KESEHATAN KERJA
Oleh
Kelompok II
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menyelesaikan makalah ini puji syukur tepat pada waktunya yang berjudul
Kesehatan Kerja”
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu di
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Masalah..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Kebijakan K3 Yang berkaitan Dengan Keperawatan Di Indonesia...............3
1. Relevansi kebijakan K3 Nasional dengan tugas perawat:..............................3
2. Peran perawat dalam melaksanakan K3RS (Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja).......................................................................................................................4
B. Konsep Dasar K3, Kesehatan Kerja, Riziko dan Hazard Dalam Pemberian
Asuhan Keperawatan (Somatic, Perilaku, Lingkungan, Ergonomic,
Pengorganisasian Pekerjaan, dan Budaya Kerja).....................................................7
1. Konsep Dasar K3............................................................................................7
2. Kesehatan Kerja..............................................................................................8
3. Risiko dan Hazard dalam Pemberian Asuhan Keperawatan..........................9
C. Risiko Dan Hazzard Dalam Pengkajian Keperawatan.................................12
1. Risiko dalam Pengkajian Keperawatan........................................................12
2. Hazard Dan Pengendaliannya......................................................................12
3. Penerapan Manajemen Risiko Dalam Tatanan Klinis..................................15
A. SIMPULAN..................................................................................................26
B. SARAN.........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan salah satu faktor yang akan memberikan pengaruh terhadap kinerja
salah satu faktor yang akan memberikan pengaruh terhadap kinerja mereka yang
meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang per tahun
akibat kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Merujuk kepada peraturan
pedoman ini juga mengambil dari beberapa sumber “best practices” yang berlaku
Health (NIOSH), The Centers for Disease Control (CDC), The Occupational
1
Agency (EPA), dan lainnya. Data tahun 2014, 4% perawat di USA adalah petugas
medis. Dari laporan yang dibuat oleh The National Safety Council (NSC), 41%
kerja dan injury, dan angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan sektor
kesehatan. Hal ini dilakukan agar keselamatan pasien dapat terjaga dan
B. Rumusan Masalah
2. Bagaiman konsep dasar K3, kesehatan kerja, riziko dan hazard dalam
C. Tujuan Masalah
Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap informasi mengenai kesehatan dan perawatan yang didapat oleh klien,
seorang perawat haru wajub memberikan informasi terkait kondisi klien ataupun
perawatan yang didapatkan oleh klien, selain itu perawat juga dapat menjadi
konselor bagi klien atas sekala permasalahan yang terkait dengan kondisi klien.
d. Peneliti keperawatan
keperawatan
seperti dokter.
3
2. Peran perawat dalam melaksanakan K3RS (Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja)
kesehatan kepada si sakit atau pekerja yang mendapat kecelakaan atau orang lain
yang menjadi sakit atau menderita kecelakaan di tempat kerja. Seorang perawat
perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah
satunya tenaga kesehatan yang full time di perusahaan, maka fungsinya adalah :
perusahaan.
kesehatan kerja.
perusahaan.
disetujui.
4
f. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha
q. Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, maka
5
b. Memberikan atau menyediakan primary nursing care untuk penyakit
lanjut
referral yang tepat dan berikan suatu rekomendasi mengenai hasil yang
positif.
h. Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan jadilaj
personal.
6
dan pengawasan kesehatan yang terus menerus terhadap karyawan yang
serta efisiensi.
pribadi yang tidak boleh dilupakan dan penting adalah mengikuti kemajuan
1. Konsep Dasar K3
7
Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Prawirosentono Suyadi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
kerja khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
No.14 tahun 1969 dan UU No. 1 tahun 1970 serta peraturan-peraturan lainnya
2. Kesehatan Kerja
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan nyaman sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
8
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah kondisi yang aman atau selamat
kerja merupakan aspek-aspek dari dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan
kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang,
kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari kondisi yang bebas dari fisik,
mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko
a. Risiko
kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu (Tarwaka, 2008).
