DOSEN PEMBIMBING:
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belaknag ................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.3 Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................. 3
2.1 Konsep Dasar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3).................................... 3
2.2 Konsep Dasar Penyakit Akibat Kerja ................................................................ 4
2.3 Konsep Dasar Hazard ........................................................................................ 5
2.4 Konsep Dasar Petanian ...................................................................................... 6
2.5 Konsep Teori Alat Perlindungan Diri (APD) .................................................... 6
BAB III HASIL OBSERVASI ......................................................................................... 8
3.1 Deskripsi Pelaksanaan ....................................................................................... 8
3.2 Hasil Pengamatan .............................................................................................. 8
3.3 Kesimpulan ........................................................................................................ 9
BAB IV PENDIDIKAN KESEHATAN ........................................................................ 10
4.1 Latar Belakang ................................................................................................. 10
4.2 Tujuan .............................................................................................................. 13
4.3 Metode Pelaksanaan ........................................................................................ 13
4.4 Kesimpulan ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 15
LAMPIRAN .......................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
masih ditemukan penggunaan pestisida yang tidak memenuhi ketentuan yang ada
seperti dosis yang dipergunakan melebihi takaran, Penggunaan pestisida lebih dari
dua jenis dalam sekali pakai, tidak menggunakan alat pelindung diri (APD), dan
melakukan penyemprotan sambil merokok, sementara keluhan seperti pusing dan
mual setelah melakukan pengelolaan pestisida pada petani dianggap sebagai hal yang
biasa.
Penggunaan pestisida memang dapat menguntungkan perekonomian petani
namun jika dilihat dari sisi lain yaitu dari sisi lingkungan dan kesehatan, pestisida
dapat mencemari lingkungan dan memberikan gangguan akut pada kesehatan petani.
Salah satunya adalah peyakit Hipertensi (Marda Louisa et al, 2018). Dari permasalah
tersebut pendidikan kesehatan terhadap masyarakat perlu dilakukan guna
mengedukasi ke masyarakat tata cara penggunaan pastesida yang baik dan benar agar
dapat menghindari dampak negatif yang tidak di inginkan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah agar mahasiswa/i dapat
mengetahui sumber penyakit dan hazard pada pertanian seperti:
1. Bahaya kimia pada pertaninan
2. Bahaya ergonomic pada pertaninan
3. Bahaya biologi pada pertaninan
4. Bahaya fisik/lingkungan pada pertaninan
1.3 Manfaat
Adapun Manfaat dari penyusunan laporanini yaitu agar mahasiswa/i dapat:
1. Mengetahui seberapa tingkat K3 diterapkan di kelompok pertanian
2. Menambah pengetahuan Mahasiswa/i STIKES Yarsi Mataram mengenai K3
Serta,
3. Penulis dan kelompok dapat langsung merasakan pengalaman observasi dan
memberikan pendidikan kesehatan langsung mengenai penerapan K3
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
Dari beberapa definisi dan konsep di atas peneliti menyimpulkan bahwa
penerapan dan keselamatan kerja adalah suatu cara untuk menerapkan diri atau
mengatur diri sendiri pada suatu pekerjaan agar bisa bekerja dengan aman dan sehat
baik secara jasmani dan rohani yang berhubungan dengan proses kerja dan
lingkungan kerjanya.
4
2.3 Konsep Dasar Hazard
Bahaya (hazard) merupakan suatu sumber potensi kerugian atau situasi dengan
potensi yang menyebabkan kerugian (AS/NZS, 1999). Hammer (1989) mengatakan
bahwa hazard merupakan kondisi yang berpotensi untuk menyebabkan injury
terhadap orang, kerusakan peralatan atau struktur bangunan, kerugian material, atau
mengurangi kemampuan untuk melakukan suatu fungsi yang telah ditetapkan.
Hazard dapat dibedakan berdasarkan kejadiannya, yaitu hazard yang disebabkan oleh
alam (bencana alam) dan disebabkan oleh manusia. Hazard dapat dikelompokkan
menjadi tujuh berdasarkan jenisnya (Hendra. 2006):
1. Biological Hazard (bahaya biologi), seperti virus, jamur, bakteri, tanaman, dan
binatang yang menginfeksi manusia;
2. Chemical Hazard (bahaya kimia), seperti bahaya yang ditimbulkan oleh bahan
beracun dan berbahaya (B3), debu, larutan kimia, uap kimia, daya ledak bahan
kimia, oksidasi, dan bahan kimia mudah terbakar;
3. Ergonomic Hazard (bahaya ergonomi), seperti desain tempat kerja yang tidak
sesuai, material handling, pencahayaan yang kurang, gerakan tubuh terbatas,
desain pekerjaan yang dilakukan, dan pergerakan yang berulang-ulang;
4. Physical Hazard (bahaya fisika), seperti radiasi, suhu panas, kebisingan, getaran,
dan tekanan;
5. Psychological Hazard (bahaya psikososial), seperti jam kerja panjang, trauma,
lingkungan kerja tidak nyaman, dan sebagainya;
6. Mechanical Hazard (bahaya mekanis), merupakan bahaya yang disebabkan
benda-benda bergerak, yang dapat menimbulkan dampak seperti terpotong,
tergores, tersayat;
7. Electrical Hazard (bahaya listrik), bahaya yang ditimbulkan oleh arus listrik
pendek, listrik statis.
5
2.4 Konsep Dasar Petanian
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi,
serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.Kegiatan pemanfaatan sumber daya
hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya
tanaman atau bercocok tanam serta pembesaran hewan ternak, meskipun cakupannya
dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan
produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekadar ekstraksi semata,
seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan (International Labour Organization.
1999).
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di
lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu
pendukungnya. Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu
pendukung, seperti ilmu tanah, meteorologi, teknik pertanian, biokimia, dan statistika
juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani adalah bagian inti dari pertanian karena
menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. "Petani" adalah
sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani
tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak secara khusus disebut
sebagai peternak, (Harahap, Fitra Syawal 2021).
6
Alat pelindung haruslah enak dipakai, tidak mengggangu kerja dan
memberikan perlindungan yang efektif. Pakaian kerja harus dianggap suatu alat
perlindungan terhadap bahaya kecelakaan. Pakaian pekerja pria yang bekerja
melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau
punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan atau pun kerutan yang mungkin
mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana panjang, jala atau ikat
rambut, baju yang pas dan tidak mengenakan perhiasaan. Pakaian kerja sintetis hanya
baik terhadap bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja
dengan bahan yang dapat meledak oleh aliran listrik statis (Suma’mur, 2014).
