Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM KEBISINGAN (Sound Level Meter)

Laporan ini dibuat sebagai syarat


dalam Mata Kuliah Analisis Kualitas Lingkungan
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

OLEH :
Nama : Fathiya Nurchalikiya
NIM : 10011182126019
Kelompok : 5 / Lima
Dosen : Dr. Suheryanto, M.Si
Asisten : Hanifatun Hasanah

LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT (S1)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................6

I. Latar Belakang..................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9

2.1 Definisi Kebisingan........................................................................................9

2.2 Jenis Kebisingan.............................................................................................9

2.3 Klasifikasi Kebisingan.................................................................................10

2.4 Nilai Ambang Batas......................................................................................11

2.5 Dampak dan cara penanggulangan...............................................................11

2.6 Baku Mutu Tingkat Kebisingan...................................................................13

BAB III METODE PRAKTIKUM.....................................................................14

3.1 Alat dan Bahan.............................................................................................14

3.2 Prosedur Kerja..............................................................................................14

A. Kalibrasi Alat............................................................................................14

B. Keterangan Instrumen Alat.......................................................................14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................18

4.1 Hasil Praktikum............................................................................................18

4.1.2. Pengukuran..........................................................................................18

Pembahasan........................................................................................................19

BAB V KESIMPULAN........................................................................................24

5.1 Kesimpulan...................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

LAMPIRAN.........................................................................................................25
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1
Sound level meter 14
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Baku Mutu Kebisingan………………………………………………….11


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita dan berinteraksi
dengan kehidupan kita. Lingkungan terdiri dari unsur alamiah seperti tanah,
udara, air, tumbuhan, dan hewan, serta unsur buatan manusia seperti bangunan,
jalan, kendaraan, dan limbah. Lingkungan memiliki peran yang sangat penting
bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi. Namun,
lingkungan saat ini menghadapi berbagai masalah yang mengancam
keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi. Beberapa
masalah lingkungan yang sering dibicarakan antara lain perubahan iklim, polusi
udara, polusi air, deforestasi, dan kehilangan keanekaragaman hayati. Semua
masalah lingkungan ini disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industrialisasi,
urbanisasi, konsumsi energi fosil, dan pertanian modern. Upaya untuk menjaga
dan melindungi lingkungan menjadi semakin penting untuk dilakukan. Seluruh
masyarakat di dunia perlu bersama-sama untuk melakukan aksi nyata dalam
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia terhadap
lingkungan. Tindakan seperti mengurangi penggunaan bahan bakar fosil,
memperbanyak tanaman, meminimalisasi pembuangan sampah, dan memperbaiki
teknologi ramah lingkungan menjadi solusi yang perlu dilakukan agar lingkungan
kita tetap lestari.
Kebisingan adalah suara atau bunyi yang tidak diinginkan atau
mengganggu yang dapat mempengaruhi kesehatan, kenyamanan, dan
produktivitas manusia. Kebisingan dapat berasal dari berbagai sumber, seperti lalu
lintas, mesin industri, alat musik, dan kebisingan lingkungan lainnya. Kebisingan
dapat mempengaruhi kesehatan manusia dalam berbagai cara. Pada tingkat yang
rendah, kebisingan dapat menyebabkan gangguan tidur, kelelahan, dan
ketegangan. Pada tingkat yang lebih tinggi, kebisingan dapat menyebabkan
kerusakan pada pendengaran, tekanan darah tinggi, sakit kepala, dan stres.
Pada tingkat lingkungan, kebisingan juga dapat menyebabkan dampak
yang merugikan pada hewan dan tumbuhan. Kebisingan dari lalu lintas dapat
mempengaruhi perilaku hewan dan mengganggu kehidupan liar. Kebisingan dari
mesin industri juga dapat merusak tanaman dan mengganggu ekosistem. Oleh
karena itu, pengendalian kebisingan telah menjadi isu penting dalam masyarakat
modern. Undang-undang dan peraturan telah diberlakukan di banyak negara untuk
mengendalikan kebisingan dan melindungi kesehatan dan kesejahteraan manusia
serta lingkungan hidup.
Kebisingan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas lingkungan. Lingkungan yang terlalu bising dapat mengganggu
keseimbangan alam, memengaruhi fauna, serta mempengaruhi kualitas hidup
manusia yang tinggal di sekitarnya. Kebisingan yang dihasilkan oleh industri,
transportasi, atau konstruksi dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan,
seperti pengrusakan hutan, kerusakan habitat satwa liar, dan mengganggu kualitas
air dan udara. Kebisingan juga dapat memengaruhi keseimbangan ekosistem,
seperti mengganggu pola migrasi hewan, mengurangi keanekaragaman hayati, dan
memengaruhi perkembangan tumbuhan
Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kebisingan dalam
perencanaan lingkungan, dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengurangi
kebisingan pada sumbernya, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
dampak kebisingan pada kualitas lingkungan dan kesehatan manusia. Dengan
begitu, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih tenang, sehat, dan
berkelanjutan.
Debu adalah partikel-partikel kecil padat yang terdapat di udara dan
berasal dari berbagai sumber seperti kegiatan industri, transportasi, pembakaran,
aktivitas pertanian, konstruksi, dan kegiatan manusia lainnya. Debu dapat terdiri
dari berbagai zat seperti serbuk kayu, serbuk gergaji, serbuk seng, asap rokok,
asap kendaraan bermotor, dan partikel-partikel mineral. Partikel debu dapat
memiliki ukuran yang bervariasi, mulai dari sekitar 0,1 mikrometer hingga 100
mikrometer atau lebih besar. Partikel yang lebih kecil dari 10 mikrometer dapat
terhirup dan masuk ke dalam paru-paru dan memicu atau memperburuk penyakit
pernapasan, sementara partikel yang lebih besar dapat terjebak di hidung atau
mulut. Partikel debu yang terhirup dapat merusak jaringan paru-paru, memicu
atau memperparah penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis, dan pneumonia.
Selain itu, debu juga dapat menimbulkan iritasi pada mata dan hidung serta
memperburuk alergi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kebisingan


