Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN OBSERVASI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN

PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHTAN DAN KESELAMATAN KERJA


OLEH PERAWAT BAGI PARA PETANI DI RT 09 LABU API TENTANG
HUBUNGAN PESTESIDA DENGAN KEJADIAN HIPERTESI PADA PETANI

DOSEN PEMBIMBING:

Harlina Putri Rusiana., Ners., M. Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK V:

1. Amila Dinan Farihan (003 STYC20)


2. Aprizal (006 STYC20)
3. M. Syarif Hidayatullah (028 STYC20)
4. Nadila Safitri (030 STYC20)
5. Serlin Susmila Cahyani (043 STYC20)
6. Pica Intia Dewi (150 STYC20)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATARAM 2020/2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah subhanahu wa ta’ala yang maha pemurah dan lagi
maha penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat allah subhanahu wa ta’ala,
yang telah melimpahkan hidayah, inayah dan rahmat-nya sehingga kami mampu
menyelesaikan penyusunan Laporan ini dengan judul “Laporan Observasi Dan
Pendidikan Kesehatan Pemberian Pendidikan Kesehtan Dan Keselamatan Kerja Oleh
Perawat Bagi Para Petani Di Rt 09 Labu Api Tentang Bahaya Pestesida Yang Dapat
Menyebabkan Anemia Dan Cara Menanggulanginya’’ tepat pada waktunya.
Penyusunan Laporan ini sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan
dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya.
Untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang
sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan Laporan ini.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam Laporan
ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-
aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu
bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya demi
penyempurnaan Laporan ini.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari Laporan yang sederhana ini bisa
bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih berhubungan pada Laporan-
Laporan berikutnya.

Mataram, 04 Januari 2022

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belaknag ................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.3 Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................. 3
2.1 Konsep Dasar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3).................................... 3
2.2 Konsep Dasar Penyakit Akibat Kerja ................................................................ 4
2.3 Konsep Dasar Hazard ........................................................................................ 5
2.4 Konsep Dasar Petanian ...................................................................................... 6
2.5 Konsep Teori Alat Perlindungan Diri (APD) .................................................... 6
BAB III HASIL OBSERVASI ......................................................................................... 8
3.1 Deskripsi Pelaksanaan ....................................................................................... 8
3.2 Hasil Pengamatan .............................................................................................. 8
3.3 Kesimpulan ........................................................................................................ 9
BAB IV PENDIDIKAN KESEHATAN ........................................................................ 10
4.1 Latar Belakang ................................................................................................. 10
4.2 Tujuan .............................................................................................................. 13
4.3 Metode Pelaksanaan ........................................................................................ 13
4.4 Kesimpulan ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 15
LAMPIRAN .......................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belaknag


Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau disingkat K3 adalah kondisi kerja yang
sehat serta memberikan keselamatan bagi tenaga kerjanya. Menurut Occupational
Safety Health Administrasi (OSHA), pengertian K3 adalah aplikasi ilmu dalam
mempelajari risiko keselamatan manusia dan properti baik dalam industri maupun
bukan. Kesehatan keselamatan kerja merupakan multidisiplin ilmu yang terdiri atas
fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku dengan aplikasi pada manufaktur,
transportasi, penanganan material bahaya.
Indonesia juga memiliki undang-undang yang mengatur mengenai K3, Dasar
hukum undang undang K3 adalah UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal
86 ayat 1 dan 2 tentang pelaksanaan K3 serta pasal 87 ayat 1 tentang wajibnya
perusahaan dalam menerapkan aturan K3. UU No.13 Tahun 2003 Pasal 86 (1)
berbunyi” Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas: keselamatan dan kesehatan kerja; moral dan kesusilaan; dan perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.” Selain itu
terdapat dasar hukum K3 dari PP 50 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 2 yang berisi”
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja “.
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi,
serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Bertani adalah mengusahakan tanah
dengan tanam tanaman yang dalam artian syarat utama dalam bertani adalah tanah
yang subur, sama halnya yang terjadi di RT 09 labu Api Lombok Barat NTB kondisi
tanah disana di katogorikan lembab dalam artian subur sehingga dapat di tanamai
dengan berbagai macam sayuran dan buah-buahan, unutk itu mayoritas masyakat
memilih sebagai petani.
Alasan kelompok kami untuk melakukan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat RT 09 Labu Api yang khususnya sebagai petani terkait dengan hubungan
pestesida dengan kejadian hipertesensi pada petani yaitu berdasarkan hasil observasi

1
masih ditemukan penggunaan pestisida yang tidak memenuhi ketentuan yang ada
seperti dosis yang dipergunakan melebihi takaran, Penggunaan pestisida lebih dari
dua jenis dalam sekali pakai, tidak menggunakan alat pelindung diri (APD), dan
melakukan penyemprotan sambil merokok, sementara keluhan seperti pusing dan
mual setelah melakukan pengelolaan pestisida pada petani dianggap sebagai hal yang
biasa.
Penggunaan pestisida memang dapat menguntungkan perekonomian petani
namun jika dilihat dari sisi lain yaitu dari sisi lingkungan dan kesehatan, pestisida
dapat mencemari lingkungan dan memberikan gangguan akut pada kesehatan petani.
Salah satunya adalah peyakit Hipertensi (Marda Louisa et al, 2018). Dari permasalah
tersebut pendidikan kesehatan terhadap masyarakat perlu dilakukan guna
mengedukasi ke masyarakat tata cara penggunaan pastesida yang baik dan benar agar
dapat menghindari dampak negatif yang tidak di inginkan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah agar mahasiswa/i dapat
mengetahui sumber penyakit dan hazard pada pertanian seperti:
1. Bahaya kimia pada pertaninan
2. Bahaya ergonomic pada pertaninan
3. Bahaya biologi pada pertaninan
4. Bahaya fisik/lingkungan pada pertaninan

1.3 Manfaat
Adapun Manfaat dari penyusunan laporanini yaitu agar mahasiswa/i dapat:
1. Mengetahui seberapa tingkat K3 diterapkan di kelompok pertanian
2. Menambah pengetahuan Mahasiswa/i STIKES Yarsi Mataram mengenai K3
Serta,
3. Penulis dan kelompok dapat langsung merasakan pengalaman observasi dan
memberikan pendidikan kesehatan langsung mengenai penerapan K3

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Purwadarmitnto,1984) penerapan
adalah cara menerapkan. Keselamatan adalah keadaan selamat. Menurut Chaidir
Situmorang (2003:1), Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat dideskripsikan secara
filosofis dan keilmuan. Secara filosofis yaitu suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani dan rohaniah tenaga kerja, hasil
karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara
keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah merupakan ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Menurut Dainur (1993:75) Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
keselamatan yang berkaitan dengan hubungan tenaga kerja dengan peralatan kerja,
bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan cara – cara melakukan
pekerjaan tersebut.
Menurut Suma’mur (2001:104) keselamatan kerja merupakan suatu rangkaian
usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan
yang berkerja di perusahaan yang bersangkutan.
Anwar Sutrisno yang dikutip Moenir (1993:201) mengemukakan keselamatan
kerja adalah suatu keadaan dalam lingkungan /tempat kerja yang dapat menjamin
secara maksimal keselamatan serta kesehatan orang – orang yang berada
didaerah/ditempat tersebut, baik orang tersebut pegai maupun bukan pegawai
organisasi kerja itu. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan
dengan peralatan, tempat kerja dan lingkungan, serta cara – cara melakukan
pekerjaan.
Pendapat lain juga diungkapkan oleh H.A. Taslimin (1993:1) bahwa
keselamatan dan kesehatan kerja menyangkut semua unsur yang terkait didalam
aktifitas kerja yang menyangkut subyek (orang yang melakukan pekerjaan), objek
(material) yaitu benda – benda atau barang – barang yang dikerjakan, alat – alat yang
dipergunakan dalam bekerja serta menyangkut lingkungannya.

3
Dari beberapa definisi dan konsep di atas peneliti menyimpulkan bahwa
penerapan dan keselamatan kerja adalah suatu cara untuk menerapkan diri atau
mengatur diri sendiri pada suatu pekerjaan agar bisa bekerja dengan aman dan sehat
baik secara jasmani dan rohani yang berhubungan dengan proses kerja dan
lingkungan kerjanya.

2.2 Konsep Dasar Penyakit Akibat Kerja


Menurut Suma’mur (1985) penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini artefisial oleh karena
timbulnya di sebabkan oleh adanya pekerjaan. Kepadanya sering diberikan nama
penyakit buatan manusia (Manmade disease).
Terdapat tiga istilah yang digunakan untuk mendefinisikan penyakit akibat
kerja yaitu penyakit yang timbul karena hubungan kerja, penyakit yang disebabkan
karena pekerjaan atau lingkungan kerja, dan penyakit akibat kerja. Ketiga istilah
tersebut mempunyai pengertian yang sama dan masing-masing memiliki dasar
hukum dan perundang-undangan yang menjadi landasannya. Penyakit akibat kerja
yaitu penyakit yang penyebabnya adalah pekerjaan dan atau lingkungan kerja
(Suma’mur, 2009).
Ada beberapa jenis penyakit akibat kerja menurut Simposium Internasional
oleh ILO dalam Anizar (2009), yaitu a) Penyakit akibat kerja (occupational disease)
Penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan
pekerjan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui, b)
Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (work related disease) Penyakit yang
mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pada pekerjaan memegang
peranan bersama dengan faktor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang
mempunyai etiologi yang kompleks, dan Penyakit yang mengenai populasi kerja
(disease affecting working populations) Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja
tanpa adanya agen penyebab di tempat pekerja. Namun dapat diperberat oleh kondisi
pekerjaan yang buruk untuk kesehatan.

4
2.3 Konsep Dasar Hazard
Bahaya (hazard) merupakan suatu sumber potensi kerugian atau situasi dengan
potensi yang menyebabkan kerugian (AS/NZS, 1999). Hammer (1989) mengatakan
bahwa hazard merupakan kondisi yang berpotensi untuk menyebabkan injury
terhadap orang, kerusakan peralatan atau struktur bangunan, kerugian material, atau
mengurangi kemampuan untuk melakukan suatu fungsi yang telah ditetapkan.
Hazard dapat dibedakan berdasarkan kejadiannya, yaitu hazard yang disebabkan oleh
alam (bencana alam) dan disebabkan oleh manusia. Hazard dapat dikelompokkan
menjadi tujuh berdasarkan jenisnya (Hendra. 2006):
1. Biological Hazard (bahaya biologi), seperti virus, jamur, bakteri, tanaman, dan
binatang yang menginfeksi manusia;
2. Chemical Hazard (bahaya kimia), seperti bahaya yang ditimbulkan oleh bahan
beracun dan berbahaya (B3), debu, larutan kimia, uap kimia, daya ledak bahan
kimia, oksidasi, dan bahan kimia mudah terbakar;
3. Ergonomic Hazard (bahaya ergonomi), seperti desain tempat kerja yang tidak
sesuai, material handling, pencahayaan yang kurang, gerakan tubuh terbatas,
desain pekerjaan yang dilakukan, dan pergerakan yang berulang-ulang;
4. Physical Hazard (bahaya fisika), seperti radiasi, suhu panas, kebisingan, getaran,
dan tekanan;
5. Psychological Hazard (bahaya psikososial), seperti jam kerja panjang, trauma,
lingkungan kerja tidak nyaman, dan sebagainya;
6. Mechanical Hazard (bahaya mekanis), merupakan bahaya yang disebabkan
benda-benda bergerak, yang dapat menimbulkan dampak seperti terpotong,
tergores, tersayat;
7. Electrical Hazard (bahaya listrik), bahaya yang ditimbulkan oleh arus listrik
pendek, listrik statis.

5
2.4 Konsep Dasar Petanian
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi,
serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.Kegiatan pemanfaatan sumber daya
hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya
tanaman atau bercocok tanam serta pembesaran hewan ternak, meskipun cakupannya
dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan
produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekadar ekstraksi semata,
seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan (International Labour Organization.
1999).
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di
lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu
pendukungnya. Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu
pendukung, seperti ilmu tanah, meteorologi, teknik pertanian, biokimia, dan statistika
juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani adalah bagian inti dari pertanian karena
menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. "Petani" adalah
sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani
tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak secara khusus disebut
sebagai peternak, (Harahap, Fitra Syawal 2021).

2.5 Konsep Teori Alat Perlindungan Diri (APD)


Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Tramsmigrasi Nomor
PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri yang selanjutnya disingkat APD
adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat
kerja. Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan tempat,
mesin, peralatan, dan lingkungan kerja wajib diutamakan.
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Association, personal
protective equipment atau alat pelindung diri didefinisikan sebagai alat yang
digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh
adanya kontak dengan bahaya di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis,
radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

6
Alat pelindung haruslah enak dipakai, tidak mengggangu kerja dan
memberikan perlindungan yang efektif. Pakaian kerja harus dianggap suatu alat
perlindungan terhadap bahaya kecelakaan. Pakaian pekerja pria yang bekerja
melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau
punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan atau pun kerutan yang mungkin
mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana panjang, jala atau ikat
rambut, baju yang pas dan tidak mengenakan perhiasaan. Pakaian kerja sintetis hanya
baik terhadap bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja
dengan bahan yang dapat meledak oleh aliran listrik statis (Suma’mur, 2014).

