Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUTORIAL CASE I

OCCUPATIONAL HEALTH &SAFETY

Disusun Oleh :
Novia Lestari 200600099

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH


SAKIT FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA
ATA YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga makalah dengan judul
“LAPORAN TUTORIAL CASE I OCCUPATIONAL HEALTH & SAFETY”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. penyusun juga mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Sumarni, SKM., M.Kes., MARS selaku dosen mata
kuliah Standar Pelayanan Kesehatan Universitas Alma Ata Yogyakarta yang
sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Seperti kata pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak”, begitu
juga dengan laporan ini.Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Untuk itu penyusun mengharap adanya kritik dan saran yang
membangun guna melengkapi kekurangan makalah ini. Semoga makalah yang
penyusun buat ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pihak pembaca sekalian.

Yogyakarta, 02 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang….........................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Kasus............................................................................................................2
B. Analisis Kasus dan Pembahasan..................................................................2
1. STEP 1…...............................................................................................2
2. STEP 2…...............................................................................................2
3. STEP 3…...............................................................................................3
4. STEP 4…...............................................................................................4
5. STEP 5….............................................................................................14
6. STEP 6&7….......................................................................................14

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................23
B. Saran..........................................................................................................23

REFERENSI.........................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
K3 merupakan salah satu mutu pelayanan yang penting di rumah sakit.
Dalam Undang-Undang 36 Tahun 2009 tentang kesehatan telah disebutkan bahwa
upaya kesehatan dan keselamatan kerja untuk memberikan jaminan kesehatan dan
meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/ buruh dengan cara pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya ditempat kerja,
promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
Kegiatan dirumah sakit berpotensi menimbulkan bahaya fisik (suhu,
cahaya, bising, listrik , getaran dan radiasi) , kimia ( antiseptik, reagent, gas
anestesi), biologi (virus, bakteri, jamur, parasit), ergonomik (lingkungan kerja,
cara kerja, dan posisi kerja yang salah), dan psikososial (kerja bergilir, beban
kerja, hubungan sesama pekerja/ atasan) dapat membahayakan kesehatan dan
keselamatan baik terhadap pekerja, pasien, pengunjung maupun masyarakat di
lingkungan rumah sakit.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan
bahwa terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja industri lain.
Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/
terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Pada tahun 2004, 65,4%
petugas pembersih suatu Rumah Sakit di Jakarta menderita Dermatitis Kontak
Iritan Kronik Tangan. Menurut Gun, Insiden akut secara signifikan lebih besar
terjadi pada Pekerja Rumah Sakit dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua
kategori seperti Umur, jenis kelamin, ras, dan status pekerjaan
Oleh karena itu, K3 sangat penting untuk diterapkan di rumah sakit demi
keselamatan, keamanan, kenyamanan pekerja, pasien, dan masyarakat di sekitar
rumah sakit.

B. Tujuan
1. Mengetahui konsep keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit
2. Mengetahui pentingnya K3RS

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KASUS
Bagian K3 Rumah Sakit memaparkan kepada direktur bahwa angka
kejadian kecelakaan kerja di Rumah Sakit tersebut pada bulan Agustus 2020
terjadi peningkatan dari bulan sebelumnya. Pada bulan Juli lalu terdapat 3
kasus pegawai yang mengalami kejadian terpeleset dan mengalami fraktur
dikarenakan lantai licin di lingkungan Rumah Sakit. Total kasus dalam 6
bulan terakhir terdapat 5 kasus, terdiri dari 3 kasus tertusuk jarum dan 2 kasus
kecelakaan lalu lintas.
Manajemen Rumah Sakit wajib menyediakan saran dan prasarana yang
menunjang keselamatan dan kesehatan kerja. Salah satunya adalah dengan
penyediaan sarana dan prasarana untuk pencegahan kebakaran. Pencegahan
dan pengendalian kebakaran bertujuan untuk memastikan SDM Rumah Sakit,
pasien, pendamping pasien, pengunjung, dan asset Rumah Sakit aman dari
bahaya api, asap, dan bahaya lain.

