OLEH :
Kelompok VI (Enam)
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga makalah kelompok kami mengenai
”PSIKOSOSIAL TENAGA KERJA” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Tidak lupa pula kami menyampaikan terima kasih yang sedalam - dalamnya
atas partisipasi semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas
kelompok kami.
Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat untuk
menambah wawasan dan ilmu mengenai ”Psikososial Tenaga Kerja” ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan pembuatan makalah kami
masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kami berharap kritik dan saran dari
pembaca.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Penulis
i
VISI DAN MISI
VISI
Pada tahun 2020 menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan yang unggul dalam
keperawatan neurorehabilitasi pada pasien stroke dengan berlandaskan pelayanan
cinta kasih.
MISI
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenaga kerja mempunyai peranan yang penting bagi
pembangunan negara. Oleh karena itu, perlu diperhatikan mengenai aspek
kesehatan dan keselamatan mereka, khususnya ketika sedang berada di
tempat kerja. Terdapat banyak hal yang dapat mengganggu produktivitas
tenaga kerja di tempat kerja, seperti bahaya fisik, kimia, biologi, mekanis,
ergonomi, dan psikososial (Jeyaratnam dan Koh, 2009). Maka dari itu,
tidak jarang berbagai kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja sering
dirasakan oleh para pekerja.
Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO)
tahun 2013 dalam Kementerian Kesehatan (2014), pada setiap 15 detik
terdapat setidaknya satu orang pekerja di dunia yang meninggal akibat
kecelakaan kerja dan sebanyak 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.
Sedangkan pada tahun sebelumnya, ILO melaporkan bahwa angka
kematian akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) terdapat 2
juta kasus per tahun. Hal ini membuktikan bahwa angka kecelakaan dan
penyakit akibat kerja di dunia masih sangat tinggi. Berdasarkan hasil
laporan pelaksanaan kesehatan kerja pada 26 Provinsi di Indonesia tahun
2013 diketahui terdapat 428.844 kasus penyakit yang berkaitan dengan
pekerjaan. Hal ini diungkapkan sebagai angka yang tidak menggambarkan
keadaan yang sesungguhnya karena banyak kasus yang tidak terdeteksi
atau terdiagnosis. Oleh karena itu, masih perlu dilakukan upaya promotif
dan preventif yang lebih untuk mengatasi kasus kecelakaan maupun
penyakit akibat kerja di tempat kerja (Kementerian Kesehatan, 2014).
Pada beberapa kasus di negara maju, faktor-faktor fisik, kimia, dan
biologi sudah cenderung bisa dikendalikan karena mudah terlihat,
sehingga gangguan kesehatan akibat faktor-faktor tersebut sudah banyak
berkurang. Namun saat ini justru faktor ergonomik dan faktor psikososial
1
yang perlu menjadi perhatian lebih (Irwandi, 2007). Faktor psikososial
yang merupakan salah satu bahaya di tempat kerja kerap kali tidak disadari
oleh para pekerja maupun pihak manajemen. Perlu diketahui bahwa
pekerja sering mengalami situasi dan lingkungan kerja yang tidak
kondusif, seperti bekerja dalam shift, beban kerja yang berlebihan, bekerja
monoton, mutasi dalam pekerjaan, tidak jelasnya peran kerja, serta konflik
dengan teman kerja. Semua aspek tersebut merupakan beberapa faktor
psikososial yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan fisik, mental
maupun emosional para pekerja, seperti gangguan muskuloskeletal, stres,
dan penyakit psikomatis yang menjadi penyebab meningkatnya penyakit
akibat hubungan pekerjaan (Kementerian Kesehatan, 2011). Sedangkan
pada beberapa hasil penelitian diketahui bahwa stres, kelelahan, serta
motivasi kerja termasuk ke dalam faktor yang sangat rentan dalam
menyebabkan kecelakaan kerja (Maurits dan Widodo, 2008).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1.
