka lebih dari standar baku tingkat


kebisingan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 48 Tahun 1996
Dimana angka baku tingkat kebisingan untuk Sekolah dan sejenisnya maksimal
sebesar 55 dB.
Data pengukuran tingkat kebisingan pada Penelitian ini telah melampaui
batas tingkat Kebisingan, meskipun dengan toleransi tingkat kebisingan yang
masih dapat diperbaiki. Faktor utama yang menimbulkan kebisingan adalah
volume kendaraan yang melintas di jalan raya didepan FKM UHO tentu
memberikan efek yang cukup besar dari timbulnya kebisingan hingga kedalam
kampus. Menurut Moller (2006), salah satu hal yang mempengaruhi tingkat
kebisingan yaitu jarak. Jarak menghasilkan gelombang bunyi yang
memerlukan waktu untuk merambat, dimana gelombang bunyi dapat
merambat melalui udara di permukaan bumi. Intensitas yang dihasilkan dari
gelombang bunyi akan menurun karena bergesekan langsung dengan udara
dalam perjalanannya. Sehingga semakin dekat jarak antara sumber kebisingan
dan gedung kampus maka suara kebisingan yang ditimbulkan akan lebih cepat
merambat.
Jenis kebisingan yang ditimbulkan pada penelitian ini termasuk dalam
jenis kebisingan terputus-putus (Intermitten noise) (Fithri dan Anisa, 2015).
Kebisingan terputus-putus ini banyak terjadi dijalan raya dengan keadaan
bising yang dapat turun atau naik secara perlahan tergantung dari kondisi
volume kendaraan yang melintas di jalan raya. Pada (L1) terlihat terjadi
penurunan aktivitas Volume kendaraan pada pukul 08.00 WITA. Penurunan
aktivitas dijalan ini bisa disebabkan karena pekerja dan mahasiswa telah masuk
pada proses kegiatan dikampus, sehingga menurunkan volume kegiatan diluar
kampus.
Dampak yang dihasilkan dari tingginya tingkat kebisingan yang terjadi
akan mempengaruhi psikologis, komunikasi dan pendengaran manusia (Fithri
dan Anisa, 2015). Gangguan komunikasi seringkali terjadi saat suara yang
dihasilkan oleh sumber kebisingan lebih besar dari level suara saat
berkomunikasi. Sumber kebisingan yang disebabkan dari aktivitas diskusi
16

antar kelompok ataupun suara mesin dan suara kendaraan dapat menghambat
proses komunikasi. Seseorang akan merasa terganggu dan tidak dapat
menangkap pesan dalam komunikasi tersebut apabila terjadi gangguan
pendengaran saat berkomunikasi. Gangguan komunikasi dan pendengaran ini
yang terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan gangguan psikologis.
Sehingga perlu adanya upaya penanggulangan yang dilakukan untuk
mengurangi tingkat kebisingan yang terjadi diluar kampus agar tidak merambat
kedalam kampus, yang berakibat pada penurunan konsentrasi belajar dan
kinerja karyawan di kampus (Singkam, 2020). Upaya penanggulangan
kepadatan jalan raya dapat dilakukan dengan perubahan arus lalu lintas yang
ditetapkan pada jam-jam padat kendaraan. Selain itu, peredaman gedung
perkuliahan agar sumber kebisingan luar, dapat lebih minim masuk ke gedung
dalam kampus.
BAB V PENUTUP

