Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN DAN ANALISIS TINGKAT


KEBISINGAN DI KAMPUS B POLTEKKES KEMENKES TERNATE

DOSEN PEMBELAJARAN : IDAYANI SANGADJISOWOHY, SKM, M.Kes

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

1. HESTI SYAFI (1345123014)


2. NADLA ANNISA (1345123028)
3. FIKA UMAMIT (1345123011)
4. HARIS SOEWADJI (1345123012)
5. HASNI ILHAM (1345123013)
6. RIFAL (1345123034)
7. ISNA NIFANDA (1345123015)
8. SUNDARY I.Q (1345123042)
9. MUHAMAD HIFZIL (1345123025)
10. NURMAYA (1345123029)

KELAS/SMT : A/II

JURUSAN D-III SANITASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TERNATE


2024

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
Semesta Alam, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan ini dengan lancar dan tepat waktu. Laporan ini berjudul ‘’Pengukuran Dan Analisis
Tingkat Kebisingan Di Kampus B Poltekkes Kemenkes Ternate”. Sholawat serta salam
senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat,
dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangan dan kekeliruan yang
mungkin terdapat dalam laporan ini. Kami terbuka untuk menerima kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.

Wassalamuaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ternate, 01 April 2024

KELOMPOK 3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kebisingan merupakan salah satu bentuk pencemaran lingkungan yang sering
diabaikan. Kebisingan yang berlebihan dapat berdampak negatif terhadap kesehatan
manusia, seperti gangguan pendengaran, stres, dan insomnia. Di lingkungan kampus,
kebisingan dapat mengganggu proses belajar mengajar dan menurunkan kualitas
pendidikan.
Kampus B Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate terletak di daerah yang cukup
ramai, sehingga potensi kebisingan cukup tinggi. Kebisingan di kampus dapat berasal dari
berbagai sumber, seperti suara kendaraan bermotor, aktivitas pembangunan, dan kegiatan
mahasiswa. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengukuran dan analisis tingkat kebisingan
di kampus untuk mengetahui tingkat keparahannya dan mengambil langkah-langkah yang
tepat untuk mengatasinya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Berapa tingkat kebisingan di Kampus B Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate?
2. Apa sumber-sumber utama kebisingan di Kampus B Politeknik Kesehatan Kemenkes
Ternate?
3. Apa dampak kebisingan terhadap kegiatan belajar mengajar di Kampus B Politeknik
Kesehatan Kemenkes Ternate?
4. Apa langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengendalikan kebisingan di Kampus
B Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate?

1.3 TUJUAN PRAKTIKUM


1. Untuk mengukur tingkat kebisingan di Kampus B Politeknik Kesehatan Kemenkes
Ternate.
2. Untuk mengidentifikasi sumber-sumber utama kebisingan di Kampus B Politeknik
Kesehatan Kemenkes Ternate.
3. Untuk menganalisis dampak kebisingan terhadap kegiatan belajar mengajar di
Kampus B Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate.
4. Untuk merekomendasikan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengendalikan
kebisingan di Kampus B Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate.