World Health Organization (WHO) mendefinisikan kebisingan sebagai suara
yang tidak diinginkan atau merusak, yang dapat mengganggu kenyamanan,
kesehatan, dan kesejahteraan manusia. Kebisingan dapat berasal dari berbagai
sumber seperti transportasi, industri, konstruksi, dan aktivitas manusia lainnya.
Sedangkan menurut American National Standards Institute (ANSI)
mendefinisikan kebisingan sebagai suara yang tidak diinginkan atau merusak yang
dapat mengganggu kenyamanan atau aktivitas manusia. ANSI menetapkan batas
baku kebisingan pada 85 desibel selama 8 jam sehari sebagai batas aman untuk
melindungi pendengaran manusia. Sedangkan menurut istilah, Kebisingan adalah
suara yang tidak diinginkan atau merusak yang dapat mengganggu kenyamanan,
kesehatan, dan kesejahteraan manusia dan lingkungan. Kebisingan dapat berasal
dari berbagai sumber seperti transportasi, industri, konstruksi, dan aktivitas
manusia lainnya. Kebisingan dapat memiliki dampak buruk pada kesehatan
manusia, termasuk gangguan tidur, gangguan pendengaran, dan risiko penyakit
kardiovaskular. Untuk mengurangi dampak buruk kebisingan, perlu dilakukan
pengendalian dan pemantauan kebisingan dalam lingkungan.

2.2 Jenis Kebisingan


Berikut adalah beberapa jenis kebisingan yang umum dijumpai:
1. Kebisingan lalu lintas: Kebisingan yang dihasilkan oleh kendaraan
bermotor seperti mobil, motor, bus, dan truk.
2. Kebisingan industri: Kebisingan yang dihasilkan oleh mesin dan
peralatan di industri seperti pabrik, gudang, dan tempat produksi.
3. Kebisingan konstruksi: Kebisingan yang dihasilkan oleh aktivitas
konstruksi seperti pembangunan gedung, jalan, jembatan, dan proyek
konstruksi lainnya.
4. Kebisingan alam: Kebisingan yang dihasilkan oleh fenomena alam
seperti angin, hujan, dan gelombang laut.
5. Kebisingan olahraga: Kebisingan yang dihasilkan oleh aktivitas
olahraga seperti pertandingan sepak bola, konser musik, dan acara
olahraga lainnya.
6. Kebisingan domestik: Kebisingan yang dihasilkan oleh aktivitas
manusia di dalam rumah seperti suara televisi, radio, dan alat elektronik
lainnya.
7. Kebisingan komersial: Kebisingan yang dihasilkan oleh aktivitas bisnis
seperti restoran, kafe, dan toko.

