Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENTINGNYA MENGETAHUI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

MENURUT ISLAM

Dosen Pengajar : H. Muhammad Dimyati,S.pd.I, M.pd.

Disusun Oleh :

Vivi Sulastri

Wiria Guna Imani

Wiwin Hendriyani

Yulinda Rahayu

Zakiana Shofwatul Maulana

Pica Intia Dewi

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

JENJANG S1

MATARAM 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya kami bias menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat guna
memenuhi tugas dari dosen.

Makalah ini membahas tentang “Pentingnya Mengetahui Perkembangan teknologi


menurut agama ”,  semoga dengan makalah yang kami susun ini kita dapat menambah dan
memperluas pengetahuan kita.

Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna,
maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku dosen-dosen
pembimbing kami serta temen-temen sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun
kami dari yang salah menjadi benar.

Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir
kata kami mengucapkan terimakasih

Rabu 12 november 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..    ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….      iii

BAB I  PENDAHULUAN ………………………………………………………….      1

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………. 1

1.3 Tujuan………………………………………………………………...….... 2

BAB II  PEMBAHASAN ……………………………………………………………  3

2.1 Pengertian IPTEK …………………………………………………………. 3

2.2 Pandangan Islam tentang IPTEK…………………………………………... 4

2.3 Pentingnya Mengetahui Perkembangan IPTEK Menurut Agama………...... 6

BAB  III  PENUTUP ……………………………………………………………………     18

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………. 18

3.2 Saran………………………………………………………………………….. 18

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………..      19

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan Teknologi Informasi sampai dengan saat ini berkembang dengan pesat
seiring dengan penemuan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam bidang Informasi dan
Komunikasi sehingga mampu menciptakan alat-alat yang mendukung perkembangan
Teknologi Informasi, mulai dari sistem komunikasi sampai dengan alat komunikasi yang
searah maupun dua arah (interaktif).

Dan saat ini, segala aspek kehidupan tersebut telah mampu berkembang dengan
pesatnya, perkembangan tersebut beriringan pula dengan perkembangan masyarakat dari
masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat moderen, kemudian secara otomatis
perkembangan tersebut menuntut masyarakat menuju kearah globalisasi. Penyebab utama
yang paling terasa pada perubahan tersebut adalah pada aspek Teknologi Informasi, contoh
paling sederhana tentang hal ini adalah bila pada masyarakat yang masih tradisional dahulu
dalam pencapaian informasi dari jarak jauh memerlukan waktu yang begitu lamanya, karena
saat itu masih menggunakan cara pengiriman pesan masih sederhana yaitu surat-menyurat,
kemudian berkembang menjadi faksimile kemudian telepon dan sekarang pada tingkat yang
lebih moderen telah muncul telepon genggam dalam beragam jenis dan fitur-fitur canggih
yang mendominasinya.

Kemajuan sains dan teknologi yang didalamnya terdapat perkembangan teknologi


komunikasi, telah memberikan kemudahan-kemudahan dan kesejahteraan bagi kehidupan
manusia sekaligus merupakan sarana bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah dan
khalifah-Nya. Karena Allah telah mengaruniakan anugerah keni’matan kepada manusia yg
bersifat saling melengkapi yaitu anugerah agama dan keni’matan sains teknologi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yg tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam.
Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat
Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi
kebutuhan manusia.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban barat
satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia.
Kesejahteraan dan kemakmuran material yang dihasilkan oleh perkembangan iptek modern
membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa
dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif yang diakibatkanya.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa Pengertian IPTEK ?

1
2. Bagaimana Pandangan Islam tentang IPTEK?
3. Jelaskan bagaimana pentingnya mengetahui perkembangan IPTEK menurut
Agama ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
2. Untuk memahami pandangan islam tentang IPTEK.
3. Untuk memahami dampak positif dan negatif tentang perkembangan IPTEK.
4. Untuk mengetahui pentingnya mengetahui perkembangan IPTEK menurut agama.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian IPTEK

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yg tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Ilmu adl sumber teknologi yg mampu memberikan kemungkinan munculnya
berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknoogi adl terapan atau aplikasi dari ilmu
yg dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yg lbh canggih dan dapat mendorong manusia utk
berkembang lbh maju lagi. Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar
filosofis utk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran
sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan
dan teknologi.

Seperi kita ketahui, teknologi kini telah merembet dalam kehidupan kebanyakan
manusia bahkan dari kalangan atas hingga menengah kebawah sekalipun. Dimana upaya
tersebut merupakan cara atau jalan di dalam mewudkan kesejahteraan dan meningkatkan
harkat dan martabat manusia. Atas dasar kreatifitas, akalnya, manusia mengembangkan iptek
dalam rangka untuk mengolah SDA yang di berikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dimana
dalam pengembangan iptek harus didasari terhadap moral dan kemanusiaan yang adil dan
beradab, agar semua masyarakat mengecam IPTEK  secara merata. Disatu sisi telah terjadi
perkembangan yang sangat baik sekali di aspek telekomunikasi, namun oelaksanaan
pembangunan IPTEK masih belum merata.

Masih banyak masyarakat kurang mampuyang putus harapannya untuk mendapatkan


pengetahuan dan teknologi. Hal itu dikarenakan tingginy biaya pendidikan yang harus
mereka tanggung. Makadari itu pemerintah perlu menyikapi dan menanggapi masalah-
masalah tersebut, agar peranan IPTEK dapat bertujuan untuk meningkatkan SDM yang ada.
Perkrmbangan IPTEK disamping bermanfaat untukkemajuan hidup Indonesia juga
memberikan dampak negatif. Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan IPTEK untuk
menekan dampaknya seminimal mungkin antara lain:

1. Menjaga keserasian dan keseimbangan dengan lingkungan setempat.


2. Teknologi yang akan diterapkan hendaknya betul-betul dapat mencegah timbulnya
permasalahan di tempat itu.
3. Memanfaatkan seoptimal mungkin segala sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang ada.

