Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

PRAKTIKUM KEBISINGAN

Laporan ini dibuat sebagai syarat

Dalam Mata Kuliah Praktikum Lingkungan Fisik

Program Studi Kesehatan Lingkungan

OLEH

Nama : Ditha Effriyanda

NIM : 10031381924059

Kelompok : 10 (Sepuluh)

Dosen : 1. Dini Arista Putri, S.Si., M.PH.

2. Mona Lestari, S.K.M., M.K.K.

3. Inoy Trisnaini, SKM.,MKL.

Asisten : Muhammad Rozqie Anam

LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang....................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3

2.1 Pengertian Kebisingan ........................................................................... 3

2.2 Sumber Kebisingan ................................................................................ 3

2.3 Nilai Ambang Batas ............................................................................... 4

2.4 Dampak Bagi Kesehatan ........................................................................ 5

2.5 Sound Level Meter ................................................................................ 6

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ........................................................ 7

3.1 Alat dan Bahan ...................................................................................... 7

3.2.1 Alat ................................................................................................ 7

3.2 Prosedur Kerja ....................................................................................... 7

3.2.2 Keterangan Instrumen Alat ............................................................. 7

3.2.3 Kalibrasi Alat ................................................................................. 8

3.2.4 Cara Kerja ...................................................................................... 9

3.2.5 Cara Mengganti Baterai ................................................................ 10

BAB IV HASIL DAN PAMBAHASAN ......................................................... 11

4.1 Hasil Praktikum ................................................................................... 11

4.1.1 Waktu dan Lokasi Pengukuran...................................................... 11

4.1.2 Hasil Pengukuran Kebisingan ....................................................... 11

4.2 Pembahasan ......................................................................................... 13

BAB V PENUTUP........................................................................................... 16

i
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 17

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Nilai Ambang Batas Kebisingan .......................................................... 4
Tabel 4. 1 Hasil Pengukuran Kebisingan Kontinyu Pada Mesin AC ................... 11
Tabel 4. 2 Hasil Pengukuran Kebisingan Ambien Pada Mesin AC ..................... 12

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Sound Level Meter .......................................................................... 7
Gambar 3. 2 Cara Kalibrasi Alat .......................................................................... 9
Gambar 3. 3 Cara Mengukur Kebisingan ............................................................. 9
Gambar 3. 4 Cara Mengganti Baterai ................................................................. 10
Gambar 4. 1 Hasil 3 Pengukuran Kebisingan Kotinnyu ...................................... 11
Gambar 4. 2 Hasil 1 Pengukuran Kebisingan Kontinyu ...................................... 11
Gambar 4. 3 Hasil 2 Pengukuran Kebisingan Kontinyu ...................................... 11
Gambar 4. 6 Hasil 3 Pengukuran Kebisingan Ambien ........................................ 12
Gambar 4. 5 Hasil 1 Pengukuran Kebisingan Ambien ........................................ 12
Gambar 4. 4 Hasil 2 Pengukuran Kebisingan Ambien ........................................ 12

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebisingan didefenisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki. Untuk
menentukan kebisingan suara berdasarkan aspek seperti kenyaringan, waktu dan
dasar bising. Penyumbang utama dari kebisingan jalan raya adalah kendaraan
berat (truk dan bus) dan kendaraan ringan (mobil penumpang). Kebisingan adalah
suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia. Berdasarkan SK Menteri
Negeri Lingkungan Hidup No. Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan
adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa, dan sistem alam. Sedangkan
menurut Permenkes No.718/Men.Kes/Per/XI/1987, yang dimaksud dengan
kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu
atau membahayakan kesehatan. Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari
dalam kehidupan sehari-hari, termasuk tempat kerja. Bahkan bunyi yang kita
tangkap melalui telinga kita merupakan bagian dari kerja misalnyabunyi telfon,
bunyi mesin cetak, dan sebagainya. Namun, sering bunyi tersebut meskipun
merupakan bagian dari kerja kita, tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan
orang, bunyi mesin diesel yang melebihi ambang batas pendengaran. Bunyi yang
tidak kita inginkan atau kehendaki inilah yang sering disebut bising atau
kebisingan(Notoatmodjo, 2011). Kebisingan merupakan salah satu factor bahaya
fisik yangsering dijumpai ditempat kerja. Terpajan oleh kebisingan
yangberlebihan dapat merusak kemampuan untuk mendengar (menjadi tuli)dan
juga dapat mempengaruhi anggota tubuh yang lain termasuk jantung

Kemampuan mendengar adalah karunia Tuhan yang tiada taranilainya.


