Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

K3 DI LABORATORIUM KIMIA & PATIENT SAFETY

Dosen Pengampu : Mulyadi, S.Si.,M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 1

1. Nur Hazanah (P00341022013)


2. Serwinda Hildawati W. Pendahi (P00341022043)
3. Ni Putu Diah Ayu Wulan. M (P00341022001)
4. Andi Natasya Salza Nabila (P00341022007)
5. Andi Sriwahyuni (P00341022019)
6. Ayu Cacah Aminah (P00341022025)
7. Felisha Diandra Yulianti (P00341022037)
8. Nurfinaul Husna (P00341022031)
9. Novi Nilamsari (P00341022049)

D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS POLTEKKES KEMENKES


KENDARI
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “K3 di Laboratorium Kimia”. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi tugas K3 & Patient Safety

Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada


setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian tugas
ini hingga selesainya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna
serta kesalahan yang kami yakini diluar batas kemampuan kami. Maka dari itu kami dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Kendari, 24 September 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ ii
BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 3
BAB II .................................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 4
2.1 Definisi Laboratorium Kimia dan Patient Safety ........................................................................ 4
2.1.1 .Definisi Laboratorium Kimia ............................................................................................. 4
2.1.2Definisi patient safety ........................................................................................................... 5
2.2 Sejarah K3 di Indonesia .............................................................................................................. 5
2.3 Tujuan Laboratorium Kimia dan Patient Safety .......................................................................... 7
2.3.1 Tujuan K3 Laboratoriumm ................................................................................................... 7
2.3.2 Tujuan Patient Safety ........................................................................................................... 8
2.4 Jenis-jenis Laboratorium Kimia dan Patient Safety............................................................... 8
2.4.1 Jenis-jenis Laboratorium ............................................................................................... 8
2.4.2 Jenis-jenis Patient Safety ............................................................................................. 12
2.5 SOP Laboratorium Kimia.................................................................................................... 16
2.5.1 DEFINISI ISTILAH .......................................................................................................... 16
2.5.2 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ............................................................ 16
2.5.3 SOP LAYANAN LABORATORIUM ............................................................................... 18
2.5.4 SOP PENGGUNAAN BAHAN HABIS PAKAI ............................................................... 20
2.5.5 SOP PENGGUNAAN DAN PEMINJAMAN ALAT ........................................................ 21
BAB III ............................................................................................................................................... 24
PENUTUP .......................................................................................................................................... 24
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 24
3.2 Saran ......................................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk tertinggi di dunia,
jumlah yang tinggi ini pula diimbangi dengan tingginya jumlah pekerja dimana mencapai
114,63 juta orang, sebanyak 42,38 juta orang (36,97%) bekerja pada sektor formal dan
72,25 juta orang (63,03%) bekerja pada sektor informal (Badan Pusat Statistik, 2014).
Berdasarkan ILO tahun 2016 setiap 15 detik, seorang pekerja meninggal dari kecelakaan
kerja atau penyakit. Setiap 15 detik, 153 pekerja mengalami kecelakaan yang
berhubungan dengan pekerjaan. Setiap hari, 6300 orang meninggal akibat kecelakaan
kerja atau penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan lebih dari 2,3 juta kematian
pertahun.
Dengan tingginya kasus tersebut maka diperlukannya penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), K3 merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang
memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang berada di sektor formal
maupun yang berada di sektor informal (Depkes RI, 2003). Perlindungan tenaga kerja
meliputi aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan keselamatan, peliharaan moral kerja
serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Tenaga kerja
harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal disekitarnya dan pada dirinya yang
dapat menimpa dan menggganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya.
Keselamatan pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia dan menjadi naluri dari
setiap makhluk hidup. Kondisi perburuhan yang buruk dan angka kecelakaan yang tinggi
mendorong berbagai kalangan untuk berupaya meningkatkan perlindungan bagi tenaga
kerja (Fitriana dan Anik, 2017).
Menurut Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 ayat 1 menunjukan bahwa dengan
perumusan ini ruang lingkup bagi berlakunya undang-undang ini jelas ditentukan oleh 3
unsur yaitu tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha, adanya tenaga kerja
yang bekerja disana, adanya bahaya di tempat kerja itu. Tempat kerja atau usaha-usaha
yang dimaksud dalam undang-undang tidak harus selalu mempunyai motif ekonomi atau
motif keuntungan, tetapi dapat merupakan usaha usaha sosial seperti sekolah kejuruan,

1
usaha rekreasi dan dirumah-rumah sakit, dimana dipergunakan instalasi-instalasi listrik
dan mekanik yang berbahaya (Pemerintah RI, 1970).
Laboratorium merupakan salah satu tempat berkembangnya ilmu pengetahuan melalui
berbagai penelitan dan percobaan, dalam kegiatan penelitian/percobaan tentunya
menggunakan bermacam-macam jenis alat dan bahan kimia untuk menunjang kegitannya
dan beberapa fasilitas pendukung lainnya seperti air, gas, listrik dan almari asam tentunya
alat, bahan kimia dan fasilitas laboratorium beserta aktivitasnya sangat berpotensi dalam
menimbulkan terjadinya suatu kecelakaan (Amanah, 2011).
Kondisi sarana prasarana laboratorium pada masing-masing institusi berbeda-beda.
Dimana ada Institusi yang memiliki kondisi laboratorium yang lengkap, namun ada
Institusi lain yang memiliki kondisi laboratorium sangat minim. Hal ini akan
mempengaruhi kualitas proses pembelajaran praktik di laboratorium. Kesenjangan yang
terjadi ini akibat tidak adanya standar laboratorium pendidikan tenaga kesehatan. Oleh
karena itu perlu disusun standar laboratorium agar lulusan yang dihasilkan mempunyai
kompetensi sesuai yang akan dicapai dalam kurikulum.
Dalam rangka peningkatan mutu dan akuntabilitas pendidikan tenaga kesehatan yang
mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan nasional dan global perlu disiapkan
acuan bagi institusi pendidikan tenaga kesehatan (Diknakes), berupa Standar
Laboratorium Pendidikan Tenaga Kesehatan, agar Laboratorium di institusi pendidikan
terstandar untuk menunjang proses pembelajaran yang berkesinambungan (Kemekes,
2010). Selain itu juga di lihat dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 605/MENKES/SKNI1 tahun 2008 tentang Standar Balai Laboratorium Kesehatan
dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan yang bertujuan supaya setiap laboratorium
memiliki standar yang baik. Standar tersebut meliputi standar ketenagaan, standar sarana,
prasarana dan alat, standar media dan reagen, keselamatan dan kesehatan kerja
laboratorium serta pencatatan dan pelaporan (Kemenkes, 2008).
Contoh kecelakaan kerja di laboratorium kimia seperti yang di akses dari Metro
Sindonews tanggal 14 April 2016 terjadi ledakan di Laboratorium Kimia, lantai 2 Gedung
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) Depok diduga kuat karena keteledoran
mahasiswa yang lupa mengontrol suhu labu destilasi hingga mencapai 100 derajat celcius
dan mengering sehingga mengakibatkan 15 mahasiswa terluka, dan yang dikutip dari
Antaranews tanggal 14 April 2016 terjadi insiden kecelakaan kerja ledakan pada seorang
ahli kimia di Gedung Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri. Ledakan terjadi saat
sedang bekerja, tiba-tiba tangki berukuran tiga liter yang digunakan memanaskan untuk