Dengan perkembangan dan kemajuan zaman dengan sendirinya pemanfaatan dan


penguatan iptek mutlak diperlukan untuk mencapaikesejahteraan bangsa. Visi dan Misi iptek
dirumuskan sebagai paduan untuk mengoptimalkan setiap sumber daya iptek yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia.Undang-undang No.18 Tahun2002 tentang Sistem Nasional Penelitiha,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang yelah berlaku sejak 29
Juli 2002, merupakan penjabaran dari visi dan misi Iptek sebagaimana termaksud dalam

3
UUD 1945 Amandemen pasal 31 ayat 5, agar dapat dilaksanakan oleh pemerintah beserta
seluruh rakyat dengan sebaik baiknya. Selain itu pula perkembangan iptek di berbagai bidang
di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat semestinya dapat meningkatkan kualitas
SDM di tengah bermunculannya dampak negatif dari adanya perkembangan iptek, sehingga
diperlukan pemikiran yang serius dan mantap dalam menghadapi permasalahan dalam
penemuan-penemuan baru tersebut.

2.2 Pandangan Islam Tentang IPTEK

            Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah swt berupa “alat” untuk mencapai dan
membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah (1) indera, untuk menangkap kebenaran fisik,
(2) naluri, untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusia secara pribadi
maupun sosial, (3) pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan
kemampuan tiga jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga
merupakan penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi, (4) imajinasi, daya khayal yang
mampu menghasilkan kreativitas dan menyempurnakan pengetahuannya, (5) hati nurani,
suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran tingkah laku manusia sebagai
makhluk yang harus bermoral.

Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK


yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan norma-
norma Islam dengan perkembangan tersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani (1995), dalam
menghadapi perkembangan IPTEK ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok; (1) Kelompok yang menganggap IPTEK modern bersifat netral dan berusaha
melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Quran yang sesuai; (2)
Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga mempelajari sejarah
dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yang tidak islami, (3) Kelompok yang
percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya. Untuk kelompok ketiga ini
memunculkan nama Al-Faruqi yang mengintrodusir istilah “islamisasi ilmu pengetahuan”.
Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak ada pemisahan yang tegas antara ilmu agama dan
ilmu non-agama. Sebab pada dasarnya ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia
merupakan “jalan” untuk menemukan kebenaran Allah itu sendiri. Sehingga IPTEK menurut
Islam haruslah bermakna ibadah. Yang dikembangkan dalam budaya Islam adalah bentuk-
bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan manusia meningkatkan derajat spiritialitas,
martabat manusia secara alamiah. Bukan IPTEK yang merusak alam semesta, bahkan
membawa manusia ketingkat yang lebih rendah martabatnya.

Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang
islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat manusia
dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah swt. Kebenaran IPTEK menurut Islam
adalah sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri. IPTEK akan bermanfaat apabila
(1) mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya, (2) dapat membantu umat
merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik), (3) dapat memberikan pedoman bagi sesama,
(4) dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat dikatakan
mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti luas.

4
Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek:

1. Berseberangan atau bertentangan.


2. Bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai
3. Tidak bertentangan satu sama lain
4. Saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau iptek
mendasari penghayatan agama.

Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang
dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.
Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek akan
menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman agama dapat
menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan. Orang yang ingin
menekuni ajaran agama akan cenderung untuk menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dikembangkan oleh manusia. Pola hubungan pertama ini pernah terjadi di zaman
Galileio-Galilei. Ketika Galileo berpendapat bahwa bumi mengitari matahari sedangkan
gereja berpendapat bahwa matahari lah yang mengitari bumi, maka Galileo dipersalahkan dan
dikalahkan. Ia dihukum karena dianggap menyesatkan masyarakat.

Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika
kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal
sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah
menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah
kebenaran yang berbeda. Kebenaran agama dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu
pengetahuan. Konflik antara agama dan ilmu, apabila terjadi, akan diselesaikan dengan
menganggapnya berada pada wilayah yang berbeda. Dalam pola hubungan seperti ini,
pengembangan iptek tidak dikaitkan dengan penghayatan dan pengamalan agama seseorang
karena keduanya berada pada wilayah yang berbeda. Baik secara individu maupun komunal,
pengembangan yang satu tidak mempengaruhi pengembangan yang lain. Pola hubungan
seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler yang sudah terbiasa untuk memisahkan
urusan agama dari urusan negara/masyarakat.

Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran ajaran
agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling
mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan iptek, ajaran agama tidak
dikaitkan dengan iptek sama sekali. Dalam masyarakat di mana pola hubungan seperti ini
terjadi, penghayatan agama tidak mendorong orang untuk mengembangkan iptek dan
pengembangan iptek tidak mendorong orang untuk mendalami dan menghayati ajaran agama.
Keadaan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler. Karena masyarakatnya sudah
terbiasa dengan pemisahan agama dan negara/masyarakat, maka. ketika agama
bersinggungan dengan ilmu, persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak karena
tampak terasa aneh kalau dikaitkan. Mungkin secara individu dampak itu ada, tetapi secara
komunal pola hubungan ini cenderung untuk tidak menimbulkan dampak apa-apa.

Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola
hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu
5
pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini
dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama mendukung pengembangan iptek tapi
pengembangan iptek tidak mendukung ajaran agama, pengembangan iptek mendukung ajaran
agama tapi ajaran agama tidak mendukung pengembangan iptek, dan ajaran agama
mendukung pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya.