Tanpa pendengaran sangatlah sulit menjalani kehidupan(Soeripto, 2008).
Kemajuan teknologi saat ini telah memasuki hampir seluruh sendi-sendi
kehidupan manusia, akan tetapi setiap perkembangan teknologi tentu akan
memberikan dampak, baik yangbersifat positif maupun negatif (Wahyu, 2003).
Laju pertumbuhan transportasi sepeda motor di Indonesia paling tinggi di

1
bandingkan negara ASEAN, yakni 13,2% dibanding moda transportasi lain.
Penyebab peningkatan laju pertumbuhan sepeda motor akibat sarana transportasi
murah dan terjangkau (Beritatrans, 2015). Laju penjualan mobil pada periode
Januari-Juli 2017 sebanyak 618.808 unit atau meningkat 4,17 persen
dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni 594.018 unit (Gumelar, 2017).
Mobil dan motor bukan lagi menjadi barang yang mewah bagi masyarakat,
peningkatan jumlah kendaraan motor maupun mobil terus saja meningkat yang
dapat dirasakan di jalan-jalan raya dengan meningkatnya kepadatan dan
kemacetan yang sering terjadi di jalan lalu lintas pada jam-jam sibuk. Salah satu
penyebab kebisingan ialah meningkatya aktifitas transportasi suatu kawasan.
Semakin meningkatnya jumlah kendaraan maka aktivitas transportasi yang
melintasi pada suatu wilayah akan semakin padat dan diiringi dengan
meningkatnya kebisingan. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia
maka sejak awal perlu tentang kemungkinan timbulnya dampak baik terhadap
tenaga kerja maupun pada masyarakat di lingkungan sekitarnya. Dampak yang
ditimbulkan berupa penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja dapat digolongkan
dengan beberapa jenis yaitu fisik, kimia, infeksi, fisiologis dan mental psikologis.
Kebisingan, yang termasuk dalam golongan fisik, dapat menyebabkan kerusakan
pendengaran/tuli.

Kebisingan yang terus menerus akan menimbulkan ketulian secara


perlahan, dalam waktu hitungan bulan sampai tahun. Dengan kondisi seperti ini
jarang disadari oleh penderita sehingga ketika penderita baru menyadari
menderita ketulian stadium akhir sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Maka akan
mempengaruhi produktivitas dalam bekerja. disamping itu, ketulian juga akan
mengganggu komunikasi. Jika kebisingan tersebut sudah melewati nilai ambang
batas yang sudah ditentukan maka akan dapat menimbulkan dampak bagi
kesehatan, untuk mengetahui berapa tingkat kebisingan tersebut maka diperlukan
pengujian kebisingan. Pengukuran kebisingan dapat dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut Sound Level Meter. Sound Level Meter adalah
alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar, maka
akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh
alat ini, selanjutnya menggerakkan meter penunjuk. Pengukuran dengan

2
menggunakan SLM dilakukan selama 10 menit, dan pembacaan dilakukan setiap
5 detik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu
manusia. Berdasarkan SK Menteri Negeri Lingkungan Hidup No. Kep.Men-
48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak,
satwa, dan sistem alam. Sedangkan menurut Permenkes
No.718/Men.Kes/Per/XI/1987, yang dimaksud dengan kebisingan adalah
terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau
membahayakan kesehatan. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor. PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang nilai ambang
batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja menyebutkan kebisingan
adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran. Definisi lain adalah bunyi yang didengar sebagai
rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis,
dan manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki, maka dinyatakan sebagai
kebisingan.

