Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “K3 di Laboratorium Kimia”. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi tugas K3 & Patient Safety
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna
serta kesalahan yang kami yakini diluar batas kemampuan kami. Maka dari itu kami dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
usaha rekreasi dan dirumah-rumah sakit, dimana dipergunakan instalasi-instalasi listrik
dan mekanik yang berbahaya (Pemerintah RI, 1970).
Laboratorium merupakan salah satu tempat berkembangnya ilmu pengetahuan melalui
berbagai penelitan dan percobaan, dalam kegiatan penelitian/percobaan tentunya
menggunakan bermacam-macam jenis alat dan bahan kimia untuk menunjang kegitannya
dan beberapa fasilitas pendukung lainnya seperti air, gas, listrik dan almari asam tentunya
alat, bahan kimia dan fasilitas laboratorium beserta aktivitasnya sangat berpotensi dalam
menimbulkan terjadinya suatu kecelakaan (Amanah, 2011).
Kondisi sarana prasarana laboratorium pada masing-masing institusi berbeda-beda.
Dimana ada Institusi yang memiliki kondisi laboratorium yang lengkap, namun ada
Institusi lain yang memiliki kondisi laboratorium sangat minim. Hal ini akan
mempengaruhi kualitas proses pembelajaran praktik di laboratorium. Kesenjangan yang
terjadi ini akibat tidak adanya standar laboratorium pendidikan tenaga kesehatan. Oleh
karena itu perlu disusun standar laboratorium agar lulusan yang dihasilkan mempunyai
kompetensi sesuai yang akan dicapai dalam kurikulum.
Dalam rangka peningkatan mutu dan akuntabilitas pendidikan tenaga kesehatan yang
mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan nasional dan global perlu disiapkan
acuan bagi institusi pendidikan tenaga kesehatan (Diknakes), berupa Standar
Laboratorium Pendidikan Tenaga Kesehatan, agar Laboratorium di institusi pendidikan
terstandar untuk menunjang proses pembelajaran yang berkesinambungan (Kemekes,
2010). Selain itu juga di lihat dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 605/MENKES/SKNI1 tahun 2008 tentang Standar Balai Laboratorium Kesehatan
dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan yang bertujuan supaya setiap laboratorium
memiliki standar yang baik. Standar tersebut meliputi standar ketenagaan, standar sarana,
prasarana dan alat, standar media dan reagen, keselamatan dan kesehatan kerja
laboratorium serta pencatatan dan pelaporan (Kemenkes, 2008).
Contoh kecelakaan kerja di laboratorium kimia seperti yang di akses dari Metro
Sindonews tanggal 14 April 2016 terjadi ledakan di Laboratorium Kimia, lantai 2 Gedung
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) Depok diduga kuat karena keteledoran
mahasiswa yang lupa mengontrol suhu labu destilasi hingga mencapai 100 derajat celcius
dan mengering sehingga mengakibatkan 15 mahasiswa terluka, dan yang dikutip dari
Antaranews tanggal 14 April 2016 terjadi insiden kecelakaan kerja ledakan pada seorang
ahli kimia di Gedung Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri. Ledakan terjadi saat
sedang bekerja, tiba-tiba tangki berukuran tiga liter yang digunakan memanaskan untuk
2
analisa logam meledak. Ledakan ini mengakibatkan ahli kimia tersebut mengalami luka
bakar pada bagian tangan dan bajunya karena hembusan api kecil, selain itu juga
menyebabkan kerusakan kaca pintu yang pecah dan ledakan tersebut mengeluarkan asap
putih yang keluar dari jendela dan aroma bau terbakar tercium.