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengukuran intensitas kebisingan yang dilakukan di Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Univesitas Halu Oleo dilakukan di satu tempat
yang berbeda yaitu,jalan raya. Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan
pula dengan tiga waktu yang berbeda yaitu, Pengukuran Intensitas
Kebisingan L1 pada pukul 08.00 yang mewakili pukul 06.00-09.00,
Pengukuran Intensitas Kebisingan L2 pada pukul 11.00 yang mewakili
pukul 09.00-14.00, dan Pengukuran Intensitas Kebisingan L3 pada pukul
15.00 yang mewakili pukul 14.00-17.00.
2. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa:
a. Pengukuran Tingkat Kebisingan di Jalanan raya, Depan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo diperoleh nilai L1
sebesar 68,77 dB, L2 sebesar 72,97 dB, L3 sebesar 79,19 dB dengan
hasil LS sebesar 62,9 dB,dimana Nilai Ambang Batas di fasilitas
umum menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 48 Tahun
1996 yaitu 60 dB. Jika dibandingkan dengan baku mutu maka Jalan
Raya Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo tidak
memenuhi baku mutu untuk fasilitas umum.
b. Kebisingan lalu lintas yang tinggi pada rentang waktu yang cukup
lama akan menimbulkan ketidaknyamanan dan membuat lingkungan
sekitar menjadi terganggu. Apabila kebisingan melebihi baku mutu,
dapat mengakibatkan penurunan pada kinerja belajar seseorang,
terutama dalam belajar membaca yang membutuhkan konsentrasi.
Selain itu, kebisingan dapat mengakibatkan gangguan lainnya
terhadap civitas di sekolah seperti rasa kesal, ingin cepat marah,
kuping berdengung, sakit kepala, dan menurunkan produktivitas
kerja. Berdasarkan Keputusan Mentri LH No. 48 Tahun 1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan, peruntukan kawasan lingkungan sekolah
tingkat kebisingan tidak diperbolehkan melebihi 55 dB.

17
18

B. Saran
1. Bagi kampus Universitas Halu Oleo agar menempatkan penghalang pada
jalan transmisi serta mengadakan isolasi ruangan atau alat-alat penyebab
kebisingan dengan menempatkan bahan-bahan yang mampu menyerap
suara sehingga suara-suara yang keluar tidak lagi merupakan gangguan
bagi lingkungan.
2. Tingkat Kebisingan di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat telah
melebihi standar baku mutu kebisingan Menurut Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 yaitu di bagian kelas dan depan
jalan raya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian kebisingan agar
tidak mengganggu mahasiswa, pengunjung dan dosen pada saat
beraktivitas di lingkungan FKM UHO.
3. Praktikan juga diharapkan dapat mengikuti pratikum dengan tertib serta
dapat menggunakan setiap alat yang digunakan dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Eka. A.Y. (2022). Edukasi Sadar Bising Sebagai Upaya Promotif dan Preventif
Terhadap Gangguan Dengar Melalui Media Podcast. Jurnal Pengabdian
Magister Pendidikan IPA, 5(2), 89-93.
Hendrawan. A. 2020. ANALISA TINGKAT KEBISINGAN KAMAR MESIN
PADA KAPAL.
Leli. H.I., Wangi. K.P., Simanjuntak. K. (2020). Hubungan Paparan Kebisingan
terhadap Peningkatan Tekanan Darah pada Pekerja. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan, 15(1).
Minggarsari, H. D. (2019). Hubungan Intensitas Kebisingan Dengan Keluhan
Auditori Pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik Fabrikasi Baja. Binawan
Student Journal, 1(3), 137-141.

19
LAMPIRAN

1. Lampiran pengukuran kebisingan di Jalan Raya

20
21

2. Lampiran pengukuran kebisingan di Jalan Raya


22

3. Lampiran pengukuran kebisingan di Jalan Raya


23

4. Lampiran pengukuran kebisingan di Jalan Raya


24

5. Lampiran Tugas penyusunan laporan tiap Anggota kelompok 2

NO. NIM NAMA TUGAS


PENYUSUNAN
LAPORAN
1. J1A121001 A’Alyah Maharani Arlin Tinjaun pustaka
2. J1A121057 Nur Hasanah Anwar Penutup
3. J1A121088 Wa Ode Eka Apriana Sari Lampiran
4. J1A121098 A’qila Nur Ramadhani Hasil
5. J1A121195 Sestika Munawar Dina Metode Praktikum
6. J1A121241 Afifah Azhari Dzulzahabiyyah Pembahasan
7. J1A121247 Asrawati Tinjauan Pustaka
8. J1A121255 Elka Wahyu Ningsih Latar Belakang
9. J1A121263 Hesti Putri Puspita Sari Menyusun laporan

Anda mungkin juga menyukai