Dalam wujud pertama, pendalaman dan penghayatan ajaran agama akan mendukung
pengembangan iptek walau pengembangan iptek tidak akan mendorong orang untuk
mendalami ajaran agama. Sebaliknya, dalam wujud ke dua, pengembangan iptek akan
mendorong orang untuk mendalami dan menghayati ajaran agama walaupun tidak sebaliknya
terjadi. Pada wujud ke tiga, pengembangan iptek akan mendorong orang untuk lebih
mendalami dan menghayati ajaran agama dan pendalaman serta penghayatan ajaran agama
akan mendorong orang untuk mengembangkan iptek.

Adapun alasan mengapa kita harus menguasai IPTEK, terdapat tiga alasan pokok, yakni:

1. Ilmu pengetahuan yang berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-negara
barat. Ini fakta, tidak bisa dipungkiri.
2. Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEK di negara-
negara Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri.
3. Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan
IPTEK-nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat Islam
sibuk sendiri, ramai sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri.

2.3 Pentingnya Mengetahui Perkembangan IPTEK Menurut Agama

ISLAM mendorong umatnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi


(iptek). Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan ipteknya
untuk kepentingan materiel, Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan iptek untuk
menjadi sarana ibadah. Selain itu iptek juga sebagai pengabdian muslim kepada Allah
(spiritual) dan mengembangkan amanat khalifatullah (wakil Allah) di muka bumi untuk
berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil
alamin).

SuprodjoPusposutardjo dalam tulisannya, Posisi Alquran terhadap Ilmu dan


Teknologi, mengatakan bahwa bagi umat Islam yang beriman kepada Alquran, belajar
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan atribut dari keimanannya.
Secara jelas juga telah ditunjukkan bahwa orang-orang berilmu akan memperoleh pahala
yang tidak ternilai di hari akhir.

Belajar dan mengembangkan iptek merupakan bentuk keimanan seseorang dan menjadi daya
penggerak untuk menggali ilmu. Memandang betapa pentingnya mempelajari ilmu-ilmu lain
(selain ilmu syariat, yakni iptek) dalam perspektif Alquran, MehdiGolshani dalam
bukunya, The Holy Qur'anand The ScienceOfNature (2003), mengajukan beberapa alasan,

6
yaitu :
1. Pertama,

Jika pengetahuan dari suatu ilmu merupakan persyaratan pencapaian tujuan Islam
sebagaimana dipandang oleh syariat, mencarinya merupakan sebuah kewajiban karena ia
merupakan kondisi awal untuk memenuhi kewajiban syariat. Contohnya, kesehatan badan
bagi seseorang dalam satu masyarakat adalah penting. Oleh sebab itu, sebagian kaum muslim
harus ada yang mempelajari ilmu mengenai pengobatan.
2. Kedua

Masyarakat yang dikehendaki Alquran adalah masyarakat yang agung dan mulia,
bukan masyarakat yang takluk dan bergantung pada nonmuslim (QS An-Nisa’: 141). Agar
dapat merealisasikan tujuan yang dibahas Alquran itu, masyarakat Islam benar-benar harus
menemukan kemerdekaan kultural, politik, dan ekonomi.
Pada gilirannya, hal itu membutuhkan pelatihan para spesialis spesifikasi tinggi di
dalam segala lapangan dan penciptaan fasilitas ilmiah dan teknik dalam masyarakat Islam.
Sebab, pada abad modern, kehidupan manusia tidak dapat dipecahkan kecuali dengan upaya
pengembangan ilmiah dan kunci sukses seluruh urusan bersandar pada ilmu.
3. Ketiga

Alquran menyuruh manusia mempelajari sistem dan skema penciptaan, keajaiban-


keajaiban alam, sebab-sebab, akibat-akibat seluruh benda, dan organisme hidup. Pendek kata,
seluruh tanda kekuasaan Tuhan di alam eksternal dan kedalaman batin jiwa manusia, seperti
tersirat dalam Alquran,

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang
Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (QS Al-Baqarah: 164).

4. Keempat

Alasan lain untuk mempelajari fenomena-fenomena alam dan skema penciptaan


adalah bahwa ilmu tentang hukum-hukum alam dan karakteristik benda serta organisme
dapat berguna untuk perbaikan kondisi manusia. Ini misalnya yang tersirat dalam Alquran,

“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir”. (QS Al-Jatsiyah:
13)

Di antara ayat-ayat Alquran yang menjadi landasan iptek, antara lain QS Ar-Rum: 22,
QS Al-An’am: 97, dan QS Yunus: 5. Ayat-ayat itu secara jelas menggambarkan fenomena

7
alam yang selalu dihadapi dan mengiringi perjalanan hidup umat manusia untuk dipahami,
diteliti, sehingga lahirlah pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, seperti diisyaratkan
dalam ayat-ayat di atas, yang mengetahui hakikat alam ini hanyalah orang-orang yang
mengetahui, yakni mereka yang intens bergerak untuk mencari dan mencari karena
kuriositasnya yang tinggi dengan memaksimalkan kerja pikiran.

Allah tidak menciptakan alam ini dengan sia-sia. Dia menciptakan alam ini
mempunyai maksud dan hikmah. Muhammad Imaduddin Abdulrahim dalam
tulisannya, Sains dalam Perspektif Alquran, mengatakan bahwa sunatullah sebagai ketetapan
Allah terhadap alam ciptaan-Nya ini dimaksudkan untuk kelestarian, keharmonisan, dan
kesejahteraan manusia di dunia ini.

Tujuan itu tidak akan terealisasi tanpa pengungkapan terhadap alam. Oleh karena itu,
usaha-usaha manusia untuk mengungkapkan rahasia alam ini juga harus diselaraskan dengan
tujuan penciptaan sebenarnya. Jangan sampai sains itu digunakan untuk hal-hal yang merusak
keharmonisan alam dan menimbulkan bencana bagi kehidupan manusia.

Nurcholish Madjid dalam tulisannya, Pandangan Dunia Alquran: Ajaran tentang


Harapan kepada Allah dan Seluruh Ciptaan, mengatakan bahwa alam raya ini diciptakan
Allah dengan benar (haq) (QS Az-Zumar: 5). Sebab, ia itu benar atau diciptakan dengan
benar, alam ini mempunyai hakikat, yaitu kenyataan yang benar.