B. ANALISIS KASUS DAN PEMBAHASAN

1. STEP 1 Klarifikasi istilah yang tidak familiar/sulit


a. Sarana dan Prasarana (Tri Kanti)
b. Fraktur (Novia)
c. Asset (Rismaini)

2. STEP 2 (Menentukan masalah/identify problems)


1) Kecelakaan dalam bekerja tentu akan memakan korban jiwa baik itu
cacat fisik maupun meninggal dunia. Tidak hanya itu, kerugian materi
pun pasti terjadi. Adakah selain hal diatas yang menjadi dampak
terjadinya kecelakaan kerja? (Kanti)
2) Apakah di Indonesia ada Undang-undang yang mengendalikan
tentang K3? Sebutkan dan jelaskan! (Novia)
3) Bagaimanakah cara menciptakan K3 yang baik, apakah harus ada
korban dulu baru bisa dilakukan perubahan? (Sandra)
4) Dalam memaparkan kasus diatas disebutkan dua kasus kecelakaan
lalu lintas. Apakah itu masih bisa menjadi tanggung jawab dari K3
rumah sakit, mengingat kecelakaan terjadi diluar lingkungan Rumah
Sakit. Jika menjadi tanggung jawab pihak K3, apa alasannya?
(Rosyida)
5) Berikan contoh lain dari sarana dan prasarana yang harus disediakan
oleh pihak RS serta jelaskan contoh tersebut! (Risma)
6) Apakah yang menjadi pemicu terjadinya kecelakaan kerja dalam
kasus tersebut? (Adelia)
7) Seberapa penting SMK3 di Rumah Sakit? (Siti Zakiyatul)
8) Apa saran dan solusi dan sarana yang bisa dilakukan pada kasus
tersebut ? (Deysi)
9) Mengapa pada Rumah sakit tersebut masih terjadi kecelakaan?
Padahal sudah di terapkan K3? (Salma)
10) Apa yang dimaksud menciptakan tempat kerja yang efektif dan
efisien? (Siti Zakyatul)

3. STEP 3 (Jawaban Singkat/ Brainstorming kata sulit)


1) sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud atau tujuan. Prasarana adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses( usaha,
pembangunan, proyek). (Sandra)
Tambahan:
- Contoh sarana dan prasarana di RS yaitu sarana : meja, kursi, alat
medis dll. Prasana:ruang lab, ruang mayat dll (Deysi)
- Menurut Hamalik (1980:23), sarana dan prasarana adalah semua
bentuk perantara yang dipakai orang untuk menyebar ide,
sehingga ide tersebut bisa sampai pada penerima. (Adelia)
2) Fraktur/patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan/tulang
rawan yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya yang bisa terjadi
akibat trauma langsung dan trauma tidak langsung. (Kanti)
- Adelia
Menurut Price & Wilson (2006), fraktur atau yang seringkali
disebut dengan patahan tulang adalah sebuah patah tulang yang
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan
sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu
lengkap atau tidak lengkap.
3) Menurut IAI ( Ikatana Akuntan Indonesia ) pengertian aset adalah
sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari
kejadian yang terjadi pada masa lalu dan mendatangkan manfaat
ekonomis di masa depan bagi perusahaan (Siburian, 2004: 2). (Novia)

4. STEP 4 (Analisis jawaban/ brainstorming)


1) Kematian bila memang kecelakaan yang terjadi masuk kelompok
super berat Cacatbila sampai kecelakaan itu bikin anggota atau organ
badan tertentu jadi tidak berperan dengan cara normal.Cedera bila
type kecelakaan kerja yang terjadi masuk ketegori tengah atau
enteng.Menyebabkan stres, trauma, atau permasalahan
kejiwaan.Produktivitas karyawan pun jadi terhalang selama sistem
pemulihan. Atau bila sampai alami cacat fisik, bermakna karyawan
itu tidak dapat lagi bekerja dengan cara normal seperti sebelumnya.
(Novia)

2) Undang-undang K3
a. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja (UUKK), telah dijelaskan yaitu dengan
pesatnya kemajuan industrialisasi, mekanisme dan modernisasi,
maka berlangsung pulalah peningkatan terhadap intensitas kerja
operasional para pekerja, mesin-mesin, alat-alat, pesawat-pesawat
baru dan sebagainya pada perusahaan. Maka dapatlah dipahami,
bahwa perlu adanya pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di perusahaan yang maju dan tepat. Karena masalah
kesehatan yang merupakan salah satu unsur yang harus
diperhitungkan.
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan,
dimana produktivitas kerja harus senantiasa diwujudkan secara
optimal agar setiap pekerja dapat bekerja dengan sehat tanpa
membahayakan dan mengakibatkan kerugian terhadap dirinya
dan orang lain serta perusahaan.
c. Kemudian berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1997
tentang perlindungan atas keselamatan karyawan, dimana dalam
hal ini pasal 108 telah menjamin keselamatan dan kesehatan
kerja, moral dan kesusilaan dan pelaksanaan kerja yang sesuai
dengan harkat dan martabat sebagai manusia serta nilai-nilai
agama. (Rismaini)