2.2 Sumber Kebisingan


Dilihat dari sifat, sumber kebisingan dibagi menjadi dua yaitu :
1. Sumber kebisingan statis, misalnya pabrik, mesin, tape, danlainnya.
2. Sumber kebisingan dinamis, misalnya mobil, pesawat terbang, kapal
laut, dan lainnya
Sedangkan dilihat dari bentuk sumber suaranya, sumber suara dibagi
menjadi dua yaitu :

3
1. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatutitik/bola/lingkaran.
Contohnya sumber bising dari mesin-mesini ndustri/mesin yang tak
bergerak.
2. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis. Contohnya
kebisingan yang timbul karena kendaraan-kendaraan yang bergerak di
jalan.
Berdasarkan letak sumber suaranya, kebisingan dibagi menjadi:
1. Bising interior. Merupakan bising yang berasal dari manusia,alat-alat
rumah tangga atau mesin-mesin gedung yang antaralain disebabkan oleh
radio, televisi, alat-alat musik, dan juga bising yang ditimbulkan oleh
mesin-mesin yang ada digedung tersebut seperti kipas angin, motor
kompresor pendingin,pencuci piring, dan lain-lain.
2. Bising eksterior. Bising yang dihasilkan oleh kendaraantransportasi
darat, laut, maupun udara, dan alat-alat konstruksi.

2.3 Nilai Ambang Batas


Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan yang diperkenankan menurut
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja adalah 85 dBA
dengan waktu maksimum 8 jam perhari.

Tabel 2. 1 Nilai Ambang Batas Kebisingan

Waktu Pemaparan Per Intensitas Kebisingan Dalam


Hari dBA
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109

4
0,94 112
26,12 Detik 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139

2.4 Dampak Bagi Kesehatan


Pengaruh akibat terpapar kebisingan keras lainnya adalah adanya rasa
mual, lemas, stres, sakit kepala bahkan peningkatan tekanan darah (Pulat, 1992).
Menurut Chanlett (1979), selain berdampak pada gangguan pendengaran, terdapat
efek kebisingan lainnya, yaitu: gangguan tidur dan istirahat, mempengaruhi
kapasitas kerja pekerja. Dari segi fisik gangguan kebisingan dapat berupa pupil
yang membesar, dari segi psikologis kebisingan dapat menimbulkan stress,
penyakit mental, dan perubahan sikap atau kebiasaan. . Menurut Babba (2007)
kebisingan dengan intensitas tinggi dapat berdampak buruk pada kesehatan antara
lain :

1. Gangguan fisiologis adalah gangguan yang pertama timbul akibat bising,


fungsi pendengaran secara fisiologis dapat terganggu. Pembicaraan atau
instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas, sehingga
dapat menimbulkan gangguan lain. Kebisingan dapat menimbulkan
gangguan fisiologis melalui tiga cara yaitu sistem internal tubuh, ambang
pendengaran, pola tidur,
2. Gangguaan psikologis apabila terjadi terlalu lama dapat menimbulkan
gangguan psikologis. Kebisingan dapat mempengaruhi stabilitas mental
dan reaksi psikologis, seperti rasa khawatir, jengkel, takut dan
sebagainya.

5
3. Gangguan patologis organis Gangguan kebisingan yang paling menonjol
adalah pengaruhnya terhadap alat pendengaran atau telinga, yang dapat
menimbulkan ketulian yang bersifat sementara hingga permanen.
4. Komunikasi Kebisingan dapat menganggu pembicaraan dan kebisingan
mengganggu kita dalam menangkap dan mengerti apa yang dibicarakan
oleh orang lain.

