Anda di halaman 1dari 5

Volume 1, Nomor 3, Desember 2019 p-ISSN 2656-5285

Binawan Student Journal (BSJ) e-ISSN 2715-1824

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN KELUHAN


AUDITORI PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI
PABRIK FABRIKASI BAJA

Harsiwi Desti Minggarsari1, Sahuri2


Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Universitas Binawan

Korespondensi : 1harsiwi.minggarsari@gmail.com, 2sahuri@binawan.ac.id

Abstrak
Kebisingan telah lama menjadi perhatian dan permasalahan di tempat kerja.
Tingkat intensitas kebisingan yang melebihi NAB dapat menimbulkan
gangguan kesehatan seperti gangguan pendengaran. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui adanya hubungan tingkat intensitas kebisingan dengan
keluhan auditori. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross-
sectional. Populasi berjumlah 100 pekerja bagian produksi pabrik fabrikasi baja,
sampel sebanyak 80 pekerja dengan teknik pengambilan sampel simple random
sampling. Data diperoleh dari pengukuran kebisingan menggunakan metode
LTM5 dan kuesioner untuk mengetahui keluhan auditori pada pekerja. Analisa
data secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square (p<0,05). Hasil
penelitian dari 80 pekerja terdapat 51 (63,8%) pekerja yang mengalami keluhan
auditori dan 29 (36,3%) pekerja tidak mengalami keluhan auditori. Terdapat
hubungan antara intensitas kebisingan dengan keluhan auditori, didapatkan nilai
p-value = 0,000 (p<0,05). Nilai PR sebesar 7,971 dan 95% CI yaitu 1,223 –
51,947 yang artinya intensitas kebisingan tinggi merupakan faktor risiko
keluhan auditori.

Kata Kunci : intensitas bising, keluhan auditori, pekerja bagian produksi, fabrikasi baja

RELATIONSHIP OF NOISE INTENSITY WITH AUDITORY


COMPLAINTS IN WORK PARTS OF STEEL
FABRICATION FACTORY PRODUCTION
Abstract
Noise has long been a concern and a problem in the workplace. Noise intensity
levels that exceed the NAB can cause health problems such as hearing loss. The
purpose of this study was to determine the relationship between the level of
noise intensity with auditory complaints. This research is to analytical with
cross sectional method. The population of 100 workers in the steel fabrication
factory production section with sampling obtained 80 workers. Data obtained
from noise measurements using LTM5 method and questionnaire determine
auditory complaints on workers. Data analysis was univariate and bivariate
with chi-square test. The results showed there were 51 (63.8%) workers who
experienced auditory complaints and 29 (36.3%) workers didn’t experience
auditory complaints. There is a relationship between noise intensity and
auditory complaints (p-value=0,000). PR value= 7.971 and 95% CI= 1.223 -
51.947 which means high noise intensity is a risk factor for auditory complaints.

Keywords : noise intensity, auditory complaints, production section workers, steel fabrication

Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Keluhan Auditori pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik 137
Volume 1, Nomor 3, Desember 2019 p-ISSN 2656-5285
Binawan Student Journal (BSJ) e-ISSN 2715-1824

