Oleh :
Emi Firdausiyah
362041311047
PENDAHULUAN
3.3 Metode
Prosedur Kerja
1. Mencari data yang dibutuhkan mengenai kebisingan dalam K3
2. Menemukan upaya dalam mengendalikan bahaya kebisingan
3. Melakukan analisis penyakit akibat dari kebisingan dalam keselamatan dan kesehatan
kerja.
4. Mengkoordinisir data-data yang didapat dari internet ke format laporan praktikum
yang telah disediakan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Contonya seperti adanya wacana untuk pemindahan genset dengan intensitas tingkat
kebisingan mencapai 107,6 dBA ke sisi tepi agar tidak terlalu bersampingan dengan
workshop maintenance. Akan tetapi, hal ini belum bisa terealisasikan karena lahan yang
tidak memungkinkan dan pemantauan yang belum bisa jarak jauh. Namun, untuk
pembuatan workshop baru hal ini sudah dapat dirancangkan.
b. Rekayasa Engineering
Teknik pengendalian ini pada umumnya dilakukan dengan membuat atau merekayasa
mesin dengan tingkat kebisingan yang tinggi, seperti penggantian alat dari tingkat
kebisingan tinggi dengan alat yang tingkat kebisingan rendah, memodifikasi alat,
menyerap kebisingan yang dihasilkan alat/mesin, menempatkan mesin di ruang kedap
bunyi dengan ventilasi yang memadai agar mesin tidak kepanasan.
Pengendalian kebisingan di bagian area kerja dengan teknik rekayasa engineering belum
efektif berjalan, karena tingkat kebisingan alat yang digunakan masih melebihi NAB
kebisingan. Pengendalian kebisingan dengan metode engineering / rekayasa mesin lebih
efektif dan efisien dalam mengendalikan kebisingan dibandingkan dengan metode
pengendalian kebisingan lainnya berdasarkan teknik hirarki pengendalian bahaya.
Sehingga perusahaan harus memprioritaskan penghilangan penyebab bahaya kebisingan
dalam pengendalian kebisingan.
c. Administratif
Pengendalian ini dapat dilakukan dengan mengurangi waktu pemajanan terhadap pekerja
dengan cara pengaturan waktu kerja dan istirahat, sehinga waktu kerja dari pekerja masih
berada dalam batas aman. Pengaturan waktu kerja ini disesuaikan antara pemajanan
intensitas kebisingan dengan waktu maksimum yang diizinkan untuk setiap area kerja.
Yang dimaksud dengan pengaturan waktu kerja dan istirahat adalah jika pekerja sudah
berada di lingkungan kerja yang bising sesuai dengan batas waktu yang diperbolehkan,
maka pekerja tersebut harus istirahat meninggalkan tempat kerja tersebut selama
beberapa menit dan kembali lagi ke tempat kerja tersebut untuk bekerja seperti biasa.
Administratif control dapat dilakukan dengan cara :
- Rotasi Kerja
Rotasi kerja yaitu perputaran jam kerja tenaga kerja yang dilakukan oleh pihak Tenaga
kerja yang tidak mengalami paparan bising yang sama dalam waktu yang terus-
menerus, misalnya operator unit power plant yang setelah melakukan
pengawasan terhadap genset langsung meninggalkan tempat tersebut dan menuju
tempat lain yang nilai kebisingannya lebih rendah setelah pangawasannya dirasa
cukup. Ruangan yang bisa digunakan adalah ruangan yang memiliki NAB lebih
rendah yaitu seperti ruangan khusus operator yang didalam ruangan tersebut harus
dipasang alat peredam kebisingan.
Pelaksanaan SOP meliputi semua aspek yang berkaitan dengan K3, contohnya pada
mesin-mesin produksi yang digunakan harus memenuhi standaraman dalam
penggunaan maupun dalam perawatannya agar tidak menimbulkan terjadinya
kecelakaan maupun Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada tenaga kerja. Salah satu SOP
yang digunakan adalah bahwa setiap tenaga kerja yang memasuki area-area yang
kebisingannya melebihi NAB (kebisingan 85 dB)diwajibkan memakai APD
berupa earplug ataupun earmuff bagi tenaga kerja yang melanggarnya akan dikanai
sanksi.
- Training
Menurut Peraturan Depnaker yaitu UU No. 01 tahun 1970 bab V pasal 9 tentang
pembinaan, bahwa pihak perusahaan wajib menunjukkan dan menjelaskan termasuk
didalamnya melakukan pembinaan terhadap seluruh tenaga kerja tentang:
b)Semua pengaman dan alat-alat pelindung yang harus disediakan di tempat kerja
bising
c)Alat-alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya
d)Cara-cara dan sikap kerja yang aman dalam melakukan pekerjaannya (Depnaker,
1970)
Perusahaan harus menyadari dengan benar akan pentinganya training atau pelatihan
bagi tenaga kerja karena hal tersebut dirasa dapat meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran akan pentingnya K3 bagi dirinya sendiri dan guna untuk meningkatkan
produktivitas tenaga kerja. Program training yang dilakukan meliputi berbagai macam
jenis pelatihan seperti fire training, pelatihan dasar K3 dan pelatihan-pelatihan
yang lainnya seperti penggunaan APD
- Safety Sign
Setelah dilakukan proses identifikasi bahaya di area-area yang telah ditentukan dan
pengukuran intensitas kebisingan, maka dapat dilihat dari data-data yang diperoleh
mengenai tempat-tempat kerja yaitu dengan yang memiliki tingkat kebisingan yang
melebihi NAB kebisingan sebesar 85 dB. Langkah-langkah pengendalian
kebisingan yang dilakukan yaitu pemasangan safety sign yang merupakan bentuk
peringatan berupa tanda bahwa area tersebut NAB kebisingannya melebihi 85 db dan
wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
d. Alat Pelindung Diri
Pengendalian bahaya dengan menggunakan APD sendiri tidak akan maksimal jika
pekerjanya sendiri tidak menggunakan walaupun dari pihak perusahaan telah
menyediakan. Perlu adanya peraturan dan pengawasan secara berkala yang dilakukan
pemberi kerja untuk mengawal program penyediaan APD itu sendiri. Penelitian yang
membahas faktor yang berhubungan dengan pemakaian APD pada pekerja konstruksi
menjelaskan bahwa ada hubungan peraturan dengan praktik penggunaan APD. Peraturan
yang berlaku dapat menjadi tuntutan pekerja dalam melakukan pekerjaanya, adanya
keterikatan yang tidak langsung membuat pekerja harus melakukan apa yang telah
menjadi kebijakan dalam suatu perusahaan.
Pengawasan juga merupakan salah satu faktor penting dalam mempengaruhi perilaku
seseorang. Perubahan perilaku individu dimulai dari tahap mematuhi tanpa kerelaan
melakukan sauatu tindakan dan seringkali hanya karena ingin menghindari dari terkena
hukuman (punishment) ataupun sanksi. Jika seseorang tersebut pada dasarnya tidak
patuh atau hanya untuk memperoleh imbalan dari yang dijanjikan jika ia dapat mematuhi
suatu aturan, maka biasanya perubahan perilaku yang terjadi hanya sementara, artinya
bahwa tindakan tersebut dilakukan selam masih ada pengawasan. Namun apabila
pengawasannya mengendur perilaku itu pun ditinggalkanya lagi. Pekerja perlu diadakan
pengawasan penggunaan APD secara teratur dengan alasan karena akan membuat para
pekerja tetap merasa aman dan termonitor saat bekerja. Pengawasan dapat dilakukan oleh
pimpinan teratas ataupun pimpinan bagian.
Kepatuhan pekerja dalam pemakaian alat pelindung diri (APD) menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pengawasan yang dilakukan dengan kepatuhan pekerja dalam
pemakaian APD. Pengawasan merupakan kegiatan rutin dalam bentuk observasi harian
terhadap penggunaan APD yang dilakukan oleh pengawas yang ditunjuk untuk
melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kerja bawahannya dan memastikan mereka
terus menerus menggunakannya secara benar. Pengawasan yang kontinyu akan
mempertahnkan tingkat keselamatan dan usaha-usaha untuk meminimalisir kejadian
kecelakaan kerja.
3.3 Sebutkan penyakit apa saja akibat dari kebisingan dalam keselamatan dan
kesehatan kerja!
a. Gangguan Fisiologis
b. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur,
cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan
penyakit psikosomatik berupa gastritis, stres, kelelahan.
c. Gangguan Komunikasi
d. Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa
atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala
pusing (vertigo) atau mual-mual.
e. Efek Pendengaran
Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat menyebabkan
ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan
segera pulih kembali bila menghindar dari sumber bising, namun bila terus
menerus bekerja di tempat bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan
tidak akan pulih kembali. Bising dapat menimbulkan beberapa gangguan pada fungsi
pendengaran antara lain:
Trauma Akustik
Hilangnya pendengaran yang pada umumnya dikarenakan bising dengan intensitas
yang tinggi dan terjadi dalam waktu singkat. Gangguan seperti ini dapat timbul
antara lain seperti: dari ledakan, suara yang sangat keras seperti ledakan meriam yang
dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan sel sensoris saraf pendengaran dan
akibatnya secara mendadak.
Tuli sementara atau Temporary Threshold Shift (TTS)
Penderita tuli sementara ini bila diberi cukup istirahat, daya dengarnya akan pulih
sempurna.Untuk suara yang lebih besar dari 85 dB dibutuhkan waktu bebas paparan atau
istirahat 3-7 hari. Bila waktu istirahat tidak cukup dan tenaga kerja kembali
terpapar bising semula, dan keadaan ini berlangsung terus menerus maka ketulian
sementara akan bertambah setiap harikemudian menjadi ketulian menetap.
Tuli menetap terjadi karena paparan yang lama dan terus menerus. Ketulian ini
disebut tuli perseptif atau tuli sensorineural. Penurunan daya dengar terjadi perlahan
dan bertahap sebagai berikut :
Tahap 1 : timbul setelah 10-20 hari terpapar bising, tenaga kerja mengeluh telinganya
berbunyi pada setiap akhir waktu kerja.
Tahap 2 : keluhan telinga berbunyi secara intermiten, sedangkan keluhan subjektif lainnya
menghilang. Tahap ini berlangsung berbulan-bulan sampai bertahun-tahun.
Tahap 3 : tenaga kerja sudah mulai merasa terjadi gangguan pendengaran seperti
tidak mendengar detak jam, tidak mendengar percakapan terutama bila ada suara lain.
Tahap 4 : gangguan pendengaran bertambah jelas dan mulai sulit berkomunikasi. Pada
tahap ini nilai ambang pendengaran menurun dan tidak akan kembali ke nilai ambang
semula meskipun diberi istirahat yang cukup.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kebisingan merupakan gangguan yang pasti dialami pada setiap pekerja. Dasar dari
elemen kebisingan ini adalah dari berbagai suara yang menjadi satu dengan intensitas suara
yang keras yang dapat mengganggu dalam aktivitas pekerja. Banyak dari para pekerja ini
menjadi salah satu dampak dari kebisingan ini yaitu merasakan pendengarannya yang
berfungsi tidak baik. Hal ini disebabkan karena kebisingan mempunyai pertikel partikel suara
yang menjadi satu dan menyentuh permukaan udara sehingga tersebar ke lingkungan yang
dekat pada sumber suara tersebut. Kebisingan menghasilkan suatu frekuensi suara besar
yang dimana akan menghasilkan gelombang-gelombang seperti gelombang longitudnal dan
gelombang bunyi yang membuat otak dan telinga para pekerja terangsang pada suara yang
dihasilkan dari sumber tersebut. Dari segi kesehatan, kebisingan dapat merusak pendengaran
dan dapat menimbulkan gangguan emosi dan psikologis yang disebabkan karena kebisingan
dapar mempengaruhi otak pekerja dan secara tidak langsung akan merasa terganggu oleh
sumber suara yang mengahsilkan bising tersebut, terganggunya frekuensi jantung, pusing,
mual, dan depresi. Maka dari ini program k3 memegang kunci keberhasilan dalam
mengurangi resiko dari kecelakaan pekerja dan penyakit yang ditimbulkan dari aktivitas
pekerja itu sendiri dapat terjaga serta tertingkatkannya produktivitas pekerja.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan peneliti dapat memberikan saran
untuk perbaikan sebagai berikut :
1. Untuk para pembaca, masyarakat, dan terutama terhadap para pekerja yaitu pekerja
sudah seharusnya memakai APD atau alat pelindung diri pada saat bekerja,
pemerikasaan mesin secara rutin, dan mematuhi prosedur atau arahan yang sudah
dibuat oleh Ahli K3 di industri.
2. Untuk para pembaca dan masyarakat untuk jauhi tempat tempat yang mengeluarkan
suara bising dan ingatkanlah sesama individu untuk tetap berhati hati dan tanggapi
dengan biasa terhadap kebisingan yang bisa terjadi dimanapun
DAFTAR PUSTAKA