Anda di halaman 1dari 7

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO (World Health Organization)

China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui

etiologinnya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Pada tanggal 7 januari

2020, China mengindetifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru Coronavirus.

Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan kejadian tersebut sebagai

kedaruratan (Ady Waluya, 2021).

Pada awal tahun 2020, sebanyak 216 Negara digemparkan dengan

penyakit yang dikenal dengan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).

COVID-19 adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Server Acute

Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) sebelumnya di kenal

dengan istilah Novel Corona Virus, yang pertama kali di temukan di Wuhan

Provinsi Hubei di China (Patimah et al., 2021).

Secara global, pada 18:36 CEST, 12 Agustus 2022, ada 585.950.085

kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, termasuk 6.425.422 kematian, yang

dilaporkan ke WHO. Per 8 Agustus 2022, total 12.355.390.461 dosis vaksin

telah diberikan. Situasi menurut Wilayah WHO, paparan COVID-19

terbanyak terdapat di Benua Eropa dengan jumlah 244.255.635 dikonfirmasi

terpapar, diposisi kedua terdapat di Benua Amerika dengan jumlah

172.843.121 dikonfirmasi terpapar, diposisi ketiga terdapat di Benua Pasifik

Barat dengan jumlah 77.135.001 dikonfirmasi terpapar, diposisi keempat


terdapat di Benua Asia Tenggara dengan jumlah 59.664.342 dikonfirmasi

terpapar, di posisi kelima terdapat di Benua Mediterania Timur dengan

jumlah 22.803.438 dikonfirmasi terpapar dan diposisi keenam terdapat di

Benua Afrika dengan jumlah 9.247.784 dikonfirmasi terpapar (World Health

Organization, 2022).

Kasus COVID-19 secara Nasional menurut peta sebaran Kementerian

Kesehatan Nasional dengan data terupdate terakhir pada tanggal 15 Bulan

Agustus 2022 yaitu sebesar 6.282.774 terkonfirmasi positif, sembuh sebesar

6.072.421 dan yang dinyatakan meninggal dunia sebesar 157.226. Adapun

sejumlah 34 Provinsi dengan persentase paparan COVID-19 diantaranya

adalah : DKI Jakarta dengan jumlah kasus: 1,355,451 (21.6%), Jawa Barat

dengan jumlah kasus: 1,147,634 (18.3%), Jawa Tengah dengan jumlah kasus:

632,087 (10.1%), dan Provinsi Sulawesi Selatan berapa diperingkat ke

sembilan dengan jumlah kasus: 144,032 (2.3%) (KEMENKES RI, 2022).

Kasus COVID-19 di Provinsi Sulawesi Selatan data update pukul 15:07,

hari kamis 23 Juni 2022. Suspek Follow Up 1021 10318 (91.0%) Discarded.

Total Suspek 11339 Probable Follow Up, 15 0.(0.0%) Sembuh 222 (93.7%)

Meninggal. Total Probable 237 Konfirmasi Aktif 247, 156 Asimptomatik, 91

Simptomatik 140627 (98.1%) sembuh, 2464 (1.7%) meninggal, total

konfirmasi 143.338 (Sulsel Tanggap COVID-19, 2022).

Kasus COVID-19 di Kota Makassar terkonfirmasi suspek follow up 672,

discarded 3.728 dan total suspek 4.400. Probable follow up 0, sembuh 12,

meninggal 147, total 159. Terkonfirmasi dirawat sebanyak 76 pasien, sembuh


sebanyak 63.147 pasien, meninggal sebanyak 1.106 pasien dan total

keseluruhan 68.872 pasien (Sulsel Tanggap COVID-19, 2022).

COVID - 19 dapat menyebar dari orang ke orang terutama ketika orang

yang terinfeksi melakukan kontak dekat dengan orang lain. Penularan

penyakit ini terjadi ketika orang yang terinfeksi bersin dan batuk dahak.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aerosol dari patogen yang sangat

ganas seperti (SARS CoV) dapat menularkan dengan jarak lebih dari enam

kaki. Salah satu upaya yang dapat dilakukan masyarakat untuk memutus

rantai penyebaran COVID-19 adalah dengan melakukan 3M yaitu memakai

masker, mencuci tangan menggunakan sabun, dan menjaga jarak satu meter

dengan orang lain (Wulandari dkk, 2021).

Dengan bertambahnya usia, tubuh akan mengalami berbagai penurunan

fungsi akibat dari proses penuaan, hampir semua fungsi organ dan gerak

menurun, selain itu diikuti dengan menurunnya imunitas sebagai pelindung

tubuh yang tidak dapat bekerja sekuat ketika masih usia muda. Lansia juga

rentan terhadap penyakit jantung, kencing manis, stroke, rematik, kolesterol

dan hipertensi. Oleh karena itu, kelompok lansia lebih rentan terinfeksi

dibandingkan orang dewasa atau anak-anak. Tetapi sayangnya, masih banyak

lansia yang punya kebiasaan dirumah ataupun diluar rumahnya yang tidak

menerapkan protokol kesehatan atau tidak menerapkan 3M (memakai masker,

mencuci tangan dan menjaga jarak (Wulan et al., 2021).

Lansia merupakan kelompok yang paling rentan terkena penyakit

COVID- 19. Orang yang lebih tua mengalami lebih banyak infeksi virus
corona dibandingkan dengan anak kecil, yang mempengaruhi infeksi serius

dan kematian, menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Mengacu pada data (WHO). Maka dari itu lansia diharuskan mematuhi

protkokol kesehatan secara ketat untuk menghindari terpapar dari virus

COVID-19. Kepatuhan lansia dalam menjalankan protokol kesehatan

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat mempengaruhi

pengetahuan yaitu antara lain pendidikan, sosial budaya, pengalaman,

informasi, usia, ekonomi dan lingkungan (Dyah dkk, 2021).

Pengetahuan dapat mempengaruhi suatu perilaku seseorang. Perilaku

adalah suatu kemampuan individu untuk merespon stimulus atau suatu

tindakan yang dapat dilihat dan memiliki frekuensi spesifik, durasi serta

tujuan secara disadari atau tidak. Masyarakat perlu mengenal, mempelajari

serta memahami segala aspek dari penyakit COVID-19 termasuk tanda dan

gejala, penyebab, pencetus dan penatalaksanaannya. Pengetahuan masyarakat

tentang upaya pencegahan COVID-19 dengan deteksi dini, isolasi mandiri,

menjaga jarak satu sama lain (Wulandari et al., 2021).

Pada penelitian sebelumnya, pengetahuan masyarakat tentang COVID-19

dalam kategori baik (90%) dapat mempengaruhi perilaku baik yaitu sebanyak

(90,8%) daripada masyarakat dengan pengetahuan cukup hanya (10%)

menunjukkan perilaku cukup baik sebanyak (4,2%). Pengetahuan masyarakat

tentang upaya pencegahan COVID-19 dengan deteksi dini, isolasi mandiri,

menjaga jarak satu sama lain. Perlindungan dasar juga diperlukan seperti

mencuci tangan menggunakan sabun, memakai masker, makanan bergizi


seimbang, olahraga cukup dan menerapkan etika batuk yang baik dan benar

memiliki peranan penting dalam mengantisipasi kejadian berulang

(Wulandari et al., 2021).

Hasil penelitian Prihati et al., (2020) penelitian tentang analisis

pengetahuan dan perilaku masyarakat di Desa Kotawaringin Barat mengenai

Covid 19 yaitu 100% responden atau (50 orang) memiliki tingkat

pengetahuan yang baik dan sebanyak 23 (46%) dari mereka yang disurvei

menunjukkan perilaku yang cukup baik dalam pencegahan COVID-19. Hasil

penelitian Sukesih et al., (2020) tentang pengetahuan dan sikap mahasiswa

kesehatan terhadap pencegahan COVID-19 di Indonesia pada angket

pengetahuan menunjukkan bahwa pengetahuan tertinggi berada pada kategori

“baik” dengan 228 (51,35%), sedangkan sikap tertinggi pada sikap baik.

kategori termasuk 206 (46,39%) (Dyah et al., 2021).

Melihat banyaknya angka kematian dari lansia akibat terpapar Virus

Corona yang melanda seluruh dunia. Oleh karenanya, peneliti ingin meneliti

terkait hal tersebut agar bisa mengetahui tingkat pengetahuan lansia. Adapun

data awal yang diperoleh dari rekam medis selama tiga bulan terakhir,

didapatkan sebanyak 53 pasien lansia yang menjalani perawatan di

Puskesmas terkait pada bulan Mei 2021, dibulan Juni 2021 terdapat 55 pasien

lansia dan dibulan Juli 2021 terdapat 67 pasien lansia. Dengan hasil rekam

medis tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian terkait hubungan

pengetahuan lansia dengan tindakan pencegahan penularan COVID-19 di

Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar.


B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan

pengetahuan lansia dengan tindakan pencegahan penularan COVID-19 di

Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar?

C. Tujuan Penilitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan lansia dengan tindakan

pencegahan penularan COVID-19 di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan lansia dengan tindakan pencegahan

penularan COVID-19 di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penilitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dengan

mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dibidang keperawatan dan

dapat menjadi bahan perbandingan atau referensi untuk penilitian selanjutnya.

2. Manfaat Institusi

Hasil penilitian ini diharapkan menjadi sumber pustaka dan wacana bagi

pembaca yang berada diperpustakaan dan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan hubungan pengetahuan lansia dengan tindakan pencegahan

penularan COVID-19 di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar.

3. Manfaat Praktis
Hasil penilitian ini dapat digunakan sebagai landasan dalam

mengembangkan penelitian selanjutnya dengan tema yang sama meski

dengan sudut pandang yang berbeda.

4. Manfaat bagi Masyarakat

Hasil penilitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat

akan pentingnya menjaga kesehatan dengan selalu menjaga pola hidup

terutama dalam melakukan tindakan pencegahan penularan COVID-19 salah

satunya dengan cara mencuci tangan sebelum dan setelah makan dan

beraktivitas.

Anda mungkin juga menyukai