2
analisa logam meledak. Ledakan ini mengakibatkan ahli kimia tersebut mengalami luka
bakar pada bagian tangan dan bajunya karena hembusan api kecil, selain itu juga
menyebabkan kerusakan kaca pintu yang pecah dan ledakan tersebut mengeluarkan asap
putih yang keluar dari jendela dan aroma bau terbakar tercium.
Potensi bahaya yang terjadi di laboratorium kimia diantaranya saat pengambilan
reagen dari lemari asam potensi bahaya yang terjadi seperti keracunan, sesak nafas, iritasi
mata, iritasi kulit, dan luka bakar. Kemudian pada saat pengisian buret potensi bahaya
yang terjadi sepeti luka, iritasi mata, dan tertelan bahan kimia. Penggunaan oven dan
kompor potensi bahaya yang ada seperti terpapar panas, kebakaran, penggunaan gelas
ukur yang sudah menggumpal mengakibatkan luka gores. Pengambilan reakgen dari
lemari/gudang penyimpanan bahan kimia potensi bahaya yang terjadi ada pusing, mual,
sakit tenggorokan, iritasi mata, dan sesak nafas (Amanah, 2011).
Upaya penganggulangan potensi bahaya antara lain dengan cara administrasi
pembuatan prosedur K3 manual, engeneering/rekayasa seperti pemasangan alarm pada
lemari asam, subtitusi dengan penggantian alat yang sudah pecah dengan alat yang baru,
mengganti bahan kimia yang berbahaya/berisiko dengan bahan kimia yang tidak terlalu
berbahaya namun Dinda Nur Syakbania dan Anik Setyo Wahyuningsih/Program
Keselamatan dan/HIGEIA 1 (2) (2017) 52 dengan fungsi yang sama dan penggunaan alat
pelindung diri (Amanah, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


1. Menjelaskan bagaimana K3 di Laboratorium kimia & Patient Safety
2. Bagaimana sejarah K3 di Indonesia
3. Apa saja tujuan adanya Laboratorium Kimia dan Patient Safety
4. Bagaimana Pembagian/jenis-jenis Laboratorium Kimia
5. Apa saja SOP didalam Laboratorium Kimia dan Patient Safety

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Laboratorium Kimia dan Patient Safety

2.1.1 .Definisi Laboratorium Kimia


Secara sempit laboratorium diartikan sebagai ruangan yang dibatasi oleh dinding yang
di dalamnya terdapat alat-alat dan bahan-bahan beraneka ragam yang dapat digunakan untuk
melakukan eksperimen (Subiyanto, 1998 : 79). Sudaryanto (1998 : 2) mendefinisikan
laboratorium sebagai salah satu sarana pendidikan IPA, sebagai tempat peserta didik berlatih
dan kontak dengan objek yang dipelajari secara langsung, baik melalui pengamatan maupun
percobaan.

Lebih lanjut Sudaryanto (1998 : 7) menyatakan peranan dan fungsi laboratorium ada
tiga, yaitu sebagai (1) sumber belajar, artinya lab digunakan untuk memecahkan masalah
yang berkaitan dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor atau melakukan percobaan, (2)
metode pendidikan, meliputi metode pengamatan dan metode percobaan, dan (3) sarana
penelitian, tempat dilakukannya berbagai penelitian sehingga terbentuk pribadi peserta didik
yang bersikap ilmiah.

Secara lebih umum laboratorium diartikan sebagai suatu tempat dilakukannya


percobaan dan penelitian (Depdikbud, 1994 : 7). Pengertian ini bermakna lebih luas, karena
tidak membatasi laboratorium sebagai suatu ruangan, artinya kebun, lapangan, ruang
terbukapun dapat menjadi laboratorium. Secara lebih umum laboratorium diartikan sebagai
suatu tempat dilakukannya percobaan dan penelitian (Depdikbud, 1994 : 7). Pengertian ini
bermakna lebih luas, karena tidak membatasi laboratorium sebagai suatu ruangan, artinya
kebun, lapangan, ruang terbukapun dapat menjadi laboratorium.

Laboratorium kimia adalah laboratorium yang digunakan untuk melaksanakan keiatan


praktikum yang berhubungan dengan analisa kimia kualitatif (kimia organik, kimia
anorganik, dan biokimia) dan kimia kuantitatif (Penetapan kadar unsur maupun senyawa, uji
mutu maupun quality control).

4
2.1.2Definisi patient safety
Safety Patient atau keselamatan pasien adalah upaya yang dilakukan di pelayanan
kesehatan untuk mencegah terjadinya cidera dan tindakan yang tidak seharusnya dilakukan
pada pasien. Keselamatan pasien merupakan indikator yang paling utama dalam sistem
pelayanan kesehatan, yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam menghasilkan pelayanan
kesehatan yang optimal dan mengurangi insiden bagi pasien (Canadian Patient Safety
Institute, 2017). Menurut Kemenkes RI (2015), keselamatan pasien (patient safety) adalah
suatu sistem yang memastikan asuhan pada pasien jauh lebih aman. Sistem tersebut meliputi
pengkajian risiko, identifikasi insiden, pengelolaan insiden, pelaporan atau analisis insiden,
serta implementasi dan tindak lanjut suatu insiden untuk meminimalkan terjadinya risiko.
Sistem tersebut dimaksudkan untuk menjadi cara yang efektif untuk mencegah terjadinya
cidera atau insiden pada pasien yang disebabkan oleh kesalahan tindakan.

