KELOMPOK 2
A. LATAR BELAKANG
Pekerjaan umumnya merupakan cara yang paling penting untuk memperoleh
ekonomi yang memadai dimana ekonomi merupakan sumber daya yang penting untuk
kesejahteraan materi dan partisipasi penuh dalam masyarakat saat ini;Pekerjaan
memenuhi kebutuhan psikososial yang penting dalam masyarakat di mana pekerjaan
adalah norma;Pekerjaan adalah pusat identitas individu, peran sosial dan status
sosial;Pekerjaan dan status sosial-ekonomi adalah pendorong utama dari gradien sosial
dalam fisikdan kesehatan mental dan kematian ; berbagai aspek fisik dan psikososial
pekerjaan juga dapat menjadi bahaya dan menimbulkan risiko untukkesehatan (Burton et
al. 2006).
Lingkungan kerja dapat berupa apa saja yang ada di sekitar karyawan dan dapat
mempengaruhi bagaimana ia melakukan tugasnya. Alex S.Nitisemito (1992) menyatakan
bahwa lingkungan kerja adalah suatu kondisi eksternal dan internal yang dapat
mempengaruhi semangat kerja dan mengakibatkan pekerjaan segera selesai. Menurut
Sedarmayanti (2003), lingkungan kerja yang layak adalah suatu kondisi dimana individu
dapat melakukan pekerjaannya dengan cara yang ideal, aman, sehat, dan nyaman. Oleh
karena itu, banyak penelitian yang mengklasifikasikan lingkungan kerja menjadi
lingkungan yang beracun dan kondusif (Akinyele, 2010; Chaddha, Pandey dan Noida,
2011; Yusuf dan Metiboba, 2012; Assaf dan Alswalha, 2013). McGuire dan McLaren
(2007) percaya bahwa lingkungan fisik organisasi terutama tata letak dan desainnya dapat
memengaruhi perilaku karyawan di tempat kerja. Seperti yang ditunjukkan oleh
Nitisemito (2001), beberapa faktor yang mempengaruhi tempat kerja antara lain:
kebersihan, air, pencahayaan, pewarnaan, keamanan dan musik (Khaled & Haneen, 2017)
(Mangkunegara, 2009: 123) dalam Adhika, Resa, N,I (2020) Keselamatan dan
kesehatan kerja adalah upaya untuk menjamin dan memelihara kesehatan jasmani
dan rohani serta keutuhan tenaga kerja, khususnya manusia, menuju masyarakat
yang adil dan makmur. Keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk salah satu program
pemeliharaan di perusahaan. Penyelenggaraan programkeselamatan dan kesehatan kerja
bagi karyawan sangat penting karena bertujuan untuk menciptakan suatu kesatuan sistem
keselamatan dan kesehatan kerja yang melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja yang terpadu guna mengurangi kecelakaan. Masalah
kesehatan dan keselamatan kerja tidak semata mata menjadi tanggung jawab pemerintah
tetapi menjadi tanggung jawab semua pihak yaitu pengusaha, pekerja dan masyarakat.
Pendekatan tradisional terhadap kesehatan dan keselamatan kerja memandang pekerjaan
sebagai potensi bahaya dan menekankan efek buruk dari pekerjaan pada kesehatan, dan
kesehatan yang buruk pada kapasitas untuk bekerja. (Borton et al. 2006).
Masalah yang berhubungan dengan pekerjaan dapat mempengaruhi kesehatan fisik,
emosional dan mental kita.Beberapa orangmengalami ketidakpuasan kerja karena mereka
tidak bahagia atau tidak aman di tempat kerja. Ketidakberdayaan adalah masalah
kesehatan masyarakat yang penting baik di tingkat lokal maupunnasional dan disorot
dalam banyak strategi kesehatan dan kesejahteraan.Ada juga dasar bukti yang jelas yang
menunjukkan bahwa bagi sebagian besar orang yang 'bekerjadengan baik' lebih baik
untuk kesehatan mereka daripada tidak bekerja.'Kerja yang baik' berarti tidak hanya
memiliki lingkungan kerja yang aman tetapi jugamemiliki rasa aman, otonomi,
manajemen lini dan komunikasi yang baik dalam suatu organisasi (Varney, J. 2016)
Peralatan yang bagus dan mudah digunakan akan meringankan pekerjaan bagi
mekanik disaat melakukan perkerjaannya (service). Tetapi disamping meringankan
pekerjaan, peralatan tersebut juga bisa menimbulkan resiko terjadinya kecelakaan disaat
bekerja. Maka dari itu dibutuhkan softskill dan hardskill untuk mengoperasikan alat kerja.
Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang berguna untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan, serta penyakit yang mungkin timbul di
lingkungan kerja. Oleh karena itu kesadaran memerhatikan keselamatan dan kesehatan
kerja sangatlah penting dalam lingkungan kerja suatu perusahaan (Saputra, E, B, dkk.
2020)
BAB II
PEMBAHASAN
Data longitudinal dari Studi Penuaan Maastricht menunjukkan bahwa orang yang
lebih tua (rata-rata usia 61 tahun, kisaran 50-85 tahun) dengan tuntutan mental
pekerjaan (saat ini atau sebelumnya) memiliki risiko lebih rendah untuk gangguan
perkembangan kognitif 3 tahun kemudian (1,5% vs 4% untuk individu) dengan
tuntutan kerja mental yang tinggi dan rendah. Hubungan ini tidak tergantung pada
kemampuan intelektual pada dasarnya serta usia, jenis kelamin, pendidikan, merokok,
aktivitas fisik alkohol, depresi, dan riwayat keluarga dengan penyakit demensia.
Sebuah studi di Swedia menemukan bahwa kompleksitas dominan pekerjaan
individu, pekerjaan seumur hidup, dan khususnya, kompleksitas pekerjaan dengan
orang lain dan dengan data, memprediksi kejadian demensia dan penyakit
Alzheimerdi antara orang dewasa berusia 65-100 tahun (Straudinger, 2016) .
Bielak, Hughes, Small, & Dixon (2007) dalam Straudinger (2016) Sangat perlu
untuk setidaknya membedakan antara tiga dimensi yang relevan secara kognitif
pekerjaan yakni tingkat rutinitas, tingkat kesulitan, dan tingkat paparan. Perbedaan ini
mungkin berguna dalam mengungkap mekanisme berbeda yang mendasari hubungan
antara pekerjaan dan kesehatan otak melewati masa dewasa dan memasuki usia tua.
Dalam dukungan tentatif dari argumen ini, hasil studi longitudinal 6 tahun dariorang
dewasa yang lebih tua menemukan bahwa pemrosesan informasi baru adalah salah
satu dari sedikit domain keterlibatan (sebagai lawan dari keterlibatan misalnya,
aktivitas pemrosesan informasi sosial atau pasif) yang secara signifikan
memperkirakan penurunan longitudinal yang lebih sedikit dalam kecepatan kognitif
Kesimpulan sementara yang dapat ditarik adalah bahwa bukan pekerjaan itu
sendiri yang membuat pekerja sakit atau membuat mereka tetap sehat melainkan
karakteristik khusus dan pola kerja tugas dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, jika
pekerjaan yang melelahkan secara fisik dan/atau mental, mengakibatkan hilangnya
kesehatan selama bertahun-tahun kecuali tugas pekerjaan tertentu berubah sepanjang
waktu. Perubahan seperti itu dalam tugas kerja dari waktu ke waktu menurun
penurunan kognitif yang berhubungan usia (Staudinger, UM, PhD, et al. 2016)
Ini bukan usia kronologis sendiri yang mengarah pada hilangnya produktivitas
dan motivasi tetapi melainkan karakteristik spesifik dari pekerjaan dan waktu
dihabiskan untuk pekerjaan tertentu. Berkenaan dengan kesehatan otak, ada bukti
tentatif yang menggaris bawahi pentingnya menerapkan kebaruan moderat dalam
tugas-tugas kerja untuk menjaga otak aktif dan untuk melawan penurunan fungsi
terkait perubahan usia (Staudinger, UM, PhD, et al. 2016)
Temuan ini seharusnya diterjemahkan dalam peraturan kesehatan kerja yang
menetapkan dan melindungi pola perjalanan hidup yang mengancam kesehatan
pekerjaan (Staudinger, UM, PhD, et al. 2016)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pekerjaan merupakan suatu bentuk rutinitas yang hampir setiap harinya dilakukan,
berdasarkan banyak studi yang telah dilakukan disimpulkan bahwa pekerjaan sangat erat
kaitannya dengan kesehatan, baik itu fisik, maupun mental pekerja. Bahkan berdampak
pada kesehatan dimasa tua. Pengaruh pekerjaan pada kesehatan fisik dapat berasal dari
factor lingkungan, zat kimia, bahkan dari manusia itu sendiri.