7
BAB III
HASIL OBSERVASI
8
keterlibatan mereka dalam kegiatan di bidang pertanian, seperti menyemprot,
menyiapkan perlengkapan untuk menyemprot, termasuk mencampur pestisida,
mencuci peralatan/pakaian yang dipakai saat menyemprot, membuang rumput dari
tanaman, mencari hama, menyiram tanaman dan memanen hasil pertanian.
Menurut masyarakat RT 09 Labu Api pegnggunaan pastesida di gunakan untuk
memperoleh hasil panen yang maksimal, namun masih ditemukan penggunaan
pestisida yang tidak memenuhi ketentuan yang ada seperti dosis yang dipergunakan
melebihi takaran, penggunaan pestisida lebih dari dua jenis dalam sekali pakai, tidak
menggunakan alat pelindung diri (APD), dan melakukan penyemprotan sambil
merokok, sementara keluhan seperti pusing dan mual setelah melakukan pengelolaan
pestisida pada petani dianggap sebagai hal yang biasa.
3.3 Kesimpulan
Dari hasil obeservasi diatas pendidikan kesehatan terhadap masyarakat RT 09
Labu Api perlu dilakukan guna mengedukasi ke masyarakat terkait dengan kesehatan
dan keselamatan kerja pada bidang pertanian khususnya tata cara menggunakan
pestesida dengan baik dan benar sehingga dapat terhidar dari hal yang tidak di
inginkan.
9
BAB IV
PENDIDIKAN KESEHATAN
10
Bentuk Hazard dan PAK pada pertanian
No Sumber Hazard Kegiatan
.
1. Ergonomic Karena keadaan masyrakat tidak semuanya
menggunakan peralatan yang moderen seperti
pemotong rumput otomatis, msyarkat disana masih
banyak yang meneggunakan sabit untuk mencari
rumput, baik untuk membersihkan lahan maupun
memberi ternak makan sehingga hal ini bisa
menyebabkan rasa pegal pada persendian yang di
alami petani di karenakan pososisi jongkok yang
raltif lama pada saat mencari rumput tersebut.
11
Menurut penelitian Nikmah, S. S., & Pawenang, E. T. (2020) degnan judul
“Faktor Kejadian Hipertensi pada Petani Penyemprot Bunga”, Berdasarkan hasil
penelitian d bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada petani
penyemprot bunga di Desa Kenteng Kecamatan Bandungan adalah pengetahuan,
masa kerja, jenis pestisida, waktu penyemprotan, dan kelengkapan APD. Sementara
faktor yang tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah teknik
penyemprotan, lama penyemprotan, frekuensi penyemprotan, dan penyimpanan.
Menurut penelitian Louisa M, Sulistyani, Joko T. (2018) dengan jdudl
“Hubungan Penggunaan Pestisida dengan Kejadian Hipertensi pada Petani Padi
di Desa Grinsing Kecamatan Grinsing Kabupaten Batang” Terdapat hubungan yang
signifikan antara usia, jenis kelamin, masa kerja, penggunaan alat pelindung diri,
genetik dan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi.
Menurut penelitian Agustina F, Suhartono, Dharminto. (2018) dengan judul
“Hubungan Pajanan Pestisida dengan Kejadian Hipertensi pada Petani Hortikultura
di Desa Gerlang Kecamatan Blado Kabupaten Batang” ditemukan Tingkat
penggunaan pestisida dan jenis pestisida yang digunakan berpengaruh terhadap
kejadian hipertensi.
Dari jurnal penelitian di atas dapat di simpulakan bahwa hubungaan pestesida
dengan kejadian hipertensi pada petani sangat berkaitan terutama petani di RT 09
Labu Api dimana penggunaan APD belum di perhatikan, Masih Sering Merokok
sambil menyemprotkan pastesida dan penggunaan takaran pestesida yang melebihi
takaran normal masih di temukan disana, untuk itu sangat perlu di adakan pendidikan
kesehatan pada masyarakat agar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terkait
pentingnya Apd pada saat bekerja.
12
4.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pendidikan kesehatan yang akan di lakukan yaitu:
1. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan APD
pada saat menggunakan pestesida
2. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait dengan bahaya pestesida
terhadap kesehatan
3. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya hipertensi dan
hubungan nya dengan penggunaan pestesida
4. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat
agar terhindar dari masalah hipertensi
13
• Pemateri mulai menjelaskan
mengenai K3, PAK, dan Hazard
(macam-macamnya, penyebab nya,
dan cara menghindarinya/cara
mengurangi kejadiannya)
• Kedua anggota sambil
mendemonstrasikancara
melakukan personal hygiene
(mencucitangan) kepada para
pekerja dengan air mengalir dan
hand sanitizer
• Pemateri memberikan
kesempatan para pekerja untuk
bertanya mengenai materi
• Pemateri memberikan post test
mengenai
• materi yang disampaikan
3. Tahap Penutup • Semua anggota melakukan
pendokumentasian bersama
para pekerja
• Pemateri melakukan evaluasi
4.4 Kesimpulan
Dengan adanya kegiatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang
kesehatan dan keselamatan kerja khusnya mengenai pestesida dan hubungan nya
dengan kejadian hipertensi di harapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam menjaga kesehatan dan kelelamatan selama bekerja serta mengatur pola hidup
sehatnya agar terhindar dari bahaya hipertensi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, F., Suhartono, S., & Dharminto, D. (2018). Hubungan Pajanan Pestisida
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Petani Hortikultura Di Desa Gerlang
Kecamatan Blado Kabupaten Batang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal), 6(4), 447-452.
Anwar. C & Hendra, G. 2006. Peranan Ekologis dan Social Ekonomis Hutan Mangrove
dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir.
http://www.dephut.go.id/files/Chairil_Hendra.pdf.
Louisa, M., Sulistyani, S., & Joko, T. (2018). Hubungan penggunaan pestisida dengan
kejadian hipertensi pada petani padi di desa gringsing kecamatan gringsing
kabupaten batang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 6(1), 654-661.
Nikmah, S. S., & Pawenang, E. T. (2020). Faktor Kejadian Hipertensi pada Petani
Penyemprot Bunga. HIGEIA (Journal of Public Health Research and
Development), 4(Special 2), 381-391.
Suma’mur, PK. 1985. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. PT. Gunung
Agung. Jakarta.