risiko kecelakaan kerja/ penyakit akibat kerja. Penilaian risko adalah proses
9
b. Hazard
Bahaya atau hazard merupakan segala hal atau sesuatu yang menpunyai
(injury) atau kerusakan (damage) baik manusia, properti dan setiap kegiatan yang
dilakukan tidak ada satupun yang bebas dari resiko yang ditimbulkan dari bahaya.
salah dalam mengkaji, maka perawat akan salah dalam memberikan proses
malah semakin terganggu. Hal lainnya yang dapat terjadi yaitu jika perawat salah
Contoh kasus resiko dan hazard saat melakukan perawatan: Pada tanggal
27 maret 2016, di rumah sakit di Singapora terjadi kasus nyata kekerasan fisik dan
verbal dari pasien yang dikaji. Seperti yang dikutip dalam media online : “ketika
perawat Nur melakukan pendekatan untuk melakukan data, salah satu pasiiennya
10
dadanya, sehingga membuatnya terluka. Kejadian kekerasan fisik maupun verbal
dalam kasus tersebut tidak disebut berasal dari kesalahan parawat sendiri ataukah
terhadap pasien, perawat harus tau akan adanya hazard atau resiko yang mungkin
3) SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak tertutup
dengan APD
4) Petugas diharapkan untuk tidak menyentuh bagian tubuh yang tidak tertutup
APD
11
E. Risiko Dan Hazzard Dalam Pengkajian Keperawatan
kesehatan dalam hal ini perawat kepada klien atau keluarganya atau rekam medis
terkait kondisi klien. Tujuan utama pengkajian adalah untuk mengetahui data
pasien seakurat-akuratnya.
c. Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang diajukan oleh
perawat.
d. Risiko tertular penyakit saat kontak melalui fisik maupun melalui udara
dengan pasien.
faktor faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu berupa barang atau kondisi dan
menimbulkan kerusakan.
12
Hazard adalah sesuatu yang menimbulkan kerugian, kerugian ini meliputi
pada gangguan kesehatan dan cidera, hilangnya waktu kerja, kerusakan pada
property, area atau tempat kerja, produk atau lingkungan, kerugian pada proses
1) Karakteristik material.
2) Bentuk material.
3) Hubungan pekerjaan dan efek.
b. Jenis-Jenis Hazard
bahaya maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan
kerja dan bahaya keselamatan kerja. Bahaya kesehatan kerja dapat berupa bahaya
fisisk, kimia, biologi dan bahaya berkaitan dengan ergonomi, berdampak kepada
bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada keselamatan manusia yang terlibat
kerja. Biasanya efek dari bahaya keselamatan dapat langsung terlihat pada saat
terjadi.
13
Jenis-jenis safety hazard, antara lain :
1) Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang
3) Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan
padat yang
c. Pengendalian Hazard
5) Penegakan hukum.
7) Alat Pelindung Diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan
14
disarankan hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali
Dalam tatanan klinis, ada 8 langkah yang bisa diaplikasikan sebagai upaya
antara lain :
15
8. Konteks merupakan dasar/pijakan bagi proses manajemen risiko
selanjutnya.
9. Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan
kritis antara
10. lain :
11. 1. Adanya konteks manajemen risiko pada area kritis.
12. Penerapan Manajemen Risiko Dalam Tatanan Klinis
13. Dalam tatanan klinis, ada 8 langkah yang bisa diaplikasikan sebagai upaya
penerapan
14. manajemen resiko, yaitu :
15. a. Langkah 1 : Menetapkan konteks
16. Konteks merupakan dasar/pijakan bagi proses manajemen risiko
selanjutnya.
17. Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan
kritis antara
18. lain :
19. 1. Adanya konteks manajemen risiko pada area kritis.
20. enerapan Manajemen Risiko Dalam Tatanan Klinis
21. Dalam tatanan klinis, ada 8 langkah yang bisa diaplikasikan sebagai upaya
penerapan
22. manajemen resiko, yaitu :
23. a. Langkah 1 : Menetapkan konteks
24. Konteks merupakan dasar/pijakan bagi proses manajemen risiko
selanjutnya.
25. Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan
kritis antara
26. lain :
27. 1. Adanya konteks manajemen risiko pada area kritis.