3) Tidak. Jika dilakukannya perubahan saat terjadinya kecelakaan dan


memakan korban maka akan meningkatkan tingkat cedera yang
terjadi pada pegawai kerja. Seperti kalimat “lebih baik mencegah
daripada mengobati”, yang mana kalimat tersebut memiliki makna
jika mencegah bahaya itu sebelum terjadi daripada mengobatinya jika
sudah terjadi. Sama halnya dengan menciptakan K3 yang baik guna
untuk mencegah cedera yang terjadi saat terjadi. Kesehatan dan
keselamatan kerja yang tercipta dengan baik mampu meminimalkan
kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan atau kelalaian yang
dilakukan. Bagaimana menciptakan K3 yang baik? Yang pertama
yaitu komitmen manajemen terhadap keselamatan kerja. Hal ini
diwujudkan dalam bentuk kebijakan tertulis, jelas, mudah dimengerti,
dan diketahui oleh seluruh pekerja. Contohnya, penerapan peraturan
dan prosedur, tersedianya fasilitas keselamatan kerja yang memadai
dan sumber daya yang mampuni. Tidak hanya komitmen, namun
menetapkan dan menerapkan peraturan serta prosedur keselamatan
kerja pun sangat penting. Yang tak kalah pentingnya juga
berkomunikasi. Menjalin komunikasi antara manajer dan pekerja,
pekerja dan pekerja maupun manajer dan manajer guna memberikan
masukan tentang peningkatan keselamatan sehingga meminimalisir
terjadinya cedera saat bekerja bisa ditangani. (Kanti)

Tambahan:
- adelia
Tidak, menurut saya selagi dipikir-pikir apakah itu berbahaya dan
belum ada korban sebaiknya melakukan perubahan sebelum terjadi
kecelakaan kerja. Cara menciptakan K3 yaitu :
 Staff training, melalui program training yang lebih jelas, mudah
diakses, dan lebih menyeluruh bagi semua karyawan.
 Pekerjaan pekerja yang kompeten atau sesuai dengan keahlian
dan keterampilannya.
 Memasang rambu, akan selalu mengingatkan setiap orang akan
resiko kerja yang selalu membayangkan dan apa saja yang
harusnya mereka lakukan untuk mematuhi peraturan
keselamatan.
 Memberi perlengkapan keselamatan yang dibutuhkan, dengan
menyediakan perlengkapan yang mudah diakses dengan segera
maka akan meningkatkan kepatuhan mereka akan keselamatan
kerja.

4) Kecelakaan lalu lintas bisa dikategorikan menjadi kecelakaan kerja.


BPJS Ketenagakerjaan sendiri mengklasifikasikan kecelakaan lalu
lintas saat pergi maupun pulang bekerja sebagai bentuk kecelakaan
kerja. kecelakaan tersebut bisa menimbulkan dampak atau
menyebabkan hari kerja hilang. dari K3RS sendiri melakukan upaya
orientasi K3 bagi seluruh SDM RS saat awal kali masuk kerja. Upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan kewaspadaan
standar bagi seluruh tenaga kesehatan serta pembekalan sebelum
kerja tentang prinsip-prinsip K3RS (Siti Zakyatul)

Tambahan:
- sandra
Kecelakaan lalu lintas yang menjadi tanggung jawab K3 rumah
sakit contohnya mobil ambulan yang mengalami kecelakaan, bisa
jadi disebabkan ambulan tidak diservis atau ada kerusakan lain
yang tidak diperiksa sebelumnya
- deysi
Iya itu adalah tanggung jawab dari SMK3 . contohnya ; jam shift
petugas tidak teratur mengakibat jam pulang terlambat yang
mengakibatkan kelelahan dalam perjalanan bisa terjadi
kecelakaan. Penanggulangan yah itu Pihak RS mengedukasi para
pegawai, pihak RS menyediakan transportasi antar jemput
pegawai.

5) Sarana adalah alat, jaringan, dan sistem kesehatan, bisa berbetuk


stetoskop, alat pacu jantung, suntikan, thermometer, tabung oksigen,
vaksin, dan berbagai macam obat lainnya. Sedangkan prasarana
adalah fasilitas yang bergantung pada bangunan contohnya, ruang
rawat inap, ruang tata usaha, ruangan untuk tenaga kesehatan, ruang
konsultasi, ruang tindakan, ruang perawatan isolasi, dan ruang
lainnya. (Adelia)

