Anda di halaman 1dari 11

E-Journal

STIKES YPIB Majalengka


Vol.10, No.1, Page. 20-30 p-ISSN: 2338-5138 |
DOI: xxxxx e-ISSN: 2338-5138

Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Penerimaan


Vaksinasi Covid-19 pada Lanjut Usia

Ani Susiani
Akademi Keperawatan Saifuddin Zuhri
Email: mysusiani@gmail.com

ABSTRAK
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah penderita dan kematian akibat Covid-
19 diantaranya melalui pelaksanaan vaksinasi. Jumlah masyarakat yang menerima program
vaksinasi Covid-19 terus mengalami peningkatan. Namun untuk kelompok lanjut usia
penambahan jumlah cakupan vaksinasi Covid-19 berjalan lebih lambat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku penerimaan vaksin Covid-
19 pada lanjut usia di Desa Ranjeng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. Jenis
penelitian ini adalah kuantitatif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Hasil
penelitian menunjukan sebagian besar responden memiliki pengetahuan tentang vaksinasi
Covid-19 yang baik berjumlah 54 orang (57,4%), sikap mendukung vaksinasi Covid-19
berjumlah 56 orang (59,6%), hampir seluruh responden yang sudah vaksin Covid-19 berjumlah
74 orang (78,7), hubungan pengetahuan dengan perilaku penerimaan vaksinasi Covid-19
memiliki nilai p value sebesar 0,000 (<0.005), hubungan sikap dengan perilaku penerimaan
vaksinasi Covid-19 memiliki nilai p value sebesar 0,000 (<0.005). Kesimpulan penelitian
menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku
penerimaan vaksinasi Covid-19.

Kata Kunci: vaksinasi, covid-19, lanjut usia

ABSTRACT
The efforts can be made to reduce the number of sufferers and death due to Covid-19 include
the implementation of vaccinations. The number of people receiving the Covid-19 vaccination
program has increased. However, for the elderly group, the increase in the number of Covid-
19 vaccination coverage is slower. This study aims to determine the relationship between
knowledge and attitudes with the behavior of receiving the Covid-19 vaccine in the elderly in
Ranjeng Village, Losarang District, Indramayu Regency. This type of research is a quantitative
analytic using cross sectional approach. The results showed that most of the respondents had
good knowledge of the Covid-19 vaccination, amounting to 54 people (57.4%), the attitude of
supporting the Covid-19 vaccination was 56 people (59.6%), almost all of the respondents who
had the Covid-19 vaccine, totaling 74 people (78.7), the relationship between knowledge and
behavior in receiving Covid-19 vaccination has a p value of 0.000 (<0.005), the relationship
between attitudes and behavior in receiving Covid-19 vaccination has a p-value of 0.000
(<0.005). The conclusion of the study showed that there is a significant relationship between
knowledge and attitude with the behavior of receiving Covid-19 vaccination.

Keywords: vaccination, covid-19, elderly

Corresponding author:
Ani Susiani
Akper Saifuddin Zuhri
Jl. Pahlawan No. 45 Lemahmekar, Indramayu
Email: mysusiani@gmail.com

20
E-Journal
STIKES YPIB Majalengka
Vol.10, No.1, Page. 20-30 p-ISSN: 2338-5138 |
DOI: xxxxx e-ISSN: 2338-5138

PENDAHULUAN
Wabah penyakit Coronavirus Disease 19 (Covid-19) yang mulai berjangkit di dunia
pada akhir tahun 2019 telah membawa dampak yang besar dan berkepanjangan bagi semua
negara. Pada awal munculnya penyakit Covid-19 dunia dibuat tidak berdaya akibat peningkatan
jumlah penderita dalam waktu yang singkat, kerusakan pada berbagai system tubuh sebagai
akibat masih terbatasnya pengobatan telah menyebabkan kematian penderita Covid-19 terus
bergerak naik. Hal ini dibuktikan dengan dilaporkannya kasus Covid-19 di seluruh dunia
mencapai 118.278.711 dengan tingkat kematian sejumlah 2.624.426 (WHO, 2020).
Covid-19 mulai berjangkit di Indonesia pada awal Maret 2020. Jumlah penderita
Covid-19 terus mengalami peningkatan dan pada pertengahan Juli 2021 peningkatan jumlah
penderita mencapai angka tertinggi dengan penambahan jumlah kasus sebesar 56.757 orang per
hari sehingga total penderita pada hari yang sama yaitu 2.726.803 orang dan kematian
berjumlah 70.192 jiwa (Satuan Tugas Pengamanan Covid, 2021).
Usaha- usaha penurunan jumlah angka kesakitan, dan kematian yang disebabkan oleh
Covid-19 dinilai belum cukup, sehingga para ahli kesehatan di dunia berupaya menciptakan
vaksin untuk menanggulangi pandemik Covid-19. Dimulai pada Januari 2020, GISAID, sebuah
organisasi intenasional yang berkedudukan di Munich, Jerman, yang bergerak dalam bidang
kesehatan global, penelitian dan pendidikan, membagikan data sequence genetik SARS-Cov-
2. Sejak saat itu pengembangan dan pemberian vaksin Covid-19 kepada masyarakat dunia
dimulai, temasuk di Indonesia (Wikipedia, 2020).
Pemberian vaksin dinilai sebagai langkah yang efektif untuk memutus penyebaran
penyakit guna melindungi masyarakat luas (Kemenkes RI Dirjen P2P, 2020). Pemerintah
membentuk Tim Pengembangan Vaksin yang diantaranya betujuan untuk mempercepat
pelaksanaan vaksinasi Covid-19, termasuk pengadaan dan pemanfaatannya sehingga
masyarakat dapat segera memperoleh vaksin tersebut dan terlindung dari penyakit Covid-19.
Tim tersebut ditetapkan melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 18/ 2020.
Pemerintah juga menyiapkan peraturan tentang distribusi dan pelaksanannya dalam rangka
mempercepat program vaksinasi Covid-19 (Kemenkes, 2020).
Namun pemberian vaksin Covid-19 kepada masyarakat bukanlah tanpa kendala.
ITAGI, UNICEF, WHO dan dikukung oleh Kemenkes RI mengadakan survei online di
Indonesia pada Bulan November 2020 untuk memahami pandangan, persepsi dan kekhawatiran
publik mengenai vaksinasi Covid-19. Hasil survei menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap vaksin Covid-19 berbeda- beda. Hal tersebut disebabkan masih minimnya
informasi yang diterima oleh masyarakat terutama menyangkut jenis, waktu pelaksanaan dan
terutama keamanan vaksin Covid-19. Lebih lanjut, penelitian tersebut menguraikan alasan
penolakan vaksin Covid-19 oleh masyarakat, yang terutama disebabkan karena keamanan

21
E-Journal
STIKES YPIB Majalengka
Vol.10, No.1, Page. 20-30 p-ISSN: 2338-5138 |
DOI: xxxxx e-ISSN: 2338-5138

vaksin (30%), belum meyakini efektivitas vaksin (22%), ketidakpercayaan terhadap vaksin
(13%), efek samping yang ditimbulkan oleh vaksin seperti demam dan nyeri (12%), serta alasan
kehalalan yang dilihat dari sudut padang agama (8%).
Hasil penelitian tersebut senada dengan beberapa penelitian lain. Pengembangan
vaksin yang dilakukan dalam waktu relatif singkat yaitu kurang lebih satu tahun menimbulkan
kekhawatiran timbulnya efek samping vaksin yang tidak diharapkan (Pranita, 2020). Selain itu,
keraguan akan kehalalan vaksin juga turut mempengaruhi penolakan masyarakat. Terdapat
masyarakat yang mencurigai bahwa dalam proses pembuatan vaksin menggunakan unsur-unsur
yang didalamnya terkandung enzim babi sehingga menjadi haram untuk digunakan (Wirawan,
2020). Pendapat senada juga dikemukakan oleh Herdianto (2020), yang mengemukakan bahwa
penolakan tehadap vaksin disebabkan karena adanya pemberitaan mengenai dampak negatif
vaksin, baik yang bergejala ringan bahkan kematian, keyakinan bahwa penyakit yang akan
dicegah dengan imunisasi sesungguhnya sudah tidak ada lagi, kekhawatiran akan overload
system imunitas akibat banyaknya vaksin yang telah dimasukkan sebelumnya hingga teori
konspirasi mengenai genosida sebagai tujuan vaksin turut mempengaruhi persepsi masyarakat
terhadap program vaksinasi secara umum.
Namun, seiring berjalannya waktu, program vaksinasi Covid-19 yang dilaksanakan
oleh pemerintah mulai dapat diterima oleh masyarakat. Program ini secara serentak
dicanangkan oleh pemerintah mulai tanggal 13 Januari 2021. Walaupun sempat mengalami pro
dan kontra di masyarakat, namun saat ini cakupan penerima vaksin Covid-19 terus bertambah
(Direktorat Jenderal P2P, 2021). Secara nasional dari target cakupan penerima vaksin sejumlah
208.265.720 penduduk, pada tanggal 23 Desember 2021, penerima vaksin dosis pertama telah
mencapai 154.791.737 penduduk (74,32%), dan penerima dosis kedua sejumlah 109.535.337
penduduk (52,59%). Demikian pula untuk Provinsi Jawa Barat, walaupun masih berada di
bawah rata-rata jumlah penerima vaksin secara nasional, namun pada tanggal yang sama dari
target penerima vaksin sejumlah 37.907.814 penduduk, penerima vaksin dosis pertama telah
mencapai 27.112.316 penduduk (71,52%) dan penerima vaksin kedua berjumlah 19.721.725
penduduk (52,03%).
Di Kabupaten Indramayu jumlah penduduk yang telah menerima vaksin dosis pertama
berjumlah 1.025.087 jiwa (70,07%) dan penerima vaksin dosis kedua berjumlah 712.561
penduduk (48,71%) (Vaksin Dashboard Kemenkes RI, 2021). Demikian halnya dengan jumlah
penerima vaksin di wilayah kerja Puskesmas Losarang. Pada periode tanggal yang sama,
jumlah penerima vaksin dosis pertama, dari 25.310 sasaran, masyarakat yang telah divaksin
bejumlah 19.177 jiwa (75,77%). Sedangkan vaksin dosis kedua dari jumlah sasaran tersebut,
sejumlah 5.282 jiwa (27,54%) yang telah menerima vaksin Covid-19.

22
E-Journal
STIKES YPIB Majalengka
Vol.10, No.1, Page. 20-30 p-ISSN: 2338-5138 |
DOI: xxxxx e-ISSN: 2338-5138

Namun untuk kelompok lanjut usia (lansia) penambahan jumlah cakupan vaksinasi
Covid-19 berjalan lebih lambat. Menurut data pada tanggal 23 Desember 2021, secara nasional
penerima vaksin dosis pertama berjumlah 13.372.691 lansia (62,05%), dan penerima dosis
kedua sejumlah 8.616.976 lansia (39.98%). Demikian pula untuk Provinsi Jawa Barat,
penduduk lansia penerima vaksin dosis pertama berjumlah 2.367.907 lansia (69,46%) dan
penerima vaksin kedua berjumlah 1.382.945 lansia (40,57%). Di Kabupaten Indramayu jumlah
penduduk lansia yang telah menerima vaksin dosis pertama berjumlah 85.025 lansia (61,98 %)
dan penerima vaksin dosis kedua berjumlah 51.623 lansia (37,63%) (Vaksin Dashboard
Kemenkes RI, 2021).
Lambatnya peningkatan jumlah penerima vaksin pada kelompok umur lansia ini patut
dicermati, mengingat kelompok lansia merupakan kelompok yang memiliki kerentanan yang
tinggi terhadap penyakit Covid-19 dan kematian yang diakibatkannya. Perubahan struktur dan
anatomi tubuh yang tejadi sebagai akibat prose menua menyebabkan mudahnya para lansia
menderita penyakit, terutama penyakit yang bersifat kronis seperti diabetes melitus, penyakit-
penyakit karena gangguan sistem kardiovaskuler (hipertensi, penyakit jantung), gangguan
pernapasan, dan penggunaan imunosupresan jangka panjang. Penyakit kronis yang diderita
lansia menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap penyakit Covid-19. Bahkan, penyakit-
penyakit kronis tersebut berpotensi untuk menjadi silent killer (pembunuh diam-diam) yang
menyebabkan peningkatan kematian lansia akibat Covid-19 (Respati, 2020).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap
dengan perilaku penerimaan vaksin Covid-19 pada lanjut usia di Desa Ranjeng Kecamatan
Losarang Kabupaten Indramayu.

METODE
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif analitik dengan menggunakan pendekatan cross
sectional. Populasi pada penelitian merupakan penduduk lanjut usia di Desa Ranjeng
Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu sebanyak 598 orang. Sampel penelitian berjumlah
94 orang yang dipilih melalui purposive sampling, dengan kriteria inklusi bersedia dan atau
diizinkan keluarga untuk menjadi responden, dalam keadaan sehat dan memiliki status kognitif
baik. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan melihat jawaban
responden pada kuesioner yang dibagikan. Kuesioner yang digunakan telah menjalani uji
validitas (nilai korelasi lebih dari 0,3) dan reabilitas (Cronbach’s Alpha < 0,70). Analisis data
bivariat dilakukan dengan uji chi square.

23
E-Journal
STIKES YPIB Majalengka
Vol.10, No.1, Page. 20-30 p-ISSN: 2338-5138 |
DOI: xxxxx e-ISSN: 2338-5138

HASIL
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Agama, Tingkat
Pendidikan, dan Pekerjaan
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 22 23,4


Perempuan 72 76,6
Umur 60 – 69 Tahun 71 75,5
≥ 70 tahun 23 24,5
Agama Islam 92 97,9
Kristen Protestan 2 2,1
Pendidikan Tidak Sekolah 59 62,8
SD 29 30,8
SMP 6 6,4
Pekerjaan Tidak Bekerja 49 52,1
Petani 35 37,2
Pedagang 10 10,7

Tabel 1 memperlihatkan karakteristik responden penelitian. Sejumlah 72 orang (76,6%)


responden berjenis kelamin perempuan, 71 orang (75,5%) responden berada pada kelompok
umur 60 – 69 tahun, 92 orang (97,9%) responden beragama islam, 59 orang (62,8%) responden
tidak bersekolah dan 49 orang (52,1%) responden sudah tidak bekerja.

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Vaksinasi Covid-19
Pengetahuan Vaksinasi Covid-19 Frekuensi Persentase (%)
Kurang 40 42,6
Baik 54 57,4
Total 94 100

Tabel 2 memperlihatkan bahwa dari 94 orang responden, 54 orang (57,4%) orang


diantaranya memiliki pengetahuan yang baik mengenai vaksinasi Covid-19. Sementara itu, 40
orang (42,6%) masih memiliki pengetahuan tentang vaksinasi Covid-19 yang kurang.

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Vaksinasi Covid-19
Sikap tentang Vaksinasi Covid-19 Frekuensi Persentase (%)
Kurang Mendukung 38 40,4
Mendukung 56 59,6

Total 94 100

Tabel 3 menunjukkan hasil penelitian tentang sikap responden. 56 orang (59,6%)


memiliki sikap yang mendukung pelaksanaan vaksinasi Covid-19, sementara sisanya kurang
mendukung berjumlah 38 orang (40,4).

24
E-Journal
STIKES YPIB Majalengka
Vol.10, No.1, Page. 20-30 p-ISSN: 2338-5138 |
DOI: xxxxx e-ISSN: 2338-5138

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Perilaku Responden tentang Vaksinasi Covid-19
Perilaku terhadap Vaksinasi Covid-19 Frekuensi Persentase (%)
Belum Vaksin 20 21,3
Sudah Vaksin 74 78,7
Total 94 100

Tabel 4 menunjukkan hasi penelitian mengenai perilaku responden dalam pelaksanaan


vaksinasi Covid-19. Sejumlah 74 orang (78,7%) sudah vaksin Covid-19. Sementara sisanya, 20
orang (21,3%) belum mendapat vaksin Covid-19.
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Alasan Responden Belum Menerima Vaksinasi Covid-19
Alasan Belum Vaksinasi Covid-19 Frekuensi Persentase (%)
Takut efek samping 3 15
Memiliki penyakit kronis 5 25
Tidak diizinkan oleh keluarga 12 60
Total 20 100

Tabel 5 menunjukkan alasan responden yang belum menerima vaksin Covid-19.


Sebagian kecil responden memiliki alasan takut akan efek samping vaksin Covid-19 akan
membahayakan kesehatan berjumlah 3 responden (15%), dan memiliki penyakit kronis
berjumlah 5 responden (25%) sehingga tidak diizinkan oleh dokter untuk menerima vaksin
Covid-19. Disamping hal tersebut, sebagian besar responden yang berjumlah 12 orang (60%)
tidak diizinkan oleh anak atau anggota keluarga lain untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
Tabel 6
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Vaksinasi Covid-19
Pengetahuan Perilaku Vaksinasi Covid-19 Jumlah % P Value
Belum Vaksin Sudah Vaksin
Frekuensi % Frekuensi %
Kurang 20 21,3 20 21,3 40 42,6 0,000
Baik 0 0 54 57,4 54 57,4
Total 20 21,3 20 78,7 94 100

Tabel 6 memperlihatkan dari 40 orang responden dengan pengetahuan yang kurang


mengenai vaksinasi Covid-19, 20 orang responden (21,3%) belum melaksanakan vaksinasi.
Namun, dalam jumlah yang sama, yaitu 20 orang responden sudah vaksinasi Covid-19. Dilain
pihak, 54 responden dengan pengetahuan tentang vaksinasi Covid-19 yang baik, seluruhnya
telah mendapat vaksinasi Covid-19. Tabel tersebut juga memperlihatkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku penerimaan vaksinasi Covid-19
dengan nilai p value sebesar 0,000 (<0.005).

25
E-Journal
STIKES YPIB Majalengka
Vol.10, No.1, Page. 20-30 p-ISSN: 2338-5138 |
DOI: xxxxx e-ISSN: 2338-5138

Tabel 7
Hubungan Sikap dengan Perilaku Vaksinasi Covid-19
Sikap Perilaku Vaksinasi Covid-19 Jumlah % P
Belum Vaksin Sudah Vaksin Value
Frekuensi % Frekuensi %
Kurang Mendukung 20 21,3 18 19,1 38 40,4 0,000
Mendukung 0 0 56 59,6 56 59,6
Total 20 21,3 74 78,7 94 100

Tabel 7 menunjukkan 38 orang responden dengan sikap kurang mendukung vaksinasi


Covid-19, 20 orang responden (21,3%) belum vaksin, namun terdapat 18 orang responden
sudah vaksin Covid-19. Sementara itu dari 56 orang responden yang memiliki sikap
mendukung vaksinasi Covid-19, seluruhnya telah mendapat vaksin Covid-19. Tabel tersebut
juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku
penerimaan vaksinasi Covid-19, dengan nilai p value sebesar 0,000 (<0.005).

PEMBAHASAN
Perilaku masyarakat mengenai penerimaan vaksinasi Covid-19 dalam penelitian ini
tidak dikaitkan dengan karakteristik responden penelitian. Penulis hanya memaparkan
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur, agama, pendidikan, dan pekerjaan,
sebagaimana telah ditampilkan pada Tabel 1.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa lebih dari separuh responden yaitu 54 orang
(57,4%) memiliki pengetahuan yang baik tentang vaksinasi Covid-19 dan hal tersebut memiliki
hubungan yang bermakna dengan perilaku perilaku penerimaan vaksinasi Covid-19. Beberapa
penelitian sejenis mendukung hasil penelitian ini, baik yang menjadikan kelompok umur lanjut
usia sebagai responden penelitian maupun responden yang berasal dari kelompok umur lainnya
Penelitian mengenai hubungan pengetahuan dengan tingkat kepatuhan vaksinasi
Covid-19 yang dilakukan oleh Tamitha, dkk. (2022), menunjukan hasil yang mendukung
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian yang menjadikan lanjut usia sebagai
responden penelitian ini, memperlihatkan hasil bahwa lebih dari setengah responden
penelitiannya dengan jumlah 46 orang (55,4%) memiliki pengetahuan yang baik. Di lain pihak
jumlah responden lanjut usia yang memiliki pengetahuan mengenai vaksinasi Covid-19 yang
kurang, berjumlah 5 orang (6%). Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa tingkat
kepatuhan responden dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19 sebesar 92,8% (77 orang).
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa antara pengetahuan responden tentang vaksinasi
Covid-19 dengan tingkat kepatuhan dalam pelaksanaannya memiliki hubungan yang
signifikan.

26
E-Journal
STIKES YPIB Majalengka
Vol.10, No.1, Page. 20-30 p-ISSN: 2338-5138 |
DOI: xxxxx e-ISSN: 2338-5138

Febriyanti, dkk. (2021) melakukan penelitian sejenis mengenai pengetahuan responden


yang dikaitkan dengan kesediaan melakukan vaksinasi Covid-19. Penelitian yang dilakukan di
Kelurahan Dukuh Menanggal Kota Surabaya ini memperlihatkan bahwa 81% reponden
penelitian yang memiliki pengetahuan baik, menyatakan kesediaan untuk divaksin. Penulis
tersebut menyimpulkan bahwa pengetahuan yang dimiliki responden dapat berpengaruh secara
signifikan teehadap kesediaannya untuk melakukan vaksinasi Covid-19.
Terdapat penelitian lain yang juga menyimpulkan hasil penelitian yang sama.
Penelitian yang dilakukan oleh Rumahorbo (2021), menjelaskan bahwa kelompok terbanyak
dari responden penelitiannya memiliki pengetahuan yang cukup mengenai vaksinasi Covid-19,
yaitu berjumlah 50 orang (50%) atau merupakan setengah dari jumlah responden penelitiannya.
Sedangkan sisanya 46 orang (46%) berpengetahuan baik, dan 4 orang (4%) berpengetahuan
kurang. Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa terdapat 45 orang (45%) responden
dengan pengetahuan yang baik juga menunjukkan perilaku yang baik dalam melaksanakan
vaksinasi Covid-19. Selain itu, terdapat 34 orang (34%) responden berpengetahuan cukup
namun memiliki perilaku yang baik dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19, dan terdapat 1
orang (1%) responden berpengetahuan baik namun berperilaku cukup. Dilain pihak, terdapat
pula responden berpengetahuan kurang namun berprilaku baik sebanyak 3 orang (3%),
sehingga penelitian tersebut menyimpulkan bahwa antara pengetahuan dan perilaku tentang
Covid-19 memiliki hubungan yang signifikan.
Masyarakat mendapatkan pengetahuan tentang vaksinasi Covid-19 bersumber dari
pemberitaan yang diberikan oleh pemerintah baik melalui media tulis, maupun elektronik. Dari
sekian banyak sumber informasi mengenai Covid-19 dan vaksinasi untuk mencegahnya, media
elektonik, khususnya televisi masih menjadi sumber informasi utama bagi masyarakat (Kamil,
2020). Selain itu, masyarakat juga mengakses informasi mengenai Covid-19 melalui situs
informasi online pada website milik asosiasi kesehatan, atau profesi kesehatan (Pemerintah
Provinsi Jawa Barat, 2020). Pengetahuan mengenai vaksinasi Covid-19 ini selanjutnya menjadi
stimulus yang akan direspon oleh masyarakat dalam bentuk perilaku (Notoatmodjo, 2014).
Hasil peneltian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden, yaitu
berjumlah 56 orang (59,6%), memiliki sikap mendukung vaksinasi Covid-19 dan antara
variabel sikap responden dan perilaku penerimaan vaksinasi Covid-19 memiliki hubungan yang
bermakna. Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang dikemukakan Azwar (2015).
Dijelaskan bahwa suatu objek yang diterima oleh individu akan menghasilkan suatu reaksi atau
respon yang disebut dengan sikap. Selanjutnya sikap inilah yang akan menggerakan individu
tersebut untuk menunjukkan perilaku yang sesuai dengan objek menggunakan cara-cara yang
spesifik.

27
E-Journal
STIKES YPIB Majalengka
Vol.10, No.1, Page. 20-30 p-ISSN: 2338-5138 |
DOI: xxxxx e-ISSN: 2338-5138

Penelitian ini juga didukung oleh peneltian lain yang dilakukan di Kelurahan Pejuang
Kota Bekasi. Lebih dari setengah responden penelitian tersebut (59,82%), memiliki sikap yang
mendukung pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Responden yang memiliki sikap positif ini
berperilaku lebih baik dalam hal pelaksanaan vaksinasi Covid-19, bila dibandingkan dengan
responden yang bersikap negatif. Hal tersebut sesuai dengan perhitungan OR penelitian yaitu
0,736 (Marsa, 2021).
Sementara itu, terdapat juga penelitian yang hasilnya berbeda. Hasil penelitian tersebut
membuktikan bahwa antara variabel sikap dan perilaku dalam mendapatkan vaksin Covid-19
tidak memiliki hubungan yang signifikan. Namun, responden yang bersikap baik tetap lebih
banyak yang menunjukkan perilaku yang baik pula, bila dibandingkan dengan responden yang
bersikap baik namun tidak memiliki perilaku yang baik, dengan angka perbandingan 82%
berbanding 17% (Rumahorbo, 2021).
Kajian lebih lanjut perlu dilakukan kepada lanjut usia yang belum mengikuti vaksinasi
Covid-19. Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa terdapat 20 orang responden yang
belum menerima vaksinasi Covid-19. Sebagain besar dari responden tersebut (60%) beralasan
belum melaksanakan vaksinasi Covid-19 karena tidak adanya izin dari anggota keluarga, dan
15 % responden masih memiliki ketakutan terhadap keamanan penggunaan vaksin yang dapat
membahayakan tubuh mereka. Alasan-alasan yang dikemukakan responden menunjukkan
belum tersampaikannya informasi kesehatan mengenai vaksinasi Covid-19 secara tepat.
Keadaan tersebut memerlukan pendekatan yang berbeda dalam pemberian informasi, karena
pada lanjut usia telah terjadi perubahan anatomi fisiologi yang berdampak pada kemunduruan
fungsi tubuh baik secara fisik maupun psikologis. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap
proses pengindraan lansia untuk menghasilkan pengetahuan, sebagaimana teori yang
dikemukakan oleh Notoatmodjo (2014), yang menjelaskan bahwa pengetahuan banyak
diperoleh melalui fungsi system penglihatan dan pendengaran. Putri & Sukihananto (2018),
dalam penelitiannya mengemukakan bahwa penggunaan teknologi informasi dalam
pelaksanaan promosi kesehatan memiliki manfaat dalam pemeliharaan dan pengoptimalan
kesehatan para lanjut usia.

KESIMPULAN
Hasil peneltian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
pengetahuan (p value < 0,005) dan sikap (p value < 0,005) dengan perilaku penerimaan
vaksinasi Covid-19 pada lanjut usia di Desa Ranjeng Kecamatan Losarang Kabupaten
Indramayu. Pengetahuan dan sikap yang baik akan menghasilkan perilaku yang baik pula dalam
perilaku penerimaan vaksinasi Covid-19.

28
E-Journal
STIKES YPIB Majalengka
Vol.10, No.1, Page. 20-30 p-ISSN: 2338-5138 |
DOI: xxxxx e-ISSN: 2338-5138

DAFTAR PUSTAKA
Azwar S. (2015). Sikap manusia: Teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Febriyanti, N., Choliq, M.I., & Mukti, A.W. (2021). Hubungan tingkat pengetahuan dengan
kepatuhan vaksinasi Covid-19 pada lansia di Kelurahan Babura Kecamatan Medan
Sunggal. Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis Vol 11 No 1
https://jurnal.fk.uisu.ac.id/index.php/ibnunafis/article/download/268/226/

Herdianto, E.F. (2020). Vaksin dan pandemi Covid-19, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya. https://fpscs.uii.ac.id/blog/2020/12/28/vaksin-dan-pandemi-covid-19

Kamil, I. (2020). KPI: Delapan puluh sembilan persen masyarakat lebih percaya televisi
ketimbang internet. https://nasional.kompas.com/read/2020/07/22/20263851/kpi-89-
persen-masyarakat-lebih-percaya-televisi-dibanding-internet

Kemenkes RI Dirjen P2P. (2020) Petunjuk teknis pelaksanaan vaksinasi dalam rangka
penanggulangan pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), Kementerian
Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pedoman pencegahan dan pengendalian


Coronavirus Disease (Covid-19) Revisi Ke-4. Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengedalian Penyakit.

Kementrian Kesehatan, ITAGI, UNICEF, & WHO. (2020). Survei penerimaan vaksin Covid-
19 di Indonesia. https://covid19.go.id/storage/app/media/Hasil%20Kajian/
2020/November/vaccine-acceptance-survey-id-12-11-2020final.pdf

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Vaksin dashboard.


https://vaksin.kemkes.go.id/

Marsa, M.F. (2021). Faktor yang mempengaruhi pemahaman vaksin Covid-19 berdasarkan
pengetahuan, sikap, penerimaan pada warga Kelurahan Pejuang Kota Bekasi. Karya Tulis
Ilmiah. Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II.
https://perpus.poltekkesjkt2.ac.id/respoy/index.php?p=show_detail&id=5911&keyword
s=
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Pemerintah Provinsi Jawa Barat. (2020). Masyarakat aktif mencari informasi Covid-19.
https://jabarprov.go.id/index.php/news/37903/2020/05/26/Masyarakat-Aktif-Mencari-
Informasi-Covid-19

Pranita, E. (2020). 5 Alasan tak perlu khawatir uji klinik fase 3 vaksin Covid-19.
https://www.kompas.com/sains/read/2020/11/04/133100823

Putri, S.E., Sukihananto. (2018). Penerapan sistem teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
dalam promosi kesehatan pada lansia di Indonesia. https://stikessantupaulus.e-
journal.id/JWK/article/download/45/29/

Respati, T., & Rathomi, H.S. (2020). Kopidpedia. bunga rampai artikel penyakit virus corona
(Covid-19). Bandung: Pusat Penerbitan Universitas (P2U) Unisba

29
E-Journal
STIKES YPIB Majalengka
Vol.10, No.1, Page. 20-30 p-ISSN: 2338-5138 |
DOI: xxxxx e-ISSN: 2338-5138

Rumahorbo, K.N. (2021). Hubungan tingkat pengetahuan terhadap sikap dan perilaku
masyarakat Kecamatan Medan Denai tentang vaksinasi Covid-19.
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/46469/180100134.pdf?sequence
=1&isAllowed=y

Satuan Tugas Penanganan Covid-19. (2021). Peta sebaran Covid-19. Peta Sebaran COVID-19.
https:// covid19.go.id

Wikipedia Indonesia, (2020). Vaksin Covid-19. https://id.wikipedia.org/wiki/Vaksin_Covid-


19.

Wirawan, M. K. (2020). Kekhawatiran umat islam Indonesia akan status halal vaksin Covid-
19 disorot media Amerika. https://www.kompas.com/tag/vaksin-covid-
19?sort=desc&url=http%3A%2F%2Fwww.kompas.com%2Fglobal%2Fread%2F2020%
2F12%2F20%2F173249070%2Fkekhawatiran-umat-islam-indonesia-akan-status-halal-
vaksin-covid-19&page=346

World Health Organization. (2020). Novel Coronavirus Indonesia.


https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public.

30

Anda mungkin juga menyukai