Insiden keselamatan pasien adalah semua kejadian atau situasi yang berpotensi atau
mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian, kerugian dan lain-lain), hal tersebut
dapat dicegah bahkan seharusnya tidak terjadi karena sudah dikategorikan sebagai suatu
disiplin. Dalam Permenkes RI No. 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit, insiden keselamatan pasien adalah segala sesuatu yang terjadi secara
sengaja atau tidak sengaja dan kondisi mengakibatkan atau berpotensi untuk menimbulkan
cidera pada pasien, yang terdiri dari Kejadian tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris
Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC). Insiden
keselamatan pasien sewaktu-waktu dapat terjadi tanpa direncanakan yang dapat
membahayakan pasien dan tidak terpenuhi outcome dalam penyembuhan pasien.

2.2 Sejarah K3 di Indonesia


Dengan memperhatikan keadaan hukum kerja di zaman prakemerdekaan, tentunya
dapat diperkirakan bagaimana riwayat kesehatan kerja ini. Perbudakan, perhambaan, rodi,
dan poenale sanksi yang mewarnai hubungan kerja di zaman itu menunjukkan pula
kurangnya perhatian pemerintah Hindia Belanda akan kesehatan kerja. Hal yang dicari pada
saat itu adalah pengeksplotasian tenaga kerja secara penuh demi kepentingan pihak penjajah,
sedangkan kepentingan tenaga kerja tidak diperhatikan sama sekali.

A. Zaman Perbudakan

5
Regerings Reglement (RR) tahun 1818 (semacam Undang-undang Dasar Hindia
Belanda) pada pasal 115 memerintahkan supaya diadakan peraturan-peraturan mengenai
perlakuan terhadap keluarga budak. Peraturan pelaksananya dimuat dalam Staatsblad 1825
No.44 ditetapkan bahwa :
 Harus dijaga agar anggota-anggota keluarga budak bertempat tinggal
 Bersama-sama, maksudnya seorang budak yang telah berkeluarga tidak
 Boleh dipisahkan dari istri dan anaknya.
 Para pemilik diwajibkan bertindak baik terhadap para budak mereka.
 Penganiayaan seorang budak diancam dengan pidana berupa denda antara
 Rp.10,00 dan Rp.500,00 dan pidana lain yang dijatuhkan oleh pengadilan
 Untuk penganiayaan biasa.

B. Zaman Rodi
Zaman rodi atau kerja paksa ini berlaku bersamaan dengan zaman perbudakan dan
berakhir resminya di Jawa dan Madura pada tanggal 1 Februari 1938, kecuali di tanah
partikelir yang baru dihapuskan pada tahun 1946 oleh Coamacab (Commando Officer Allied
Military Administration, Civil Affairs Branch) dalam Noodverordening Particuliere
Landrijen 1946 Java en Madura

C. Peonale Sanksi
Zaman poenale sanksi meliputi antara tahun 1872 dan 1879 serta antara masa 1880
dan 1941, berakhir pada tanggal 1 Januari 1942.

D. Zaman Modern
Setelah kemerdekaan pula yang pertama-tama menjadi perhatian pemerintah adalah
masalah kesehatan kerja. Sewaktu Imdonesia masih berbentuk serikat beribukota di
Yogyakarta pada tannga 20 April 1948 mengundangkan Undang-undang No.12 Tahun 1948
tentang kerja. Setelah Indonesia berbentuk Negara kesatuan UU No.12 tahun 1948 ini di
berlakukan ke seluruh wilayah Indonesia dengan UU No.2 Tahun 1951. Undang-undang
pokok kerja ini mamuat aturan dasar mengenai :
 Pekerjaan anak
 Pekerjaan orang muda
 Pekerjaan wanita

6
 Waktu kerja, istirahat, dan mengaso

2.3 Tujuan Laboratorium Kimia dan Patient Safety

2.3.1 Tujuan K3 Laboratoriumm


Laboratorium sendiri merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang sangat
penting dan berkaitan dengan teknologi peralatan yang padat modal dan padat pakar, juga
berkaitan dengan ketepatan terapi. Selain itu laboratorium merupakan unit yang dituntut
untuk memberikan pelayanan yang bermutu untuk menjamin keselamatan pasien serta
kepuasan pelanggan.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya laboratorium merupakan unit yang


berkaitan dan alat dan bahan kimiawi yang berbahaya, sehingga sangat diperlukan adanya
prosedur K3 demi menciptakan pelayanan baik dan menjamin keselamatan.

Tujuan penggunaan laboratorium kimia bagi Mahasiswa antara lain :

1. Mengembangkan keterampilan (pengamatan, pencatatan data, penggunaan alat, dan


pembuatan alat sederhana).

2. Melatih bekerja cermat serta mengenal batas-batas kemampuan pengukuran lab.

3. Melatih ketelitian mencatat dan kejelasan melaporkan hasil percobaan.

4. Melatih daya berpikir kritis analitis melalui penafsiran eksperimen.

5. Memperdalam pengetahuan.

6. Mengembangkan kejujuran dan rasa tanggungjawab.

7. Melatih merencanakan dan melaksanakan percobaan lebih lanjut dengan menggunakan


alat-alat dan bahan-bahan yang ada.

8. Memberikan pengalaman untuk mengamati, mengukur, mencatat, menghitung, mene-


rangkan, dan menarik kesimpulan.

7
2.3.2 Tujuan Patient Safety
Tujuan utama pengembangan program patient safety di rumah sakit dan fasyankes
lainnya adalah terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak
diharapkan (KTD) di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

Pada hakekatnya program keselamatan pasien harus meliputi tiga hal: pertama,
perubahan budaya yaitu perubahan dari mencari kesalahan personal menjadi mencari
kesalahan sistem. Tujuan dari perubahan budaya adalah transparansi. Kedua, perubahan
proses. Proses memerlukan standarisasi dan meminimalisir variasi guna meningkatkan
kualitas pelayanan dan menurunkan KTD. Ketiga , mengukur proses. Proses harus dapat
diukur apakah sudah baik atau belum (Frankel, Gandhi and Bates, 2003 dalam Rusmi Sari
Tajuddin).

