Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PENGGANTI MID

KEBISINGAN DAN GETARAN

DISUSUN OLEH

MIKAEL KARAKA

F331 19 105

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2022
1. HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN KELUHAN AUDITORI PADA PEKERJA
BAGIAN PRODUKSI PABRIK FABRIKASI BAJA

Authors

 Harsiwi Desti MinggarsariProgram Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Universitas


Binawan

 SahuriProgram Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Universitas Binawan

Keywords: 

intensitas bising, keluhan auditori, pekerja bagian produksi, fabrikasi baja

Abstract

Kebisingan telah lama menjadi perhatian dan permasalahan di tempat kerja. Tingkat intensitas
kebisingan yang melebihi NAB dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti gangguan
pendengaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan tingkat
intensitas kebisingan dengan keluhan auditori. Penelitian ini bersifat analitik dengan
pendekatan cross-sectional. Populasi berjumlah 100 pekerja bagian produksi pabrik fabrikasi baja,
sampel sebanyak 80 pekerja dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Data
diperoleh dari pengukuran kebisingan menggunakan metode LTM5 dan kuesioner untuk mengetahui
keluhan auditori pada pekerja. Analisa data secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-
square (p<0,05). Hasil penelitian dari 80 pekerja terdapat 51 (63,8%) pekerja yang mengalami
keluhan auditori dan 29 (36,3%) pekerja tidak mengalami keluhan auditori. Terdapat hubungan
antara intensitas kebisingan dengan keluhan auditori, didapatkan nilai p-value = 0,000 (p<0,05). Nilai
PR sebesar 7,971 dan 95%  CI yaitu 1,223 – 51,947 yang artinya intensitas kebisingan tinggi
merupakan faktor risiko keluhan auditori.

2. DAMPAK KEBISINGAN PADA PEKERJA PABRIK PERKEBUNAN

Fedelis Dani Purnawan, Mukhlis Imanto, Dwi Indria Anggraini

ABSTRACT

Kebisingan merupakan salah satu faktor risiko penyakit yang timbul akibat kerja. Kebisingan dapat
memberikan dampak kesulitan berkomunikasi, penurunan konsentrasi, dan gangguan pendengaran.
Mesin atau alat di pabrik perkebunan dapat menghasilkan suara yang melampaui nilai ambang batas
(NAB) yang telah ditetapkan sehingga menimbulkan gangguan pada fungsi pendengaran yang terdiri
dari tiga golongan, yaitu trauma akustik, temporary treshold shiff dan permanent treshold shiff.
Beberapa penelitian melaporkan tingkat kebisingan di area mesin pabrik perkebunan cukup tinggi
melebihi 90 dB dan terdapat penurunan daya dengar dengan tingkat kerusakan yang berat. Artikel
ini bertujuan untuk mengetahui dampak paparan kebisingan pekerja pabrik di bidang perkebunan.
Simpulan yaitu kebisingan yang dihasilkan
mesin pabrik perkebunan dalam jangka waktu yang cukup lama dengan intensitas lebih dari 90 dB
dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada pekerja.
Kata kunci: kebisingan, ambang dengar, gangguan pendengaran

3. PENGENDALIAN KEBISINGAN DENGAN METODE CONCEPTUAL MODEL DI PABRIK


KELAPA SAWIT PT. TUNGGAL PERKASA PLANTATIONS

Aryo Sasmita, Jecky Asmura, Nandia Rian Ambarwati

Abstract

Untuk menunjang proses produksi guna memenuhi tuntutan peningkatan produktivitas,maka pabrik
kelapa sawit telah menerapkan sistem mekanisasi pada alat dan mesin industri pengolahan buah
sawit. Dengan penerapan mekanisasi produksi, dapat menimbulkan dampak kurang baik bagi
kesehatan tenaga kerja, salah satunya adalah gangguan kebisingan saat bekerja. Penelitian ini
bertujuan untuk memberikan alternatif solusi permasalahan kebisingan di lokasi penelitian
menggunakan conceptual model. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan
pengukuran kebisingan yang diambil pada 139 titik di areal produksi dan loading ramp, kemudian
dibandingkan dengan batas maksimum intensitas kebisingan yang diperbolehkan di tempat kerja
dan melakukan perhitungan lamanya pekerja boleh terpapar kebisingan. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa ada 43 titik yang melebihi baku mutu dan kebisingan tertinggi dititik 69 dengan
99,7 dB. Lama pemaparan maksimal dititik tersebut diperbolehkan hanya 16,08 menit jika tidak
menggunakan Alat Perlindungan Diri. Pengendalian kebisingan dengan conceptual model dapat
dilakukan secara internal yaitu dengan pengendalian di sumber, di perantara ataupun di penerima.
Adapun pengendalian secara eksternal dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin,
pelatihan K3 dan pemasangan rambu penanda kebisingan.

4. Gambaran Kebisingan dan Keluhan Masyarakat di Sekitar PT. Martadinata Indah


Tambang Alindau Kabupaten Donggala

https://doi.org/10.33860/bjkl.v1i2.630

ABSTRACT

Latar Belakang: Kebisingan dapat menimbulkan dampak yang membahayakan kesehatan pekerja
maupun masyarakat. Beberapa keluhan yang sering dirasakan oleh pekerja dan masyarakat karena
bising diantaranya: sulit konsentrasi, gangguan pendengaran, hipertensi, gangguan tidur, dan
lelah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kebisingan dan keluhan masyarakat
disekitar PT. Martadinata Indah Tambang Alindau. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif. Data variabel keluhan/gangguan dikumpulkan dengan wawancara dan data variabel
kebisingan dikumpulkan dengan pengukuran. Jumlah populasi 42 orang atau seluruh masyarakat
yang tinggal disekitar perusahaan, sampel adalah total populasi. Teknik sampling menggunakan
metode Accidental Sampling, sehingga pada titik terdekat sampel sebanyak 14 orang, titik tengah 15
orang dan titik terjauh 13 orang. Titik pengukuran kebisingan terdiri dari tiga titik, yakni titik terdekat
(97m), tengah(150m) dan terjauh (300m). Adapun instrumen penelitian berupa kuesioner,
dan sound level meter. Data dianalisis dengan cara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi. Hasil: Hasil analisis menunjukkan kebisingan pada titik terdekat rata-rata adalah
83,4 dB(A) dan semua (14 responden) mengalami keluhan/gangguan, pada titik tengah rata-rata
adalah 76,9 dB(A) dan semua (15 responden) mengalami keluhan/gangguan, dan titik terjauh rata-
rata adalah 56,6 dB(A) dan semua (13 responden) tidak mengalami keluhan. Kesimpulan: Semakin
dekat dari sumber kebisingan, keluhan semakin dirasakan oleh masyakat. Sebaiknya dilakukan upaya
untuk meminimalisir kebisingan misalnya dengan melakukan pengawasan tingkat bising, dan
membuat barrier.

5. ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DAN USAHA PENGENDALIAN PADA UNIT PRODUKSI


PADA SUATU INDUSTRI DI KOTA BATAM

Vera Surtia Bachtiar(1*), Yommi Dewilda(2)

ABSTRACT

Analisis tingkat kebisingan dilakukan pada suatu unit produksi Fusion Bonded Epoxy  (FBE),  Industri X
yang berada di Kota Batam. Penelitian dilakukan pada 45 titik pengukuran. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui intensitas kebisingan yang dihasilkan oleh unit produksi Industri X.
Metode pengukuran tingkat tekanan suara mengacu pada KepMenLH No 48 Tahun 1996, dan alat
yang digunakan adalah Sound Level Meter. Pengukuran tingkat tekanan suara (Lp) dilakukan selama
1 shift kerja. Hal ini dikarenakan berdasarkan penelitian pendahuluan diperoleh nilai tingkat tekanan
suara ekivalen (Leq) 24 jam adalah sama. Intensitas kebisingan tertinggi dihasilkan pada lokasi
coupling insertion yaitu sebesar 92 dB(A), dan intensitas kebisingan terendah terdapat pada area di
dekat kantin yaitu sebesar 62 dB(A). Berdasarkan hasil evaluasi kebisingan, 12 titik pengukuran (26,7
%) telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan menurut KepMenaker No 51/1999 (85 dB(A)
untuk 8 jam kerja perhari). Upaya pengendalian kebisingan yang direncanakan adalah dengan
pemasangan vibration isolation, partial enclosure, muffler, pengendalian secara administrasi dan
pengendalian bising pada pekerja (pemakaian earplug dan earmuff)

6. ANALISIS KEBISINGAN TERHADAP KARYAWAN DI LINGKUNGAN KERJA PADA


BEBERAPA JENIS PERUSAHAAN

Dino Rimantho, Bambang Cahyadi

Abstract

Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan di lingkungan pekerjaan telah menjadi
perhatian para peneliti. Pemerintah memberikan aturan secara jelas mengenai ambang batas
mengenai kebisingan di lingkungan kerja dalam kaitannya dengan pencegahan penyakit akibat
kerja. Makalah ini menganalisa paparan kebisingan kerja dan penggunaan alat pelindung diri
kebisingan pada beberapa industri yang berbeda di Jakarta. Kuesioner digunakan untuk menggali
informasi pada responden yang dianggap berpotensi terpapar oleh kebisingan di lingkungan
kerjanya. Responden dipilih secara acak yaitu 400 orang pekerja pada 3 lingkungan industri yang
berbeda seperti permesinan, industri daur ulang biji plastik, dan industri konveksi. Studi
menunjukkan bahwa industri permesinan memiliki tingkat kebisingan yang lebih tinggi, yaitu sekitar
97 dB, sedangkan industry pengolahan biji plastik sekitar 92 dB dan industry konveksi sekitar 65 dB. 
Proporsi terbesar penggunaan APD  adalah wanita yaitu sekitar 75% sementara laki-laki hanya
sekitar 65%. Sedangkan berdasarkan usia, diperoleh informasi bahwa usia responden 21-35 tahun
merupakan pengguna APD terbesar yaitu sekitar 67.8% dan usia di atas 46 tahun menggunakan APD
sekitar 37.2%. Para stakeholder mempunyai peranan yang cukup penting dalam upaya mereduksi
potensi risiko yang dapat muncul dari paparan tingkat kebisingan pada lingkungan pekerjaan serta
senantiasa memperhatikan faktor-faktor kesehatan dan keselamatan kerja (K3) karyawan.

7. Kebisingan Ditempat Kerja

Date

2005

Author

Sihar Tigor Benjamin Tambunan

Metadata

Show full item record

Di Indonesia, bidang keselamatan dan kesehatan kerja relatif masih menempati posisi marjinal
dalam manajemen ketenga kerjaan baiksecara makro maupun mikro, oleh karena itu tidak terlalu
menherankan jika pengetahuan dan informasi mengenainya masih sangat terbatas termasuk bahaya
kebisisngan. Buku ini mencoba menyajikan beberapa manajemen bahaya kebisingan di temmpat
kerja dari berbagai sumber seperti: sistim akustik, pengendalian kebisingan, audiometrik test.

URI

http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id:80/images/docs/Kebisingan_ditempat_kerja_001.jpg.jpg http://
pustaka.poltekkes-pdg.ac.id:80/index.php?p=show_detail&id=1156

8. ANALISA TINGKAT KEBISINGAN KAMAR MESIN PADA KAPAL

Andi Hendrawan

Abstract

Kebisingan dengan intensitas tinggi yang tidak disadari menyebabkan dampak yang serius bagi ABK
serta ketidaknyamanan untuk setiap penumpang. Contoh kebisingan yang berpengaruh langsung
pada kenyamanan penumpang antara lain dari main engine itu sendiri yang merupakan sumber
kebisingan terbesar, exhaust gas outlet pada dek serta auxiliary machinery dan lain lain. Mengukur
tingkat kebisingan di kamar mesin pada kapal. Memberikan solusi bagaimana mengurangi kebisingan
dan dampak kebisingan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan di kamar mesin.
Penelitian dilakukan dengan alat sound level meter, pengukuran dilaksanakan di ruang kamar mesin
dan menghasilkan rata rata 102,7 dB. Kebisingan di kamar mesin di atas NAB yaitu 85 dB sehingga
diperlukan APD untuk mengurangi tinggat kebisingan.

9. Peranan Vegetasi Dalam Mereduksi Kebisingan Jalan Raya

View/Open

 Full Text (1.354Mb)

 abstract (253.4Kb)

Date

2001

Author

Sagitawaty, Liesa Avianty

Metadata

Show full item record

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan vegetasi dalam mereduksi kebisingan dilihat
dari jenis dan jarak tanamnya yang ada di tepi jalan tol Jagorawi (Km.ll,18 dan 35) dan Kebun Raya
Bogor (n.Raya Pajajaran Km. 43). Pengukuran dilakukan siang hari pada jam 08.00-09.00WIB, 12.00-
13.00 WIB danI6.00-17.00 WIB. Pengukuran kebisingan menggunakan metode Continuous dengan
alat Sound Level Meter. Penelitian ini dilakukan pada musim kemarau di bulan Mei-Agnstus 2000.
Interaksi antara vegetasi dengan kebisingan diuji dengan Analisa Faktorial Empat Faktor dan Uji Beda
Nyata Terkecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwva kemarnpuan vegetasi dalarn mereduksi
kebisingan bergantun

URI

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15774

Collections

 UT - Biology [1421]

10. Penurunan Tingkat Kebisingan Jalan Raya Dengan Menggunakan Beberapa Jenis Pagar

View/Open

 Fulltext (4.898Mb)

Date

2014

Author
Irawan, Riandy Surya

Yuwono, Arief Sabdo

Metadata

Show full item record

Pencemaran lingkungan telah menjadi perhatian global yang salah satunya adalah polusi suara. Oleh
karena itu, diperlukan peredam kebisingan sebagai kontrol untuk mengurangi kebisingan dari lalu
lintas di jalan raya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kebisingan di Jalan Raya Ciomas
serta menentukan jenis pagar vegetasi dan dinding tembok yang paling efektif sebagai peredam
kebisingan. Metode pengukuran kebisingan dilakukan secara langsung dengan menggunakan Sound
Level Meter (SLM). Jenis pagar vegetasi yang diuji adalah Acalypha siamensis, Oleina syzygium dan
Nothopanax scutellarium, sedangkan tembok yang diuji adalah yang terbuat dari batako dan bata
merah. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kebisingan di Jalan Raya Ciomas rata-rata sebesar
76 dB(A). Berdasarkan standar baku mutu yang berlaku, tingkat kebisingan di Jalan Raya Ciomas
melebihi baku mutu yang diijinkan. Jenis pagar yang paling efektif untuk mengurangi kebisingan
adalah pagar dengan vegetasi berjenis Acalypha siamensis dan dinding batako.

URI

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/72848

Collections

 UT - Civil and Environmental Engineering  [638]

Anda mungkin juga menyukai