PRAKTIKUM KEBISINGAN
OLEH
NIM : 10031381924059
Kelompok : 10 (Sepuluh)
BAB V PENUTUP........................................................................................... 16
i
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 16
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Nilai Ambang Batas Kebisingan .......................................................... 4
Tabel 4. 1 Hasil Pengukuran Kebisingan Kontinyu Pada Mesin AC ................... 11
Tabel 4. 2 Hasil Pengukuran Kebisingan Ambien Pada Mesin AC ..................... 12
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Sound Level Meter .......................................................................... 7
Gambar 3. 2 Cara Kalibrasi Alat .......................................................................... 9
Gambar 3. 3 Cara Mengukur Kebisingan ............................................................. 9
Gambar 3. 4 Cara Mengganti Baterai ................................................................. 10
Gambar 4. 1 Hasil 3 Pengukuran Kebisingan Kotinnyu ...................................... 11
Gambar 4. 2 Hasil 1 Pengukuran Kebisingan Kontinyu ...................................... 11
Gambar 4. 3 Hasil 2 Pengukuran Kebisingan Kontinyu ...................................... 11
Gambar 4. 6 Hasil 3 Pengukuran Kebisingan Ambien ........................................ 12
Gambar 4. 5 Hasil 1 Pengukuran Kebisingan Ambien ........................................ 12
Gambar 4. 4 Hasil 2 Pengukuran Kebisingan Ambien ........................................ 12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebisingan didefenisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki. Untuk
menentukan kebisingan suara berdasarkan aspek seperti kenyaringan, waktu dan
dasar bising. Penyumbang utama dari kebisingan jalan raya adalah kendaraan
berat (truk dan bus) dan kendaraan ringan (mobil penumpang). Kebisingan adalah
suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia. Berdasarkan SK Menteri
Negeri Lingkungan Hidup No. Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan
adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa, dan sistem alam. Sedangkan
menurut Permenkes No.718/Men.Kes/Per/XI/1987, yang dimaksud dengan
kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu
atau membahayakan kesehatan. Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari
dalam kehidupan sehari-hari, termasuk tempat kerja. Bahkan bunyi yang kita
tangkap melalui telinga kita merupakan bagian dari kerja misalnyabunyi telfon,
bunyi mesin cetak, dan sebagainya. Namun, sering bunyi tersebut meskipun
merupakan bagian dari kerja kita, tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan
orang, bunyi mesin diesel yang melebihi ambang batas pendengaran. Bunyi yang
tidak kita inginkan atau kehendaki inilah yang sering disebut bising atau
kebisingan(Notoatmodjo, 2011). Kebisingan merupakan salah satu factor bahaya
fisik yangsering dijumpai ditempat kerja. Terpajan oleh kebisingan
yangberlebihan dapat merusak kemampuan untuk mendengar (menjadi tuli)dan
juga dapat mempengaruhi anggota tubuh yang lain termasuk jantung
1
bandingkan negara ASEAN, yakni 13,2% dibanding moda transportasi lain.
Penyebab peningkatan laju pertumbuhan sepeda motor akibat sarana transportasi
murah dan terjangkau (Beritatrans, 2015). Laju penjualan mobil pada periode
Januari-Juli 2017 sebanyak 618.808 unit atau meningkat 4,17 persen
dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni 594.018 unit (Gumelar, 2017).
Mobil dan motor bukan lagi menjadi barang yang mewah bagi masyarakat,
peningkatan jumlah kendaraan motor maupun mobil terus saja meningkat yang
dapat dirasakan di jalan-jalan raya dengan meningkatnya kepadatan dan
kemacetan yang sering terjadi di jalan lalu lintas pada jam-jam sibuk. Salah satu
penyebab kebisingan ialah meningkatya aktifitas transportasi suatu kawasan.
Semakin meningkatnya jumlah kendaraan maka aktivitas transportasi yang
melintasi pada suatu wilayah akan semakin padat dan diiringi dengan
meningkatnya kebisingan. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia
maka sejak awal perlu tentang kemungkinan timbulnya dampak baik terhadap
tenaga kerja maupun pada masyarakat di lingkungan sekitarnya. Dampak yang
ditimbulkan berupa penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja dapat digolongkan
dengan beberapa jenis yaitu fisik, kimia, infeksi, fisiologis dan mental psikologis.