Tujuan patient safety menurut Kebijakan Depkes tentang keselamatan pasien sakit
antara lain: (Ariyani 2009) adalah:

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit

b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.

c. Menurunnya Kejadian Tak Diharapkan (KTD)

d. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD

2.4 Jenis-jenis Laboratorium Kimia dan Patient Safety


2.4.1 Jenis-jenis Laboratorium
A. Laboratorium kimia anorganik
Laboratorium kimia anorganik merupakan suatu tempat atau sarana yang
dilengkapi dengan alat dan bahan kimia yang spesifik guna menunjang pembelajaran
bidang kimia anorganik. Laboratorium kimia anorganik memiliki fasilitas penunjang
yang telah memenuhi kriteria laboratorium kimia yang ideal. Laboratorium kimia
anorganik memiliki empat bench meja kerja (praktikum), satu unit lemari asam /
Fume Hood dengan dan memiliki satu rak tempat meletakkan bahan kimia kebutuhan
dari praktikum kimia anorganik. Selain itu, laboratorium kimia anorganik juga

8
memiliki satu ruang khusus penyimpanan alat gelas (alat kategori 1) dan satu ruang
khusus tempat penyimpanan instrumentasi kategori 2 (elektronik). Adapun
instrumentasi kategori 2 yang tersedia di laboratorium kimia anorganik adalah
konduktometer, water bath, dan hot plate Stirrer
Laboratorium kimia anorganik dilengkapi dengan papan tulis dan perangkat
sumber listrik yang dapat digunakan untuk media penyampaian materi praktikum.
Laboratorium kimia anorganik juga memiliki sirkulasi udara yang baik, karena
dilengkapi 3 unit jendela dan exhaust sentral. Sistem pengairan di laboratorium kimia
anorganik juga sangat baik karena adanya instalasi mesin Reverse Osmosis Water.
Dalam hal K3, laboratorium kimia anorganik juga memiliki fasilitas yang memadai,
seperti kotak P3K dan perangkat eye washer serta safety shower yang dapat
digunakan ketika terjadi kecelakan kerja saat praktikum berlangsung, serta terdapat
system deteksi asap yang akan berfungsi ketika suatu keadaan darurat terjadi
(kebakaran). Terakhir, keamanan civitas akademika laboratorium kimia juga akan
terjamin karena telah dilengkapinya kamera cctv di dalam setiap laboratorium kimia.

B. Laboratorium kimia organik


Laboratorium Kimia Organik merupakan salah satu komponen praktikum
yang terintegrasi di dalam mata kuliah Kimia Organik yang dilaksanakan pada
semester II. Fungsi utama Laboratorium Kimia Organik adalah melaksanakan layanan
pendidikan bidang Kimia Organik serta penelitian dalam rangka meningkatkan
kualitas hasil pembelajaran. Laboratorium Kimia Organik juga mengembangkan
penelitian berbasis bahan alami yang berpotensi untuk kebutuhan bidang material.
Adapun empat materi yang dijalankan yaitu identifikasi gugus fungsional senyawa
organik, sintesa senyawa-senyawa organik (nitrasi dan substitusi), dan isolasi
komponen-komponen bahan alam. Kegiatan di laboratorium ini didukung beberapa
peralatan diantaranya hot plate, centrifuge, pompa vakum, oven, ultrasound,
waterbath, stirrer, termometer dan beberapa alat gelas seperti labu leher tiga,
erlenmeyer, gelas ukur, Beaker glass dan sebagainya. Kegiatan Pelaksanaan
praktikum rutin dilaksanakan setiap hari Rabu dan Sabtu pada jadwalnya, dimana
mahasiswa akan dibagi beberapa kelompok untuk melaksanakan praktikum
percobaan. Pelaksanaan percobaan dibantu oleh asisten-asisten yang membimbing
praktikan agar dapat melaksanakan percobaan

9
Adapun tujuan dari laboratorium Kimia Organik yaitu agar mahasiswa mampu
mengidentifikasi senyawa-senyawa organik, memahami sintesa senyawa-senyawa
organik serta mampu mengisolasi senyawa bahan alam.

C. Laboratorium kimia analitik.


Laboratorium kimia analitik merupakan suatu tempat atau sarana yang
dilengkapi dengan alat dan bahan kimia yang spesifik guna menunjang pembelajaran
bidang kimia analitik. Laboratorium kimia analitik memiliki fasilitas penunjang yang
telah memenuhi kriteria laboratorium kimia yang ideal. Laboratorium kimia analitik
memiliki empat bench meja kerja (praktikum), satu unit lemari asam / Fume Hood
dengan dan memiliki satu rak tempat meletakkan bahan kimia kebutuhan dari
praktikum kimia analitik. Selain itu, laboratorium kimia analitik juga memiliki satu
ruang khusus penyimpanan alat gelas (alat kategori 1) dan satu ruang khusus tempat
penyimpanan instrumentasi kategori 2 (elektronik). Adapun instrumentasi kategori 2
yang tersedia di laboratorium kimia analtik adalah neraca analitik, neraca teknis,
electrical furnace dan spektrofotometer UV-Visible.

Laboratorium kimia analitik dilengkapi dengan papan tulis dan perangkat


sumber listrik yang dapat digunakan untuk media penyampaian materi praktikum.
Laboratorium kimia analitik juga memiliki sirkulasi udara yang baik, karena
dilengkapi 2 unit jendela dan exhaust sentral. Sistem pengairan di laboratorium kimia
analitik juga sangat baik karena adanya instalasi mesin Reverse Osmosis Water.
Dalam hal K3, laboratorium kimia analitik juga memiliki fasilitas yang memadai,
seperti kotak P3K dan perangkat eyel washer serta safety shower yang dapat
digunakan ketika terjadi kecelakan kerja saat praktikum berlangsung, serta terdapat
system deteksi asap yang akan berfungsi ketika suatu keadaan darurat terjadi
(kebakaran). Terakhir, keamanan civitas akademika laboratorium kimia juga akan
terjamin karena telah dilengkapinya kamera cctv di dalam setiap laboratorium kimia.

D. Laboratorium Kimia Dasar


Laboratorium kimia dasar merupakan suatu tempat atau sarana yang
dilengkapi dengan alat dan bahan kimia yang spesifik guna menunjang pembelajaran
bidang kimia dasar. Laboratorium kimia dasar memiliki fasilitas penunjang yang telah
memenuhi kriteria laboratorium kimia yang ideal. Laboratorium kimia dasar memiliki

10
empat bench meja kerja (praktikum), satu unit lemari asam / Fume Hood dengan
spesifikasi modern (otomatisasi dalam mekanisme penggunaanya) dan memiliki dua
rak tempat meletakkan bahan kimia kebutuhan dari praktikum kimia dasar. Selain itu,
laboratorium kimia dasar juga memiliki satu ruang khusus penyimpanan alat gelas
(alat kategori 1) dan satu ruang khusus tempat preparasi bahan kimia. Laboratorium
kimia dasar dilengkapi dengan papan tulis dan perangkat sumber listrik yang dapat
digunakan untuk media penyampaian materi praktikum.