2.5 Sound Level Meter


Sound Level Meter merupakan alatu ukur dengan basis system
pengukuran elektronik. Meskipun pengukuran bisa dibuat secara langsung dengan
cara mekanik, system pengukuran elektronik memberikan banyak keuntungan
untuk beberapa pengukuran, antara lain kecepatan system dalam mengambil,
mengirim, mengolah, dan menyimpan data. SLM banyak di jual di pasaran namun
harganya tergolong mahal. Instrumen utama untuk pengukuran suara lapangan
adalah soundlevel met er (SLM). Komponen dari sound level meter yaitu:
1. Mikrofon. Mikrofon berguna mendeteksi fluktuasi tekanan suara dan
mengubah sinyal listrik analog.
2. Preamplifier. Preamplifier digunakan untuk pencocokan impedansi dan
terkadang memberikan tegangan polarisasi DC ke mikrofon.
3. Jaringan pembobotan frekuensi .Tahap ini menyediakan system jaringan,
umumnya AC dan linear yang digunkan untuk memodifikasi
karakteristik respon frekuensi dan instrument pengukuran. Pembobotan
frekuensi yang tepat tergantung pada jenis pengukuran yang di buat.
4. Rentang penguat control. Kebanyakan penguat detector soundlevel meter
memiliki jangkauan terbatas dari sinyal yang mereka operasikan secara
akurat. Penguat ini digunakan untuk mengatur tegangan sinyal ketingkat
yang ada dalam kisaran ini.
5. Detektor. Elemen ini digunakan untuk mengkarakterisasi amplitude
sinyal yang masuk. Ada beberapa jenis detector yang umum digunakan.
Mereka termasuk RMS(Root Means Square), puncak dan integrase.
6. Layar. Setelah amplitude sinyal terdet ksi, layar digunakan untuk
menunjukkan levelini. Umumnya tampilan SLM di skala akan dalam
deksripsi yang mengacu pada standar internasional yaitu 2 x 10 5 pa.

6
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Sound Level Meter

Gambar 3. 1 Sound Level


Meter
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Keterangan Instrumen Alat
1. Windscreen / Pelindung Sensor Suara
Digunakan untuk melidungi sensor suara mikrofon dari debu dan angina,
dianjurkan menggunakan windscreen untuk mencegah sensor cepat rusak.
2. LCD Display
Layar tampilan menampilkan informasi nilai pengukuran dan berbagai
indicator.
3. Tombol power ON/OFF
Tombol untuk menyalakan dan mematikan alat.
4. Tombol Blacklight
Tombol untuk menyalakan atau mematikan lampu layar.
5. Tombol mode A weighting / C weighting
Tombol memilih antara mode tertimbang A / C
Tombol A : Digunakan untuk pengukuran suara pada umumnya
Tombol B : Digunakan untuk pengukuran suara dengan frekuensi
rendah
6. Tombol mode Time Weighting

7
Tombol digunakan untuk mengaktifkan mode tertimbang waktu respon
(Fast/Slow)
F (Fast response) : digunakan untuk pengukuran formal (lingkungan
ambient standar
S (Slow response) : digunakan untuk pengukuran tingkat rata-rata
fluktasi udara
7. Tombol mode rentang ukur
Digunakan untuk memilih tentang ukur yang diinginkan
Rentang bawah / Lo = 20-100 dB
Rantang atas / Hi = 0-130 dB
Catatan : jika pengukuran muncul indicator “OVER”, gunakan rentang
ukur yang lain
8. Tombol max / hold
Tombol untuk menampilkan nilai maksimum pengukuran yang sudah
dibaca. Data akan terus diperbaharui jika terdapat nilai maksimum yang
baru / lebih tinggi dari nilai sebelumnya. Tombol ini juga untuk
mengaktifkan fitur HOLD, caranya dengaan menekan dan tahan tombol
selama 2 detik.
9. Mikrofon
Sensor pengambilan suara kemudian di olah instrumen
10. Tempat Baterai

3.2.2 Kalibrasi Alat

2 jenis cara kalibrasi dengan


eksternal dan internal

Untuk Sound Level Meter digunakan


dengan kalibrasi eksternal

Kalibrasi eksternal oleh lembaga atau


instansi memiliki sertifikasi kalibrasi atau
8 terstandarisasi
lembaga yang telah
Kalibrasi eksternal dilakukan dengan
pilihan pertahun atau perjumlah pengguna
alat
Gambar 3. 2 Cara Kalibrasi Alat

