Anda di halaman 1dari 17

PAPER PENGENDALIAN BISING PADA SUMBER

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Bising


Oleh:
Kelompok 1

Nama:
1. Aninda Dian L. (08200180007)
2. Azmy Lutfhiyah Z. (082001800011)
3. Gabriela Galuh A. (082001800025)
4. Hamzah Husni Al Hakim. (082001800028)
5. Nadhilah Hirzi S. (082001800044)

Nama Dosen:
Hernani Yulinawati, S.T, MURP.

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS ARSITEKTUR LANSKAP DAN TEKNOLOGI
LINGKUNGAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3. Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................2
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................4
3.1. Pengendalian Bising pada Sumber dengan Design ..........................................................4
3.2 Pengendalian Sumber Bising dengan Memperbaiki/Mengganti........................................6
BAB IV SIMPULAN..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan zaman sekarang ini, menyebabkan majunya beberapa


aspek kehidupan misalnya adalah kemajuan di bidang IPTEK. Berbagai macam
teknologi canggih semakin banyak digunakan untuk memudahkan kegiatan industri
maupun rumah tangga, seperti penggunaan mesin mekanika dalam kegiatan industri.
Salah satu dampak negatif yang terjadi akibat penggunaan teknologi tersebut adalah
kebisingan. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat proses produksi atau alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran dan mengganggu kenyamanan lingkungan. Oleh karena itu,
sangat diperlukan penanganan pengendalian kebisingan khususnya di tempat kerja.
Sasaran pengendalian kebisingan adalah menyediakan lingkungan akustik yang dapat
diterima oleh manusia dan makhluk lainnya sehingga intensitas bunyi ataupun suara
harus sesuai dengan peruntukan penggunaan lingkungan tersebut. Berbagai cara dapat
dilakukan untuk menurunkan tingkat paparan kebisingan yang dihasilkan pada alat
kerja atau saat proses produksi seperti menurunkan kecepatan dan tekanan pada alat
kerja. Pengendalian kebisingan pada sumber merupakan langkah yang efektif dalam
mengurangi kebisingan di tempat kerja. Kebisingan pada sumber perlu kita perhatikan
karena kebisingan sendiri dapat menyebabkan kerusakan telinga sementara ataupun
permanen, mengganggu dalam mendengarkan pembicaraan atau musik, menyebabkan
kemunduran dalam penampilan kerja, menurunkan konsentrasi belajar, mengalihkan
perhatian atau mengganggu. Maka dari itu, perlu pengetahuan mengenai cara-cara yang
dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat kebisingan pada sumber bising.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pengendalian bising pada sumber dengan design?


2. Bagaimana cara pengendalian sumber bising dengan cara memperbaiki?

1
1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui cara pengendalian bising pada sumber dengan design.


2. Untuk mengetahui cara pengendalian sumber bising dengan cara memperbaiki.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kebisingan atau bising dapat didefinisikan sebagai bunyi atau suara yang tidak
diinginkan oleh penerima, dalam prosesnya bising dapat mengganggu konsentrasi,
mengalihkan perhatian, dan dapat berdampak negatif dalam kegiatan sehari-hari
misalnya kerja, istirahat, hiburan atau belajar.
Kepmenaker No. 51 Tahun 1999 memberikan pengertian mengenai kebisingan
sebagai seluruh jenis suara atau bunyi yang tidak diharapkan yang bersumber baik dari
suatu proses alat-alat produksi maupun peralatan kerja pada tingkat tertentu yang dapat
mendorong terjadinya gangguan pendengaran.
Ada 3 faktor yang menyebabkan sebuah suara secara psikologis dianggap bising,
yaitu volume (dB), perkiraan, dan pengendalian. Selama gelombang-gelombang suara
itu tidak dirasakan mengganggu manusia, maka namanya bunyi (voice) atau suara
(sound)., dan dinamakan bising atau berisik (noise) jika gelombang-gelombang suara
tersebut dirasakan sebagai gangguan. Karena bising tidak dikehendaki, maka sifatnya
adalah subyektif dan psikologik. Bersifat subyektif karena tingkat kebisingan yang
diterima seseorang sangat bergantung pada yang bersangkutan (Bell et. al., 2001).

Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu


pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber
kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat
pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Di industri, sumber
kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu mesin, vibrasi, pergerakan
udara, gas dan cairan (Rimantho, 2014).

Manusia memiliki kemampuan mendengar frekuensi suara mulai 20 Hz hingga


20.000 Hz. Manusia juga dapat mendengar suara desibel (intensitas kebisingan) dari 0
(pelan sekali) hingga 140 dB (suara tinggi dan menyakitkan). Bila intensitas kebisingan
lebih dari 140 dB bisa terjadi kerusakan pada gendang telinga dan organ-organ dalam
gendang telinga. Ambang batas maksimum aman bagi manusia adalah 80 dB, namun
pendengaran manusia dapat mentolerir lebih dari 80 dB, asalkan waktu paparannya
diperhatikan (Lintong, 2009).

3
Menurut Lintong (2009), efek bising terhadap pendengaran dapat dibagi menjadi
tiga kelompok, yakni trauma akustik, perubahan ambang pendengaran akibat bising
yang berlangsung sementara, dan perubahan ambang pendengaran akibat bising yang
berlangsung permanen. Pajanan bising intensitas tinggi secara berulang dapat
menimbulkan kerusakan sel-sel rambut organ Corti di telinga dalam. Jika hal ini terus
berlanjut akan menyebabkan ketulian atau disebut dengan Gangguan Pendengaran
Akibat Bising (GPAP) atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL).

Untuk mencegah dampak negatif yang nantinya akan diterima oleh pekerja akibat
bising. Perlu adanya pengendalian bising dari sumber, penjelasan mengenai
pengendalian bising di sumber akan dijabarkan di bab selanjutnya.

4
BAB III
PEMBAHASAN

Sesuai dengan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan di bab sebelumnya,


pengendalian bising di sumber merupakan salah satu cara untuk mengurangi dampak
negatif yang timbul bagi para perkerja maupun lingkungannya. Pengendalian bising di
sumber dapat dibedakan menjadi pengendalian dengan menggunakan cara mendesain
dan pengendalian dengan cara memperbaiki. Pengendalian bisng dengan cara
mendesain adalah salah satu bentuk pengurangan bising pada sumber secara preventif.
Sedangkan pengendalian bising dengan cara memperbaiki adalah salah satu bentuk
pengurangan bising di sumber secara kuratif.

3.1. Pengendalian Bising pada Sumber dengan Desain

Menurut Mackenzie (1991), dalam buku yang ditulisnya berjudul “Introduction to


Environmental Engineering” beberapa cara untuk mengurangi dampak bising pada
sumber dengan cara mendesain dapat delakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

a. Mengurangi dampak kekuatan

1. Menurangi berat, ukuran, atau ketinggian jatuhnya massa yang terkena


dampak

2. Memasukkan bantalan tumbukan untuk mengurangi goncangan

3. Salah satu permukaan harus dibuat dari bahan bukan logam

4. Gantikan penerapan gaya benturan kecil selama periode waktu yang lama

5. Menghaluskan percepatan bagian yang bergerak

6. Mengurangi kecepatan operasional dari mesin

b. Mengurangi tekanan dan kecepatan

5
Mengurangi kecepatan dari mesin mekanika dapat mengecilkan kebisingan.

Beberapa saran yang tergabung didalam desain adalah sebagai berikut:

 Kecepatan dan menambah ventilasi udara.


 Memperbesar ukuran diameter dan memperkecil kecepatan.
 Semua faktor lain dianggap sama.
 Dalam sistem, pengurangan kecepatan udara dapat tercapai dengan
mengoprasikan mesin dengan mengecilkan.
c. Mengurangi resistensi gesekan

Empat faktor penting :

1. Keselarasan

2. Penghalusan

3. Keseimbangan

4. Eksentrik

Sistem yang dirancang untuk pengopreasian yang tenang akan menggunakan fitur
berikut:

• Rendahnya kecepatan aliran

• Batas permukaan yang halus

• Tata letak yang sederhana

• Putaran yang panjang

• Pengembangan/pelebaran bagian

• Memperpendek jalur aliran

• Menghilangkan hambatan yang tidak perlu

d. Mengurangi Area Radiasi

6
Secara umum, semakin besar bagian yang bergetar dari kekuatan struktural
permukaan. Ini dapat dilakukan dengan membuat bagian lebih kecil,
menghilangkan bahan berlebih, atau dengan memotong bukaan, slot, atau perforasi
di bagian tersebut. Misalnya, mengganti pelindung pengaman lembaran-logam
yang besar dan bergetar pada mesin dengan pelindung yang terbuat dari anyaman
kawat dari jaring logam menghasilkan pengurangan kebisingan yang substansial
karena pengurangan drastis pada area permukaan bagian tersebut.

e. Mengurangi Kebocoran Kebisingan

Mesin yang digunakan dapat dibuat menjadi kedap suara (dengan sedikit
perubahan desain) dan dapat juga ditambahkan item penyerap suara. Mengurangi
emisi kebisingan dapat dilakukan dengan:

 Menutup lubang, keretakan, dan sambungan yang tidak perlu.


 Bising dari suara listrik atau perpipaan dapat dikurangi dengan penutup dari
karet.
 Bukaan atau pintu yang menimbulkan bising dapat dikurangi dengan
menutup ujungnya dengan karet.
 Lubang pada knalpot, AC, atau ventilasi dapat dilengkapi peredam suara.
 Sumber bising dapat dijauhkan dari pendengar.

f. Menyediakan Peredam

Peredam bisa diklasifikasikan menjadi absorptive mufflers dan reactive


mufflers. Absorptive muffler adalah pengurangan bising dengan menggunakan
keberadaan material berserat dan berongga yang dapat menyerap suara. Sedangkan
reactive muffler adalah pengurangan bising dengan geometri atau bentuk yang
memantulkan atau memperluas gelombang suara dengan juga mengasilkan
penghancur diri.

Insertion loss adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan performa dari
suatau peredam. Insertion loss adalah perbedaan antara dua tingkat tekanan suara

7
yang diukur pada titik yang sama di ruang sebelum dan setelah peredam
dimasukkan.

3.2. Pengendalian Sumber Bising dengan Memperbaiki/Mengganti

Cara terbaik untuk memecahkan masalah kebisingan adalah dengan


mendesainnya dari sumbernya. Namun, ada beberapa sumber yang karena usia,
penyalahgunaan, atau desain yang buruk, merupakan sumber kebisingan. Hasilnya
adalah kita harus memperbaiki masalah yang ada saat ini.

a. Menyeimbangkan Bagian yang Berputar

Salah satu sumber utama kebisingan mesin adalah getaran struktural yang
disebabkan oleh rotasi bagian-bagian yang kurang seimbang, seperti kipas, roda
terbang, katrol katrol, poros, dan sebagainya. Langkah-langkah yang digunakan
untuk memperbaiki kondisi ini melibatkan penambahan penyeimbang ke unit yang
berputar atau menghilangkan beberapa bobot dari unit.

Contoh: Kebisingan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam siklus


putaran mesin cuci berkecepatan tinggi. Ketidakseimbangan terjadi karena pakaian
tidak didistribusikan secara merata di dalam bak mandi, dengan mendistribusikan
kembali pakaian, keseimbangan tercapai dan kebisingan berhenti.

b. Mengurangi Resistensi Gesekan

Mesin yang telah dirancang dengan baik namun tidak dirawat dengan baik
dapat menjadi sumber kebisingan yang serius. Pembersihan umum dan pelumasan
semua bagian yang berputar, bergeser, atau bertautan pada titik kontak.

c. Mengoleskan Bahan Pelumas

8
Karena benda atau permukaan yang bergetar memancarkan suara, penerapan
bahan apa pun yang mengurangi atau menahan gerakan getaran benda itu akan
mengurangi keluaran suaranya. Tiga tipe dasar dari bahan redaman getaran
pemulihan tersedia:

 Cairan mastics, yang diterapkan dengan alat penyemprot.


 Bantalan karet, kain kempa, busa plastik, vinil bertimbal, pita perekat, atau
selimut berserat, yang dilem pada permukaan yang bergetar.
 Lembaran logam viskoelastik, yang terikat pada permukaan yang bergetar.

d. Menutup Kebocoran Bising

Lubang kecil pada struktur yang kedap suara dapat mengurangi efektivitas
langkah-langkah pengendalian kebisingan.

e. Melakukan Perawatan Rutin

Pemeliharaan permukaan perkerasan sangat penting untuk menjaga kebisingan


pada tingkat minimum.

f. Mengurangi Kebocoran Kebisingan

Emisi kebisingan akibat kebocoran dapat dikurangi dengan:

1. Menutup lubang & retakan yang tidak perlu.


2. Bising dari suara listrik atau perpipaan dapat diredam dengan penutup dari
karet.
3. Bukaan atau pintu yang menimbulkan bising dapat dikurangi dengan menutup
ujungnya dengan karet.
4. Lubang pada knalpot, AC, dan ventilasi dapat dilengkapi peredam suara.
5. Menjauhkan sumber bising dari pendengar.

9
Menurut Cahyana (2018), beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengendalikan
bising lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Pengendalian sumber.
Cara ini sangat efektif dan ekonomis contohnya bising akibat getaran orang
yang berjalan dapat direduksi dengan melapisi lantai dengan karpet atau gabus.
2. Penataan kota.
Perkembangan kota, terutama transportasi banyak menimbulkan masalah
kebisingan. Oleh karena itu diperlukan perencanaan dan penataan kota yang
dapat mengurangi kebisingan sampai batas yang diizinkan.
3. Perencanaan lokasi bangunan.
Diupayakan ada pengelompokan lokasi bangunan sesuai dengan fungsinya.
Lokasirumah sakit, sekolah, kantor, hendaknya jauh dari jalan raya, daerah
industri dan bandar udara atau terminal.
4. Rancangan arsitektur dan struktur bangunan.
Pengendalian bising ruangan, perlu memikirkan fungsi ruang dan lokasinya.
Ruang istirahat hendaknya ditempatkan pada daerah yang tenang. Kekuatan,
tebal dan jenis lantai dan dinding juga perlu mendapat perhatian karena
mempengaruhi transmisi suara. Pada dasarnya, semua bahan bangunan dan
lapisan permukaan mempunyai kemampuan menyerap bunyi dalam taraf
tertentu.

Sedangkan menurut Setyaningrum (2014), pengendalian kebisingan dapat


dilakukan dengan teknik pengendalian bahaya yaitu dengan teknik eliminasi, substitusi,
isolasi, rekayasa mesin atau engineering, administrasi dan alat pelindung diri (APD).
Upaya yang dilakukan untuk pengendalian kebisingan dengan hirarki pengendalian
bahaya. Informan triangulasi menjelaskan pengendalian yang mungkin dilakukan
perusahaan yaitu dengan teknik isolasi berupaya mengurangi sumber bising yang
mengganggu aktivitas pekerja. Seperti yang dijelaskan informan triangulasi dengan
penempatan genset ke dalam bangunan ruang kedap, dengan rekayasa engineering
mengganti welder dengan trafo yang tingkat kebisingan mesinnya lebih rendah dari
welder, yang terakhir penggunaan APD dimana setiap pekerja diwajibkan mengenakan
alat pelindung telinga di area kerja yang dinyatakan sebagai zona bising, pengukuran

10
tingkat kebisingan area kerja, pemeriksaan kesehatan atau medical check up secara
berkala.

Menurut Handoko (2010), menjelaskan bahwa rekomendasi yang dapat


digunakan untuk perancangan pengendalian kebisingan pada fasilitas pendidikan yaitu:

a. Pemilihan site atau lokasi fasilitas pendidikan dioptimalkan pada daerah dengan
kepadatan penduduk rendah dan diusahakan tidak pada pusat ekonomi,hal ini karena
mengurangi kepadatan lalulintas yang ada dikawasan tersebut yang akan menambah
intensitas kebisingan lingkungan.
b. Pengendalian kebisingan interior, efektif dilakukan dengan perancangan organisasi
ruang yang mempertimbangkan fungsi dan tingkat kebisingan yang diijinkan untuk
fungsi bersangkutan. ruang yang membutuhkan ketenangan ditempatkan paling jauh
dengan sumber kebisingan dan demikian juga sebaliknya.
c. Pengendalian eksterior dapat dilakukan dengan menggunakan penghalang dan atau
barier bising, memperluas sempadan bangunan, meletakan bangunan yang
membutuhkan ketenangan pada posisi terjauh dari sumber kebisingan lingkungan
yang ada. Selain itu dapat menggunakan parfum akustik yang berupa gemericik air
untuk menyamarkan kebisingan lingkungan yang terjadi.

11
Mengurangi
Dampak Kekuatan

Mengurangi
Kecepatan dan
Tekanan

Mengurangi
Resistensi Gesekan

Mengurangi Area
dengan cara desain
Terpapar

Mengurangi
Kebocoran Bising

Mengisolasi dan
Meredam Faktor
Getaran

Pengendalian Bising Menyediakan


dari Sumber Peredam

Menyeimbangkan
Bagian yang
Berputar

Mengurangi
Resistensi Gesekan

dengan cara Mengoleskan Bahan


memperbaiki Pelumas

Menutup Kebocoran
Bising

Melakukan
Perawatan Rutin

Gambar 3.1. Pengendalian Bising dari Sumber

12
BAB IV

SIMPULAN

Dari pembahasan tersebut didapatkan beberapa simpulan adalah sebagai berikut.


1. Pengendalian sumber bising dengan desain dapat berupa mengurangi dampak
kekuatan, mengurangi kecepatan dan tekanan, mengurangi ketahanan gesekan,
mengurangi area terpapar, mengurangi kebocoran bising, mengisolasi dan
meredam faktor getaran, dan menyediakan peredam.
2. pengendalian sumber bising dengan cara memperbaiki dapat berupa
menyeimbangkan bagian yang berputar, mengurangi resistensi gesekan,
mengoleskan bahan pelumas, menutup kebocoran bising, dan melakukan
perawatan rutin.
3. Upaya dalam mengedalikan kebisingan adalah pemakaian earplug/sumbat telinga
guna untuk mengurangi tingkat intesitas kebisingan disaat kita sedang bekerja
dalam keadaan ruangan yang sangat bising.
4. Menambahkan penghambatan kebisingan/isolasi ruangan sehingga suara yang
keluar-keluar tidak lagi berdampak buruk bagi lingkungan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bell, P.A. 2001. Environmental Psychology. Harcourt Brace College Publisher. Forth Worth.

Cahyana, Gede H. 2018. Pengendalian Bising. OSF Preprints,. Web.

Davis, M. L. 1991. Introduction To Environmental Engineering. New York: Mc Graw Hill.

Handoko, Jarwa Prasetya S. 2010. Pengendalian Kebisingan pada Fasilitas Pendidikan Studi
Kasus Gedung Sekolah Pascasarjana UGM Yogyakarta. Jurnal Sains dan Teknologi
Lingkungan. Volume 2, Nomor 1. Halaman 32‐42.

Lintong, Fransiska. 2009. GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING. Jurnal


Biomedik, Volume 1, Nomor 2 hlm. 81-86.

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR:


KEP.51/MEN/1999 TENTANG NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI
TEMPAT KERJA.

Rimantho. 2014. ANALISIS KEBISINGAN TERHADAP KARYAWAN DI LINGKUNGAN


KERJA PADA BEBERAPA JENIS PERUSAHAAN. Jurnal Teknologi Volume 7 No.1.

Setyanigrum, Indri et all. 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Halaman 271.

Anda mungkin juga menyukai