1.4 MANFAAT PRAKTIKUM


1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kebisingan dan dampaknya
terhadap kesehatan manusia.
2. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan dari pencemaran
suara.
3. Memberikan masukan kepada pihak kampus dalam mengambil langkah-langkah
untuk mengendalikan kebisingan di lingkungan kampus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KEBISINGAN
2.1.1 Definisi
Kebisingan adalah semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran. Kebisingan adalah semua bunyi yang
mengalihkan perhatian ,mengganggu, atau berbahaya bagi kegiatan sehari- hari.
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:Kep-48/
MENLH/ 11/ 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan Tanggal 25 Nopember 1996;
Kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan dari usaha ataukegiatan dalam tingkat
dan waktu tertenatu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan.
Adapun satuan dari kebisingan adalah desibell (dB). Pada dasarnya dB
(decibel) adalah suatu perbandingan antara dua besaran tenaga (power) dalam skala
logarithma. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira
dari 20 hz sampai 20.000 khz, atau suara dikatakan bising jika >55dB. Pada
amplitudo umum dengan berbagai variai dalam kurva. Sehingga, jika bunyi sudah
menggangu pendengar maka itu bisa disebut dengan pencemaran suara atau dengan
kata lain gangguan terhadapa lingkungan. Dapat diartikan sebagai suara yang
merugikan manusia dan lingkungannya, termasuk pada ternak dan satwa liar.
2.1.2 Sumber Kebisingan
Pada umumnya, sumber kebisingan dibedakan atas kebisangan yang
bersumber dari dalam ruangan, ataupun yang bersumber dari luar ruangan. Bunyi
yang menimbulkan bising disebabkan oleh sumber yang bergetar. Getaran sumber
suara mengganggu molekul-molekul udara di sekitar sehingga molekul-molekul ikut
bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi
mekanis dalam medium udara menurut pola rambatan longitudinal.
Sumber-sumber kebisingan ditinjau dari letak sumber suaranya dibagi menjadi 2
yaitu:
1. Bising Interior. Merupakan bising yang berasal dari manusia, alat-alat rumah
tangga atau mesin-mesin gedung yang antara lain disebabkan oleh radio, televisi,
alat-alat musik, dan juga bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang ada
digedung tersebut seperti kipas angin, motor kompresor pendingin, pencuci piring
dan lain-lain.
2. Bising Eksterior. Bising yang dihasilkan oleh kendaraan transportasi darat, laut,
maupun udara, dan alat-alat konstruksi.
Salah satu sumber bising lalulintas jalan raya Antara lain berasal dari
kendaraan bermotor , baik roda dua, roda tiga , maupun roda empat, dengan
sumber penyebab bising Antara lain :
a. Bunyi klakson
Misalnya pada saat kendaraan ingin mendahului atau meminta jalan dan pada saat
lampu lalu lintas tidak berfungsi.
b. Gesekan mekanis Antara ban dengan badan jalan
Misalnya pada saat pengreman mendadak dan kecepatan tinggi
c. Suara knalpot
Yaitu akibat penekanan pedal gas secara berlebihan atau knalpot imitasi
d. Kecelakaan
Misalnya terjadi tabrakan sesama pengendara akan menimbulkan bunyi atau suara
mendadak yang tidak dikendaki
e. Pengecekan kerapian di bengkel pemeliharaan
f. Frekuensi mobilitas kendaraan, baikdalam jumlah maupun kecepatan

2.1.3 Dampak kebisingan


A. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila
terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan
tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer
terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan
sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala.
Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibulardalam
telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah
tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf,
keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan
keseimbangan elektrolit.

B. Gangguan Psikologis
Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-lebih
yang terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba dan tak terduga, pengaruhnya
sangat terasa apabila sumber kebisingan tersebut tidak diketahui.
a. Gangguan pendengaran
Suara yang mendadak dan keras akan memekakkan telingan, suara yang
menonton akan merangsang otot telinga untuk bekerja terus menerus sehingga
akan menebal dan mengurangi sensitivitas atau kepekaan pendengaran
terutama bagi pekerja pabrik, lalu lintas dan lain-lain..
b. Gangguan terhadap jantung dan tekanan darah
Suara yang mendadak dan keras akan menimbulkan rasa terkejut dengan
denyut jantung menjadi cepat dan teratur, muka menjadi pucat, otot-otot
menjadi tegang, hilang control diri dan lain-lain. Bila kebisingan diterima
dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis,
jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
c. Gangguan terhadap urat syaraf
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
susah tidur, dan cepat marah Menimbulkan keteganggan terus-menerus,
membebani kerja syaraf sehingga akan menimbulkan kelelahan syaraf, kurang
tidur akhirnya menjadi gangguan jiwa.
C. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi
pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi
pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan
terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena
tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak
langsung membahayakan keselamatan seseorang.
D. Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa
atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala
pusing (vertigo) atau mual-mual.
E. Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera
pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan
diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran
adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area
bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka
akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada
frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan
akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan.