6) Di dalam kasus tersebut di jelaskan bahwa terdapat beberapa kasus


kecelakaan yg sering terjadi yaitu, 3 kasus pegawai yg terpeleset dan
mengalami fraktur dikarenakan lantai dilingkungan rumah Sakit yang
licin, 3 kasus tertusuk jarum dan 2 kasus kecelakaan lalulintas. Secara
umum kecelakaan menurut Suma’mur (2009) disebabkan oleh:
(1) Tindakan perbuatan manusia (unsafe human action).
Menurut penelitian 85% kecelakaan terjadi disebabkan faktor
manusia yang
melakukan tindakan tidak aman. Tindakan ini dapat disebabkan
oleh:
 Karena tidak tahu yang bersangkutan tidak mengetahui
bagaimana melakukan pekerjaan dengan aman dan tidak tahu
bahaya-bahaya yang ada.
 Karena tidak mampu/tidak bisa, yang bersangkutan telah
mengetahui cara kerja aman dan bahaya yang ada, tetapi
karena belum mampu dan kurang terampil maka dia
melakukan kesalahan.
 Walaupun telah mengetahui cara kerja dan peratuan-
peraturan serta yang bersangkutan dapat melaksanakannya,
tetapi karena tidak mau melaksanakannya maka terjadi
kecelakaan.
(2) Keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition). Kondisi
tidak aman dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan
pekerja di lingkungan kerja seharusnya mematuhi aturan dari
industrial hygiene, yang mengatur agar kondisi tempat kerja
aman dan sehat. Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap
moral pekerja. (Taufiq)

Tambahan:
- Deysi
Analisis pemicu terjadinya kasus tersebut yaitu:
a. Terpeleset :- dimana lantai lincin bisa saja terjadi akibat dari
lantai RS yang tidak sesuai dgn SOP pembangunan RS.
- Atap yang bocor tapi tidak segera diperbaiki sehingga jika
hujan lantai RS menjadi basah dan licin
- tidak cekatan dalam membersihkan lantai dari petugas
kebersihan baik di lingkungan RS hingga di WC saat ada air
maupun tumpahan dari cairan obat dll
b. Tertusuk jarum : bisa terjadi akibat keteledoran dari Tenaga
medis yang menaruh sembaranga alat tajam seperti jarun
mengakibatkan lukalada tenaga medis yg lain, atau
sembarangan membuang jarum suntik atau benda tajam
lainnya.
c. Kecelakaan lalu lintas : bisa terjadi karena kelelahan tenaga
medis, kurang fokus dll
- Sandra
Pada kasus tertusuk jarum ada beberapa faktor diantaranya
adanya perilaku kurang berhati-hati, kurang patuh terhadap
penggunaan alat pelindung diri (APD), adanya tindakan para
petugas yang masih belum sesuai prosedur, adanya tindakan /
prosedur yang tidak aman serta belum adanya standar prosedur
operasional yang mencakup mengenai keamanan petugas dalam
suatu tindakan medis.
- Rosyida
Kasus kecelakaan di lalu lintas ..karena kurangnya kehati"an
pengemudi dan mungkin faktor jalan yg kurang stabil dan kasus
terpeleset..karena lingkngan tmpt kerja.dan kurangnya keamanan
kerja bagi para pekerja

7) Seberapa penting penerapan SMK3 di rumah sakit?


Sangat penting sekali, Kecelakaan kerja menjadi salah satu masalah
urgen di lingkungan rumah sakit karena rumah sakit merupakan
tempat kerja yang mempunyai risiko membahayakan kesehatan dan
mudah terjangkit penyakit. Oleh sebab itu rumah sakit dituntut untuk
dapat menyediakan dan menerapkan suatu upaya agar semua sumber
daya manusia yang ada di rumah sakit dapat terlindungi, baik dari
penyakit maupun kecelakaan akibat kerja.

Pekerja rumah sakit mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan


dengan pekerja industri lain untuk terkena. Idealnya risiko penyakit
akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat kerja (KAK) yang dapat
dialami oleh tenaga kesehatan di rumah sakit dapat diminimalisir
dengan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit
(K3RS). (Sandra)