7
BAB III
HASIL OBSERVASI

3.1 Deskripsi Pelaksanaan


Pelaksanaan observasi terkait hubungan pestesida dengan kejadian hipertensi pada
petani di laksanakan pada:
Hari / Tanggal : Kamis 16 Desember 2021
Tempat : Labu Api, Lombok Barat
Nama : STIKES YARSI MATARAM
Alamat : Jalan Labu Api RT 09

3.2 Hasil Pengamatan


Kelompok kami melakukan observasi di RT 09 Labu Api dengan cara meminta
izin kepada ketua RT 09 Labu Api yang dimana sebagai penanggung jawab di
lingkiunagn labu api khususnya RT 09, kami meminta izin kepada beliau untuk
mengobservasi wilayah RT 09 Labu Api dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
kodisi kesehatan dan keselamatan kerja warga disana khususnya yang berpropesi
menjadi petani.
RT 09 Labu Api, memiliki jumlah keseluruhan penduduk 189 KK dan rata rata
tingkat pendidikan penduduk disana yaitu sekolah menengah atas (SMA), tekstur
tanah di sana tegolong lembab dan subur yang dalam artian lain bisa di tanamai oleh
berbagai tumbuhan seperti padi, jagung, mentimun, tembakau, serta sayur dan buah-
buahan lainnya, sehingga masyarakat di sana sebagian besar memilih profesi sebagai
petani karena menurut mereka selain bisa memanfaatkan lingkungan sekitar dengan
baik profesi petani juga bisa menghijaukan lingkungan dan meningkatkan kualitas
udara yang ada disana, selain menjadi petani profesi masyarakat disana yaitu sebagai
pedagang yang dimana barang yang di dagangkan adalah hasil dari pertanian mereka
sendiri seperti sayuran dan buah-buahan.
Dari data hasil observasi masyarakat di RT 09 Labu Api, dalam bertani
masyarakat disana masih menggunakan pastasida untuk membasmi hama sehingga
berisiko untuk mengalami keracunan pestisida dengan dampak negatif jangka
panjang. Efek negatif dari pajanan pestisida pada masyarakat di RT 09 ini tidak kalah
besarnya karena dapat menimbulkan berbagai gangguan. Hal ini berkaitan dengan

8
keterlibatan mereka dalam kegiatan di bidang pertanian, seperti menyemprot,
menyiapkan perlengkapan untuk menyemprot, termasuk mencampur pestisida,
mencuci peralatan/pakaian yang dipakai saat menyemprot, membuang rumput dari
tanaman, mencari hama, menyiram tanaman dan memanen hasil pertanian.
Menurut masyarakat RT 09 Labu Api pegnggunaan pastesida di gunakan untuk
memperoleh hasil panen yang maksimal, namun masih ditemukan penggunaan
pestisida yang tidak memenuhi ketentuan yang ada seperti dosis yang dipergunakan
melebihi takaran, penggunaan pestisida lebih dari dua jenis dalam sekali pakai, tidak
menggunakan alat pelindung diri (APD), dan melakukan penyemprotan sambil
merokok, sementara keluhan seperti pusing dan mual setelah melakukan pengelolaan
pestisida pada petani dianggap sebagai hal yang biasa.

3.3 Kesimpulan
Dari hasil obeservasi diatas pendidikan kesehatan terhadap masyarakat RT 09
Labu Api perlu dilakukan guna mengedukasi ke masyarakat terkait dengan kesehatan
dan keselamatan kerja pada bidang pertanian khususnya tata cara menggunakan
pestesida dengan baik dan benar sehingga dapat terhidar dari hal yang tidak di
inginkan.

9
BAB IV
PENDIDIKAN KESEHATAN

4.1 Latar Belakang


Hazard atau bahaya merupakan sumber potensi kerusakan atau situasi yang
berpotensi untuk menimbulkan kerugian. Sesuatu disebut sebagai sumber bahaya
hanya jika memiliki risiko menimbulkan hasil yang negatif (Cross, 1998). Bahaya
diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk muncul dan
menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu bagian dari rantai kejadian
hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya terdapat dimana-mana baik di
tempat kerja atau di lingkungan, namun bahaya hanya akan menimbulkan efek jika
terjadi sebuah kontak atau eksposur (Tranter, 1999). Penyakit akibat kerja adalah
gangguan kesehatan yang dialami oleh seseorang akibat rutinitas atau paparan zat
tertentu di tempat kerja. Ada beragam jenis penyakit akibat kerja, dan masing-masing
memiliki pemicu atau penyebab yang berbeda. Penyakit akibat kerja penting untuk
diketahui, karena banyak orang tidak sadar bahwa keluhan yang mereka alami
merupakan dampak dari pekerjaan mereka sehari-hari.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan kepanjangan dari K3 adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP 50
Tahun 2012). Dengan diterapkan nya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
bidang pertanian akan sangat membantu para pekerja agar terhindar dari Hazard
selama mereka bekerja dan akan mengurangi risiko terjadi penyakit akibat kerja yang
akan menyusahkan para pekerja ini di masa yang akan datang. Dengan diterapkan
K3 juga dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi para
pekerja.

10
Bentuk Hazard dan PAK pada pertanian
No Sumber Hazard Kegiatan
.
1. Ergonomic Karena keadaan masyrakat tidak semuanya
menggunakan peralatan yang moderen seperti
pemotong rumput otomatis, msyarkat disana masih
banyak yang meneggunakan sabit untuk mencari
rumput, baik untuk membersihkan lahan maupun
memberi ternak makan sehingga hal ini bisa
menyebabkan rasa pegal pada persendian yang di
alami petani di karenakan pososisi jongkok yang
raltif lama pada saat mencari rumput tersebut.

2. Fisik/Lingku Kebiasaan petani disana ketika selesai bertani


ngan terkadang perlatan seperti sabit dan cangkul di
tinggalkan di lahan pertanian seperti di taruh di
semak-semak dengan tujuan agar mereka tidak perlu
repot repot membawa barang itu kembali ketika
ingin bertani, hal ini bisa menjadi pemicu terjadinya
cedera baik bagi petani itu sendiri maupun orang
yang tidak sengaja lewat di karenakan posisi
peralatan tersebut tersembunyi di semak yang tidak
terlihat.
Sumber Kegitan
Penyakit
1. Biologis Pada saat bertani kebanyakan dari mereka
menggunakan pakaian yang sama di setiap
harinya kemudian baru di ganti pada saat pulang
hal ini bisa menjadi sumber penyakit terutama
yang berhubungan dengan kulit sehingga tak
jarang dari petani yang mengeluh gatal-gatal saat
selesai bertani.
2. Kimia Penggunan pesetesida yang berlebih dapat
menggangu kesehatan petani dan dampak dari
perilaku dari petani yang tidak menggunakan APD
pada saat membasmi hama lebih rentan terkena
keracunan pestesida yang salah satu dampaknya
adalah hipertensi.

3. Ergonomic Pada saat pulang dari lahan pertanian tidak jarang


masyarakat mengeluh sakit pada bagian tengkuk
yang di akibatkan terlalu banyak jongkok terutama
saat mencari rumput untuk ternak

11
Menurut penelitian Nikmah, S. S., & Pawenang, E. T. (2020) degnan judul
“Faktor Kejadian Hipertensi pada Petani Penyemprot Bunga”, Berdasarkan hasil
penelitian d bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada petani
penyemprot bunga di Desa Kenteng Kecamatan Bandungan adalah pengetahuan,
masa kerja, jenis pestisida, waktu penyemprotan, dan kelengkapan APD. Sementara
faktor yang tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah teknik
penyemprotan, lama penyemprotan, frekuensi penyemprotan, dan penyimpanan.
Menurut penelitian Louisa M, Sulistyani, Joko T. (2018) dengan jdudl
“Hubungan Penggunaan Pestisida dengan Kejadian Hipertensi pada Petani Padi
di Desa Grinsing Kecamatan Grinsing Kabupaten Batang” Terdapat hubungan yang
signifikan antara usia, jenis kelamin, masa kerja, penggunaan alat pelindung diri,
genetik dan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi.
Menurut penelitian Agustina F, Suhartono, Dharminto. (2018) dengan judul
“Hubungan Pajanan Pestisida dengan Kejadian Hipertensi pada Petani Hortikultura
di Desa Gerlang Kecamatan Blado Kabupaten Batang” ditemukan Tingkat
penggunaan pestisida dan jenis pestisida yang digunakan berpengaruh terhadap
kejadian hipertensi.
Dari jurnal penelitian di atas dapat di simpulakan bahwa hubungaan pestesida
dengan kejadian hipertensi pada petani sangat berkaitan terutama petani di RT 09
Labu Api dimana penggunaan APD belum di perhatikan, Masih Sering Merokok
sambil menyemprotkan pastesida dan penggunaan takaran pestesida yang melebihi
takaran normal masih di temukan disana, untuk itu sangat perlu di adakan pendidikan
kesehatan pada masyarakat agar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terkait
pentingnya Apd pada saat bekerja.

12
4.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pendidikan kesehatan yang akan di lakukan yaitu:
1. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan APD
pada saat menggunakan pestesida
2. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait dengan bahaya pestesida
terhadap kesehatan
3. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya hipertensi dan
hubungan nya dengan penggunaan pestesida
4. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat
agar terhindar dari masalah hipertensi

4.3 Metode Pelaksanaan


4.3.1 Personalia
1. Serlin Susmila Cahyani : Muderator
2. Pica Intia Dewi : Pemateri
3. Amila Dinan Farihan : Dokumentasi
4. M. Syarif Hidayatullah : Sekertaris
5. Aprizal : Perlengkapan
6. Nadila Safitri : Konsumsi
4.3.2 Pelaksanaan
N Tahapan Pelaksanaan
o.
1. Tahap Pembukaan • Moderator memperkenalkan seluruh
anggotakelompok terlebih dahulu
• Moderator menyampaikan tujuan
• Moderator menanyakan
kesediaan parapekerja
• Moderator melakukan kontrak waktu
2. Tahap Pelaksanaan • Anggota kelompok melakukan
pemeriksaankesehatan (tensi) para
pekerja
• Pemateri memberikan pre-test
mengenai K3,PAK, dan Hazard
• Anggota membagikan leaflet
materi dankonsumsi

13
• Pemateri mulai menjelaskan
mengenai K3, PAK, dan Hazard
(macam-macamnya, penyebab nya,
dan cara menghindarinya/cara
mengurangi kejadiannya)
• Kedua anggota sambil
mendemonstrasikancara
melakukan personal hygiene
(mencucitangan) kepada para
pekerja dengan air mengalir dan
hand sanitizer
• Pemateri memberikan
kesempatan para pekerja untuk
bertanya mengenai materi
• Pemateri memberikan post test
mengenai
• materi yang disampaikan
3. Tahap Penutup • Semua anggota melakukan
pendokumentasian bersama
para pekerja
• Pemateri melakukan evaluasi

4.3.3 Tahap Evaluasi


Kelompok melakukan evaluasi pengetahuan para pekerja mengenai K3, PAK,
dan Hazard (macam-macamnya, penyebab nya, dan cara menghindarinya/cara
mengurangi kejadiannya) dengan memberikan pre-test dan post-test dan menilai
dari hasil jawaban kedua test tersebut.

4.4 Kesimpulan
Dengan adanya kegiatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang
kesehatan dan keselamatan kerja khusnya mengenai pestesida dan hubungan nya
dengan kejadian hipertensi di harapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam menjaga kesehatan dan kelelamatan selama bekerja serta mengatur pola hidup
sehatnya agar terhindar dari bahaya hipertensi.

14
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, F., Suhartono, S., & Dharminto, D. (2018). Hubungan Pajanan Pestisida
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Petani Hortikultura Di Desa Gerlang
Kecamatan Blado Kabupaten Batang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal), 6(4), 447-452.

Anwar. C & Hendra, G. 2006. Peranan Ekologis dan Social Ekonomis Hutan Mangrove
dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir.
http://www.dephut.go.id/files/Chairil_Hendra.pdf.

Brito, Gregorius Timotius. 2015. Analisis Aspek Pembentuk Budaya K3 dengan


Kepatuhan Penggunaan APD pada Pekerja Produksi Resin di Sidoarjo. The
Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 2 Jul-Des
2015: 134–143.

Louisa, M., Sulistyani, S., & Joko, T. (2018). Hubungan penggunaan pestisida dengan
kejadian hipertensi pada petani padi di desa gringsing kecamatan gringsing
kabupaten batang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 6(1), 654-661.

Moenir AS, 1993, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan


Kepegawaian, PT. Gunung Agung, Jakarta.

Nikmah, S. S., & Pawenang, E. T. (2020). Faktor Kejadian Hipertensi pada Petani
Penyemprot Bunga. HIGEIA (Journal of Public Health Research and
Development), 4(Special 2), 381-391.

Poerwadarminta. 1984, Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka.

Situmorang, Chaidir. 2003. Mengikuti Prosedur Menjaja Keselamatan Dan Kesehatan


Kerja. Jakarta: Depdiknas. Direkorat Pendidikan Menengah Kejuruan
Diaksesdari:www.google.com/http://modul.tedebandung.com/ind
ustry/mengikuti prosedur menjaja keselamatan dan kesehatan kerja.

Suma’mur, PK. 1985. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. PT. Gunung
Agung. Jakarta.

15
LAMPIRAN
Tabel Daftar Pertanyaan Pemeriksaan

Score
No Daftar Pertanyaan Pemeriksaan Ya Tida
k

A Manajemen K3
I Lingkungan Fisik ✓
Apakah disediakan alat pelindung diri yang sesuai dengan ✓
1
bahaya kerja serta dalam keadaan baik untuk digunakan?
2 Apakah tersedia fasilitas P3K sesuai ketentuan? ✓

Apakah ada materials safety data sheet untuk pengendalian ✓


3
bahaya kimia berbahaya?
Apakah ada prosedur tetap untuk pengendalian bahan- ✓
4
bahan yang mudah terbakar dan meledak?
Apakah ada petunjuk tertulis pengendalian dan ✓
6
penanggulangan keadaan darurat?
Apakah tanda-tanda peringatan dipasang di tempat-tempat ✓
7
berbahaya?
Apakah ada prosedur untuk memasuki ruangan tertutup ✓
8 (confined space) yang mencakup pengecekan pendahuluan,
ventilasi, alat-alat pelindung diri dan lain-lain?
II Lingkungan Biologis
Apakah dilakukan pemeliharaan halaman, jalan-jalan ✓
1
kendaraan pagar pembatas dan sebagainya?
Apakah daerah kerja terpelihara kebersihan dan ✓
2
kerapihannya?
7 Bagaimana sistem pembuangan sampah yang berlaku? ✓

9 ✓
Apakah peraturan ditegakkan dalam hal cara berpakaian?
10 Apakah alat pelindung diri dipelihara sesuai ketentuan? ✓

Apakah daerah kerja terpelihara kebersihan dan ✓


11 kerapiannya?
III Lingkungan Kimiawi
Apakah ditempat kerja terdapat bahan yang bersifat korosif ✓
dan beracun, terdapat fasilitas untuk membrsihkan /
1
membilas tubuh yang segera dapat dipakai dalam keadaan
bahaya?
Apakah secara teratur diadakan pemeriksaan untuk ✓
2 evaluasi dan mengendalikan bahan-bahan beracun dan
berbahaya (toxic and hazardous materials)?
Jika perusahaan menggunakan bahan kimia berbahaya, ✓
3 apakah para pekerja yang bersangkutan sudah dididik dan
dilatih serta mengetahui cara-cara menanganinya?
Apakah dilakukan pengujian kandungan bahan berbahaya ✓
4
pada contoh produk?
Bilamana terdapat bahan beracun apakah disediakan ✓
5
“antidotes”
Apakah tempat penyimpanan bahan beracun dan bahan ✓
6 berbahaya sudah sesuai dengan ketentuan?

IV Lingkungan Psikososial
Apakah para anggota Panitia Pembina Keselamatan dan ✓
1 Kesehatan Kerja mendapat latihan K3 sesuai tugas dan
fungsinya menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970?
Apakah pemasangan poster K3 sebelumnya sudah ✓
9
direncanakan dengan baik?
Gambar Observasi Lingkungan
LAMPIRAN JURAL
HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Faktor Kejadian Hipertensi pada Petani Penyemprot Bunga

Sinta Saadatun Nikmah 1, Eram Tunggul Pawenang1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Jumlah kejadian hipertensi di Kecamatan Bandungan adalah 1.922 kejadian. Sebagian besar
Diterima 8 Mei 2020 penduduk Kecamatan Bandungan bekerja di sektor pertanian dengan jumlah 5.840 orang.
Disetujui 1 Oktober 2020 Berdasarkan jumlah tersebut petani memiliki risiko terkena hipertensi sebanyak 32,9%. Penelitian
Dipublikasikan 12 ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada petani
Oktober 2020 penyemprot bunga. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan
________________ pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 77 petani penyemprot bunga yang
Keywords: diambil menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner
Hypertension, spraying terstruktur, panduan wawancara dan tensimeter. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2019 di
farmers, pesticide Desa Kenteng Kecamatan Bandungan. Teknik analisis data menggunakan analisis univariat dan
____________________ bivariat dengan uji chi square. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan
DOI: kejadian hipertensi adalah pengetahuan (OR=7,380; CI 95%=1,474-36,953), masa kerja
https://doi.org/10.15294 (OR=3,600; CI 95%=1,248-10,383), jenis pestisida (OR=0,360; CI95%=0,129-1,007), waktu
/higeia.v4iSpecial%202/ penyemprotan (OR=7,347; CI 95%=2,547-21,189), dan kelengkapan APD (OR=2,667; CI
33975 95%=1,055-6,740. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian
____________________ hipertensi pada petani penyemprot bunga adalah pengetahuan, masa kerja, jenis pestisida, waktu
penyemprotan, dan kelengkapan APD.

Abstract
___________________________________________________________________
The numbers of hypertension incidents in Bandungan Subdistrict was 1.922. Most of the population of
Bandungan subdistrict works in the agricultural sector with a total of 5.840 people. Based on this number
farmers have a risk of getting hypertension as much as 32,9%. This study aims to determine the factors
associated with hypertension in flowers spraying farmers. This research was observational analytic with cross
sectional study. The sample in this study was 77 farmers taken using simple random samppling technique. The
instruments used were stuctured questionnaire, interview guides, and tensimeter. This research was conducted
in July 2019 in the village of Kenteng, Bandungan sub-district. Data analysis techniques using univariate and
bivariate analysis with chi square test. Results showed that the factors associated with hypertension are
knowlegde (OR=7,380; CI 95%=1,474-36,953), years of service (OR=3,600; CI 95%=1,248-10,383), type of
pesticide (OR=0,360; CI95%=0,129-1,007), spraying time (OR=7,347; CI 95%=2,547-21,189), and
completness of PPE (OR=2,667; CI 95%=1,055-6,740). Therefore it could be concluded that the risk factors
associated with hypertension are knowledge, years of service, type of pesticide, spraying time, and completness
PPE.

© 2020 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: snsinta9@gmail.com

381
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

PENDAHULUAN dilaporkan terjadi di wilayah pertanian bunga


potong dan diduga karena paparan pestisida.
Pestisida adalah semua zat atau Selain karena pestisida, hipertensi pada petani
campuran yang berfungsi untuk mengatur juga dapat disebabkan oleh ketinggian tempat.
pertumbuhan tanaman (Djojosumarto, 2008). Berdasarkan penelitian Norboo (2015)
Penggunaan pestisida di negara berkembang prevalensi hipertensi pada ketinggian tempat
yaitu ¼ dari penggunaan pestisida di seluruh 3500-3999 mdpl sebesar 43% dan lebih tinggi
dunia, namun dalam hal kematian sebesar 99% dibandingkan dengan prevalensi hipertensi pada
dialami oleh negara tersebut. Penggunaan ketinggian ≤3500 mdpl. Kecamatan Bandungan
pestisida yang tidak terkendali dapat terletak di ketinggian ± 915 mdpl dengan curah
mempengaruhi kualitas lingkungan dan dapat hujan 1.291 Mm. Kecamatan Bandungan
menimbulkan masalah kesehatan bagi petani. adalah salah satu kecamatan yang merupakan
Masalah kesehatan yang dapat terjadi karena penghasil sayuran dan bunga potong terbanyak
paparan pestisida yaitu keracunan dan penyakit di Kabupaten Semarang.
lain, salah satunya adalah hipertensi. Menurut data Riskesdas (2018) prevalensi
Pestisida dapat menyebabkan hipertensi hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan
karena pestisida yang masuk kedalam tubuh dari tahun 2013 sebesar 25,8% menjadi 34,1%
manusia akan mengikat enzim pada tahun 2018. Prevalensi hipertensi di Jawa
asetilkolinesterase (AChE) sehingga terjadi Tengah pada tahun 2017 adalah sebesar
akumulasi asetilkoline pada sambungan 12,98%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan
klinorgenik efektor neuro (muskarinik) dan Kabupaten Semarang jumlah kejadian
ganglion otonom (nikotinik). Asetilkolin hipertensi atau tekanan darah tinggi di
berperan sebagai neurotransmitter pada Kabupaten Semarang pada tahun 2017 adalah
ganglion simpatis maupun parasimpatis. sebanyak 43.211 kejadian. Pada wilayah
Asetilkolin akan berikatan dengan klinorgenik Kecamatan Bandungan ditemukan sebanyak
nikotinik, sehingga menyebabkan inhibisi pada 1.922 kejadian hipertensi. Sebagian besar
ganglion simpatis yang akan meningkatkan penduduk di Kecamatan Bandungan bekerja di
rangsangan simpatis dengan manifestasi klinis sektor pertanian dengan jumlah 5.840 petani.
midriasis dan peningkatan curah jantung. Berdasarkan jumlah tersebut petani memiliki
Peningkatan curah jantung dan peningkatan risiko terkena hipertensi sebesar 32,9%.
tekanan perifer akan mempengaruhi kenaikan Desa Kenteng merupakan salah satu desa
tekanan darah yang menyebabkan hipertensi di Kecamatan Bandungan yang memiliki
(Wiadi, 2017). potensi pada sektor pertanian bunga krisan atau
Menurut penelitian terdahulu yang bunga potong dengan produksi bunga sebanyak
dilakukan oleh Harari (2010) di Ekuador Utara 16.640.400 tangkai per hektar. Berdasarkan data
pada sektor pertanian bunga menyebutkan Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan
bahwa paparan pestisida dapat mempengaruhi Bandungan terdapat sebanyak 6 kelompok tani
peningkatan tekanan darah sistolik rata-rata 3,6 khusus petani bunga krisan dengan jumlah
mmHg dan penurunan indeks massa tubuh anggota sebanyak 94 orang. Jumlah tersebut
sebesar 1,1 kg/m2. Penelitian di California juga merupakan jumlah petani bunga terbanyak
mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan diantara desa lain di Kecamatan Bandungan.
yang kuat antara paparan pestisida dengan Luas lahan pertanian bunga krisan di Desa
hipertensi pada perempuan usia di bawah 50 Kenteng adalah 82.575 m2 .
tahun (Merrill, 2013). Jumlah petani bunga saat ini mengalami
Pada penelitian di Kenya oleh peningkatan karena petani sayur banyak beralih
Kipsengeret (2016) menyebutkan bahwa menjadi petani bunga. Petani bunga memiliki
terdapat sebanyak 24% penyakit hipertensi pada risiko terpapar pestisida lebih tinggi karena
pekerja dan 16% hipertensi pada keluarga yang bunga krisan dibudidayakan di jenis lahan

382
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

tertutup (greenhouse), sedangkan tanaman sayur METODE


dibudidayakan di lahan terbuka. Menurut
penelitian Minaka (2016) ditemukan sebesar Penelitian ini dilakukan dengan
58,3% petani yang menyemprot di lahan rancangan analitik observasional dengan
greenhouse mengalami keluhan kesehatan akibat pendekatan cross sectional karena pengambilan
paparan pestisida. data dilakukan pada satu saat atau periode
Faktor risiko paparan pestisida yang waktu yang sama. Penelitian ini dilakukan
dapat mempengaruhi tekanan darah antara lain selama 2 minggu yaitu pada tanggal 13 Juli
pengetahuan, masa kerja, lama penyemprotan, 2019 sampai dengan 25 Juli 2019 di Desa
frekuensi penyemprotan, penggunaan APD, Kenteng, Kecamatan Bandungan. Variabel
penyimpanan, dan dosis pestisida. Pengetahuan dalam penelitian in terdiri dari variabel terikat
yang buruk dapat mempengaruhi kebiasaan dan variabel bebas. Variabel terikat dalam
petani dalam menggunakan pestisida, sehingga penelitian ini adalah kejadian hipertensi.
meningkatkan risiko terpapar pestisida. Petani Sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini
di Tanzania memiliki pengetahuan yang buruk adalah pengetahuan, masa kerja, jenis pestisida,
mengenai jalur masuk pestisida kedalam tubuh teknik penyemprotan, waktu penyemprotan,
manusia, penggunaan APD, penyimpanan, dan lama penyemprotan, frekuensi penyemprotan,
tempat pembuangan pestisida (Lekei, 2014). kelengkapan APD, dan penyimpanan.
Penelitian di Indonesia oleh Zulfania Populasi dalam penelitian ini adalah
(2017) menyebutkan bahwa terdapat hubungan seluruh petani penyemprot bunga di Desa
signifikan antara riwayat pajanan pestisida Kenteng, Kecamatan Bandungan. Berdasarkan
dengan tekanan darah, serta terdapat hubungan data dari Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan
antara masa kerja dengan tekanan darah petani. Bandungan terdapat 94 petani bunga di Desa
Penelitian lain yang dilakukan oleh Louisa Kenteng. Besar sampel dalam penelitian ini
(2018) menyebutkan bahwa ada hubungan adalah 77 petani penyemprot bunga berjenis
antara usia, jenis kelamin, masa kerja, Alat kelamin laki-laki yang diambil menggunakan
pelindung diri (APD), genetik, dan merokok teknik simple random sampling. Pengambilan
pada petani padi di Gringsing Kabupaten sampel dilakukan berdasarkan kriteria inklusi
Batang. Menurut penelitian Nurkhayati (2018) dan eksklusi sebagai berikut : (a) Kriteria inklusi
terdapat hubungan yang signifikan antara dosis : bersedia dijadikan responden dalam penelitian
pestisida, penggunaan pestisida, dan dan rutin melakukan pekerjaan sebagai petani
penyimpanan pestisida terhadap peningkatan penyemprot bunga pada saat sebelum penelitian
tekanan darah diastolik pada petnai hingga waktu penelitian, Kriteria eksklusi :
hortikultura. responden memiliki riwayat keluarga yang
Perbedaan antara penelitian ini dengan hipertensi, tidak bertempat tinggal di Desa
penelitian sebelumnya adalah subjek penelitian Kenteng, dan responden berjenis kelamin
yaitu petani penyemprot bunga yang perempuan.
menggunakan lahan greenhouse, lokasi penelitian Sumber data dalam penelitian ini
dan adanya variabel lain yang belum pernah menggunakan data primer dan data sekunder.
diteliti sebelumnya. Oleh karena itu penelitian Data primer berupa data yang didapatkan dari
ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko responden mengenai variabel penelitian yaitu
paparan pestisida yaitu pengetahuan, masa tekanan darah, pengetahuan, masa kerja, jenis
kerja, jenis pestisida, teknik penyemprotan, pestisida, teknik penyemprotan, waktu
waktu penyemprotan, lama penyemprotan, penyemprotan, lama penyemprotan, frekuensi
frekuensi penyemprotan, kelengkapan APD dan penyemprotan, kelengkapam APD, dan
penyimpanan dengan kejadian hipertensi pada penyimpanan. Pengumpulan data primer
petani penyemprot bunga di Desa Kenteng tersebut dilakukan dengan cara wawancara
Kecamatan Bandungan. menggunakan kuesioner terstruktur, observasi

383
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

lapangan, dan pengukuran tekanan darah hipertensi adalah sebanyak 43 orang (55,8%)
menggunakan tensimeter. Kemudian data dan tidak hipertensi sebanayak 34 orang
sekunder didapatkan dari Balai Penyuluh (44,2%). Responden yang memiliki
Pertanian Kecamatan Bandungan berupa data pengetahuan kurang sebanyak 66 orang (85,7%)
jumlah petani bunga di Desa Kenteng dan responden yang memiliki pengetahuan baik
Kecamatan Bandungan. hanya sebanyak 11 orang (14,3%). Responden
Teknik pengolahan data meliputi editing, dengan masa kerja > 5 tahun sebanyak 56 orang
coding, entry data, dan cleansing. Data yang telah (72,7%) dan ≤5 tahun sebanyak 21 orang
dikumpulkan kemudian dianalisis (27,3%).
menggunakan aplikasi SPSS dalam komputer. Kemudian penggunaan pestisida ≥ 3 jenis
Data dianalisis dengan uji statistik univariat sebanyak 52 orang (67,5%) dan < 3 jenis
serta bivariat. Analisis hubungan antar variabel pestisida sebanyak 25 orang (32,5%).
serta signifikansinya dilakukan dengan Responden yang melakukan penyemprotan
menggunakan uji chi square. dengan teknik penyemprotan yang buruk
sebanyak 57 orang (74%) dan teknik
HASIL DAN PEMBAHASAN penyemprotan baik sebanyak 20 orang (26%).
Responden yang melakukan penyemprotan
Hasil penelitian yang dilakukan di Desa pada pagi hari sebanyak 50 orang (64,9%) dan
Kenteng, Kecamatan Bandungan menunjukkan penyemprotan pada sore hari sebanyak 27 orang
karakteristik responden dalam penelitian ini (35,1%). Responden yang melakukan
adalah mayoritas petani di Desa Kenteng penyemprotan dengan lama penyemprotan > 2
Kecamatan Bandungan memiliki tingkat jam sehari sebanyak 23 orang (29,9%) dan ≤ 2
pendidikan dasar yaitu sebanyak 38 responden jam sehari sebanyak 54 orang (70,1%).
(49,5%) dan terendah yaitu tidak sekolah dan Kemudian responden dengan frekuensi
tingkat pendidikan tinggi dengan jumlah yang penyemprotan > 3 kali dalam seminggu
sama sebanyak 10 responden (12,9%)., sebanyak 27 orang (35,1%) dan ≤ 3 kali dalam
sedangkan responden yang memiliki tingkat seminggu sebanyak 50 orang (64,9%).
pendidikan menengah sebanyak 19 responden Responden yang menggunakan kelengkapan
(24,7%). Usia responden yang paling banyak APD buruk sebanyak 42 orang (54,5%)
ditemukan yaitu pada rentang usia ≤ 50 tahun sedangkan responden yang menggunakan
sebanyak 39 responden (50,65%), sedangkan kelengkapan APD baik sebanyak 35 orang
usia responden yang > 50 tahun sebanyak 38 (45,5%). Responden yang melakukan
responden (49,35%). Hasil tersebut dapat dilihat penyimpanan pestisida buruk sebanyak 23 orang
dalam tabel 1. (29,9%) dan penyimpanan baik sebanyak 54
Pada tabel 2 diketahui hasil analisis orang (70,1%). tabel hasil analisis univariat
univariat dalam penelitian ini diperoleh hasil dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
bahwa distribusi responden yang mengalami Berdasarkan hasil penelitian diperoleh

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


No Karakteristik Interval Frekuensi Presentase
1. Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah 10 12,9%
Dasar 38 49,5%
Menengah 19 24,7%
Tinggi 10 12,9%
Jumlah 77 100%
2. Usia ≤ 50 tahun 39 50,65%
> 50 tahun 38 49,35%
Jumlah 77 100%
Sumber : Data Penelitian

384
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian


No Variabel Kategori Frekuensi Presentase
1. Kejadian hipertensi Hipertensi 43 55,8%
Tidak Hipertensi 34 44,2%
Jumlah 77 100%
2. Pengetahuan Kurang 66 85,7%
Baik 11 14,3%
Jumlah 77 100%
3. Masa kerja >5 tahun 56 72,7%
≤5 tahun 21 27,3%
Jumlah 77 100%
4. Jenis pestisida ≥3 jenis 52 67,5%
<3 jenis 25 32,5%
Jumlah 77 100%
5. Teknik penyemprotan Buruk 57 74%
Baik 20 26%
Jumlah 77 100%
6. Waktu penyemprotan Pagi 50 64,9%
Sore 27 35,1%
Jumlah 77 100%
7. Lama penyemprotan >2 jam 23 29,9%
≤2 jam 54 70,2%
Jumlah 77 100%
8. Frekuensi penyemprotan >3 kali 27 35,1%
≤3 kali 50 64,9%
Jumlah 77 100%
9. Kelengkapan APD Buruk 42 54,5%
Baik 35 45,5%
Jumlah 77 100%
10. Penyimpanan Buruk 23 29,9%
Baik 54 70,1%
Jumlah 77 100%
Sumber : Data Penelitian

hasil uji hubungan yang dihitung menggunakan Cholinesterase juga dapat menyebabkan
chi square menunjukkan hasil pada tabel 3. Uji terjadinya peningkatan tekanan darah.
hubungan pengetahuan dengan kejadian Penelitian lain juga menyebutkan bahwa
hipertensi dapat diketahui hasil uji chi square responden yang memiliki tingkat pengetahuan
diperoleh p-value = 0,007. Hasil tersebut rendah berisiko mengalami kecelakaan kerja
menunjukkan bahwa ada hubungan antara yang lebih tinggi (Martiwi, 2017).
pengetahuan dengan kejadian hipertensi di Desa Berdasarkan hasil wawancara dan
Kenteng, Kecamatan Bandungan. Hasil observasi yang dilakukan terdapat beberapa
perhitungan diperoleh nilai odds ratio > 1 yaitu responden yang pengetahuannya masih kurang
7,380. Hal tersebut dapat diartikan bahwa mengenai jenis pestisida, waktu penyemprotan
petani dengan pengetahuan kurang mempunyai yang baik, penggunaan alat pelindung diri, dan
risiko sebesar 7,380 kali mengalami hipertensi dampak negatif penggunaan pestisida. Dari
dibandingkan dengan petani dengan jumlah 77 responden terdapat 21 responden
pengetahuan baik. Hasil penelitian ini sesuai yang tidak mengetahui jenis-jenis pestisida.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Responden tersebut tidak dapat membedakan
Budiawan (2013) di Ngurensiti Pati, antara insektisida, fungisida dan herbisida.
menyebutkan bahwa ada hubungan antara Sebagian besar responden memiliki
pengetahuan dengan Cholinesterase pada petani pengetahuan kurang mengenai dampak negatif
bawang merah dengan p-value 0,002. Rendahnya penggunaan pestisida. Responden hanya

385
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

mengetahui dampak yang akan terjadi jika hubungan antara jenis pestisida dengan kejadian
terpapar pestisida adalah gatal-gatal dan pusing, hipertensi di Desa Kenteng, Kecamatan
namun tidak mengetahui jika pestisida juga Bandungan. Nilai perhitungan odds ratio < 1
dapat menyebabkan keracunan dan dampak yaitu 0,360. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
lainnya. seorang petani yang menggunakan pestisida ≥ 3
Hasil penelitian hubungan antara masa jenis memiliki risiko 0,360 kali mengalami
kerja dengan kejadian hipertensi pada petani hipertensi dibandingkan petani yang
penyemprot bunga di Desa Kenteng, menggunakan pestisida <3 jenis.
Kecamatan Bandungan diperoleh hasil uji chi Hasil penelitian ini sejalan dengan
square diperoleh p-value = 0,015. Hasil tersebut penelitian yang dilakukan oleh Sari (2018) di
menunjukkan bahwa ada hubungan antara Sumowono, menyebutkan bahwa ada hubungan
masa kerja dengan kejadian hipertensi di Desa antara jumlah pestisida dengan tekanan darah
Kenteng, Kecamatan Bandungan. Hasil diastolik pada petani dengan nilai p-value 0,007.
perhitungan diperoleh nilai odds ratio > 1 yaitu Selain itu penelitian Agustina (2018) juga
3,600. Hal tersebut dapat diartikan bahwa menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara
petani dengan masa kerja > 5 tahun memiliki jenis pestisida dengan kejadian hipertensi.
risiko 3,600 kali mengalami hipertensi Petani yang menggunakan pestisida golongan
dibandingkan petani dengan masa kerja ≤ 5 organofosfat dan karbamat memiliki risiko 2,9
tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan kali lebih tinggi dibandingkan dengan petani
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh yang menggunakan pestisida golongan lain.
Louisa (2018) di Gringsing, menunjukkan Hasil wawancara menunjukkan bahwa
bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan pestisida yang digunakan oleh petani tidak
kejadian hipertensi pada petani padi dengan p- sesuai dosisnya dan dicampur dengan pestisida
value sebesar 0,017. Semakin lama masa kerja yang berbeda jenis. Jenis pestisida yang
menyebabkan risiko terpapar pestisida semakin digunakan oleh petani penyemprot bunga di
tinggi. Desa Kenteng terdiri dari Organoklorin,
Sebagian besar petani penyemprot bunga Organofosfat, Karbamat, Neonikotinoid, Avermektin,
di Desa Kenteng Kecamatan Bandungan Piretroid, Neristoksin, Dyphenil-Ether, Pirimidin,
memiliki masa kerja > 5 tahun, bahkan ada dan Amidin. Berdasarkan jenis pestisida tersebut
yang menjadi petani penyemprot bunga sejak terdapat satu merek dagang yang tidak terdaftar
kecil. Responden yang menjadi petani di Kementerian Pertanian yaitu Demolish 18
penyemprot bunga sejak kecil mayoritas EC. Bahan aktif dari pestisida tersebut ialah
memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu Abamektin yang termasuk ke dalam jenis /
tidak sekolah dan hanya tingkat dasar. Selama > golongan Avermektin. Berdasarkan hasil
5 tahun tersebut petani juga menggunakan wawancara, dari 77 responden ditemukan
pestisida sebagai salah satu upaya sebanyak 52 responden menggunakan jenis
pemberantasan hama. Masa kerja petani yang pestisida ≥ 3 jenis. Dosis pestisida yang
lama akan menyebabkan paparan pestisida yang berlebihan akan membuat konsentrasi
semakin lama pula, sehingga jumlah racun campuran meningkat dan menghasilkan uap
pestisida yang masuk ke dalam tubuh semakin yang dapat masuk melalui sistem pernafasan,
menumpuk sehingga meningkatkan risiko sehingga meningkatkan risiko terpapar pestisida
terpapar efek negatif pestisida (Zakiyah, 2017). (Sari, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian hubungan Berdasarkan hasil penelitian hubungan
antara jenis pestisida dengan kejadian hipertensi antara teknik penyemprotan dengan kejadian
pada petani penyemprot bunga di Desa hipertensi pada petani penyemprot bunga di
Kenteng, Kecamatan Bandungan dapat Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan dapat
diketahui hasil uji chi square diperoleh p-value = diketahui bahwa hasil uji chi square diperoleh p-
0,048. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada value = 0,541. Hasil tersebut menunjukkan

386
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

bahwa tidak ada hubungan antara teknik Berdasarkan hasil wawancara dan
penyemprotan dengan kejadian hipertensi di observasi ditemukan sebanyak 50 petani
Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan. penyemprot bunga di Desa Kenteng Kecamatan
Berdasarkan hasil wawancara, dari 77 Bandungan melakukan penyemprotan pada pagi
responden terdapat sebanyak 57 responden yang hari dan biasanya petani berada di sawah
melakukan teknik penyemprotan secara buruk. hingga pukul 12.00. Waktu penyemprotan yang
teknik penyemprotan dalam penelitian ini terdiri dilakukan pada siang hari diperkirakan dapat
dari 5 pertanyaan yaitu meliputi cara memperbesar risiko terpapar pestisida. Pada
penyemprotan, arah angin, arah menyemprot siang hari frekuensi terjadinya aliran udara yang
tanaman, cara bergerak ketika menyemprot, dan tidak menentu dengan kecepatan angin lebih
hal yang tidak diperbolehkan ketika tinggi, serta suhu yang panas memungkinkan
menyemprot. keluarnya keringat dan terjadi pelebaran pori-
Dari kelima pertanyaan tersebut petani pori yang dapat mempermudah pestisida masuk
paling banyak tidak memperhatikan arah angin ke kulit (Arwin, 2016).
ketika menyemprot. Lahan pertanian bunga Hasil penelitian hubungan antara lama
merupakan lahan tertutup (greenhouse), sehingga penyemprotan dengan kejadian hipertensi pada
arah angin tidak mempengaruhi penyemprotan. petani penyemprot bunga di Desa Kenteng,
Penelitian Yuantari (2015) menyebutkan bahwa Kecamatan Bandungan dapat diketahui bahwa
arah angin merupakan faktor penting yang hasil uji chi square diperoleh p-value = 0,280. Hal
dapat mempengaruhi paparan pestisida. tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
Pajanan pestisida dalam tubuh petani akan lebih hubungan antara lama penyemprotan dengan
besar apabila tidak memperhatikan arah angin kejadian hipertensi di Desa Kenteng,
dan tidak menggunakan masker. Kecamatan Bandungan. Hal tersebut
Hasil penelitian hubungan antara waktu dikarenakan dari 77 responden hanya terdapat
penyemprotan dengan kejadian hipertensi pada sebanyak 23 responden yang melakukan
petani penyemprot bunga di Desa Kenteng, penyemprotan selama >2 jam sehari. Selebihnya
Kecamatan Bandungan dapat diketahui bahwa melakukan penyemprotan ≤ 2 jam sehari,
hasil uji chi square diperoleh p-value = 0,001. bahkan ada yang menyemprot dengan waktu
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada setengah jam saja. Seseorang dapat terpapar
hubungan antara waktu penyemprotan dengan pestisida apabila kontak dengan pestisida
kejadian hipertensi di Desa Kenteng, berlangsung lama. Hal tersebut dikarenakan
Kecamatan Bandungan. lama waktu menyemprot yang dilakukan oleh
Hasil perhitungan diperoleh nilai odds petani tergantung dari luas lahan. Semakin luas
ratio > 1 yaitu 7,347. Hal tersebut dapat lahan yang di garap akan semakin lama pula
diartikan bahwa petani yang melakukan waktu yang digunakan untuk melakukan
penyemprotan pada pagi hari memiliki risiko penyemprotan.
7,347 kali mengalami hipertensi dibandingkan Paparan pestisida di tempat kerja terjadi
dengan petani yang melakukan penyemprotan selama produksi, transportasi, persiapan, dan
pada sore hari. Hasil penelitian ini sesuai aplikasi pestisida. Faktor yang mempengaruhi
dengan penelitian yang dilakukan oleh Suparti tinggi rendahnya paparan pestisida antara lain
(2016) menyatakan bahwa ada hubungan antara intensitas aplikasi, frekuensi, durasi, metode dan
waktu menyemprot dengan kejadian keracunan penggunaan APD. Seseorang yang melakukan
pestisida pada petani dengan nilai p-value 0,016. kontak langsung dengan pestisida dalam kurun
Waktu yang paling tepat untuk melakukan waktu yang lama serta sering merupakan
penyemprotan pestisida adalah sore hari yaitu kelompok dengan risiko paparan tinggi (Ye,
pukul 16.00 – 17.00 ketika suhu udara <30° dan 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Samosir
kelembaban udara 50-80% (Litbang Pertanian, (2017) menyebutkan bahwa petani yang
2016). melakukan kegiatan penyemprotan > 5 jam

387
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

sehari mengalami risiko lebih tinggi mengalami memiliki risiko 2,667 kali mengalami hipertensi
gangguan keseimbangan tubuh. dibandingkan dengan petani yang menggunakan
Berdasarkan hasil penelitian hubungan APD >5 alat atau kelengkapan APD baik. Hasil
antara frekuensi penyemprotan dengan kejadian penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
hipertensi pada petani penyemprot bunga di dilakukan oleh Fatmawati (2016) menyatakan
Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan dapat bahwa ada hubungan antara kelengkapan APD
diketahui hasil uji chi square diperoleh p-value = dengan kejadian BBLR dengan nilai p-value
0,50. Artinya hasil tersebut menunjukkan sebesar 0,003. Pada penelitian ini responden
bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi dengan bayi BBLR cenderung tidak
penyemprotan dengan kejadian hipertensi di menggunakan APD lengkap ketika berada di
Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan. Hal lahan, yaitu tidak menggunakan masker dan
tersebut dikarenakan mayoritas petani sarung tangan.
penyemprot bunga di Desa Kenteng Kecamatan Berdasarkan hasil wawancara dan
Bandungan melakukan penyemprotan 1 kali observasi ditemukan sebanyak 42 responden
dalam seminggu yaitu sebanyak 50 petani. menggunakan APD <5 jenis alat. Sebagian
Sedangkan petani yang melakukan besar petani hanya menggunakan baju lengan
penyemprotan > 3 kali dalam seminggu hanya panjang dan sepatu boots. Jarang ditemukan
sebanyak 27 petani. Hasil penelitian ini sejalan petani yang menggunakan masker dan sarung
dengan penelitian Ma’arif (2016) yang tangan ketika menyemprot. Alasan yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan diberikan oleh petani adalah panas dan sulit
antara frekuensi menyemprot dengan kadar bernafas jika menggunakan masker. Hal tersebut
kolinesterase, karena didapatkan bahwa dapat meningkatkan risiko terpapar pestisida
proporsi rendahnya kadar kolinesterase terdapat melalui pernafasan. Pestisida yang
pada responden dengan frekuensi menyemprot disemprotkan akan menyebar di udara dalam
jarang. bentuk aerosol. Ringannya aerosol dapat
Berdasarkan hasil wawancara frekuensi memungkinkan untuk masuk ke saluran
penyemprotan yang dilakukan petani bunga pernafasan (Siwiendrayanti, 2011).
tergantung dari keadaan tanaman. Apabila Hasil penelitian hubungan antara
bunga baru ditanam atau ketika terserang hama, penyimpanan dengan kejadian hipertensi pada
penyemprotan bisa dilakukan 3 kali dalam petani penyemprot bunga di Desa Kenteng,
seminggu. Namun apabila keadaan bunga Kecamatan Bandungan dapat diketahui hasil uji
normal penyemprotan hanya dilakukan chi square diperoleh p-value = 0,938. Hasil
seminggu sekali untuk mencegah timbulnya tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
hama pada tanaman. Frekuensi penyemprotan hubungan antara penyimpanan dengan kejadian
yang baik adalah maksimal 2 kali dalam hipertensi di Desa Kenteng, Kecamatan
seminggu (Afriyanto, 2008). Bandungan.
Hasil penelitian hubungan antara Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kelengkapan APD dengan kejadian hipertensi sebanyak 54 responden menyimpan pestisida di
pada petani penyemprot bunga di Desa sawah atau lahan. Hal tersebut sudah termasuk
Kenteng, Kecamatan Bandungan dapat salah satu syarat penyimpanan yang baik,
diketahui bahwa hasil uji chi square diperoleh p- karena terpisah dengan rumah. Tempat
value = 0,036. Hasil tersebut menunjukkan penyimpanan pestisida yang baik adalah jauh
bahwa ada hubungan antara kelengkapan APD dari jangkauan anak-anak, makanan, dan
dengan kejadian hipertensi di Desa Kenteng, binatang. Selain itu tempat penyimpanan juga
Kecamatan Bandungan. Nilai perhitungan odds harus memiliki ventilasi yang baik dan
ratio > 1 yaitu 2,667. Hal tersebut dapat disediakan pasir untuk membersihkan apabila
diartikan bahwa petani yang menggunakan terjadi tumpahan pestisida (Djojosumarto,
APD <5 alat atau kelengkapan APD buruk 2008).

388
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat Hubungan Antara Variabel Penelitian dengan Kejadian Hipertensi
No Variabel Kategori p- value OR (95% CI)
1. Pengetahuan Kurang 7,380 (1,474 –
0,007
Baik 36,953)
2. Masa kerja >5 tahun 3,600 (1,248 –
0,015
≤5 tahun 10,383)
3. Jenis pestisida ≥3 jenis 0,360 (0,129 –
0,048
<3 jenis 1,007)
4. Teknik penyemprotan Buruk
0,541 -
Baik
5. Waktu penyemprotan Pagi 7,347 (2,547 –
0,001
Sore 21,189)
6. Lama penyemprotan >2 jam
0,280 -
≤2 jam
7. Frekuensi penyemprotan >3 kali
0,050 -
≤3 kali
8. Kelengkapan APD Buruk 2,667 (1,055 –
0,036
Baik 6,740)
9. Penyimpanan Buruk
0,938 -
Baik
Sumber : Data Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh Riccò teknik penyemprotan, lama penyemprotan,


(2018) di Italia Timur, menunjukkan bahwa frekuensi penyemprotan, dan penyimpanan.
tidak ada hubungan antara penyimpanan Kelemahan dalam penelitian ini adalah
pestisida dengan gejala keracunan pestisida. Hal hanya menggunakan desain cross sectional artinya
tersebut dikarenakan sebanyak 13 responden penelitian ini hanya memperlihatkan hubungan
menyimpan pestisida di dalam rumah, 46 dengan mengamati variabel independen dan
repsonden menyimpan pestisida di gudang variabel dependen pada saat yang bersamaan,
dekat rumah, dan 56 responden menyimpan sehingga tidak dapat menentukan hubungan
pestisida di sawah. Pestisida dapat masuk ke sebab akibat. Selain itu peneliti hanya
tubuh manusia melalui berbagai cara antara lain melakukan pemeriksaan tekanan darah tanpa
melalui penetrasi pada pori-pori kulit sebesar melakukan pemeriksaan kadar kolinesterase
90% dan melalui inhalasi atau pernapasan, dalam darah atau parameter lain yang dapat
digesti atau lainnya sebesar 10% (Prijanto, digunakan untuk mengetahui tingkat keracunan
2009). Oleh karena itu untuk menghindari serta paparan pestisida di dalam tubuh manusia.
terjadinya paparan pestisida adalah dengan cara Saran bagi peneliti selanjutnya, dapat
menghindari kontak langsung dan menjauhkan melakukan penelitian dengan tema yang sama
pestisida dari rumah tempat tinggal. namun sebaiknya ditambah faktor risiko lain
seperti luas lahan dan pemeriksaan kolinesterase
PENUTUP darah untuk mengetahui hasil yang lebih akurat,
serta dapat menggunakan desain penelitian lain
Berdasarkan hasil penelitian dapat misalnya case control.
disimpulkan bahwa faktor yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi pada petani DAFTAR PUSTAKA
penyemprot bunga di Desa Kenteng Kecamatan
Bandungan adalah pengetahuan, masa kerja, Afriyanto. 2008. Kajian Keracunan Pestisida Pada
jenis pestisida, waktu penyemprotan, dan Petani Penyemprot Cabe Di Desa Candi
kelengkapan APD. Sementara faktor yang tidak Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.
Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah

389
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

Agustina, F., Suhartono, & Dharminto. 2018. Kabupaten Semarang. Jurnal Kesehatan
Hubungan Pajanan Pestisida dengan Kejadian Masyarakat (e-Journal), 4(5) : 35–43.
Hipertensi pada Petani Hortikultura di Desa Martiwi, R., Koesyanto, H., & Pawenang, E. T.
Gerlang Kecamatan Blado Kabupaten 2017. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Batang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e- Pada Pembangunan Gedung. HIGEIA (Journal
Journal), 6(4) : 447–452. of Public Health Research and Development), 1(4) :
Arwin, N. M., & Suyud, S. 2016. Pajanan pestisida 61–71.
dan kejadian anemia pada petani holtikultura Merrill, M. La, Cirillo, P. M., Terry, M. B.,
di Kecamatan Cikajang , Kabupaten Garut Krigbaum, N. Y., Flom, J. D., & Cohn, B. A.
tahun 2016. Berita Kedokteran Masyarakat, 2013. Prenatal Exposure To The Pesticide
32(7) : 245–250. DDT And Hypertension Diagnosed In
Budiawan, A. R. 2013. Faktor Risiko Cholinesterase Women Before Age 50: A Longitudinal Birth
Rendah pada Petani Bawang Merah. Cohort Study. Environmental Health
KESMAS - Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(2) : Perspectives, 121(5) : 594–599.
198–206. Minaka, I. A. D. A., Sawitri, A. A. S., & Wirawan,
Djojosumarto, P. 2008. Pestisida & Aplikasinya. D. N. 2016. Hubungan Penggunaan Pestisida
Jakarta: Agromedia Pustaka. dan Alat Pelindung Diri dengan Keluhan
Fatmawati, M., & Windraswara, R. 2016. Faktor Kesehatan pada Petani Hortikultura di
Risiko Paparan Pestisida Selama Kehamilan Buleleng , Bali. Public Health and Preventive
Terhadap Kejadian BBLR pada Petani Sayur. Medicine Archive (PHPMA), 4(1) : 74–81.
Unnes Journal of Public Health, 5(4) : 306–315. Norboo, T., Stobdan, T., Tsering, N., Angchuk, N.,
Harari, R., Julvez, J., Murata, K., Barr, D., Bellinger, Tsering, P., Ahmed, I., … Okumiya, K. 2015.
D. C., Debes, F., & Grandjean, P. 2010. Prevalence Of Hypertension At High Altitude:
Neurobehavioral Deficits And Increased Cross-Sectional Survey In Ladakh, Northern
Blood Pressure In School-Age Children India 2007-2011. BMJ Open, 5(4) : 1–15.
Prenatally Exposed To Pesticides. Nurkhayati, S., Nurjazuli, & Joko, T. 2018.
Environmental Health Perspectives, 118(6) : 890– Hubungan Papara Pestisida dengan Tekanan
896. Darah Diastolik pada Petani Hortikultura
Kipsengeret, K. K., Mbaria, J. M., Muchemi, G. M., Desa Kapuhan, Kecamatan Sawang an
Philiph, M., & Kanja, L. W. (2016). Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan
Occupational exposure to pesticide and Masyarakat (e-Journal), 5(3) : 335–343.
associated health problems in Kenya ’ s Prijanto, T. B., Nurjazuli, & Sulistiyani. 2009.
floriculture industry. Prudent Journals, 1(1) : 1– Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida
10. Organofosfat Pada Keluarga Petani
Lekei, E. E., Ngowi, A. V, & London, L. 2014. Hortikultura di Kecamatan Ngablak
Farmers ’ Knowledge , Practices And Injuries Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan
Associated With Pesticide Exposure In Rural Lingkungan Indonesia, 8(2) : 73–78.
Farming Villages In Tanzania. BMC Public Riccò, M., Vezzosi, L., & Gualerzi, G. 2018. Health
Health, 14(1) : 1–13. And Safety Of Pesticide Applicators In A
Litbang Pertanian. 2016. Teknik Penyemprotan High Income Agricultural Setting: A
Pestisida. Jakarta: Badan Penelitian Dan Knowledge, Attitude, Practice, And Toxicity
Pengembangan Pertanian Kementerian Study from North-Eastern Italy. Journal of
Pertanian Republik Indonesia. Preventive Medicine and Hygiene, 59(3) : E200–
Louisa, M., Sulistiyani, & Joko, T. 2018. Hubungan E211.
penggunaan pestisida dengan kejadian Riskesdas. 2018. Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun
hipertensi pada petani padi di Desa Gringsing 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang. Republik Indonesia.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(1) : Samosir, K., Setiani, O., & Nurjazuli, N. 2017.
654–661. Hubungan Pajanan Pestisida dengan
Ma’arif, M. I., Suhartono, & Dewanti, N. A. Y. Gangguan Keseimbangan Tubuh Petani
2016. Studi Pevalensi Keracunan Pestisida Hortikultura di Kecamatan Ngablak
pada Petani Penyemprot Sayur di Desa Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan
Mendongan Kecamatan Sumowono Lingkungan Indonesia, 16(2) : 63–69.

390
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)

Sari, K. A., Joko, T., & Nikie, A. D. Y. 2018. Ye, M., Beach, J., Martin, J. W., & Senthilselvan, A.
Influence Of Amount Of Pesticide And 2013. Occupational Pesticide Exposures And
Amount Of PPE To Diastolic Blood Pressure Respiratory Health. International Journal of
Of Farmers In Bumen Village , Sumowono Environmental Research and Public Health, 10(12)
District , Semarang Regency. JOURNAL OF : 6442–6471.
PUBLIC HEALTH FOR TROPICAL AND Yuantari, M. G. C., Widianarko, B., & Sunoko, H.
COASTAL REGION (JPHTCR), 1(1) : 1–5. R. 2015. Analisis Risiko Pajanan Pestisida
Siwiendrayanti, A. 2011. Keterlibatan Dalam Terhadap Kesehatan Petani. Jurnal Kesehatan
Aktivitas Pertanian Dan Keluhan Kesehatan Masyarakat, 10(2) : 239–245.
Wanita Usia Subur. KESMAS - Jurnal Zakiyah, N., Setiani, O., & Dewanti, N. A. Y. 2017.
Kesehatan Masyarakat, 7(1) : 73–82. Hubungan Paparan Pestisida dengan
Suparti, S., Anies, & Setiani, O. 2016. Beberapa Gangguan Perkembangan Anak Usia 3-5
faktor risiko yang berpengaruh terhadap Tahun di Desa Girirejo Kecamatan Ngablak
kejadian keracunan pestisida pada petani. Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan
JURNAL PENA MEDIKA, ISSN 2086-843X Masyarakat (e-Journal), 5(3) : 402–410.
Vol. 6, No. 2, 6(2) : 125–138. Zulfania, K. D., Setiani, O., & Dangiran, H. L. 2017.
Wiadi, I. N., & Muliarta, I. M. 2017. Fluktuasi Hubungan Paparan Pestisida dengan Tekanan
Tekanan Darah dan Efek Performa Darah pada Petani Penyemprot di Desa
Neurobihaviour pada Paparan Pestisida Sumberejo Kecamatan Ngablak Kabupaten
Organofosfat Jangka Panjang pada Remaja di Magelang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Daerah Pertanian. E Jurnal Medika, 6(4) : 63– Journal), 5(3) : 392–401.
72.

391
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN PAJANAN PESTISIDA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI


PADA PETANI HORTIKULTURA DI DESA GERLANG KECAMATAN
BLADO KABUPATEN BATANG

Fitria Agustina, Suhartono, Dharminto


Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email : fitria.agustina31@gmail.com

ABSTRACT
The use of pesticide on agricultural land is common for eradicate plant-disturbing
organisms to increase agricultural productivity. High use of pesticide can have
adverse health effects. Active ingredients contained in the pesticides causing
impaired of cholinesterase enzymes which can cause hypertension. Gerlang
village is on of the most frequently village used of pesticides. This research have
purpose to analyze the relationship beetwen of pesticide exposure with
hypertension in horticultural farmers in Gerlang village. This research uses
observational method with cross-sectional approach. Population of this research
is all farmers in Gerlang village and take 70 respondents as a sample. Data were
analyzed using chi-square test. The result of statistical test shows that there is a
correlation beetwen level of using pesticide (p=0,032) and pesticide type
(p=0,021) with hypertension. There is no correlation between length od using
pesticide (p value is cannot be shows because of constant answer) and
management of pesticide use (p=0,018) with hypertension. From this research to
anticipated the impact of using pesticide that require routinely spraying through
the use of personal protective equipment during work.
Keywords : pesticide, hypertension

PENDAHULUAN komplikasi kenaikan darah tinggi. Di


Tekanan darah tinggi atau yang seluruh bagian dunia, tercatat
disebut dengan hipertensi bahwa terdapat 40% orang dewasa
merupakan kelainan pada tanda vital berusia lebih dari 25 tahun
yang memerlukan perhatian lebih. mempunyai tekanan darah tinggi. 2
Kenaikan tekanan darah yang Prevalensi tekanan darah tinggi di
melebihi 140/90 mmHg dapat Indonesia sebesar 25,8 per 100
menjadi indikator beberapa masalah penduduk pada tahun 2013. Di Jawa
kesehatan, hal ini terjadi karena Tengah sendiri prevalensi tekanan
tekanan darah tinggi merupakan darah tinggi pada tahun 2013
faktor pemicu kejadian Penyakit sebesar 26 per 100 penduduk. 3
Tidak Menular (PTM). Menurut Di Indonesia pada tahun 2013
survey WHO pada tahun 2008, dua tercatat prevalensi hipertensi
PTM tertinggi di dunia yaitu stroke sebesar 25,0 persen terjadi pada
dan penyakit jantung iskemik dipicu kelompok petani/nelayan. 4 Petani
oleh kenaikan tekanan darah. 1 menjadi kelompok yang berisiko
Tahun 2008, tercatat 7 juta kematian karena selama bekerja petani
per tahun di dunia terjadi akibat mendapat kontak dengan benda
penyakit kardiovaskular. Terdapat atau bahan yang menimbulkan
9,4 juta kematian per tahun di dampak kenaikan tekanan darah
seluruh dunia tercatat akibat

447
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

yaitu bahan kimia beracun yang organofosfat, asetilkolin tidak dapat


terdapat di dalam pestisida. diuraikan sehingga terjadi
Peran pestisida dalam penumpukan asetilkolin.
mengendalikan hama dapat Penumpukan asetilkolin di dalam
berdampak pada kualitas tanaman saluran peredaran darah manusia
yang baik sehingga produktivitas akan menimbulkan gerakan yang
panen juga baik. Tanaman tidak teratur dan tidak harmonis,
hortikultura merupakan tanaman dapat lebih cepat ataupun lebih
yang paling memerlukan banyak lambat. Pergerakan ini berdampak
perhatian karena tanaman pada gerakan pembuluh darah yang
hortikultura tumbuh di daerah dapat menghasilkan tekanan darah
pegunungan dengan kelembaban menjadi rendah (hipotensi) atau
udara dan curah hujan yang cukup. 5 tekanan darah tinggi (hipertensi). 8, 9
Kerusakan akibat jamur atau OPT Kabupaten Batang merupakan
dapat menurunkan produktivitas salah satu kabupaten yang berada
hasil panen. Hal tersebut diatasi oleh di Provinsi Jawa Tengah. Pada
para petani dengan menggunakan bidang pertanian di Kabupaten
pestisida supaya produktivitas panen Batang tidak luput dari penggunaan
tetap baik. Namun penggunaan pestisida terutama dalam pertanian
pestisida juga dapat menimbulkan tanaman hortikultura. Desa Gerlang
dampak yang merugikan. Bahaya merupakan desa penanam tanaman
yang timbul diakibatkan zat kimia hortikultura paling banyak di
yang terkandung di dalam pestisida Kabupaten Batang dibanding desa-
bersifat irreversible yaitu kerusakan desa lainnya yang menerapkan tipe
yang disebabkan oleh penggunaan penanaman berubah-ubah jenis
pestisida tidak dapat kembali pulih tanaman dari tanaman pangan
seperti semula sebelum menjadi tanaman hortikultura sesuai
menggunakan pestisida. 6 dengan musim. Petani di Desa
Gangguan kesehatan yang Gerlang selalu menanam tanaman
ditimbulkan akibat masuknya hortikultura dengan jenis tanaman
pestisida ke dalam tubuh berupa yang sama pada lahan yang sama,
keracunan. Keracunan pestisida hal ini mengakibatkan kualitas tanah
dapat diperiksa melalui tekanan semakin menurun dan semakin
darah. Tekanan darah akan berubah memerlukan penggunaan pestisida
menjadi tidak normal akibat dampak yang tinggi.
berkelanjutan dari zat kimia pestisida Penderita hipertensi atau
yang mempunyai kemampuan tekanan darah tinggi di Kabupaten
mengganggu kerja ezim Batang pada tahun 2016 tercatat
asetilkolinesterase di dalam tubuh. 7 sebanyak 22.462 jiwa dengan
Adanya beberapa kandungan zat prevalensi kejadian hipertensi 5 jiwa
aktif pestisida yang masuk ke dalam per 100 penduduk berusia di atas 18
tubuh mengganggu proses tahun. Prevalensi kejadian hipertensi
penguraian asetilkolin atau bahkan di Kecamatan Blado pada tahun
tidak dapat berlangsung. 2016 adalah 16,08 per 100
Kolinesterase yang harusnya penduduk berisiko. Pada tahun 2017
menguraikan asetilkolin akan tercatat prevalensi kejadian
berikatan dengan zat aktif yang hipertensi di Kecamatan Blado yaitu
terkandung dalam beberapa jenis sebesar 14,99 per 100 penduduk
pestisida yaitu organofosfat. Ketika berisiko. 10
kolinesterase berikatan dengan

448
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Penelitian ini bertujuan untuk Tingkat


0,03 2,22 (1,129-
menganalisis hubungan pajanan Penggunaa
2 2 4,375)
pestisida dengan kejadian hipertensi n Pestisida
pada petani hortikultura di Desa
Gerlang Kecamatan Blado Dari hasil analisis menggunakan
Kabupaten Batang. uji Chi-square with continuity
correction diperoleh nilai signifikansi
METODE PENELITIAN (P value) adalah 0,032. Nilai
Penelitian yang dilakukan 0,032<0,05, sehingga Ho ditolak dan
menggunakan metode analitik Ha diterima yang berarti terdapat
dengan pendekatan cross-sectional. hubungan antara tingkat
Populasi penelitian merupakan penggunaan pestisida dengan
petani hortikultura Desa Gerlang kejadian hipertensi pada petani.
yang terdaftar sebagai penerima Analisis faktor risiko dilihat dari nilai
subsidi pupuk oleh BP3K RP, lower dan upper dimana
Kecamatan Blado tahun 2018 yaitu hasilnya adalah RP 2,222 (CI 95%,
459 orang. Jumlah sampel yang 1,129-4,375). Nilai RP terletak pada
diambil menggunakan rumus CI 95% lebih dari satu sehingga
Lameshow sebanyak 70 orang dinyatakan bahwa tingkat
dengan kriteria inklusi : penggunaan pestisida menjadi faktor
1. Bertempat tinggal di desa risiko kejadian hipertensi. Dimana
Gerlang lebih dari 10 tahun risiko kejadian hipertensi yang
2. Berjenis kelamin laki-laki ditimbulkan oleh tingkat penggunaan
3. Berusia 41-60 tahun pestisida yang tinggi 2,2 kali
4. Tidak memiliki riwayat keluarga dibanding dengan tingkat
hipertensi penggunaan pestisida yang rendah
5. Menggunakan insektisida pada sampel responden yang diteliti.
sintesis Hasil penelitian ini tidak sejalan
Pengambilan sampel dengan penelitian yang dilakukan
menggunakan teknik simple random oleh Zulfania (2017) yang
sampling. Variabel bebas yang menemukan bahwa tidak terdapat
diteliti adalah tingkat penggunaan hubungan antara frekuensi
pestisida, jenis pestisida, lama kerja penyemprotan pestisida dengan
menggunakan pestisida, dan tata tekanan darah baik tekanan darah
laksana penggunaan pestisida. Data sistolik (p = 0,960) maupun tekanan
tekanan darah petani didapatkan darah diastolik (p = 0,173). 7
dari pengukuran langsung pada Semakin dekat jarak petani
petani. Analisis data menggunakan melakukan penggunaan pestisida
uji Chi-square dengan tingkat maka akan semakin sering pajanan
kepercayaan 95% dan nilai α = 0,05. yang dialami. Dari seringnya
pajanan tersebut, akumulasi
HASIL DAN PEMBAHASAN pestisida yang masuk ke dalam
Hubungan Tingkat Penggunaan tubuh akan semakin tinggi.
Pestisida dengan Kejadian Tingginya akumulasi pestisida yang
Hipertensi ada di dalam tubuh akan
Tabel 1 Hubungan Tingkat menimbulkan dampak merugikan
Penggunaan Pestisida dengan bagi tubuh seperti gangguan enzim
Kejadian Hipertensi kolinesterase. Dampak yang
Variabel Status Hipertensi ditimbulkan juga dipengaruhi oleh
p RP CI 95% jenis kandungan bahan aktif yang

449
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ada dalam pestisida yang tekanan darah akibat pajanan


digunakan. Dapat juga dipengaruhi pestisida. 11
oleh internal individu itu sendiri Bahan aktif organofosfat dan
seperti ketahan tubuhnya. karbamat memiliki sifat anti-
kolinesterase yang akan
Hubungan Jenis Pestisida dengan menghambat kerja enzim
Kejadian Hipertensi kolinesterase. Apabila organofosfat
Tabel 2 Hubungan Jenis Pestisida dan karbamat masuk ke dalam
dengan Kejadian Hipertensi tubuh, enzim kolinesterase akan
Variabel Status Hipertensi mengalami penurunan. Penurunan
p RP CI 95% hingga 30% menunjukkan bahwa
Jenis 0,02 2,95 (1,134- peristiwa tersebut dipicu oleh
Pestisida 1 5 7,699) masuknya organofosfat dan
8, 9
karbamat ke dalam tubuh.
Nilai signifikansi yang diperoleh Hubungan Lama Kerja
dari hasil uji Chi-square with Menggunakan Pestisida dengan
continuity correction yaitu sebesar Kejadian Hipertensi
0,021. Nilai 0,021 < 0,05 sehingga Tabel 3 Hubungan Lama Kerja
Ho ditolak dan Ha diterima yang Menggunakan Pestisida dengan
artinya terdapat hubungan antara Kejadian Hipertensi
jenis pestisida yang digunakan oleh Variabel Status Hipertensi
petani dengan kejadian hipertensi. p RP CI
Hasil analisis nilai RP, lower dan 95%
upper adalah RP 2,955 (CI 95%, Lama Kerja
1,134-7,699). Nilai RP terletak pada Menggunaka - - -
CI 95% lebih dari satu sehingga n Pestisida
dinyatakan bahwa jenis pestisida
menjadi faktor risiko kejadian Hasil analisis Chi-square with
hipertensi pada petani di Desa continuity correction terhadap
Gerlang. Risiko hipertensi pada variabel lama kerja menggunakan
petani yang menggunakan pestisida pestisida tidak dapat dihitung karena
jenis organofosfat atau karbamat 2,9 seluruh responden memiliki jawaban
kali dibanding pada petani yang konstan yaitu 70 orang responden
tidak menggunakan pestisida jenis memiliki lama kerja menggunakan
organofosfat atau karbamat. pestisida yang sama yaitu masuk ke
Hasil penelitian yang hampir dalam kategori lebih dari 10 tahun.
sama dilakukan oleh Sasongko Begitu juga dengan uji faktor risiko
(2012) yang ingin mengetahui yang tidak dapat dihitung.
hubungan jenis golongan pestisida Sedangkan pada penelitian yang
dengan kadar enzim kolinesterase dilakukan oleh Louisa (2017)
dalam darah yang merupakan didapatkan hubungan antara lama
pemicu terjadinya hipertensi. Dari kerja terhadap status hipertensi
penelitiannya, didapatkan bahwa petani dengan nilai signifikansi
nilai siginifikansi p=0,004 yang 0,017. 12 Lamanya kerja petani
menunjukkan adanya hubungan menggunakan pestisida memiliki
antara golongan pestisida yang kemungkinan pajanan pestisida
digunakan dengan kadar yang semakin besar. Pajanan
kolinesterase dalam darah yang pestisida yang semakin lama akan
merupakan pemicu terjadinnya menimbulkan akumulasi atau
penumpukan pestisida dalam tubuh