15
LAMPIRAN
Tabel Daftar Pertanyaan Pemeriksaan
Score
No Daftar Pertanyaan Pemeriksaan Ya Tida
k
A Manajemen K3
I Lingkungan Fisik ✓
Apakah disediakan alat pelindung diri yang sesuai dengan ✓
1
bahaya kerja serta dalam keadaan baik untuk digunakan?
2 Apakah tersedia fasilitas P3K sesuai ketentuan? ✓
9 ✓
Apakah peraturan ditegakkan dalam hal cara berpakaian?
10 Apakah alat pelindung diri dipelihara sesuai ketentuan? ✓
IV Lingkungan Psikososial
Apakah para anggota Panitia Pembina Keselamatan dan ✓
1 Kesehatan Kerja mendapat latihan K3 sesuai tugas dan
fungsinya menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970?
Apakah pemasangan poster K3 sebelumnya sudah ✓
9
direncanakan dengan baik?
Gambar Observasi Lingkungan
LAMPIRAN JURAL
HIGEIA 4 (Special 2) (2020)
1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
The numbers of hypertension incidents in Bandungan Subdistrict was 1.922. Most of the population of
Bandungan subdistrict works in the agricultural sector with a total of 5.840 people. Based on this number
farmers have a risk of getting hypertension as much as 32,9%. This study aims to determine the factors
associated with hypertension in flowers spraying farmers. This research was observational analytic with cross
sectional study. The sample in this study was 77 farmers taken using simple random samppling technique. The
instruments used were stuctured questionnaire, interview guides, and tensimeter. This research was conducted
in July 2019 in the village of Kenteng, Bandungan sub-district. Data analysis techniques using univariate and
bivariate analysis with chi square test. Results showed that the factors associated with hypertension are
knowlegde (OR=7,380; CI 95%=1,474-36,953), years of service (OR=3,600; CI 95%=1,248-10,383), type of
pesticide (OR=0,360; CI95%=0,129-1,007), spraying time (OR=7,347; CI 95%=2,547-21,189), and
completness of PPE (OR=2,667; CI 95%=1,055-6,740). Therefore it could be concluded that the risk factors
associated with hypertension are knowledge, years of service, type of pesticide, spraying time, and completness
PPE.
Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: snsinta9@gmail.com
381
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)
382
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)
383
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)
lapangan, dan pengukuran tekanan darah hipertensi adalah sebanyak 43 orang (55,8%)
menggunakan tensimeter. Kemudian data dan tidak hipertensi sebanayak 34 orang
sekunder didapatkan dari Balai Penyuluh (44,2%). Responden yang memiliki
Pertanian Kecamatan Bandungan berupa data pengetahuan kurang sebanyak 66 orang (85,7%)
jumlah petani bunga di Desa Kenteng dan responden yang memiliki pengetahuan baik
Kecamatan Bandungan. hanya sebanyak 11 orang (14,3%). Responden
Teknik pengolahan data meliputi editing, dengan masa kerja > 5 tahun sebanyak 56 orang
coding, entry data, dan cleansing. Data yang telah (72,7%) dan ≤5 tahun sebanyak 21 orang
dikumpulkan kemudian dianalisis (27,3%).
menggunakan aplikasi SPSS dalam komputer. Kemudian penggunaan pestisida ≥ 3 jenis
Data dianalisis dengan uji statistik univariat sebanyak 52 orang (67,5%) dan < 3 jenis
serta bivariat. Analisis hubungan antar variabel pestisida sebanyak 25 orang (32,5%).
serta signifikansinya dilakukan dengan Responden yang melakukan penyemprotan
menggunakan uji chi square. dengan teknik penyemprotan yang buruk
sebanyak 57 orang (74%) dan teknik
HASIL DAN PEMBAHASAN penyemprotan baik sebanyak 20 orang (26%).
Responden yang melakukan penyemprotan
Hasil penelitian yang dilakukan di Desa pada pagi hari sebanyak 50 orang (64,9%) dan
Kenteng, Kecamatan Bandungan menunjukkan penyemprotan pada sore hari sebanyak 27 orang
karakteristik responden dalam penelitian ini (35,1%). Responden yang melakukan
adalah mayoritas petani di Desa Kenteng penyemprotan dengan lama penyemprotan > 2
Kecamatan Bandungan memiliki tingkat jam sehari sebanyak 23 orang (29,9%) dan ≤ 2
pendidikan dasar yaitu sebanyak 38 responden jam sehari sebanyak 54 orang (70,1%).
(49,5%) dan terendah yaitu tidak sekolah dan Kemudian responden dengan frekuensi
tingkat pendidikan tinggi dengan jumlah yang penyemprotan > 3 kali dalam seminggu
sama sebanyak 10 responden (12,9%)., sebanyak 27 orang (35,1%) dan ≤ 3 kali dalam
sedangkan responden yang memiliki tingkat seminggu sebanyak 50 orang (64,9%).
pendidikan menengah sebanyak 19 responden Responden yang menggunakan kelengkapan
(24,7%). Usia responden yang paling banyak APD buruk sebanyak 42 orang (54,5%)
ditemukan yaitu pada rentang usia ≤ 50 tahun sedangkan responden yang menggunakan
sebanyak 39 responden (50,65%), sedangkan kelengkapan APD baik sebanyak 35 orang
usia responden yang > 50 tahun sebanyak 38 (45,5%). Responden yang melakukan
responden (49,35%). Hasil tersebut dapat dilihat penyimpanan pestisida buruk sebanyak 23 orang
dalam tabel 1. (29,9%) dan penyimpanan baik sebanyak 54
Pada tabel 2 diketahui hasil analisis orang (70,1%). tabel hasil analisis univariat
univariat dalam penelitian ini diperoleh hasil dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
bahwa distribusi responden yang mengalami Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
384
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)
hasil uji hubungan yang dihitung menggunakan Cholinesterase juga dapat menyebabkan
chi square menunjukkan hasil pada tabel 3. Uji terjadinya peningkatan tekanan darah.
hubungan pengetahuan dengan kejadian Penelitian lain juga menyebutkan bahwa
hipertensi dapat diketahui hasil uji chi square responden yang memiliki tingkat pengetahuan
diperoleh p-value = 0,007. Hasil tersebut rendah berisiko mengalami kecelakaan kerja
menunjukkan bahwa ada hubungan antara yang lebih tinggi (Martiwi, 2017).
pengetahuan dengan kejadian hipertensi di Desa Berdasarkan hasil wawancara dan
Kenteng, Kecamatan Bandungan. Hasil observasi yang dilakukan terdapat beberapa
perhitungan diperoleh nilai odds ratio > 1 yaitu responden yang pengetahuannya masih kurang
7,380. Hal tersebut dapat diartikan bahwa mengenai jenis pestisida, waktu penyemprotan
petani dengan pengetahuan kurang mempunyai yang baik, penggunaan alat pelindung diri, dan
risiko sebesar 7,380 kali mengalami hipertensi dampak negatif penggunaan pestisida. Dari
dibandingkan dengan petani dengan jumlah 77 responden terdapat 21 responden
pengetahuan baik. Hasil penelitian ini sesuai yang tidak mengetahui jenis-jenis pestisida.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Responden tersebut tidak dapat membedakan
Budiawan (2013) di Ngurensiti Pati, antara insektisida, fungisida dan herbisida.
menyebutkan bahwa ada hubungan antara Sebagian besar responden memiliki
pengetahuan dengan Cholinesterase pada petani pengetahuan kurang mengenai dampak negatif
bawang merah dengan p-value 0,002. Rendahnya penggunaan pestisida. Responden hanya
385
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)
mengetahui dampak yang akan terjadi jika hubungan antara jenis pestisida dengan kejadian
terpapar pestisida adalah gatal-gatal dan pusing, hipertensi di Desa Kenteng, Kecamatan
namun tidak mengetahui jika pestisida juga Bandungan. Nilai perhitungan odds ratio < 1
dapat menyebabkan keracunan dan dampak yaitu 0,360. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
lainnya. seorang petani yang menggunakan pestisida ≥ 3
Hasil penelitian hubungan antara masa jenis memiliki risiko 0,360 kali mengalami
kerja dengan kejadian hipertensi pada petani hipertensi dibandingkan petani yang
penyemprot bunga di Desa Kenteng, menggunakan pestisida <3 jenis.
Kecamatan Bandungan diperoleh hasil uji chi Hasil penelitian ini sejalan dengan
square diperoleh p-value = 0,015. Hasil tersebut penelitian yang dilakukan oleh Sari (2018) di
menunjukkan bahwa ada hubungan antara Sumowono, menyebutkan bahwa ada hubungan
masa kerja dengan kejadian hipertensi di Desa antara jumlah pestisida dengan tekanan darah
Kenteng, Kecamatan Bandungan. Hasil diastolik pada petani dengan nilai p-value 0,007.
perhitungan diperoleh nilai odds ratio > 1 yaitu Selain itu penelitian Agustina (2018) juga
3,600. Hal tersebut dapat diartikan bahwa menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara
petani dengan masa kerja > 5 tahun memiliki jenis pestisida dengan kejadian hipertensi.
risiko 3,600 kali mengalami hipertensi Petani yang menggunakan pestisida golongan
dibandingkan petani dengan masa kerja ≤ 5 organofosfat dan karbamat memiliki risiko 2,9
tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan kali lebih tinggi dibandingkan dengan petani
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh yang menggunakan pestisida golongan lain.
Louisa (2018) di Gringsing, menunjukkan Hasil wawancara menunjukkan bahwa
bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan pestisida yang digunakan oleh petani tidak
kejadian hipertensi pada petani padi dengan p- sesuai dosisnya dan dicampur dengan pestisida
value sebesar 0,017. Semakin lama masa kerja yang berbeda jenis. Jenis pestisida yang
menyebabkan risiko terpapar pestisida semakin digunakan oleh petani penyemprot bunga di
tinggi. Desa Kenteng terdiri dari Organoklorin,
Sebagian besar petani penyemprot bunga Organofosfat, Karbamat, Neonikotinoid, Avermektin,
di Desa Kenteng Kecamatan Bandungan Piretroid, Neristoksin, Dyphenil-Ether, Pirimidin,
memiliki masa kerja > 5 tahun, bahkan ada dan Amidin. Berdasarkan jenis pestisida tersebut
yang menjadi petani penyemprot bunga sejak terdapat satu merek dagang yang tidak terdaftar
kecil. Responden yang menjadi petani di Kementerian Pertanian yaitu Demolish 18
penyemprot bunga sejak kecil mayoritas EC. Bahan aktif dari pestisida tersebut ialah
memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu Abamektin yang termasuk ke dalam jenis /
tidak sekolah dan hanya tingkat dasar. Selama > golongan Avermektin. Berdasarkan hasil
5 tahun tersebut petani juga menggunakan wawancara, dari 77 responden ditemukan
pestisida sebagai salah satu upaya sebanyak 52 responden menggunakan jenis
pemberantasan hama. Masa kerja petani yang pestisida ≥ 3 jenis. Dosis pestisida yang
lama akan menyebabkan paparan pestisida yang berlebihan akan membuat konsentrasi
semakin lama pula, sehingga jumlah racun campuran meningkat dan menghasilkan uap
pestisida yang masuk ke dalam tubuh semakin yang dapat masuk melalui sistem pernafasan,
menumpuk sehingga meningkatkan risiko sehingga meningkatkan risiko terpapar pestisida
terpapar efek negatif pestisida (Zakiyah, 2017). (Sari, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian hubungan Berdasarkan hasil penelitian hubungan
antara jenis pestisida dengan kejadian hipertensi antara teknik penyemprotan dengan kejadian
pada petani penyemprot bunga di Desa hipertensi pada petani penyemprot bunga di
Kenteng, Kecamatan Bandungan dapat Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan dapat
diketahui hasil uji chi square diperoleh p-value = diketahui bahwa hasil uji chi square diperoleh p-
0,048. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada value = 0,541. Hasil tersebut menunjukkan
386
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)
bahwa tidak ada hubungan antara teknik Berdasarkan hasil wawancara dan
penyemprotan dengan kejadian hipertensi di observasi ditemukan sebanyak 50 petani
Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan. penyemprot bunga di Desa Kenteng Kecamatan
Berdasarkan hasil wawancara, dari 77 Bandungan melakukan penyemprotan pada pagi
responden terdapat sebanyak 57 responden yang hari dan biasanya petani berada di sawah
melakukan teknik penyemprotan secara buruk. hingga pukul 12.00. Waktu penyemprotan yang
teknik penyemprotan dalam penelitian ini terdiri dilakukan pada siang hari diperkirakan dapat
dari 5 pertanyaan yaitu meliputi cara memperbesar risiko terpapar pestisida. Pada
penyemprotan, arah angin, arah menyemprot siang hari frekuensi terjadinya aliran udara yang
tanaman, cara bergerak ketika menyemprot, dan tidak menentu dengan kecepatan angin lebih
hal yang tidak diperbolehkan ketika tinggi, serta suhu yang panas memungkinkan
menyemprot. keluarnya keringat dan terjadi pelebaran pori-
Dari kelima pertanyaan tersebut petani pori yang dapat mempermudah pestisida masuk
paling banyak tidak memperhatikan arah angin ke kulit (Arwin, 2016).