28. Contoh : Dengan data banyaknya kejadian VAP di area kritis, maka
perlu
29. dibuat protab untuk menekan angka kejadian VAP bagi pasien yang
30. terpasang ventilator.
b) Adanya risk criteria pada area kritis.
Contoh : Dengan membuat peta 10 besar penyakit yang sering dirawat
16
a. Langkah 2 : Identifikasi bahaya Indikator yang bisa dijadikan dasar
maka perlu diantisipasi adanya tabung oksigen yang jatuh dan bisa
menimpa pasien.
2) Adanya registrasi risiko yang ada pada area keperawatan kritis Risk
ke pasien, serta aktivitas lain yang bisa menjadi faktor risiko VAP, serta
protab yang harus dipatuhi oleh seluruh tenaga kesehatan yang ada
17
Indikator yang bisa dijadikan dasar penilaian di area keperawatan kritis antara
lain :
seberapa berat akibat yang dialami pasien mulai dari tidak ada cedera
sampai meninggal.
18
Tabel 1 : Penilaian Dampak Klinis / Konsekuensi / Severity
19
Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam Tabel
Matriks Grading Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands
risiko.
Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam
Tabel Matriks Grading Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari
a) Skor Risiko
a. Contoh kasus 1
Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini di RS X
terjadi pada 2 tahun yang lalu Nilai dampak : 5 (katastropik ) karena pasien
20
meninggal Nilai probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 thn
lalu Skoring risiko : 5 x 3 = 15 Warna Bands : Merah (ekstrim)
b. Contoh Kasus 2
RSUD Tebing Terjal Kabupaten Kenangan Mulai tanggal 1 Januari
2020 sudah mengikuti kebijakan pemerintah untuk menyelenggarakan
pelayanan bagi pasien BPJS, yang merupakan implementasi dari program
pemerintah dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yang tertuang dalam
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sebagai rumah sakit milik
pemerintah daerah, tentu sistem pengelolaan dan manajemen didasarkan pada
21
standar pelayanan minimal dan prosedur tata ognasisai daerah salah staunya
pelayanan kefarmasian.
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait Obat. Tuntutan
pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian,
mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi
kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada
pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical
care). Namun seiring berjalannya kegiatan pelayanan di RSUD Tebing Terjal
tidak lepas dari berbagai permasalahan baik pelayanan pada konsumen
maupun manajemen internal rumah sakit.
Instalasi farmasi yang merupakan titik akhir dan titik tolak dari
persediaan perbekalan kesehatan di rumah sakit tidak luput dari permasalahan
tersebut. Kasus yang pernah terjadi di instalasi farmasi RSUD tebing terjal
kabupaten kenangan adalah terjadinya kesalahan pemberian obat di apotek
rawat jalan dikarenakan penulisan resep yang terbalik nama pasiennya.
Pasien berasal dari poliklinik penyakit dalam yang merupakan pasien
“langganan” atau sudah sering berobat ke RS. Pasien bernama Ny.S dan Ny. Y.
Ny. S membawa resep dengan nama Ny. Y sedangkan pasien Ny. Y membawa
resep dengan nama Ny. S. Namun pasien tidak mengecek nama yang
tercantum dalam resep dan langsung menuju apotek rawat jalan. Pada saat pasien
menyerahkan resep pada petugas penerima resep, kemudian di cek sediaan,
kekuatan dan jenis sediaan, dikerjakan etiket dan pengemasan sesuai dengan
yang diperintahkan dalam resep. Setelah obat siap diserahkan kepada pasien,
petugas penyerahan resep memanggil pasien yang bernama Ny.S. Petugas
memberikan konseling mengenai sediaan yang diterima pasien. Namun
kemudian pasien sedikit curiga dengan penjelasan yang diberikan petugas kepada
beliau. Menurut pasien bahwa obat yang diberikan tidak sesuai dengan
kondisi penyakit yang diderita pasien. Petugas kemudian segera meriscek resep
pasien Ny. S kemudian berkonsultasi dengan bagian poli rawat jalan penyakit
dalam. Dari hasil cek dan riscek ternyata dokter salah menuliskan resep pada
pasien Ny. S. Jenis obat yang diresepkan untuk pasien Ny. S tertukar dengan
22
jenis obat yang tertulis pada pasien Ny. Y. Jadi pasien Ny. S sesungguhnya
membawa resep obatnya sendiri sesuai dengan penyakitnya namun dalam
resep yang dibawanya tertulis nama Ny. Y, sedangkan Ny. Y memang benar
membawa resep obatnya sendiri sesuai dengan penyakitnya namun dalam
resep yang dibawanya bertuliskan Ny.S. Kesimpulannya, terjadi kesalahan pada
penulisan nama pasien pada resep yang dibawa pasien. Hal ini dimungkinkan
dokter penulis resep kurang berkonsentrasi pada saat pelayanan pasien atau
nama pasien yang berdekatan pada saat pemeriksaan sehingga rekam
medisnya terbalik pengamatannya
3. Analisis Kasus
a) Menetapkan konteks
Hal ini dibuat dokumentasi mengenai banyaknya kejadian kesalahan
pemberian obat pada pasien dikarenakan resep yang tertukar dan tidak
disadari oleh pasien.
b) Identifikasi bahaya
Sejauh mana bahaya terhadap kejadian kesalahan pemberian obat
terhadap pelayanan pasien dan berdasar pada resep pasien sehingga perlu
koordinasi dengan dokter penulis resep maupun petugas di poli rawat
jalan, rawat inap maupun UGG.
c) Pengukuran Kualitatif Frekuensi/ Kemungkinan (likehood)
Setelah seluruh resiko diidentifikasi maka dilakukan pengukuran
tingkat kemungkinan dan dampak resiko. Pengukuran resiko dilakukan
setelah mempertimbangkan pengendalian resiko yang ada. Pengukuran
resiko dilakukan menggunakan criteria pengukuran resiko secara
kualitatif, semi kualitatif, atau kuantitatif tergantung pada ketersediaan
data tingkat kejadian peristiwa dan dampak kerugian yang
ditimbulkannya. Pada kasus salah memberikan obat pada pasien, maka
pengukuran kualitatif frekuensi/kemungkinan (likehood) adalah sebagai
berikut :
23
Dalam kasus ini, kejadian mungkin terjadi sewaktu-waktu karena
kejadiannya dalam setahun lebih dari 3 kejadian. Hal ini lebih
banyak terjadi pada saat peak hour sehingga memungkinkan petugas
kurang berkonsentrasi dalam melayani pasien.
d) Pengukuran kualitatif konsekuensi / dampak
Dampak yang terjadi pada kasus tersebut berbobot nilai satu (1) yaitu
tidak bermakna karena petugas apotek segera meriscek resep pasien
pada petugas poli dan dokter penulis resep, sehingga pada saat pemberian
ke pasien, kesalahan bisa langsing diatasi.
24
Skor risiko yang dapat dihitung: Bobot likehood = 3 Bobot dampak = 1
Bobot total penilaian adalah berada di kolom hijau yaitu rendah
e) Mengevaluasi resiko
Evaluasi resiko perlu dilakukan setelah diukur tingkat kemungkinan
dan bagaimana dampaknya. Apakah resiko masih dapat ditoleransi atau
diterima atau tidak dan apakah resiko termasuk prioritas yang harus
ditangani sesegera mungkin. Dari kasus ini, pemberian
konseling/informasi obat dan informed consent petugas apotek pada
pasien guna mengecek informed consent yang di berikan dokter sangat
penting dilakukan sehingga terjadi kecocokan. Selain diperlukan
ketelitian dan dalam penyerahan obat pada pasien berdasarkan resep,
sehingga jika terjadi kesalahan penulisan resep dapat segera ditangani.
f) Menangani resiko
Dalam kasus ini, penanganan resiko adalah dengan melakukan cross-
check dengan segera agar masalah dapat segera teratasi dan tidak
menganggu pelayanan pasien yang lain. Pengendalian bersama petugas
medis yang lain dari poli rawat jalan, zaal rawat inap dan UGD yang
terintegrasi agar kasus ini dapat ditekan kejadiannya atau bahkan tidak
terjadi lagi di masa yang akan datang. Salah satu pengendaliannya
adalah dengan menganalisa beban kerja petugas dengan pelayanan yang
diberikan agar walaupun pada saat peak hour tetap dapat
berkonsentrasi dan maksimal dalam melakukan pelayanan.