Kosmologi haqqiyah  mengandung dalam dirinya pandangan bahwa alam adalah tertib


atau harmonis, indah, dan bermakna.

Dengan kata lain, kosmologi haqqiyah membimbing kita kepada sikap


berpengharapan atau optimistis kepada alam ciptaan Allah itu. Dan sikap itu sendiri
merupakan kelanjutan atau konsekuensi sikap serupa kepada Allah. Dengan pandangan
seperti itu, berbagai macam pengembangan pengetahuan terhadap realitas alam raya ini juga
menjadi hal yang mesti dan bahkan diharuskan.

Menengok sejarah peradaban Islam zaman dulu, kita akan menemukan para ilmuwan
muslim yang mengembangkan iptek. Tokoh-tokoh semisal Muhammad bin Musa al-
Khawarizmi (780—850, matematikawan), Abu Ar-Raihan Muhammad bin Ahmad al-Biruni
(973—1048, fisikawan), Jabir bin Hayyanal-Kufi as-Sufi (781—815, kimiawan), ad-
Dinawari (w. 895, biolog), dan Muhammad al-Fazari (w. 777, astronom), merupakan
beberapa di antara ilmuwan Islam yang sangat genius saat itu.

Mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran, sebab
kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sebagai contoh adl firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya ayat 80 yg artinya

“Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi utk kamu guna memelihara diri
dalam peperanganmu.” 

Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut utk berbuat sesuatu dgn
sarana teknologi. Sehingga tidak mengherankan jika abad ke-7 M telah banyak lahir pemikir

8
Islam yg tangguh produktif dan inovatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kepeloporan dan keunggulan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan sudah
dimulai pada abad ke-7. Tetapi sangat disayangkan bahwa kemajuan-kemajuan itu tidak
sempat ditindaklanjuti dengan sebaik-baiknya sehingga tanpa sadar umat Islam akhirnya
melepaskan kepeloporannya. Lalu bangsa Barat dengan mudah mengambil dan mentransfer
ilmu dan teknologi yg dimiliki dunia Islam dan dengan mudah pula mereka membuat licik
yaitu membelenggu para pemikir Islam sehinggu sampai saat ini bangsa Baratlah yg menjadi
pelopor dan pengendali ilmu pengetahuan dan teknologi.

Begitulah menurut catatan sejarah, bangsa Barat berhasil mengambil khazanah ilmu
pengetahuan yg telah dikembangkan lebih dahulu oleh kaum muslimin kemudian mereka
mengembangkannya di atas paham materialisme, tanpa mengindahkan lagi nilai-nilai Islam.
Sehingga terjadilah perubahan total sampai akhirnya terlepas dari sendi-sendi kebenaran.
Para ilmuwan Barat dari abad ke abad kian mendewa-dewakan rasionalitas bahkan telah
mentuhankan ilmu dan teknologi sebagai kekuatan hidupnya. Mereka menyangka bahwa
dengan IPTEK  mereka pasti bisa mencapai apa saja yang ada di bumi ini. Dan merasa
dirinya kuasa pula menundukkan langit, bahkan mengira akan dapat menundukkan segala yg
ada di bumi dan langit. Sehingga tokoh-tokoh mereka merasa mempunyai hak untuk
memaksakan ilmu pengetahuan dan teknologinya itu kepada semua yang ada di bumi agar
mereka bisa mendikte dan memberi keutusan terhadap segala permasalahan di dunia.

Sebenarnya masyarakat Barat itu sepatutnya harus dikasihani, karena akibat


kesombongannya itu mereka lupa bahwa manusia betapapun tinggi  kepandaiannya hanya
bisa mengetahui kulit luar atau hal-hal yang lahiriah saja dari kehidupan semesta alam.
Manusia hanya diberi ilmu pengetahuan yang sedikit dari kemahaluasan ilmu Allah. Di atas
orang pintar ada lagi yang lbh pintar dan sungguh Allah SWT benci kepada orang yang hanya
tahu tentang dunia tetapi bodoh tentang kebenaran yg ada di dalamnya. Allah SWT berfirman
yang artinya :

“Celakalah bagi orang-orang kafir dgn siksa yg pedih. Mereka lbh menyukai
kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat dan menghalangi manusia dari jalan Allah serta
menginginkan agar jalan itu berbelok-belok. Mereka berada dalam kesesatan yg nyata.”

Kemajuan teknologi secara umum telah banyak dinikmati oleh masyarakat luas
dengan cara yg belum pernah dirasakan bahkan oleh para raja dahulu kala. Makanan lebih
nikmat dan beraneka ragam, pakaian terbuat dari bahan yg jauh lebih baik dan halus, sarana-
sarana transportasi dan komunikasi yang kecepatannya amat mengagumkan, gedung dan
rumah tempat tinggal dibangun dengan megah dan mewah. Tampaknya manusia di masa
depan akan mencapai taraf kemakmuran yang lebh tinggi dan memperoleh kemudahan-
kemudahan yang lebh banyak lagi.

Walaupun demikian kita juga menyaksikan betapa batin manusia zaman sekarang
selalu menggeram karena sirat kerakusan manusia semakin merajalela, dan perasaan saling iri
di antara perorangan atau kelompok telah menyalakan api kebencian di mana-mana. Kata
orang bijak “di dunia sekarang ini nafsu manusia lebih besar daripada akal sehatnya.”
Kebanyakan manusia di dunia, kini hanya mengingat kesenangan hidupnya dan lupa kepada
9
Tuhannya. Manusia mengira bahwa dunia ini adalah segalanya tidak ada kelanjutannya dan
tidak ada kehidupan kecuali di dunia saja.

