Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP KELELAHAN KERJA

MELALUI NADI KERJA PADA PEKERJA DI PT. MARUKI INTERNASIONAL


INDONESIA MAKASSAR TAHUN 2019

Srirahayu Indri Sukma,1 Masyitha Muis,2 Erniwati Ibrahim,3

1
Program Pascasarjana, Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas Hasanuddin
(email: Srirahayumasse@gmail.com)
2
Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Faktultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasauddin, (email: masyitha.muis@gmail.com)
3
Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin
(email: ernikhalid1@yahoo.co.id)

Alamat Korespondensi:

Srirahayu Indri Sukma, SKM


Program Pascasarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin Makassar 90245
Email : Srirahayunasse@gmail.com
No. Hp. : 0878-1095-4270
Abstrak

Kelelahan adalah akibat kerja sering yang diartikan sebagai proses menurunnya efesiensi, performa
kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk melanjukan kegiatan yang harus dilakukan.
Profesi sebagai pengrajin kayu terpapar berbagai risiko akibat faktor lingkungan kerja sekitarnya. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh kebisingan terhadap kelelahan melalui nadi kerja pada pekerja di PT.
Maruki Internasional Indonesia Makassar. Penelitian ini merupakan kuantitatif, dengan desain cross sectional
study, serta populasi seluruh pengrajin kayu dibagian produksi dan sampel 120 responden. Penarikan sampel
menggunakan Proportionate Stratified Random Sampling. Untuk mengetahui faktor langsung dan tidak
langsung kelelahan maka digunakan uji analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat 17.5 % responden mengalami kelelahan berat, uji analisis menunjukkan terdapat pengaruh langsung
kebisingan terhadap terhadap nadi kerja (p value = 0,000), nadi kerja terhadap kelelahan (p value = 0.000),
kebisingan terhadap kelelahan (p value = 0.044) sementara kebisingan berpengaruh secara tidak langsung
terhadap kelelahan melalui nadi kerja dengan nilai indirect effect 0.795> dari nilai direct effect 0.795. Kepada
pihak perusahaan agar senantiasa meningkat upaya pegendalian bahaya kebisingan serta menyediakan APD
yang terstandar.
Kata kunci : Kebisingan, Nadi Kerja, Kelelahan Kerja, Path Analisis, Kuantitatif.
PENDAHULUAN
Kelelahan kerja merupakan berkurangnya kemampuan atau ketidakmampuan untuk
merespon suatu situasi karena telah melakukan aktivitas secara berlebihan baik mental,
emosional maupun fisik (Tarwaka, 2010).
Survei di negara maju melaporkan bahwa 10-50% penduduk mengalami kelelahan.
Prevalensi kelelahan sekitar 20% diantara pasien yang datang membutuhkan pelayanan
kesehatan. Data dari ILO menyebutkan hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja
meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor kelelahan. Penelitian
tersebut menyatakan dari 58.115 sampel, 32,8% diantaranya atau 18.828 sampel menderita
kelelahan (Baiduri, 2008).
Menurut Depnakertrans, data mengenai kecelakaan kerja pada tahun 2004, di Indonesia
setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja, 27,8% disebabkan kelelahan yang cukup
tinggi, lebih kurang 9,5% atau 39 orang mengalami cacat (Depnakertrans Jakarta, 2004).
Kebisingan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kelelahan
kerja. Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi
semuanaya bermuara pada kehilangan efesiensi dan penurunan kapasitas kerja serta