3.2.3 Cara Kerja

Tekan tombol power

Pilih selector pada posisi fast untuk jenis


kebisingan kontinyu, slow untuk jenis
kebisingan implusive / terputus-putus

Pilih selector range intensitas high/low

Tentukan lokasi pengukuran

Setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama


1-2 menit, atau sampai hasil menunjukkan angka stabil

Tekan hold untuk mencatat hasil di monitor

Tekan tombol power kembali


untuk mematikan alat

Gambar 3. 3 Cara Mengukur Kebisingan

9
3.2.4 Cara Mengganti Baterai

Lepaskan sekrup yang


terdapat dibelakang alat

Angkat penutup baterai untuk


membuka tempat baterai

Masukkan baterai dengan sisi


kutub yang benar

Tutup kembali dan pasang


kembali sekrup

Gambar 3. 4 Cara Mengganti


Baterai

10
BAB IV
HASIL DAN PAMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
4.1.1 Waktu dan Lokasi Pengukuran
Hari/Tanggal : Selasa/15 Februari 2022
Waktu : 09.00 WIB
Lokasi : Ruang Kelas B1.02, Lantai 1, Gedung Perkuliahan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
4.1.2 Hasil Pengukuran Kebisingan
Tabel 4. 1 Hasil Pengukuran Kebisingan Kontinyu Pada Mesin AC

Nilai
Hasil
No Ambang Satuan Keterangan
Pengukuran
Batas (Max)

1 68,7 85 dBC Sesuai NAB

2 69,0 85 dBC Sesuai NAB

70,8 85 dBC Sesuai NAB


3

dBC Sesuai NAB


Rata-rata 69,5

Gambar 4. 2 Hasil 1 Gambar 4. 3 Hasil 2 Gambar 4. 1 Hasil 3


Pengukuran Pengukuran Pengukuran
Kebisingan Kontinyu Kebisingan Kontinyu Kebisingan Kotinnyu

11
Tabel 4. 2 Hasil Pengukuran Kebisingan Ambien Pada Mesin AC

Nilai
Hasil
No Ambang Satuan Keterangan
Pengukuran
Batas (Min)

1 53,1 85 dBA Sesuai NAB

2 50,2 85 dBA Sesuai NAB

50,6 85 dBA Sesuai NAB


3

Rata-rata 51,3 dBA Sesuai NAB

Gambar 4. 6 Hasil 2 Gambar 4. 5 Hasil 1 Gambar 4. 4 Hasil 3


Pengukuran Pengukuran Pengukuran
Kebisingan Ambien Kebisingan Ambien Kebisingan Ambien

12
4.1 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis dan pengukuran intensitas kebisingan di ruang
kelas B1.01 gedung perkuliahan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sriwijaya pada tanggal 15 Februari 2022 yang biasanya digunakan untuk kegiatan
belajar dan mengajar kemudian dianalisis berdasarkan Permenaker No 5 Tahun
2018, dilakukan 3 kali per 10 detik pengukuran intensitas kebisingan amnbien
yaitu diukur di dalam kelas dan 3 kali per 10 detik pengukuran intensitas
kebisingan kontinyu yaitu pada kebisingan yang bersumber dari mesin AC (Air
Conditioner) kelas. Pada pengukuran kebisingan kontinyu yang pertama hasil
pengukuran yang diapatkan adalah 68,7dBC. Nilai ambang batas kebisingan
menurut Permenaker No. 5 Tahun 2018 yaitu 85dBC untuk kebisingan kontinyu
per 8 jam. Dilihat dari nilai ambang batas pada peraturan tersebut dapat
disimpulkan bahwasanya pengukuran pertama pada kebisingan kontinyu masih
memenuhi kualitas kebisingan yang baik karena masih di bawah nilai ambang
batas maksimum yang ditentukan.

Pada pengukuran kebisingan kontinyu yang kedua hasil pengukuran yang


diapatkan adalah 69,0 dBC per 10 detik. Standar kebisingan berdasarnkan nilai
ambang batas kebisingan menurut Permenaker No. 5 Tahun 2018 yaitu 85dBC
untuk kebisingan kontinyu per 8 jam. Dilihat dari nilai ambang batas pada
peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwasanya pengukuran kebisingan
kontinyu pada kelas B101 yang biasanya digunakan untuk kegiatan belajar dan
mengajar yang kedua masih memenuhi kualitas kebisingan yang baik karena
masih di bawah nilai ambang batas maksimum yang ditentukan yaitu 85 dBA dan
tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.

Pada pengukuran kebisingan kontinyu yang ketiga hasil pengukuran


yang diapatkan adalah 70,8 dBC per 10 detik. Standar kebisingan berdasarnkan
nilai ambang batas kebisingan menurut Permenaker No. 5 Tahun 2018 yaitu
85dBC untuk kebisingan kontinyu per 8 jam. Dilihat dari nilai ambang batas pada
peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwasanya pengukuran kebisingan
kontinyu pada kelas B101 yang biasanya digunakan untuk kegiatan belajar dan
mengajar yang ketiga masih memenuhi kualitas kebisingan yang baik karena

13
masih di bawah nilai ambang batas maksimum yang ditentukan yaitu 85 dBC dan
tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.