Tambahan:
- Rismaini
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012, Pasal 1
poin 1 menyatakan: “ Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, yang selanjutnya disebut SMK3, adalah bagian
dari keseluruhan sistem manajemen perusahaan untuk
mengendalikan risiko yang terkait dengan kegiatan kerja untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, efektif dan efesien.
- Tri Kanti
Pentingnya penerapan SMK3 di rumah sakit karena mampu
meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi. Selain itu, mampu
mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja. Juga menyediakan kerangka kerja dalam mengelola risiko
dan peluang. Serta mencegah cedera dan gangguan kesehatan
dalam hubungan kerja pada pekerja.
- Deysi
Sangat penting karena sistem manajemen K3 atau SMK3 di RS
merupakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk
mencegah, mengurangi, dan bahkan meniadakan risiko
kecelakaan kerja. Implementasi dari rencana ini tidak boleh
dianggap sebagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang menggunakan banyak biaya
perusahaan, tetapi harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka
panjang yang memberikan banyak manfaat di masa depan.
- Rosyida
pentingnya smk3 rs yaitu,untuk rs: 1.meningkatkan mutu
pelayanan 2.mempertahankan kelangsungan operasional RS
3.meningkatkan citra rs.Bagi karyawan:1.melundungi karyawan
dari kecelakaan dan penyakit di lingkungan kerja.
- taufiq
National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa
terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di
industri lain. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum,
terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, penyakit
infeksi dan lain-lain. Berdasarkan data di atas bahwa,
penyelenggaraan K3 di Rumah Sakit sangat penting untuk
diterapkan dan diharapakan akan menjadi landasan kerja yang
membudaya. Proses terjadinya budaya di Rumah Sakit diperlukan
cara yang tepat dan mendayagunakan semua sumber daya yang
ada. Dimana pelaksanaannya akan diawali dari komitmen sesuai
yang tercantum pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-
05/MEN/1996 tentang Pedoman Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja menyatakan bahwa: Setiap
tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukan komitmen
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sehingga penerapan
Sistem Manajemen K3 berhasil diterapkan dan dikembangkan.
- Salma
sistem manajemen RS secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan kesehatan
dan keselamatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang sehat, aman, efisien, dan produktif.

8) Untuk saran sebaiknya mengembangkan program program aksi K3


nasional agar dapat merangsang diskusi diantara para staf dan unsur
unsur ILO mengenai program aksi nasional untuk keselamatan dan
kesehatan kerja di Indonesia sebagai upaya tripartit (konsultasi &
kerja sama) (Salma)
Tambahan:
- Rismaini
Memberikan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang
merupakan pelatihan yang diselenggarakan dan diarahkan untuk
membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kemampuan,
produktivitas, dan kesejahteraan tenaga kerja. Kebutuhan
pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja di Rumah Sakit satu
dengan Rumah Sakit lain berbeda sesuai dengan bahaya, skala
kegiatan dan kondisi petugas kesehatan.
- Sandra
Pada kasus tertusuk jarum dapat dicegah dengan meningkatkan
kewaspadaan diri pada saat menggunakan alat medis tajam baik
sebelum, selama dan sesudah penggunaan, meningkatkan
kepatuhan dalam penggunaan APD secara rasional, senantiasa
berhati-hati saat menggunakan jarum suntik atau alat medis tajam
dan menjalankan prosedur yang telah ada berkaitan penggunaan,
peletakan, serta pembuangan benda medis tajam tersebut.
- Siti Zakyatul
saran yang bisa dilakukan bagi Instalasi K3 yaitu melakukan
identifikasi bahaya, melakukan penilaian risiko dan menetapkan
tindakan pengendalian (Job Hazard Analysis) di setiap unit kerja
serta meninjau ulang secara periodik. Selanjutnya yaitu
melakukan monitoring terhadap rekomendasi hasil analisa
kecelakaan kerja yang telah diberikan supaya dapat dipastikan
tindakan pencegahan dan perbaikannya efektif.
- Risfina
Menurut PERMENKESNo. 05/MEN/1996, pengendalian risiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan berbagai
macam metode yaitu:
 Pengendalian teknis atau rekayasa yang menliputi eliminasi,
substitusi, isolasi, ventilasi, hygiene, dan sanitasi(engineering
control).
 Pendidikan dan pelatihan.
 Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem
bonus, insentif, penghargaan, dan motivasi diri.
 Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi.
 Penegakan hukum.

9) Terjadinya kecelakaan kerja di RS bisa disebabkan banyak faktor dan


bisa terjadi diluar kendali K3. Meski perusahaan/rs sudah berusaha
semaksimal mungkin untuk mencegah agar hal itu tidak sampai
terjadi, namun sering kali ada kesalahan yang dilakukan pekerja
maupun hal yang lainnya seperti bencana. Sehingga kemudian hal
yang tidak diinginkan itu sampai terjadi. Tapi di sinilah peran SMK3
merencanakan sebaik mungkin untuk bisa mengatasi potensi masalah
tersebut dan cepat menyelesaikan masalah yang muncul yang saat itu,
dan dijadikan bahan evaluasi dalam penyusunan K3. (Deysi)