Benar bahwa agama Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi,  juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi baik di zaman lampau di
masa sekarang,  maupun di waktu-waktu yg kan datang.  Demikian pula dengan ajaran Islam,
yang tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus,
serta analisa-analisa yang teliti dan obyekitf. Dalam pandangan Islam menurut hukum
asalnya segala sesuatu itu adalah mubah termasuk segala apa yg disajikan oleh berbagai
peradaban baik yang lama ataupun yg baru. Semua itu sebagaimana diajarkan oleh Islam
tidak ada yang hukumnya haram, kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti
mengherankannya. Bukanlah Alquran sendiri telah menegaskan bahwa agama Islam
bukanlah agama yang sempit?

Allah SWT telah berfirman yang artinya:

“Di sekali-kali tidak menjadikan kamu dalam agama suatu kesempitan.”

Adapun peradaban modern yag begitu luas memasyarakatkan produk-produk


teknologi canggih, seperti televisi, video player, alat-alat komunikasi, dan barang-barang
mewah (gadget) lainnya, serta yang menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua,
muda atau anak-anak yang tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yg
diakibatkannya. Tetapi di atas pundak manusianyalah terletak semua tanggung jawab itu.
Sebab adanya berbagai media informasi dan alat-alat canggih yang dimiliki dunia saat ini,
dapat berbuat apa saja. Kiranya faktor manusianya-lah yang menentukan opersionalnya.
Adakalanya menjadi manfaat, yaitu manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat.
Tetapi dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka, manakala manusia menggunakannya
untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata. Memang dalam abad teknologi dan
era globalisasi ini, umat Islam hendaklah melakukan langkah-langkah strategis dengan
meningkatkan pembinaan sumber daya manusia guna mewujudkan kualitas iman dan takwa,
serta tidak ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terutama mengenai
teknologi komunikasi dan teknologi informasi.

Namun seiring dengan adanya upaya meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
manusia (umat islam) pun harus lebih jeli menentukan pilihan ini. Untuk apakah semua
kemajuan itu? Apakah sekadar utk menuruti keinginan-keinginan syahwat, lalu tenggelam
dalam kemewahan dunia hingga melupakan akhirat, dan menjadi pengikut-pengikut setan?
Ataukah sebaliknya semua ilmu dan kemajuan itu dicari utk menegakkan syariat Allah, guna
memakmurkan bumi dan menegakkan keadilan seperti yg dikehendaki Allah serta untuk
meluruskan kehidupan dengan berlandaskan pada kaidah moral Islam. Itulah pertanyaan dan
tantangan bagi kita sebagai umat Islamyanghaurs kita jawab dengan pemikiran yang
berwawasan jauh ke depan. Terlepas dari problema dan kekhawatiran-kekhawatiran
sebagaimana diuraikan di atas, kita sebagai umat Islam harus selalu optimis dan tetap
bersyukur kepada Allah SWT. Karena sungguhpun perubahan sosial dan tata nilai kehidupan
yang dibawa oleh arus modernisasi, westernisasi, dan sekularisasi terus-menerus menimpa
dan menyerang masyarakat Islam, tetapi kesadaran umat Islam utk membendung dampak-
10
dampak negatif dari budaya Barat itu ternyata masih cukup tinggi, meskipun hanya
segolongan kecil umat, yaitu mereka yang tetap teguh untuk menegakkan nilai-nilai Islam.

Berdasarkan penelaahan mengenai diatas, penulis dapat memaparkan tahapan


pemanfaatan teknologi informasi dimulai pada saat teknologi informasi dianggap sebagai
media yang dapat menghemat biaya dibandingkan dengan metode konvensional, misalkan
saja pemakaian mesin ketik, kertas, penghapus, tipe-x, dan lain sebagainya yang cenderung
tidak efisien. Sekarang dengan bantuan komputer kita bisa melihat hasil ketikan di layar
monitor sebelum dicetak (paperless) sehingga lebih effisien dalam waktu dan tempat
penyimpanan file.

Setelah dirasakan bahwa teknologi Informasi dapat menggantikan cara konvensional,


orang mulai melihat kelebihan lainnnya, seperti menggantikan sarana pengiriman surat
dengan surat eletronik (e-mail), pencarian data melalui searchengine, chatting, mendengarkan
musik, dan sebagainya dimana pada tahapan ini orang sudah mulai menginvestasikan kepada
perangkat komputer. Dari manfaat yang didapatkan, teknologi informasi mulai digunakan dan
diterapkan untuk membantu operasional dalam proses bisnis. Misalnya perusahaan dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan menyediakan informasi jasa dan produk
yang ditawarkan tanpa dibatasi waktu dan ruang.

A. Sejarah Penerapan Teknologi dalam Peradaban Islam

Di era keemasan Islam, para cendekiawan Muslim telah mengelompokkan ilmu-ilmu


yang bersifat teknologis sebagai berikut; ilmu jenis-jenis bangunan, ilmu optik, ilmu
pembakaran cermin, ilmu tentang pusat gravitasi, ilmu pengukuran dan pemetaan, ilmu
tentang sungai dan kanal,  ilmu jembatan, ilmu tentang mesin kerek, ilmu tentang mesin-
mesin militer serta ilmu pencarian sumber air tersembunyi. Para penguasa dan masyarakat di
zaman kekhalifahan Islam menempatkan para rekayasawan (engineer) dalam posisi yang
tinggi dan terhormat.  Mereka diberi gelar muhandis. Banyak di antara ilmuwan Muslim,
pada masa itu, yang juga merangkap sebagai rekayasawan.

Al-Kindi, misalnya, selain dikenal sebagai fisikawan  dan ahli metalurgi adalah seorang
rekayasawan.  Selain itu, al-Razi juga yang populer sebagai seorang ahli kimia juga berperan
sebagai rekayasawan. Al-Biruni yang masyhur sebagai seorang astronom dan fisikawan juga
seorang rekayasawan.

Selain itu, peradaban Islam juga telah mengenal ilmu navigasi, ilmu tentang jam, ilmu
tentang timbangan dan pengkuran serta ilmu tentang alat-alat genial. Menurut al-Hassan,
teknik mesin dan teknik sipil yang digolongkan sebagai ilmu matematika, bukan satu-satunya
subyek teknologis yang dikelompokkan sebagai sains. Para ilmuwan Muslim memberi
perhatian pada semua jenis pengetahuan praktis, mengklasifikasi ilmu-ilmu terapan dan
subyek-subyek teknologis berdampingan dengan telaah-telaah teoritis,”  ungkap Ahmad Y al-
Hassan dan Donald R Hill   dalam Islamic Technology: An IllustratedHistory. Sejumlah kitab
dan risalah yang ditulis para ilmuwan Muslim tercatat telah mengklasifikasi ilmu-ilmu
terapan dan teknologis. Menurut al-Hassan, hal itu dapat dilihat dalam sederet buku atau
kitab karya cendikiawan Muslim, seperti;  Mafatihal-Ulum, karya al-Khuwarizmi; Ihsaal-
Ulum  (Penghitungan Ilmu-ilmu) karya al-Farabi, Kitab al-Najat, (Buku Penyelamatan) karya
Ibnu Sina dan buku-buku lainnya.

11
Para  rekayasawan Muslim telah berhasil membangun sederet karya besar dalam bidang
teknik sipil berupa; bendungan, jembatan, penerangan jalan umum, irigasi, hingga gedung
pencakar langit.  Sejarah membuktikan, di era keemasannya, peradaban Islam telah mampu
membangun bendungan jembatan (bridge dam). Bendung jembatan itu digunakan untuk
menggerakkan roda air yang bekerja dengan mekanisme peningkatan air. Bendungan
jembatan pertama dibangun di Dezful, Iran.

Bendung jembatan itu mampu menggelontorkan 50 kubik air untuk menyuplai kebutuhan
masyarakat Muslim di kota itu. Setelah muncul di Dezful, Iran bendung jembatan juga
muncul di kota-kota lainnya di dunia Islam. Sehingga, masyarakat Muslim pada masa itu
tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Selain itu, di era kekhalifahan para insinyur Muslim juga sudah mampu membangun
bendungan pengatur air diversion dam. Bendungan ini digunakan untuk mengatur atau
mengalihkan arus air. Bendungan pengatur air itu pertama kali dibangun insinyur Muslim di
Sungai Uzaym yang terletak di Jabal Hamrin, Irak. Setelah itu, bendungan semacam itu pun
banyak dibangun di kota dan negeri lain di dunia Islam.
Pencapaian lainnya yang berhasil ditorehkan insinyur Islam dalam bidang teknik sipil adalah
pembangunan penerangan jalan umum. Lampu penerangan jalan umum pertama kali
dibangun oleh kekhalifahan Islam, khususnya di Cordoba. Pada masa kejayaannya, pada
malam hari jalan-jalan yang mulus di kota peradaban Muslim yang berada di benua Eropa itu
bertaburkan cahaya.

Selain dikenal bertabur cahaya di waktu malam, kota-kota peradaban Islam pun dikenal
sangat bersih. Ternyata, pada masa itu para insinyur Muslim sudah mampu menciptakan
sarana pengumpul sampah, berupa kontainer. Sesuatu yang belum pernah ada dalam
peradaban manusia sebelumnya

B. Pandangan Islam terhadap perkembangan Teknologi Komunikasi dan


Teknologi Informasi.

Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh peradaban
Barat satu abad terakhir ini, mencegangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia.
Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan
teknologi komunikasi dan teknologi informasi modern tersebut membuat banyak orang lalu
mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban Barat, tanpa diiringi sikap kritis terhadap
segala dampak negatif dan krisis multidimensional yang diakibatkannya. (Ahmad Y.
Samantho.2004).

Peradaban Barat modern dan postmodern saat ini memang memperlihatkan kemajuan dan
kebaikan kesejahteraan material yang seolah menjanjikan kebahagian hidup bagi umat
manusia. Namun karena kemajuan tersebut tidak seimbang, pincang, lebih mementingkan
kesejahteraan material bagi sebagian individu dan sekelompok tertentu negara-negara maju
(kelompok G-8) saja dengan mengabaikan, bahkan menindas hak-hak dan merampas
kekayaan alam negara lain dan orang lain yang lebih lemah kekuatan IPTEK, ekonomi dan
militernya, maka kemajuan di Barat melahirkan penderitaan kolonialisme-imperialisme
(penjajahan) di Dunia Timur & Selatan.

12
Kemajuan Teknologi Komunikasi dan teknologi Informasi (IPTEK) di Barat, yang
didominasi oleh pandangan dunia dan paradigma sains (IPTEK) yang positivistik-empirik
sebagai anak kandung filsafat-ideologi materialisme-sekuler, pada akhirnya juga telah
melahirkan penderitaan dan ketidakbahagiaan psikologis/ruhaniah pada banyak manusia baik
di Barat maupun di Timur.

Krisis multidimensional terjadi akibat perkembangan IPTEK yang lepas dari kendali
nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis, misalnya: berbagai bencana alam:
tsunami, gempa dan kacaunya iklim dan cuaca dunia akibat pemanasan global yang
disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara maju; Kehancuran ekosistem laut dan
keracunan pada penduduk pantai akibat polusi yang diihasilkan oleh pertambangan mineral
emas, perak dan tembaga, seperti yang terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport
Papua, Minamata Jepang. Kebocoran reaktor Nuklir di Chernobil, Rusia, dan di India, dll.
Krisis Ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan negara miskin,
terjadi akibat ketidakadilan dan ’penjajahan’ (neo-imperialisme) oleh negara-negara maju
yang menguasai perekonomian dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya adalah
negara-negara berkembang atau negara terkebelakang, yang lemah secara ekonomi dan juga
lemah atau tidak menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena
nyatanya saudara-saudara Muslim kita itu banyak yang masih bodoh dan lemah, maka
mereka kehilangan harga diri dan kepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian
menjadi hamba budaya dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka
menyerap begitu saja nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis (’matre’) dan sekular (anti
Tuhan) yang dicekokkan melalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat.
Akibatnya krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar
bangsa-bangsa Muslim.

Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yang mewarisi ajaran suci Ilahiah
dan peradaban dan Iptek Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya
sendiri, yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitas sumberdaya
manusianya (pendidikan dan Ipteknya). Ketidakadilan global ini terlihat dari fakta bahwa
80% kekayaan dunia hanya dikuasai oleh 20 % penduduk kaya di negara-negara maju.
Sementara 80% penduduk dunia di negara-negara miskin hanya memperebutkan remah-
remah sisa makanan pesta pora bangsa-bangsa negara maju.

Ironis bahwa Indonesia yang sangat kaya dengan sumber daya alam minyak dan gas
bumi, justru mengalami krisis dan kelangkaan BBM. Ironis bahwa di tengah keberlimpahan
hasil produksi gunung emas-perak dan tembaga serta kayu hasil hutan yang ada di Indonesia,
kita justru mengalami kesulitan dan krisis ekonomi, kelaparan, busung lapar, dan berbagai
penyakit akibat kemiskinan rakyat. Kemana harta kekayaan kita yang Allah berikan kepada
tanah air dan bangsa Indonesia ini? Mengapa kita menjadi negara penghutang terbesar dan
terkorup di dunia?

Kenyataan menyedihkan tersebut sudah selayaknya menjadi cambuk bagi kita bangsa
Indonesia yang mayoritas Muslim untuk gigih memperjuangkan kemandirian politik,
ekonomi dan moral bangsa dan umat. Kemandirian itu tidak bisa lain kecuali dengan
pembinaan mental-karakter dan moral (akhlak) bangsa-bangsa Islam sekaligus menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi keimanan-taqwa kepada Allah swt. Serta
melawan pengaruh buruk budaya sampah dari Barat yang Sekular, Matre dan hedonis
(mempertuhankan kenikmatan hawa nafsu).

13
Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt Sumber segala
Kebaikan, Keindahan dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt hanya
akan muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap
Tuhan Allah swt dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat
KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.

Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong
dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan
segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya
untuk kepentingan duniawi yang ’matre’ dan sekular, maka Islam mementingkan
pengembangan dan penguasaan Teknologi Komunikasi dan Teknologi Informasi (IPTEK)
untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah swt dan mengembang amanat
Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan
dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Ada lebih dari 800 ayat
dalam Al-Quran yang mementingkan proses perenungan, pemikiran dan pengamatan
terhadap berbagai gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada
Allah. Yang paling terkenal adalah ayat: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-
orang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imron [3] : 190-191.
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan
beberapa derajat.” (QS. Mujadillah [58]: 11 .

Bagi umat Islam, kedua-duanya adalah merupakan ayat-ayat (atau tanda-tanda) ke-
Mahakuasa-an dan Keagungan Allah swt. Ayat tanziliyah/naqliyah (yang diturunkan atau
transmitedknowledge), seperti kitab-kitab suci dan ajaran para Rasul Allah (Taurat, Zabur,
Injil dan Al Quran), maupun ayat-ayat kauniyah (fenomena, prinsip-prinsip dan hukum
alam), keduanya bila dibaca, dipelajari, diamati dan direnungkan, melalui mata, telinga dan
hati (qalbu dan akal) akan semakin mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan dan
keimanan kita kepada Allah swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, Wujud yang wajib, Sumber
segala sesuatu dan segala eksistensi). Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak
terlepas satu sama lain. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin dari satu mata
uang koin yang sama. Keduanya saling membutuhkan, saling menjelaskan dan saling
memperkuat secara sinergis, holistik dan integratif.

Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta-fakta ilmiah,
maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama
tersebut. Bila ada ’ilmu pengetahuan’ yang menentang prinsip-prinsip pokok ajaran agama
Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang
berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut.

Karena alam semesta –yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan–, dan ayat-ayat suci
Tuhan (Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah saw — yang dipelajari melalui agama– , adalah
sama-sama ayat-ayat (tanda-tanda dan perwujudan/tajaliyat) Allah swt, maka tidak mungkin
satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu
Sumber yang Sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.

14
C. Dampak Teknologi Informasi

1. Dampak Positif

Dampak Positif dari munculnya Teknologi Informasi terhadap masyarakat adalah:


1.    Kita dapat menyelesaikan pekerjaan sengan semakin mudah dibantu perangkat yang
semakin berkembang dan praktis.
2.    Kita mampu berkomunikasi dengan orang lain melalui fasilitas e-mail, chat, bahkan
saling bertatapan hanya dengan melalui internet.
3.    Munculnya berbagai jenis jejearing sosial dari adanya teknologi informasi.
4.    Kita dapat dengan mudah untuk mencari informasi tentang suatu hal melalui internet.
5.    Kita juga dimungkinkan untuk berbelanja melaui internet.
6.    Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi bahkan internet dapat kita akses di   
genggaman tangan kita sendiri, yaitu melalui handphone.
7.    Internet sebagai media komunikasi, merupakan fungsi internet yang paling banyak
digunakan dimana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya
dari seluruh dunia.
8.    Media pertukaran data, para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar
informasi dengan cepat dan murah.
9.    Kemudahan memperoleh informasi yang ada di internet sehingga manusia tahu apa saja  
yang terjadi.
10.    Bisa digunakan sebagai lahan informasi untuk bidang pendidikan, kebudayaan, dan
lain-lain.
11.    Kemudahan bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan sehingga tidak perlu
pergi menuju ke tempat penawaran/penjualan.