ketahanan tubuh (Tarwaka, 2010).
Menurut World health organization (WHO), bising telah dikategorikan sebagai salah
satu faktor risiko kerja yang menjadi isu global setiap negara terutama di negara berkembang.
Menurut WHO pada tahun 2000, terdapat 855 per 100.000 penduduk dunia yang mengalami
gangguan kesehatan akibat kebisingan di lingkungan kerja. Dari angka tersebut, Indonesia,
Srilanka, dan Thailand berjumlah 136 per 100.000 penduduk yang mengalami gangguan
kesehatan akibat kebisingan di lingkungan kerja. Di Indonesia kebisingan menjadi faktor
risiko penyebab penyakit akibat kerja dengan proporsi 50% (Buchari, 2007).
Sumber bahaya di tempat kerjapun cukup beragam seperti bahaya biologis dan penyakit
(biological hazard and diseases), bahaya kimia (chemical hazard), temperatur udara dan
panas (heat and air temperature), kualitas udara (air quality), cahaya dan pencahayaan (light
and lighting), warna (colour) dan kebisingan (noise) (Togar, 2005).
Soedirman dan Suma’mur (2014) denyut nadi dapat mengalami perubahan karena
adanya peningkatan cardiac output atau curah jantung yang diperlukan oleh otot yang sedang
bekerja. Selain itu juga karena adanya penambahan strain pada aliran darah karena terpapar
iklim kerja panas. Saat tenaga kerja melakukan pekerjaan, akan terjadi peningkatan
metabolisme sel-sel otot sehingga aliran darah meningkat untuk proses perpindahan zat-zat
makanan dari darah yang dibutuhkan oleh jaringan otot. Peningkatan curah jantung tersebut
akan meningkatkan frekuensi denyut nadi yang akan meningkatkan kinerja jantung untuk
mengalirkan darah ke kulit yang bertujuan untuk meningkatkan penguapan keringat dalam
rangka mempertahankan suhu tubuh (Soeripto, 2008).
Lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat mempunyai pengaruh yang sangat
penting bagi kesehatan tenaga kerja. Lingkungan kerja yang mempunyai kebisingan melebihi
Nilai Ambang batas (NAB) dapat menimbulkan gangguan kesehatan pekerja seperti
auditorial (daya dengar pekerja menurun) serta dampak non-auditorial berupa kelelahan kerja
(M Laziardy, 2017). Akibat dari kelelahan kerja dapat menghambat proses produksi,
sehingga menurunkan angka produktivitas pada suatu perusahaan (Suma’mur, 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Fahri and Pashal, 2010), dengan judul
“Kebisingan dan tekanan panas dengan perasaan kelelahan kerja pada tenaga kerja bagian
drilling Pertamina EP Jambi“ penelitian ini membuktikan nilai p = 0,041 yang menunjukkan
bahwa ada hubungan bermakna antara kebisingan dengan perasaan kelelahan dan
membuktikan ada hubungan yang bermakna antara tekanan panas dengan perasaan kelelahan
kerja tenaga kerja di bagian drilling Pertamina EP Jambi dengan nilai p = 0,045.
PT. Maruki Internasional Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang furniture kayu yang ada di Kota Makassar. Produksi utama dari perusahaan ini adalah
Butsudan yang di impor langsung ke Jepang. Dalam proses produksinya PT. Maruki
Internasional Indonesia menggunakan berbagai macam mesin yang menimbulkan suara/bunyi
yang menyebabkan kebisingan yang dapat mengganggu pekerja seperti mesin gergaji listrik,
mesin cutting, mesin amplas, blower, kompressor, mesin bor dan lain-lain sehingga
mengharuskan pekerja untuk menggunakan alat pelindung telinga.
Bahan dan Metodologi
Lokasi dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Maruki Internasional Indonesia Makassar jenis
penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain penelitian observasional Analitik
pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini menganalisis pengaruh kebisingan terhadap
kelelahan kerja melalui nadi kerja. Penelitian ini menggunakan model analisis jalur (path
analysis) karena diantara variabel eksogen dan endogen terdapat variabel intervening.
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh pekerja pada bagian Produksi PT.
Maruki Internasional Indonesia sebanyak 172 pekerja dan Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan metode Proportional Random Sampling.
Pengumpulan Data
Data diperoleh dari enumerotar yang telah memiliki kemampuan untuk memberikan
pertanyaan kepada responden dengan cara wawancara dan pengisian kuesioner, untuk
pengukuran kebisingan menggunakan sound level meter dan kelelahan menggunakan
reaction timer yang mana di ukur oleh tim dari Balai K3 Makassar.
Analisis Data
Data dianalisis menggunakan SPSS 22 dan aplikasi AMOS. Variabel yang di ukur
kebisingan, denyut nadi kelelahan kerja dan dideskripsikan berdasarakan distribusi tabel dan
analisis pengaruh antara variabel eksogen dan intervening terhadap endogen dengan
menggunakan path analisis.
Hasil
Tabel 1 menujukkan bahwa kategori umur responden lebih banyak pada usia tua yaitu
81 (67.5%) responden dan 39 (32.5%) yang berada pada kategori umur muda, untuk nadi
kerja menujukkan bahwa nilai mean nadi kerja respnden adalah 99 denyut/menit dengan
nilai minimum 75 denyut/menit dan maksimum 134 denyut/menit, sedangkan untuk
kelelahan menujukkan bahwa sebagian besar pekerja mengalami kelelahan kerja ringan yaitu
sebanyak 55 (45.8%) dan terdapat 21 (17.5%) yang mengalami kelelahan kerja berat.
Hasil tabulasi silang yang juga ditunjukkan pada Tabel 2 menujukkan bahwa jumlah
responden yang mengalami kelelahan dengan kategori berat hampir sama di setiap factory
yaitu 5 (15.2%) di factory 1, 4 (14.8%) di factory 2, 6(17.1%) di factory 3 dan 6 (24.0%) di
factory 4 dengan niai kebisingan masing-masing factory masih berada di bawah NAB atau <
85 dBA. Untuk tabulasi silang iklim kerja dan kelelahan jumlah responden yang mengalami
kelelahan dengan kategori berat hampir sama di setiap factory yaitu 5 (15.2%) di factory 1, 4
(14.8%) di factory 2, 6(17.1%) di factory 3 dan 6 (24.0%) di factory 4 dengan niai ISBB
masing-masing factory masih berada di bawah NAB atau < 28°C .
Tabel ini juga menujukkan bahwa hasil tabulasi silang nadi kerja dan kelelahan
didapatkan bahwa kelelahan dengan kategori berat banyak dialami pada responden dengan
nadi kerja berat yaitu sebanyak 10 (71.4%) dan hanya 3 (4.7%) dengan nadi kerja ringan.
Analisis Multivariat
Tabel 2 menujukkan nilai c r dari skew setiap variabel dan multivariate ≤ ±2,54,
maka bisa disimpulkan bahwa data berdistiribusi normal dan memenuhi syarat untuk analisis
jalur (path analysis), Kebisingan memiliki pengaruh secara langsung terhadap denyut nadi
dengan p value 0.000< 0.05, Nadi kerja memiliki pengaruh secara langsung terhadap
kelelahan dengan p value 0.000< 0.05. Serta Kebisingan memiliki pengaruh secara langsung
terhadap kelelahan dengan p value 0.044< 0.05.
Tabel 3 menujukkan bahwa pengaruh koefesien analisis jalur dan hipotesis bahwa
adanya pengaruh tidak langsung antar kebisingan terhadap kelelahan melalui nadi kerja
dengan nilai indirect effect 0.795> dari nilai direct effect 0.795 dengan nilai total effect
0.614.