10) Maksud dari efektif dan efisien yaitu mengerjakan pekerjaan dengan
tepat waktu dan mencapai suatu pekerjaan itu dengan hasil maksimal
atau sesuai dengan tujuan. (Adelia)
Tambahan:
- Deysi
Bekerja secara efesien yaitu cara untuk mencapai suatu tujuan
dengan penggunaan sumber daya yang minimal namun hasil
maksimal. Sumber daya diolah dengan bijak dan hemat sehingga
uang, waktu dan tenaga tidak banyak terbuang.
5. STEP 5 (Learning Objective/ Mind Mapping)
1) Memahami dan menjelaskan konsep keselamatan keselamatan kerja
di Rumah Sakit
2) Apa tujuan pemberntukan K3 (Deysi)
3) Bagaimana sistem manajemen K3 di Rumah Sakit (Salma)
4) Apa saja susunan/organisasi K3 di Rumah Sakit (Rosyida)
5) Dasar hukum dan pedoman K3(Adelia)
6) Langkah-langkah penerapan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja di Rumah Sakit (Adelia)
7) Factor-faktor yang menyebabkan pentingnya K3 (Sandra)
8) Apa saja pengendalian resiko bahaya dalam K3(Deysi)
9) Job Safety Analisi (Siti Zakyatul)
10) Standar K3 di Rumah Sakit
11) Faktor-faktor yang di perlukan untuk mencapai penerapan SMK3
(Rismaini)

6. STEP 6 & 7 (Membahas Learning Objectiv)


LO 1 : Konsep K3RS
Konsep dasar Keselamatan dan Kesehatan kerja di Rumah Sakit
(K3RS) adalah upaya terpadu seluruh pekerja rumah sakit, pasien,
pengunjung/pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja,
tempat kerja Rumah Sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja
Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit maupun bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit.
Rumah Sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik
terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar
dari berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu, Rumah
Sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) yang dilaksanakan secara menyeluruh sehingga risiko
terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja
(KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari.
Sasaran utama K3RS adalah tenaga medis, tenaga non medis,
pasien, pengunjung / pengantar pasien, serta masyarakat sekitar Rumah
Sakit. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS (K3RS) perlu
ditetapkan untuk mencegah dan mengurangi risiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja di RS.

LO 2 : Tujuan Pembentukan K3
Tujuan dibentuknya K3 yaitu agar terciptanya lingkungan kerja
yang aman, sehat dan produktif untuk pekerja, aman dan sehat bagi pasien,
pengunjung, masyarakat dan lingkungan sekitar rumah sakit sehingga
proses pelayanan rumah sakit berjalan baik dan lancar.
Tujuan khusus K3RS adalah sebagai berikut:
a. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3 di rumah
sakit (K3RS).
b. Meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi manajemen,
pelaksana, dan pendukung program.
c. Terpenuhi syarat-syarat K3 di setiap unit kerja.
d. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK.
e. Terselenggaranya program K3 di rumah sakit (K3RS) secara optimal
dan menyeluruh.
f. Peningkatan mutu, citra, dan produktivitas rumah sakit.

LO 3 : Sistem Manajemen K3RS


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut
Permenaker No. 05 tahun 1996 adalah bagian dari sistem manajemen
secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeiharaan kebijakan dalam rangka pngendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif.
Struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan kesehatan dan
keselamatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang sehat, aman. .
Upaya K3 di RS menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja,
proses kerja dan lingkungan kerja.

LO 4 : Susunan/Organisasi K3 di Rumah Sakit


Organisasi K3 berada 1 tingkat di bawah direktur dan bukan
merupakan kerja rangkap
Model 1:
Merupakan organisasi yang terstruktur dan bertanggung jawab kepada
Direktur RS, bentuk organisasi K3 di RS merupakan organisasi structural
yang terintegrasi ke dalam komite yang ada di RS dan disesuaikan dengan
kondisi/kelas masing-masing RS, misalnya Komite Medis/Nosokomial.

Model 2:
Merupakan unit organisasi fungsional (non sturktural), bertanggung jawab
langsung ke Direktur RS , Nama organisasinya adalah unit pelaksana K3
RS yang dibantu oleh unit K3 yang beranggotakan seluruh unit kerja di
RS.
Keanggotaan:
• Organisasi/unit pelaksana K3 RS beranggotakan unsur-unsur dari
petugas dan jajaran direksi RS.
• Organisasi/unit pelaksana K3 RS terdiri dari sekurang-kurangnya
Ketua, Sekretaris, dan anggota. Organisasi/unit pelaksana K3 RS dipimpin
oleh Ketua.
• Pelaksanaan tugas ketua dibantu oleh wakil ketua dan sekretaris serta
anggota.
• Ketua organisasi/unit pelaksana K3 RS sebaiknya adalah salah satu
manajemen tertinggi di RS atau sekurang-kurangnya manajemen dibawah
langsung direktur RS
• Sedang sekretaris organisasi/unit pelaksana K3 RS adalah orang tenaga
professional K3 RS, yaitu manajer K3 RS atau ahli K3.
LO 5 : Dasar Hukum dan Pedoman K3
Dasar hukum K3 Rumah Sakit diantaranya adalah:
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918);
b. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);
c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
d. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

