Anda di halaman 1dari 27

PENYAKIT

IDIOPATIK
TROMBOSITOPENIA
PURPURA (ITP)
KELOMPOK 4
Definisi ITP
ITP merupakan singkatan dari Idiopatik Trombositopenia Purpura. Idiopatik artinya
penyebab yang tidak diketahui. Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah
trombosit kurang dari 100.000/mm3. Jumlah trombosit yang rendah dapat
merupakan akibat berkurangnya produksi atau meningkatnya penghancuran
trombosit.

Trombositopenia artinya berkurangnya jumlah trombosit dalam darah atau darah


tidak mempunyai platelet yang cukup. Purpura artinya perdarahan kecil yang ada di
dalam kulit, membrane mukosa atau permukaan serosa (Dorland, 2009 : ).

Istilah ITP ini juga merupakan singkatan dari Immune Thrombocytopenic Purpura.
ITP adalah suatu penyakit perdarahan yang didapat sebagai akibat dari
penghancuran trombosit yang berlebihan (Dorland, 2009 : ).
Anatomi Fisiologi

SEL DARAH MERAH TROMBOSIT SEL DARAH PUTIH


(ERITROSIT) (LEUKOSIT)
Etiologi
Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana
tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang trombositnya
sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi adalah respons tubuh
yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk kedalam
tubuh. Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya bahkan
menyerang sel-sel keping darah tubuhnya sendiri. Meskipun
pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat,
persediaan trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi
kebutuhan tubuh. Pada sebagian besar kasus, diduga bahwa
ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh. (Price & Wilson.
2009: )
Etiologi
ITP penyebab pasti belum diketahui (idiopatik) tetapi
kemungkinan akibat dari Pearce, Evelyn .C. 2013:

1. Hipersplenisme (pembesaran pada limpa)


2. Infeksi virus
3. Intoksikasi makanan
4. Bahan kimia
5. Pengaruh fisis
6. Kekurangan faktor pematangan
7. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
8. Autoimun
Klasifikasi ITP
Klasifikasi ITP adalah sebagai berikut (Wiwik dan Sulistyo, 2008):
1. Akut
a. Pada anak-anak dan dewasa muda
b. Riwayat infeksi virus 1-3 minggu sebelumnya
c. Gejala Pendarahan bersifat mendadak
d. Lama penyakit 2-6 minggu atau 6 bulan, jarang lebih dan remisi spontan pada 80% kasus
e. Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
2. Kronik
a. Paling banyak terjadi pada wanita muda dan pertengahan
b. Jarang terdapat riwayat infeksi sebelumnya
c. Gejala pendarahan bersifat menyusup, pada wanita berupa menomethoragi
d. Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis
e. Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.
f. Jarang terjadi remisi spontan
3. Kambuhan
a. Mula-mula terjadi trombositopenia.
a. Relaps berulang.
b. Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh.
Tabel Perbedaan ITP akut dengan ITP kronik
(Wiwik, Sulistiyo A.B. 2008).

Perbedaan ITP akut ITP kronik


Awal penyakit 2-6 tahun 20-40 tahun
Rasio L:P 1:1 1:2-3
Trombosit <10.000/Ml 30.000-100.000/Ml
Lama penyakit 6 bulan Lebih 6 bulan
Perdarahan Berulang Beberapa hari/ minggu
Manifestasi Klinik
Lebih sering dijumpai pada anak dan dewasa muda. Pada anak
yang tersering ialah di antara umur 2-6 tahun. Lebih sering
terjadi pada wanita dari pada laki–laki. Dapat timbul
mendadak, terutama pada anak, tetapi dapat pula hanya
berupa kebiruan, epistaksis (mimisan) selama jangka waktu
yang berbeda-beda.

Pada ITP akut dan berat dapat timbul pula bula hemoragik
(ada selaput lendir yg bersih berisi darah yang berupa cairan).

Pada ITP menahun, umumnya hanya di temukan kebiruan


atau perdarahan abnormal lain dengan remisi spontan dan
eksaserbasi. Remisi yang terjadi umumnya tidaklah sempurna.
Harus waspada terhadap kemungkinan ITP menahun sebagai
gejala stadium praleukemia. Setyoboedi, B., & Ugrasena, I. D.
G. (2016).
Tanda dan gejala yang ditemukan menurut Price & Wilson
(2009) yaitu:
1. Ekimosis

2. Ptekie

3. Purpura

4. Terjadi perdarahan pada mukosa, jaringan dalam, dan intracranial

5. Vesikel atau bulae yang bersifat hemoragik

6. Epitaksis dan pendarahan gusi

7. Menometroraghia

8. Hematuri

9. Melena

10. Pendarahan intrakranial

11. Tidak ada limfadenopati

12. Splenomegali ringan, pembesaran limfa dua kali ukuran normal


Patofisiologi
Kerusakan trombosit pada ITP melibatkan autoantibody terhadap gliko protein
yang terdapat pada membran trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit
yang diselimuti antibody, hal tersebut dilakukan oleh magkrofag yang terdapat
pada limpa dan organ retikulo endotelial lainnya. Megakariosit pada sumsum tulang
bisa normal atau meningkat pada ITP. Sedangkan kadar trombopoitein dalam
plasma, yang merupakan progenitor proliferasi dan maturasi dari trombosit
mengalami penurunan yang berarti, terutama pada ITP kronis. Adanya perbedaan
secara klinis maupun epidemologis antara ITP akut dan kronis, menimbulkan
dugaan adanya perbedaan mekanisme patofisiologi terjadinya trombsitopenia
diantara keduanya. Pada ITP akut, telah dipercaya bahwa penghancuran trombosit
meningkat karena adanya antibody yang dibentuk saat terjadi respon imun
terhadap infeksi bakteri atau virus atau pada imunisasi, yang bereaksi silang
dengan antigen dari trombosit.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dilakukan adalah (Smeltzer, Suzanne. C, Bare,
Brenda. G. 2002):

PADA PEMERIKSAAN
DARAH LENGKAP

PEMEIKSAAN DARAH
TEPI

ASPIRASI SUMSUM
TULANG
Penatalaksanaan Klinis
1. ITP akut (Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2002)
a. Tanpa pengobatan, karena dapat sembuh
secara spontan.
b. Pada keaadaan yang berat dapat diberikan
kortikosteroid prednison (suatu obat
golongan steroid yang bekerja menekan
system imun supaya tidak bereaksi secara
berlebihan) peroral dengan atau tanpa
transfusi darah.
c. Pada trombositopenia yang di sebabkan
oleh DIC , dapat diberikan heparin
intravena.
d. Bila keadaan sangat gawat (perdarahan
otak) hendaknya di berikan transfusi
suspensi trombosit. . (Wiwik Handayani,
2008)
2. ITP menahun
a. Kortikosteroid, diberikan selama 6 bulan.
b. Obat imunosupresif (missal 6-merkaptopurin, azatioprin, siklofosfamid).
Pemberian obat ini didasarkan atas adanya peranan proses imunologis
pada ITP menahun.
c. Splenektomi dianjurkan bila tidak diperoleh hasil dengan penambahan obat
imunosupresif selama 2-3 bulan. Splenektomi seharusnya dikerjakan
dalam waktu 1 tahun sejak permulaan timbulnya penyakit, karena akan
memberikan angka remisi sebesar 60-80%. Spenektomi yang dilakukan
terlambat hanya memberikan angka remisi sebesar 50%.
1) Indikasi spenektomi: Resisten setelah pemberian kombinasi
kortikostiroid dan obat imunosupresif selama 2-3 bulan.
2) Indikasi kontraplenektomi: Sebaiknya splenektomi dilakukan setelah
anak berumur lebih dari 2 tahun.
Penatalaksanaan Terapi
1. Terapi
a. Masih diperdebatkan karena hasil akhir pada kebanyakan pasien tetap baik
meskipun tidak diobati
b. Berdasarkan risiko ICH dan pembatasan aktivitas
c. Insidens ICH 0,2-1%
1) Risiko meningkat bila trombosit <20.000 dan tertinggi bila <10.000
2) Faktor resiko: trauma kepala, obat antitrombosit
3) Kebanyakan ICH terjadi dalam waktu 4 minggu setelah gambaran
klinis muncul, biasanya dalam minggu pertama

a. Konsultasi ke bagian hematologi bila gambaran atipik


1. Pilihan Terapi
a. Observasi
1) Kebanyakan anak yang menderita ITP tipikal pulih sepenuhnya dalam beberapa minggu tanpa terapi
2) Tidak ada bukti bahwa terapi mencegah ICH
3) Perlu ditindaklanjuti sebagai pasien rawat jalan
b. IVIG
1) Mempersingkat durasi trombositopenia berat (<20.000)
2) Memblokade ambilan trombosit bersalut antibodi oleh makrofag dilimpa
3) Dosis 0,8-1 g/ kg, dosis kedua diberikan dalam 24 jam kemudian bila trombosit <40.000-50.000
4) Reaksi simpang: nyeri kepala, demam, meningitis aseptik jarang terjadi
c. Imunoglobulin Anti-D (Rhogam®)
1) Antibodi vs antigen D eritrosit
2) Dosis 50-75 mcg/ kg
3) Reksi simpang: nyeri kepala jarang terjadi, anemia hemolitik
4) Lebih diajurkan ketimbang IVIG bila Rh positif karena lebih mudah diberikan dan lebih murah
5) Angka respons 70%, bertahan 3 minggu
d. Steroid Oral
1) Mungkin memerlukan steroid dosis tinggi: efek samping signifikan
2) Konsultasi ke bagian hematologi sebelum memulai steroid:mungkin memerlukan BMA
Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi, antara lain:


1. Perdarahan intrakranial (ICH)
2. Reaksi tranfusi
3. Kekambuhan
4. Perdarahan susunan saraf pusat
5. Penurunan kesadaran
6. Splenomegali
Prognosis
1. Pada umumnya baik. Pada anak kadang terjadi remisi lengkap tanpa
pengobatan.
2. ± 90% penderita ITP mengalami remisi setelah mendapat pengobatan
selama 3 minggu-3 bulan dan tidak timbul lagi gejala.
3. 10% jadi ITP menahun dan < 1% meninggal.
4. Pada dewasa sering relaps dalam waktu 4-15 tahun.
5. Prognosa lebih buruk pada wanita hamil dan bila ada komplikasi, terutama
perdarahan otak yang dapat menyebabkan kematian.
A.Pengkajian
1. Identitas: Umur, jenis kelamin, ras/ suku, pekerjaan
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama:
b. Riwayat Penyakit Sekarang
c. Riwayat Kesehatan masa lalu
3. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
1) Kepala
2) Leher
3) Dada
4) Abdomen
5) Otot
6) Integumen
7) Persyarafan
b. ADL (Activitas Daily Living)
1) Pola Nutrisi
2) Pola Eliminasi
3) Pola Istirahat Dan Tidur
4) Pola Aktivitas
Diagnosa Keperawatan

01 Intoleransi aktivitas berhubungan


04 Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan kelemahan dengan perdarahan dibawah kulit.

Gangguan rasa nyaman nyeri


02 Resiko cidera tinggi perdarahan
05
berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit

03 Gangguan citra tubuh 06 Ketidakefektifan perfusi jaringan


perifer
Implementasi
Keperawatan
Pelaksanaan sesuai dengan ITP dengan intervensi yang
sudah ditetapkan (sesuai dengan literature).
Evaluasi Keperawatan
1. Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
2. Trombosit pasien dapat terpenuhi sesuai kebutuhan.
3. Pasien dapat merespon dengan baik terhadap aktual pada tubuh.
4. Pasien dapat mempertahankan integritas kulit
5. Pasien mampu mengontrol kecemasan, rasa nyeri, gejala, dan
ketakutan.
6. Pasien dapat mendemostrasikan status sirkulasi darah ke parifer
dengan baik,mendemostrasikan kemampuan kognitif,
menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh.
Thank you!

Anda mungkin juga menyukai