KEBISINGAN
“Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas Ergonomi 2 ”
Disusun Oleh :
Hanggai Prihatinningtias NIM 1750200015
Stella Larasati NIM 17502000084
Andreas Hargo Satria Wibowo NIM : 1850200005
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
1. Definisi Kebisingan
2. Jenis Kebisingan
3. Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja
4. Batasan kebisingan yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran
5. Gangguan pendengaran akibat kebisngan
6. Pemantauan kebisingan
7. Alat pelindung diri
3. Tujuan
1. Mengetahui definisi kebisigan
2. Mengetahui jenis- jenis kebisngan
3. Mengetahui pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja
4. Mengetahui batasan kebisingan
5. Mengetahui gangguan pendengaran akibat kebisingan
6. Mengetahui cara pemantauan kebisingan
7. Mengetaui alat pelindung diri dari kebisngan
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kebisingan
Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996) atau
semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi
dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran (KepMenNaker No.51 Tahun 1999).
Kebisingan merupakan faktor penting dalam perancangan pabrik karena
kebisingan tidak sekedar menimbulkan rasa tidak nyaman namun juga dapat
menimbulkan efek serius bagi kesehatan manusia. Kebisingan dapat mengurangi
kemampuan pendengaran manusia secara gradual pada level tertentu dapat
menimbulkan hilangnya kemampuan pendengaran secara permanen. Selain
gangguan pendengaran, kebisingan dapat menimbulkan stres pada sistem kerja
jantung dan peredaran darah serta pada sistem sirkulasi udara dan pernapasan.
Pengendalian kebisingan ialah suatu hal yang wajib diterapkan dalam
suatu pabrik yang menghasilkan kebisingan pada level tertentu.Namun,
pengendalian kebisingan tersebut tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip
dasar perancangan pabrik, yaitu faktor kelayakan ekonomi, kemudahan operasi
alat, kemudahan maintenance, dan faktor safety.
Permasalahan yang berkaitan dengan kebisingan dapat dikendalikan
dengan melakukan pendekatan sistematik dimana sistem perpindahan semua suara
dipecah menjadi tiga elemen yaitu sumber suara, jalur transmisi suara, dan
penerima akhir.Metode yang umumnya digunakan untuk mengendalikan
kebisingan dengan dengan mengendalikan sumber suara antara lain ialah
menggunakan peralatan kebisingan rendah, menghilangkan sumber kebisingan,
melengkapi alat dengan insulasi, silencer, dan vibration damper.Jalur transmisi
suara juga dapat dimodifikasi agar kebisingan berkurang. Hal itu dapat dilakukan
dengan cara pengadaan penghalang dan absorpsi oleh peredam. Kebisingan juga
dapat dikendalikan dengan memodifikasi elemen penerima akhir.Hal itu dapat
5
dilakukan dengan improvisasi sistem operasi, improvisasi pola kerja, dan
pengunaan pelindung pendengaran.
Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran telinga
ke gendang telinga.Gendang telinga adalah selaput tipis yang dilapisi oleh kulit,
yang memisahkan telinga tengah dengan telinga luar.Getaran suara yang
dihantarkan dari tulang pendengaran di telinga tengah ke jendela oval di telinga
dalam menyebabkan bergetarnya cairan dan sel rambut.Sel rambut yang berbeda
memberikan respon terhadap frekuensi suara yang berbeda dan merubahnya
menjadi gelombang saraf. Gelombang saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-
serat saraf pendengaran yang akan membawanya ke otak. Getaran dari gendang
telinga diperkuat secara mekanik oleh tulang-tulang tersebut dan dihantarkan ke
jendela oval.
6
Gambar 2. Cara kerja pendengaran 2
Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira
dari 20 Hz sampai 20.000 Hz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi
dalam kurva responsnya.