LO 6 : Langkah-Langkah Penerapan Sistem Manajemen K3RS


1. Tahap Persiapan
a. Menyatakan komitmen.
Komitmen harus dimulai dari direktur utama/direktur RS (manajemen
puncak). Pernyataan komitmen oleh manajemen puncak tidak hanya dalam
kata-kata, tetapi juga harus dengan tindakan nyata, agar dapat diketahui,
dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan petugas RS.
b. Menetapkan cara penerapan K3 di RS.
Bisa menggunakan jasa konsultan atau tanpa meggunakan jasa konsultan
jika RS memiliki personil yang cukup mampu untuk mengorganisasikan
dan mengarahkan orang.
c. Pembentukan organisasi/unit pelaksana K3 RS.
d. Membentuk kelompok kerja penerapan K3.
Anggota kelompok kerja sebaiknya terdiri atas seorang wakil dari setiap
unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Peran, tanggung jawab dan tugas
anggota kelompok kerja perlu ditetapkan. Sedangkan mengenai kualifikasi
dan jumlah anggota kelompok kerja disesuaikan dengan kebutuhan RS.
e. Menetapkan sumber daya yang diperlukan.
Sumber daya disini mencakup orang (mempunyai tenaga K3), sarana,
waktu dan dana.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Penyuluhan K3 ke semua petugas RS
b. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kelompok
di dalam organisasi RS.
Fungsinya memproses individu dengan perilaku tertentu agar berperilaku
sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dari
pelatihan.
c. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku
3. Tahap pemantauan dan Evaluasi
Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di RS adalah salah
satu fungsi manajemen K3 RS yang berupa suatu langkah yang diambil
untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3 RS
itu berjalan, dan mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan
dari suatu kegiatan K3 RS dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

LO 7 : Faktor-Faktor yang Menyebabkan Pentingnya K3


- Tuntutan pengelolaan program K3 di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi
karena pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit
ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan
kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun
karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak
memenuhi standar.
- Tuntutan hukum terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit semakin
meningkat; Tuntutan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang
terbaik.
- Pelaksanaan K3, berkaitan dengan citra dan kelangsungan hidup Rumah
Sakit. Untuk meminimalisir angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja
- Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan
- Dapat meningkatkan profesionalisme bagi manajemen, pelaksana, dan
pendukung program.

LO 8 : Pengendalian Risiko Bahaya dalam K3


a. Identifikasi sumber bahaya
Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan :
• Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
• Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi.
b. Penilaian faktor risiko
Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan
melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan
dan keselamatan. Bahaya potensial dapat berasal dari :
1. Bahaya Fisik (Radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu panas, suhu
dingin, bising, getaran, pencahayaan) .
2. Bahaya Kimia (Ethylene Oxide, formaldehyde, glutaraldehyde, Obat
Ca, gas Anestesi, mercury, chlorine)
3. Bahaya Biologi (Virus, Hepatitis B, C, HIV, SARS, Bakteri, Jamur dan
Parasit)
4. Bahaya Ergonomi (Posisi statis, mengangkat, membungkuk,
mendorong)
5. Bahaya Psikososial (Kerja shift, stre) .
6. Bahaya Mekanik (Berasal dari mesin al; terjepit, terpotong, terpukul,
tergulung,
tersayat, tertusuk benda tajam)
7. Bahaya Listrik (Sengatan listrik, hubungan arus pendek, kebakaran,
petir, listrik Statis)
8. Limbah Rumah Sakit Limbah medis (jarum suntik, vial obat, nanah,
darah), limbah non medis, limbah cairan tubuh manusia (droplet, liur,
sputum).
c. Pengendalian faktor risiko
Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian risiko yakni
menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko dengan
sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah/tidak ada
(engineering/rekayasa), administrasi dan alat pelindung pribadi (APP).

