Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEBISINGAN
“Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas Ergonomi 2 ”

Disusun Oleh :
Hanggai Prihatinningtias NIM 1750200015
Stella Larasati NIM 17502000084
Andreas Hargo Satria Wibowo NIM : 1850200005

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


   FAKULTAS TEKNIK 
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat serta hidayah-Nya  sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini saya susun sebagai tugas dari mata kuliah Ergonomi 2 dengan
judul “Kebisingan”.
Terima kasih saya sampaikan kepada Ibu Mathilda Sri L ST, M.Sc. selaku
dosen mata kuliah Ergonomi 2 yang telah membimbing dan memberikan kuliah
demi lancarnya terselesaikan tugas makalah ini.
Demikianlah tugas ini saya susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi
tugas mata kuliah Ergonomi 2, dan penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang
tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-
saran dan kritik yang konstruktif dan membangun sangat kami harapkan dari para
pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada
waktu mendatang.

Sukoharjo 27 November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… 3

BAB I    PENDAHULUAN ………………………………………………….4

1.1. Latar Belakang …………………………………………………………… 4

1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………………... 4

1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………………… 4

BAB II  PEMBAHASAN …………………………………………………… 5

2.1. Kebisingan ………………….. …………………………………………... 5

2.2. Jenis Kebisingan ………………………………………………………… 6

2.3. Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja……………………………… 7

2.4. Batasan tingkat kebisingan ………………………………………………. 8

2.5. Gangguan Pendengaran Akibat Bising …………………………………. 9

2.6. Pemantauan Kebisingan ………………………………………………….. 11

2.7. Alat Pelindung Diri / Alat Pelindung pendengaran ……………………… 13

Daftar Pustaka ……………………………………………………………….. 17

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kebisingan merupakan sebuah bentuk energi yang bila tidak disalurkan


pada tempatnya akan berdampak serius bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
upaya pengawasan dan pengendalian kebisingan menjadi faktor yang menentukan
kualifikasi suatu perusahaan dalam menangani masalah lingkungan yang
muncul. Kebisingan merupakan salah satu aspek lingkungan yang perlu
diperhatikan. Karena termasuk polusi yang mengganggu dan  bersumber pada
suara/bunyi. Oleh karena itu bila bising tidak dapat dicegah atau dihilangkan,
maka yang dapat dilakukan yaitu mereduksi dengan melakukan pengendalian
melalui berbagai macam cara.

2. Rumusan Masalah
1. Definisi Kebisingan
2. Jenis Kebisingan
3. Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja
4. Batasan kebisingan yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran
5. Gangguan pendengaran akibat kebisngan
6. Pemantauan kebisingan
7. Alat pelindung diri

3. Tujuan
1. Mengetahui definisi kebisigan
2. Mengetahui jenis- jenis kebisngan
3. Mengetahui pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja
4. Mengetahui batasan kebisingan
5. Mengetahui gangguan pendengaran akibat kebisingan
6. Mengetahui cara pemantauan kebisingan
7. Mengetaui alat pelindung diri dari kebisngan

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kebisingan
Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996) atau
semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi
dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran (KepMenNaker No.51 Tahun 1999).
Kebisingan merupakan faktor penting dalam perancangan pabrik karena
kebisingan tidak sekedar menimbulkan rasa tidak nyaman namun juga dapat
menimbulkan efek serius bagi kesehatan manusia. Kebisingan dapat mengurangi
kemampuan pendengaran manusia secara gradual pada level tertentu dapat
menimbulkan hilangnya kemampuan pendengaran secara permanen. Selain
gangguan pendengaran, kebisingan dapat menimbulkan stres pada sistem kerja
jantung dan peredaran darah serta pada sistem sirkulasi udara dan pernapasan.
Pengendalian kebisingan ialah suatu hal yang wajib diterapkan dalam
suatu pabrik yang menghasilkan kebisingan pada level tertentu.Namun,
pengendalian kebisingan tersebut tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip
dasar perancangan pabrik, yaitu faktor kelayakan ekonomi, kemudahan operasi
alat, kemudahan maintenance, dan faktor safety.
Permasalahan yang berkaitan dengan kebisingan dapat dikendalikan
dengan melakukan pendekatan sistematik dimana sistem perpindahan semua suara
dipecah menjadi tiga elemen yaitu sumber suara, jalur transmisi suara, dan
penerima akhir.Metode yang umumnya digunakan untuk mengendalikan
kebisingan dengan dengan mengendalikan sumber suara antara lain ialah
menggunakan peralatan kebisingan rendah, menghilangkan sumber kebisingan,
melengkapi alat dengan insulasi, silencer, dan vibration damper.Jalur transmisi
suara juga dapat dimodifikasi agar kebisingan berkurang. Hal itu dapat dilakukan
dengan cara pengadaan penghalang dan absorpsi oleh peredam. Kebisingan juga
dapat dikendalikan dengan memodifikasi elemen penerima akhir.Hal itu dapat

5
dilakukan dengan improvisasi sistem operasi, improvisasi pola kerja, dan
pengunaan pelindung pendengaran.
Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran telinga
ke gendang telinga.Gendang telinga adalah selaput tipis yang dilapisi oleh kulit,
yang memisahkan telinga tengah dengan telinga luar.Getaran suara yang
dihantarkan dari tulang pendengaran di telinga tengah ke jendela oval di telinga
dalam menyebabkan bergetarnya cairan dan sel rambut.Sel rambut yang berbeda
memberikan respon terhadap frekuensi suara yang berbeda dan merubahnya
menjadi gelombang saraf. Gelombang saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-
serat saraf pendengaran yang akan membawanya ke otak. Getaran dari gendang
telinga diperkuat secara mekanik oleh tulang-tulang tersebut dan dihantarkan ke
jendela oval.

Gambar 1.Cara kerja pendengaran 1.

6
Gambar 2. Cara kerja pendengaran 2

Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira
dari 20 Hz sampai 20.000 Hz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi
dalam kurva responsnya.
Suara yang sangat keras menyebabkan kerusakan pada sel rambut, karena
sel rambut yang rusak tidak dapat tumbuh lagi maka bisa terjadi kerusakan sel
rambut progresif dan berkurangnya pendengaran

2. Jenis Kebisingan
1. Bising kontinu (terus menerus) seperti suara mesin, kipas angin, dll.
2. Bising intermitten (terputus putus) yang terjadi tidak terus menerus seperti
suara lalu lintas, suara pesawat terbang
3. Bising Impulsif yang memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB
dalam waktu yang cepat sehingga mengejutkan pendengarnya seperti suara
senapan, mercon, dll
Bising impulsif berulang yang terjadi secara berulang-ulang pada periode
yang sama seperti suara mesin tempa.

7
3. Pengaruh Kebisingan terhadap tenaga kerja adalah sebagai berikut :
a. Gangguan fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, nadi dan dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris
b. Gangguan psikologis
Gannguan psikologis berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, emosi
dll.
c. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan,
bahkan bisa berakibat kepada kecelakaan karena tidak dapat mendengar
isyarat ataupun tanda bahaya.
d. Gangguan pada pendengaran (Ketulian)
Merupakan gangguan yang paling serius karena pengaruhnya dapat
menyebabkan berkurangnya fungsi pendengaran.Gannguan pendengaran
ini bersifat progresif tapi apabila tidak dilakendalikan dapat menyebabkan
ketulian permanen.

4. Batasan tingkat kebisingan yang dapat menyebabkan gangguan


pendengaran
Batasan tingkat kebisingan dibagi menjadi 2, yaitu untuk lingkungan
dengan waktu pajanan 24 jam yang kita kenal dengan Baku Mutu Lingkungan dan
untuk tempat kerja dengan waktu pajanan 8 jam kerja atau Nilai Ambang Batas
(NAB).
Tabel dibawah ini adalah baku mutu lingkungan sesuai Kepmen LH No.
48 tahun 1996

8
Tabel dibawah adalah NAB Kebisingan sesuai Permenaker No.
13/Men/X/2011

5. Gangguan Pendengaran Akibat Bising/GPAB (Noise Induced hearing


Loss/NIHL)
Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) adalah penurunan
pendengaran sensorineural yang pada awalnya tidak disadari, karena belum
mengganggu percakapan sehari-hari.Penurunan pendengaran sensorineural tipe
koklea pada kedua telinga. Faktor lama pajanan, intensitas kebisingan, umur serta
faktor lain akan berpengaruh terhadap penurunan pendengaran tersebut. Faktor
yang mempercepat GPAB/NIHL adalah pajanan intensitas kebisingan melebihi
NAB (>85 dbA selama 8 jam).
Di Indonesia penelitian tentang gangguan pendengaran akibat bising
telah banyak dilakukan sejak lama. Survai yang dilakukan oleh Hendarmin dalam
tahun yang sama pada Manufacturing Plant Pertamina dan dua pabrik es di Jakarta
mendapatkan hasil terdapat gangguan pendengaran pada 50% jumlah karyawan
disertai peningkatan ambang dengar sementara sebesar 5-10 dB pada karyawan

9
yang telah bekerja terus-menerus selama 5-10 tahun. Penelitian yang dilakukan
oleh Hendarmin dan Hadjar tahun 1971, mendapatkan hasil bising jalan raya
(Jl.MH.Thamrin, Jakarta) sebesar 95 dB lebih pada jam sibuk.
Sundari pada penelitiannya di pabrik peleburan besi baja di Jakarta, mendapatkan
31,55 % pekerja menderita tuli akibat bising, dengan intensitas bising antara 85 –
105 dB, dengan masa kerja rata-rata 8,99 tahun.
Lusianawaty mendapatkan 7 dari 22 pekerja ( 31,8%) di perusahaan kayu
lapis Jawa Barat mengalami tuli akibat bising, dengan intensitas bising
lingkungan antara 84,9 – 108,2 dB.
Purnama pada penelitian dampak pajanan bising bajaj pada
pengemudinya mendapatkan 26 dari 32 pengemudi mengalami tuli akibat bising,
14 pengemudi mengalami tuli akibat bising tahap awal dan 12 pengemudi
mengalami tuli akibat bising tahap lanjut. Rerata intensitas bising bajaj pada
kelompok kasus tersebut adalah 101,42 dB dengan lama pajanan kerja 12,37
tahun dan 98,5 dB pada kelompok kontrol dengan lama pajanan kerja 8 tahun.
Bashiruddin pada penelitian pengaruh bising dan getaran pada fungsi
keseimbangan dan pendengaran mendapatkan rerata intensitas bising bajaj pada
beberapa frekuensi adalah 90 dB dengan intensitas maksimum 98 dB dan serata
akselerasi getar adalah 4,2 m/dt. Hal ini melebihi nilai ambang batas bising dan
getaran yang diperkanankan.
Kombinasi antara bising alat transportasi dengan sistem suspensi dan gas
buang yang buruk seperti bajaj dan bising jalan raya menyebabkan risiko
gangguan pendengaran pengemudi kendaraan tersebut menjadi lebih tinggi
GPAB tidak dapat disembuhkan namun bisa dicegah, oleh karena itu
tempat kerja yang melebihi NAB harus menerapkan Program Konservasi
Pendengaran / Hearing Conservation Program (HCP). Program Konservasi
Pendengaran meliputi :
Pemantauan Kebisingan
Audiometri Test
Pengendalian Kebisingan
Alat Pelindung Diri
Training Motivasi

10
Pemeliharaan Catatan / record

6. Pemantauan Kebisingan
Alat ukur untuk pengukuran kebisingan di tempat kerja adalah Sound
Level Meter (SLM) dan untuk personal monitoring digunakan Noise Dosimeter.

a. Sound Level Meter

Gambar 3 Sound Level Meter (SLM)

b. Noise Dosimeter

11
Gambar 4. Noise Dosimeter yang digunakan untuk personal monitoring
kebisingan.
Sebelum melakukan pengukuran yang pertama harus dilakukan adalah
identifikasi bahaya apakah di area kerja terdapat sumber bahaya dari mesin atau
aktifitas pekerjaan yang dapat menimbulkan kebisingan, bisa juga dengan
melakukan Work Through Survey yaitu survey ke tempat kerja dan melakukan
identifikasi bahaya.
Langkah selanjutnya melakukan pengukuran kebisingan dengan SLM,
perlu diketahui bahwa noise adalah menggunakan fungsi logaritma, karena
rentang pendengaran manusia sangat lebar dengan satuan desible (db).
Lakukan pengukuran secara periodik baik tempat kerja maupun personal
monitoring, bandingkan data pengukuran dengan Nilai Ambang Batas.

Test Audiometri / Pendengaran


Apabila hasil pengukuran di tempat kerja menunjukkan intensitas
kebisingan melebihi NAB maka lakukan audiometri test kepada karyawan
minimal 1 tahun sekali. Audiometri test juga harus dilakukan pada karyawan
baru / rotasi / mutasi sebelum di tugaskan ke area dengan intensitas kebisingan
yang tinggi. Target dari audiometri test adalah pemeriksaan gangguan
pendengaran persepsi,konduksi atau campuran.

Pengendalian Kebisingan
Langkah efektif untuk pencegahan gangguan pendengaran adalh dengan
melakukan pengendalian pada sumber bahaya dengan melakukan eliminasi,
subtitusi, engineering, administrasi.
Pada tahap perencanaan / engineering pastikan memilih peralatan dengan
efek kebisingan paling rendah, mesin dengan intensitas kebisingan tinggi jauhkan
dari area yang terdapat banyak pekerja disana.