Suara yang sangat keras menyebabkan kerusakan pada sel rambut, karena
sel rambut yang rusak tidak dapat tumbuh lagi maka bisa terjadi kerusakan sel
rambut progresif dan berkurangnya pendengaran
2. Jenis Kebisingan
1. Bising kontinu (terus menerus) seperti suara mesin, kipas angin, dll.
2. Bising intermitten (terputus putus) yang terjadi tidak terus menerus seperti
suara lalu lintas, suara pesawat terbang
3. Bising Impulsif yang memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB
dalam waktu yang cepat sehingga mengejutkan pendengarnya seperti suara
senapan, mercon, dll
Bising impulsif berulang yang terjadi secara berulang-ulang pada periode
yang sama seperti suara mesin tempa.
7
3. Pengaruh Kebisingan terhadap tenaga kerja adalah sebagai berikut :
a. Gangguan fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, nadi dan dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris
b. Gangguan psikologis
Gannguan psikologis berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, emosi
dll.
c. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan,
bahkan bisa berakibat kepada kecelakaan karena tidak dapat mendengar
isyarat ataupun tanda bahaya.
d. Gangguan pada pendengaran (Ketulian)
Merupakan gangguan yang paling serius karena pengaruhnya dapat
menyebabkan berkurangnya fungsi pendengaran.Gannguan pendengaran
ini bersifat progresif tapi apabila tidak dilakendalikan dapat menyebabkan
ketulian permanen.
8
Tabel dibawah adalah NAB Kebisingan sesuai Permenaker No.
13/Men/X/2011
9
yang telah bekerja terus-menerus selama 5-10 tahun. Penelitian yang dilakukan
oleh Hendarmin dan Hadjar tahun 1971, mendapatkan hasil bising jalan raya
(Jl.MH.Thamrin, Jakarta) sebesar 95 dB lebih pada jam sibuk.
Sundari pada penelitiannya di pabrik peleburan besi baja di Jakarta, mendapatkan
31,55 % pekerja menderita tuli akibat bising, dengan intensitas bising antara 85 –
105 dB, dengan masa kerja rata-rata 8,99 tahun.
Lusianawaty mendapatkan 7 dari 22 pekerja ( 31,8%) di perusahaan kayu
lapis Jawa Barat mengalami tuli akibat bising, dengan intensitas bising
lingkungan antara 84,9 – 108,2 dB.
Purnama pada penelitian dampak pajanan bising bajaj pada
pengemudinya mendapatkan 26 dari 32 pengemudi mengalami tuli akibat bising,
14 pengemudi mengalami tuli akibat bising tahap awal dan 12 pengemudi
mengalami tuli akibat bising tahap lanjut. Rerata intensitas bising bajaj pada
kelompok kasus tersebut adalah 101,42 dB dengan lama pajanan kerja 12,37
tahun dan 98,5 dB pada kelompok kontrol dengan lama pajanan kerja 8 tahun.
Bashiruddin pada penelitian pengaruh bising dan getaran pada fungsi
keseimbangan dan pendengaran mendapatkan rerata intensitas bising bajaj pada
beberapa frekuensi adalah 90 dB dengan intensitas maksimum 98 dB dan serata
akselerasi getar adalah 4,2 m/dt. Hal ini melebihi nilai ambang batas bising dan
getaran yang diperkanankan.
Kombinasi antara bising alat transportasi dengan sistem suspensi dan gas
buang yang buruk seperti bajaj dan bising jalan raya menyebabkan risiko
gangguan pendengaran pengemudi kendaraan tersebut menjadi lebih tinggi
GPAB tidak dapat disembuhkan namun bisa dicegah, oleh karena itu
tempat kerja yang melebihi NAB harus menerapkan Program Konservasi
Pendengaran / Hearing Conservation Program (HCP). Program Konservasi
Pendengaran meliputi :
Pemantauan Kebisingan
Audiometri Test
Pengendalian Kebisingan
Alat Pelindung Diri
Training Motivasi
10
Pemeliharaan Catatan / record
6. Pemantauan Kebisingan
Alat ukur untuk pengukuran kebisingan di tempat kerja adalah Sound
Level Meter (SLM) dan untuk personal monitoring digunakan Noise Dosimeter.
b. Noise Dosimeter
11
Gambar 4. Noise Dosimeter yang digunakan untuk personal monitoring
kebisingan.