PENDAHULUAN didengarkan terus menerus selama lebih dari


Bidang industri selalu diikuti oleh 4 jam, maka akan mengakibatkan
penggunaan peralatan yang modern dan pendengaran hilang.
canggih. Dari penggunaan peralatan tersebut, Menurut Occupational Safety and
dapat berdampak positif, yaitu mempercepat Health Administration (OSHA), sekitar 30
proses produksi sehingga mempersingkat juta orang di Amerika Serikat terpajan oleh
waktu dalam proses pekerjaan. Akan tetapi, kebisingan yang berbahaya setiap tahunnya.
penggunaan peralatan tersebut juga dapat Gangguan pendengaran terkait kebisingan
berdampak buruk untuk manusia maupun telah terdaftar sebagai salah satu masalah
lingkungan sekitar. Kebisingan merupakan kesehatan kerja yang paling umum di
bahaya fisika yang terdapat di lingkungan Amerika Serikat selama lebih dari 25 tahun.
kerja sebagai efek samping pemakaian Paparan terhadap tingkat kebisingan yang
peralatan/perlengkapan kerja seperti mesin tinggi dalam jangka waktu lama dapat
dan proses yang dilakukan. Salami et al., menyebabkan gangguan pendengaran
2015) permanen. Baik tindakan medis maupun alat
Kebisingan di industri telah lama bantu dengar tidak dapat membantu
menjadi perhatian dan permasalahan di memperbaiki jenis gangguan pendengaran
tempat kerja. Menurut The Centers for ini. (Friis, 2016)
Disease Control and Prevention (CDC) PT X merupakan anak perusahaan
tahun 2015 menyebutkan sekitar 82% dari yang bergerak di bidang industri dan
kasus ketulian karena bising akibat fabrikasi baja. Bagian produksi dibagi
pekerjaan terjadi pada pekerja di sektor menjadi 5 jalur dengan pekerjaan yang
industri manufaktur. Intesitas bising yang berbeda di setiap jalurnya. Dalam proses
dihasilkan oleh pabrik industri yang pekerjaan fabrikasi baja tersebut
melebihi 85 dB seperti pabrik tekstil (93 dB), menggunakan peralatan seperti las, gerinda,
pabrik furnitur (93 dB), pabrik kertas (92 dB) mesin cutting, mesin stamping dan mesin
dan pabrik pengolahan kayu (106 dB). lainnya.
(Elfiza dan Marliyawati, 2015) Dari hasil pengukuran kebisingan
Untuk mengetahui tingkat intensitas yang dilakukan pada observasi awal, tingkat
kebisingan perlu dilakukan pengukuran intensitas kebisingan dibagian produksi
lingkungan. Tingginya tingkat intensitas yaitu sebesar 80,5 dBA pada jalur 1, 89,8
kebisingan di lingkungan kerja dapat diukur dbA pada jalur 2, 92,5 dbA pada jalur 3,
dengan cara membandingkan hasil 90,4 dBA pada jalur 4 dan 87,9 dBA pada
pengukuran dengan Nilai Ambang Batas jalur 5. Hasil pengukuran tersebut akan
(NAB) yang telah ditetapkan. NAB untuk meningkat mencapai 103 dBA apabila
kebisingan yaitu sebesar 85 dBA selama 8 terdapat material baja yang jatuh. Observasi
jam kerja perhari atau 40 jam dalam awal ini menunjukkan bahwa 4 dari 5 jalur
seminggu. (Permenaker RI No 5, 2018) di bagian produksi memiliki intensitas bising
Suara dengan intensitas tinggi atau melebihi melebihi NAB.
NAB, seperti yang dikeluarkan oleh mesin Berdasarkan wawancara awal dengan
industri, lalu lintas, kendaraan bermotor, dan para pekerja, pekerja mengeluhkan sering
pesawat terbang secara terus-menerus dalam terjadi pengulangan kata serta berteriak
jangka waktu yang lama dapat mengganggu apabila berbicara dengan rekan kerja. Dari
manusia baik itu gangguan pendengaran 10 pekerja yang di wawancara pada saat
(auditory). (Sriwahyudi, Naiem dan observasi awal, 5 diantaranya sering
Wahyuni, 2014). Selain itu kebisingan juga merasakan telinga yang berdenging
dapat menyebabkan gangguan psikologis, (mendengung) dan dari 5 pekerja tersebut 3
gangguan komunikasi (Savale, 2014) dan diantaranya merasa kualitas pendengarannya
kelelahan (Lestari dan Nabilah, 2018) tidak sebaik seperti sebelumnya.
Standar yang dikeluarkan oleh Tujuan penelitian ini adalah
Occupational Safety and Health mengetahui hubungan intensitas kebisingan
Administration (OSHA) mengindikasi dengan keluhan auditori pada pekerja bagian
bahwa mendengarkan suara terus-menerus produksi pabrik fabrikasi baja.
lebih dari 85 dB dapat merusak sistem
pendengaran. Jika frekuensi suara 95 dB

Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Keluhan Auditori pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik 138
Volume 1, Nomor 3, Desember 2019 p-ISSN 2656-5285
Binawan Student Journal (BSJ) e-ISSN 2715-1824

