Anda di halaman 1dari 2

NAMA : NOVIA LESTARI

NIM : 200600099
TUGAS

1. Kebijakan masyarkat yang pengimplementasiannya sukses.


a. Kebijakan wajib memakai masker saat di luar rumah pada masa pandemi covid-19
Badan Pusat Statistik (BPS) menyurvei perubahan perilaku masyarakat selama masa
pandemi Covid-19. Adapun survei yang dilakukan adalah terkait kepatuhan terhadap
protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Dalam survei itu BPS menemukan adanya peningkatan dalam kepatuhan menggunakan
masker. Dari 90.967 responden, 92% di antaranya mengaku selalu patuh memakai masker
terutama saat berada di luar rumah.

Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto menjelaskan survei ini dilakukan secara daring
sejak 7- 14 September. Dengan jumlah responden sebanyak 90.967 orang.
Terbagi dalam 45 persen laki-laki dan 55 persen perempuan yang didominasi 69 persen
responden berusia 45 tahun ke bawah. Kemudian, 61 persen berpendidikan lulusan
perguruan tinggi mulai D1 sampai S3.
b. Kebijakan Vaksinasi
Pemerintah masih terus mendorong program vaksinasi Covid-19 di seluruh Indonesia untuk
menekan penularan corona. Tercatat, sebanyak 64.229.890 orang di Indonesia telah
menerima dosis pertama vaksin Covid-19 hingga Rabu 1 September 2021 pukul 18.00. Selain
itu, sebanyak 36.454.433 orang di antaranya sudah disuntik dosis kedua. Meski demikian,
vaksinasi dosis pertama di tanah air baru mencakup 30,84% dari target sasaran yang
sebanyak 208.265.720 orang. Cakupannya juga hanya 17,50% dari target untuk dosis kedua.
enaga kesehatan yang menerima dosis pertama vaksin corona sebanyak 1.652.594 orang
atau 112,52% dari target. Dari jumlah itu, sebanyak 1.532.177 orang atau 104,32% dari
target juga memperoleh dosis kedua. Lalu, sebanyak 653.351 orang atau 44,48% dari target
memperoleh dosis ketiga. Dari kalangan petugas publik, sebanyak 34.220.145 orang atau
197,49% dari target telah disuntik dosis pertama. Lalu, ada 19.390.587 orang atau 111,91%
dari target yang mendapatkan dosis kedua vaksin Covid-19.
Lansia yang sudah divaksinasi tercatat sebanyak 5.311.741 orang untuk dosis pertama dan
3.776.532 orang untuk dosis kedua. Namun, jumlah ini baru setara masing-masing 24,64%
dan 17,52% dari target. Masyarakat umum yang mendapatkan dosis pertama vaksin corona
sebanyak 19.531.232 orang atau 13,83% dari target. Sebanyak 9.452.643 orang di antaranya
atau 6,69% dari target juga memperoleh dosis kedua.
Untuk nak berusia 12-17 tahun yang sudah mendapatkan dosis pertama sebanyak 2.690.891
orang atau 10,08% dari target, sementara untuk dosis kedua sebanya 1.796.315 orang atau
6,73% dari target. Kemudian, ada pula masyarakat yang menerima vaksin Covid-19 lewat
program Gotong Royong. Jumlahnya untuk dosis pertama sebanyak 815.148 orang atau
5,43% dari target, sementara untuk dosis kedua sebanya 504.879 orang atau 3,37% dari
target.
2. Kebijakan di Rumah Sakit yang belum sukses diimplementasikan.
a. Kebijakan Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
Pasien miskin dan pengguna jaminan kesehatan sosial tetap diam meski mengalami
diskriminasi layanan rumah sakit. Mereka terpaksa menerima ketidakadilan itu karena tak
tahu hak dan kewajibannya.
Menurut hasil penelitian, diskriminasi dilakukan semua petugas rumah sakit, mulai dokter
hingga petugas kebersihan, dan terjadi sejak pendaftaran pasien hingga pelaksanaan
operasi. Di loket pendaftaran, pasien dengan jaminan kesehatan sosial akan dilayani terakhir
meski mereka datang lebih awal. Jumlah loket bagi mereka lebih sedikit. Saat meminta
informasi layanan, pasien miskin sering dipingpong. Informasi dari perawat dan dokter
tentang kesehatan pasien sering berbeda. Selain itu, pelayanan, tutur kata, dan sikap
perawat, dokter, hingga petugas kebersihan lebih baik kepada pasien di kelas lebih tinggi
Dosen Politik dan Kebijakan Publik Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Andrinof A
Chaniago, mengatakan, diskriminasi layanan publik masih terjadi di mana-mana, termasuk
rumah sakit besar yang mengantongi berbagai penghargaan.

Aswanah dan Asmiah dua pasien pemilik Jamkesmas dan Surat Keterangan Tidak Mampu
(SKTM) mengeluhkan buruknya pelayanan RSUD Tanggerang kepada pejabat Kementrian
Kesehatan. Bukannya direspon, dua orang ini justru tidak juga mendapatkan tindakan dari
RSUD Tanggerang
"Ketika kelompok miskin menyampaikan keluhan atas buruknya pelayanan rumah
sakit, para pengelola justru menyalahkan dan memperlakukan pasien secara diskriminatif,"
ujar peneliti senior Indonesia Corruption Watch (ICW) Febri Hendri A.A dalam rilis yang
diterima detikcom, Selasa (23/2/2010).

Artikel detiknews, "RSUD Tanggerang Abaikan Pasien Miskin" selengkapnya


https://news.detik.com/berita/d-1305506/rsud-tanggerang-abaikan-pasien-miskin.

Anda mungkin juga menyukai