450
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

yang akan mengganggu keja enzim penyemprotan (0,499) dengan kadar


kolinesterase sehingga dapat enzim kolinesterase dalam tubuh. 14
memicu terjadinya tekanan darah Kelengkapan APD dan
tinggi. 13 ketepatan penggunaan pestisida
memengaruhi masuknya pestisida
Hubungan Tata Laksana ke dalam tubuh. Penggunaan APD
Penggunaan Pestisida dengan yang tidak lengkap lebih
Kejadian Hipertensi memungkinkan bahan kimia
Tabel 4 Hubungan Tata Laksana pestisida mudah masuk ke dalam
Penggunaan Pestisida dengan tubuh karena tubuh tidak terlindungi.
Kejadian Hipertensi Selain itu ketepatan waktu, dosis,
Variabel Status Hipertensi jenis dan mutu pestisida sesuai
p RP CI 95% sasaran, dan cara penggunaan
Tata Laksana pestisida juga memengaruhi residu
0,95 1,11 (0,566- yang ditimbulkan dari pemakaian
Penggunaan
9 1 2,180) pestisida tersebut. Apabila residu
Pestisida
yang dihasilkan lebih banyak maka
Dari hasil analisis menggunakan akan lebih banyak pula residu
uji Chi-square with continuity pestisida yang kemungkinan dapat
correction diperoleh nilai signifikansi masuk ke dalam tubuh.
(P value) adalah 0,959. Nilai
0,959>0,05, sehingga Ho diterima PENUTUP
dan Ha ditolak yang berarti tidak Kesimpulan
terdapat hubungan antara tata 1. Terdapat hubungan antara
laksana penggunaan pestisida tingkat penggunaan pestisida
dengan kejadian hipertensi pada dengan kejadian hipertensi pada
petani. Analisis faktor risiko dilihat petani di Desa Gerlang.
dari nilai RP, lower dan upper 2. Terdapat hubungan antara jenis
dimana hasilnya adalah RP 1,111 pestisida yang digunakan oleh
(CI 95%, 0,566-2,180). Nilai RP petani dengan kejadian
terletak pada CI 95% kurang dari hipertensi.
satu hingga lebih dari satu sehingga 3. Hubungan lama kerja dengan
dinyatakan bahwa tata laksana kejadian hipertensi tidak dapat
penggunaan pestisida cenderung dianalisis karena seluruh
menjadi faktor risiko kejadian responden memiliki jawaban
hipertensi pada petani di Desa yang konstan.
Gerlang. Risiko hipertensi pada 4. Tidak terdapat hubungan antara
petani yang tata laksana tata laksana penggunaan
penggunaan pestisida buruk 1,1 kali pestisida dengan kejadian
dibanding pada petani yang tata hipertensi pada petani.
laksana penggunaan pestisida baik. Saran
Hasil penelitian yang serupa 1. Saat menggunakan pestisida
adalah penelitian yang dilakukan hendaknya memakai alat
oleh Ma’arif (2016) yang pelindung diri yang lengkap
menemukan bahwa tidak ada untuk menghindari dampak
hubungan variabel kelengkapan merugikan akibat akumulasi
APD (0,147), waktu penyemprotan pestisida yang masuk ke dalam
(1,000), dosis pestisida (0,471) dana tubuh.
rah angina saat melakukan 2. Setelah penggunaan pestisida,
bungkus bekas pestisida dapat

451
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dibuang pada tenpatnya untuk golongan organofosfat yang


menghindari kontaminasi diberi jus strawberi (fragaria
pestisida pada area-area yang chiloensis). JAMBS. 2014. 1(1) :
tidak menjadi sasaran 11-16.
penggunaan pestisida. 10. Dinas Kesehatan Kabupaten.
Profil kesehatan 2017. Batang.
DAFTAR PUSTAKA 2018.
1. Kementerian Kesehatan 11. Sasongko A. Hubungan praktek
Republik Indonesia. Hipertensi pencampuran golongan pestisida
the silent killer. Jakarta. 2015. organofosfat dan karbamat
2. World Health Organization. A dengan kadar kolinesterase
global brief on hypertension. pada petani bawang merah di
Switzerland. 2013. desa kedunguter, kecamatan
3. Kementerian Kesehatan brebes, kabupaten brebes.
Republik Indonesia. Infodatin : Jurnal Kesehatan Masyarakat.
hipertensi. Jakarta. 2014. 2012. 1(2) : 845-851.
4. Kementerian Kesehatan 12. Louisa M, Sulistyani, Joko T.
Republik Indonesia. Riset Hubungan penggunaan pestisida
kesehatan dasar 2013. Jakarta. dengan kejadian hipertensi pada
2013. petani padi di desa gringsing
5. Stoytcheva, M. Pesticides- kecamatan gringsing kabupaten
formulations, effects, fate. batang. Jurnal Kesehatan
Croatia : InTech Open Access Masyarakat. 2018. 6(1) : 654-
Publisher. 2011. 661.
6. Runia Y A. Faktor-faktor yang 13. Mahmudah M, Wahyuningsih N
berhubungan dengan keracunan E, dan Setyani O. Kejadian
pestisida organofosfat, karbamat keracunan pestisida pada istri
dan kejadian anemia pada petani petani bawang merah di desa
hortikultura di desa tejosari kedunguter kecamatan brebes
kecamatan ngablak kabupaten kabupaten brebes. Media
magelang. Thesis. Semarang : Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro. 2008. Indonesia. 2012. 11(1) : 65-70.
7. Zulfania K D, Setiani O, dan 14. Ma’arif M I, Suhartono, dan
Dangiran H L. Hubungan riwayat Yunita N A. Studi prevalensi
paparan pestisida dengan keracunan pestisida pada petani
tekanan darah pada petani penyemprot sayur di desa
penyemprot di desa sumberejo mendongan kecamatan
kecamatan ngablak kabupaten sumowono kabupaten
magelang. Jurnal Kesehatan semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2017. 5(3) : 392- Masyarakat. 2016. 4(5) : 35-43.
401.
8. Raini M. Toksikologi pestisida
dan penanganan akibat
keracunan pestisida. Media
Litbang Kesehatan. 2007. 17(3) :
10-18.
9. Anam K, Diarti M W, dan
Haerani I. Peningkatan aktivitas
kolinesterase dalam darah petani
yang terpapar pestisida

452
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN PENGGUNAAN PESTISIDA DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI PADA PETANI PADI DI DESA GRINGSING
KECAMATAN GRINGSING KABUPATEN BATANG

Marda Louisa, Sulistiyani, Tri Joko


Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: marda.louisa95@gmail.com

ABSTRACT

Background: Pesticides are chemical compounds or chemical compound mixtures


that have the ability to eradicate and kill pests. The use of poorly managed
pesticides will have a negative impact. The effects of these pesticides can be acute
and chronic. Pesticide poisoning can cause hypertension. Gringsing Village,
Gringsing District, Batang District has hypertension cases of 1,742 cases.
Aim : knowing the association between pesticide use and hypertension incidence on
rice farmers in Gringisng Village, Gringsing Sub-district, Batang District
Method: This study used cross sectional design with 78 respondents. The variables
studied were age, sex, history of disease, length of service, duration of work, dose of
pesticide, spraying frequency, spraying time, Personal Protective Equipment (PPE),
activity, genetic, eating and smoking habit
Result : showed that the variables that gave significant results were: Age (p = 0.025),
gender (p = 0.014), length of service (p = 0.017), Personal Protective Equipment (p =
0,015), genetic (p = 0,035), and smoking (p = 0.017).
Conclusion : Age, sex, length of service, personal protective equipment, genetics
and smoking have a relationship with the incidence of hypertension
Suggestion: the need to improve farmers' practices in using pesticides
Keywords: pesticide use, hypertension
Bibliography : 62, 1991-2015

PENDAHULUAN luas lahan dan faktor iklim dengan


matahari yang bersinar sepanjang
Indonesia merupakan salah satu tahun sehingga sesuai untuk bertani
negara agraris yang ada di dunia. Di padi. Sebagai negara agraris hingga
Indonesia sektor pertanian memiliki kini masyarakat Indonesia telah
peranan penting dalam memajukan memanfaatkan sumber daya alam
perekonomian negara. Indonesia untuk menunjang hidupnya salah
adalah negara yang kaya akan hasil satunya pada sektor pertanian.
pertaniannya salah satunya adalah Berbagai permasalahan yang dihadapi
padi. Padi yang dihasilkan oleh petani dalam bercocok tanam yaitu
Indonesia mempunyai kualitas baik adanya gangguan organisme
karena didukung oleh keadaan tanah, pengganggu yang dapat merugikan

654
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

petani. Organisme pengganggu Jenis penelitian ini adalah


tanaman ini disebut juga sebagai observasional analitik menggunakan
hama tanaman, penyakit tanaman pendekatan metode survei dengan
atau gulma. Upaya untuk rancangan cross sectional. Pada
meningkatkan mutu hasil produk rancangan penelitian dengan desain
pertanian, petani sering menggunakan cross sectional variabel dependen
pestisida sebagai salah satu upaya maupun variabel independen diteliti
untuk mengurangi kerugian akibat pada saat yang bersamaaan untuk
hama tanaman. Upaya tersebut mengetahui hubungan antara
menyebabkan petani dan pestisida variabel-variabel tersebut. Populasi
menjadi sulit untuk dipisahkan. dalam penelitian ini adalah 350 orang
Pestisida adalah persenyawaan petani padi di Desa Gringsing
kimia atau campuran persenyawaan Kecamatan Gringsing Kabupaten
kimia yang mempunyai kemampuan Batang (petani sendiri dan buruh tani).
memberantas dan mematikan hama. 1 Sampel dalam penelitian ini adalah 78
Penggunaan pestisida memang dapat orang petani padi di Desa Gringsing
menguntungkan perekonomian petani Kecamatan Gringsing Kabupaten
namun jika dilihat dari sisi lain yaitu Batang diambil dengan rumus slovin.
dari sisi lingkungan dan kesehatan, Jenis dan sumber data yang
pestisida dapat mencemari lingkungan digunakan adalah data primer yaitu
dan memberikan gangguan akut pada dengan Wawancara dengan kuesioner
kesehatan petani. Salah satunya dan observasi. Analisis yang dipakai
adalah peyakit hipertensi, Hipertensi adala analisis Univariat dan analisis
merupakan penyakit yang makin bivariat. Analisa univariat yaitu analisis
banyak dijumpai di Indonesia untuk mendeskripsikan karakteristik
termasuk banyak dijumpai di Desa seluruh variabel yang diteliti. Hasil
Gringsing. Berdasarkan data yang analisis ditampilkan dalam bentuk
telah diperoleh dari data Puskesmas I tabel distribusi frekuensi.analisis
untuk Desa Gringsing ditemukan bivariat digunakan untuk mengetahui
kasus hipertensi yang kian meningkat hubungan antara variabel bebas
dari tahun 2014 sampai 2016. Pada dengan variabel terikat agar dapat
tahun 2014 ditemukan 1.173 kasus menentukat tingkat hubungan antara
kemudian meningkat pada tahun 2015 variabel tersebut. Analisis bivariat
yaitu menjadi 1.261 kasus. Tahun yang digunakan yaitu uji Chi Square
2016 kasus hipertensi di Desa dengan nilai α = 0,05. Interpretasi
Gringsing kembali meningkat menjadi hasil analisis yaitu apabila diperoleh
1.742 kasus. Hipertensi merupakan nilai p < α disimpulkan terdapat
peningkatan sistolik paling sedikit 30 hubungan sgnifikan antar variabel,
mmHg atau paling sedikit peningkatan tetapi bila nilai p > α disimpulkan tidak
diastolik paling sedikit 15 mmHg, atau terdapat hubungan signifikan antar
ditemukannya tekanan sistolik paling variabel.
sedikit 140 mmHg dan tekanan
diastolik paling sedikit 90 mmHg.