12
Jika mesin tersebut masih bising lakukan pemasangan barier, pasang
peredam jika perlu total enclosure / partial enclosure.
Untuk Tahap Administrasi bisa melakukan hal-hal sebagai berikut :
Berlakukan area tersebut sebagai area terbatas, hanya boleh dimasuki personil
yang terlatih, menggunakan Alat Pelindung Pendengaran
Pengaturan jadwal kerja sesuai NAB, misal 85 dBA bekerja selama 8
jam, 88 dBA bekerja selama 4 jam, dst.

7. Alat Pelindung Diri / Alat Pelindung pendengaran


Pemakaian Alat pelindung pendengaran adalah upaya terakhir dalam
upaya pencegahan gangguan pendengaran, ada 2 jenis :
a. Ear plug / sumbat telinga
b. Ear muff / tutup telinga

Gambar 5, Alat Pelindung Diri khusus untuk Niose/ kebisingan

Setiap Alat Pelindung Pendengaran memiliki nilai NRR (Noise Reduction Rate),
secara prinsip Kebisingan yang akan diterima telinga kita adalah :

13
Kebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) – NRR (dBC)

Namun pengurangan dengan rumus diatas tidak tepat, gunakan safety faktor 50%,
dengan mempertimbangkan kualitas serta cara penggunaannya yang tidak tepat,
sehingga rumus diatas menjadi:

Kebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) – [(NRR-7)*50%]


Apabila dengan rumus tersebut Kebisingan masih >85 dBA, maka gunakan
pelindung ganda yaitu ear plug dan ear muff, untuk perhitungan pilih NRR
terbesar dari Ear plug atau ear muff, kemudian hitung dengan rumus :

Kebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) – [(NRR-7)*50%] – 5

Gambar 6. NRR dari ear plug

Hal yang penting dalam Alat Pelindung Pendengaran ini adalah berikan
pelatihan penggunaannya yang tepat, gambar dibawah adalah contoh penggunaan
Alat Pelindung Pendengaran

14
Gambar 7. Cara pakai ear plug
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan Alat Pelindung
Pendengaran adalah :
Dapat melindungi pekerja dari kebisingan
Nyaman diapakai dan efisien
Cocok dengan Alat Pelindung diri yang lainnya misal helm dan kacamata
Masih bisa berkomunikasi ketika digunakan, karena jika berlebihan dapat
menimbulkan bahaya lainnya misal tidak dapat mendengar isyarat atau sirene
tanda bahaya.
Untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan keberadaan pabrik
yang tidak berbahaya bagi lingkungan, beberapa peraturan standar internasional
telah dibuat dan mengatur batas-batas kebisingan pabrik. Peraturan-peraturan
internasional tersebut antara lain:
Occupational Safety and Health Administration
OSHA 1910.95 Occupational Noise Exposure
OSHA 1926.52 Occupational Noise Exposure
American National Standards Institute (ANSI)
ANSI S1.1 Acoustical Terminology
ANSI S1.2 Physical Measurement of Sound
ANSI S1.4 Specification for Sound Level Meters
ANSI S1.11 Specification for Octave, Half-Octave and Third- Octave Band Filter
Sets

15
ANSI S1.13 Methods for the Measurement of Sound Pressure Levels
ANSI S5.1 CAGI-PNEUROP Test Code for the Measurement of Sound form
Pneumatic Equipment
American Petroleum Institute (API)
API 615 Sound of Control of Mechanical Equipment for Refinery Services
Handbooks
Genrad Company Handbook of Noise Measurement
Institute of Electronic and Electrical Engineers (IEEE)
IEEE Std 85 IEEE Test Procedure for Airborne Sound Measurement on Rotating
Electric Machinery

Apabila terjadi ketidaksepadanan dalam pemberlakuan peraturan-


peraturan tersebut, maka urutan prioritas peraturan yang akan diberlakukan ialah
peraturan pemerintah Indonesia, peraturan pemerintah daerah setempat, basis
desain dan standar serta spesifikasi proyek, peraturan dan standar internasional.

16
Daftar Pustaka

Kroemer, K.H.E, Kroemer, H.B., & Kroemer-Elbert, K.E. (2001). Ergonomics :


How to design for easy and efficiency, 2nd ed., New York
Union of Needletrades, Industrial and Textile Employees, the Institute for Work
& Health, and the Occupational Health Clinics (2001). Ergonomic Handbook
for the Clothing Industry, Ontario
Neville Stanton, Alan Hedge, Karel Brookhuis, Eduardo Salas, Hal Hendrick
(2005). Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods.CRC Press,
Florida.

17

Anda mungkin juga menyukai