Kebisingan, yang termasuk dalam golongan fisik, dapat menyebabkan kerusakan
pendengaran/tuli.
2
menggunakan SLM dilakukan selama 10 menit, dan pembacaan dilakukan setiap
5 detik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu
manusia. Berdasarkan SK Menteri Negeri Lingkungan Hidup No. Kep.Men-
48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak,
satwa, dan sistem alam. Sedangkan menurut Permenkes
No.718/Men.Kes/Per/XI/1987, yang dimaksud dengan kebisingan adalah
terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau
membahayakan kesehatan. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor. PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang nilai ambang
batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja menyebutkan kebisingan
adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran. Definisi lain adalah bunyi yang didengar sebagai
rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis,
dan manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki, maka dinyatakan sebagai
kebisingan.
3
1. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatutitik/bola/lingkaran.
Contohnya sumber bising dari mesin-mesini ndustri/mesin yang tak
bergerak.
2. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis. Contohnya
kebisingan yang timbul karena kendaraan-kendaraan yang bergerak di
jalan.
Berdasarkan letak sumber suaranya, kebisingan dibagi menjadi:
1. Bising interior. Merupakan bising yang berasal dari manusia,alat-alat
rumah tangga atau mesin-mesin gedung yang antaralain disebabkan oleh
radio, televisi, alat-alat musik, dan juga bising yang ditimbulkan oleh
mesin-mesin yang ada digedung tersebut seperti kipas angin, motor
kompresor pendingin,pencuci piring, dan lain-lain.
2. Bising eksterior. Bising yang dihasilkan oleh kendaraantransportasi
darat, laut, maupun udara, dan alat-alat konstruksi.
4
0,94 112
26,12 Detik 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
5
3. Gangguan patologis organis Gangguan kebisingan yang paling menonjol
adalah pengaruhnya terhadap alat pendengaran atau telinga, yang dapat
menimbulkan ketulian yang bersifat sementara hingga permanen.
4. Komunikasi Kebisingan dapat menganggu pembicaraan dan kebisingan
mengganggu kita dalam menangkap dan mengerti apa yang dibicarakan
oleh orang lain.
6
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Sound Level Meter
7
Tombol digunakan untuk mengaktifkan mode tertimbang waktu respon
(Fast/Slow)
F (Fast response) : digunakan untuk pengukuran formal (lingkungan
ambient standar
S (Slow response) : digunakan untuk pengukuran tingkat rata-rata
fluktasi udara
7. Tombol mode rentang ukur
Digunakan untuk memilih tentang ukur yang diinginkan
Rentang bawah / Lo = 20-100 dB
Rantang atas / Hi = 0-130 dB
Catatan : jika pengukuran muncul indicator “OVER”, gunakan rentang
ukur yang lain
8. Tombol max / hold
Tombol untuk menampilkan nilai maksimum pengukuran yang sudah
dibaca. Data akan terus diperbaharui jika terdapat nilai maksimum yang
baru / lebih tinggi dari nilai sebelumnya. Tombol ini juga untuk
mengaktifkan fitur HOLD, caranya dengaan menekan dan tahan tombol
selama 2 detik.
9. Mikrofon
Sensor pengambilan suara kemudian di olah instrumen
10. Tempat Baterai
9
3.2.4 Cara Mengganti Baterai
10
BAB IV
HASIL DAN PAMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
4.1.1 Waktu dan Lokasi Pengukuran
Hari/Tanggal : Selasa/15 Februari 2022
Waktu : 09.00 WIB
Lokasi : Ruang Kelas B1.02, Lantai 1, Gedung Perkuliahan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
4.1.2 Hasil Pengukuran Kebisingan
Tabel 4. 1 Hasil Pengukuran Kebisingan Kontinyu Pada Mesin AC
Nilai
Hasil
No Ambang Satuan Keterangan
Pengukuran
Batas (Max)
11
Tabel 4. 2 Hasil Pengukuran Kebisingan Ambien Pada Mesin AC
Nilai
Hasil
No Ambang Satuan Keterangan
Pengukuran
Batas (Min)
12
4.1 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis dan pengukuran intensitas kebisingan di ruang
kelas B1.01 gedung perkuliahan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sriwijaya pada tanggal 15 Februari 2022 yang biasanya digunakan untuk kegiatan
belajar dan mengajar kemudian dianalisis berdasarkan Permenaker No 5 Tahun
2018, dilakukan 3 kali per 10 detik pengukuran intensitas kebisingan amnbien
yaitu diukur di dalam kelas dan 3 kali per 10 detik pengukuran intensitas
kebisingan kontinyu yaitu pada kebisingan yang bersumber dari mesin AC (Air
Conditioner) kelas. Pada pengukuran kebisingan kontinyu yang pertama hasil
pengukuran yang diapatkan adalah 68,7dBC. Nilai ambang batas kebisingan
menurut Permenaker No. 5 Tahun 2018 yaitu 85dBC untuk kebisingan kontinyu
per 8 jam. Dilihat dari nilai ambang batas pada peraturan tersebut dapat
disimpulkan bahwasanya pengukuran pertama pada kebisingan kontinyu masih
memenuhi kualitas kebisingan yang baik karena masih di bawah nilai ambang
batas maksimum yang ditentukan.
13
masih di bawah nilai ambang batas maksimum yang ditentukan yaitu 85 dBC dan
tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.
14
ketiga masih memenuhi kualitas kebisingan yang baik karena masih di bawah nilai
ambang batas maksimum yang ditentukan yaitu 85 dBA dan tidak akan
menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
2. Nilai ambang batas maksimum kebisingan diatur dalam Permenaker
No.5 Tahun 2018 tentang keselamatan dan kesehatan kerja yaitu 85dBA
per 8 jam untuk kebisingan ambien dan 85dBC per 8 jam untuk
kebisingan kontinyu.
3. Hasil yang didapatkan dari pengukuran kebisingan kontinyu secara
berturut-turut adalah 68,7dBC, 69,0dBC, 70,8dBC, dengan hasil rata-rata
69,5dBC. Jika dilihat dari nilai ambang batas yang sudah ditentukan
kebisingan kontinyu yang didapatkan masih belum memenuhi syarat
kebisingan yang baik dikarenakan masih di bawah 85dBC.
4. Hasil yang didapatkan dari pengukuran kebisingan ambien secara
berturut-turut adalah 53,1dBA, 50,2dBA, 50,6dBA dengan hasil rata-rata
51,3dBA Jika dilihat dari nilai ambang batas yang sudah ditentukan
kebisingan ambien yang didapatkan masih belum memenuhi syarat
kebisingan yang baik dikarenakan masih di bawah 85dBA.
3 Dampak kebisingan jika melebihi nilai ambang batas yang terlah
ditentukan adalah menyebabkan gangguan fisiologis yaitu fungsi
pendengaran terganggu, pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan
tidak dapat didengar secara jelas, sehingga dapat menimbulkan gangguan
lain. Kebisingan dapat mempengaruhi stabilitas mental dan reaksi
psikologis, seperti rasa khawatir, jengkel, takut dan sebagainya.
Gangguan patologis organis, terhadap alat pendengaran atau telinga,
yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat sementara hingga
permanen, kebisingan dapat menganggu pembicaraan dan kebisingan
16
mengganggu kita dalam menangkap dan mengerti apa yang dibicarakan
oleh orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Djalante, S. (2010). Analisis Tingkat Kebisingan Di Jalan Raya Yang
Menggunakan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APIL)(Studi Kasus:
Simpang Ade Swalayan). SMARTek, 8(4).
Darlani, D., & Sugiharto, S. (2017). Kebisingan Dan Gangguan Psikologis Pekerja
Weaving Loom Dan Inspection Pt. Primatexco Indonesia. JHE (Journal of
Health Education), 2(2), 130-137.
Malau, N. D., Manao, G. R. S., & Kewa, A. (2017). Analisa Tingkat Kebisingan
Lalulintas di Jalan Raya. EduMatSains: Jurnal Pendidikan, Matematika dan
Sains, 2(1), 89-98.
17