Laboratorium kimia dasar juga memiliki sirkulasi udara yang baik, karena
dilengkapi 3 unit jendela dan exhaust sentral. Sistem pengairan di laboratorium kimia
dasar juga sangat baik karena adanya instalasi mesin Reverse Osmosis Water. Dalam
hal K3, laboratorium kimia dasar juga memiliki fasilitas yang memadai, seperti kotak
P3K dan perangkat eye washer serta safety shower yang dapat digunakan ketika
terjadi kecelakan kerja saat praktikum berlangsung, serta terdapat system deteksi asap
yang akan berfungsi ketika suatu keadaan darurat terjadi (kebakaran). Terakhir,
keamanan civitas akademika laboratorium kimia juga akan terjamin karena telah
dilengkapinya kamera cctv di dalam setiap laboratorium kimia.

E. Laboratorium Kimia Klinik


Laboratorium Kimia Klinik merupakan salah satu laboratorium yang
digunakan mahasiswa untuk menganalisa zat-zat kimia organik yang terlarut dalam
darah , urin dan cairan tubuh. Pemeriksaan laboratorium tersebut berdasarkan pada
reaksi kimia.
Semua pemeriksaan kimia klinik dilakukan pada setiap spesimen/sampel jenis
cairan tubuh, tetapi kebanyakan pada serum atau plasma. Serum adalah bagian darah
yang tersisa setelah darah dibuat membeku dan semua sel darah dapat dihilangkan.
Hal ini paling mudah dilakukan dengan sentrifugasi, sel-sel darah dan trombosit padat
ke bagian bawah tabung centrifuge, meninggalkan fraksi cairan serum yang dikemas
dan berhenti di atas sel-sel.
Di Laboratorium Kimia klinik Pemeriksaan kimia klinik dilakukan
pengukuran kadar aktivitas enzim sampel dan yang lainnya melalui alat
spektrofotometri semiotomatis dan otomatis sehingga akurasi dan efisiensi waktu
dapat dioptimalkan. Selain itu, mahasiswa diajarkan pula pemeriksaan dengan metode

11
manual agar mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kimia klinik jika bekerja di
daerah terpencil.
Laboratorium kimia klinik membekali mahasiswa agar berkompetensi dalam
melakukan analisa dan mengintepretasikan serta menjamin validasi hasil pemeriksaan
kimia klinik untuk mendiagnosa suatu penyakit yang ada pada pasien.

F. Laboratorium Biokimia
Laboratorium biokimia adalah bentuk singkat dari laboratorium biokimia.
Sebuah laboratorium biasanya berisi bahan kimia, barang pecah belah, sentrifugal,
spektrometer, lemari udara aliran laminar dan peralatan lebih lanjut.
Fungsinya adalah untuk membuat eksperimen untuk membuktikan atau
menyangkal melalui “metode ilmiah” asumsi teoretis apa pun mengenai subjek
tertentu, atau untuk menyelidiki lebih lanjut subjek tersebut.
Karena biokimia adalah disiplin ilmu yang luas dan kompleks, laboratorium
akan dibentuk untuk merampingkan pekerjaan yang dilakukan – dengan beberapa
peralatan atau alat yang ada yang tidak akan ada di laboratorium yang lebih umum.
Contohnya adalah bahwa laboratorium yang diatur untuk manipulasi genetik DNA
akan sedikit berbeda dari laboratorium yang dibuat untuk isolasi alkaloid dari
tanaman – namun, kedua laboratorium akan berisi pengaturan dasar yang serupa.

2.4.2 Jenis-jenis Patient Safety

Keselamatan / Safety adalah bebas dari bahaya atau risiko (hazard). Hazard / Bahaya
adalah suatu “Keadaan, Perubahan atau Tindakan” yang dapat meningkatkan risiko pada
pasien. Keadaan adalah setiap faktor yang berhubungan atau mempengaruhi suatu “Peristiwa
Keselamatan Pasien / Patient Safety Event, Agent atau Personal”. Agent adalah substansi,
obyek atau sistem yang menyebabkan perubahan.

A. Keselamatan Pasien / Patient Safety adalah pasien bebas dari harm / cedera yang tidak
seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera
fisik / sosial / psikologis, cacat, kematian dan lain-lain), terkait dengan pelayanan
kesehatan.

12
B. Yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu
rumah sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk di
dalamnya asesmen risiko, identifikasi, dan manajemen risiko terhadap pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti
insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya
risiko. (Penjelasan UU 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 43)

C. Keselamatan Pasien Rumah Sakit / Hospital Patient Safety adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.

D. Harm / Cedera adalah dampak yang terjadi akibat gangguan struktur atau penurunan
fungsi tubuh dapat berupa fisik, sosial dan psikologis. Yang termasuk harm adalah :
“Penyakit, Cedera, Penderitaan, Cacat, dan Kematian”.
 Penyakit / Disease : Disfungsi fisik atau psikis.
 Cedera / Injury : Kerusakan jaringan yang diakibatkan agent / keadaan.
 Penderitaan / Suffering : Pengalaman / gejala yang tidak menyenangkan
termasuk nyeri, mal-aise, mual, muntah, depresi, agitasi, dan ketakutan.
 Cacat / Disability : Segala bentuk kerusakan struktur atau fungsi tubuh,
keterbatasan aktifitas dan atau restriksi dalam pergaulan sosial yang
berhubungan dengan harm yang terjadi sebelumnya atau saat ini.

E. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) / Patient Safety Incident adalah setiap kejadian
atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm / cedera
yang seharusnya tidak terjadi.

F. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event adalah suatu insiden yang
mengakibatkan harm / cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau

13
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil dan bukan karena penyakit
dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis yang
tidak dapat dicegah.

G. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss adalah suatu insiden yang tidak
menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena “keberuntungan” (misal:
pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), karena
“pencegahan” (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkan sebelum obat diberikan) atau “peringanan” (suatu obat
dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).

H. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi
tidak timbul cedera.

I. Kejadian Potensi Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.

J. Kejadian Sentinel dimana pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera
yang terjadi (misal amputasi pada kaki yg salah, dan sebagainya) sehingga pecarian
fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku. Rumah sakit menetapkan definisi operasional
dari kejadian sentinel yang meliputi :
 Kematian yang tidak diduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit
pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh, bunuh diri).
 Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnya.
 Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah.
 Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang yang bukan orang
tuanya.

14
K. Laporan Insiden RS (Internal) adalah pelaporan tertulis setiap kejadian nyaris cedera
(KNC) atau kejadian tidak diharapkan (KTD) yang menimpa pasien atau kejadian lain
yang menimpa keluarga pengunjung, maupun karyawan yang terjadi di rumah sakit.