2.2 PERHITUNGAN KEBISINGAN


Untuk mengukur intensitas kebisingan pada kawasan lalu lintas digunakan alat
sound level meter. Tingkat tekanan bunyi diukur oleh meter tingkat bunyi (sound level
meter) yang terdiri dari mikrofon, penguat, dan instrumen keluaran (output) yang
mengukur tingkat tekanan bunyi efektif dalam desibel.. (Doelle oleh Prasetio, 1993).
Menurut Canter (2005), pembobotan sound level digunakan. Skala ini sesuai
karena telinga manusia tidak sama responnya pada semua frekuensi suara, kurang efisien
dalam frekuensi rendah dan tinggi dari pada respon pada frekuensi menengah atau
frekuensi bicara. Untuk memperoleh angka tunggal yang mewakili tingkat bunyi yang
mengandung jangkauan frekuensi yang luas serta mewakili respon manusia, adalah perlu
untuk menimbang frekuensi rendah dan tinggi berkenaan dengan frekuensi menengah.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan


Waktu pengambilan data yakni pada hari Senin, 1 April 2024 yang berlokasi di
Jl.AM. Kamarudin, Kel.Sangadji Kec. Kota Ternate Utara (tepatnya di Kampus B
Poltekkes Kemenkes Ternate).

3.2. Alat dan Bahan

1. Noise Maker berfungsi mengukur kebisingan


2. Stopwatch/Hp berfungsi untuk mencatat waktu
3. Folmulir /Tabel Kecepatan Berfungsi untuk mencatat waktu tempuh kendaraan

3.3. Kondisi Lokasi Penelitian


Lokasi/daerah penelitian pada masing-masing ruas jalan di asumsikan sebagai berikut:
1. Tidak terdapat sumber bising lain selain bising lalu lintas yang dapat pengukuran.
2. Tidak berdekatan dengan bangunan/ tembok tinggi yang dapat memantulkan suara
pada noise maker.
3. Ruas jalan dengan kelandaian memanjang.

3.4. Pengumpulan Data


Data dalam penelitian ini adalah darta primer dengan metode observasi secara
langsung dan dalam situasi sebenarnya. Perhitungan data volume, waktu tempuh dan
pengukuran tingkat kebisingan lalu lintas di lakukan secara bersamaan selama 600
detik(10menit) untuk satu kali pengukuran.
Pengambilan data volume kendaraan

Metode yang digunakan dalam pencatatan volume lalu lintas dengan cara recording
dengan memasang camera video pada bagian tepi jalan untuk mengamati pergerakan
kendaraan yang melintas.
3.5. Pergitungan Kecepatan Rata-Rata
Pengumpulan data kecepatan di ambil setiap interval waktu 600 detik(10 menit)
untuk satu kali pengamatan. Metode yang di gunakan adalah space mean speed
(kecepatan rata-rata ruang) dengan menggunakan dua garis marka dengan jarak 20 meter.
Untuk mendapatkan data kecepatan di pakai rumus:

Jarak tempuh
V=
Waktu tempuh
3.6. Metode Pengukuran
Tata urutan penggunaan alat untuk mengukur kebisingan, cahaya, dan angin:
Kebisingan:

1. Siapkan Sound Level Meter dan pastikan telah dikalibrasi dengan benar.
2. Pilih lokasi yang mewakili area yang ingin diteliti.
3. Tempatkan Sound Level Meter di lokasi yang telah dipilih.
4. Aktifkan Sound Level Meter dan pastikan mikrofon terpasang dengan benar.
5. Lakukan pengukuran selama periode waktu tertentu, seperti 10 menit.
6. Catat hasil pengukuran pada interval waktu yang ditentukan, misalnya setiap 5 detik.
7. Setelah pengukuran selesai, matikan Sound Level Meter.
8. Analisis data yang diperoleh dari Sound Level Meter.
9. Buat peta kontur untuk menggambarkan tingkat kebisingan di area yang diteliti.
10. Interpretasikan hasil pengukuran kebisingan dan identifikasi faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap tingkat kebisingan yang tinggi.

3.7. Hasil dan Pembahasan


3.7.1. Pengukuran Tingkat Kebisingan
Tabel Kecepatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Pada table di atas terlihat bahwa tingkat kebisingan menghasilkan sebuah data yang
fluktuatif. Kecepatan kendaraan sangat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat
kebisingan. Semakin cepat laju kendaraan, maka semakin tinggi pula tingkat
kebisingan yang dihasilkan.
IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tingkat kebisingan di Kampus B Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Ternate melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Udara dan
Baku Kebisingan. Diperlukan upaya untuk mengurangi tingkat kebisingan di
lingkungan kampus agar tidak mengganggu proses belajar mengajar dan aktivitas
lainnya.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai