Anda di halaman 1dari 46

BUKU SAKU KEPERAWATAN DASAR

DOSEN PENGAMPUN: ISTIANAH,NERS,M.KEP

DISUSUN OLEH : VIVI SULASTRI

NIM : 050 STYC20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TI NGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM SETUDI S1 KEPERAWATAN

2021
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan BUKU SAKU yang berjudul “KETERAMPILAN
DASAR”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi besar alam,
Muhammad SAW. Adapun tujuan BUKU SAKU ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas
mata kuliah Keterampilan Dasar Keperawata

Dengan harapan BUKU SAKU “KETERAMPILAN DASAR” ini bisa menambah pengetuahuan,
menambah wawasan dan mendatangkan manfaat.

SAYA menyadari bahwasanya dalam penyusunan BUKU SAKU ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh sebab itu, SAYA
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah
yang bersangkutan guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi SAYA untuk lebih baik
lagi di masa yang akan datang. Aamiin.

MATARAMi, 1 APRIL 2021

i
DAFTAR ISI

Kata Pengatar ........................................................................................................................  i
Daftar Isi ................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................………………………………………………1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................................... 2 
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2
1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................……………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................…………………………………...3
2.1.pengkajian dan anamnesa..................................................................................................... 3  
2.2.pemeriksaan fisik................................................................................................................6
2.3. Pemeriksaan TTV..........................................………………………………………………………………………20
2.4. pemeriksaan diagnostic/penunjang(laboratorium) dan nilai lab lengkap........…………………..23

2.5. pengendalian infeksi dan patient safety............................................................………………31

BAB III
PENUTUP.....................................................................................................................................40
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................40
3.2. Saran ....................................................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

           Pengkajian adalah usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari
klien meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara
sistematis,mnyeluruh,akurat,singkat dan berkesinambungan( Muttagin, Arif : 2010:2)Pengkajian
yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap kegiatan yang meliputi
:pengumpulan data, analisis data, sistematika data dan penentuan masalah. Adapula yang
menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi data.

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk
menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan wktu sebelumnya, serta
untuk menentukan pola respon klien saat ini dan waktu sebelumnya ( Potter,Perry,2009:838 ).
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan
data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Iyer et al., 1996). Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam meberikan
asuhan keperawatan sesai dengan kebutuhan individu (klien). Oleh karena itu pengkajian yang
benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan snagat penting dalam merumuskan suatu
diagnosis keperawatan dan dalammemberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon
sebagiaman yang telah ditentukan dalam standar praktik keperawatan. kegiatan dalam
pengkajian adalah pengumpulan data.

dalam pengumpulan data adalah kegiatan untuk menghimpun informasi tentang status
kesehatan klien Macam - Macam Data •Data Dasar informasi mengenai staus kesehatan klien
seperti : data umum, data demografi, dan riwayat keperawatan • Data Fokus Seperti ungkapan
klien maupun hasil pemeriksaaan langsung dari perawat, jika pasien tidak sadar dapat diambil
data hasil pemeriksaan. •Data Subjektif seperti ungkapan keluhan dari klien secara langsung
dan dapat diperoleh dari orang lain yang mengetahui keaadaan klien secara langsung.contoh
:merasa pusing, mual, nyeri dada, dan lain lain. •Data objektif seperti data yang diperoleh oleh
perawat secara langsung melalui observasi dan pemeriksaan pada klien. contoh : tekanan darah
120/80 mmHg, konjungtiva anemis Sumber Data 1. Sumber Data Primer sumbernya adalah
klien itu sendiri. Jika klien tidak sadar atau masih bayi perawat dapat menggunakan data
objektif untuk menegakan Diagnosis Keperawatan. 2. Sumber Data Sekunder sumbernya adalah
keluarga, orang terdekat, dan orang lain yang tahu tentang status kesehatan klien.

1
Selain itu tenaga kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, laboratorius, ahli gizi, dll Teknik
Pengumpulan Data 1. Anamnesis Anamnesis adalah tanya jawab secara langsung dengan klien
atau autoanamnesis maupun secara tidak langsung dengan keluarga atau alloanamnesis utntuk
menggali tentang status kesehatan klien. dalam anamnesis ini perawat membangun hubungan
saling percaya antara klien dengan perawat. 2. Observatif tindakan yang mengamati secara
umum terhadap perilaku dan keadaan klien. 3. Pemeriksaan Pemeriksan fisik merupakan
pemeriksaan tubuh untuk menemukan kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh
dengan empat metode yaitu melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan
mendengarkan atau auskultasi (Raylene M Rospond, 2009;Lyrawati, 2009). Pemeriksaan fisik
head to toe perlu dilakukan dengan benar karena hasil pemeriksaan fisik dapat dijadikan dasar
bagi perawat untuk menegakkan diagnosa keperawatan yang selanjutnya sebagai dasar asuhan
keperawatan. Hasil ini dapat diperoleh selama proses pendidikan. Anamnesa adalah : Cara
pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien ( Auto anamnese )
atau pada orang tua atau sumber lain ( Allo anamnese ). 80% untuk menegakkan diagnosa
didapatkan dari anamnese. Tujuan anamnesis: Untuk mendapatkan keterangan sebanyak-
banyaknya mengenai penyakit pasien ,Membantu menegakkan diagnosa sementara,Ada
beberapa penyakit yang sudah dapat ditegaskan dengan anamnese saja,Menetapkan diagnosa
banding ,Membantu menentukan penatalaksanaan selanjutnya Langkah-langkah anamnesis
Mula-mula dipastikan identitas pasien dengan ,lengkap (informasi biografi ),Keluhan
utama,Riwayat kesehatan saat ini ,Riwayat penyakit terdahulu Kaji data pasien: • Nama • Umur
• Jenis Kelamin • Nama Orang tua • Alamat • Umur, Penduduk, & Pekerjaan Orang Tua •
Agama dan Suku Bangsa

1.2 rumusan masalah

 Apa yang dimaksud dengan anamnesa?


 Apa saja tehknik pemeriksaan fisik?
 Pemeriksaan apa saja yang dilakukan saat melakukan pemeriksaan penunjang?
 Bagaimana cara pengendalian virus?

1.3 tujuan penulisan

Tujuan penulisan ini adalah agar pembaca dapat mengetahui dan memahami pengkajian dan
anamnesa,pemeriksaan fisik,nilai normal ttv,pemriksaan penun jang dan cara pengendalian
virus.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengkajian dan anamnesa

1. Pengertian pengkajian dan anamnesa

Pengkajian adalah usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali


permasalahan dari klien meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien
secara sistematis,menyeluruh,akurat,singkat dan berkesinambungan( Muttagin, Arif :
2010:2)Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap kegiatan yang
meliputi :pengumpulan data, analisis data, sistematika data dan penentuan masalah. Adapula
yang menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi data.

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk
menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan wktu sebelumnya, serta
untuk menentukan pola respon klien saat ini dan waktu sebelumnya ( Potter,Perry,2009:838 ).

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Iyer et al., 1996). Tahap pengkajian merupakan dasar
utama dalam meberikan asuhan keperawatan sesai dengan kebutuhan individu (klien).Oleh
karena itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan snagat penting
dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalammemberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan respon individu, sebagiaman yang telah ditentukan dalam standar praktik
keperawatan.

kegiatan dalam pengkajian adalah pengumpulan data. dalam pengumpulan data adalah
kegiatan untuk menghimpun informasi tentang status kesehatan klien

3
 Macam - Macam Data

•Data Dasar

informasi mengenai staus kesehatan klien seperti : data umum, data demografi, dan riwayat
keperawatan

• Data Fokus

Seperti ungkapan klien maupun hasil pemeriksaaan langsung dari perawat, jika pasien tidak
sadar dapat diambil data hasil pemeriksaan.

•Data Subjektif

seperti ungkapan keluhan dari klien secara langsung dan dapat diperoleh dari orang lain yang
mengetahui keaadaan klien secara langsung.contoh :merasa pusing, mual, nyeri dada, dan lain
lain.

•Data objektif

seperti data yang diperoleh oleh perawat secara langsung melalui observasi dan pemeriksaan
pada klien. contoh : tekanan darah 120/80 mmHg, konjungtiva anemis

 Sumber Data

1. Sumber Data Primer

sumbernya adalah klien itu sendiri. Jika klien tidak sadar atau masih bayi perawat dapat
menggunakan data objektif untuk menegakan Diagnosis Keperawatan.

2. Sumber Data Sekunder

sumbernya adalah keluarga, orang terdekat, dan orang lain yang tahu tentang status kesehatan
klien. Selain itu tenaga kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, laboratorius, ahli gizi, dll

 Teknik Pengumpulan Data

1. Anamnesis

Anamnesis adalah tanya jawab secara langsung dengan klien atau autoanamnesis maupun secara
tidak langsung dengan keluarga atau alloanamnesis utntuk menggali tentang status kesehatan
klien. dalam anamnesis ini perawat membangun hubungan saling percaya antara klien dengan
perawat.

2. Observatif

4
tindakan yang mengamati secara umum terhadap perilaku dan keadaan klien.

3. Pemeriksaan

Pemeriksan fisik merupakan pemeriksaan tubuh untuk menemukan kelainan dari suatu
sistim atau suatu organ tubuh dengan empat metode yaitu melihat (inspeksi), meraba (palpasi),
mengetuk (perkusi) dan mendengarkan atau auskultasi (Raylene M Rospond, 2009;Lyrawati,
2009). Pemeriksaan fisik head to toe perlu dilakukan dengan benar karena hasil pemeriksaan
fisik dapat dijadikan dasar bagi perawat untuk menegakkan diagnosa keperawatan yang
selanjutnya sebagai dasar asuhan keperawatan. Hasil ini dapat diperoleh selama proses
pendidikan.

Anamnesa adalah : Cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung
pada pasien ( Auto anamnese ) atau pada orang tua atau sumber lain ( Allo anamnese ). 80%
untuk menegakkan diagnosa didapatkan dari anamnese.

 Tujuan anamnesis:

Untuk mendapatkan keterangan sebanyak-banyaknya mengenai penyakit pasien


,Membantu menegakkan diagnosa sementara,Ada beberapa penyakit yang sudah dapat
ditegaskan dengan anamnese saja,Menetapkan diagnosa banding ,Membantu menentukan
penatalaksanaan selanjutnya

 Langkah-langkah anamnesis

Mula-mula dipastikan identitas pasien dengan ,lengkap (informasi biografi ),Keluhan


utama,Riwayat kesehatan saat ini ,Riwayat penyakit terdahulu

 Kaji data pasien:

• Nama

• Umur

• Jenis Kelamin

• Nama Orang tua


• Alamat
• Umur, Penduduk, & Pekerjaan Orang Tua
• Agama dan Suku Bangsa

 Tujuan

Tujuan Pemeriksaan Fisik

Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:

5
•Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.

•Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
keperawatan.

•Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.

•Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan penatalaksanaan.

•Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

2.2 PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif


daricerita keperawatan klien.Pemeriksaan fisik berharap dilakukan bersamaan
denganwawancara.Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan
fungsionalklien.Misalnya kompilasi klien meningkat gangguan sistem muskuloskeletal,
makaperawat mengkaji apakah gangguan tersebut berpengaruh klien dalam
melaksanakanKegiatan sehari-hari atau tidak

 Metode dan Langkah Pemeriksaan Fisik


1. Inspeksi

Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan melihat langsung seluruh tubuh pasien
atau hanya bagian tertentu yang diperlukan. Metode ini berupaya melihat kondisi klien dengan
menggunakan ‘sense of sign’ baik melalui mata telanjang atau alat bantu penerangan (lampu).
Inspeksi adalah kegiatan aktif, proses ketika perawat harus mengetahui apa yang dilihatnya dan
dimana lokasinya. Metode inspeksi ini digunakan untuk mengkaji warna kulit, bentuk, posisi,
ukuran dan lainnya dari tubuh pasien.

Pemeriksa menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk melihat pasien secara


seksama, persistem dan tidak terburu-buru sejak pertama bertemu dengan cara memperoleh
riwayat pasien dan terutama sepanjang pemeriksaan fisik dilakukan. Inspeksi juga menggunakan
indera pendengaran dan penciuman untuk mengetahui lebih lanjut, lebih jelas dan lebih
memvalidasi apa yang dilihat oleh mata dan dikaitkan dengan suara atau bau dari pasien.
Pemeriksa kemudian akan mengumpulkan dan menggolongkan informasi yang diterima oleh
semua indera tersebut yang akan membantu dalam membuat keputusan diagnosis atau terapi.

2.Palpasi

6
Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan menggunakan ‘sense of touch’ Palpasi
adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian
tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif
digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya metode palpasi ini dapat digunakan untuk
mendeteksi suhu tubuh(temperatur), adanya getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran.

Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan/organ tubuh. Teknik palpasi dibagi menjadi dua:

a. Palpasi ringan

Caranya : ujung-ujung jari pada satu/dua tangan digunakan secara simultan. Tangan
diletakkan pada area yang dipalpasi, jari-jari ditekan kebawah perlahan-lahan sampai ada hasil.

b. Palpasi dalam (bimanual)

Caranya : untuk merasakan isi abdomen, dilakukan dua tangan. Satu tangan untuk
merasakan bagian yang dipalpasi, tangan lainnya untuk menekan ke bawah. Dengan Posisi
rileks, jari-jari tangan kedua diletakkan melekat pd jari2 pertama

3. Perkusi

Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran/


gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang
diperiksa.Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan
tubuh.Perjalanan getaran/ gelombang suara tergantung oleh kepadatan media yang dilalui.Derajat
bunyi disebut dengan resonansi.Karakter bunyi yang dihasilkan dapat menentukan lokasi,
ukuran, bentuk, dan kepadatan struktur di bawah kulit.Sifat gelombang suara yaitu semakin
banyak jaringan, semakin lemah hantarannya dan udara/ gas paling resonan.

4. Auskultasi

Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah: bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.

 Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :

 Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit.

 Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar.

 Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/ lemahnya suara

 Kualitas yaitu warna nada/ variasi suara.

7
 Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :

 Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia,
TBC.

 Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi.
Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.

 Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun
ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.

 Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu.
Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.

 Pemeriksaan Fisik Head To Toe


Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien perlu dipersiapkan sehingga kenyamanan tetap
terjaga, misalnya pasien dianjurkan buang air kecil terlebih dahulu. Jaga privasi pasien dengan
hanya membuka bagian yang akan diperiksa, serta ajak teman ketiga bila pemeriksa dan pasien
berlainan jenis kelamin. Beri tahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan. Atur waktu
seefisien mungkin sehingga pasien maupun pemeriksa tidak kecapaian.Atur posisi pasien untuk
mempermudah pemeriksaan.

1. Pemeriksaan Fisik Kepala


Tujuan pengkajian kepala adalah mengetahui bentuk dan fungsi kepala.Pengkajian
diawalai dengan inspeksi kemudian palpasi.

2. Pemeriksaan Fisik Mata

Kelengkapan dan keluasan pengkajian mata bergantung pada informasi yang diperlukan.Secara
umum tujuan pengkajian mata adalah mengetahui bentuk dan fungsi mata.

Dalam inspeksi mata, bagian-bagian mata yang perlu diamati adalah bola mata, kelopak
mata, konjungtiva, sklera, dan pupil.

a. Amati bola mata terhadap adanya protrusi, gerakan mata, lapang pandang, dan visus.

b. Amati kelopak mata, perhatikan bentuk dan setiap kelainan

c. Amati konjungtiva dan sclera

 Cara palpasi mata


Pada palpasi mata dikerjakan dengan tujuan untuk mengetahui tekanan bola mata dan
mengetahui adanya nyeri tekan. Untuk mengukur tekanan bola mata secara lebih teliti,

8
diperlukan alan tonometri yang memerlukan keahlian khusus.Lakukan palpasi pada kedua mata.
Bila tekanan bola mata meninggi, mata teraba keras.

3. Pemeriksaan Fisik Telinga


Pengkajian telinga secara umum bertujuan untukmengetahui keadaan teling luar, saluran
telinga, gendang telinga/membrane tipani, dan pendengaran. Alta yang perlu disiapkan dalam
pengkajian antara lain otoskop, garpu tala dan arloji.

4.Pemeriksaan Fisik Dada


Dada diinspeksi terutama postur, bentuk, dan kesimetrisan ekspansi, serta keadaan
kulit.Postur dapat bervariasi, misalnya pada pasien dengan masalah pernafasan kronis,
klavikulanya menjadi elevasi.Bentuk dada berbeda antara bayi dan orang dewasa. Dada bayi
berbentuk melingkar dengan diameter dari depan ke belakang (antero-posterior) sama dengan
diameter transversal.
5.Pemeriksaan Fisik Abdomen
Inspeksi dilakukan pertama kali untuk mengetahui bentuk dan gerakan – gerakan
abdomen.

 Prosedur pelaksanaan

Persiapan alat :

1. Status pasien (buku catatan pasien)


2. Buki beralas
3. Tensimeter
4. Stetoskop
5. Thermometer
6. Jam tangan
7. Pen light
8. Lampu kepala
9. Snellen card ( kalau perlu)
10. garputala
11. Tongue spatel
12. Hammer
13. Sarung tangan
14. Tisu
15. Bengkok
16. Timbangan berat badan
17. Tempat cuci tangan

9
18. Larutan clorin 0,5 %
19. Kapas alcohol
20. Pengukur timggi badan

 Cara pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan/ beritahu prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien dengan berbaring
4. Lakukan pemeriksaan keadaan umum pasien ( status kesadaran ).dengan cara baik kualitatif
maupun kuantitatif

Secara kualitatif:

 Berikan rangsangan seperti mengajak bicara,berikan cahaya atau lainya.


 Lakukan penilaian status kesadaran ,sebagai mana berikut ini :

Table penilaian kesadaran secara kualitatif

Setatus kesadaran Keterangan

Compos mentis Apabila pasien mengalami kesadaran penuh dengan


memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang
diberikan.
Apatis Pasien mengalami acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya.
Somnolen Pasien memiliki kesadaran yang lebih rendah dengan ditandai
dengan anak tampak mengantuk,selalu ingin tidur,tidak
responsif terhadap rangsangan ringan dan masih memberikan
respon terhadap rangsangan yang kuat.
Spoor Pasien tidak memberikan respon ringan maupun sedang tetapi
masih memberikan respon sedikit terhadap rangsangan yang
kuat dengan adanya reflek pupil terhadap cahaya yang masih
positif.
Koma Pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau
rangsangan apapun reflek pupil terhadap cahaya tidak ada.
Delirium Pasien disorientasi sangat iritatif,kacau dan salah persepsi
terhadap rangsangan sensorik.

10
Secara kuantitatif:

 Berikan rangsangan pada respon membuka mata,verbal dan motorik.


 Lakukan penilaian status kesadaran pada masing – masing aspek berikut:

Table penilaian kesadaran secara kuantitatif

Respon Nilai

1. Membuka mata
 Spontan 4
 Dengan diajak bicara 3
 Dengan rangsangan nyeri 2
 Tidak membuka 1
2. Respon verbal
 Sadar dan orientasi data 5
 Berbicara tanpa kacau 4
 Berkata tanpa arti 3
 Hanya mengerang 2
 Tidak ada suara 1
3. Respon motorik
 Sesuai perintah 6
 Terhadap rangsangan nyeri 5
1) Timbul gerakan normal 4
2) Fleksi cepat dan abduksi bahu 3
3) Fleksi lengan dengan abduksi bahu 2
4) Ekstensi lengan, adduksi,endorotasi bahu,pronasi lengan bawah 1
5) Tidak ada gerakan

5. lakukan pemeriksaan pada bagian kepala dan wajah ,dengan cara:

 Inspeksi dan palpasi pada kepala dan kulit kepala untuk melihat kesimestrian,warna
rambut,ada tidaknya pembengkakan,kelembaban,lesi,edema,serta bau.

11
 Inspeksi pada wajah dengan menilai adanya asimetri atau tidak,asimetri pada wajah dapat
disebabkan pada paralisis ,kemudian menilai adanya pembengkakan daerah wajah atau
palpebra atau apakah terjadi cloasma atau tidak.
6. Lakukan pemeriksaan mata, dengan cara:

 Inspeksi pada pergerakan bola mata,kesimetrisan.


 Amati sclera apakah terjadi ikletus atau tidak
 Amati konjungtiva apakah anemis atau tidak,dengan cara menarik kelopak mata ke bawah
dan pasien anjurkan melihat ke atas.
 Amati adanya secret pada sklera dan konjungtiva.
 Amati ukuran bentuk,gerakan pupil dengan cara berikan sinar dan menjauh dari mata.
 Amati fundus dengan cara menggunakan oftalmoskop.
 Lakukan tes reflek cahaya cornea dengan cara arahkan cahaya langsung kedalam mata dari
jarak kurang lebih 40,5cm
 Lakukan tes penglihatan warna dengan menggunakan tes ishihara
7. Lakukan pemeriksaan hidung,dengan cara:

 Tengadahkan kepala ke belakang


 Gunakan speculum hidung (kalau perlu) untuk mengamati bagian dalam hidung
 Lakukan pemriksaan septum hidung berada ditengah atau tidak,adanya tidaknya benda asing
polip,keradangan serta pendarahan

8. Lakukan pemeriksaan telinga untuk cara:

12
 Inspeksi daun telinga untuk melihat bentuk,ukuran
 Inspeksi liang telinga dengan speculum untuk melihat adanya keradangan,kebersihan atau
benda asing.
 Inspeksi struktur telinga tengah (membrane tympany),dengan menggunakan stetoskop
 Lakukan uji pendengaran antara lain :
a. Uji rinne dengan meletakan batang vibrasi dan garputala pada tulang mastoid sampai
anak tidak mendengar dan pindahnya garputala ke dekat liang telinga.
b. Uji weber dengan cara pegang garputala pada garis tengah kepala atau dahi, kemudian
lakukan penelitian lateralisasi.
9. Lakukan pemeriksaan mulut dan faring,dengan cara:

 Inspeksi pada rongga mulut untuk melihat adanya stomatitis atau tidak,kemampuan
menggigit ,mengunyah,menelan dengan cara anjurkan pasien membuka mulut.
 Amati bibir untuk melihat warna,simestris,ada tidaknya lesi,kelembaban serta ada tidaknya
pembengkakan.
 Amati keadaan gigi untuk melihat ada tidaknya karang gigi,karies.
 Amati gusi untuk melihat ada tidaknya edema serta warna .
 Amati lidah,tetang kebersihan, warna, kesimestrisan,kelembaban serta ada tidakmya luka
dan pembengkakan.
 Amati keadaan faring dengan menggunakan spatel lidah yakni menekan bagian samping
lidah dan gunakan lampi senter untuk melihat kondisi faring.
10. Lakukan pemeriksaan leher,dengan cara:

13
 Inspeksi adanya kesimetrisan, pergerakan,ada tidakya masa dan kekakuan leher.
 Inspeksi bentuk dan ada tidaknya pembesaran pada kelenjar thyroid.
 Palpasi dengan menggunakan satu tangan dari samping atau dua tangan dari belakang
dengan jari- jari meraba permukaan kelenjar dan pasien anjurkan untuk menelan,apabila
teraba saat menelan maka kelenjar thyroid ada pembesaran.
 Palpasi pada vena jugularis untuk melihat ada tidaknya tekanan
 Inspeksi dan palpasi pada kelenjar limfe untuk melihat ukuran,bentuk dan konsistensi.
11. Lakukan pemeriksaan kulit,dengan cara:

 Inspeksi warna kulit.

Warna kulit Deskripsi

Coklat Menunjukan adanya penyakit Addison atau beberapa tumor


hipofisis
Biru kemerahan Menunjukan polisitemia
Merah Alergi dingin,hipertermia,psikologis,alcohol atau inflamasi lokal
Biru ( sianosis) pada kuku Sianosis perifer oleh Karena kecemasan atau kedinginan atau
sentral karena penurunan kapasitas darah dalam membawa
oksigen yang meliputi bibir,mulut dan badan.
Kuning Ikterus yang menyertai penyakit hati,hemolisis sel darah
merah,obstruksi saluran empedu atau inspeksi berat yang
dapat dilihat pada sclera ,membrane mukosa dan abdomen

14
Bila terdapat pada telapak tangan , kaki danmuka bukan sclera
menunjukan adanya akibat memakan wortel wortel dan
kentang.

Bila pada area kulit terbuka tidak pada sclera dan membrane
mukosa menunjukan adanya penyakit ginjal kronik.
Pucat (kurang merah muda Menunjukan adanya sinkop ,demam,syok,dan anemia
pada orang kulit putih) atau
wana abu- abu pada kulit
hitam
Kekurangan warna secara Albinisme
umum

 Inspeksi kelembaban kulit


Table kondisi normal dan patologis kelembaban kulit

Kondisi normal Patologis

Normal: agak kering Kulit kering pada daerah bibir,tangan atau genital menunjukan
adanya dermatitis kontak
Normal: membrane mukosa Kekeringan yang menyeluruh di sertai dengan lipatan dan
lembab membrane mukosa yang lembab menunjukan terlalu terpapar
dengan sinar matahari dan sering mandi atau kurang gizi
.sedang kering pada membrane mukosa menunjukan adanya
dehidrasi serta adanya kedinginan,menunjukan adanya syok
Sumber : joyce engel,1995

 Palpasi pada daerah kulit dengan punggung tangan pada ekstremitas dan bagian tubuh
lain.

Table kondisi patologis suhu kulit

Kondisi patologis

Adanya hipertermia menunjukan adanya demam,terbakar sinar matahari,hangguan


otak

15
Hipertermia lokal menunjukan adanya luka bakar atau inspeksi

Hipotermia menunjukan adanya syok.

Hipotermia lokal menunjukan adanya trepapar dingin


Sumber: joyce engel,1995

 Inspeksi tekstur kulit


Table kondisi patologis tekstur kulit

Patologis

Kulit kasar dan kering menunjukan terlalu sering mandi,kurang gizi,terpapar cuaca,gangguan
endoktrin

Kulit mengelupas atau bersisik pada jari – jari tangan atau kaki menunjukan adanya
eczema,dermatitis atau inspeksi jamur.

Sisik berminyak pada kulit kepala menunjukan adanya dermatitis seborrhoik.

Bercak – bercak hipopigmentasi dan bersisik pada muka dan tubuh bagian atas menunjukan
ekzema.
Sumber : joyce engel,1995
 Palpasi turgor kulit dengan mencubit lengan atas atau abdomen dan melepaskanya
secara cepat.

Table kondisi normal dan patologis turgor kulit

Normal Patologis

Normal : kulit kembali seperti semula dengan cepat Lipatan kulit kembalinya lambat dan
tanpa meninggalkan tanda. adanya tanda menunjukan adanya
dehidrasi atau malnutrisi,penyakit
kronik atau gangguan otot.
Sumber : joyce engel ,1995
 Palpasi edema kulit dengan menekan kulit yang kelihatan membengkak dengan jari
telunjuk.
Table kondisi patologis edema kulit

Patologis

16
Lekukan telunjuk yang menetap setelah telunjuk diangkat menunjukan adanya pitting edema.
Edema daerah periorbital menunjukan adanya banyak menangis,alergi,baru bangun tidur
atau penyakit ginjal.

Edema pada esktremitas bawah dan bokong menunjukan kelainan pada ginjal dan jantung.
Sumber : joyce engel,1995
12. Lakukan pemeriksaan payudara, dengan cara:

 Amati ukuran,bentuk putting susu, areola mamae,posisi, warna, pembengkakan serta


ada tidaknya luka.
 Lakukan palpasi untuk mengetahui adanya benjolan,nyeri tekan serta adanya sekret.
13. Lakukan pemeriksaan bagian thorax,dengan cara:

 Inspeksi bentuk dada,besar dada,kesimestrisan ,gerakan dada,adanya deformitas atau


tidak ,adanya penonjolan ,pembengkakan.
 Palpasi adanya kesismetrisan,fremitus suara dan krepatasi.
 Perkusi dengan cara mengetukan ujung jari atau jari telunjuk langsung k dinding
dada,sedangkan cara tidak langsung dengan cara meletakan satu jari pada dinding dada dan
mengetuknya dengan jari tangan lainya yang dimulai dari atas ke bawahdan kanan atau ke kiri
dengan membandingkannya.
 Auskultasi untuk menilai suara nafas dasar dan suara nafas tambahan, yang dapat
dilakukan di seluruh dada dan punggung. Caranya adalah dari kanan atau ke kiri dengan

17
membandingkannya kemudian dari bagian atas ke bawah dan menekan daerah stetoskop yang
kuat.
14. Lakukan pemeriksaan jantung dimulai dengan:

 Inspeksi dan palpasi pada daerah apek,getaran bising


 Perkusi untuk menilai pada pembesaran jantung
 Auskultasi mulai dari apek,parasternal kiri bawah,igake 2 tepi kiri sternum dan disela iga
ke 2 tepi kanan sternum atau tepi kiri sternum bagian bawah ,bergeser ke atas sepanjang tepi
kiri sternum ,tepi kanan sternum daerah infra dan supra klavikula kanan / kiri,lekuk supra
sterna daerah karotis di leher kanan atau kiri dan seluruh sisi dada
 Sternal daerah karotis di leher kanan atau kiri dan sluruh sisa dada
15. Lakukan pemeriksaan padaa bagian abdomen,dengan cara:

 Inspeksi daerah abdomen untuk menilai ukuran dan bentuk abdomen, masa dan adanya
pembuluh darah
 Auskultasi untuk mendengarkan adanya bising usus
 Perkusi pada lapangan abdomen melai dari epgastrium untuk mengetahui bunyi adanya
ascites.
 Palpasi pada daerah abdomen untuk mengetahui nyeri tekan,adanya benjolan,atau
keadaan organ seperti hepar,lien,ascites,dan lain – lain.
16. Lakukan pemeriksaan pada bagian genetalia eksterna dan anus ,dengan cara:
 Inspeksi keadaan kebersihan rambut pubis,kulit sekitar pubis,bagian dalam labia mayora
atau minora,klitoris,lubang uretra serta ada tidaknya perdarahan.
17. Lakukan pemeriksaan ekstremita, dengan cara:
18
 Pemeriksaan uji adanya skoliosis,dengan cara biarkan pasien berdiri tegak,observasi dari
belakang ketidak simetrisan bahu dan panggul. Biarkan pasien untuk membungkuk ke depan
pada panggul sampai punggng dan observasi dari samping dan perhatikan ketidak simetrisan
atau penonjolan tulang rangka.
 Pemeriksaan uji kekuatan pada lengan dengan cara anjurkan pasien untuk mengangkat
tangan sambil melawan tekanan dari tangan anda.uji kekuatan kaki,dengan cara minta pasien
duduk dengan kaki menggantung ,uji kekuatan telapak tangan ,dengan cara minta pasien
meremas jari anda sekuat mungkin,uji kekuatan telapak kaki dengan cara minta pasien untuk
menfleksikan plantar ( dorong telapak kaki kea rah lantai) sambil menekan telapak kaki.
18. Lakukan pemeriksaan neurologis / syaraf ,dengan cara:

 Inspeksi kelainan umum neurologis seperti adanya kejang tremor ,korea, parese,
paralisis,hemiparase, diplegia, paraplegia,tetraplegia,dan laim – lain
 Periksa tanda meningeal,seperti kaku kuduk,brudzinski,dengan cara pasien diatur posisi
terlentang kemudian leher ditekuk apabila terdapat tahanan dagu dan tidak menempel atau
mengenai bagian dada maka terjadi kaku kuduk ( positif),brudzinski 1 dengan cara pasien diatur
posisi terlentang,letakan satu tangan dibawah posisi terlentang,letakan satu tangan dibawah
kepala pasien terlentang,kemudian tangan lain.diletakan di dada mencegah badan terangkat,
kemudian kepala difleksikan ke dada,adanya rangsangan maningeal apabila kedua tungkai
bawah akan ( terangkat) fleksi pada sendi panggul dan lutut,brudzinski II dengan cara pasien
diatur terlentang,fleksikan secara pasif tungkai atas pada sendi panggul,ikuti fleksi tungkai
lainya apabila sendi lutut lainya dalam keadaan ekstensi maka adanya tanda meninggal dan
tanda kernig,dengan cara atur posisi dalam keadaan terlentang,fleksikan tungkai bawah pada

19
sendi lutut ,penilainya dalam keadaan normal tungkai bawah dapat membentuk sudut 135
derajat terhadap tungkaia atas.
 Periksa kekuatan dan tonus otot,dengan cara dengan menilai pada bagian ekstremitas
dengan cara memberi tahanan atau mengangkat atau menggerakan bagian otot yang akan
dinilai.
Table tingkat reflek

Derajat Tanda Keterangan


0 0 Tidak ada
1 + Berkurang
2 ++ Normal
3 +++ Lebih cepat dari normal
4 ++++ Hiperaktif ( klonus)

2.3 PEMERIKSAAN TANDA VITAL

Pemeriksaan tanda vital merupakan bagian dari data dasar yang dikumpulkan oleh
perawat selama pengkajian.Perawat mengkaji tanda vital kapan saja klien masuk ke bagian
perawatan kesehatan.Tanda vital dimasukkan ke pengkajian fisik secara menyeluruh atau diukur
satu persatu untuk mengkaji kondisi klien. Penetapan data dasar dari tanda vital selama
pemeriksaan fisik rutin merupakan control terhadap kejadian yang akan datang.

Pemeriksaan tanda vital terdiri atas pemeriksaan nadi, pernafasan, tekanan darah dan
suhu. Pemeriksaan ini merupakan bagian penting dalam menilai fisiologis dari sistem tubuh
secara keseluruhan

1. Pemeriksaan Nadi

Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses pemompaan
jantung. Setiap kalibilik kiri jantung menegang untuk menyemprotkan darah ke aorta yang sudah
penuh, maka dinding arteria dalam sistem peredaran darah mengembang atau mengembung

20
untuk mengimbnagi bertambahnya tekanan. Mengembangnya aorta menghasilkan gelombang di
dinding aorta yang akan menimbulkan dorongan atau denyutan.

 Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:

 Ateri radalis : Pada pergelangan tangan

 Arteri temporalis : Pada tulang pelipis

 Arteri carotis : Pada leher

 Arteri femoralis : Pada lipatan paha

 Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki

 Arteri popliteal : pada lipatan lutut

 Arteri bracialis : Pada lipatan siku

 Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:

 Bayi baru lahir : 110 – 180 kali per menit

 Dewasa : 60 – 100 kali per menit

 Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit

2. Pemeriksaan Tekanan Darah

Pemeriksaan tekanan darah merupakan pemeriksaan dengan cara mengukur tekanan


darah menggunakan spigmomanometer, yang bertujuan untuk mengetahui keadaan hemonamik
pasien atau kondisi kesehatan secara umum.

 Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:

 Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg

21
 Usia 1 – 6 bulan : 90/60 mmHg

 Usia 6 – 12 bulan : 96/65 mmHg

 Usia 4 – 6 tahun : 100/60 mmHg

 Usia 6 – 8 tahun : 105/60 mmHg

 Usia 8 – 10 tahun : 110/60 mmHg

 Usia 10 – 12 tahun : 115/60 mmHg

 Usia 12 – 14 tahun : 118/60 mmHg

 Usia 14 – 16 tahun : 120/65 mmHg

 Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg

 Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg

3. Pemeriksaan Pernafasan

Pemeriksaan Pernafasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses


pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai
frekwensi, irama, kedalaman,dan tipe atau pola pernafasan. Pernapasan adalah tanda vital yang
paling mudah di kaji namun paling sering diukur secara sembarangan.Perawat tidak boleh
menaksir pernapasan.Pengukuran yang akurat memerlukan observasi dan palpasi gerakan
dinding dada.

Berikut adalah usia dan frekuensi per menitnya :

 Bayi baru lahir : 35-40


 Bayi (6 bulan) : 30-50
 Toodler : 25-32
 Anak-anak : 20-30
 Remaja : 16-19

22
 Dewasa : 12-20
4. Pemeriksaan Suhu

Merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai kondisi metabolisme
dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi maupun metabolisme
darah.Suhu dapat menjadi salah satu tanda infeksi atau peradangan yakni demam (di atas >
37°C).Suhu yang tinggi juga dapat disebabkan oleh hipertermia.Suhu tubuh yang jatuh atau
hipotermia juga dinilai.Untuk pemeriksaan yang cepat, palpasi dengan punggung tangan dapat
dilakukan, tetapi untuk pemeriksaan yang akurat harus dengan menggunakan
termometer.Termometer yang digunakan bisa berupa thermometer oral, thermometer rectal dan
thermometer axilar.

Proses pengaturan suhu terletak pada hypotalamus dalam sistem saraf pusat. Bagian depan
hypotalamus dapat mengatur pembuangan panasdan hypotalamus bagian belakang mengatur
upaya penyimpanan panas.

Pemeriksaan suhu dapat dilakukan melalui oral, rektal, dan aksila yang digunakan untuk menilai
keseimbangan suhu tubuh serta membantu menentukan diagnosis dini suatu penyakit.

 Tempat untuk mengukur suhu badan seseorang adalah:

 Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan sekitar 10 – 15 menit.

 Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan sekitar 3 – 5 menit.

 Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2 – 3 menit

 Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada 36ºC – 37,5ºC.

2.4 PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan dengan bahan darah:

23
Merupakan pemeriksaan tang menggunakan bahan atau specimen darah.beberapa
pemeriksaan di bawah ini yang menggunakan darah,antara lain:
1. Sgpt (serum glutamik piruvik transaminase ) atau alanin amoniotransferase
Pemeriksaan SGPT bertujuan untuk mendeteksiadanya kerusakan hepatoseluler.
2. Albumin
Pemeriksaan albumin bertujuan untuk mendeteksi kemampuan albumin yang disintesa oleh
hepar.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan adanya gangguan hepar seperti sirosis,luka
bakar,gangguan ginjal atau kehilangan protein dalam jumlah yang banyak
3. Asam urat
Pemeriksaan asam urat bertujuan untuk mendeteksi penyakit pada ginjal,anemia asam folat,luka
bakar,kehamilan .terjadi peningkatan pada asam urat dapat diindikasikan penyakit ,seperti
leukemia, kanker,eklamsia berat,gagal ginjal,malnutrisi dan lain- lain.
4. Blirubin (total,direk,dan indirek)
Pemeriksaan blirubin bertujuan untuk mendeteksi kadar bilirubin yang dapat mendeteksi adanya
ikterik obstruktif oleh karena batu atau neoplasma,hepatitis,sirosis pada bilirubin direk.pada
bilirubin indirek dapat mendeteksi adanya anemia,malaria,dan lain – lain.
5. Estrogen
Pemeriksaan estrogen bertujuan untuk mendeteksi disfungsi ovarium,gejala menopause dan
pasca menopause,stress psikogenik.nilai estrogen meningkat dapat indikasikan adanya tumor
ovarium,adanya kehamilan dan lain – lain.
6. Gas darah arteri
Pemeriksaan gas darah arteri bertujuan untuk mendeteksi gangguan keseimbangan asam basa
yang disebabkan oleh karena gangguan respiratorik atau gangguan metabolic.
7. Gula darah puasa
Pemeriksaan gula darah puasa bertujuan untuk mendeteksi adanya diabetes,atau reaksi
hipoglikemik.
8. Gula darah posprandial
Pemeriksaan gula darah posprandial bertujuan untuk mendeteksi adanya diabetes,atau reaksi
hipoglikemik,yang dilakukan setelah makan.
9. Gonadotropin korionik manusia atau HCG
Pemeriksaan HCG bertujuan untuk mendeteksi adanya kehamilan,karena HCG adalah hormon
yang diproduksi oleh plasenta.
10. Hematokrit
Pemeriksaan hematokrit bertujuan untuk mengukur konsentrasi sel – sel darah merah dalam
darah,yanmg dapat mendeteksi adanya anemia,kehilangan darah,gagal ginjal kronik,defisiensi
vitamin B dan C.apabila terjadi peningkatan kadar hematokrit dapat diindikasikan adanya
dehidrasi ,asidosis,trauma,perbedaan dan lain – lain.
11. Trombosit
Pemeriksaan trombosit bertujuan untuk mendeteksi adanya trombositopenia yang berhubungan
dengan pendarahan, dan trombositosis yang menyebabkan peningkatan pembekuan.
24
12. Masa tromboplastin parsial( PTT),masa tromboplastin parsial teraktivasi( APTT)
Pemeriksaan PTT/ APTT bertujuan untuk mendeteksi defisiensi faktor pembekuan kecuali faktor
VII,VII,mendeteksi variasi trombosit,dan memonitor terapu heparin.
13. Pemeriksaan lain yang menggunakan spisimen darah antara lain pemeriksaan kadar
elektrolit dalam darah , masa protombin,progesterone,prolaktin,serum
kreatinin,kortisol,kolesterol,T3,T4 dan lain- lain.
14. Hemoglobin
Pemeriksaan hemoglobin merupakan pemeriksaan kadar hemoglobin dengan cara
membandingkan secara visual warna darah dengan alat standar yang dapat bertujuan untuk
mendeteksi adanya anemia.terjadi peningkatan dapat diindikasikan adanya dehidrasi,penyakit
paru obstruksi menahun,gagal jantung kongestif dan lain – lain.

 Pemeriksaan hemoglobin dengan cara sahli :

Prosedur :
Persiapan Pasien
1. Petugas memperkenalkan diri
2. Identifikasi klien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan

Persiapan alat
1. Hemoglobinometer Sahli Lengkap
2. Hcl 0,1 N
3. Aquadest
4. Kapas Alkohol
5. Larutan klorin 0,5%
6. Lancet
7. kapas kering
8. Bengkok
9. Sarung tangan

Pelaksanaan
1. Masukkan larutan Hcl 0,1 N dengan pipet Hcl kedalam tabung pengencer sampai pada angka
2

25
2. Bawa alat-alat ke dekat pasien
3. Cuci tangan
4. Siapkan bengkok
5. Pakai sarung tangan
6. Ujung jari dibersihkan dengan kapas alcohol biarkan sampai kering
7. Pegang bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri
berkurang
8. Dengan memakai lancet steril, tusuk dengan cepat dengan arah tegak lurus, jangan
menekan-nekan jari untuk mendapatkan cukup darah ( darah akan bercampur cairan jaringan
sehingga mudah encer dan bisa menimbulkan kesalahan)
9. Hapus tetes darah pertama dengan kapas kering
10. Isap 20 UI darah dengan pipet sahli, bersihkan darah yang menempel pada bagian luar pipet
11. Masukkan darah secara hati-hati ke dalam tabung sahli yang sudah berisi Hcl 0,1 N
12. Bilas darah dalam pipet dengan menghisap dan mengeluarkan Hcl 0,1 N beberapa kali
13. Biarkan 4 menit (3-5 menit) agar hemoglobin berubah menjadi asam hematin
14. Encerkan larutan dengan aquadest tetes demi tetes sambil diaduk tiap kali menambahkan
aquadest, sampai warna larutan sama dengan warna pembanding
15. Bila sudah sama catat hasilnya
16. Beritahu hasilnya pada pasien
17. Bersihkan dan rapikan alat
18. lepaskan sarung tangan

Keterangan :
Nilai normal Hb laki – laki : 14 – 18gram/ dl,dan wanita 12 – 16 gram/dl

 Pemeriksaan golongan darah :

Persiapan alat dan bahan :


a. Kaca obyek
b. Serum anti A dan anti B
c. Lancet

26
d. Kapas alcohol
e. batang lidi
f. Sarung tangan

Cara pelaksanaan :

a. Cuci tangan
b. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
c. Gunakan sarung tangan
d. Siapkan kaca obyek dan berikan 1 tetes pada kaca obyek serum anti A dan serum anti B
disebelahnya
e. Tusuklah ujung jari dengan lanset steril dan teteskan darah ke serum anti A dan B kemudian
aduk dengan ujung lidi
f. Goyangkan kaca dengan membuat gerakan melingkar
g. Perhatikan adanya aglutinasi dan benarkan dengan memakai mikroskop
h. Catat waktu dan hasil pemeriksaan
i. Cuci tangan

 Pemeriksaan menggunakan dengan bahan sputum

Pemeriksaan dengan bahan secret atau sputum yang bertujuan untuk mendeteksi adanya
kuman seperti tuberculosis pulmonal,pneumonia bakteri,bronchitis kronis,bronkietaksis.
Persiapan alat:
1. Tempat/ wadah sputum tertutup
2. Botol penampung pemeriksaan
3. Formulir pemeriksaan
Cara pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Anjurkan pasien untuk membatukan dahak ke dalam penampung sputum
4. Ambil dahak kurang lebih 5cc kemudian masukan ke dalam botol
5. Botol diberikan etiket dan bersama formulir pemeriksaan yang diisi lengkap segera kirim ke
laboratorium

27
6. Bila kultur untuk pemeriksaan BTA ( bakteri tahan asam) ikuti instruksi yang ada pada botol
penampung biasanya diperlukan 5 – 10 cc sputum yang dilakukan secara 3 hari berturut –
turut.
7. Cuci tangan.

 Persiapan pemeriksaan dengan ultra sonografi ( USG)

Merupakan suatu prosedur diagnostik yang digunakan untuk melihat struktur jaringan
tubuh atau analisa gelombang dan dopler,yang mana pemeriksaanya dilakukan diatas permukaan
kulit atau di atas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound didalam jaringan .
Ultrasonografi dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai kelainan yang ada pada
abdomen,otak,kandung kemih, jantung, hepar, uterus ,atau pelvis kehamilan yang dapat
digunakan untuk membedakan antara kista dan tumor.pada kehamilan cairan amnion dapat
menambah refleksi gelombang suara dari plasenta dan fetus sehingga dapat mengidentifikasi
ukuan,bentuk,dan posisi,kemudian dapat mendeteksi pangkreas ,limpa ,tiroid dan lain – lain.
Persiapan dan pelaksanaan :
1. Lakukan informed concent
2. Anjurkan untuk puasa makan dan minum selama 8 – 12 jam sebelum pemeriksaan USG aorta
abdomen,kandung empedu,hepar,limpha dan pangkreas
3. Oleskan jeli konduktiif pada permukaan kulit yang akan dilakukan USG
4. Transduser dipegang dengan tangan dan gerakan ke depan dan ke belakang di atas permukaan
kulit yang akan dilakukan USG
5. Lakukan antara10 – 30 menit
6. Pre medikasi jarang dilakukan hanya bila pasien dalam keadaan gelisah
7. Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah masuknya udara
8. Bila pada pemeriksaan obstetric ( trimester pertama dan kedua ),pelvis dan ginjal pasien
anjurkan untuk minum 4 gelas air dan tidak boleh berkemih dan pada trimester ketiga pasien
dapat dalam keadaan kandung kemih kosong.
9. Bila pada otak lepaskan semua perhiasan dari leher dan jepit rambut dari kepala
10. Bila pada jantung anjurkan untuk bernafas perlahan dan menahan setelah inspirasi dalam.

 Pemeriksaan rongten

28
Rongten atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan peran
sinar x dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya dada,jantung,abdomen
,ginjal,ureter,kandung kemih, tengkorak dan rangka,pemeriksaan ini dilakukan dengan
menggunakan radiasi sinar x yang sedikit karena tingginya kualitas film sinar x dan digunakan
untuk melakukan skrining dari berbagai kelainan yang ada pada organ.
Persiapan dan pelaksanaan :
1. Lakukan informed concent
2. Tidak ada pembatasan makanan atau cairan.
3. Pada dada dengan posisi PA (posterior anterior) dapat dilakukan dengan posisi berdiri dan
foto AP ( anterior posterior)lateral dapat juga dilakukan, baju harus diturunkan sampai ke
pinggang,baju kertas atau baju kain dapat digunakan dan perhiasan dapat dilepaskan,anjurkan
pasien untuk tarik nafas.dan menahan nafas pada waktu pengambilan foto sinar x
4. Pada jantung foto PA dan lateral kiri dapat diindikasikan untuk mengevaluasi ukuran dan
bentuk jantung,perhiasan pada leher harus dilepaskan ,baju diturunkan hingga ke pinggang.
5. Pada abdomen pelaksanaan foto harus dilakukan sebelum pemeriksaan IVP,baju harus
dilepaskan dan digunakan baju kain/kertas,pasien tidur terlentang dengan tangan menjauh dari
tubuh,testis harus dilindungi
6. Pada tengkorak penjepit rambut harus dilepaskan,kacamata gigi palsu sebelum pemeriksaan.
7. Pada rangka bila dicurigai fraktur anjurkan puasa,dan imobilisasi pada daerah fraktur.

 Pemeriksaan pap smear

Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk mendeteksi adanya ca
serviks atau mendeteksi sel pra kanker,mengkaji efek pemberian hormone seks dan respon
terhadap kemoterapi daan radiasi.

29
Persiapan pelaksanaan:

1. Lakukan informed concent


2. Tidak ada pembatasan makanan dan cairan.
3. Anjurkan pasien untuk tidak melakukan irigasi vagina atau memasukan obat melalui vagina
atau melakukan hubungan sekurang 24 jam atau sebaiknya 48 jam.
4. Anjurkan pasien berbaring dimeja periksa dalam posisi litotomi
5. Speculum yang sudah dilumasi dengan air mengalir dimasukan ke vagina
6. Spatula kayu bengkok ( pap stick) digunakan untuk mengusap serviks ,kemudian pindahkan
ke kaca mikroskop dan benamkam ke dalam cairan fiksasi.
7. Beri label nama dan tanggal

 Pemeriksaan mammografi ( mammogram)

Mammogram merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar x yang dilakuan pada bagian
payudara untuk mendeteksi adanya kista atau tumor ,dan digunakan untuk menilai payudara
secara periodik.
Persiapan alat dan bahan:;
1. Lakukan informed concent
2. Tidak ada pembatasan cairan dan makanan
3. Baju dilepas sampai pinggang dan perhiasan dileher dilepas.
4. Gunakan pakaian kertas atau gaun bagian depan terbuka
5. Anjurkan pasien untuk duduk dan letakan payudara satu per satu di atas meja kaset sinar
x,saat payudara diletakan klien akan diminta untuk menahan nafas
6. Lalu lakukan pemeriksaan.

2.5 Pengendalian infeksi dan patien safety

1. Pengertian

Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing (luar) terhadap organisme
inang (tubuh), dan bersifat pilang yaitu membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau

30
patogen, menggunakan sumberdaya (sarana) yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak
diri dan itu merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang berakibat pada luka
kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi
disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme
mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi,
virus, prion, dan viroid. Simbiosis antara parasit dan inang, di mana salah satu pihak
diuntungkan dan pihak lainnya dirugikan, digolongkan sebagai parasitisme.

2. . Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang bisa bersumber dari petugas kesehatan,
pasien yang lain, alat dan bahan yang digunakan untuk pengobatan maupun dari lingkungan
Rumah Sakit. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial antara lain: faktor
internal (seperti usia, penggunaan obat, penyakit penyerta, malnutrisi, kolonisasi flora normal
tubuh, personal hygiene yang rendah, perilaku personal dll) serta faktor eksternal (seperti
banyaknya petugas kesehatan yang kontak langsung dengan pasien, banyaknya prosedur invasif,
lama tinggal di RS, lingkungan yang terkontaminasi dll). Dengan cara mempraktikkan teknik
pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat menghindarkan penyebaran
mikroorganisme terhadap klien.
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpolife dalam tubuh yang
menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adaa Invasi tubuh oleh mikroorganisme dan
berproliferasi dalam jaringan tubuh (Kozier, et al, 1995). Dalam Kamus Keperawatan disebutkan
bahwa infe adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubu khususnya yang
menimbulkan cedera seluler setempat akibat metaboli kompetitif, toksin, replikasi intraseluler
atau reaksi antigen-antibos Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling
berkata dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan ter

Mikroorganisme yang bisa menimbulkan penyakit disebut pathogen infeksi), sedangkan


mikroorganisme yang tidak menimbulkan penyak kerusakan disebut asimtomatik. Penyakit
timbul jika pathogen berkemb biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika
penyakit be ditularkan dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penya menular
(contagius) Mikroorganisme mempunyai keragaman dalam virulensi/keganasan dan juga
beragam dalam menyebabkan beratnya sun penyakit yang disebabkan

3. Tipe Mikroorganisme Penyebab Infeksi

Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu


a. Bakteri

31
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesie bakteri dapat
menyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk
melalui udara, air, tanah, makanan cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.

b. Virus

Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel
hidup untuk diproduksi.

c. Fungi
Fungi terdiri dari ragi dan jamur

d. Parasit
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasin adalah protozoa,
cacing dan arthropoda.

32
D. Tipe Infeksi

1 Kolonisasi

Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang menetap/flora
residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak dapat menimbulkan
penyakit Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang
bagian tubuh host/manusia yang sistem pertahanannya tidak efektif dan patogen menyebabkan
kerusakan jaringan.

2 Infeksi lokal
spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana mikroorganisme tinggal.
3, Infeksi sistemik: terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuhyang lain dan
menimbulkan kerusakan.
4. Bakterimia: terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri
5. Septikemia a multiplikasi bakteri dalam darah sebagai. hasil dari infeksi
6. Infeksi akut yang muncul dalam waktu singkat
7. Infeksi kronik: Infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam hitungan
bulan sampai tahun)

E. Protokol pelaksanaan Keamanan dan Keselamatan

1. Cuci tangan atau permukaan kulit secara rata dengan sabun pada air yang mengalir (kran)
sebelum dan sesudah merawat klien untuk mencegah kontaminasi tangan oleh kuman
2. Pemakaian alat pelindung sesuai dengan indikasi.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam mengendalikan risiko keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan hal yang sangat penting, khususnya terkait bahaya biologi dengan
risiko yang paling tinggi terjadi, sehingga penggunaan APD menjadi satu prosedur utama di
dalam proses asuhan pelayanan kesehatan.

APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh sumber daya manusia dari potensi bahaya
di Fasyankes. Alat pelindung diri tidak mengurangi pajanan dari sumbernya, hanya saja

33
mengurangi jumlah pajanan yang masuk ke tubuh. APD bersifat eksklusif (hanya melindungi
individu) dan spesifik (setiap alat memiliki spesifikasi bahaya yang dapat dikendalikan).
Implementasi APD seharusnya menjadi komplementer dari upaya pengendalian di atasnya
dan/atau apabila pengendalian di atasnya belum cukup efektif.

 Jenis-jenis APD yang dapat tersedia di Fasyankes sesuai dengan kebutuhan sebagai
berikut:
1. Penutup kepala (shower cap)
2. Kacamata Khusus (safety goggle)
3. Pelindung wajah (face shield)
4. Masker
5. Sarung Tangan (hand schoon/sarung tangan karet)
6. Jas Lab dan Apron (apron/jas lab)
7. Pelindung kaki (safety shoes dan sepatu boots)
8. Coveral

 Contoh penggunaan APD dan lokasi penggunaannya dapat melihat tabel berikut:

34
Untuk faktor risiko biologi yang sangat infeksius dan bahan kimia, dapat menggunakan bentuk
APD secara lengkap atau merujuk pada juknis terkait. Berikut penjelasan masing-masing APD
beserta contoh gambar APD :

1. Penutup Kepala (shower cap)

Alat penutup kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi kepala dari
jatuhnya mikroorganisme yang ada dirambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-
alat/daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala/rambut petugas dari percikan
bahan–bahan dari pasien.

35
2. Penutup Telinga (ear muff atau ear plug)

Penggunan APD penutup telinga di Fasyankes dalam proses pemberian asuhan


pelayanan kesehatan jarang digunakan. Penggunaan lebih sering jika ada sumber bising di atas
Nilai Ambang Batas (85 dba) seperti di unit ganset, proses pembangunan, dan lainnya.

3. Kacamata Khusus (safety goggle)

Kacamata khusus (safety google) adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
mata dari paparan bahan kimia berbahaya, percikan darah dan cairan tubuh, uap panas, sinar
UV dan pecahan kaca (scrub).

4. Pelindung wajah (face shield)

Alat pelindung wajah adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi wajah dari
terpapar cairan tubuh, darah, dan percikan bahan-bahan kimia.

36
5. Masker

Masker atau alat pelindung pernafasan adalah alat yang berfungsi untuk melindungi
pernafasan dari mikrobakterium dan virus yang ada di udara, dan zat- zat kimia yang digunakan.
Bagi SDM Fasyankes yang menggunakan respirator harus dilatih untuk menggunakan dan
memelihara respirator khusus secara tepat. SDM Fasyankes harus tahu keterbatasan dan
pengujian kecocokan respirator secara tepat, minimal masker dengan tipe N95 atau masker
yang dapat memproteksi SDM dari paparan risiko biologi maupun kimia.

6. Sarung Tangan (hand schoon/sarung tangan bahan karet, kain)

Sarung tangan adalah alat yang berfungsi untuk melindungi tangan dari darah dan
cairan tubuh, zat- zat kimia yang digunakan, dan limbah yang ada.

37
7. Pelindung Kaki (sepatu boots, safety shoes)

Alat pelindung kaki adalah alat yang berfungsi untuk melindungi kaki dari darah, cairan
tubuh, zat- zat kimia yang digunakan, benturan benda keras dan tajam, serta limbah yang ada.
SDM Fasyankes yang berdiri dalam jangka waktu lama ketika bekerja, perlu sepatu yang
dilengkapi bantalan untuk menyokong kaki. SDM Fasyankes yang bekerja dan berhadapan
dengan pekerjaan dengan risiko cidera akibat dari kejatuhan benda keras yang mengenai jari
kaki disarankan memakai sepatu dengan ujung yang keras.

8. Jas Lab dan Apron

Jas lab dan apron adalah alat yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari darah dan
cairan tubuh, zat-zat kimia yang digunakan, dan limbah yang ada.

9. Coverall

Coverall adalah alat yang berfungsi untuk melindungi seluruh tubuh dari kepala sampai
kaki dari penularan melalui percikan darah ataupun cairan tubuh sangat infeksius yang masuk
melalui mucous membrane atau luka. Penyediaan APD ini diutamakan pada Fasyankes yang
melakukan pelayanan dengan kasus karantina atau Fasyankes dengan pandemic wabah, radiasi
dan paparan bahan kimia yang sangat toksik

38
39
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk
menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan wktu sebelumnya, serta
untuk menentukan pola respon klien saat ini dan waktu sebelumnya .Pemeriksaan fisik dalam
keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari cerita keperawatan klien dengan
tekhnik palpasi,auskultasi,perkusi dan inspeksi.

Pemeriksaan tanda vital terdiri atas pemeriksaan nadi, pernafasan, tekanan darah dan
suhu. Pemeriksaan ini merupakan bagian penting dalam menilai fisiologis dari sistem tubuh
secara keseluruhan

3.2 Saran

saat melakukan anamnesa , pemeriksaan fisik,TTV, dan pemeriksaan penunjang dapat


dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami ilmu nya dengan sempurna dan
pemeriksaan ini harus dilakukan secara berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur
yang benar. Referensi Achmadi, L. D., Pondaag

40
Daftar pustaka

Fitri respati, Ambarwati . 2015.keterampilan dasar praktik klinik

https://www.researchgate.net/publication/338023519_Pengkajian_Dalam_Proses_Keperawata
n_Anamnesa_dan_Pemeriksaan_Fisik

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/higiene/article/view/4327

https://www.google.com/search?
q=Jurnal+ttv&safe=strict&biw=1012&bih=620&sxsrf=ALeKk00wWdHnugALDy275eMtnpW
z5_UVYA
%3A1617677948653&ei=fM5rYKShJ4av9QPs9LywDg&oq=Jurnal+ttv&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2
l6EAMyAggAMgIIADIGCAAQFhAeOgcIABBHELADOgQIIxAnOgQIABBDOgUIABCxAzo
ICAAQsQMQgwE6BwgjELECECc6BAgAEApQ1oEEWM6iBGCKpwRoAXACeAGAAYkEiA
HOFpIBCjAuMTIuMi41LTGYAQCgAQGqAQdnd3Mtd2l6yAEIwAEB&sclient=gws-
wiz&ved=0ahUKEwikz_X7z-jvAhWGV30KHWw6D-YQ4dUDCAw&uact=5

http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/6485/532

kajian%20kdk%20anggi%20(3)-1%20(1).pdf

41

Anda mungkin juga menyukai