L. Laporan Insiden Keselamatan Pasien KKP-RS (Eksternal) adalah pelaporan secara


anonim dan tertulis ke KKP-RS setiap kejadian tidak diharapkan (KTD) atau kejadian
nyaris cedera (KNC) yang terjadi pada pasien, telah dilakukan analisa penyebab,
rekomendasi dan solusinya.

M. Faktor Kontributor adalah keadaan, tindakan atau faktor yang mempengaruhi dan
berperan dalam mengembangkan dan atau meningkatkan risiko suatu kejadian
(misalnya pembagian tugas yang tidak sesuai kebutuhan). Contoh :
 Faktor kontributor diluar organisasi (eksternal).
 Faktor kontributor dalam organisasi (internal) misal tidak adanya prosedur.
 Faktor organisasi yang berhubungan dengan petugas (kognitif atau perilaku
petugas yang kurang, lemahnya supervisi, kurangnya team work atau
komunikasi).
 Faktor kontributor yang berhubungan dengan keadaan pasien.

N. Medical Error adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Kesalahan
termasuk gagal melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana
yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (omission).

O. Analisis Akar Masalah / Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu proses yang
berulang yang sistematik dimana factor-faktor yang berkontribusi dalam suatu insiden
diidentifikasi dengan merekontruksi kronologis kejadian menggunakan pertanyaan
“kenapa” yang diulang hingga menemukan akar penyebabnya dan penjelasannya.
Pertanyaan “kenapa” harus ditanyakan hingga tim investigator mendapatkan fakta,
bukan hasil spekulasi.

15
2.5 SOP Laboratorium Kimia
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) LABORATORIUM KIMIA
Laboratorium Operasi Teknik Kimia merupakan fasilitas akademik Departemen
Teknik Kimia yang menyediakan pelayanan berupa penggunaan tempat, peralatan, bahan
habis pakai, dan kepakaran untuk keperluan praktikum, penelitian/ pengabdian kepada
masyarakat, dan jasa/analisis. Tujuan Memberikan panduan proses penggunaan
laboratorium untuk keperluan layanan praktikum, penelitian, dan jasa/analisis oleh para
pengguna

2.5.1 DEFINISI ISTILAH

1. Kepala Laboratorium adalah dosen dari jurusan Teknik Kimia yang dipilih
dalam rapat jurusan dan ditetapkan oleh Dekan untuk mengepalai dan
mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang berlangsung di Laboratorium Kimia

2. Laboran Laboratorium adalah seorang teknisi yang ditugaskan untuk


membantu Kepala Laboratorium dalam mengatur seluruh kegiatan di
laboratorium .

3. Asisten praktikum adalah mahasiswa yang ditunjuk dan ditetapkan oleh


jurusan atas rekomendasi Dosen Instruktur untuk membantu Dosen Instruktur
dalam mengawasi pelaksanaan praktikum yang dilakukan Praktikan.

4. Praktikan adalah mahasiswa yang melakukan praktikum di Laboratorium


Kimia pada semester tersebut.

5. Pengguna jasa adalah mahasiswa, dosen, dan pihak luar yang menggunakan
Laboratorium.

2.5.2 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


A. TATA TERTIB LABORATORIUM

1. Sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, praktikan/pengguna


dipersilakan masuk melalui pintu depan Laboratorium Kimia dengan tertib.

2. Tidak diizinkan memakai sandal, kaos oblong dan harus sudah langsung
memakai jas laboratorium, dan perlengkapan perlindungan pribadi (masker
dan sarung tangan).

16
3. Praktikan/pengguna wajib menandatangani daftar hadir yang telah
disediakan.

4. Berlaku sopan, disiplin, santun dan menjunjung etika akademik.

5. Menjaga kebersihan dan kenyamanan ruang laboratorium.

6. Mahasiswa/Peneliti yang akan menggunakan Laboratorium Operasi Teknik


Kimia harus mendapatkan surat ijin terlebih dahulu dari kepala Laboratorium.
Surat ijin harus masuk paling lambat dua minggu sebelum penggunaan.

7. Persetujuan penggunaan fasilitas/peralatan ditanda tangani oleh Kepala


Laboratorium.

8. Peminjaman alat harus terlebih dahulu mengisi form peminjaman alat (Form
A) dan dibawah pengawasan asisten praktikum dan atau laboran.

9. Membaca, memahami dan mengikuti prosedur sebelum melakukan


praktikum/penelitaian.

10. Membaca dan memahami karakteristik bahan kimia yang digunakan dan
mengetahui dasar-dasar perlindungan diri dan penanggulangan bahaya yang
dapat terjadi selama praktikum.

11. Kerusakan/kehilangan peralatan/bahan selama waktu peminjaman menjadi


tanggung jawab peminjam dan penggantian di sesuaikan dengan
peralatan/bahan yang dipinjam dalam waktu yang ditentukan oleh pihak
laboratorium.

12. Kegiatan penelitian/praktikum mahasiswa harus didampingi oleh


pembimbing/asisten praktikum.

13. Pengguna fasilitas diperbolehkan bekerja dalam pengawasan asisten


praktikum selama jam kerja 08.00-16.00 (Senin sampai Kamis) 08.00-16.30
(Jumat) Penggunaan di luar ketentuan tersebut harus mendapat ijin persetujuan
dari Kepala Laboratorium dan mematuhi ketentuan dan aturan yang telah
ditentukan.

17
2.5.3 SOP LAYANAN LABORATORIUM
A. Layanan Laboratorium untuk Praktikum

1. Peserta praktikum adalah mahasiswa yang telah terdaftar untuk mata kuliah
yang bersangkutan pada semester berjalan yang ditunjukkan dengan Kartu
Rencana Studi (KRS).

2. Peserta praktikum mendaftarkan diri untuk untuk kegiatan praktikum pada


semester yang sedang berjalan.

3. Dosen penanggung jawab praktikum berkoordinasi dengan Kepala


Laboratorium dan Laboran tentang jadwal praktikum.

4. Koordinator asisten praktikum mengajukan pembagian asisten yang


bertanggung jawab atas modul kepada Kepala Laboratorium dan Dosen
penanggung jawab.

5. Koordinator asisten praktikum menandatangani surat kesediaan mentaati


tata tertib penggunaan laboratorium.

6. Kepala laboratorium memberi tugas kepada Laboran untuk mencatat dan


menyiapkan kebutuhan praktikum.

7. Praktikan melakukan koordinasi dengan asisten praktikum tentang persiapan


berupa responsi dan persiapan lainnya.

8. Praktikan menyiapkan dan mendapatkan izin untuk pengunaan fasilitas dari


asisten praktikum dan laboran dengan mengisi form A dan B.