BAHAN dan METODE tidak mengalami keluhan auditori memiliki


Rancangan penelitian ini bersifat frekuensi sebanyak 29 reponden (36,3%)
analitik observatif dengan pendekatan cross (Tabel 2).
sectional. Penelitian dilakukan di PT X
Bogor pada Tahun 2019. Populasi dalam Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil
penelitian ini adalah seluruh pekerja Pengukuran Keluhan Auditori
produksi pabrik fabrikasi baja PT X yaitu Pekerja dibagian Produksi PT
X Bogor Tahun 2019
sebanyak 100 orang. Untuk menentukan
sampel dilakukan dengan menggunakan Keluhan Auditori Frekuensi Persentase
rumus Slovin, sehingga sampel yang Ada Keluhan 51 63,8%
didapatkan adalah 80 pekerja produksi Tidak Ada
29 36,3%
pabrik fabrikasi baja di PT X. Pengambilan Keluhan
sampel menggunakan teknik simple random Total 80 100,0%
sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan Analisa bivariat dilakukan pada dua
pengisian kuesioner untuk mengetahui variabel yang diduga berhubungan atau
keluhan auditori pada pekerja. Sedangkan berkorelasi. Hasil hubungan antara intensitas
intensitas kebisingan diukur menggunakan kebisingan dengan keluhan auditori pada
metode LTM5 pada 3 titik disetiap jalurnya. pekerja dibagian produksi PT X Bogor
Analisis deskriptif (univariat) Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 3.
dilakukan terhadap variabel dari hasil Berdasarkan hasil analisis pada tabel
penelitian dengan menggunakan distribusi 3, diketahui bahwa dari total 69 responden
frekuensi untuk mengetahui gambaran yang terpapar intensitas bising > NAB (85
variabel yang diteliti dan analisis analitik dBA), sebanyak 50 responden (72,5%)
(bivariat) digunakan untuk mencari mengalami keluhan auditori dan 19
hubungan dan membuktikan hipotesis responden (27,5%) tidak mengalami keluhan
dengan menggunakan uji statistik chi-square. auditori. Sedangkan dari total 11 responden
yang terpapar intensitas bising ≤ NAB
HASIL sebanyak 1 responden (9,1%) mengalami
Jumlah sampel sebanyak 80 keluhan auditori dan 10 responden (90,9%)
responden, dimana responden yang terpapar tidak mengalami keluhan auditori.
intensitas bising diatas NAB (> 85 dBA) Hasil uji statistik menggunakan uji
sebanyak 69 responden (86,3%) dan chi-square diperoleh p-value sebesar 0,000
responden yang terpapar intensitas bising atau <0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa
dibawah NAB (≤ 85 dBA) sebanyak 11 terdapat hubungan antara intensitas
responden (13,8%) (Tabel 1). kebisingan dengan keluhan auditori.
Sedangkan berdasarkan analisis keeratan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Intensitas hubungan di peroleh PR= 7,971 dengan 95%
Kebisingan dilingkungan Kerja CI 1,223 – 51,947, artinya pekerja yang
Bagian Jalur Produksi PT X terpapar intensitas kebisingan > NAB (85
Bogor Tahun 2019
dBA) berpeluang 7,971 kali mengalami
Intensitas Bising
Frekuensi Presentase keluhan auditori dibandingkan dengan
(dBA)
Diatas NAB pekerja yang terpapar intensitas kebisingan
69 86,3%
(> 85) ≤ NAB (85 dBA).
Dibawah NAB
11 13,8%
(≤ 85)
Total 80 100,0%

Jumlah sampel sebanyak 80


responden, dimana responden yang
mengalami keluhan auditori sebanyak 51
responden (63,8%) dan responden yang

Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Keluhan Auditori pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik 139
Volume 1, Nomor 3, Desember 2019 p-ISSN 2656-5285
Binawan Student Journal (BSJ) e-ISSN 2715-1824

Tabel 3. Hasil Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Keluhan Auditori Pada Pekerja
dibagian Produksi PT X Bogor Tahun 2019
Keluhan Auditori
Total p value PR 95% CI
Intensitas Bising Ada Tidak Ada
Keluhan Keluhan
N N
> NAB (85 dBA) 50 19 69
0,000 7,971 1,223 - 51,947
≤ NAB (85 dBA) 1 10 11