Pembahasan
Aktivitas kerja di PT. Maruki International tidak lepas dari paparan kebisingan di setiap
factory bagian produksi, hal ini dikarenakan alat kerja dari pemotongan kayu hingga finishing
mengeluarkan suara bising yang cukup besar. Bedasarkan hasil penelitian dari 4 (empat)
factory, tingkatkebisingan paling besar terdapat ada factory 1 yaitu 83.4 dBA dengan aktivias
kerja pada factory ini berupa pemotongan kayu menggunakan mesin. Adapun tingkat
kebisingan terendah terdapat pada factory 3 yaitu 81.0 dBA dengan aktivitas kerja dominan
adalah pengaplasan secara manual, serta terdapat beberapa mesin pemotong untuk merapikan
bentuk akhir hasil produksi.
Gangguan terhadap pemajanan kebisingan sangat bervariasi tergantung dari tingkat
intensitas dan karakteristik kebisingan. yang rendah umumnya yang berupa gangguan
komunikasi, ketidaknyamanan, dan gangguan performansi kerja. Tetapi pada pemajanan
kebisingan dengan intensitas yang lebih tinggi khususnya yang melebihi Nilai Ambang Batas
(NAB > 85 dBA) dan dalam waktu yang lama dapat menurunkan fungsi pendengaran yang
bersifat sementara kemudian berlanjut permanen (Fachrul F, 2011).
Menurut Tarwaka (2010) pada umumnya kebisingan dengan intensitas tinggi sangat
mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat
berupa peningkatan tekanan darah (kurang lebih 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi
pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan
gangguan sensoris. Kebisingan merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat
mempengaruhi denyut nadi (Assunta et al., 2014).
Hal ini juga dipaparkan oleh Wang S at al (2013) bahwa kebisingan di tempat kerja
dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan terutama terhadap prevalensi
kejadian penyakit terkait kardiovaskular. Penelitian Hwang at al (2012) membuktikan bahwa
pekerja yang terpapar kebisingan dengan intensitas sangat tinggi untuk durasi kurang dari
lima tahun, berisiko tiga kali lebih tinggi terkena stroke dan 60% peningkatan risiko
meninggal akibat penyakit kardiovaskular saat 10 tahun kemudian dibandingkan dengan yang
tidak terpapar kebisingan.
Hasil penelitian ini didapat prevalensi denyut nadi kerja responden dengan kategori
berat adalah 11.7 dengan rata-rataadalah 99.0 denyut/menit yang jika dikategorikan berada
pada kategori ringan (75-100 denyut/menit) dengan intensitas kebisingan < 85 dBA. Pada
penelitian Adriani (2016) pengukuran denyut nadi kerja pada bagian Weaving yang
berjumlah 10 orang memperoleh rata-rata 110 denyut/menit dan pengukuran denyut nadi
kerja dengan intensitas kebisingan 98.25 dBA.
Tingkat kebisingan di PT. Maruki International di setiap factory masih sesuai pada
NAB yang ditetapkan Permenakertrans No. 13 Tahun 2011 yaitu <85 dBA.Meskipun NAB di
PT. Maruki International masih sesuai, namun tetap saja kebisingan menyebabkan jumlah
denyut nadi per menit yang dirasakan oleh pekerja meningkat dan akan mempengaruhi
kegiatan pekerja saat beraktivitas, karena peningkatan denyut nadi akan mengakibatkan
penyempitan pembuluh darah dan semakin terkurasnya energi dalam menyelesaikan
pekerjaan, sehingga merangsang untuk menjadi cepat lelah (Luxson, 2012).
Hasil analisis multivariat pada penelitian ini didapatkan bahwa kebisingan berpengaruh
terhadap kelelahan baik secara langsung ataupun melalui nadi kerja. Hasil tabulasi silang
menujukkan kelelahan berat banyak dialami pada setiap factory dengan prevalensi 14.8%-
24.0%. Secara teori tenaga kerja yang terpapar kebisingan denyut nadinya akan naik, tekanan
darah naik, dan mempersempit pembuluh darah sehingga cepat merasa lelah sehingga
menyebabkan terganggunya konsentrasi, komunikasi, dan kemampuan berpikir (Ikhwan et
al.,2018).
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kebisingan dan nadi kerja
berpengaruh terhadap kelelahan kerja pada pekerja di PT. Maruki Internasional Indonesia,
sedangkan Kebisingan berpengaruh tidak langsung melalui nadi kerja terhadap kelelahan
pada pekerja di PT. Maruki Internasional Indonesia. Kepada pihak perusahaan agar
senantiasa meningkat upaya pegendalian bahaya kebisingan dengan pemeliharaan dan
modifikasi mesin, kepada pekerja agar senantiasa menggunakan APD serta lebih banyak
mengonsumsi air putih saat bekerja.
Daftar Pustaka
assunta c, ilaria s, simone ds, g. T., teodorico c, carmina s, anastasia s, r. G. And francesco t,
v. R. (2014) ‘noise and cardiovascular effects in workers of the sanitary fixtures
industry.’, international journal of hygiene and environmental health, 218(1), pp. 163–
168.
Baiduri (2008) kaidah dasar penerapan kesehatan dan keselamatan kerja. Jakarta: universitas
indonesia press.
Fahri, s. And pashal, e. (2010) kebisingan dan tekanan panas dengan perasaan kelelahan
kerja pada tenaga kerja bagian drilling pertamina ep jambi.
Manuaba (2000) hubungan beban kerja dan kapasitas kerja. Jakarta: rineka cipta.