9. Praktikan melaksanakan praktium (sesuai instruksi kerja).

10. Setelah praktikum selesai, praktikan mengembalikan fasilitas pada asisten


laboratorium dan atau laboran.

11. Laboran dan atau asisten praktikum mengecek kembali fasilitas dan
menganalisis kerusakan.

12. Praktikan mendapatkan surat keterangan bebas tanggungan (bersyarat) dari


asisten praktikum dan atau laboran.

18
13. Kepala laboratorium menyampaikan laporan kepada ketua program studi
setelah akhir semester (laporan)

B. Layanan Laboratorium untuk Penelitian dan Umum

1. Calon Pengguna layanan mengajukan permohonan izin penggunaan


laboratorium yang diketahui ketua jurusan disertai usul penelitiannya kepada
Kepala Laboratorium (Surat Permohonan Izin Penggunaan Fasilitas
Laboratorium).

2. Pengguna menandatangani surat kesediaan mentaati tata tertib penggunaan


laboratorium (Tata Tertib).

3. Kepala laboratorium memberikan izin penggunaan laboratorium (Surat Izin


Penelitian).

4. Pengguna dapat meminjam/menggunakan alat dan yang sejenis ke


laboratorium bersangkutan, sedangkan bahan habis pakai disediakan sendiri
oleh pengguna tersebut.

5. Pengguna harus sudah memahami cara pakai, prosedur peralatan yang akan
dipakai dan jika perlu bekerja bersama dengan Laboran atau kepala
laboratorium.

6. Pengguna memberitahukan kepada Kepala Laboratorium dan Laboran untuk


pekerjaan yang membutuhkan waktu di luar jam kerja.

7. Pengguna yang memerlukan bantuan dari Laboran selama jam kerja untuk
melaksanakan penelitiannya, maka pengguna tersebut meminta izin kepada
Kepala Laboratorium. Apabila keperluan tersebut di luar jam kerja, pengguna
tersebut harus membayar jasa Laboran tersebut (dianggap lembur).

8. Pengguna yang mendapat sumber dana harus membayar jasa pelayanan


laboratorium (sewa alat) kepada laboratorium melalui Kepala Laboratorium
dan Laboran sesuai dengan peraturan yang berlaku.

9. Pengguna melakukan koordinasi dengan asisten praktikum tentang


persiapan.

19
10. Pengguna menyiapkan dan mendapatkan izin untuk pengunaan fasilitas
dari asisten praktikum dan laboran dengan mengisi form A dan B.

11. Pengguna melaksanakan praktium (sesuai instruksi kerja)

12. Setelah selesai, pengguna mengembalikan fasilitas pada asisten


laboratorium dan atau laboran.

13. Laboran dan atau asisten mengecek kembali fasilitas dan menganalisis
kerusakan. Laboratorium

14. Pengguna mendapatkan surat keterangan bebas tanggungan (bersyarat) dari


asisten dan atau laboran.

15. Pengguna harus memperbaiki/mengganti peralatan yang rusak sesuai


dengan spesifikasinya.

2.5.4 SOP PENGGUNAAN BAHAN HABIS PAKAI


A. Persiapan
1. Laboran menginventarisir bahan habis pakai yang tersedia dalam
laboratorium masing-masing dan mengidentifikasi bahan habis pakai yang
masih dapat digunakan atau dalam kondisi rusak.
2. Kepala Laboratorium berkoordinasi dengan laboran untuk membuat usulan
kebutuhan alat sesuai dengan rencana perkembangan ilmu.
3. Laboran bersama-sama dengan Kepala Laboratorium membuat daftar usulan
berdasarkan urutan prioritas dan disetujui Ketua Jurusan.
4. Laboran membuat laporan penggunaan bahan habis pakai setiap semester
yang kemudian dilaporkan ke Kepala Laboratorium.
5. Calon pengguna laboratorium mempersiapkan surat izin penggunaan
fasilitas laboratorium yang telah disediakan.
B. Pelaksanaan Penggunaan Bahan Habis Pakai untuk Praktikum
1.Praktikan mempersiapkan bahan yang akan digunakan dan mengisi form A
dibawah pengawasan asisten laboratorium dan atau laboran
2. Setelah bahan selesai digunakan, praktikan mencatat jumlah bahan yang
digunakan pada form A.

C. Pelaksanaan Penggunaan Bahan Habis Pakai untuk Penelitian dan Umum

20
1. Calon pengguna laboratorium mengajukan surat permohonan izin
penggunaan bahan habis pakai kepada Kepala Laboratorium.
2. Kepala Laboratorium memberikan surat izin penggunaan bahan habis pakai
laboratorium.
3. Kepala Laboratorium menugaskan laboran untuk menyiapkan dan mencatat
bahan habis pakai yang dibutuhkan.
4. Praktikan mempersiapkan bahan yang akan digunakan dan mengisi form A
dibawah pengawasan asisten laboratorium dan atau laboran. Laboratorium
Kimia
5. Setelah bahan selesai digunakan, praktikan mencatat jumlah bahan yang
digunakan pada form A.
6. Pengguna mengganti biaya pembelian bahan habis pakai yang telah
digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.5.5 SOP PENGGUNAAN DAN PEMINJAMAN ALAT


Prosedur Dalam peminjaman alat di LPKE terdapat syarat dan ketentuan serta
prosedur yang berlaku. Syarat dan Ketentuan Syarat yang diberlakukan adalah adanya
jaminan peminjaman alat Laboratorium yaitu berupa identitas pengguna (KTM, KTP, atau
SIM Pengguna). Identitas pengguna akan ditahan selama pengguna tersebut meminjam alat
Laboratorium dan akan dikembalikan setelah pengembalian alat Laboratorium.
Selain itu peminjaman alat Laboratorium harus menggunakan surat resmi yang
ditujukan kepada Kepala Laboratorium yang sudah mendapatkan ACC dari Kepala
Laboratorium. Ketentuan yang diberlakukan adalah sebagai berikut:
1) Alat Laboratorium yang dipinjamkan sesuai dengan yang ada di surat peminjaman.
2) Lama peminjaman alat Laboratorium sesuai yang tertera dalam surat peminjaman.
3) Asisten Laboratorium melayani peminjaman dan pengembalian alat Laboratorium
pada hari kerja.
4) Apabila pengembalian melebihi batas waktu yang diberikan tanpa adanya
konfirmasi ke asisten laboratorium, maka akan dikenakan denda.