ketika menyemprot. Lahan pertanian bunga Hasil penelitian hubungan antara lama
merupakan lahan tertutup (greenhouse), sehingga penyemprotan dengan kejadian hipertensi pada
arah angin tidak mempengaruhi penyemprotan. petani penyemprot bunga di Desa Kenteng,
Penelitian Yuantari (2015) menyebutkan bahwa Kecamatan Bandungan dapat diketahui bahwa
arah angin merupakan faktor penting yang hasil uji chi square diperoleh p-value = 0,280. Hal
dapat mempengaruhi paparan pestisida. tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
Pajanan pestisida dalam tubuh petani akan lebih hubungan antara lama penyemprotan dengan
besar apabila tidak memperhatikan arah angin kejadian hipertensi di Desa Kenteng,
dan tidak menggunakan masker. Kecamatan Bandungan. Hal tersebut
Hasil penelitian hubungan antara waktu dikarenakan dari 77 responden hanya terdapat
penyemprotan dengan kejadian hipertensi pada sebanyak 23 responden yang melakukan
petani penyemprot bunga di Desa Kenteng, penyemprotan selama >2 jam sehari. Selebihnya
Kecamatan Bandungan dapat diketahui bahwa melakukan penyemprotan ≤ 2 jam sehari,
hasil uji chi square diperoleh p-value = 0,001. bahkan ada yang menyemprot dengan waktu
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada setengah jam saja. Seseorang dapat terpapar
hubungan antara waktu penyemprotan dengan pestisida apabila kontak dengan pestisida
kejadian hipertensi di Desa Kenteng, berlangsung lama. Hal tersebut dikarenakan
Kecamatan Bandungan. lama waktu menyemprot yang dilakukan oleh
Hasil perhitungan diperoleh nilai odds petani tergantung dari luas lahan. Semakin luas
ratio > 1 yaitu 7,347. Hal tersebut dapat lahan yang di garap akan semakin lama pula
diartikan bahwa petani yang melakukan waktu yang digunakan untuk melakukan
penyemprotan pada pagi hari memiliki risiko penyemprotan.
7,347 kali mengalami hipertensi dibandingkan Paparan pestisida di tempat kerja terjadi
dengan petani yang melakukan penyemprotan selama produksi, transportasi, persiapan, dan
pada sore hari. Hasil penelitian ini sesuai aplikasi pestisida. Faktor yang mempengaruhi
dengan penelitian yang dilakukan oleh Suparti tinggi rendahnya paparan pestisida antara lain
(2016) menyatakan bahwa ada hubungan antara intensitas aplikasi, frekuensi, durasi, metode dan
waktu menyemprot dengan kejadian keracunan penggunaan APD. Seseorang yang melakukan
pestisida pada petani dengan nilai p-value 0,016. kontak langsung dengan pestisida dalam kurun
Waktu yang paling tepat untuk melakukan waktu yang lama serta sering merupakan
penyemprotan pestisida adalah sore hari yaitu kelompok dengan risiko paparan tinggi (Ye,
pukul 16.00 – 17.00 ketika suhu udara <30° dan 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Samosir
kelembaban udara 50-80% (Litbang Pertanian, (2017) menyebutkan bahwa petani yang
2016). melakukan kegiatan penyemprotan > 5 jam
387
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)
sehari mengalami risiko lebih tinggi mengalami memiliki risiko 2,667 kali mengalami hipertensi
gangguan keseimbangan tubuh. dibandingkan dengan petani yang menggunakan
Berdasarkan hasil penelitian hubungan APD >5 alat atau kelengkapan APD baik. Hasil
antara frekuensi penyemprotan dengan kejadian penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
hipertensi pada petani penyemprot bunga di dilakukan oleh Fatmawati (2016) menyatakan
Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan dapat bahwa ada hubungan antara kelengkapan APD
diketahui hasil uji chi square diperoleh p-value = dengan kejadian BBLR dengan nilai p-value
0,50. Artinya hasil tersebut menunjukkan sebesar 0,003. Pada penelitian ini responden
bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi dengan bayi BBLR cenderung tidak
penyemprotan dengan kejadian hipertensi di menggunakan APD lengkap ketika berada di
Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan. Hal lahan, yaitu tidak menggunakan masker dan
tersebut dikarenakan mayoritas petani sarung tangan.
penyemprot bunga di Desa Kenteng Kecamatan Berdasarkan hasil wawancara dan
Bandungan melakukan penyemprotan 1 kali observasi ditemukan sebanyak 42 responden
dalam seminggu yaitu sebanyak 50 petani. menggunakan APD <5 jenis alat. Sebagian
Sedangkan petani yang melakukan besar petani hanya menggunakan baju lengan
penyemprotan > 3 kali dalam seminggu hanya panjang dan sepatu boots. Jarang ditemukan
sebanyak 27 petani. Hasil penelitian ini sejalan petani yang menggunakan masker dan sarung
dengan penelitian Ma’arif (2016) yang tangan ketika menyemprot. Alasan yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan diberikan oleh petani adalah panas dan sulit
antara frekuensi menyemprot dengan kadar bernafas jika menggunakan masker. Hal tersebut
kolinesterase, karena didapatkan bahwa dapat meningkatkan risiko terpapar pestisida
proporsi rendahnya kadar kolinesterase terdapat melalui pernafasan. Pestisida yang
pada responden dengan frekuensi menyemprot disemprotkan akan menyebar di udara dalam
jarang. bentuk aerosol. Ringannya aerosol dapat
Berdasarkan hasil wawancara frekuensi memungkinkan untuk masuk ke saluran
penyemprotan yang dilakukan petani bunga pernafasan (Siwiendrayanti, 2011).
tergantung dari keadaan tanaman. Apabila Hasil penelitian hubungan antara
bunga baru ditanam atau ketika terserang hama, penyimpanan dengan kejadian hipertensi pada
penyemprotan bisa dilakukan 3 kali dalam petani penyemprot bunga di Desa Kenteng,
seminggu. Namun apabila keadaan bunga Kecamatan Bandungan dapat diketahui hasil uji
normal penyemprotan hanya dilakukan chi square diperoleh p-value = 0,938. Hasil
seminggu sekali untuk mencegah timbulnya tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
hama pada tanaman. Frekuensi penyemprotan hubungan antara penyimpanan dengan kejadian
yang baik adalah maksimal 2 kali dalam hipertensi di Desa Kenteng, Kecamatan
seminggu (Afriyanto, 2008). Bandungan.
Hasil penelitian hubungan antara Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kelengkapan APD dengan kejadian hipertensi sebanyak 54 responden menyimpan pestisida di
pada petani penyemprot bunga di Desa sawah atau lahan. Hal tersebut sudah termasuk
Kenteng, Kecamatan Bandungan dapat salah satu syarat penyimpanan yang baik,
diketahui bahwa hasil uji chi square diperoleh p- karena terpisah dengan rumah. Tempat
value = 0,036. Hasil tersebut menunjukkan penyimpanan pestisida yang baik adalah jauh
bahwa ada hubungan antara kelengkapan APD dari jangkauan anak-anak, makanan, dan
dengan kejadian hipertensi di Desa Kenteng, binatang. Selain itu tempat penyimpanan juga
Kecamatan Bandungan. Nilai perhitungan odds harus memiliki ventilasi yang baik dan
ratio > 1 yaitu 2,667. Hal tersebut dapat disediakan pasir untuk membersihkan apabila
diartikan bahwa petani yang menggunakan terjadi tumpahan pestisida (Djojosumarto,
APD <5 alat atau kelengkapan APD buruk 2008).
388
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)
Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat Hubungan Antara Variabel Penelitian dengan Kejadian Hipertensi
No Variabel Kategori p- value OR (95% CI)
1. Pengetahuan Kurang 7,380 (1,474 –
0,007
Baik 36,953)
2. Masa kerja >5 tahun 3,600 (1,248 –
0,015
≤5 tahun 10,383)
3. Jenis pestisida ≥3 jenis 0,360 (0,129 –
0,048
<3 jenis 1,007)
4. Teknik penyemprotan Buruk
0,541 -
Baik
5. Waktu penyemprotan Pagi 7,347 (2,547 –
0,001
Sore 21,189)
6. Lama penyemprotan >2 jam
0,280 -
≤2 jam
7. Frekuensi penyemprotan >3 kali
0,050 -
≤3 kali
8. Kelengkapan APD Buruk 2,667 (1,055 –
0,036
Baik 6,740)
9. Penyimpanan Buruk
0,938 -
Baik
Sumber : Data Penelitian
389
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)
Agustina, F., Suhartono, & Dharminto. 2018. Kabupaten Semarang. Jurnal Kesehatan
Hubungan Pajanan Pestisida dengan Kejadian Masyarakat (e-Journal), 4(5) : 35–43.
Hipertensi pada Petani Hortikultura di Desa Martiwi, R., Koesyanto, H., & Pawenang, E. T.
Gerlang Kecamatan Blado Kabupaten 2017. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Batang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e- Pada Pembangunan Gedung. HIGEIA (Journal
Journal), 6(4) : 447–452. of Public Health Research and Development), 1(4) :
Arwin, N. M., & Suyud, S. 2016. Pajanan pestisida 61–71.
dan kejadian anemia pada petani holtikultura Merrill, M. La, Cirillo, P. M., Terry, M. B.,
di Kecamatan Cikajang , Kabupaten Garut Krigbaum, N. Y., Flom, J. D., & Cohn, B. A.
tahun 2016. Berita Kedokteran Masyarakat, 2013. Prenatal Exposure To The Pesticide
32(7) : 245–250. DDT And Hypertension Diagnosed In
Budiawan, A. R. 2013. Faktor Risiko Cholinesterase Women Before Age 50: A Longitudinal Birth
Rendah pada Petani Bawang Merah. Cohort Study. Environmental Health
KESMAS - Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(2) : Perspectives, 121(5) : 594–599.
198–206. Minaka, I. A. D. A., Sawitri, A. A. S., & Wirawan,
Djojosumarto, P. 2008. Pestisida & Aplikasinya. D. N. 2016. Hubungan Penggunaan Pestisida
Jakarta: Agromedia Pustaka. dan Alat Pelindung Diri dengan Keluhan
Fatmawati, M., & Windraswara, R. 2016. Faktor Kesehatan pada Petani Hortikultura di
Risiko Paparan Pestisida Selama Kehamilan Buleleng , Bali. Public Health and Preventive
Terhadap Kejadian BBLR pada Petani Sayur. Medicine Archive (PHPMA), 4(1) : 74–81.
Unnes Journal of Public Health, 5(4) : 306–315. Norboo, T., Stobdan, T., Tsering, N., Angchuk, N.,
Harari, R., Julvez, J., Murata, K., Barr, D., Bellinger, Tsering, P., Ahmed, I., … Okumiya, K. 2015.
D. C., Debes, F., & Grandjean, P. 2010. Prevalence Of Hypertension At High Altitude:
Neurobehavioral Deficits And Increased Cross-Sectional Survey In Ladakh, Northern
Blood Pressure In School-Age Children India 2007-2011. BMJ Open, 5(4) : 1–15.
Prenatally Exposed To Pesticides. Nurkhayati, S., Nurjazuli, & Joko, T. 2018.
Environmental Health Perspectives, 118(6) : 890– Hubungan Papara Pestisida dengan Tekanan
896. Darah Diastolik pada Petani Hortikultura
Kipsengeret, K. K., Mbaria, J. M., Muchemi, G. M., Desa Kapuhan, Kecamatan Sawang an
Philiph, M., & Kanja, L. W. (2016). Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan
Occupational exposure to pesticide and Masyarakat (e-Journal), 5(3) : 335–343.
associated health problems in Kenya ’ s Prijanto, T. B., Nurjazuli, & Sulistiyani. 2009.
floriculture industry. Prudent Journals, 1(1) : 1– Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida
10. Organofosfat Pada Keluarga Petani
Lekei, E. E., Ngowi, A. V, & London, L. 2014. Hortikultura di Kecamatan Ngablak
Farmers ’ Knowledge , Practices And Injuries Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan
Associated With Pesticide Exposure In Rural Lingkungan Indonesia, 8(2) : 73–78.
Farming Villages In Tanzania. BMC Public Riccò, M., Vezzosi, L., & Gualerzi, G. 2018. Health
Health, 14(1) : 1–13. And Safety Of Pesticide Applicators In A
Litbang Pertanian. 2016. Teknik Penyemprotan High Income Agricultural Setting: A
Pestisida. Jakarta: Badan Penelitian Dan Knowledge, Attitude, Practice, And Toxicity
Pengembangan Pertanian Kementerian Study from North-Eastern Italy. Journal of
Pertanian Republik Indonesia. Preventive Medicine and Hygiene, 59(3) : E200–
Louisa, M., Sulistiyani, & Joko, T. 2018. Hubungan E211.
penggunaan pestisida dengan kejadian Riskesdas. 2018. Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun
hipertensi pada petani padi di Desa Gringsing 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang. Republik Indonesia.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(1) : Samosir, K., Setiani, O., & Nurjazuli, N. 2017.
654–661. Hubungan Pajanan Pestisida dengan
Ma’arif, M. I., Suhartono, & Dewanti, N. A. Y. Gangguan Keseimbangan Tubuh Petani
2016. Studi Pevalensi Keracunan Pestisida Hortikultura di Kecamatan Ngablak
pada Petani Penyemprot Sayur di Desa Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan
Mendongan Kecamatan Sumowono Lingkungan Indonesia, 16(2) : 63–69.
390
Sinta, S, N., Eram, T, P. / Faktor Kejadian Hipertensi / HIGEIA 4 (Special 2) (2020)
Sari, K. A., Joko, T., & Nikie, A. D. Y. 2018. Ye, M., Beach, J., Martin, J. W., & Senthilselvan, A.
Influence Of Amount Of Pesticide And 2013. Occupational Pesticide Exposures And
Amount Of PPE To Diastolic Blood Pressure Respiratory Health. International Journal of
Of Farmers In Bumen Village , Sumowono Environmental Research and Public Health, 10(12)
District , Semarang Regency. JOURNAL OF : 6442–6471.
PUBLIC HEALTH FOR TROPICAL AND Yuantari, M. G. C., Widianarko, B., & Sunoko, H.
COASTAL REGION (JPHTCR), 1(1) : 1–5. R. 2015. Analisis Risiko Pajanan Pestisida
Siwiendrayanti, A. 2011. Keterlibatan Dalam Terhadap Kesehatan Petani. Jurnal Kesehatan
Aktivitas Pertanian Dan Keluhan Kesehatan Masyarakat, 10(2) : 239–245.
Wanita Usia Subur. KESMAS - Jurnal Zakiyah, N., Setiani, O., & Dewanti, N. A. Y. 2017.
Kesehatan Masyarakat, 7(1) : 73–82. Hubungan Paparan Pestisida dengan
Suparti, S., Anies, & Setiani, O. 2016. Beberapa Gangguan Perkembangan Anak Usia 3-5
faktor risiko yang berpengaruh terhadap Tahun di Desa Girirejo Kecamatan Ngablak
kejadian keracunan pestisida pada petani. Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan
JURNAL PENA MEDIKA, ISSN 2086-843X Masyarakat (e-Journal), 5(3) : 402–410.
Vol. 6, No. 2, 6(2) : 125–138. Zulfania, K. D., Setiani, O., & Dangiran, H. L. 2017.
Wiadi, I. N., & Muliarta, I. M. 2017. Fluktuasi Hubungan Paparan Pestisida dengan Tekanan
Tekanan Darah dan Efek Performa Darah pada Petani Penyemprot di Desa
Neurobihaviour pada Paparan Pestisida Sumberejo Kecamatan Ngablak Kabupaten
Organofosfat Jangka Panjang pada Remaja di Magelang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Daerah Pertanian. E Jurnal Medika, 6(4) : 63– Journal), 5(3) : 392–401.
72.
391
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
ABSTRACT
The use of pesticide on agricultural land is common for eradicate plant-disturbing
organisms to increase agricultural productivity. High use of pesticide can have
adverse health effects. Active ingredients contained in the pesticides causing
impaired of cholinesterase enzymes which can cause hypertension. Gerlang
village is on of the most frequently village used of pesticides. This research have
purpose to analyze the relationship beetwen of pesticide exposure with
hypertension in horticultural farmers in Gerlang village. This research uses
observational method with cross-sectional approach. Population of this research
is all farmers in Gerlang village and take 70 respondents as a sample. Data were
analyzed using chi-square test. The result of statistical test shows that there is a
correlation beetwen level of using pesticide (p=0,032) and pesticide type
(p=0,021) with hypertension. There is no correlation between length od using
pesticide (p value is cannot be shows because of constant answer) and
management of pesticide use (p=0,018) with hypertension. From this research to
anticipated the impact of using pesticide that require routinely spraying through
the use of personal protective equipment during work.
Keywords : pesticide, hypertension
447
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
448
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
449
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
450
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
451
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
452
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
ABSTRACT
654
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Metode Penelitian
655
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Tabel 4.21 Hubungan Antara Usia Dengan Kejadian Hipertensi Pada Petani Padi di
Desa Gringsing Kecamatan Gringsing
Hipertensi Nilai
Total
Ya Tidak p
Usia
f f f
% % %
(Orang) (Orang) (Orang)
≥40
29 59,2 20 40,8 49 100
tahun 0,025
<40
25 86,2 4 13,8 29 100
tahun
Total 54 69,2 24 30,8 78 100
Hasil tersebut pada tabel 4.21 usia menyebabkan adanya perubahan
menyatakan bahwa responden fisiologis dalam tubuh seperti
dengan usia ≥40 tahun lebih mudah penebalan dinding arteri akibat
terkena hipertensi 29 orang (59,2%). adanya penumpukan zat kolagen
Nilai p = 0,025 maka dikatakan bahwa pada lapisan otot, sehingga pembuluh
usia dapat berhubungan yang darah akan mengalami penyempitan
signifikan dengan kejadian hipertensi. dan menjadi kaku dimulai usia 40
Umur dapat berhubungan dengan tahun. Selain itu juga terjadi
hipertensi karena tekanan arterial peningkatan resistensi perifer dan
yang meningkat sesuai dengan aktivitas simpatik serta kurangnya
bertambahnya usia, terjadinya sensitivitas baroreseptor (pengatur
regurgitasi aorta, serta adanya proses tekanan darah) dan peran ginjal aliran