2.3 Klasifikasi Kebisingan


Kebisingan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain:
1. Berdasarkan sumber kebisingan:
Kebisingan alamiah: seperti angin, gelombang laut, dan suara burung
Kebisingan buatan: seperti lalu lintas, industri, dan konstruksi
2. Berdasarkan frekuensi suara:
Kebisingan rendah: frekuensi kurang dari 500 Hz
Kebisingan sedang: frekuensi antara 500 Hz hingga 2 kHz
Kebisingan tinggi: frekuensi di atas 2 kHz
3. Berdasarkan durasi waktu:
Kebisingan terus-menerus: terjadi dalam waktu yang lama dan berlangsung secara
terus-menerus, seperti kebisingan industri dan lalu lintas
Kebisingan impulsif: terjadi dalam waktu yang singkat namun berulang-ulang,
seperti suara letusan dan suara dentuman.
4. Berdasarkan efek pada kesehatan:
Kebisingan ringan: tidak berbahaya dan tidak berdampak buruk pada kesehatan
manusia.
Kebisingan sedang: dapat menyebabkan stres dan kelelahan.
Kebisingan berat: dapat menyebabkan gangguan pendengaran, gangguan tidur,
dan penyakit kardiovaskular.
2.4 Nilai Ambang Batas
Penerapan nilai ambang batas kebisingan ini bertujuan untuk melindungi
kesehatan manusia dari dampak buruk kebisingan, terutama yang berhubungan
dengan gangguan pendengaran dan kesehatan mental. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengendalian dan pemantauan kebisingan dalam lingkungan untuk
memastikan bahwa nilai ambang batas kebisingan ini tidak terlampaui dan
kesehatan manusia terlindungi.
Berikut adalah nilai ambang batas kebisingan dari standar yang berlaku di
beberapa negara:
1. Amerika Serikat:
Kebisingan lalu lintas pada malam hari: 55 decibel (dB)
Kebisingan lalu lintas pada siang hari: 65 dB
Kebisingan maksimum pada tempat kerja: 85 dB
Kebisingan maksimum dalam waktu 8 jam pada tempat kerja: 90 dB
2. Uni Eropa:
Kebisingan lalu lintas pada malam hari: 55 dB
Kebisingan lalu lintas pada siang hari: 65 dB
Kebisingan maksimum pada tempat kerja: 87 dB
Kebisingan maksimum dalam waktu 8 jam pada tempat kerja: 85 dB
3. Indonesia:
Kebisingan maksimum pada area perumahan: 55 dB
Kebisingan maksimum pada area perkantoran dan komersial: 65 dB
Kebisingan maksimum pada area industri: 75 dB
Kebisingan maksimum pada tempat kerja: 85 dB

2.5 Dampak dan cara penanggulangan


Dampak dari kebisingan pada kesehatan manusia dapat beragam, tergantung
pada tingkat kebisingan, durasi paparan, dan kepekaan individu. Beberapa
dampak yang dapat terjadi antara lain:
1. Gangguan pendengaran: kebisingan dalam jangka waktu yang lama dan
intensitas yang tinggi dapat merusak sel-sel rambut di dalam telinga yang
berfungsi untuk mendeteksi suara, dan dapat menyebabkan gangguan
pendengaran.
2. Gangguan kesehatan mental: kebisingan yang terus-menerus dan intens
dapat menyebabkan stres, kecemasan, gangguan tidur, dan depresi.
3. Gangguan kesehatan fisik: kebisingan yang tinggi dan terus-menerus
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, risiko penyakit jantung dan
stroke, dan mengganggu sistem pencernaan.
Cara menanggulangi kebisingan antara lain:
1. Mengurangi sumber kebisingan: mengurangi atau membatasi aktivitas
yang menghasilkan kebisingan, seperti membatasi lalu lintas kendaraan dan
kegiatan industri.
2. Menggunakan peralatan pelindung telinga: menggunakan alat
pelindung telinga seperti headphone atau earplug saat berada di lingkungan yang
bising.
3. Meningkatkan isolasi suara: meningkatkan isolasi suara di bangunan,
seperti menggunakan bahan dinding yang tebal dan bahan kaca khusus.
4. Menggunakan pengatur kebisingan: mengatur volume suara atau
menggunakan teknologi pengurangan kebisingan aktif pada peralatan seperti
televisi, sound system, atau mesin.
5. Mengadopsi desain lingkungan yang ramah lingkungan dan ramah
pendengaran: mengadopsi desain lingkungan seperti area terbuka hijau,
mengurangi luas area beton, dan penggunaan bahan yang meredam suara.
2.6 Baku Mutu Tingkat Kebisingan
Tabel 2.6.1
Baku Mutu Tingkat Kebisingan
BAB III

METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Sound level meter

Figure 1 Sound level meter

Gambar 3.1 Sound level meter

3.2 Prosedur Kerja


A. Kalibrasi Alat
1. Terdapat 2 jenis cara kalibrasi yaitu kalibrasi dengan eksternal dan
internal
2. Untuk Sound Level Meter digunakan dengan kalibrasi ekternal
3. Kalibrasi ekternal dilakukan oleh lembaga atau intansi yang memiliki
sertifikasi kalibrasi atau lembaga yang sudah terstandarisasi
4. Kalibrasi ekternal dilakukan dengan pilihan pertahun atau perjumlah
penggunaan alat

B. Keterangan Instrumen Alat


1. Windscreen / pelindung sensor suara
Digunakan untuk melindungi sensor suara mikrofon dari debu dan
angin, dianjurkan menggunakan windscreen untuk mencegah sensor
cepat rusak.
2. LCD Display
Layar tampilan yang menampilkan informasi nilai pengukuran dan
berbagai indicator.
3. Tombol power ON/OFF
Tombol untuk menyalahkan dan mematikan alat
4. Tombol Backlight
Tombol untuk menyalakan atau mematikan lampu layar
5. Tombol mode A weighting / C weighting
Tombol untuk memilih antara mode tertimbang A / C
a. Tombol A : Digunakan untuk pengukuran suara pada
umumnya
b. Tombol B : Digunakan untuk pengukuran suara dengan
frekuensin rendah
6. Tombol mode Time Weighting
Tombol yang digunakan untuk mengaktifkan mode tertimbang
waktu respon (Fast / Slow)
a. F (Fast response) : Digunakan untuk pengukuran normal
(lingungan ambient standar)
b. S (Slow response) : Digunakan untuk pengukuran tingkat
rata-rata dari fluktasi suara
7. Tombol mode rentang ukur
Digunakan untuk memilih rentang ukur yang diinginkan
a. Rentang bawah /Lo = 30 – 100 dB
b. Rentang atas / Hi = 0 – 130 dB
Catatan: Jika dalam pengukuran muncul indikator “OVER”, coba
gunakan rentang ukur yang lain
8. Tombol max / hold
Tombol max berfungsi untuk menampilkan nilai maksimum dari
pengukuran yang sudah dibaca. Data ini akan terus di perbaharui jika terdapat
nilai maksimum yang baru / lebih tinggi dari nilai sebelumnya. Tombol ini juga
untuk mengaktifkan fitur HOLD, caranya dengan menekan dan tahan tombol
selama 2 detik.
9. Mikrofon
Sensor pengambil suara yang kemudian di olah instrumen
10. Tempat Baterai

