Anda di halaman 1dari 13

BAB II

1 TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis TB

1. Definisi Tuberkulosis (TB)

Tuberkulosis adalah suatu penyakit kronik menular yang disebabkan oleh

bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan

asam sehingga sering dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA). Sebagian besar

kuman TB sering ditemukan menginfeksi parenkim paru dan menyebabkan TB

paru, namun bakteri ini juga memiliki kemampuan menginfeksi organ tubuh

lainnya (TB ekstra paru) seperti pleura, kelenjar limfe, tulang, dan organ ekstra paru

lainnya (Kemenkes RI, 2016).

2. Etiologi dan transmisi Tuberkulosis (TB)

Terdapat 5 bakteri yang berkaitan erat dengan infeksi TB: Mycobacterium

tuberculosis, Mycobacterium bovis, Mycobacterium africanum, Mycobacterium

microti and Mycobacterium cannettii. M.tuberculosis (M.TB), hingga saat ini

merupakan bakteri yang paling sering ditemukan, dan menular antar manusia

melalui rute udara. Tidak ditemukan hewan yang berperan sebagai agen penularan

M.TB. Namun, M. bovis dapat bertahan dalam susu sapi yang terinfeksi dan

melakukan penetrasi ke mukosa saluran cerna serta menginvasi jaringan limfe

orofaring saat seseorang mengonsumsi susu dari sapi yang terinfeksi tersebut.

Angka kejadian infeksi M.bovis pada manusia sudah mengalami penurunan

signifikan di negara berkembang, hal ini dikarenakan proses pasteurisasi susu dan

telah diberlakukannya strategi kontrol tuberkulosis yang efektif pada ternak. Infeksi

terhadap organisme lain relatif jarang ditemukan (Kemenkes RI, 2020).

3. Morfologi mycobacterium tuberculosis

Berikut adalah taksonomi dari Mycobacterium Tuberkulosis (Farida

Juliantina & Agustiningtyas, 2020)


Kingdom : Bacteri

Filum : Actinobacteria

Ordo : Actinomycetales

Famili : Mycobacteriaceae

Genus : Mycobacterium

Spesies : Mycobacterium tuberculosis

Gambar 2.1. Mycobacterium Tuberkulosis, dengan metode Ziehl


Neelsen perbesaran objektif 100 X.
4. Bentuk Mycobacterium tuberculosis

Mycobacterium tuberculosis atau basil tuberkel adalah batang tipis

biasanya lurus kadang bengkok atau bentuk ganda pada jaringan tubuh,

kuman tuberculosis berbentuk batang halus berukuran 3 x 0,5 mikron

meter (RISKESDAS, 2010). Satu karakteristik basil tuberkel yang

menonjol adalah penampilanya yang berlilin. Hal ini menyebabkan kuman

ini sulit untuk diwarnai, akan tetapi sekali terwarnai basil ini sangat sulit

resisten terhadap pemudaran warna. Pada pewarnaan Ziehl Neelsen, kuman

berwarna merah dengan latar belakang warna biru (Jawetz 2010).


Gambar 2.2. Struktur dan bentuk bakteri Mycobacterium tuberculosis.
(Sumber: Ahmadrusli 2012)
5. Daya Tahan KumanTuberkulosis

Daya tahan kuman tuberculosis lebih besar apa bila dibandingkan

dengan kuman lain karna sifat permukaannya sel hidrofilik. Hijau melosit

dapat membunuh kuman lain tetapi tidak dapat membunuh mycobacterium

tuberculosis, demikian juga asam dan alkali. Dengan fenol 5% di perlukan

waktu 24 jam untuk membunuh kuman ini. Pada sputum kering yang

melekat pada debu, daya tahan kuman ini 8-10 hari (Kemenkes, 2010 ).

Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama

beberapa tahun. Cepat mati jika terpapar cahaya matahari langsung. Di

tempat gelap dan lembab bisa bertahan beberapa jam (Amin, 2009).

Menurut Soeparman (2011) mycobacterium mempunyai sifat-sifat

berikut:

a. Tidak bertahan terhadap sinar matahari

b. Bersifat aerob yang lebih menyenangi kadar oksigen lebih tinggi


c. Dapat hidup dalam paru-paru dan jika memungkinkan dia akan aktif

dan berkembang baik lagi Tetapi mycobacterium tuberculosis dapat mati

dengan pasteurisasi (Depkes RI Jakarta, 2012)

6. Patofisiologi

Basil tuberculosis ini berkembang dalam paru-paru walaupun bisa hidup

pada organ lain. Terjadinya infeksi ini tergantung atau di pengaruhi oleh

virulensi kuman dan dan daya tahan seseorang. Kuman yang berada di

jaringan paru akan berkembang kedalam sitoplasma makrofag dan

membentuk sarang primer, kemudian basil ini terus berkembang ke limfe dan

terus ke aliran limfe yang di ikuti oleh pembesaran kelenjer getah bening.

Penyebaran penyakit ini bila melalui kelenjer getah bening, pembuluh darah

dan organisme yang melalui kelenjer getah bening dalam jumlah yang kecil

akan mencapai pembuluh darah dan kadang-kadang menimbulkan lesi pada

organg lain (Amin, 2009).

7. Gejala klinis Tuberkulosis (TB)

Gejala penyakit TB tergantung pada lokasi lesi, sehingga dapat

menunjukkan manifestasi klinis seperti batuk ≤ 2 minggu, batuk berdahak,

batuk berdahak dapat bercampur darah, dapat disertai nyeri dada dan sesak

napas. Adaput dengan gejala lain meliputi malaise, penurunan berat badan,

menurunnya nafsu makan, menggigil, demam, dan berkeringat di malam hari

(Kemenkes RI, 2020)


B. Klasifikasi Sputum

Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi

sumber, warna, volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biasanya

memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan

sputum itu sendiri. Klasifikasi bentuk sputum dan penyebabnya :

1. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan

berasal dari sinus, atau saluran hidung, bukan berasal dari saluran napas

bagian bawah.

2. Sputum banyak sekali & purulen → proses supuratif (eg. Abses paru) Sputum

yg terbentuk perlahan & terus meningkat → tanda bronkhitis/bronkhiektasis.

3. Sputum kekuning-kuningan → proses infeksi.

4. Sputum hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan

adanya verdoperoksidase yang dihasikan oleh PMN dalam sputum. Sputum

hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan

sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.

5. Sputum merah muda & berbusa → tanda edema paru akut.

6. Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.

7. Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis. Pasien berkumur

dengan air garam dahulu, kemudian di beri wadah yang bermulut lebar,

mempunyai tutup berulir, tidak mudah pecah, tidak bocor, sekali pakai

dibuang (disposible). Pasien dalam posisi berdiri, jika tidak memungkinkan

dapat dengan duduk agak membungkuk. Pagi hari setelah bangun tidur

biasanya rangsangan batuk sangat kuat.


C. Klasifikasi dan tipe pasien Tuberkulosis (TB)

Terduga (presumptive) pasien TB adalah seseorang yang mempunyai

keluhan atau gejala klinis mendukung TB (sebelumnya dikenal sebagai terduga

TB). Pasien TB yang terkonfirmasi bakteriologis adalah pasien TB yang terbukti

positif bakteriologi pada hasil pemeriksaan (contoh uji bakteriologi adalah

sputum, cairan tubuh dan jaringan) melalui pemeriksaan mikroskopis langsung,

TCM TB, atau biakan. Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah (Kemenkes

RI, 2020) :

1. Pasien TB paru BTA positif

2. Pasien TB paru hasil biakan M.TB positif

3. Pasien TB paru hasil tes cepat M.TB positif- 15 -

4. Pasien TB ekstra paru terkonfirmasi secara bakteriologis, baik

5. dengan BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh uji jaringan yang terkena.

6. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis.

Pasien TB terdiagnosis secara klinis adalah pasien yang tidak memenuhi

kriteria terdiagnosis secara bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB

aktif oleh dokter, dan diputuskan untuk diberikan pengobatan TB.

Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah (Kemenkes RI, 2020) :

1. Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto toraks mendukung

TB.

2. Pasien TB paru BTA negatif dengan tidak ada perbaikan klinis setelah

diberikan antibiotika non OAT, dan mempunyai faktor risiko TB


3. Pasien TB ekstra paru yang terdiagnosis secara klinis maupun laboratoris dan

histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis.

4. TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring.

Pasien TB yang terdiagnosis secara klinis dan kemudian terkonfirmasi

bakteriologis positif (baik sebelum maupun setelah memulai pengobatan) harus

diklasifikasi ulang sebagai pasien TB terkonfirmasi bakteriologis.

D. Mikroskopik Basil Tahan Asam (BTA)

Pemeriksaan mikroskopik BTA dari sputum sangat berperan dalam

mendiagnosis awal dan pemantauan pengobatan TB paru. Bakteri tahan asma

(BTA) merupakan bakteri bakteri yang memiliki ciri-ciriyaitu berantai karbon (C )

yang panjang 8-95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan

lilin dan asam lemak mikolat, lipit yang ad bisa mencapai 60% dari berat dinding

sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculose,

Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae, Nocandia meningitidis, dan

Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose adalah bakteri patogen yang

dapat menyebabkan penyakt tuberculose, dan bersifat tahan asam sehingga

digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA). Penularan Mycobacterium

Tuberculosis terjadi melalui jalan pernafasan (Syahrurachman, 1994).

1. Prinsip Kerja Pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA)

Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak

yang sukar ditembus cat. Oleh karena pengaruh fenol dan pemanasan maka

lapisan lilin dan lemak itu dapat ditembus cas basic fukhsin. Pada waktu

pencucian dengan asam alkohol warna larutan carbol fuchsin tidak dilepas.
Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan mengambil warna

biru dari Methylen Blur. Bakteri tahan asam (BTA) akan memberikan warna

merah, sedangkan yang tidak tahan asam akan berwarna biru

2. Metode Pemeriksaan Basil Tahan Asam ( BTA)

a. Metode Zhiehl Neelsen

Metode ini menggunakan carbol fukshin 0,3% HCL alkohol 3%

methylen blue 0,3% a)

1) Pewarnaan ini dilakukan dengan cara mewarnai sediaan dengan carbol

facshin 0,3% dengan pemanasan 3-5 menit sampai timbul uap, jangan

sampai mendidih, diamkan selama 5 menit, cuci sediaan dengan air

mengalir sampai bersih

2) Kemudian tetesi dengan larutan Hcl alkohol 3% sampai tidak ada lagi

zat warna yang larut, cuci sediaan dengan air mengalir sampai bersih.

3) Kemudian warnai sediaan dengan methylen blue 0,3%, hingga

menutup sediaan dan diamkan selama 10-20 detik, cuci

preparat/sediaan dengan air mengalir sampai bersih, biarkan kering,

baru di liat sediaan dengan mikroskop (oil imersi) pembesaran 10 x

100.

Sediaan yang telah diwarnai dan kering diperiksa dibawah

mikroskop binokuler.

b. Pembacaan Sediaan Sputum

Cari terlebih dahulu lapang pandang dengan objektif 10x.

1) Teteskan satu tetes imersi oil di atas hapusan sputum.20

2) Periksa dengan menggunakan lensa okuler 10x dan objektif 100x.


3) Carilah Basil Tahan Asam (BTA) yang berbentuk batang berwarna

merah.

4) Periksa paling sedikit 100 lapang pandang atau dalam waktu kurang

lebih 10 menit, dengan cara menggeserkan sediaan menurut arah.

c. Pembacaan Hasil

Pembacaan hasil pemeriksaan sediaan sputum adalah sebagai berikut :

1) Tidak ditemukan BTA dalam lapang pandang, disebut negative.

2) Ditemukan 1-9 BTA dalam semua lapang pandang ditulis jumlah

kuman yang ditemukan (Scanty).

3) Ditemukan 10-100 BTA dalam semua lapang pandang, disebut +

(positif) atau 1+ (positif satu). Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang

pandang, disebut ++ atau 2+ (positif dua), menimal dibaca 50 lapang

pandang. Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++

atau 3+ (positif tiga).

d. Metode Fluorokrom

Pewarnaan fluorokrom memerlukan mikroskop yang dilengkapi

untuk pencahayaan ultraviolet atau halogen quartz. Metode pewarnaan

fluorokrom bukanlah suatu prosedur antibody fluoresen. Pewarna pimer

adalah campuran zat warna auramin O dan rodamin B dalam

karbol/gliserol. Zat dekolorisasi adalah asam hidroklorida/etanol yang

tidak sekuat pada prosedur Ziehl-Neelsen atau Kinyoun dan zat warna

tandingannya adalah larutan kalium permanganate yang menghilangkan


fluoresensi latar. Keunggulan pewarnaan fluorokrom adalah

sensitivitasnya yang lebih tinggi.

1) Sediaan direndam didalam larutan Auramine (Merck)

2) Dibiarkan selama 15 menit, kemudian dicuci dengan air bebas klorin

atau H2O destilata dan dikeringkan.

3) Sediaan direndam didalam asam alkohol, dibiarkan selama 2 menit,

dicuci dengan H2O destilata dan dikeringkan.

4) Setelah itu sediaan direndam didalam kalium permanganat 0,5%,

dibiarkan selama 2 menit, dicuci dengan H2O destilata dan

dikeringkan di udara

5) Setelah kering, sediaan dibaca di bawah mikroskop UV

e. Teknik Pemekatan (sentrifugasi)

Bahan pemeriksaan dapat pula dihomogenisasi/konsentrasi dahulu

dengan zat-zat kimia tertentu sebelum diperiksa secara mikroskopis.

Homogenisasi terbaik adalah dengan menggunakan zat NaOH 4%

menurut Kubica. (Misdiarly,2006)

Caranya ialah sebagai berikut :

1) Campurkan sputum dengan NaOH 4% sama banyak

2) Kemudian aduk sputum dan NaOH 4% hingga tercampur

3) Kocok campuran dengan mesin pengocok dengan 210 guncangan

permenit

4) Sentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm

5) Buang cairan, hingga yang tersisa hanya sedimen saja


6) Dicuci satu kali dengan aquadest, buang supernatan hingga yang

tersisa hanya sedimennya saja

7) Dibuat sediaan hapus Cara pembuatan hapusan dahak sama sepetri

pembuatan hapusan daahak secara konvensional

3. Diagnosis Mikroskopis Basil Tahan Asam (BTA)

Diagnosis TB dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan mikroskopis BTA

dibaca dengan skala Internasional Union Against Tuberculosis dan Disease

(IUATLID), antara lain :

a. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang disebut negatif

b. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman

yang ditemukan

c. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut +1

d. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +2

e. Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +3


E. Kerangka Teori

Pasien Tuberkulosis
(TB)

Gejala klinis Gejala Diagnosis

Pemeriksaan BTA pada pemeriksaan Ziehl


Klinis sebagai berikut:
Sputum Neelsen (ZN)
Batuk
Batuk berdahak
Batuk berdahak dapat Sutum Sewaktu-pagi-
bercampur darah sewaktu (S-P-S)
Dapat disertai nyeri dada
Sesak napas Hasil :
Dengan gejala lain meliputi : 1+
Malaise 2+
Penurunan berat badan 3+
Menurunnya nafsu makan
Menggigil
Demam
Berkeringat di malam hari

Gambar 2.3. Kerangak Teori

F. Pertanyaan Penelitian

Jumlah kuman yang ditemukan merupakan informasi yang sangat

penting karena berhubungan dengan derajat penularan penderita maupun

dengan beratnya penyakit. Oleh karena itu pemeriksaan bukan saja harus

secara kualitatif, tetapi juga secara semi kuantitatif. Pencatatan hasil

pembacaan berdasarkan skala IUATLD (Internasional Union Against

Tuberculosis Lung Disease ), sebagai berikut :


 Negatif (-) tidak ditemukan BTA dalam 100 LPI (Lapangan Pandang

Imersi)

 Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 LP, ditulis jumlah kuman yang ditemukan

 Positif 1 (+) ditemukan 10-99 BTA / 100 LP

 Positif 2 (++) ditemukan 1-10 BTA /1 LP

 Positif 3 (+++) ditemukan lebih dari 10 BTA / LP

Anda mungkin juga menyukai