PEMBAHASAN Permanent Treshold Shift (NIPTS) pada


Penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi percakapan. (Eryani et al., 2017)
terdapat hubungan antara intensitas Pemaparan kebisingan yang berulang
kebisingan dengan keluhan auditori. Pekerja dapat mengakibatkan kerusakan
yang terpapar intensitas kebisingan > NAB pendengaran dan gangguan komunikasi.
(85 dBA) berpeluang 7,971 kali mengalami Gangguan komunikasi dapat disebabkan
keluhan auditori dibandingkan dengan oleh masking effect dari kebisingan maupun
pekerja yang terpapar intensitas kebisingan gangguan kejelasan suara (intelligibility).
≤ NAB (85 dBA). Hasil penelitian ini serupa Gangguan komunikasi ini dapat
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasbi menyebabkan seseorang harus berbicara
Ibrahim et al. tahun 2014 pada tenaga kerja kuat-kuat untuk berkomunikasi dengan
dibagian produksi PT. Japfa Comfeed orang lain, bahkan untuk menyatakan
Indonesia, Tbk. Unit Makassar yang sesuatu terkadang diperlukan pengulangan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan hingga beberapa kali. Gangguan ini
yang signifikan antara intensitas kebisingan menyebabkan terganggunya pekerjaan
dengan keluhan auditori. (Ibrahim, Basri and sampai pada kemungkinan terjadinya
Hamzah, 2014) Serta penelitian yang kesalahan karena tidak dapat mendengar
dilakukan oleh Ice Irawati et al. tahun 2017 isyarat atau tanda bahaya. (Yulianto, 2013)
pada pengemudi boat pancung di Pulau Pada dasarnya semakin tinggi
Belakang Padang Kota Batam terdapat intensitas kebisingan yang diterima
hubungan yang signifikan antara intensitas seseorang maka risiko untuk terkena dampak
kebisingan dengan gangguan pendengaran. dari kebisingan itu sendiri akan semakin
(Irawati et al., 2017) besar. Intensitas kebisingan yang tinggi
Suara dengan intensitas tinggi, seperti dapat berdampak langsung pada kesehatan
yang dikeluarkan oleh mesin industri, lalu sesorang bahkan secara langsung dapat
lintas, kendaraan bermotor, dan pesawat merusak indera pendengaran manusia.
terbang secara terus-menerus dalam jangka (Ibrahim, Basri dan Hamzah, 2014) Bising
waktu yang lama dapat mengganggu yang intensitasnya lebih dari 85 dB dapat
manusia baik itu gangguan pendengaran mengakibatkan kerusakan pada reseptor
(auditory) maupun gangguan non pendengaran corti telinga dalam. (Raya,
pendengaran. Oleh karena itu, bunyi dapat Asnifatimah and Ginanjar, 2018) Apabila
dianggap sebagai bahan pencemar serius pemaparannya lebih lama dan atau
yang mengganggu kesehatan manusia. intensitasnya lebih besar, akan tercapai suatu
(Sriwahyudi, Naiem dan Wahyuni, 2014) tingkat ketulian yang tidak dapat kembali
Kebisingan yang sangat kuat lebih lagi ke pendengaran semula. Keadaan
besar dari 90 dB dapat menyebabkan tersebut dinamakan ketulian akibat bising
gangguan fisik pada organ telinga. (noise induced hearing loss) atau perubahan
Gangguan dengar yang terjadi pada ambang dengar permanen. (Ibrahim, Basri
frekuensi percakapan 500, 1000, 2000, dan dan Hamzah, 2014)
3000 Hz (berdasarkan AMA hearing
handicap scale) tergantung dari lama SIMPULAN dan SARAN
paparan bising maupun tingkatan / besar Simpulan
paparan bising. Semakin lama dan semakin Ada hubungan intensitas kebisingan
tinggi tingkatan/besar paparan bising akan dengan keluhan auditori pada pekerja
menimbulkan peningkatan Noise Induce dibagian produksi PT X Bogor Tahun 2019,
nilai P-value = 0,000 (p<0,05) dan nilai PR

Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Keluhan Auditori pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik 140
Volume 1, Nomor 3, Desember 2019 p-ISSN 2656-5285
Binawan Student Journal (BSJ) e-ISSN 2715-1824

sebesar 7,971 dengan 95% CI yaitu 1,223 – dengan Keluhan Gangguan


51,947 yang artinya intensitas kebisingan Pendengaran Pada Tenaga Kerja
tinggi merupakan faktor risiko keluhan Bagian Produksi PT. Japfa Comfeed
auditori. Indonesia, Tbk. Unit Makassar Tahun
Saran 2014. Al-Sihah The Public Health
Dari hasil kesimpulan diatas, terdapat Science Journal Vol 8 No 2.
beberapa saran yang berguna sebagai bahan Irawati, I. et al., 2017. Hubungan Intensitas
evaluasi dan perbaikan, yaitu: pekerja yang Kebisingan dengan Gangguan
terpapar tingkat intensitas bising yang tinggi Pendengaran Pada Pengemudi Boat
(>NAB), diharapkan kepada pihak Pancung di Pulau Belakang Padang
manajemen perusahaan mengganti mesin Kota Batam. Jurnal Kesehatan
yang mengeluarkan bising cukup tinggi Medika Saintika Vol 9 No 1.
dengan mesin yang intensitas bisingnya Lestari, P. W. and Nabilah, L. 2018.
lebih kecil serta menyediakan Alat Correlation between Noise Intensity
Pelindung Telinga (APT). Para pekerja yang and The Level of Labor Fatigue at
mengalami keluhan sebaiknya di berikan Yello Hotel Project, Advanced
pemeriksaan auditori lebih lanjut untuk Science Letters, Volume 24 (9), pp.
mengetahui seberapa parah gangguan 6461-6463(3).
auditori yang diderita pekerja tersebut. Permenaker RI. 2018. Keselamatan dan
Sementara untuk perkerja yang tidak Kesehatan Kerja di Lingkungan Kerja.
mengalami keluhan auditori sebaiknya juga Indonesia.
rutin diberikan pemeriksaan auditori agar Raya, M. R., Asnifatimah, A. and Ginanjar,
tidak terlambat dalam memberikan tindakan R. 2018. Faktor-Faktor yang
pencegahan gangguan auditori. Hubungan Mempengaruhi Keluhan Gangguan
intensitas kebisingan dengan keluhan Pendengaran Pada Supir Bus PO
gangguan pendengaran pada pekerja Pusaka Di Terminal Baranangsiang
dibagian produksi PT X dapat dihilangkan Kota Bogor Tahun 2018. Jurnal
apabila 5 hirarki pengendalian bahaya Promotor Vol 2 No 2.
(eliminasi, subtitusi, engineering control, Salami, I. R. S. et al., 2015. Kesehatan Dan
administratif, dan APD) dijalan kan dengan Keselamatan Kerja. Yogyakarta:
baik. Gadjah Mada University Press.
Savale, P. A. 2014. Effect Of Noise Pollution
UCAPAN TERIMA KASIH On Human Being : Its Prevention And
Penulis mengucapkan terima kasih Control. Journal of Environmental
kepada para pihak yang telah memberi Research and Development Vol 8(4),
dukungan dan kontribusi terhadap penelitian Pp. 1026–1036.
ini. Sriwahyudi, Naiem, M. F. and Wahyuni, A.
2014. Hubungan Kebisingan dengan
DAFTAR PUSTAKA Keluhan Kesehatan Non Pendengaran
Elfiza, R. and Marliyawati, D. 2015. Pada Pekerja Instalasi Laundry
Hubungan Antara Lamanya Paparan Rumah Sakit Kota Makassar.
Bising dengan Gangguan Fisiologis Makassar: Universitas Hassanudin.
Dan Pendengaran Pada Pekerja Yulianto, A. R. 2013. Faktor-Faktor yang
Industri Tekstil. Jurnal Kedokteran Berhubungan dengan Gangguan
Diponegoro Vol 6 No 2. Nonauditory Akibat Kebisingan Pada
Eryani, Y. M. et al., 2017. Faktor Risiko Musisi Rock. JKM Vol 2 No 1.
Terjadinya Gangguan Pendengaran
Akibat Bising. Jurnal Medula Vol 7
No 4.
Friis, R. H. 2016. Occupational Health and
Safety: For the 21th Century.
Burlington. MA: Jones and Bartlett
Learning.
Ibrahim, H., Basri, S. and Hamzah, Z. 2014.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Keluhan Auditori pada Pekerja Bagian Produksi Pabrik 141

Anda mungkin juga menyukai