B. Cara Kerja

D. Cara Mengganti Baterai


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

4.1.1. Waktu dan Lokasi Praktikum

1. Hari/Tanggal : Senin, 3 April 2023


: 13.00-14.00 WIB
2. Waktu
: Landmark Utama UNSRI
3. Lokasi

4.1.2. Pengukuran

Gambar 4.2. Hasil Pengukuran Sampel


4.2 Pembahasan
Kami telah melaksanakan praktikum pengukuran kebisingan di outdoor yaitu
Landmark Utama UNSRI dengan menggunakan alat ukur Sound Level Meter
pada hari Senin, 3 April 2023 pukul 13.00-14.13 WIB di Landmark Utama
Universitas Sriwijaya. Praktikum ini mengangkat judul Praktikum Kebisingan.
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum kebisingan ini yaitu untuk
melakukan pengukuran kebisingan, mengetahui hasil dari kebisingan di sekitar
Universitas Sriwijaya, serta mencocokkan Standar Baku Mutu Kebisingan
menurut Kementerian Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 Tentang Baku
Tingkat Kebisingan..
Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan pada praktikum ini
adalah Sound Level Meter. Sound Level Meter merupakan alat untuk mengukur
intensitas kebisingan antara 30-130 dBA dan frekuensi kebisingan antara 20-
20000 Hz. Alat ini digunakan untuk pengukuran lingkungan yang termasuk
kebisingan atau tempat yang berdampak oleh suara-suara bising. Pada saat
pengukuran, instrument Sound Level Meter dipegang oleh satu orang yang
dekat pada sumber suara kebisingan. Praktikum ini bersumber pada suara
bising dari kendaraan yang melintasi Jalan Lintas Sumatera di depan
Universitas Sriwijaya.
Sebelum dilakukan pengukuran,kami melakukan pemeriksaan alat Sound
Level Meter yang harus dilakukan karena dapat mempengaruhi hasil
pengukuran kebisingan dan hasil akhir perhitungan. Kami melakukan kalibrasi
alat terlebih dahulu sebelum memulai pengukuran. Sound Level Meter
menggunakan metode kalibrasi eksternal. Kalibrasi eksternal dilakukan dengan
pilihan per tahun atau per jumlah penggunaan alat. Sebelum menghidupkan
alat, pastikan windscreen atau pelindung sensor suara terpasang dengan baik.
Selanjutnya harus mengetahui tombol mode A weighting / C weighting dan
tombol mode time weighting. Pada praktikum ini akan mengukur kebisingan
kendaraan yang melintas di jalan raya sehingga menggunakan tombol A untuk
pengukuran pada umunya dan tombol S yaitu slow response untuk pengukuran
tingkat rata-rata dari fluktuasi suara. Pada tombol rentang ukur menggunakan
rentang bawah atau yang dilambangkan dengan Lo dengan rentang antara 30-
100 dBA. Terdapat tombol hold untuk melakukan pemberhentian pengukuran
semenrtara yaitu dngan cara menekan dan tahan tombol selama 2 detik (B, I
Pratiwi 2022).
Saat ingin menyalakan alat Sound Level Meter, pastikan semua
instrument alat aman dan terpasang dengan baik. Setelah itu tekan tombol
On/Off pada tombol hijau untuk menghidupkan alat pengukuran. Pegang sound
level meter dan atur jarak objek yang akan diukur kebisingannya. Pengukuran
dilakukan dengan tegak dan tidak boleh sampai alat tersebut bergerak dari titik
awal pemegangan alat. Pemegang alat ukur tersebut harus mengetahui prosedur
ini agar hasil dari alat ukur ini valid. Setelah itu, peneliti memilih tombol A,
tombol slow response, dan tombol Lo sesuai dengan objek yang kebisingannya
akan diukur. Orang yang mengukur kebisingan terdapat satu orang dan
perwakilan kelompok lain mencatat hasil dari pengukuran yang ditampilkan di
LCD Display. Apabila angka pada tampilan di alat pengukuran terlalu cepat
bergerak untuk melakukan pencatatan, maka bisa menekan tombol hold untuk
memperlambat kemunculan angka di tampilan.
Pengukuran ini dilakukan dengan tujan untuk mengetahui
pengukuran kebisingan yang terdapat pada Landmark Utama Universitas
Sriwijaya, apakah kebisingan di sekitaran lokasi praktikum termasuk daerah
bising yang mengganggu kenyamanan orang-orang yang berkunjung ke
Landmark Utama Universitas Sriwijaya. Standar baku mutu tingkat kebisingan
untuk universitas sebesar 55 dBA dan lokasi pengukuran merupakan fasilitas
umum yang memiliki tingkat kebisingan sebesar 60 dBA. Hal ini disesuaikan
dengan peraturan menurut Kementerian Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun
1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan yang berisikan mengenai peraturan
untuk mengendalikan kebisingan yang mengganggu kegiatan manusa, tingkat
kenyamanan, dan kesehatan manusia (Purwanto, B., & Lestari, R. 2016).

Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Kebisingan di Landmark Utama


Universitas Sriwijaya (Jalan Lintas Sumatera
Prabumulih)
No. Lokasi Praktikum Hasil Baku Mutu Lingkungan
1. Jalan Lintas Sumatera Prabumulih, 68,9 dBA 55 dBA (Universitas)

Landmark Utama UNSRI


Sumber : Praktikum Kebisingan di Landmark Utama Universitas Sriwijaya 2023.

Hasil perhitungan kebisingan mempunyai rumus tertentu untuk


menghitung data dari sampel yang dicatat, perhitungan hasil sampel dilakukan
sebagai berikut:

Gambar 4.3. Rumus Untuk Mencari Hasil Range, Kelas, dan Interval

Gambar 4.4. Perhitungan Hasil Akhir dari Pengukuran Sampel


Berdasarkan tabel perhitungan hasil akhir dari pengambilan sampel
kebisingan di Landmark Utama UNSRI dengan titik lokasi yaitu Jalan Lintas
Sumatera Prabumulih yang dilaksanakan pada tanggal 3 April 2023 sebesar 38
dBA. Nilai kebisingan yang melebihi ketetapan NAB yang telah ditetapkan
berakibat buruk bagi kesehatan. Menurut peraturan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996, standar baku mutu tingkat kebisingan pada
sekolah/sejenisnya sebesar 55 dBA. Sedangkan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indobesia Nomor 718/MENKES/PER/XI/1987 Tahun 1987
Tentang Kebisingan Yang Berhubungan Dengan Kesehatan, tempat pendidikan
masuk kategori Zona B zona dengan tingkat kebisingan minimum sebesar 45dB
dan tingkat kebisingan maksimum yang diperbolehkan adalah 55dB. Maka dapat
dinyatakan bahwa tingkat kebisingan yang terdapat pada Universitas Sriwijaya
termasuk kedalam rentang normal karena tidak melebihi baku standard mutu yang
telah ditetapkan Menteri Kesehatan sehingga aman untuk kesehatan.
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996 menyatakan
bahwa kebisingan merupakan suara atau bunyi tidak diinginkan dari kegiatan atau
usaha dalam jangka waktu yang terbatas menyebabkan gangguan kesehatan
individu dan kenyamanan lingkungan (Putra, 2018). Kebisingan yang melebihi
standar baku mutu lingkungan dapat berdampak bagi kesehatan manusia.
Praktikum kebisingan ini dapat dikaitkan oleh penelitian terdahulu yaitu “Analisa
Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Di Jalan Raya Ditinjau Dari Tingkat Baku Mutu
Kebisingan Yang Diizinkan” yang dilakukan oleh Lucia, Lefrandt , dan Meike
pada tanggal 10-11 September 2019 pukul 13.00-15.00 dengan titik lokasi
pengukuran kebisingan di Jalan Raya Sam Ratulangi Nomor 6, Kecamatan
Wenang Utara, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara yang berdekatan dengan
sekolah yaitu Sekolah Menengah Atas Rex Mundi. Pada pengukuran kebisingan
pada hari Rabu, 11 September 2019 tingkat kebisingan yang diperoleh sebesar
81,89 dBA dan pada hari Selasa, 10 September 2019 tingkat kebisingan yang
diperoleh sebesar 65,43 dBA. Penelitian ini melampaui batas dari standar baku
mutu lingkungan untuk kawasan sekolah yang ditetapkan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 sebesar 55 dBA.
Praktikum kebisingan yang kami lakukan berkaitan dengan penelitian
tersebut karena tingkat kebisingan yang diukur telah melampaui standar baku
kebisingan tingkat sekolah atau universitas. Adapun dampak-dampak yang
dihasilkan oleh kebisingan yang sudah melampaui batas menurut menyebabkan
berbagai gangguan seperti faktor fisiologis, gangguan psikologis, dan gangguan
komunikasi. Dampak yang terjadi pada faktor fisiologis berupa peningkatan
tekanan darah + 10 mmHg, peningkatan nadi, serta menyebabkan pucat dan
gangguan sensoris. Faktor psikologis menimbulkan dampak seperti perasaan yang
tidak nyaman, konsentrasi berkurang, susah tidur, dan cepat marah. Apabila bising
yang didengar dalam waktu yang lama menyebabkan penyakit psikosomatik
berupa gastritis, penyakit jantung, stress, dan kelelahan. Pada gangguan
komunikasi berdampak pada komunikasi antar individu sehingga harus berteriak
dan dapat kesalahpahaman bagi pendengar karena tidak dapat mendengar dengan
jelas yang bisa mengganggu kegiatan antar individu. Gangguan keseimbangan juga
dialami sebagai dampak kebisingan berupa halusinasi berjalan di luar angkasa yang
menimbulkan vertigo effect yaitu pusing kepala dan mual-mual.
Adapun saran yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat kebisingan
yaitu pihak univertas untuk menutup jendela kelas yang berhadapan dengan jalan
raya, pihak pemerintah membuat penanaman pohon kecil di antara pohon besar
dengan pola cukup dan rapat untuk mengurangi tingkat kebisingan, dan saran
lain berupa penggunaan klakson mobil yang digunakan agar lebih diminimalisir.
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan atau gangguan yang mengganggu
kenyamanan dan kesehatan seseorang. Hal ini dapat menyebabkan
berbagai dampak negatif pada manusia, termasuk stres, gangguan tidur,
kerusakan pendengaran, dan masalah kesehatan mental. Tingkat
kebisingan yang dianggap aman bervariasi tergantung pada konteksnya,
tetapi umumnya dianggap bahwa paparan kebisingan yang
berkelanjutan di atas 85 decibel dapat menyebabkan kerusakan
pendengaran dalam jangka panjang.
Parameter yang digunakan dalam pengukuran kebisingan adalah
Sound Level Meter yang merupakan alat untuk mengukur tingkat
kebisingan. Standar Baku Mutu Lingkungan tingkat Universitas
berdasarkan peraturan Kementerian Lingkungan Hidup Nomor 48
Tahun 1996 sebesar 55 dBA. Hasil perhitungan dari pengukuran
kebisingan didapatkan sebesar 68,9 dbA, hal ini menunjukkan bahwa
kebisingan yang terdapat di titik lokasi melebihi standar baku mutu
kebisingan lingkungan yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup Nomor 48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan.
Berdasarkan hasil perhitungan yang melampaui batas dapat
menimbulkan dampak bagi kesehatan seperti gangguan fisiologis,
gangguan psikologis, dan gangguan komunikasi. Untuk mengurangi
dampak kebisingan, langkah-langkah seperti penggunaan alat pelindung
telinga, penggunaan peredam suara, dan perencanaan tata kota yang
memperhitungkan dampak kebisingan dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