g) Memantau resiko
Dalam kasus ini memantau resiko dengan melakukan cross-check
terhadap sediaan obat dengan pasien apakah sesuai dengan keluhan
pasien atau tidak. Jika ada nama pasien yang mirip perlu dilakukan cross-
check dengan petugas poli rawat jalan.
h) Mengkomunikasikan risiko
25
Mengkomunikasikan resiko dapat dilakukan pada pejabat yang
berwenang dalam manajemen RS dan di teruskan pada petugas rumah
sakit. Hal ini dilakukan agar setiap petugas memiliki rasa tanggung
jawab pada pekerjaannya dan memahami bahwa jika terjadi kesalahan
serupa maka yang dirugikan bukan hanya pasien eksternal namun juga
manajemen RS. Error secara garis besar terbagi dua, yaitu: human error dan
organizational error. Human error sendiri dapat berasal dari 18 ystem pasien
dan 18 ystem tenaga kesehatan. Organizational error sendiri seringkali
diistilahkan sebagai system error, atau dalam konteks pelayanan
kesehatan di rumah sakit diistilahkan sebagai hospital error. Dari kasus
tersebut, kejadian yang sewaktu-waktu terjadi dan lebih dari 3 kejadian
dalam setahun perlu dilakukan dokumentasi dan pengawasan serta
pengendalian. Pada kasus ini instalasi farmasi melakukan koordinasi
dengan komite medik dan memberi laporan lisan pada bidang
pelayanan dan keperawaan yang membawahi instalasi farmasi dan
komite medik agar dapat diperbaiki. Kelalaian semacam ini harus segera
diantisipasi karen jika pasien saat itu tidak menyadari bahwa obat yang
diberikan tidak sesuai dengan penyakitnya, misalnya pasien yang tidak
memahami kondisi penyakitnya sendiri dan tidak diberikan informed
consent oleh dokter dan saat petugas apotek memberikan informasi
namun kurang ditanggapi oleh pasien atau bukan pasien yang
mengambil obat namun keluarga pasien atau yang disuruh oleh pasien
yang mana tidak tmemahami kondisi penyakit bisa menjadi kesalahan
fatal dan berdampak fatal dan berakibat citra RS dipertaruhkan.
26
BAB III
A. SIMPULAN
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan nyaman sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani serta kerja manusia
pada umumnya, hasil karya dan budayanya terhadap masyarakat makmur dan
sejahtera.
B. SARAN
kesehatan kerja. Selain itu kami mengharapkan saran membangun yang dapat
27
DAFTAR PUSTAKA
Idris, Fachmi Dr. dr. M.Kes. 2007. Manajemen Resiko Dalam Pelayanan
Kesehatan: Konsep Dalam Sistem Pelayanan Kesehatan. Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat–Kedokteran Komunitas (IKM/IKK) Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Jamsostek. Angka Kecelakaan Kerja Lima Tahun Terakhir Cenderung Naik 2011
[cited 2017 20 Maret]. Available from: http://www.poskotanews.com. 9.
Pusat Data dan Informasi Republik Indonesia. Situasi Kesehatan Kerja
2014 (Diakses tanggal 29 Juni 2020)
OSHA. 2003. Guidelines for Nursing Homes Ergonomics for the Prevention of
Musculoskeletal Disorders. United State: Departemen of Labor United
State. www.osha.gov/ergonmics/guidelines/nursing/index.html (Diakses :
29 Juni 2020)
28
Pratama AK. Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Unsafe Action pada Tenaga
Kerja Bongkar Muat di PT. Terminal Petikemas Surabaya. The Indonesian
Journal of Occupational Safety and Health. 2015;4(1):64-73.
Simamora, R.H. dan Fathi, A. 2017. The Quality of Nursing Hand Over and
Efective Communication Implementation of SBAR in The Ultilization of
Patient Safety at Private Hospital : Medan
29