Dari ketiga hasil pengukuran kebisingan kontinyu yang dilakukan di


kelas B1.01 gedung perkuliahan FKM UNSRI yang biasanya digunakan untuk
kegiatan belajar mengajar didapatkan hasil secara berturut-turut prngukuran
pertama, kedua, dan ketiga ialah 68,7dBC, 69,0dBC, 70,8dBC, kemudian dirata-
ratakan mendapatkan hasil 69,5 dBC dimana menurut Permenaker No 5 Tahun
2018 tentang keselamatan dan kesehatan kerja untuk kebisngan ambien pada
pekerja makximan 85dBC. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwasanya
kebisingan ambiendi kelas B1.01 gedung perkuliahan FKM UNSRI yang
biasanya digunakan untuk kegiatan menulis, membaca atau kegiatan belajar
mengajar masih memenuhi syarat kebisingan yang baik dikarenakan hasil
pengukuran kebisingan ambien tersebut masih dibawah nilai ambang batas yaitu
85dBC.

Pengukuran selanjutnya adalah pengukuran intensitas kebisingan


kontinyu yang bersumber dari mesin AC (Air Conditioner) yang ada di kelas
B1.01 gedung perkuliahan FKM UNSRI yang biasanya digunakan untuk kegiatan
belajar mengajar, dilakukan 3 kali pengukuran per 10 detik sama seperti
pengukuran ambien. Hasil pengukuran yang pertama didapatkan hasil 53,1dBA.
Standar intensitas kebisingan ambien menurut Permenaker Nomor 5 Tahun 2018
tentang keselamatan dan kesehatan kerja untuk kebisingan ambien adalah 85dBA.
Dilihat dari peraturan tersebut didapatkan bahwa hasil dari pengukuran kebisingan
ambien yang pertama masih memenuhi syarat kebisingan yang baik untuk
kegiatan belajar mengajar khususnya untuk membaca dan menulis, dikarenakan
hasil pengukuran masih dibawah 85dBA.

Pada pengukuran kebisingan ambien yang kedua hasil pengukuran yang


diapatkan adalah 50,2 dBA per 10 detik. Standar kebisingan berdasarnkan nilai
ambang batas kebisingan menurut Permenaker No. 5 Tahun 2018 yaitu 85dBA
untuk kebisingan ambien per 8 jam. Dilihat dari nilai ambang batas pada peraturan
tersebut dapat disimpulkan bahwasanya pengukuran kebisingan ambien pada
kelas B101 yang biasanya digunakan untuk kegiatan belajar dan mengajar yang

14
ketiga masih memenuhi kualitas kebisingan yang baik karena masih di bawah nilai
ambang batas maksimum yang ditentukan yaitu 85 dBA dan tidak akan
menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.

Pada pengukuran kebisingan ambien yang ketiga hasil pengukuran yang


diapatkan adalah 50,6 dBA per 10 detik. Standar kebisingan berdasarnkan nilai
ambang batas kebisingan menurut Permenaker No. 5 Tahun 2018 yaitu 85dBA
untuk kebisingan ambien per 8 jam. Dilihat dari nilai ambang batas pada peraturan
tersebut dapat disimpulkan bahwasanya pengukuran kebisingan ambien pada
kelas B101 yang biasanya digunakan untuk kegiatan belajar dan mengajar yang
ketiga masih memenuhi kualitas kebisingan yang baik karena masih di bawah nilai
ambang batas maksimum yang ditentukan yaitu 85 dBA dan tidak akan
menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.