Sedangkan untuk pengaruh terhadap kesehatan mental bias berupa stress dan
depresi akibat kelelahan kerja karena tuntutan kerja atau waktu kerja yang panjang,
sehingga dampak terhadap mental pada akhirnya juga berdampak pada fisik pekerja
seperti mengakibatkan serangan jantung iskemik, menurunnya daya dengar akibat
kebisingan, stroke, bahkan peningkatan kematian.
Paparan-paparan risiko pada pekerja bengkel pemeliharaan mobil apabila terjadi
terus menerus maka berakibat pada kesehatan dimasa tua seperti penurunan harapan
hidup pekerja karena paparan yang mengakibatkan dampak kesehatan yang serius
B. SARAN
Sebaiknya dalam bekerja, pekerja melakukan shift kerja untuk mengatasi kelelahan
kerja
Sangat penting untuk perusahaan atau pemberi kerja untuk membuat system
manajemen keselamatan kerja bagi pekerja bengkel untuk mengantisipasi kecelakaan
kerja
Penggunaan APD dalam bekerja sangat dianjurkan untuk meminimalisir hazard
sebagai dampak dari pekerjaan
DAFTAR PUSTAKA
Adhika, Resa, N,I, et al. 2020. Effect Of Work Safety And Work Health (Ohs) On Employee
Performance With Job Satisfaction As Intervening Variable – A Case Study Of Fire And
Rescue Service Technical Unit Employees In South Badung, Indonesia. European Journal of
Human Resource Management Studies
Alan, R,W. 2017. The Work/Health Relationship. Health Affair.org. Oktober, 14, 2021
Alavinia, M.S. 2008. The Effect of Work on Health and Work Ability. Optima Grafische
Communicatie, Rotterdam, the Netherland
Apri. 2012. Pengelolaan Limbah Minyak Pelumas (Oli) Bekas Oleh Bengkel Sebagai Upaya
Pengendalian Pencemaran Lingkungan. http://e-journal.uajy.ac.id/9228/. diakses pada tanggal
20 Oktober 2020, 19.30
Aswar, E, dkk. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada
Pekerja Bengkel Mobil Kota Kendari Tahun 2016. Skripsi Universitas Halu Oleo
Bawamenewi. 2015, Pengelolaan Limbah Minyak Pelumas (Oli) Bekas Oleh Bengkel
Sebagai Upaya Pengendalian Pencemaran Lingkungan Di Kota Yogyakarta Berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Budianto. 2020. Paparan Kadar Timbal (Pb) Dalam Darah Pekerja Bengkel Sepeda Motor
Di Jalan Jamin Ginting Tahun 2019. Skripsi Universitas Sumatera Utara.
Budijanto, dkk. 2018. Penerapan Keselamatan Kerja Pada Bengkel Sepeda Motor Di
Kelurahan Polowijen Kecamatan Blimbing Malang. Jurnal “FLYWHEEL”, Volume 9 Nomor
2, September 2018
Burton, et al. 2006. Is Work Good For Your Health And Well-Being?. TSO (The Stationery
Office) ; London
Kapo Wong, et al. 2019. The Effect of Long Working Hours and Overtimeon Occupational
Health: A Meta-Analysis of Evidence from 1998 to 2018. International Journal of
Environtmental Research and Public Health. Department of Systems Engineering and
Engineering Management, City University of Hong Kong, 13 June 2019
Khaled, A. & Haneen, O. 2017. The Influence of Work Environment on Job Performance: A
Case Study of Engineering Company in Jordan. International Journal of Applied Engineering
Research ISSN 0973-4562 Volume 12, Number 24 (2017)
Kursiah, W. N. Rahmi, P. F. 2016. Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Terjadinya Stress
Kerja Pada Pekerja Industri Bengkel Las Di Kota Pekanbaru. Stikes Payung Negeri
Pekanbaru
Larisa, A. & Rachel, G. 2018. The Relationship Between Work and Health: Findings from a
Literature Review. Issue Brief, August 2018
Lyndsin Real Life. 2019. The relationship between Work and Health.
https://lyndsinreallife.com/category/health/. diakses pada tanggal 20 Oktober 2020
Marc, V. et al. 2005. The Relationship Between Work Characteristics and Employee Health
and Well-Being: How Much Complexity Do We Really Need?. International Journal of Stress
Management. Vol. 12, No. 1, 3–28, 2005
Made.et al. 2019. Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Tingkat Stres Kerja Pada
Pekerja Bengkel Motor dan Dealer Dwijati Motor Denpasar. E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8
NO.5,MEI, 2019
Milad, et al. 2017. Investigation of the Relationship between Work Ability and Work-
Related Quality of Life in Nurses. Vol. 46, No.10
Myde Boles, et al. 2004. The Relationship Between Health Risks and Work Productivity.
Journal of occupational and environmental medicine / American College of Occupational and
Environmental Medicine. August 2004. Volume 46, Nomor 7
Nugroho, Agung. 2008. Pengaruh Pendidikan, Disiplin dan Lingkungan Kerja Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. Kudus Karya Prima. Universitas Muria
Oakman, dkk. 2020. A Rapid Review Of Mental And Physical Health Effects Of Working At
Home: How Do We Optimise Health?. BMC Public Health. (2020) 20:1825
Pega, Frank, et al. 2021. Systematic reviews and meta-analyses for the WHO/ILO joint
Estimates of the Work Related Burden of Disease and Injury. Environtment International
155 (2021) 106605
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Pasal 5 Ayat (2),
http://www.kemenkopmk.go.id/sites/default/files/prod ukhukum/PP%20Nomor
%20101%20Tahun%202014_ 0.pdf, Diakses pada tanggal 20 Oktober 2020, 19.20
Rozali, dkk. 2018. Pengaruh Motivasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT
Takeda Indonesia. Jurnal Manajemen & Bisnis. Vol 13, No 2 (2018)
Saputra, Eko, B, dkk. 2020. Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap
Produktivitas Kerja Mekanik Di Bengkel UMC Suzuki Madiun. JPTM. Volume 09 Nomor
03 Tahun 2020
Straudinger, UM. 2016. A Global View on the Effects of Work on Health in Later Life. The
Gerontologistcite as: Gerontologist, 2016, Vol. 56, No. S2, S281–S292
Sungjin, Park, et al. 2020. The Negative Impact Of Long Working Hours On Mental Health
In Young Korean Workers. PLoS ONE 15(8): e0236931. August 4, 2020
Sheila, B. 2010. Work And Health Exploring The Impact Of Employment On Health
Disparities. The Wellesley Institute
Tahir, M.T, dkk. 2015. Impact of working environment on employee’s productivity : A case
study of Banks and Insurance Companies in Pakistan. European Journal of Bussiness and
Management. Vol.7, No.1
Varney, J, Dr. 2016. Understanding the relationship between health, work and
worklessness.https://ukhsa.blog.gov.uk/2016/09/14/understanding-the-relationship-between-
health-work-and-worklessness/ accessed on 10/15/21, 9:50 AM