Anda di halaman 1dari 22

A.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1. Definisi
Menurut Tarwaka (2008), Keselamatan Kerja dapat ditinjau dari
sudut pandang dan definisi yang berbeda, yaitu:
a. Secara Filosofis
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya dan
pemikiran untuk menjamin keadaan, keutuhan, dan kesempurnaan
baik secara jasmani maupun rohani diri pada umumnya dan tenaga
kerja khususnya beserta hasil karyanya dalam rangka menuju
masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
b. Secara Praktis dan Hukum
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk
perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki
tempat kerja senantiasa dalam keadaan sehat dan selamat serta
sumber-sumber proses produksi dapat dijalankan secara aman,
efisien dan produktif.
c. Secara Keilmuan
Adalah ilmu dan penerapannya secara teknis dan teknologis
untuk melakukan pecegahan terhadap munculnya keelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yang dilakukan.
2. Tujuan K3
Berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1970, program K3
mempunyai tujuan yang diselenggarakan bagi tenaga kerja, proses
produksi yang berlangsung dan terhadap perlindungan sumber daya
produksi. Tujuan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja adalah:
a. Melindungi setiap tenaga kerja dan setiap orang lain yang ada di
tempat kerja selalu dalam keadaan sehat, aman, selamat untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan
produktivitas nasional.
b. Melindungi dan memberdayakan sumber-sumber produksi dapat
digunakan dan dipakai secara bijaksana, hemat dan efisien demi
keberlangsungan sumber daya tersebut.
3. Sasaran Program K3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam setiap pelaksanaan
dan pencapaiannya akan berusaha mencapai sasaran yang telah tertulis
dan terstruktur dalam sistem konkret (UU No.1 Tahun 1970).
Berdasarkan UU No.1 Tahun 1970 dinyatakan bahwa sasaran
pencapaian program K3 adalah:
a. Mencegah dan atau mengurangi kecelakan, bahaya peledakan dan
kebakaran.
b. Mencegah dan mengurangi timbul dan menyebarluasnya penyakit
akibat kerja.
c. Mencegah dan mengurangi kematian, cacat tetap dan luka ringan.
d. Mengamankan material, mesin, pesawat, bahan dan alat kerja
lainnya.
e. Meningkatkan angka produktivitas
f. Mencegah adanya pemborosan tenaga kerja dan modal.
g. Menjamin tempat kerja yang aman.
h. Memperlancar, meningkatkan, mengamankan sumber dan proses
produksi.
Dalam Permenaker No.Per-05/MEN/1996 disebutkan bahwa,
pentingnya program K3, maka setiap perusahaan dewasa ini harus
mampu menerapkan sistem kerja K3 secara konkret. Perencanaan dan
penerapan prosedur kerja yang aman, nyaman dan selamat dengan
segala bentuk pengkondisian interaktif dan komunikatif, maka
kecenderungan timbulnya kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan
kerja dapat ditekan dan diminimalisasi.
B. Potensi Bahaya dan Risiko Terhadap Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
1. Faktor Bahaya Fisik
a. Kebisingan
1) Definisi
Gelombang bunyi dibatasi yang dapat merangsang telinga
dan otak manusia. Jangkauan frekuensi ini berada pada daerah 2 Hz
sampai 20 KHz. Bising secara subyektif adalah suara yang tidak
disukai atau tidak diharapkan seseorang baik merupakan aktivitas
alam maupun buatan manusia. Secara obyektif bising terdiri dari
getaran suara komplek yang sifat getarannya tidak periodik.
Batasan bising diatas lebih diarahkan pada bising sehari-hari
yang komponen-komponen sumber bisingnya selalu berbeda-beda,
misalnya lalu lintas darat, laut, udara, keramaian dipasar. Bunyi
dinilai sebagai bising sangatlah relatif, misalnya musik di tempat-
tempat diskotik bagi pendengar yang biasa datang ditempat tersebut
tidak merasakan hal itu sebagai suatu kebisingan, namun sebaliknya
bagi yang tidak biasa datang pada tempat tersebut merasakan hal
tersebut sebagai suatu kebisingan. Bising pabrik pada umumnya
mempunyai kualitas dan kuantitas tertentu, sehingga dapat
dikatakan bahwa irama gelombang suara yang ditimbulkan sifatnya
tetap dan bahkan terkadang periodik. Oleh karena itu batasan bising
pabrik atau lingkungan kerja adalah kumpulan suara yang terdiri atas
gelombang-gelombang akustik dengan macam-macam frekuensi
dan intensitas.
2) Nilai Ambang Batas (NAB)
Nilai ambang batas kebisingan adalah besarnya tingkat suara
sebagian besar tenaga kerja dalam batas aman untuk bekerja 8 jam /
hari atau 40 jam / minggu. Nilai ambang batas kebisingan kerja
adalah sebesar 85 dBA.
3) Alat Ukur :
a) Sound Level Meter ( Ukur Intensitas)
b) Octave Band Analyzer ( Ukur Frekuensi )
c) Personal Noise dosi meter
4) Jenis Kebisingan
a) Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi luas (steady
state, wide band noise), misalnya mesinmesin, kipas angin dll.
b) Kebisingan kontinu dengan spektrum sempit (steady state
narrow band noise, misalnya gergaji sirkuler, katup gas dll)
c) Kebisingan berulang (intermittent) misalnya lalu lintas, kapal
terbang dll.
d) Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise) misalnya
ledakan tembakan dll.
e) Kebisingan implusif berulang misalnya mesin tempa.
f) Bising terputus (impact noise) yaitu bunyi dalam suatu waktu
yang pendek tunggal seperti mesin tempa, pancang pondasi.
5) Efek kebisingan pada kesehatan
a) Efek Auditori
1) Temporary threshold shift (TTS) atau kehilangan daya
pendengaran sementara, yaitu berkurangnya kemampuan
untuk mendengar suara yang lemah
2) Noise induced permanent threshold shift (NIPTS) atau
kehilangan daya pendengaran menetap, yaitu berkurangnya
kemampuan mendengar suara. Yang tidak dapat pulih.
b) Efek Non Auditori
1) Insiden stress meningkat (ansietas)
2) Perunahan perilaku kejiwaan, contoh gangguan konsentrasi,
kesulitan memecahkan masalah dll)
3) Perubahan pola perilaku, seperti peningkatan agresivitas,
penurunan perilaku menolong, masalah dengan hubungan
personal dll)
4) Perubahan fisiologis pada tubuh, seperti hipertensi,
gangguan jantung iskemik dll)
5) Perubahan pernapasan
6) Gangguan tidur
6) Kebisingan dapat dikendalikan dengan:
a) Pengurangan kebisingan pada sumber
Dengan desain akustik, substitusi alat, perubahan
metode/proses, Pemeriksaan terhadap alat (roda gigi, rotasi,
komponen-komponen mesin), sistem peredam, Pemenuhan SOP
b) Mengurangi rambat bunyi pada media
Dengan desain akustik, mengatur jarak sumber dengan
penerima / penghalang bunyi, Sistem kontak / kontrol, sistem
peredam.
c) Mengurangi bunyi yang diterima pekerja -
 Pemeriksaan audiometer prakerja berkala
 Penggunaan alat pelindung telinga (contoh sumbat kapas, ear
plug ( -) 5 – 15 dbA, ear muff (-) 20- 30 db
 Rotasi kerja
 Isolasi pekerja
 Jadwal kerja
7) Upaya Pengendalian menurut hirarki Pengendalian
a) Eliminasi
Eliminasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan
sumber bahaya, yaitu dengan cara mematikan mesin yang tidak
dioperasikan sehingga kebisingan di tempat kerja menurun.
b) Substitusi
Dengan cara mengganti bahan atau proses dengan yang lebih
aman. Dalam suatu perusahaan harus mengganti mesin dengan
tingkat kebisingan yang lebih rendah dan aman.
c) Isolasi
Isolasi dengan cara memisahkan pekerja dengan sumber bahaya.
Contohnya dengan pemindahan mesin dengan intensitas tingkat
kebisingan tinggi ke sisi tepi agar tidak terlalu bersampingan
dengan pekerja.
d) Engineering (pengendalian teknis)
Dengan cara membuat atau merekayasa mesin yang
membahayakan pekerja, Seperti mesin yang bising dapat
diperbaiki secara teknis misalnya dengan memasang peredam
suara sehingga tingkat kebisingan dapat ditekan.
e) Administratif
Pengendalian ini dapat dilakukan dengan mengurangi waktu
pemajanan terhadap pekerja dengan cara pengaturan waktu
kerja dan istirahat, sehinga waktu kerja dari pekerja masih
berada dalam batas aman. Dilakukan dengan cara mengatur
jadwal kerja, rotasi pekerja, dan membuat peraturan
perundangan dari setiap langkah operasional maintenance yang
mengikuti Standar Operation Procedure (SOP) sesuai dengan
aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
f) Alat Pelindung Diri (APD)
Pengendalian dengan pemberian dan kewajiban pekerja dalam
pemakaian APD merupakan alternatif terakhir yang harus
dilakukan. Jenis alat pelindung telinga yang diberikan
perusahaan untuk area fabrikasi yaitu jenis ear plug
b. Penerangan/Pencahayaan
1) Definisi
Penerangan adalah sumber cahaya yang menyinari suatu
tempat / ruangan yang membantu manusia untuk melihat, bekerja,
dll. Penerangan berdasar sumbernya dibagi menjadi tiga, pertama
penerangan alami yaitu penerangan yang berasal dari cahaya
matahari, kedua penerangan buatan yaitu penerangan yang berasal
dari lampu, dan yang ketiga adalah penerangan alami dan buatan
yaitu penggabungan antara penerangan alami dari sinar matahari
dengan lampu/penerangan buatan (Cok Gd Rai, 2006)
Menurut Ching (1996), ada tiga metode penerangan, yaitu :
penerangan umum, penerangan lokal dan penerangan cahaya aksen.
Penerangan umum atau baur menerangi ruangan secara merata dan
umumnya terasa baur. Penerangan lokal atau penerangan untuk
kegunaan khusus, menerangi sebagian ruang dengan sumber cahaya
biasanya dipasang dekat dengan permukaan yang diterangi
Sedangkan penerangan aksen adalah bentuk dari pencahayaan lokal
yang berfungsi menyinari suatu tempat atau aktivitas tertentu atau
obyek seni atau koleksi berharga lainnya.
2) Syarat kesehatan, kebersihan dan penerangan tempat kerja
Berdasarkan PMP no.7 tahun 1964 Syarat kesehatan, kebersihan
dan penerangan tempat kerja:
a) Kadar penerangan di ukur setinggi tempat kerja, penerangan
umum setinggi perut ( kurang lebih 1 meter).
b) Penerangan darurat 5 luks ( 0,5 footcandles).
c) Untuk halaman dan jalan : 20 luks.
d) Untuk membedakan barang kasar : 50 luks.
e) Untuk membedakan barang-barang kecil secara sepintas lalu :
100 luks.
f) Untuk membedakan barang-barang kecil, agak teliti : 200 luks.
g) Untuk pembedaan trliti barang-barang kecil dan halus : 300
luks.
h) Pembedaan barang halus dan kontras sedang dan waktu lama :
500-1000 luks.
i) Untuk pembedaan barang-barang yang sangat halus, kontras
sangat kurang dengan waktu lama : 2000 luks
Alat ukur penerangan adalah Luksmeter, sedangkan alat ukur
luminensi adalah brightnessmeter, dan alat ukur kekuatan sumber
cahaya adalah fotometer.
3) Faktor yang menentukan penerangan di tempat kerja :
a) Ukuran obyek
b) Derajat kontras
c) Luminensi ( brightness) penerangan, pemantulan. Luminensi
adalah tingkat pemantulan cahaya, sedangkan brightness adalah
intensitas pemantulan cahaya
d) Lamanya melihat
Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan
tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti, cepat dan tanpa upaya
yang tidak perlu, serta membantu menciptakan lingkungan kerja
yang nikmat dan menyenangkan. Dapat dilakukan dengan :
a) Pemilihan lampu secara tepat
b) Penempatan sumber cahaya secara tepat, juga perlu
memperhitungkan letak jendela
c) Penggunaan alat pelapis yang tidak mengkilat
d) Penyaringan sinar matahari langsung
4) Akibat penerangan buruk
Berikut adalah akibat penerangan buruk :
a) Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efiensi kerja
b) Kelelahan mental
c) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata
d) Kerusakan alat penglihatan
e) Menigkatnya kecelakaan
5) Sumber penerangan ada 2 macam :
a) Penerangan alami: sumber cahaya yang didapat dari sinar
matahari / terangnya langit. Menurut Ehlers (1965) : sinar yang
cukup, luas jendela 15 – 20% luas lantai.
b) Penerangan buatan
6) Berikut adalah cara pemeliharaan penerangan :
a) Pembersihan lampu secara teratur
b) Pengecatan
c) Penggantian lampu
7) Upaya Pengendalian menurut hirarki Pengendalian
a) Eliminasi
Eliminasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan
sumber bahaya, yaitu dengan cara
b) Substitusi
Dengan cara mengganti bahan atau proses dengan yang lebih
aman. Mengganti lampu penerangan yang redup menjadi yang
lebih terang untuk meningkatkan ketelitian dan produktivitas
pekerja.
c) Isolasi
Isolasi dengan cara memisahkan pekerja dengan sumber bahaya.
Contohnya jika dalam suatu mesin ada cahaya yang dapat
membahayakan mata maka mesin tersebut harus ada jarak
dengan pekerja.
d) Engineering (pengendalian teknis)
Dengan cara membuat atau merekayasa mesin yang
membahayakan pekerja, jika pencahayaan untuk yang pekerjaan
dengan ketelitian membutuhkan pencahayaan yang focus pada
satu titik, maka pencahayaannya di arahkan langsung ke tempat
kerja.
e) Administratif
Pengendalian ini dapat dilakukan dengan mengurangi waktu
pemajanan terhadap pekerja dengan cara pengaturan waktu
kerja dan istirahat, sehinga waktu kerja dari pekerja masih
berada dalam batas aman. Dilakukan dengan cara mengatur
jadwal kerja, rotasi pekerja, dan membuat peraturan
perundangan dari setiap langkah operasional maintenance yang
mengikuti Standar Operation Procedure (SOP) sesuai dengan
aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
f) Alat Pelindung Diri (APD)
Pengendalian dengan pemberian dan kewajiban pekerja dalam
pemakaian APD merupakan alternatif terakhir yang harus
dilakukan. Jenis alat pelindung yaitu kacamata kerja.
2. Faktor Bahaya Biologi
a. Faktor - Faktor Penyakit Akibat Kerja
1) Virus : Penyakit virus misalnya penyakit kuku dan mulut yang
pindah dari ternak kepada pekerja-pekerja dalam perusahaan
peternakan.
2) Bakteri : Antraks
3) Protozoa: Malaria
4) Jamur : Kutu Air
5) Cacing : diderita oleh pekerja tambang dan perkebunan
b. Beberapa Penyakit Yang Disebabkan Agen Biologi
Agen Diseases Occupational
Colds, influenza, scarlet Dimana saja
fever, snalpox
TBC Pekerja dengan silica, pabrik yang
besar dan sesak, paparan panas dan
debu organic, petugas medis.
Typhoid, diphtheria, Dokter, perawat, pathologist yang
sreptococal sorethroat, bekerja dengan specimen dan
poliomyelitis, penyakit cadavers, petugas laboratorium
pada jari karena bakteri
Hepatitis Petugas medis
Anthrax Pekerja yang kontak dengan hewan,
bangkai, kerangka, kulit, jaringan,
dan rambut binatang yang
terkontaminasi.
Glanders Pathologist, pelatih kuda, bedah
hewan, pekerja yang kontak dengan
kuda atau hewan
Tetanus Pekerja yang kontak dengan kotoran
hewan atau tanah
Cacing gelang (dalam Pekerja took binatang atau yang
kuda ternak rusa, babi, kontak dengan binatang
kucing, anjing, burung)
Brucelious (undulant Pekerja pemotongan hewan yang
fever) kontak dengan babi, daging babi,
daging sapi
Jamur pada kuku dan Pekerja ditempat yang lembab atau
kaki basah
Candida albicans Tempat yang kadar gulanya tinggi
Ancylostoma duodenale Pekerja tambang
dan necator americanus
Kutu dan pinjal Bulu binatang
Keracunan debu, Pengolahan tembakau, pabrik rokok
tembakau atau tabakosis
Dermatosis eksodatis Bunga matahari
Amygladin dan asam Singkong
sianida

1) Brucellosis
Brucellosis adalah penyakit yang menular dari hewan ke
manusia terutama melalui kontak langsung dari hewan terinfeksi,
minum susu dari hewan terinfeksi dan menghirup udara yang
tercemar oleh bakteri penyebab Brucellosis yaitu Brucella sp.
Sumber penularan Brucellosis antara lain sapi, babi, domba
dan kambing. Sumber penularan yang potensial dari hewan ke
manusia adalah sapi, melalui kontak dengan placenta, fetus, cairan
organ reproduksi hewan, darah dan urin.
Brucellosis termasuk penyakit yang ditularkan melalui
pekerjaan (occupational diseases). Dokter hewan dapat tertular saat
melakukan vaksinasi atau pemeriksaan hewan tertular. Pekerja
laboratorium dapat tertular saat menangani spesimen yang
mengandung Brucella sp. Pekerja kandang seperti pemerah susu
dan pembersih kandang dapat tertular melalui ekskreta yang keluar
dari sapi abortus, feses atau cairan tubuh lainnya yang mencemari
lingkungan kandang.
Penularan pada manusia dapat terjadi dengan mengkonsumsi
susu dan daging asal hewan yang mengandung Brucella sp.
Penularan paling banyak melalui konsumsi susu dan produk
olahannya yang tidak dipasteurisasi sempurna, karena Brucella sp
dapat bertahan hingga beberapa bulan di susu dan produk
olahannya.
Pencegahan Brucellosis pada manusia dapat dilakukan
dengan penanggulangan dan kontrol penyakit pada hewan sebagai
hospes, mengurangi kontak dengan hewan, memakai alat
pelindung diri jika kontak dengan hewan dan memasak secara
benar susu segar yang akan diminum.
2) Leprospirosis
Menurut Setiawan (2008), leptospirosis adalah penyakit
yang disebabkan oleh infeksi bakteri patogen yang disebut
Leptospira dan ditularkan dari hewan kepada manusia (zoonosis).
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira. Jika Anda
terkena infeksi yang berat, ini disebut dengan penyakit Weil.
Seseorang dapat terinfeksi bakteri jika mata, mulut, hidung, atau
luka terbuka pada kulit Anda bersinggungan dengan:
 urin, darah, atau jaringan dari binatang yang membawa bakteri
 air yang terkontaminasi oleh bakteri
 tanah yang terkontaminasi oleh bakteri
 Anda juga dapat terkena leptospirosis jika tergigit binatang yang
terinfeksi oleh penyakit tersebut.
Bakteri Leptospira dapat masuk ke tubuh melalui kulit yang
rusak, kulit yang lunak karena air, selaput lendir (lapisan lembab
dan tipis dari banyak bagian tubuh seperti hidung, mulut,
tenggorokan, dan alat kelamin) atau dengan menelan atau
menghirup air yang terkontaminasi. Penularan dari orang ke orang
tidaklah terjadi.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah
terjangkit penyakit leptospirosis, di antaranya:

 Hindari air yang sudah terkontaminasi dan pastikan kebersihan


air sebelum mengonsumsinya.
 Jauhi binatang yang rentan terinfeksi bakteri, terutama tikus
liar yang paling banyak membawa bakteri leptospira.
 Bersikap cermat terhadap lingkungan, terutama saat
bepergian.
 Gunakan disinfektan jika perlu.
 Gunakan pakaian yang melindungi tubuh dari kontak langsung
dengan hewan pembawa bakteri leptospira, serta bersihkan
dan tutup luka dengan penutup tahan air agar tidak terpapar air
yang terkontaminasi bakteri.
 Mandi secepatnya setelah berolahraga dalam air.
 Jaga kebersihan dan cuci tangan setelah melakukan kontak
dengan hewan atau sebelum makan.
 Vaksinasi hewan piaraan atau ternak supaya terhindar dari
leptospirosis.
3) Anthrax
Anthrax atau penyakit radang limpa merupakan salah satu
penyakit zoonosis di Indonesia yang disebabkan oleh bakteri.
Istilah anthrax berarti arang, sebab penyakit ini menimbulkan
gejala pada manusia berupa bisul kehitaman yang jika pecah akan
menghasilkan semacam borok (bubonic palque).
Anthrax disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang
merupakan bakteri gram positif non motil dan berspora. Penularan
pada manusia bisa lewat kontak langsung spora yang ada di tanah,
tanaman, maupun bahan dari hewan sakit (kulit, daging, tulang atau
darah). Mengkonsumsi produk hewan yang terkena anthrax atau
melalui udara yang mengandung spora, misalnya, pada pekerja di
pabrik wool atau kulit binatang (Woolsorters disease).
Pencegahan penyakit Anthrax
 Tidak memakan daging tercemar Anthrax.
 Tidak menyembelih hewan yang sakit, atau jatuh karena sakit.
 Tidak memanfaatkan atau bersentuhan dengan daging,
jerohan, kulit, tanduk tulang, dan rambut atau bagian tubuh
lainnya dari hewan/ternak penderita Anthrax.
 Mencuci bersih bahan makanan sebelum dimasak.
 Memasak daging dan jerohan sampai matang, karena spora
dapat dimusnahkan pada suhu 90 derajat C selama 45 menit
atau 100 derajat C selama 10 menit.
 Mencuci tangan sebelum makan.
4) Hepatitis
Virus hepatitis dapat menular dari satu orang ke orang lain,
dengan cara penularan yang berbeda-beda. virus hepatitis B dan C
menyebar terutama melalui kontak darah dan cairan tubuh.
Seseorang bisa saja terinfeksi lebih dari 1 jenis virus hepatitis.
Karena risiko yang berbahaya bagi hati penderita, seseorang yang
menderita hepatitis C harus berkonsultasi dengan dokter untuk juga
mendapatkan vaksin terhadap hepatitis A dan hepatitis B. Tidak
seperti hepatitis A dan B, hepatitis C belum ada vaksinnya.
Hepatitis B bisa menular kepada setiap orang. Seperti
penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan, hubungan seksual,
transfusi darah, jarum suntik, maupun penggunaan alat kebersihan
diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama. Hepatitis B dapat
menyerang siapa saja, akan tetapi umumnya bagi mereka yang
berusia produktif akan lebih beresiko terkena penyakit ini.
5) Salmonella
Salmonella typhi (S. typhi) merupakan kuman pathogen
penyebab demam tifoid, yaitu suatu penyakit infeksi sistemik
dengan gambaran demam yang berlangsung lama, adanya
bacteremia disertai inflamasi yang dapat merusak usus dan organ-
organ hati. Demam tifoid merupakan penyekit menular yangtersebar
di seluruh dunia, dan sampai sekarang masih menjadi masalah
kesehatan terbesar dinegara sedang berkembang dan tropis seperti
Asia Tenggara, Afrika dan Amerika Latin 5'6'7. Insiden penyakit ini
masih sangat tinggi dan diperkirakan sejumlah21juta kasus dengan
lebih dari 700 kasus berakhir dengan kematian.
Untuk menghindari terinfeksi salmonella, ada beberapa
tindakan pencegahan yang dapat Anda lakukan sehari-hari:
 Benar-benar mencuci tangan Anda dengan sabun.
 Menjaga daging, unggas dan makanan laut terpisah dari
makanan lainnya. Baik penyimpanan hingga pengolahan.
 Gunakan talenan terpisah untuk daging dan sayuran.
 Jauhkan makanan yang dimasak dari permukaan yang
terkontaminasi, seperti talenan untuk memotong daging.
 Hindari makan mentah yang tidak dipasteurisasi, seperti telur
setengah matang atau susu segar.
c. Faktor biologis akibat kerja
a) Virus
Penyakit yang diakibatkan oleh virus adalah penyakit kuku
dan mulut yang pindah dari ternak kepada pekerja-pekerja
dalam perusahaan peternakan.
b) Bakteri
Bakteri seperti antrax sering menghinggapi pekerja-pekerja
di pejagala.
c) Protozoa
Protozoa yang tergolong protozoa adalah malaria. Untuk
Negara-negara yang bebas penyakit malaria, apabila seorang
pelaut menderitanya oleh karena pelayaran ke negara yang
belum bebas malaria, penyakit itu dianggap sebagai penyakit
akibat kerja.
d) Jamur
Penyakit jamur pada kuku sering diderita para pekerja yang
tempat kerjanya lembab dan basah, atau apabila mereka terlalu
banyak merendam tangan dan kaki di air seperti pencuci.
e) Cacing
Jenis cacing yang sangat berbahaya terutama bagi pekerja-
pekerja tambang dan perkebunan adalah Anclylostamiasis,
yang disebabkan oleh Ancylostoma duadenale dan necator
americanus.
f) Kutu dan pinjal
Kutu dan pinjal sering terdapat ditempat kerja dan biasanya
menjadi sebab kelainan pada kulit. Terkenal kutu alang-alang
dan kutu padi. Pinjal hidup pada binatang-binatang
pemeliharaan seperti anjing dan kucing.
g) Tumbuhan
Tumbuh-tumbuhan kadang mengandung bahan kimia yang
dapat mengakibatkan sakit bagi pekerja pertanian, perkebunan
dan kehutanan. Debu tembakau ditempat-tempat pengeringan
dapat mengakibatkan sakit tabakosis bagi para pekerjanya.
Faktor biologi dapat menular dari seorang pekerja kepada
pekerja lainnya dari itu, harus ditempuh cara pencegahan penyakit
menular, antara lain :
1) Imunisasi dengan pemberian vaksinasi atau suntikan.
2) Menjaga kebersihan kerja.
3) Melakukan karantina bagi pekerja yang sudah terkena supaya
tidak menular kepada pekerja lainnya.
4) Menggunakan alat pelindung saat bekerja.
d. Pengendalian Vektor Penyakit Di Lingkungan Kerja
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
tidak terlepas dari usaha kerja sama semua pihak, baik pemerintah
maupun masyarakat. Serangga atau tikus dapat berpengaruh
terhadap kesehatan manusia serta pemakaian bahan-bahan kimia
atau dikenal dengan pestisida sebagai alat untuk membasmi
serangga atau tikus. Dalam lingkungan hidup terdapat beribu-ribu
jenis serangga yang berhubungan erat dengan kesehatan manusia.
Jenis-jenis(ordo/kelompok/golongan) serangga itu antara
lain sebagai berikut :
1) Ordo Diphetera : Lalat , Nyamuk
2) Ordo Orthopera : Lipas , kecoa
3) Ordo Hemiphetera : kutu busuk
Pada dasarnya,upaya pengendalian dan pemberantasan dapat
digolongkan ke dalam beberapa cara, antara lain :
1) Pengendalian secara fisik dan mekanis
Pengendalian dengan cara ini memakai sistem dimulai dari yang
paling sederhana sampai kadang-kadang memerlukan peralatan
yang khusus,bahkan dalam keadaan tertentu memerlukan biaya
yang cukup mahal.Termasuk dalam cara ini pemakaian
perangkap, penggunaan kawat kasa dan sanitasi lingkungan
yang baik.
2) Pengendalian secara biologis
Pengendalian/pemberantasan dengan memelihara musuh
hidupnya.Cara pengendalian hama atau serangga pembawa
penyakit haruslah spesifik terhadap serangga tertentu saja
sehingga untuk membunuh serangga tertentu pula.
3) Pengendalian secara kimia
Bahan-bahan kimia yang sering digunakan dalam pengendalian
dan pemberantasan hama disebut insektisida atau
pestisida.Penggunaan insektisida/pestisida akan sangat efektif
dalam menurunkan jumlah populasi serangga atau binatang
mengerat lainnya.
3. Faktor Bahaya Kimia
a. Definisi
1) Kimia : Elemen dan komponen atau senyawa, baik secara
alami maupun sintetik.
2) Keracunan : Pada keadaan normal badan manusia
mempunyai kemampuan untuk melindungi diri dari
pengaruh berbagai bahan dalam batas tertentu.
3) Daya Racun : Potensi yang dikandung oleh bahan kimia
untuk menimbulkan keracunan, dan lain sebagainya.
b. Faktor-faktor Pendukung timbulnya situasi berbahaya
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi intensitas bahaya
dalam kaitannya dengan bahan kimia ditempat kerja. Hal ini
sangat penting untuk diketahui dan dimengerti bagaimana
faktor-faktor bahan kimia ditempat kerja secara sendiri atau
bersama-sama menimbulkan situasi yang berbahaya.
1) Jalan masuk kedalam tubuh (Routes of entry / Port
D’Entry)
Bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui tiga jalan yaitu:
a) Melalui saluran pernapasan
Dalam industri masuknya zat kimia ke dalam tubuh
sangat besar kemungkinannya melalui saluran pernapasan.
Hal ini tanpa disadari juga zat kimia masuk kedalam paru-
paru dan hal itu dapat menyebabkan terjadinya luka atau
masuk dalam peredaran darah (sistemik).
b) Melalui saluran pencernaan
Saluran pencernaan merupakan jalan lain untuk
masuknya zat kimia kedalam tubuh.
c) Penyerapan melalui kulit
Penyerapan melalui kulit merupakan jalan lain lagi dari
masuknya zat kimia kedalam tubuh.
2) Konsentrasi dan macam pemaparan
Bahan-bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh melalui
saluran pernapasan, saluran pencernaan dan penyerapan
melalui kulit diangkut melalui peredaran darah. Pada
paparan jangka pendek pada kosentrasi tinggi dapat
memberikan efek akut berupa keracunan akut. Konsentrasi
yang rendah menghasilkan penyerapan secara kumulatif
sejumlah bahan beracun, bisa terjadi efek akut dan berefek
kronik bila dosis yang diterima cukup besar.
3) Efek-efek kombinasi kimia
Informasi tentang efek kombinasi bahan kimia terhadap
keselamatan dan kesehatan sangat kurang, maka
a) Paparan multi bahan kimia diusahakan untuk dijauhkan dan
diperkecil.
b) Jauhkan adanya campuran bermacam-macam bahan kimia
dalam penyimpanan.
c) Kombinasi berbagai macam bahan kimia bisa menimbulkan
kondisi yang sangat bahaya.
4) Kelompok-kelompok yang sangat rentan
Dalam usaha mengenal potensi-potensi bahaya,
kelompok atau individu yang rentan dan sensitif terhadap
bahan kimia harus menjadi perhatian.
c. Efek racun bahan kimia
Efek-efek bahan kimia dapat dikatergorikan dalam kelompok
sebagai berikut :
1) Menyebabkan iritasi.
Bila bahan kimia yang bersifat iritasi kontak dengan kulit,
maka dapat merubah lapisan pelindung kulit menjadi kering,
terbakar, dan berlubang.
2) Menimbulkan alergi
Alergi dapat terjadi karena kontak dengan kimia. Paparan
terhadap bahan kimia dalam jumlah sedikit, tapi lama-
kelamaan dapat menimbulkan alergi.
3) Menyebabkan kekurangan oksigen (aspiksian)
Ada dua macam aspiksian Yaitu:
a) Aspiksian sederhana
Aspiksian sederhana berkaitan dengan kondisi dimana
oksigen di udara diikat oleh gas inert seperti nitrogen,
karbon dioksida, ethane, hidrogen atau helium pada
tingkat tertentu dapat membahayakan kehidupan.
b) Aspiksian karena bahan kimia
Situasi dimana bahan kimia bereaksi menghalangi
kemampuan tubuh untuk mengangkut dan kebutuhan
oksigen.
4) Menimbulkan racun sistemik
Keracunan sistemik berkaitan dengan kemampuan respon
terhadap bahan kimia oleh satu atau lebih sistem tubuh
5) Menyebabkan kanker (Karsinogenik)
6) Merusak janin (Teratogenik)
Lahir dalam keadaan cacat sebagai akibat dari paparan
bahan-bahan kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
janin secara normal.
7) Menyebabkan kemandulan
Efek genetik terhadap tenaga kerja dari kontak bahan kimia
menimbulkan perubahan yang tidak diinginkan terhadap
generasi mendatang.
8) Pneumokoniosis
Pneumokoniosis adalah suatu kondisi yang diakibatkan oleh
tertimbunnya partikel-partikel debu kecil di dalam
gelembung alveoli ( daerah pertukaran udara) paru-paru dan
jaringan melakukan reaksi atas debu itu.
d. Identifikasi bahaya bahan kimia
1) Mercury
Pemaparan merkuri dialami oleh tenaga kerja yang bekerja
pada:
a) Penambangan dan pengolahan biji logam nonfero
beserta pemurniannya (smelting), karena Hg sebagai
mineral ikutan.
b) Pemurnian emas dan perak dari bijih menggunakan
proses amalgam.
c) Pembuatan barometer dan thermometer.
d) Pabrik klorin dengan elektrolisis NaCl menggunakan
electrode merkuri yang dikenal dengan klor merkuri
proses.
e) Pembuatan cermin.
f) Pekerjaan analisis di laboratorium.
g) Pembuatan lampu TL.
h) Aplikasi pembasmi gulma.
Senyawa merkuri terutama organomerkuri adalah
logam/senyawa yang sangat berbahaya. Pemaparan terhadap
merkuri dapat mengakibatkan keracunan. Pemaparan Hg
anorganik dari lingkungan kerja dan masuknya kedalam
tubuh yaitu dengan cara masuk inhalasi dalam bentuk fume
atau uap logam di udara. Sementara itu, cara masuk merkuri
organik mungkin akibat inhalasi dalam bentuk mist pada
pemberantasan gulma atau mungkin absorpsi kulit atau
dapat juga ingesti atau ikut tertelan.
Pencegahan keracunan merkuri dapat dilakukan dengan:
a) Pemasangan exhauster lokal pada peralatan dalam
pemurnian emas, dan udara yang terisap dibersihkan
dengan air cleaning device melalui adsorben.
b) Menggunakan sarung tangan
c) Menggunakan masker
d) Menggunakan pakaian kerja yang ditinggal ditempat
kerja
e) Jangan merokok, makan, dan minum ditempat kerja
f) Mencuci tangan sampai bersih setelah bekerja.
2) Arsen
Pemaparan tenaga kerja pada arsen (As) dan senyawa-
senyawanya dapat terjadi dalam lingkungan kerja sebagai
berikut:
a) Penambangan logam nonfero
b) Industri peleburan logam nonfero sebagai logam ikutan
atau hasil samping dari bijih logam berisi timah hitam,
emas, seng, tembaga, cobalt, dan nikel.
c) Emisi coke oven pada smelting logam nonfero
d) Paduan logam nonfero
e) Produksi kaca
f) Industry mikroelektronik
g) Sublimasi arsen putih pada pengawetan kulit bulu dan
kayu
h) Produksi perstisida arsenic
Pencegahan keracunan arsenik dilakukan dengan:
a) Pemasangan exhauster lokal pada peralatan dalam
pemurnian logam nonfero yang mengandung arsenik
sebagai logam ikutan, dan udara yang terisap dibersihkan
dengan air cleaning device melalui bag house filter atau
electrostatic precipator, atau bila mungkin adsorben.
b) Menggunakan sarung tangan
c) Menggunakan masker
d) Menggunakan pakaian kerja yang ditinggal ditempat kerja
e. Upaya Pengendalian menurut hirarki Pengendalian
2) Kendali Teknik
a) Tutup semua wadah bahan kimia (Tutup semua wadah)
b) Penahanan - kotak sarung tangan
c) Hati-hati saat memindahkan bahan kimia bentuk bubuk
(Transfer bubuk dengan hati-hati) Hindari cipratan cair
3) Kendali administrasi
Gunakan knalpot lokal, Berikan udara, Arah aliran
udara: Udara bersih melewati wajah Anda. Jangan
meletakkan kepala di bawah tudung kanopi, proses Tertutup,
knalpot 100% ke luar, Jangan letakkan knalpot di sebelah
intake udara, Pemeliharaan.
Contoh: Sistem Knalpot Lokal
Contoh: Kipas knalpot, Praktik Kerja dan Kebersihan,
Dilarang merokok, makan atau minum di area studio Pakai
pakaian kerja dan Cuci terpisah, Air mata pencuci mata,
Jangan gunakan botol pencuci mata Pancuran darurat,
Hindari outlet listrik di dekat pancuran, Pencucian - jangan
gunakan pelarut
4) Alat pelindung diri
Pelindung wajah dan mata, jangan bekerja tanpa
perlindungan, pilih jenis sesuai dengan bahaya sarung
tangan: pastikan cocok untuk jenis cairan yang digunakan
perlindungan pendengaran pakaian pelindung respirator.

Anda mungkin juga menyukai