A. SOP Peminjaman Alat untuk Praktikum


1. Sebelum praktikum dimulai, asisten praktikum mengajukan permohonan
tertulis peminjaman alat yang diketahui oleh Kepala Laboratorium kepada

21
Asisten Praktikum. Permohonan tersebut harus disampaikan paling lambat 1
hari sebelum praktikum dilaksanakan.
2. Asisten Praktikum menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan paling
lambat 1 hari sebelum praktikum dilaksanakan.
3. Asisten praktikum melakukan cek atas alat yang telah disediakan.
Laboratorium kimia
4. Bila ada kesalahan atau ketidaksesuaian antara daftar, jenis maupun jumlah
alat sebagaimana berkas peminjaman alat, segera melapor kepada Asisten
Praktikum.
5. Setelah memastikan peralatan dalam kondisi baik dan berfungsi
sebagaimana mestinya, serta spesifikasinya sesuai dengan berkas peminjaman
alat, asisten praktikum mengisi buku peminjaman alat.
6. Saat kegiatan praktikum berlangsung, peralatan tidak boleh dipinjamkan
atau dipindah ke tempat lain.
7. Setelah praktikum selesai, asisten praktikum menyerahkan kembali
peralatan dan Asisten Praktikum memeriksa kembali keadaan bahan dan alat
yang telah digunakan. Jika ada alat yang mengalami kerusakan atau hilang,
maka mahasiswa bertanggung jawab memperbaiki atau mengganti alat
tersebut. Mahasiswa bersangkutan mengisi Berita acara kerusakan/hilang dan
penggantian alat sesuai dengan kondisi awal sebelum meminjam

B. SOP Peminjaman Alat untuk Penelitian dan Umum

1. Pengguna membuat surat resmi permohonan peminjaman alat dengan tanda


tangan ketua pelaksana atau penanggung jawab kegiatan kepada Kepala
Laboratorium dan mendapat persutujuan dari Kepala Laboratorium.
2. Surat yang sudah dibuat pengguna ditunjukkan pada Asisten Laboratorium
untuk dikoordinasikan apakah pada saat hari H peminjaman alat dipakai atau
tidak.
3. Pengguna meninggalkan kartu identitas (KTM/SIM/KTP yang masih
berlaku), Nomor yang bisa dihubungi dari pengguna dan penanggung jawab
kegiatan, serta biaya sewa sesuai ketentuan.
4. Asisten mengambil alat yang akan dipinjam oleh pengguna.
5. Pengguna dan asisten mengecek kondisi alat yang akan dipinjam.

22
6. Pengguna mendapatkan alat sesuai dengan apa yang dipinjam dengan syarat
pengembalian alat harus sesuai dengan kondisi awal alat saat dipinjamkan. .
7. Jika alat telah selesai digunakan maka pengguna mengembalikan alat ke
asisten8. Asisten dan pengguna mengecek kondisi alat yang telah dipinjam,
bila kondisi alat tidak sesuai dengan kondisi awal maka pengguna wajib
mengganti alat lab tersebut yang sama dengan spesifikasi alat sebelumnya.
9. Bila kondisi alat sesuai dengan kondisi awal sebelum meminjam maka
lanjut ke langkah asisten menerima alat lab yang telah dipinjam.
10. Kartu identitas yang telah ditinggal di lab dikembalikan oleh asisten ke
pada pengguna.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Laboratorium merupakan salah satu tempat berkembangnya ilmu pengetahuan melalui
berbagai penelitan dan percobaan, dalam kegiatan penelitian/percobaan tentunya
menggunakan bermacam-macam jenis alat dan bahan kimia untuk menunjang kegitannya dan
beberapa fasilitas pendukung lainnya seperti air, gas, listrik dan almari asam tentunya alat,
bahan kimia dan fasilitas laboratorium beserta aktivitasnya sangat berpotensi dalam
menimbulkan terjadinya suatu kecelakaan (Amanah, 2011).

Laboratorium kimia adalah laboratorium yang digunakan untuk melaksanakan keiatan


praktikum yang berhubungan dengan analisa kimia kualitatif (kimia organik, kimia
anorganik, dan biokimia) dan kimia kuantitatif (Penetapan kadar unsur maupun senyawa, uji
mutu maupun quality control).

3.2 Saran
Melalui penulisan makalah ini, maka penulis memberikan saran kepada seluruh pembca
terkhusus rekan – rekan yang ikut serta dalam kegiatan di Laboratorium agar:

 Sekiranya dapat mengutamakan keselamatan diri sendiri dan orang lain selama
kegiatan berlangsung.
 Mendahulukan untuk memastikan seluruh sarana dan prasarana di laboratorium
terkondisi baik sehingga aman saat di adakannya penelitian atau percobaan.
 Saat memasuki laboratorium kimia sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan yang ada
agar terhindar dari bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan di dalam laboratorium.
 Dalam melakukan praktikum sebaiknya praktikum didampingi dengan dosen
pembimbing.
 Apabila terjadi kecelakaan kerja sebaiknya langsung melakukan pertolongan pertama
pada korban.

24
DAFTAR PUSTAKA

Kimia Teknik. 2018 “Laboratorium Kimia Dasar Kimia Analisis”


http://kimia.pnl.ac.id/laboratorium-kimia-dasar-kimia-analisis/ di akses Pada tanggal
23 September 2022 pukul 17.14 WITA

Kesehatan Direktorat. 2020 “ Workshop Nasional Keselamatan Pasien dan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi”
http://sirs.yankes.kemkes.go.id/sp2rs/home.php#:~:text=Tujuan%20utama%20penge
mbangan%20program%20patient,sakit%2C%20dan%20terlaksananya%20program%
2Dprogram Di akses pada tanggal 23 September 2022 Pukul 18.21 WITA

Arini Merita. 2020 “ Keselamatan Pasien ( patient safety dan klasifikasinnya)


“http://merita.staff.umy.ac.id/2020/01/02/keselamatan-pasien-patient-safety-incident-
dan-klasifikasinya/ diakses pada tanggal 23 September 2022 pukul 18.45 WITA

Mandiri Andaru.2022 “ Pengertian jenis dan alat laboratorium


“https://andarupm.co.id/laboratorium/#:~:text=Diantaranya%20ada%20laboratorium
%20kimia%20anorganik,dan%20juga%20laboratorium%20kimia%20analitik.&text=
Karena%20analitik%2C%20tentu%20laboratorium%20ini,berfokus%20pada%20met
ode%20pembelajaran%20lho diakses pada tanggal 23 September 2022 Pukul 19.12
WITA

Wahyuningsih Dinda Syakbania Anik.” Progeram Keselamatan Dan Keselamatan Kerja Di


Laboratorium Kimia” Higeia Journal Of Public Healat Research And Development
(2) (2017): 2-4

25

Anda mungkin juga menyukai