2. Dampak negatif

    Dampak Negatif dari munculnya Teknologi Informasi terhadap masyarakat adalah:
1.    Munculnya para penipu yang memanfaatkan internet.
2.    Munculnya budaya plagiarisme.
3.    Dengan mudahnya informasi di cetak ulang tanpa izin dari pemberi informasi atau tanpa
menulis sumbernya. hal ini udah biasa kita sebut ‘copast’ copypaste.
4.    Munculnya pornografi/konten konten dewasa.
5.    Munculnya pencurian dengan mengambil/menghack.
6.    Mungkin ini merupakan kesenangan atau kelebihan ilmu si pencuri namun tetap saja
pencurian itu tidak dibenarkan.
7.    Dengan semakin mudahnya berbelanja lewat internet kita dapat meningkatkan budaya
konsumsi yang menimbulkan sifat boros dan tentu berefek tidak baik untuk kantong.
8.    Mengurangi sifat sosial manusia karena cenderung lebih suka berhubungan lewat internet
daripada bertemu langsung.
9.    Dari perubahan sifat sosial tersebut mengakibatkan pola perubahan pada interaksi.
10.     Meluasnya perjudian.
11.    Dengan jaringan yang tersedia penjudi tidak perlu ke tempat khusus untuk memenuhi
keinginannya.

Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan iptek dan imtaq ini diperlukan karena
empat alasan:

15
Pertama, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan
hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Sebaliknya, tanpa asas imtaq, iptek bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat
destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah
secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.

Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan pola
dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat
berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.

Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan jasmani, tetapi juga
membutuhkan imtaq dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh karena itu, penekanan
pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat sebelah,
dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan
jiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan akhirat.

Keempat, imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia
menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtaq, segala atribut duniawi, seperti harta,
pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih
kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Allah SWT,
hanya akan menghasilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan
palsu.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an :

Artinya : “Dan orang – orang yang kafir amal – amal mereka adalah laksana fatamorgana di
tanah yang datar, yang disangka air oleh orang – orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya
air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya,
lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal – amal dengan cukup dan Allah adalah
sangat cepat perhitungan-Nya”. (Q.S An-Nur : 39)

Dengan demikian integrasi iptek dan imtaq harus diupayakan dalam format yang tepat
sehingga keduanya berjalan seimbang dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia dan
kebaikan akhirat seperti do’a yang setiap saat kita panjatkan kepada Allah.

َ ‫َو ِم ْنهُ ْم َم ْن يَقُو ُل َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬
ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬

Artinya : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka”. (Q.S. Al-Baqarah : 201)

Sehubungan dengan alasan yang disebutkan di atas, maka perlu dikembangkan usaha
perbaikan yang lebih mendasar terhadap pendekatan dan metode pembelajaran misalnya
usaha-usaha yang berhubungan dengan psikologi belajar, mengintensifkan program imtaq di
sekolah-sekolah salah satunya dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama
(imtaq) ke dalam setiap mata pelajaran. Dengan kata lain model pembelajaran harus
memadukan antaraIptek dengan imtaq.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

17
Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. Dari uraian di atas dapat dipahami,
bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua,
menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek. Jadi, syariah Islam-lah,
bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolak ukur umat Islam
dalam mengaplikasikan iptek.

Adapun dampak negatif maupun positif dalam perkembangan iptek, Kemajuan dalam
bidang iptek telah menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan umat manusia.
Perubahan ini, selain sangat cepat memiliki daya jangkau yang amat luas. Hampir tidak ada
segi-segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh perubahan. Perubahan ini pada kenyataannya
telah menimbulkan pergeseran nilai nilai dalam kehidupan umat manusia, termasuk di
dalamnya nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan.

3.2 Saran

            Diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang muda agar dapat
mewujudkan Imtaq dan Iptek secara seimbang di negeri yang tercinta ini yaitu Indonesia.
Yakni melalui peningkatan kualiatas sumber daya manusia, potensi, perbaikan sistem
ekonomi, serta menerapkan budaya zakat, infak, dan sedekah. Insya Allah dengan
menjalankan syariat Islam dengan baik dan teratur kita dapat memperbaiki kehidupan bangsa
ini secara perlahan.

DAFTAR PUSTAKA

http://aqwam.com/fikih/menjadi-muslim-terbaik (diakses pada tanggal 10 November 2020)

18
Rangga, Bhian. 2011. Peranan Iman Dalam Menghadapi Arus Globalisasi.
http://bhianrangga.wordpress.com/2011/01/04/peranan-iman-dalam-menghadapi-arus-
globalisasi/ (diakses pada tanggal 10 November 2020)

http://sarahayu9.blogspot.com/2011/04/pengertian-integrasi.html (diakses pada tanggal 10


November 2020)

Din Syamsuddin, M, Dr, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, penerbit
kalimat, Jakarta, 2001

http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=article&id=54:mkdu-
4221-berkehidupan-bermasyarakat&catid=33:mkdu&Itemid=77 (diakses pada tanggal 10
November 2020)

http://nasirmat.wordpress.com/2009/09/26/integrasi-iptek-dan-imtaq-kedalam-pembelajaran/
(diakses pada tanggal 10 November 2020)

Faridah, Nur.dkk. 2011. Iptek dalam Perspektif Islam. https://m.lampost.co/berita-iptek-


dalam-perspektif-islam.html#:~:text=ISLAM%20mendorong%20umatnya%20untuk
%20mengembangkan,iptek%20untuk%20menjadi%20sarana%20ibadah. (Diakses pada
tanggal 11 November 2020)
Diansyahalbukhori. 2014. Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Teknologi Komunikasi
Dan Teknologi Informasi. https://diansyahalbukhori.wordpress.com/2014/06/15/pandangan-
islam-terhadap-perkembangan-teknologi-komunikasi-dan-teknologi-informasi/ (diakses pada
tanggal 11 November 2020)

19

Anda mungkin juga menyukai