degeneratif yang lebih sering terjadi darah ginjal dan laju laju filtrasi
pada usia tua (lansia). Pertambahan glomerulus menurun2
Tabel 4.22 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Petani Padi di Desa Gringsing Kecamatan Gringsing
Hipertensi Nilai
Total
Jenis Ya Tidak p
Kelamin F F F
% % %
(Orang) (Orang) (Orang)
Laki-laki 33 60,0 22 40,0 55 100 0,014
Perempuan 21 91,3 2 8,7 23 100
Total 54 69,2 24 30,8 78 100
Hasil tersebut pada tabel 4.22 (60,0%). Nilai p = 0,014 maka
menyatakan bahwa responden dikatakan bahwa jenis kelamin dapat
dengan jenis kelamin laki-laki lebih berhubungan yang signifikan dengan
mudah terkena hipertensi 33 orang kejadian hipertensi. Faktor jenis
656
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Tabel 4.24 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Kejadian Hipertensi Pada Petani
Padi di Desa Gringsing Kecamatan Gringsing
Hipertensi Nilai
Total
Ya Tidak p
Masa Kerja
F f f
% % %
(Orang) (Orang) (Orang)
>10 tahun 28 58,3 20 41,7 48 100 0,017
≤10 tahun 26 86,7 4 13,3 30 100
Total 54 69,2 24 30,8 78 100
Hasil tersebut pada tabel 4.24 satu upaya pemberantasan hama
menyatakan bahwa responden pada tanaman padi. Pestisida sangat
dengan masa kerja >10 tahun lebih menguntungkan bagi petani untuk
mudah terkena hipertensi 28 orang menghindari kerugian akibat serangan
(58,3%). Nilai p = 0,017 maka hama. Masa kerja yang > 10 tahun
dikatakan bahwa masa kerja dapat pada petani,menyebabkan semakin
berhubungan yang signifikan dengan banyak paparan pestisida yang masuk
kejadian hipertensi. kedalam tubuh. Hasil penelitian ini
Mayoritas responden pada penelitian sesuai dengan teori yang mengatakan
ini telah bekerja lebih dari 10 tahun. bahwa semakin lama seseorang
Angka ini juga dapat diartikan bahwa menjadi petani maka semakin banyak
pertanian merupakan pekerjaan tetap pula kemungkinan untuk terjadi kontak
mereka dan besar kemungkinan akan dengan pestisida.4 Tingkat paparan
terus berlanjut selama mereka masih terhadap pestisida tidak dirasakan
mampu menjalankannya. Selama > 10 langsung saat ini karena sifatnya yang
tahun tersebut petani juga kumulatif dan berpengaruh terhadap
menggunakan pestisida sebagai salah lama kerja yang dialami.
657
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Tabel 4.29 Hubungan Antara Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Petani Padi di Desa Gringsing Kecamatan Gringsing
Hipertensi Nilai
Total
Ya Tidak p
APD
F f f
% % %
(Orang) (Orang) (Orang)
Tidak Lengkap 36 61,0 23 39,0 59 100 0,015
Lengkap 18 94,7 1 5,3 19 100
Total 54 69,2 24 30,8 78 100
Hasil tersebut pada tabel 4.29 dan sepatu boot. Pemakaian APD
menyatakan bahwa responden dapat mengurangi kemungkinan
dengan APD tidak lengkap lebih kontak langsung dengan pestisida
mudah terkena hipertensi 36 orang sehingga risiko pestisida masuk ke
(61,0%). Nilai p = 0,015 maka dalam tubuh melalui bagian
dikatakan bahwa APD dapat pernafasan, pencernaan dan kulit
berhubungan yang signifikan dengan dapat dihindari. Pemakaian APD yang
kejadian hipertensi. Pestisida masuk tidak lengkap saat melakukan
ke dalam tubuh dapat melalui kegiatan pertanian akan
berbagai cara, antara lain melalui meningkatkan pemaparan pestisida
pernafasan atau penetrasi kulit. Salah seperti tidak memakai sepatu boot
satu cara untuk mencegah terjadinya dan masker yang banyak dilakukan
absorbsi pestisida oleh tubuh adalah oleh responden pada penelitian ini.
dengan pemakaian APD untuk Pestisida dapat menempel
melindungi bagian-bagian tubuh yang dipermukaan kulit dan meresap
berpotensi sebagai portal entry masuk kedalam tubuh. Kejadian
pestisida. Pemakaian APD pada kontaminasi pestisida lewat kulit
petani sangat penting untuk merupakan kontaminasi yang paling
menghindari kontak langsung dengan sering terjadi.Apabila pestisida
pestisida. Pemakaian APD lengkap terabsorbsi kedalam tubuh maka
terdiri dari 7 macam yaitu : baju dapat menyebabkan keracunan
lengan panjang, celana panjang, pestisida seperti hipertensi 5
masker, topi, kacamata, kaos tangan
Tabel 4.31 Hubungan Antara Genetik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Petani Padi
di Desa Gringsing Kecamatan Gringsing
Hipertensi Nilai
Total
Ya Tidak p
Genetik
F f f
% % %
(Orang) (Orang) (Orang)
Genetik 30 60,0 20 40,0 50 100 0,035
Tidak genetik 24 85,7 4 14,3 28 100
Total 54 69,2 24 30,8 78 100
658
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Tabel 4.33 Hubungan Antara Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Petani
Padi di Desa Gringsing Kecamatan Gringsing
Hipertensi Nilai
Total
Ya Tidak p
Merkok
F f f
% % %
(Orang) (Orang) (Orang)
Merokok 28 58,3 20 41,7 48 100 0,017
Tidak merokok 26 86,7 4 13,3 30 100
Total 54 69,2 24 30,8 78 100
Hasil tersebut pada tabel 4.33 tahanan perifer dapat dipengaruhi
menyatakan bahwa responden oelhe beberapa faktor salah satunya
dengan kebiasaan merokok lebih adalah merokok. Kandungan nikotin
mudah terkena hipertensi 28 orang dalam rokok dapat menyebabakan
(58,3%). Nilai p = 0,017 maka meningkatkan denyut jantung,
dikatakan bahwa merokok dapat bertambahnya kontraksi otot jantung,
berhubungan yang signifikan dengan menyababkan vasokontriksi pada
kejadian hipertensi pembuluh darah perifer dan pembuluh
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa darah di ginjal sehingga
sebagian besar perokok adalah jenis mempengaruhi peningkatan tekanan
kelamin laki-laki. Karena menurut darah. Nikotin juga mengganggu
salah seorang petani bahwa jika tidak sistem saraf simpatis dengan
merokok mereka akan mengalami perangsangan hormon adrenalin yang
kantuk selama bekerja. Padahal dapat mempengaruhi peningkatan
dengan merokok meningkatkan tekanan darah. Meningkatnya tekanan
tekanan darah dapat dipengaruhi oleh darah juga dipengaruhi oleh
curah jantung dan tahanan perifer. kandungan karbon monoksida (CO).
Sedangkan curah jantung dan Di dalam eritrosit, CO mempunyai
659
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
660
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
661