C. Manfaat Makalah
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah dapat menambah
wawasan khususnya yang berkaitan tentang psikososial tenaga kerja
khususnya dalam asuhan keparawatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Definisi Psikososial
1. Pengertian
Terdapat sebuah sumber yang mendefinisikan psikososial sebagai
faktor-faktor yang berkaitan dengan lingkungan sosial seseorang, atau
interaksi dengan orang lain yang dapat memberikan pengaruh terhadap
perilaku seseorang, baik menghambat atau justru berdampak positif
(Djohan, 2006: 216). Menurut undang undang kesehatan dan praktik
kedokteran (2009: 70) masalah psikososial merupakan masalah psikis atau
3
kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Oleh
karena itu, masalah atau bahaya psikososial dapat terjadi sebagai akibat
atau dampak negatif dari adanya proses interaksi sosial seseorang yang
buruk. Sebaliknya, psikososial dapat menimbulkan dampak positif jika
proses interaksi sosial seseorang tergolong baik.
Dampak negatif dari psikososial merupakan salah satu jenis bahaya
yang berpotensi mengakibatkan gangguan kesehatan di tempat kerja
(Jeyaratnam dan Koh, 2009: 14). Menurut Kementerian Kesehatan (2011),
faktor psikososial dapat mengakibatkan perubahan dalam kehidupan
individu, baik bersifat psikologis maupun sosial yang mempunyai
pengaruh cukup besar sebagai faktor penyebab terjadiya gangguan fisik
dan psikis pada diri individu tersebut. Faktor psikososial sering tidak
disadari kehadirannya oleh para pekerja. Kajian mengenai faktor
psikososial di tempat kerja juga masih belum banyak dilakukan.
Stresor psikososial merupakan penyebab stres yang berasal dari
risiko bahaya potensial psikososial (Kementerian Kesehatan, 2011).
Sedangkan Kementerian Kesehatan (2011) menyebutkan beberapa contoh
faktor psikososial yang ada di tempat kerja meliputi: bekerja dalam shift,
beban kerja yang berlebihan, bekerja monotoni, mutasi dalam pekerjaan,
tidak jelasnya peran kerja, serta konflik dengan teman kerja. Adapun
berbagai variasi faktor psikososial dari berbagai sumber pada dasarnya
tetap mempunyai ruang lingkup yang sama yakni berkaitan dengan kondisi
psikologi dan sosial seseorang.
2. Bahaya Psikososial
Banyak penelitian yang mnegobservasi bahwa kondisi kerja tidak
hanya menimbulkan penyakit akibat kerja tetapi juga memegang
peranan penting dalam hal kesehatan pekerja. Aspek psikologi telah
menjadi subjek penelitian sejak 1950 (Johnson, 1996; sauter at al.,
1998). Awalnya psikologi hanya ditujukan pada hambatan pekerja
untuk beradaptasi terhadap aturan kerja daripada terhadap potensi
4
bahaya dari karakteristik lingkungan kerja ynag mungkin dirasakan
pekerja (Gardell, 1982). Tetapi, dengan penelitian tentang lingkungan
kerja psikososial dan psikologi kerja pada tahun 1960 (Johnson &
Hall, 1996) fokus pembahasan telah beralih dari perspekif individu
kearah pengaruh dari aspek lingkungan kerja terhadap kesehatan.
Bahaya psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek – aspek
dari desain kerja, organisasi kerja dan manajemen kerja, serta segala
aspek yang berhubungan dengan lingkungan sosial kerja yang
berpotensi dapat menyebabkan gaangguan pada psikologi dan fisik –
fisiologi pekerja (Cox & Griffiths, 2002) dalam Research on Work –
Related Stress 2002.
Bahaya psikososial juga dapat menjadi suatu sumber potensi
kerugian ataau suatu situasi yang berhubungan dengan pekerja,
pekerjaan daan lingkungan kerja yang berpotensi menyebabkan
kerugian atau gangguan.
5
b. Aspek - Aspek Bahaya Psikososial
Bahaya psikososial dapat disimpulkan menjadi beberapa aspek
berdasarkan kategori karakteristik kerja, organisasi dan lingkungan
kerja dimana dapat menyebabkan bahaya (hazardous). Hal ini
menunjukkan bahwa karakteristik kerja dapat digunakan untuk
menggambarkan bahaya kaitannya dengan hubungan kerja (context to
work atau isi dari pekerjaan (content of work). Kondisi yang tak pasti
dari aspek kerja ini dapat menimbulkan stress dan berbahaya bagi
kesehatan.