Potensi bahaya yang terjadi di laboratorium kimia diantaranya saat pengambilan
reagen dari lemari asam potensi bahaya yang terjadi seperti keracunan, sesak nafas, iritasi
mata, iritasi kulit, dan luka bakar. Kemudian pada saat pengisian buret potensi bahaya
yang terjadi sepeti luka, iritasi mata, dan tertelan bahan kimia. Penggunaan oven dan
kompor potensi bahaya yang ada seperti terpapar panas, kebakaran, penggunaan gelas
ukur yang sudah menggumpal mengakibatkan luka gores. Pengambilan reakgen dari
lemari/gudang penyimpanan bahan kimia potensi bahaya yang terjadi ada pusing, mual,
sakit tenggorokan, iritasi mata, dan sesak nafas (Amanah, 2011).
Upaya penganggulangan potensi bahaya antara lain dengan cara administrasi
pembuatan prosedur K3 manual, engeneering/rekayasa seperti pemasangan alarm pada
lemari asam, subtitusi dengan penggantian alat yang sudah pecah dengan alat yang baru,
mengganti bahan kimia yang berbahaya/berisiko dengan bahan kimia yang tidak terlalu
berbahaya namun Dinda Nur Syakbania dan Anik Setyo Wahyuningsih/Program
Keselamatan dan/HIGEIA 1 (2) (2017) 52 dengan fungsi yang sama dan penggunaan alat
pelindung diri (Amanah, 2011).
3
BAB II
PEMBAHASAN
Lebih lanjut Sudaryanto (1998 : 7) menyatakan peranan dan fungsi laboratorium ada
tiga, yaitu sebagai (1) sumber belajar, artinya lab digunakan untuk memecahkan masalah
yang berkaitan dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor atau melakukan percobaan, (2)
metode pendidikan, meliputi metode pengamatan dan metode percobaan, dan (3) sarana
penelitian, tempat dilakukannya berbagai penelitian sehingga terbentuk pribadi peserta didik
yang bersikap ilmiah.
4
2.1.2Definisi patient safety
Safety Patient atau keselamatan pasien adalah upaya yang dilakukan di pelayanan
kesehatan untuk mencegah terjadinya cidera dan tindakan yang tidak seharusnya dilakukan
pada pasien. Keselamatan pasien merupakan indikator yang paling utama dalam sistem
pelayanan kesehatan, yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam menghasilkan pelayanan
kesehatan yang optimal dan mengurangi insiden bagi pasien (Canadian Patient Safety
Institute, 2017). Menurut Kemenkes RI (2015), keselamatan pasien (patient safety) adalah
suatu sistem yang memastikan asuhan pada pasien jauh lebih aman. Sistem tersebut meliputi
pengkajian risiko, identifikasi insiden, pengelolaan insiden, pelaporan atau analisis insiden,
serta implementasi dan tindak lanjut suatu insiden untuk meminimalkan terjadinya risiko.
Sistem tersebut dimaksudkan untuk menjadi cara yang efektif untuk mencegah terjadinya
cidera atau insiden pada pasien yang disebabkan oleh kesalahan tindakan.
Insiden keselamatan pasien adalah semua kejadian atau situasi yang berpotensi atau
mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian, kerugian dan lain-lain), hal tersebut
dapat dicegah bahkan seharusnya tidak terjadi karena sudah dikategorikan sebagai suatu
disiplin. Dalam Permenkes RI No. 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit, insiden keselamatan pasien adalah segala sesuatu yang terjadi secara
sengaja atau tidak sengaja dan kondisi mengakibatkan atau berpotensi untuk menimbulkan
cidera pada pasien, yang terdiri dari Kejadian tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris
Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC). Insiden
keselamatan pasien sewaktu-waktu dapat terjadi tanpa direncanakan yang dapat
membahayakan pasien dan tidak terpenuhi outcome dalam penyembuhan pasien.
A. Zaman Perbudakan
5
Regerings Reglement (RR) tahun 1818 (semacam Undang-undang Dasar Hindia
Belanda) pada pasal 115 memerintahkan supaya diadakan peraturan-peraturan mengenai
perlakuan terhadap keluarga budak. Peraturan pelaksananya dimuat dalam Staatsblad 1825
No.44 ditetapkan bahwa :
Harus dijaga agar anggota-anggota keluarga budak bertempat tinggal
Bersama-sama, maksudnya seorang budak yang telah berkeluarga tidak
Boleh dipisahkan dari istri dan anaknya.
Para pemilik diwajibkan bertindak baik terhadap para budak mereka.
Penganiayaan seorang budak diancam dengan pidana berupa denda antara
Rp.10,00 dan Rp.500,00 dan pidana lain yang dijatuhkan oleh pengadilan
Untuk penganiayaan biasa.
B. Zaman Rodi
Zaman rodi atau kerja paksa ini berlaku bersamaan dengan zaman perbudakan dan
berakhir resminya di Jawa dan Madura pada tanggal 1 Februari 1938, kecuali di tanah
partikelir yang baru dihapuskan pada tahun 1946 oleh Coamacab (Commando Officer Allied
Military Administration, Civil Affairs Branch) dalam Noodverordening Particuliere
Landrijen 1946 Java en Madura
C. Peonale Sanksi
Zaman poenale sanksi meliputi antara tahun 1872 dan 1879 serta antara masa 1880
dan 1941, berakhir pada tanggal 1 Januari 1942.
D. Zaman Modern
Setelah kemerdekaan pula yang pertama-tama menjadi perhatian pemerintah adalah
masalah kesehatan kerja. Sewaktu Imdonesia masih berbentuk serikat beribukota di
Yogyakarta pada tannga 20 April 1948 mengundangkan Undang-undang No.12 Tahun 1948
tentang kerja. Setelah Indonesia berbentuk Negara kesatuan UU No.12 tahun 1948 ini di
berlakukan ke seluruh wilayah Indonesia dengan UU No.2 Tahun 1951. Undang-undang
pokok kerja ini mamuat aturan dasar mengenai :
Pekerjaan anak
Pekerjaan orang muda
Pekerjaan wanita
6
Waktu kerja, istirahat, dan mengaso
5. Memperdalam pengetahuan.
7
2.3.2 Tujuan Patient Safety
Tujuan utama pengembangan program patient safety di rumah sakit dan fasyankes
lainnya adalah terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak
diharapkan (KTD) di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Pada hakekatnya program keselamatan pasien harus meliputi tiga hal: pertama,
perubahan budaya yaitu perubahan dari mencari kesalahan personal menjadi mencari
kesalahan sistem. Tujuan dari perubahan budaya adalah transparansi. Kedua, perubahan
proses. Proses memerlukan standarisasi dan meminimalisir variasi guna meningkatkan
kualitas pelayanan dan menurunkan KTD. Ketiga , mengukur proses. Proses harus dapat
diukur apakah sudah baik atau belum (Frankel, Gandhi and Bates, 2003 dalam Rusmi Sari
Tajuddin).
Tujuan patient safety menurut Kebijakan Depkes tentang keselamatan pasien sakit
antara lain: (Ariyani 2009) adalah:
8
memiliki satu ruang khusus penyimpanan alat gelas (alat kategori 1) dan satu ruang
khusus tempat penyimpanan instrumentasi kategori 2 (elektronik). Adapun
instrumentasi kategori 2 yang tersedia di laboratorium kimia anorganik adalah
konduktometer, water bath, dan hot plate Stirrer
Laboratorium kimia anorganik dilengkapi dengan papan tulis dan perangkat
sumber listrik yang dapat digunakan untuk media penyampaian materi praktikum.
Laboratorium kimia anorganik juga memiliki sirkulasi udara yang baik, karena
dilengkapi 3 unit jendela dan exhaust sentral. Sistem pengairan di laboratorium kimia
anorganik juga sangat baik karena adanya instalasi mesin Reverse Osmosis Water.
Dalam hal K3, laboratorium kimia anorganik juga memiliki fasilitas yang memadai,
seperti kotak P3K dan perangkat eye washer serta safety shower yang dapat
digunakan ketika terjadi kecelakan kerja saat praktikum berlangsung, serta terdapat
system deteksi asap yang akan berfungsi ketika suatu keadaan darurat terjadi
(kebakaran). Terakhir, keamanan civitas akademika laboratorium kimia juga akan
terjamin karena telah dilengkapinya kamera cctv di dalam setiap laboratorium kimia.
9
Adapun tujuan dari laboratorium Kimia Organik yaitu agar mahasiswa mampu
mengidentifikasi senyawa-senyawa organik, memahami sintesa senyawa-senyawa
organik serta mampu mengisolasi senyawa bahan alam.
10
empat bench meja kerja (praktikum), satu unit lemari asam / Fume Hood dengan
spesifikasi modern (otomatisasi dalam mekanisme penggunaanya) dan memiliki dua
rak tempat meletakkan bahan kimia kebutuhan dari praktikum kimia dasar. Selain itu,
laboratorium kimia dasar juga memiliki satu ruang khusus penyimpanan alat gelas
(alat kategori 1) dan satu ruang khusus tempat preparasi bahan kimia. Laboratorium
kimia dasar dilengkapi dengan papan tulis dan perangkat sumber listrik yang dapat
digunakan untuk media penyampaian materi praktikum.
Laboratorium kimia dasar juga memiliki sirkulasi udara yang baik, karena
dilengkapi 3 unit jendela dan exhaust sentral. Sistem pengairan di laboratorium kimia
dasar juga sangat baik karena adanya instalasi mesin Reverse Osmosis Water. Dalam
hal K3, laboratorium kimia dasar juga memiliki fasilitas yang memadai, seperti kotak
P3K dan perangkat eye washer serta safety shower yang dapat digunakan ketika
terjadi kecelakan kerja saat praktikum berlangsung, serta terdapat system deteksi asap
yang akan berfungsi ketika suatu keadaan darurat terjadi (kebakaran). Terakhir,
keamanan civitas akademika laboratorium kimia juga akan terjamin karena telah
dilengkapinya kamera cctv di dalam setiap laboratorium kimia.
11
manual agar mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kimia klinik jika bekerja di
daerah terpencil.
Laboratorium kimia klinik membekali mahasiswa agar berkompetensi dalam
melakukan analisa dan mengintepretasikan serta menjamin validasi hasil pemeriksaan
kimia klinik untuk mendiagnosa suatu penyakit yang ada pada pasien.
F. Laboratorium Biokimia
Laboratorium biokimia adalah bentuk singkat dari laboratorium biokimia.
Sebuah laboratorium biasanya berisi bahan kimia, barang pecah belah, sentrifugal,
spektrometer, lemari udara aliran laminar dan peralatan lebih lanjut.
Fungsinya adalah untuk membuat eksperimen untuk membuktikan atau
menyangkal melalui “metode ilmiah” asumsi teoretis apa pun mengenai subjek
tertentu, atau untuk menyelidiki lebih lanjut subjek tersebut.
Karena biokimia adalah disiplin ilmu yang luas dan kompleks, laboratorium
akan dibentuk untuk merampingkan pekerjaan yang dilakukan – dengan beberapa
peralatan atau alat yang ada yang tidak akan ada di laboratorium yang lebih umum.
Contohnya adalah bahwa laboratorium yang diatur untuk manipulasi genetik DNA
akan sedikit berbeda dari laboratorium yang dibuat untuk isolasi alkaloid dari
tanaman – namun, kedua laboratorium akan berisi pengaturan dasar yang serupa.
Keselamatan / Safety adalah bebas dari bahaya atau risiko (hazard). Hazard / Bahaya
adalah suatu “Keadaan, Perubahan atau Tindakan” yang dapat meningkatkan risiko pada
pasien. Keadaan adalah setiap faktor yang berhubungan atau mempengaruhi suatu “Peristiwa
Keselamatan Pasien / Patient Safety Event, Agent atau Personal”. Agent adalah substansi,
obyek atau sistem yang menyebabkan perubahan.
A. Keselamatan Pasien / Patient Safety adalah pasien bebas dari harm / cedera yang tidak
seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera
fisik / sosial / psikologis, cacat, kematian dan lain-lain), terkait dengan pelayanan
kesehatan.
12
B. Yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu
rumah sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk di
dalamnya asesmen risiko, identifikasi, dan manajemen risiko terhadap pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti
insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya
risiko. (Penjelasan UU 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 43)
C. Keselamatan Pasien Rumah Sakit / Hospital Patient Safety adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
D. Harm / Cedera adalah dampak yang terjadi akibat gangguan struktur atau penurunan
fungsi tubuh dapat berupa fisik, sosial dan psikologis. Yang termasuk harm adalah :
“Penyakit, Cedera, Penderitaan, Cacat, dan Kematian”.
Penyakit / Disease : Disfungsi fisik atau psikis.
Cedera / Injury : Kerusakan jaringan yang diakibatkan agent / keadaan.
Penderitaan / Suffering : Pengalaman / gejala yang tidak menyenangkan
termasuk nyeri, mal-aise, mual, muntah, depresi, agitasi, dan ketakutan.
Cacat / Disability : Segala bentuk kerusakan struktur atau fungsi tubuh,
keterbatasan aktifitas dan atau restriksi dalam pergaulan sosial yang
berhubungan dengan harm yang terjadi sebelumnya atau saat ini.
E. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) / Patient Safety Incident adalah setiap kejadian
atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm / cedera
yang seharusnya tidak terjadi.
F. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event adalah suatu insiden yang
mengakibatkan harm / cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau
13
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil dan bukan karena penyakit
dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis yang
tidak dapat dicegah.
G. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss adalah suatu insiden yang tidak
menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena “keberuntungan” (misal:
pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), karena
“pencegahan” (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkan sebelum obat diberikan) atau “peringanan” (suatu obat
dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).
H. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi
tidak timbul cedera.
I. Kejadian Potensi Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
J. Kejadian Sentinel dimana pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera
yang terjadi (misal amputasi pada kaki yg salah, dan sebagainya) sehingga pecarian
fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku. Rumah sakit menetapkan definisi operasional
dari kejadian sentinel yang meliputi :
Kematian yang tidak diduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit
pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh, bunuh diri).
Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnya.
Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah.
Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang yang bukan orang
tuanya.
14
K. Laporan Insiden RS (Internal) adalah pelaporan tertulis setiap kejadian nyaris cedera
(KNC) atau kejadian tidak diharapkan (KTD) yang menimpa pasien atau kejadian lain
yang menimpa keluarga pengunjung, maupun karyawan yang terjadi di rumah sakit.
M. Faktor Kontributor adalah keadaan, tindakan atau faktor yang mempengaruhi dan
berperan dalam mengembangkan dan atau meningkatkan risiko suatu kejadian
(misalnya pembagian tugas yang tidak sesuai kebutuhan). Contoh :
Faktor kontributor diluar organisasi (eksternal).
Faktor kontributor dalam organisasi (internal) misal tidak adanya prosedur.
Faktor organisasi yang berhubungan dengan petugas (kognitif atau perilaku
petugas yang kurang, lemahnya supervisi, kurangnya team work atau
komunikasi).
Faktor kontributor yang berhubungan dengan keadaan pasien.
N. Medical Error adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Kesalahan
termasuk gagal melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana
yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (omission).
O. Analisis Akar Masalah / Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu proses yang
berulang yang sistematik dimana factor-faktor yang berkontribusi dalam suatu insiden
diidentifikasi dengan merekontruksi kronologis kejadian menggunakan pertanyaan
“kenapa” yang diulang hingga menemukan akar penyebabnya dan penjelasannya.
Pertanyaan “kenapa” harus ditanyakan hingga tim investigator mendapatkan fakta,
bukan hasil spekulasi.
15
2.5 SOP Laboratorium Kimia
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) LABORATORIUM KIMIA
Laboratorium Operasi Teknik Kimia merupakan fasilitas akademik Departemen
Teknik Kimia yang menyediakan pelayanan berupa penggunaan tempat, peralatan, bahan
habis pakai, dan kepakaran untuk keperluan praktikum, penelitian/ pengabdian kepada
masyarakat, dan jasa/analisis. Tujuan Memberikan panduan proses penggunaan
laboratorium untuk keperluan layanan praktikum, penelitian, dan jasa/analisis oleh para
pengguna
1. Kepala Laboratorium adalah dosen dari jurusan Teknik Kimia yang dipilih
dalam rapat jurusan dan ditetapkan oleh Dekan untuk mengepalai dan
mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang berlangsung di Laboratorium Kimia
5. Pengguna jasa adalah mahasiswa, dosen, dan pihak luar yang menggunakan
Laboratorium.
2. Tidak diizinkan memakai sandal, kaos oblong dan harus sudah langsung
memakai jas laboratorium, dan perlengkapan perlindungan pribadi (masker
dan sarung tangan).
16
3. Praktikan/pengguna wajib menandatangani daftar hadir yang telah
disediakan.
8. Peminjaman alat harus terlebih dahulu mengisi form peminjaman alat (Form
A) dan dibawah pengawasan asisten praktikum dan atau laboran.
10. Membaca dan memahami karakteristik bahan kimia yang digunakan dan
mengetahui dasar-dasar perlindungan diri dan penanggulangan bahaya yang
dapat terjadi selama praktikum.
17
2.5.3 SOP LAYANAN LABORATORIUM
A. Layanan Laboratorium untuk Praktikum
1. Peserta praktikum adalah mahasiswa yang telah terdaftar untuk mata kuliah
yang bersangkutan pada semester berjalan yang ditunjukkan dengan Kartu
Rencana Studi (KRS).
11. Laboran dan atau asisten praktikum mengecek kembali fasilitas dan
menganalisis kerusakan.
18
13. Kepala laboratorium menyampaikan laporan kepada ketua program studi
setelah akhir semester (laporan)
5. Pengguna harus sudah memahami cara pakai, prosedur peralatan yang akan
dipakai dan jika perlu bekerja bersama dengan Laboran atau kepala
laboratorium.
7. Pengguna yang memerlukan bantuan dari Laboran selama jam kerja untuk
melaksanakan penelitiannya, maka pengguna tersebut meminta izin kepada
Kepala Laboratorium. Apabila keperluan tersebut di luar jam kerja, pengguna
tersebut harus membayar jasa Laboran tersebut (dianggap lembur).
19
10. Pengguna menyiapkan dan mendapatkan izin untuk pengunaan fasilitas
dari asisten praktikum dan laboran dengan mengisi form A dan B.
13. Laboran dan atau asisten mengecek kembali fasilitas dan menganalisis
kerusakan. Laboratorium
20
1. Calon pengguna laboratorium mengajukan surat permohonan izin
penggunaan bahan habis pakai kepada Kepala Laboratorium.
2. Kepala Laboratorium memberikan surat izin penggunaan bahan habis pakai
laboratorium.
3. Kepala Laboratorium menugaskan laboran untuk menyiapkan dan mencatat
bahan habis pakai yang dibutuhkan.
4. Praktikan mempersiapkan bahan yang akan digunakan dan mengisi form A
dibawah pengawasan asisten laboratorium dan atau laboran. Laboratorium
Kimia
5. Setelah bahan selesai digunakan, praktikan mencatat jumlah bahan yang
digunakan pada form A.
6. Pengguna mengganti biaya pembelian bahan habis pakai yang telah
digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
21
Asisten Praktikum. Permohonan tersebut harus disampaikan paling lambat 1
hari sebelum praktikum dilaksanakan.
2. Asisten Praktikum menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan paling
lambat 1 hari sebelum praktikum dilaksanakan.
3. Asisten praktikum melakukan cek atas alat yang telah disediakan.
Laboratorium kimia
4. Bila ada kesalahan atau ketidaksesuaian antara daftar, jenis maupun jumlah
alat sebagaimana berkas peminjaman alat, segera melapor kepada Asisten
Praktikum.
5. Setelah memastikan peralatan dalam kondisi baik dan berfungsi
sebagaimana mestinya, serta spesifikasinya sesuai dengan berkas peminjaman
alat, asisten praktikum mengisi buku peminjaman alat.
6. Saat kegiatan praktikum berlangsung, peralatan tidak boleh dipinjamkan
atau dipindah ke tempat lain.
7. Setelah praktikum selesai, asisten praktikum menyerahkan kembali
peralatan dan Asisten Praktikum memeriksa kembali keadaan bahan dan alat
yang telah digunakan. Jika ada alat yang mengalami kerusakan atau hilang,
maka mahasiswa bertanggung jawab memperbaiki atau mengganti alat
tersebut. Mahasiswa bersangkutan mengisi Berita acara kerusakan/hilang dan
penggantian alat sesuai dengan kondisi awal sebelum meminjam
22
6. Pengguna mendapatkan alat sesuai dengan apa yang dipinjam dengan syarat
pengembalian alat harus sesuai dengan kondisi awal alat saat dipinjamkan. .
7. Jika alat telah selesai digunakan maka pengguna mengembalikan alat ke
asisten8. Asisten dan pengguna mengecek kondisi alat yang telah dipinjam,
bila kondisi alat tidak sesuai dengan kondisi awal maka pengguna wajib
mengganti alat lab tersebut yang sama dengan spesifikasi alat sebelumnya.
9. Bila kondisi alat sesuai dengan kondisi awal sebelum meminjam maka
lanjut ke langkah asisten menerima alat lab yang telah dipinjam.
10. Kartu identitas yang telah ditinggal di lab dikembalikan oleh asisten ke
pada pengguna.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Laboratorium merupakan salah satu tempat berkembangnya ilmu pengetahuan melalui
berbagai penelitan dan percobaan, dalam kegiatan penelitian/percobaan tentunya
menggunakan bermacam-macam jenis alat dan bahan kimia untuk menunjang kegitannya dan
beberapa fasilitas pendukung lainnya seperti air, gas, listrik dan almari asam tentunya alat,
bahan kimia dan fasilitas laboratorium beserta aktivitasnya sangat berpotensi dalam
menimbulkan terjadinya suatu kecelakaan (Amanah, 2011).
3.2 Saran
Melalui penulisan makalah ini, maka penulis memberikan saran kepada seluruh pembca
terkhusus rekan – rekan yang ikut serta dalam kegiatan di Laboratorium agar:
Sekiranya dapat mengutamakan keselamatan diri sendiri dan orang lain selama
kegiatan berlangsung.
Mendahulukan untuk memastikan seluruh sarana dan prasarana di laboratorium
terkondisi baik sehingga aman saat di adakannya penelitian atau percobaan.
Saat memasuki laboratorium kimia sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan yang ada
agar terhindar dari bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan di dalam laboratorium.
Dalam melakukan praktikum sebaiknya praktikum didampingi dengan dosen
pembimbing.
Apabila terjadi kecelakaan kerja sebaiknya langsung melakukan pertolongan pertama
pada korban.
24
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan Direktorat. 2020 “ Workshop Nasional Keselamatan Pasien dan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi”
http://sirs.yankes.kemkes.go.id/sp2rs/home.php#:~:text=Tujuan%20utama%20penge
mbangan%20program%20patient,sakit%2C%20dan%20terlaksananya%20program%
2Dprogram Di akses pada tanggal 23 September 2022 Pukul 18.21 WITA
25