Metode Penelitian

655
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Hasil dan Pembahasan Desa Gringsing Kecamatan Gringsing


Responden dalam penelitian Kabupaten Batang. Hasil penelitian
ini adalah 78 orang petani padi di tersebut dapat dilihat pada tabel :

Tabel 4.21 Hubungan Antara Usia Dengan Kejadian Hipertensi Pada Petani Padi di
Desa Gringsing Kecamatan Gringsing
Hipertensi Nilai
Total
Ya Tidak p
Usia
f f f
% % %
(Orang) (Orang) (Orang)
≥40
29 59,2 20 40,8 49 100
tahun 0,025
<40
25 86,2 4 13,8 29 100
tahun
Total 54 69,2 24 30,8 78 100
Hasil tersebut pada tabel 4.21 usia menyebabkan adanya perubahan
menyatakan bahwa responden fisiologis dalam tubuh seperti
dengan usia ≥40 tahun lebih mudah penebalan dinding arteri akibat
terkena hipertensi 29 orang (59,2%). adanya penumpukan zat kolagen
Nilai p = 0,025 maka dikatakan bahwa pada lapisan otot, sehingga pembuluh
usia dapat berhubungan yang darah akan mengalami penyempitan
signifikan dengan kejadian hipertensi. dan menjadi kaku dimulai usia 40
Umur dapat berhubungan dengan tahun. Selain itu juga terjadi
hipertensi karena tekanan arterial peningkatan resistensi perifer dan
yang meningkat sesuai dengan aktivitas simpatik serta kurangnya
bertambahnya usia, terjadinya sensitivitas baroreseptor (pengatur
regurgitasi aorta, serta adanya proses tekanan darah) dan peran ginjal aliran
degeneratif yang lebih sering terjadi darah ginjal dan laju laju filtrasi
pada usia tua (lansia). Pertambahan glomerulus menurun2

Tabel 4.22 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Petani Padi di Desa Gringsing Kecamatan Gringsing
Hipertensi Nilai
Total
Jenis Ya Tidak p
Kelamin F F F
% % %
(Orang) (Orang) (Orang)
Laki-laki 33 60,0 22 40,0 55 100 0,014
Perempuan 21 91,3 2 8,7 23 100
Total 54 69,2 24 30,8 78 100
Hasil tersebut pada tabel 4.22 (60,0%). Nilai p = 0,014 maka
menyatakan bahwa responden dikatakan bahwa jenis kelamin dapat
dengan jenis kelamin laki-laki lebih berhubungan yang signifikan dengan
mudah terkena hipertensi 33 orang kejadian hipertensi. Faktor jenis

656
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kelamin berhubungan dengan perempuan. Hal ini disebabkan karena


terjadinya kejadian hipertensi, dimana pekerjaan dan perilaku perempuan
pria lebih banyak menderita hipertensi dianggap lebih tidak beresiko dan
dibandingkan perempuan, dengan berperilaku sehat. Angka istirahat
rasio sekitar 2,29 untuk kenaikan jantung dan indeks kardiak pada pria
sistolik dan 3,76 untuk kenaikan lebih rendah dan tekanan
tekanan darah diastolik. Laki-laki perioheralnya lebih tinggi jika
diduga memiliki gaya hidup yang dibandingkan dengan perempuan
cenderung dapat meningkatkan pada level tekanan arteri yang sama.
tekanan darah dibandingkan dengan Pria juga merespons suatu latihan
perempuan. Laki-laki disebutkan beban dengan kenaikan tekanan arteri
mempunyai resiko hipertensi lebih lebih besar 3
besar dibandingkan dengan

Tabel 4.24 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Kejadian Hipertensi Pada Petani
Padi di Desa Gringsing Kecamatan Gringsing
Hipertensi Nilai
Total
Ya Tidak p
Masa Kerja
F f f
% % %
(Orang) (Orang) (Orang)
>10 tahun 28 58,3 20 41,7 48 100 0,017
≤10 tahun 26 86,7 4 13,3 30 100
Total 54 69,2 24 30,8 78 100
Hasil tersebut pada tabel 4.24 satu upaya pemberantasan hama
menyatakan bahwa responden pada tanaman padi. Pestisida sangat
dengan masa kerja >10 tahun lebih menguntungkan bagi petani untuk
mudah terkena hipertensi 28 orang menghindari kerugian akibat serangan
(58,3%). Nilai p = 0,017 maka hama. Masa kerja yang > 10 tahun
dikatakan bahwa masa kerja dapat pada petani,menyebabkan semakin
berhubungan yang signifikan dengan banyak paparan pestisida yang masuk
kejadian hipertensi. kedalam tubuh. Hasil penelitian ini
Mayoritas responden pada penelitian sesuai dengan teori yang mengatakan
ini telah bekerja lebih dari 10 tahun. bahwa semakin lama seseorang
Angka ini juga dapat diartikan bahwa menjadi petani maka semakin banyak
pertanian merupakan pekerjaan tetap pula kemungkinan untuk terjadi kontak
mereka dan besar kemungkinan akan dengan pestisida.4 Tingkat paparan
terus berlanjut selama mereka masih terhadap pestisida tidak dirasakan
mampu menjalankannya. Selama > 10 langsung saat ini karena sifatnya yang
tahun tersebut petani juga kumulatif dan berpengaruh terhadap
menggunakan pestisida sebagai salah lama kerja yang dialami.

657
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 4.29 Hubungan Antara Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Petani Padi di Desa Gringsing Kecamatan Gringsing
Hipertensi Nilai
Total
Ya Tidak p
APD
F f f
% % %
(Orang) (Orang) (Orang)
Tidak Lengkap 36 61,0 23 39,0 59 100 0,015
Lengkap 18 94,7 1 5,3 19 100
Total 54 69,2 24 30,8 78 100
Hasil tersebut pada tabel 4.29 dan sepatu boot. Pemakaian APD
menyatakan bahwa responden dapat mengurangi kemungkinan
dengan APD tidak lengkap lebih kontak langsung dengan pestisida
mudah terkena hipertensi 36 orang sehingga risiko pestisida masuk ke
(61,0%). Nilai p = 0,015 maka dalam tubuh melalui bagian
dikatakan bahwa APD dapat pernafasan, pencernaan dan kulit
berhubungan yang signifikan dengan dapat dihindari. Pemakaian APD yang
kejadian hipertensi. Pestisida masuk tidak lengkap saat melakukan
ke dalam tubuh dapat melalui kegiatan pertanian akan
berbagai cara, antara lain melalui meningkatkan pemaparan pestisida
pernafasan atau penetrasi kulit. Salah seperti tidak memakai sepatu boot
satu cara untuk mencegah terjadinya dan masker yang banyak dilakukan
absorbsi pestisida oleh tubuh adalah oleh responden pada penelitian ini.
dengan pemakaian APD untuk Pestisida dapat menempel
melindungi bagian-bagian tubuh yang dipermukaan kulit dan meresap
berpotensi sebagai portal entry masuk kedalam tubuh. Kejadian
pestisida. Pemakaian APD pada kontaminasi pestisida lewat kulit
petani sangat penting untuk merupakan kontaminasi yang paling
menghindari kontak langsung dengan sering terjadi.Apabila pestisida
pestisida. Pemakaian APD lengkap terabsorbsi kedalam tubuh maka
terdiri dari 7 macam yaitu : baju dapat menyebabkan keracunan
lengan panjang, celana panjang, pestisida seperti hipertensi 5
masker, topi, kacamata, kaos tangan

Tabel 4.31 Hubungan Antara Genetik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Petani Padi
di Desa Gringsing Kecamatan Gringsing
Hipertensi Nilai
Total
Ya Tidak p
Genetik
F f f
% % %
(Orang) (Orang) (Orang)
Genetik 30 60,0 20 40,0 50 100 0,035
Tidak genetik 24 85,7 4 14,3 28 100
Total 54 69,2 24 30,8 78 100

658
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Hasil tersebut pada tabel 4.31 menunjukkan aktivitas sistem saraf


menyatakan bahwa responden simpatis lebih besar dibandingkan
dengan genetik hhipertensi lebih tikus normal. Seseorang yang normal
mudah terkena hipertensi 30 orang dengan riwayat hipertensi pada
(60,0%). Nilai p = 0,035 maka keluarga mengalami penurunan
dikatakan bahwa genetik dapat aktivitas saraf parasimpatis yang
berhubungan yang signifikan dengan signifikan
kejadian hipertensi Berdasarkan penelitian sebelumnya
Penelitian sebelumnya menunjukkan dapat dikatakan bahwa penelitian ini
bahwa kelainan pada gen telah sejalan dengan penelitian
angiotensinogen yaitu gen yang sebelumnya seperti penelitian yang
berperan penting dalam memproduksi dilakukan oleh Arifin pada tahun 2016
zat penekan angiotensin bahwa ada hubungan yang signifikan
mengakibatkan peningkatan tekanan antara genetik dengan hipertensi yaitu
darah atau hipertensi. Perlakuan yang ditandai dengan nilai p = 0,019 yang
dilakukan pada tikus strain okamoto artinya p < 0,05 (6)
yang memiliki hipertensi,

Tabel 4.33 Hubungan Antara Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Petani
Padi di Desa Gringsing Kecamatan Gringsing
Hipertensi Nilai
Total
Ya Tidak p
Merkok
F f f
% % %
(Orang) (Orang) (Orang)
Merokok 28 58,3 20 41,7 48 100 0,017
Tidak merokok 26 86,7 4 13,3 30 100
Total 54 69,2 24 30,8 78 100
Hasil tersebut pada tabel 4.33 tahanan perifer dapat dipengaruhi
menyatakan bahwa responden oelhe beberapa faktor salah satunya
dengan kebiasaan merokok lebih adalah merokok. Kandungan nikotin
mudah terkena hipertensi 28 orang dalam rokok dapat menyebabakan
(58,3%). Nilai p = 0,017 maka meningkatkan denyut jantung,
dikatakan bahwa merokok dapat bertambahnya kontraksi otot jantung,
berhubungan yang signifikan dengan menyababkan vasokontriksi pada
kejadian hipertensi pembuluh darah perifer dan pembuluh
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa darah di ginjal sehingga
sebagian besar perokok adalah jenis mempengaruhi peningkatan tekanan
kelamin laki-laki. Karena menurut darah. Nikotin juga mengganggu
salah seorang petani bahwa jika tidak sistem saraf simpatis dengan
merokok mereka akan mengalami perangsangan hormon adrenalin yang
kantuk selama bekerja. Padahal dapat mempengaruhi peningkatan
dengan merokok meningkatkan tekanan darah. Meningkatnya tekanan
tekanan darah dapat dipengaruhi oleh darah juga dipengaruhi oleh
curah jantung dan tahanan perifer. kandungan karbon monoksida (CO).
Sedangkan curah jantung dan Di dalam eritrosit, CO mempunyai

659
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

daya ikat yang lebih kuat dengan 2. Sebaiknya waktu penyemprptan


hemoglobin dibandingkan dengan dilakukan pada pagi hari untuk
oksigen, sehingga jika menghisap mengurangi terabsorbsinya
rokok kadar oksigen darah dalam pestisida ke dalam tubuh melalui
tubuh akan berkurang. Jika sel-sel kulit
tubuh kekurangan oksegen maka 3. Tidak menambahkan dosis
tubuh akan melakukan kompensasi pestsida secara sembarangan
pembuluh darah dengan cara 4. Melengkapi APD agar dapat
vasokontriksi. Bila vasokontriksi mengurangi masukya pestisida
berlangsung lama maka pembuluh ke dalam tubuh
darah akan mudah terjadi 5. Melaksanakan pola hidup sehat
aterosklerosis 7 seperti tidak merokok agar tidak
memperburuk kondisi tekanan
Kesimpulan darah
1. Ada hubungan yang signifikan
antara usia responden dengan DAFTAR PUSTAKA
kejadian hipertensi, nilai p = 1. Sumardjo, Damin. Pengantar
0,025 Kimia : Buku Panduan Kuliah
2. Ada hubungan yang signifikan Mahasiswa Kedokteran dan
antara jenis kelamin dengan Program Strata I Fakultas
kejadian hipertensi, nilai p = Bioeksakta. Jakarta : EGC. 2008.
0,014) 2. Sutangi H dan Winarti. Faktor
3. Ada hubungan yang signifikan Yang Berhubungan Dengan
antara masa kerja dengan Kejadian Hipertensi Pada Wanita
kejadian hipertensi, nilai p = Lansia di Posbindu Desa
0,017 Sukaurip Kecamatan Balongan
4. Ada hubungan yang signifikan Indramayu. 2013. Diakses dari
antara Alat Pelindung Diri (APD) http://ejournal.unwir.ac.id/file.php
dengan kejadian hipertensi, nilai ?file=jurnal&id=578&cd=0b2173ff
p = 0,015 6ad6a6fb09c95f6d50001df6&na
5. Ada hubungan yang signifikan me=H_sutangi_no_10.pdf
antara genetik dengan kejadian 3. Kartikawati, Anggi. Prevalensi
hipertensi, nilai p = 0,035 dan Determinan Hipertensi Pada
6. Ada hubungan yang signifikan Pasien Puskesmas Di Jakarta
antara merokok dengan kejadian Utara Tahun 2007. 2007.
hipertensi, nilai p = 0,017 Diakses dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/1
Saran 22551-S-5407-
1. Mengurangi lama kerja untuk Prevalensi%20dan-HA.pdf
menghindari paparan pestisida 4. Isnawan RM. Faktor-Faktor Yang
yang lebih banyak ke dalam Berhubungan Dengan Kejadian
tubuh, mengingat bahaya Keracunan Pestisida Pada
pestisida begitu besar Petani Bawang Merah Di Desa
pengaruhnya pada kesehatan Kedungter Kecamatan Brebes
dan lingkungan Kabupaten Brebes. J Kesehat
Masy. 2013

660
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

5. Marsaulina, Irnawati dan Arlinda


Sari Wahyuni. Faktor- Faktor
yang Berhubungan Dengan
Keracunan Pestisida Pada
Petani Hortikuktura di
Kecamatan Jorlang Hataran
Kabupaten Simalungun Tahun
2005. Diakses dari
http://ejournal.litbang.depkes.go.i
d/index.php/MPK/article/viewFile/
803/1672
6. Arifin, Muhammad Hafiz Bin
Mohd, dkk. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Kelompok Lanjut
Usia Di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Petang I Kabupaten
Badung TAhun 2016. 2016.
Diakses dari
https://ojs.unud.ac.id/index.php/e
um/article/view/21559/14262
7. Sitepoe, M. 1997. Usaha
Mencegah Bahaya Merokok. PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta

661

Anda mungkin juga menyukai