1) Hubungan dengan isi pekerjaan
Menggambarkan bahaya psikososial yang berhubungan dengan
keadaan pekerjaan yang dapat menimbulkan stress yang
berpotensi membahayakan tenaga kerja. Hal ini mencakup beban
kerja, desain tugas, serta jadwal kerja.
a) Beban kerja
Beban kerja adalah salah satu aspek dalam pekerjaan yang
perlu diperhatikan (Stewart, 1976). France dkk antara lain,
telah membuat perbedaan lebih antara beban kerja secara
kuantitatif dan kualitatif (Perancis & Caplan, 1970; Perancis
dkk., 1974) tetapi keduanya tetap berkaitan dengan kejadian
stress. Beban kerja kuantitatif dapat diartikan ke jumlah
pekerjaan yang harus dilakukan sedangkan beban kerja
kualitatif merujuk kepada kesulitan dalam melakukan
pekerjaan tersebut. Beban kerja “berlebih atau terlalu sedikit
kuantitatif” timbul sebagai akibat dari tugas – tugas yang
terlalu banyak atau terlalu sdikit diberikan kepada pekerja
untuk diselesaikan dalam waaktu tertentu dan beban kerja
“berlebih atau sedikit kualitatif”, yaitu jika seseorang merasa
6
tidak mampu untuk melakukan suatu tugas atau tugas tidak
menggunakan keterampilan dan/atau potensi dari tenaga kerja.
b) Desain Kerja
Ada beberapa aspek dari pekerjaan yang dapat menyebabkan
bahaya potensial meliputi: pekerjaan yang rutin dan
membosankan, ketidakjelasan jenis pekerjaan, keterampilan
kerja yang rendah. Misalnya kurangnya variasi kerja atau
kerja monoton, pekerjaan yang kurang menantang, kuranng
menggunakan keterampiulan, ketidakpastian yang tinggi.
c) Jadwal Kerja
Ada 2 masalah utama yang berhubungan dengan rencana
kerja, sehingga daapat berpengaruh terhadap kesehatan yaitu
shift kerja dan jam kerja yang panjang/ kerja jangka panjang.
Jadwal kerja yang tidak fleksibel, jam kerja yang tidak dapat
diperkirakan dan jam kerja yang panjang adalahh salah satu
pokok yang termasuk dalam jadwal kerja.
7
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnyaresiko (DepKes
RI, 2006).
2. K3 Dalam Keperawatan :
Pentingnya Tujuan, Manfaat dan Etika
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait
dengan kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan manusia yang
bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Kesehatan dan
keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas dan finansial.
a. Tujuan
1) Mewujudkan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan
selamat.
2) Mewujudkan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
3) Mewujudkan laboratorium yang berkkualitas dan terpercaya.
4) Mewujudkan sistem informasi dan keselamatan kerja.
b. Manfaat
1) Pekerjaan medis merasa aman melakukan pekerjaan dan
rumah sakit merasa diuntungkan
2) Hemat waktu – karena perawat tidak harus berfikir panjang
dan hanya mengikuti prosedur yang telah diterapkan.
c. Etika Keperawatan
1) Otonomi (autonomi)
2) Beneficence (berbuat baik)
3) Justice (keadilan)
4) Non-maleficence (tidak merugikan)
5) Veracity (kejujuran)
6) Fidelity (menepati janji)
7) Confidentiality (kerahasiaan)
8) Accountability (akuntabilitas)
8
3. Risiko & Bahaya Psikososial
Dalam Keperawatan
Bahaya – bahaya yang dapat terjadi didalam rumah sakit terutama
dalam pengkajian asuhan keperawatan yang dapat berdampak pada
psikososial tenaga kerja antara lain :
9
1) Perawat tidak konsisten dalam memberikan tindakan asuhan
keperawatan.
2) Perawata berisiko terhadaptindakan yang dilakukan tidak
menggunakan standar operasional prosedur.
3) Perawat gagal dalam melakukam tindakan asuhan
keperawatan.
4) Tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan rencana
tindakan.
10
BAB III
PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
12