Sebelum melakukan pengukuran yang pertama harus dilakukan adalah
identifikasi bahaya apakah di area kerja terdapat sumber bahaya dari mesin atau
aktifitas pekerjaan yang dapat menimbulkan kebisingan, bisa juga dengan
melakukan Work Through Survey yaitu survey ke tempat kerja dan melakukan
identifikasi bahaya.
Langkah selanjutnya melakukan pengukuran kebisingan dengan SLM,
perlu diketahui bahwa noise adalah menggunakan fungsi logaritma, karena
rentang pendengaran manusia sangat lebar dengan satuan desible (db).
Lakukan pengukuran secara periodik baik tempat kerja maupun personal
monitoring, bandingkan data pengukuran dengan Nilai Ambang Batas.
Pengendalian Kebisingan
Langkah efektif untuk pencegahan gangguan pendengaran adalh dengan
melakukan pengendalian pada sumber bahaya dengan melakukan eliminasi,
subtitusi, engineering, administrasi.
Pada tahap perencanaan / engineering pastikan memilih peralatan dengan
efek kebisingan paling rendah, mesin dengan intensitas kebisingan tinggi jauhkan
dari area yang terdapat banyak pekerja disana.
12
Jika mesin tersebut masih bising lakukan pemasangan barier, pasang
peredam jika perlu total enclosure / partial enclosure.
Untuk Tahap Administrasi bisa melakukan hal-hal sebagai berikut :
Berlakukan area tersebut sebagai area terbatas, hanya boleh dimasuki personil
yang terlatih, menggunakan Alat Pelindung Pendengaran
Pengaturan jadwal kerja sesuai NAB, misal 85 dBA bekerja selama 8
jam, 88 dBA bekerja selama 4 jam, dst.
Setiap Alat Pelindung Pendengaran memiliki nilai NRR (Noise Reduction Rate),
secara prinsip Kebisingan yang akan diterima telinga kita adalah :
13
Kebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) – NRR (dBC)
Namun pengurangan dengan rumus diatas tidak tepat, gunakan safety faktor 50%,
dengan mempertimbangkan kualitas serta cara penggunaannya yang tidak tepat,
sehingga rumus diatas menjadi:
Hal yang penting dalam Alat Pelindung Pendengaran ini adalah berikan
pelatihan penggunaannya yang tepat, gambar dibawah adalah contoh penggunaan
Alat Pelindung Pendengaran
14
Gambar 7. Cara pakai ear plug
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan Alat Pelindung
Pendengaran adalah :
Dapat melindungi pekerja dari kebisingan
Nyaman diapakai dan efisien
Cocok dengan Alat Pelindung diri yang lainnya misal helm dan kacamata
Masih bisa berkomunikasi ketika digunakan, karena jika berlebihan dapat
menimbulkan bahaya lainnya misal tidak dapat mendengar isyarat atau sirene
tanda bahaya.
Untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan keberadaan pabrik
yang tidak berbahaya bagi lingkungan, beberapa peraturan standar internasional
telah dibuat dan mengatur batas-batas kebisingan pabrik. Peraturan-peraturan
internasional tersebut antara lain:
Occupational Safety and Health Administration
OSHA 1910.95 Occupational Noise Exposure
OSHA 1926.52 Occupational Noise Exposure
American National Standards Institute (ANSI)
ANSI S1.1 Acoustical Terminology
ANSI S1.2 Physical Measurement of Sound
ANSI S1.4 Specification for Sound Level Meters
ANSI S1.11 Specification for Octave, Half-Octave and Third- Octave Band Filter
Sets
15
ANSI S1.13 Methods for the Measurement of Sound Pressure Levels
ANSI S5.1 CAGI-PNEUROP Test Code for the Measurement of Sound form
Pneumatic Equipment
American Petroleum Institute (API)
API 615 Sound of Control of Mechanical Equipment for Refinery Services
Handbooks
Genrad Company Handbook of Noise Measurement
Institute of Electronic and Electrical Engineers (IEEE)
IEEE Std 85 IEEE Test Procedure for Airborne Sound Measurement on Rotating
Electric Machinery
16
Daftar Pustaka
17