LO 9 : Job Safety Analisys


Job Safety Analysis Disebut juga sebagai Job Hazard Analysis
(OHSAS) atauTask Risk Analysis. Dilakukan untuk menentukan bahaya
yang ada dalam setiap tahapan pekerjaan serta pengendalian bahayanya.
Metode untuk mengidentifikasi bahaya, menilai resiko dan melakukan
pengendalian.
Proses yang dilakukan untuk mengenali seluruh keadaan, material
ataupun situasi yang berpotensi menjadi penyebab kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja. Bahaya yang
mungkin dapat diidentifikasi adalah bahaya kesehatan, bahaya
keselamatan dan bahaya Jingkungan
Di dalam pelaksanaan metode JSA, terdapat empat langkah dasar
yang harus dilakukan, yaitu (Fauzi, 2009):
(1) Menentukan pekerjaan yang akan dianalisis.
(2) Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar.
(3) Mengidentifikasi bahaya pada masing-masing pekerjaan.
(4) Mengendalikan bahaya
Menurut National Safety Council (NSC) dan ahli K3 lainnya, JSA
melibatkan tiga unsur penting, yakni:
a. Langkah-langkah pekerjaan secara spesifik
b. Bahaya yang terdapat pada setiap langkah pekerjaan
c. Pengendalian berupa prosedur kerja aman untuk mengurangi atau
bahkan menghilangkan bahaya pada setiap langkah pekerjaan.
LO 10 : Standar K3 di RS
- Standar Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit :
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja bagi pekerja
2. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan
kerja dan memberikan bantuan kepada pekerja di rumah sakit dalam
penyesuaian diri baik fisik maupun mental.
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus
4. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan fisik
pekerja
5. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi pekerja
yang
menderita sakit
6. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja rumah sakit
yang akan
pensiun atau pindah kerja
7. Melakukan koordinasi dengan Tim Panitia Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
mengenai penularan infeksi terhadap pekerja dan pasien
8. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja
9. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang
berkaitan dengan kesehatan kerja (Pemantauan/pengukuran terhadap
faktor fisik, kimia, biologi, psikososial dan ergoomi).
10. Membuat evaluasi, pencatatan, dan pelaporan kegiatan kesehatan kerja
yang
disampaikan kepada Direktur rumah sakit dan unit teknis terkait di
wilayah kerja
rumah sakit.

- Standar Pelayanan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit


1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana,
prasarana dan peralatan kesehatan.
2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap
SDM Rumah.
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja
6. Pelatihan dan promosi/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua
SDM Rumah Sakit.
7. Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, desain/lay out
pembuatan tempat kerja dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait
keselamatan dan kesehatan kerja.
8. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya
9. Pembinaan dan pengawasan terhadap Manajemen Sistem Pencegahan
dan Penanggulangan Kebakaran (MSPK)
10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan
keselamatan kerja yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan
Unit teknis terkait di wilayah kerja Rumah Sakit.

LO 11 : Faktor yang Diperlukan Untuk Mencapai Penerapan SMK3


1. Telah diterapkannya beberapa sistem manajemen yang mendukung
penerapan SMK3.
2. Tingginya komitmen K3 dari manajemen puncak atau perusahaan
induknya.
3. Melakukan studi banding.
4. Adanya tenaga ahli dibidang K3.
5. Adanya departemen atau bagian yang khusu mengenai K3.
6. Telah diperolehnya penghargaan di bidang K3 dari Instansi asing.
7. Telah dimilikinya Safety Committe yang berperan aktif dalam
pelaksanaan K3.
8. Terdapatnya tuntutan dari pihak konsumen kepada perusahaan untuk
menerapkan SMK3.
9. Terpacunya suatu perusahaan dalam sektornya karena perusahaan lain
telah menerapkan
BAB III
PENUTU
P
A. Kesimpulan
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang mempunyai risiko
membahayakan kesehatan dan mudah terjangkit penyakit. Oleh sebab itu, rumah
sakit dituntut untuk dapat menyediakan dan menerapkan K3 sebagai suatu upaya
agar semua sumber daya manusia yang ada di rumah sakit dapat dilindungi, baik
dari penyakit maupun kecelakaan akibat kerja.
B. Saran
1. Untuk mengantisipasi PAK dan KAK maka perlu dilakukan
sosialisasi mengenaipentingnya penerapan K3 di rumah sakit.
2. Pemeriksaan dan inspeksi terhadap material dan peralatan yang digunakan.
3. Untuk mewujudkan lingkungan kerja yang aman dan bebas dari potensi
bahaya kecelakaan kerja maka perlu dilakukan budaya tertib oleh
pekerja, serta pengawasan yang tinggi terhadap potensi bahaya
kecelakaan kerja.
REFERENSI

e-book “Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit(K3RS)”


Rejeki, S. (2016). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan file:///C:/Users/User/Downloads/PENTINGNYA%20MENERAPKAN
%20K3%2 0DALAM%20KEPERAWATAN.pdf)
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://osf.io/de23s/do
wnload/%3Fformat%3Dpdf&ved=2ahUKEwjk9dCNt4zvAhVj6XMBHTxeCe4Q
FjAAegQIARAC&usg=AOvVaw14lmMRhFVRQwWJgwapTOze
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
432/MENKES/SK/IV/2007 tentang PEDOMAN MANAJEMEN KESEHATAN
DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI RUMAH SAKIT
USULAN PERBAIKAN KESELAMATAN KERJA MENGGUNAKAN
METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) DAN FAILURE MODE AND
EFFECT ANALYSIS (FMEA)

Anda mungkin juga menyukai