Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KESELAMATAN PASIEN DAN

KESELAMATAN KESEHATAN KERJA


Trend Dan Isu Kesehatan Kerja Yang Menurunkan Produktivitas
Kerja

Disusun oleh:
Kelompok 3
1. Cahya
2. Hardi
3. Syintia
4. Riski K Igo

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Trend dan isu kesehatan kerja yang menurunkan produktivitas kerja”.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun dari

pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah di masa mendatang.

Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima kasih.

Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi penulis dan instansi terkait serta ilmu pengetahuan.

Samarinda, 26 Agustus 2021

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... 1
Daftar Isi ........................................................................................................ 2
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 3
B. Rumusan masalah...................................................................................... 5
C. Tujuan........................................................................................................ 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian K3............................................................................................ 6
B. Peran Perawat dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja.......................... 6
C. Trend dan Issue K3.................................................................................... 7
D. Faktor-faktor menurun nya produktifitas kerja......................................... 8
1. Faktor bilogis ..................................................................... 9
2. Faktor kimia ...................................................................... 10
3. Faktor ergonomi................................................................. 11
4. Faktor fisik......................................................................... 12
5. Faktor psiologi.................................................................... 12
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
A. Kesimpulan................................................................................................ 14
E. Saran ......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020

mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat

yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar

negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa

Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan

masyarakat pekerja Indonesia, telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu

gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup di

dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang

bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya. (Prabowo, 2011).

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu

bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja

menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,

tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak

lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

3
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan

petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam

dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di

beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan

peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena

kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang

kurang memadai.

Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan

alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. (Prabowo, 2011). Dalam penjelasan

undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan

antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar

tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan

lingkungan disekitarnya. Tenaga kesehatan yang perlu kita perhatikan yaitu

semua tenaga kesehatan yang merupakan suatu institusi dengan jumlah petugas

kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan tenaga atau petugas

kesehatan mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomi dan

psikososial.

Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan sarana dan prasarana menentukan

kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya

kemajuan teknologi sarana dan prasarana, maka risiko yang dihadapi petugas

tenaga kesehatan semakin meningkat. (Nuraini, 2012). Petugas atau tenaga

kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan

4
yang merupakan kendala yang dihadapi untuk setipa tahunnya. Selain itu dalam

pekerjaannya menggunakan alat - alat kesehatan, berionisasi dan radiasi serta

alat-alat elektronik dengan voltase yang mematikan, dan melakukan percobaan

dengan penyakit yang dimasukan ke jaringan hewan percobaan. Oleh karena itu

penerapan budaya “aman dan sehat dalam bekerja” hendaknya dilaksanakan pada

semua Institusi di Sektor / Aspek Kesehatan. (Prabowo, 2011)

B. Tujuan

1. Mengetahui trend dan issue perawat dalam kesehatan dan keselamatan kerja

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas kerja

C. Rumusan masalah

1. Menjelaskan trend dan issue perawat dalam kesehatan dan keselamatan kerja

2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas kerja

5
BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Pengertian Keperawatan dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pengertian Perawatan Kesehatan Kerja (Occupational HealthNursing)

merupakan cabang dari perawatan kesehatan masyarakat, yang memberikan

pelayananpada tenaga kerja atau kelompok tenaga kerja. Pelayanan berfokus

pada promosi, proteksi, danpemulihan kesehatan naker dalam hubungannya

dengan keselamatan dan lingkungan kerja yangsehat. Pelayanan keperawatan

kesehatan kerja bersifat otonom dan independent dalam

menentukanpenatalaksanaan keperawatan bidang Kesehatan kerja. ( AAOHN-

American Association of Occupational Health Nursing, 1994).

Sehubungan dengan definisi ini, maka standar pelayanan keperawatan

kesehatan kerja juga diformulasikan. Sebagai pemberi pelayanan yang

berhubungan dengan bidang kesehatan dan keselamatan kerja maka mudah

dipahami bahwa seseorang perawat harus bekerja sama dengan bidang-bidang

lain yaitu misalnya dokter, ahli higine perusahaan, ergonomi, psikolog, ahli gizi

dan lain-lainnya.

B. Peran Perawat dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Seringkali perawat bekerja sama dengan berbagai profesi, tenaga kerja dan

pihak pengelola perusahaan, maka peran seseorang perawat adalah bekerja sama

6
dengan mereka dalam hal mengidentifikasi kebutuhan kesehatan, memilih

prioritas hal yang harus diintervensi, mengembangkan dan melaksanakan

program serta melakukan evaluasi. Posisi perawat kesehatan kerja disini unik

dan merupakan posisi perawat seringkali lebih dekat dan lebih akrab dengan

pekerja -pekerja dibandingkan dengan dokter,perawat lebih sering (daripada

dokter) melayani penyakit penyakit dan kecelakaan kecil. Dengan demikian

seorang perawat harus bisa melakukan pelayanan yang holistik dan

komprehensive dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Peran perawat kesehatan kerja mencakup tugas fungsional sebagai

berikut :

1. Clinician direct care

2. Coordinator

3. Single nurse service

4. Health promotion specialist

5. Consultant

6. Educator

C. Trend dan Issue Keperawatan dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku

tahun 2020 mendatang, keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit merupakan

salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan

barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota,

termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan

7
perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia

Sehat 2010 dan visi indonesia mencapai MDGS 2014 yaitu gambaran

masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam li

ngkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu

secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Kecelakaan berdampak bagi individu maupun bagi institusi. Dampak bagi

individu dapat berupa cidera ringan, cidera berat, cacat fungsi, cacat tetap, cacat

total, kematian serta diikuti kesedihan mendalam bagi keluarga dan masyarakat.

Dampak bagi institusi meliputi kerugian jiwa (cidera, cacat, kematian),

kehilangan sumber daya berharga, biaya perawatan kesehatan, kerugian aset

(uang, properti, gedung, peralatan, material, produk), mengurangi laba institusi

karena menutup kerugian dari insiden, kehilangan waktu & terhentinya proses &

kegiatan kerja, pencemaran lingkungan, dampak sosial & citra insitusi terhadap

konsumen & masyarakat.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Th. 2003 mengenai Kesehatan, Pasal 23

dinyatakan kalau usaha Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diadakan

di semua tempat kerja, terutama tempat kerja yang memiliki resiko bahaya

kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau memiliki karyawan paling sedikit 10

orang.

D. Faktor-faktor menurun nya produktifitas kerja

Menurut Sardjito (2012), penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang

mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan,

8
pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab, harus ada hubungan sebab akibat

antara proses penyakit dan hazard di tempat kerja. Faktor Lingkungan kerja

sangat berpengaruh dan berperan sebagai penyebab timbulnya Penyakit Akibat

Kerja. Sebagai contoh antara lain debu silika dan Silikosis, uap timah dan

keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan faktor

manusia juga (WHO). Berbeda dengan Penyakit Akibat Kerja, Penyakit Akibat

Hubungan Kerja (PAHK) sangat luas ruang lingkupnya.

Menurut Komite Ahli WHO (1973), Penyakit Akibat Hubungan Kerja

adalah “penyakit dengan penyebab multifaktorial, dengan kemungkinan besar

berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja

tersebut memperberat, mempercepat terjadinya serta menyebabkan kekambuhan

penyakit. (Nuraini, 2012).

Menurut Sardjito (2012), Penyakit akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan

umumnya berkaitan dengan faktor biologis (kuman patogen yang berasal

umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus

menerus seperti antiseptik pada kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan

kerusakan hati; faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien

salah); faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit,

tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan di kamar penerimaan

pasien, gawat darurat, karantina dll.)

1. Faktor Biologis

9
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang

biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli,

bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang

terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan

darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja

hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau

tertusuk jarum yang terkontaminasi virus. Angka kejadian infeksi

nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan cukup tinggi. Secara teoritis

kemungkinan kontaminasi pekerja LAK sangat besar, sebagai contoh dokter

di RS mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar dari pada

dokter yang praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan

menangani limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang

tercemar kuman patogen, debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi.

2. Faktor Kimia

Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan

kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent

yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal

sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat

memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan

yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada

umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja

oleh karena alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane,

10
tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat

menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif

(asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible

pada daerah yang terpapar.

3. Faktor Ergonomi

Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan

alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan

batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang

sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.

Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua

pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the

Man to the Job Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan

Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis,

misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang

digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan

ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat

menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam

jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress)

dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back

pain).

11
4. Faktor Fisik

Fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah

kesehatan kerja meliputi:

a. Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat menyebabkan

stress dan ketulian

b. Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang perawatan

dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan

kecelakaan kerja.

c. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja

d. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.Terkena

radiasi

e. Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan,

penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat

membahayakan petugas yang menangani.

f. Faktor Psikologis

Beberapa contoh faktor psikologis di laboratorium kesehatan yang

dapat menyebabkan stress :

a. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut

hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di tempat kerja kesehatan di

tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai

dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan

b. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton

12
c. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau

sesama teman kerja.Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra

kerja di sektor formal ataupun informal.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perilaku tidak aman perawat saat bekerja tanpa menggunakan alat

pelindung diri sesuai standar dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan

menimbulkan penyakit akibat kerja. Cedera akibat tusukan jarum pada

perawat merupakan masalah yang signifikan dalam institusi pelayanan

kesehatan dewasa ini. Ketika perawat tanpa sengaja menusuk dirinya sendiri

dengan jarum suntik yang sebelumnya masuk ke dalam jaringan tubuh

pasien. Oleh karena itu, perawat harus selalu berhati-hati dalam memberikan

tindakan kepada pasien dan selalu waspada dengan apa yang terjadi di

sekelilingnya.

Penyakit akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan umumnya berkaitan

dengan faktor biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien);

faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti

antiseptik pada kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati;

faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik

dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi,

radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan di kamar penerimaan pasien, gawat

darurat, karantina dll.)

14
B. SARAN

Sebagai tenaga profesional dapat mengerti penting k3 dalam produktifitas

kerja teruma dalam menjalankan intervensi sebagai tenaga kesehatan yang

profesional.

15
Daftar pustaka

Maria, Silvia. Joko Wiyono DKK (2015).  Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat

Berdasarkan Tindakan Tidak Aman. Jurnal Care Vol. 3, No. 2

Tukatman. Purwaningsih. DKK (2015).  Analisis Keselamatan Dan Kesehatan

Kerja Perawat Dalam Penanganan Pasien di Rumah Sakit Benyamin Guluh

Kabupaten K olaka. Jurnal Ners Vol. 10. No. 2

Hendarman. 2010. Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja di

Tempat Kerja Kesehatan. http://www.infokeselamatankerja.wordpress.com

Prabowo, Agung. 2011. Keselamatan kerja.

16

Anda mungkin juga menyukai