Dari ketiga hasil pengukuran kebisingan ambien yang dilakukan di kelas


B1.01 gedung perkuliahan FKM UNSRI yang biasanya digunakan untuk kegiatan
belajar mengajar didapatkan hasil secara berturut-turut prngukuran pertama,
kedua, dan ketiga ialah 53,1dBA, 50,2dBA, 50,6dBA, kemudian dirata-ratakan
mendapatkan hasil 51,3dBA dimana menurut Permenaker No 5 Tahun 2018
tentang keselamatan dan kesehatan kerja untuk kebisngan ambien pada pekerja
makximan 85dBC. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwasanya kebisingan
ambiendi kelas B1.01 gedung perkuliahan FKM UNSRI yang biasanya digunakan
untuk kegiatan menulis, membaca atau kegiatan belajar mengajar masih
memenuhi syarat kebisingan yang baik dikarenakan hasil pengukuran kebisingan
ambien tersebut masih dibawah nilai ambang batas yaitu 85dBC dan tidak akan
menimbulkan penyakit, jika hasil pengukuran diatas nilai ambang batas
maksimum yang ditentukan dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan misalnya
Gangguan fisiologis adalah gangguan yang pertama timbul akibat bising, fungsi
pendengaran secara fisiologis dapat terganggu, kemudian dampak psikologis
seoerti rasa khawatir dan jengkel, terganggunya komunikasi karena mengganggu
kita dalam menangkap pembicaraan lawan bicara, dan gangguan patologis organis
yaitu bisa menimbulkan ketulian yang bersifat sementara atau pun permanen.

15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
2. Nilai ambang batas maksimum kebisingan diatur dalam Permenaker
No.5 Tahun 2018 tentang keselamatan dan kesehatan kerja yaitu 85dBA
per 8 jam untuk kebisingan ambien dan 85dBC per 8 jam untuk
kebisingan kontinyu.
3. Hasil yang didapatkan dari pengukuran kebisingan kontinyu secara
berturut-turut adalah 68,7dBC, 69,0dBC, 70,8dBC, dengan hasil rata-rata
69,5dBC. Jika dilihat dari nilai ambang batas yang sudah ditentukan
kebisingan kontinyu yang didapatkan masih belum memenuhi syarat
kebisingan yang baik dikarenakan masih di bawah 85dBC.
4. Hasil yang didapatkan dari pengukuran kebisingan ambien secara
berturut-turut adalah 53,1dBA, 50,2dBA, 50,6dBA dengan hasil rata-rata
51,3dBA Jika dilihat dari nilai ambang batas yang sudah ditentukan
kebisingan ambien yang didapatkan masih belum memenuhi syarat
kebisingan yang baik dikarenakan masih di bawah 85dBA.
3 Dampak kebisingan jika melebihi nilai ambang batas yang terlah
ditentukan adalah menyebabkan gangguan fisiologis yaitu fungsi
pendengaran terganggu, pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan
tidak dapat didengar secara jelas, sehingga dapat menimbulkan gangguan
lain. Kebisingan dapat mempengaruhi stabilitas mental dan reaksi
psikologis, seperti rasa khawatir, jengkel, takut dan sebagainya.
Gangguan patologis organis, terhadap alat pendengaran atau telinga,
yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat sementara hingga
permanen, kebisingan dapat menganggu pembicaraan dan kebisingan

16
mengganggu kita dalam menangkap dan mengerti apa yang dibicarakan
oleh orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Djalante, S. (2010). Analisis Tingkat Kebisingan Di Jalan Raya Yang
Menggunakan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APIL)(Studi Kasus:
Simpang Ade Swalayan). SMARTek, 8(4).

Setiawan, M. F. (2010). Tingkat kebisingan pada perumahan di perkotaan. Jurnal


Teknik Sipil dan Perencanaan, 12(2).

Kadarisman, M., Gunawan, A., & Ismiyati, I. (2015). Implementasi kebijakan


sistem transportasi darat dan dampaknya terhadap kesejahteraan sosial di
jakarta. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik, 2(1), 59-78.

Darlani, D., & Sugiharto, S. (2017). Kebisingan Dan Gangguan Psikologis Pekerja
Weaving Loom Dan Inspection Pt. Primatexco Indonesia. JHE (Journal of
Health Education), 2(2), 130-137.

Malau, N. D., Manao, G. R. S., & Kewa, A. (2017). Analisa Tingkat Kebisingan
Lalulintas di Jalan Raya. EduMatSains: Jurnal Pendidikan, Matematika dan
Sains, 2(1), 89-98.

17

Anda mungkin juga menyukai