Mukono (2006) prinsip dasar kesehatan lingkungan. Surabaya: airlangga university press.
Nurmianto, e. (2003) ergonomi konsep dasar dan aplikasinya. Surabaya: guna widya.
Sedarmayanti (2012) tata kerja dan produktivitas kerja: suatu tinjauan dari aspek ergonomi
atau kaitan antara manusia dengan lingkungan kerjanya. Bandung: cv. Mandar maju.
Soedirman (2011) higiene perusahaan. Jakarta: justisia teknika.
Sugiyono (2009) metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d. Bandung : alfabeta.
Suma’mur (1997) keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta: pt. Gunung agung.
Suma’mur (2009) higiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes). Jakarta: sagung seto.
Togar, s. (2005) kebisingan di tempat kerja (occupation noise). Jakarta: andi publiser.
Wignjosoebroto (2009) tata letak pabrik dan pemindahan barang. Surabaya: guna widya.

assunta c, ilaria s, simone ds, g. T., teodorico c, carmina s, anastasia s, r. G. And francesco t,
v. R. (2014) ‘noise and cardiovascular effects in workers of the sanitary fixtures
industry.’, international journal of hygiene and environmental health, 218(1), pp. 163–
168.
Tarwaka (2010) ergonomi industri, dasar-dasar pengetahuan ergonomi dan aplikasi di
tempat kerja. Solo: harapan press.
Andriani, w.k (2016)‘hubungan umur, kebisingan dan temperatur udara dengan kelelahan
subjektif individu di pt. X jakarta’ the indonesia journal of safety and health, vol. 5,
no.2 ;112-120.
Fachrul FM, (2011) Desain penysunan peredam kebisinngan menggun akan playwood, busa,
tray dan sabut pad sumber satisjurn al makaratekn ologi. Vol 15 No 1 April 2011
(63-67).
Luxson M, Darlina S dan Malaka T (2012) Kebisingan Di Tempat Kerja. Jurnal Kesehatan
Bina Husada. Vol.6. No.2. Agustus 2010. Palembang : Program Pasca Sarjana
Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada.
Ikhwan, Wahyu. N. M (2018) 'Pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah dan nadi pada
pekerja pabrik kayu di PT. Muroco Jember. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia,
Vol. 17 No. 2 ; 112-118.
Hwang BF, Chang TY, Cheng KY, Liu CS. (2012) Gene-environment interaction between
angiotensinogen and chronic exposure to occupational noise contribute to
hypertension. Occup Environ Med. 2012;69:236-42. 26.
Wang S, Qin Q, Liu L, Han L, Chen Y (2013) A cross-sectional study on the effects of
occupational noise exposure on hypertension or cardiovascular among workers from
automobile manufacturing company of Chongqing, China. J Biomed Sci Eng.
2013;6:1137-42. Eng. 2013;6:1137-42.

Ismaila SO, O. A. (2014) ‘Noise exposure as a factor in the increase of blood

pressure of workers in a sack manufacturing industry.Beni-Suef University’,

Journal of Basic and Applied Sciences, 3(2), pp. 116–121.

Kjellberg A, Muhr P, Skoldstrom B. (1998) Fatigue after work in noise - an

epidemiological survey study and three quasi-experimental field studies.

Noise Health 1998;1:47-55

Jin SG, Kim MJ, Park SY, Park SN. (2016) Stress hormonal changes in the brain

and plasma after acute noise exposure in mice. Auris Nasus Larinx 2016,

44(3): 272-276.

Rizky (2015) 'Analisis tingkat kelelahan kerja berdasarkan beban kerja fisik perawat

di instalasi rawat inap RSU Haji Surabaya. The Journal Of Occupatinal

Safety and Health, Vol. 4 No. 1 ; 93-102.

Stansfeld S, Haines M, Brown B. (2000). Noise and health in the urban environment.

Rev Environ Health. 2000;15(1-2):43-82.

Van, Kempen EE, Kruize H, Boshuizen HC, Ameling CB, Staatsen BA, de Hollander

AE, (2002) The association between noise exposure and blood pressure and

ischemic heart disease: A meta- analysis. Environ Health Perspect.

2002;110(3):307-17.
Lampiran
Tabel 1. Karakteritstik Responden dan Kelelahan Kerja di PT. Maruki Internasional Indonesia,
Makassar
Distribusi Responden berdasarkan Kategori Umur
Di PT. Maruki Internasional Indonesia Kota Makassar.
Frekuensi
Kelompok Umur
N %
Muda 39 32.5
Tua 81 67.5
Total 120 100.0

Paparan Kebisingan di Setiap Factory


PT. Maruki Internasional Indonesia Kota Makassar.
Kebisingan
Bagian
(dBA)
Factory 1 83.4
Factory 2 83.2
Factory 3 81.0
Factory 4 82.5

Distribusi Responden berdasarkan Nadi Kerja


Di PT. Maruki Internasional Indonesia Kota Makassar.

Frekuensi
Nadi Kerja
N %
Ringan 64 53.3
Sedang 42 35.0
Berat 14 11.7
Jumlah 120 100.0

Distribusi Responden berdasarkan Kategori Kelelahan


diPT. Maruki Internasional IndonesiaKota Makassar.
Frekuensi
Kelelahan Kerja
n %
Ringan 55 45.8
Sedang 44 36.7
Berat 21 17.5
Jumlah 120 100.0

Tabel 2. Pengaruh Koefisien dan Kaitannya dengan Hipotesis Penelitian Direct Effect

Direct Effect
No Variabel Penelitian
Estimate Nilai p Kesimpulan
1 KebisinganNadi Kerja 25.295 .000 Signifikan
2 Nadi Kerja Kelelahan .031 .000 Signifikan
3 Kebisingan  Kelelahan .182 .044 Signifikan

Tabel 3. Pengaruh Koefisien dan Kaitannya dengan Hipotesis Penelitian Indirect Effect

Hipotesis (Path) Indirect Total


Effect Effect
Kebisingan  Nadi KerjaKelelahan .795 .614

Anda mungkin juga menyukai