B, I Pratiwi 2022, 'Hubungan Kebisingan Dengan Hipertensi Pada Pekerja Ground


Safety Equipment (Gse) Di Pt. Gapura Angkasa Bandar Udara Sultan…
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2014 tentang Kebisingan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pratiwi, A. R., & Dewi, I. 2018. Analisis Kebisingan Lalu Lintas Kendaraan di
Ruang Terbuka pada Kawasan Bisnis Sudirman, Jakarta. Jurnal Teknik Sipil
dan Lingkungan, 6(1), 1-7.
Purwanto, B., & Lestari, R. 2016. Kajian Dampak Kebisingan Lalu Lintas Jalan
Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat di Kawasan Permukiman (Studi Kasus:
Jalan Slamet Riyadi Solo). Jurnal Sipil Statik, 2(2), 97-104.

Herawati, Peppy. 2016. Dampak Kebisingan Dari Aktifitas Bandara Sultan Thaha
Jambi Terhadap Pemukiman Sekitar Bandara. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, 16(1), 104-108.

Putra, I, G., P., M. 2018. Hubungan Usia, Masa Kerja, dan Penggunaan Sumbat
Telinga Dengan Keluhan Subyektif Pekerja. Skripsi, Politeknik Kesehatan
Kemenkes Denpasar, 2018.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai