Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan kerja berkontribusi dalam upaya perlindungan kesehatan
pada para pekerja agar tidak terkena penyakit akibat kerja. Penyakit akibat
kerja adalah penyakit yang mempunyai sebab spesifik atau asosiasi yangkuat
dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari agen penyebab, harus ada
hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan bahaya di tempat kerja
(Sucipto, 2014). Faktor fisika yang mempengaruhi proses pekerjaan
diantaranya termasuk iklim, kebisingan, pencahayaan, getaran dan radiasi.
Minimnya control terhadap faktor-faktor fisik ini tidak hanya dapat
berpengaruh terhadap produktivitas kerja namun dapat berpengaruh ke
kesehatan pekerja, bahkan dapat berkonstribusi terjadinya kecelakaan kerja
(Irzal, 2016).
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no 13 Tahun
2011 dikatakan bahwa Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki
yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada
tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Sedangkan nilai
ambang batas kebisingan di tempat kerja telah diatur dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011 tentang nilai ambang
batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja yaitu 85 dB dengan waktu
paparan selama 8 jam (Kemenakertrans RI, 2011).
Kebisingan dapat menyebabkan beberapa penurunan gangguan
pendengaran tersebut adalah efek auditory dan non audiotory serta beberapa
dampak lain yang mengganggu kesehatan dari diri kita seperti : obesitas,
hipertensi/stress, penyakit jantung, dll. Efek auditory yaitu adanya gangguan
sistem pendengaran manusia. Efek kesehatan utama dari kebisingan adalah
terhadap sistem pendengaran manusia ini berupa berkurangnya daya dengar
seseorang bahkan hilangnya kemampuan dengar individu yang secara tidak
langsung bersifat progresif. Selain efek auditory, perhatian juga harus

1
2

diberikan untuk efek non auditory yang merupakan dampak kebisingan pada
manusia selain pada sistem pendengaran. (WHO, 2001).
22 juta pekerja di Amerika terpapar bahaya bising yang melebihi nilai
ambang batas setiap harinya dan 10 juta pekerja mengalami penurunan
gangguan pendengaran akibat pajanan bising tersebut (Center for Disease
Control, 2017). Menurut Word Health Organization (WHO) sekitar 466 juta
manusia di seluruh dunia memiliki gangguan pendengaran tahun 2018 dan 34
juta diantaranya adalah anak-anak. Pada tahun 2030 diperkirakan 630 juta
manusia terkena gangguan dan terus mengalami gkenaikan sampai 900 juta
manusia pada tahun 2050, 1,1 miliar orang muda (berusia antara 12-35 tahun)
beresiko kehilangan pendengaran karena paparan kebisingan. Kehilangan
pendengaran dapat disebabkan oleh penyakit genetik, komplikasi saat lahir,
penyakit infeksi tertentu, infeksi telinga kronis, penggunaan obat-obatan
tertentu, paparan kebisingan yang berlebihan, dan penuaan (Word Health
Organization, 2018). Jumlah penderita gangguan pendengaran di Indonesia
cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 12 juta jiwa dengan prevalensi
ketulian 2,6% dan Indonesia masih menduduki urutan ke-4 untuk angka
ketulian di Asia Tenggara setelah Sri Lanka, Myanmar dan India (Kementerian
Kesehatan RI, 2017).
Faktor resiko terjadinya penurunan gangguan pendengaran antara lain
intensitas kebisingan, lama paparan kebisingan, genetik, masa kerja, umur,
penggunaan obat-obatan ototoksik, pemakaian alat pelindung telinga dan
paparan asap rokok (Word Health Organization, 2015). Hasil penelitian
Ibrahim dkk., (2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intensitas
kebisingan lama kerja, masa kerja, umur pekerja dan pemakaian alat pelindung
telinga dengan keluhan gangguan pendengaran pada tenaga kerja bagian
produksi PT Japfa Comfeed Unit Makassar Tahun 2014. Hasil penelitian yang
sama dilakukan oleh Rahmawati (2015) tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan gangguan pendengaran para pekerja di departemen metal
forming dan heat treatment PT. Dirgantara Indonesia terdapat hubungan yang
signifikan antara usia, penggunaan alat pelindung telinga dan riwayat merokok

Universitas Esa Unggul


3

dengan gangguan pendengaran. Hasil penelitian dari Sari dkk., (2017)


didapatkan adanya hubungan yang siginifikan antara tipe perokok dengan
derajat beratnya gangguan pendengaran. Kemungkinan pekerja yang merokok
mengalami gangguan pendengaran 1,224 kali lebih besar dibandingkan dengan
pekerja yang tidak merokok.
PT. Acryl Indonesia Textille Mills (PT.ACTEM) merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan benang textil yang dmana
terdapat resiko gangguan kesehatan salah satunya kebisingan. Dimana resiko
kebisingan yang paling tinggi nilainya ada di Departemen Spinning ,
departemen spinning merupakan area yang menggunakan mesin-mesin dan
peralatan yang menimbulkan kebisingan di area kerja selama 8 jam terus
menerus yang akan menyebabkan masalah pada pekerja, salah satunya
gangguan auditory.
Observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti pada pekerja unit
Departemen Spinning PT.ACTEM. Mereka terpajan kebisingan yang berasal
dari mesin-mesin pemintalan benang . Pengukuran Intensitas Kebisingan yang
dilakukan oleh pihak K3L pada bulan Desember 2018 , didapatkan beberapa
ruangan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) diatas 85 dB dan dibawah 85 Db
antara lain Area M/C ACDL (83 dB), Area M/C RSF (88 dB), dan Area M/C
Double Winder (88 dB), Selain itu juga didapatkan hasil audiometri pada
pemeriksaan MCU (Medical Check Up) tahun 2018 terhadap pekerja
Departemen Spinning yang terpajan kebisingan, dengan hasil 128 pekerja yang
dilakukan tes audiometri. Sebanyak 29 orang (22%) dari 128 orang yang ada
di Departemen Spinning mengalami gangguan pendengaran auditory
menempati posisi 8 dari 10 penyakit terbesar di PT.ACTEM berdasarkan data
MCU tahun 2018.sedangkan pada tahun 2016 gangguan auditory terdapat 53
orang yang terkena gangguan auditory dan pada tahun 2017 terdapat 61 orang
yang mengalami gangguan auditory. Pekerja bagian produksi dibagi menjadi
3 shift kerja, yaitu shift I mulai pukul 06.00 s/d 14.00 (pagi), shift II pukul
14.00 s/d 22.00 (malam)dan shift III pukul 22.00 s/d 06.00 dengan rotasi setiap
seminggu sekali. Dampak dari gangguan auditory bagi para pekerja adalah

Universitas Esa Unggul


4

gangguan konsentrasi , dan mengalami ketulian permanen , sedangkan bagi


perusahaan apabila adanya pekerja yang terkena gangguan auditory akan
menambah beban bagi perusahaan terutama biaya pemelihraan kesehatan bagi
pekerja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan data pengukuran kebisingan di perusahaan intensitas
kebisingan yang melebihi batas NAB pada Departemen Spinning PT Acryl
Indonesia Textille Mills (PT.ACTEM). Sebanyak 29 orang (22%) dari 128
orang yang ada di Departemen Spinning mengalami penurunan gangguan
pendengaran menempati posisi 8 dari 10 penyakit terbesar di PT.ACTEM
berdasarkan data MCU tahun 2018. Serta dengan melihat data MCU (Medical
Check Up) dari tahun 2016 hingga 2018 mengalami fluktuatif pada penderita
gangguan penurunan pendengaran.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Apakah ada faktor-faktor yang berhubungan penurunan gangguan
pendengaran pada pekerja dari Departemen Spinning PT Acryl Indonesia
Textille Mills (PT.ACTEM)?
2. Bagaimana gambaran masa kerja di Departemen Spinning PT Acryl
Indonesia Textille Mills (PT.ACTEM)?
3. Bagaimana gambaran usia pada pekerja di Departemen Spinning PT Acryl
Indonesia Textille Mills (PT.ACTEM)?
4. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan penurunan gangguan
pendengaran pada pekerja Departemen Spinning PT Acryl Indonesia
Textille Mills (PT.ACTEM) ?
5. Apakah ada hubungan antara usia pada pekerja dengan penurunan
gangguan pendengaran pada pekerja Departemen Spinning PT Acryl
Indonesia Textille Mills (PT.ACTEM) ?

Universitas Esa Unggul


5

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan penurunan gangguan pendengaran pada pekerja
Departemen Spinning PT Acryl Indonesia Textille Mills
(PT.ACTEM).

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui gambaran masa kerja pada pekerja Departemen Spinning
PT Acryl Indonesia Textille Mills (PT.ACTEM).
2. Mengetahui gambaran usia pada pekerja Departemen Spinning PT
Acryl Indonesia Textille Mills (PT.ACTEM).
3. Mengetahui hubungan antara masa kerja dengan penurunan
gangguan pendengaran pada pekerja Departemen Spinning PT Acryl
Indonesia Textille Mills (PT.ACTEM)
4. Mengetahui hubungan antara usia dengan penurunan gangguan
pendengaran pada pekerja Departemen Spinning PT Acryl Indonesia
Textille Mills (PT.ACTEM).
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti :
1. Penelitian menjadi sarana bagi peneliti mengaplikasikan dan
mendapatkan pengalaman nyata bekerja di bidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), khususnya mengenai kebisingan
2. Peneliti dapat menambah wawasan dan memberikan kontribusi positif
bagi perusahaan / instansi tempat penelitian, khususnya di bidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
1.5.2 Bagi Perusahaan :
1. Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan data dan informasi
mengenai kebisingan, khususnya mengenai hubungan antara paparan
kebisingan area kerja terhadap penurunan gangguan pendengaran.

Universitas Esa Unggul


6

2. Hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi


perusahaan terkait penurunan gangguan pendengaran.
1.5.3 Bagi Universitas Esa Unggul
1. Hasil penelitian dapat menjadi data dan informasi dalam penelitian
lebih lanjut.
2. Terbinanya suatu jaringan kerjasama antara institusi tempat penelitian
dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan (link and
match) antara substansi akademik dengan kompetensi yang
dibutuhkan di tempat kerja
3. Sebagai sarana untuk mengembangkan keilmuan di bidang K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) bagi peneliti peserta program
skripsi / penelitian.
4. Sebagai media untuk menyalurkan lulusan S1 Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ke dunia kerja.
1.6 Ruang Lingkup
Peneliti melakukan penelitian mengenai hubungan intensitas kebisingan
dengan kejadian penurunan gangguan pendengaran para pekerja pada
Departemen Spinning PT Acryl Indonesia Textille Mills (PT.ACTEM).
Penelitian dilakukan berdasarkan hasil observasi awal yang menyatakan bahwa
di unit tersebut terdapat sumber kebisingan dari alat dan mesin.Serta hasil
survey yang di dapatkan di lapangan terdapat 29 orang yang terkena penurunan
gangguan pendengaran dari 128 pekerja atau dengan jumlah presentasi (22%)
dari total keseluruhan pekerja Departemen Spinning PT Acryl Indonesia
Textille Mills (PT.ACTEM) Penelitian ini dilakukan mulai bulan April hingga
Juli 2019. Penelitian menggunakan jenis desain studi case controll ,
menggunakan data sekunder berupa pengukuran intensitas kebisingan dan hasil
MCU penurunan gangguan pendengaran. Sedangkan data primer yang
digunakan berupa wawancara, usia, masa kerja, dan penggunaan APT yang
berupa lembar kuesioner.

Universitas Esa Unggul

Anda mungkin juga menyukai