Anda di halaman 1dari 7

Penerapan Interprofessional Education (IPE) pada Kelas Ibu Balita

oleh Mahasiswa Tenaga Kesehatan untuk Meningkatkan Sikap Ibu


terhadap Kesehatan Balita di Kota Cimahi

Dyeri Susanti1, Hesti Wulandari2, Ryka Juaeriah1, Sari Puspa Dewi3

Program Studi D3 Kebidanan, STIKes Budi Luhur Cimahi


1
2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
3
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Abstrak

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan di Indonesia.
Pemantauan tumbuh kembang dan pencegahan penyakit pada balita merupakan aspek penting dalam meningkatkan
kesehatan balita. Pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini masih dilakukan oleh profesi tunggal, sedangkan World
Health Organization (WHO) merekomendasikan pelayanan kesehatan dengan praktik kolaborasi. Bekal tentang
kolaborasi dapat diterapkan sejak tahap pendidikan melalui Interprofessional Education (IPE). IPE terjadi ketika dua
atau lebih profesi belajar dengan, dari dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kerjasama dan hasil kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan sikap ibu tentang kesehatan balita setelah penerapan
IPE pada Kelas Ibu Balita. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode observasional menggunakan
rancangan one group pre-post test design. Sampel penelitian adalah ibu rumah tangga sebanyak 120 orang yang
memiliki Balita usia 24-59 bulan, dan mahasiswa dari Program Studi Kebidanan, Keperawatan, Gizi, dan Kesehatan
Lingkungan yang berjumlah 48 orang. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2016-Januari 2017 selama 7 minggu
di RW 04, 11, 13 dan 15 wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah. Analisis dalam penelitian ini menggunakan Paired
t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan sikap ibu terhadap kesehatan balita sebelum dan
sesudah diberikan penyuluhan, dengan nilai rata-rata pretest -0,02 menjadi 2,46 nilai rata-rata posttest. Simpulan
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPE dalam bentuk kuliah umum, diskusi, dan praktik lapangan di komunitas
pada Kelas Ibu Balita oleh mahasiswa tenaga kesehatan dapat meningkatkan sikap ibu terhadap kesehatan balita.

Kata Kunci : Interprofessional Education, Kesehatan Balita, Sikap Ibu Balita

Implementation of Interprofessional Education (IPE) in Class Mothers Toddlers


by Student Health Workers to Improve Attitude Mother
to Healthy Toddlers in Cimahi
Abstract

Maternal and Child Health (MCH) is one of the main priorities of health development in Indonesia. Monitoring
growth and development and the prevention of disease in children is an important aspect in improving
infanthealth. Health care in Indonesia is still done by a single profession, while the World Health Organization
(WHO) recommends collaborative health care practices. Provisions of collaboration can be applied since
the phase of education through interprofessional Education (IPE). IPE occurs when two or more professions
learn with, from and about each other to improve collaboration and health outcomes. This study aims to
determine the increase in maternal attitudes about infant health after the application of IPE in the Class Mother
Toddler. The study design was quantitative with the observational method using a design one group pre-post
test design. Samples were housewives of 120 people who have toddlers aged 24-59 months, and students
from the Midwifery, Nursing, Nutrition and Environmental Health of 48 people. Research was conducted in
December 2016-January 2017 for 7 weeks in RW 04, 11, 13 and 15 Puskesmas Leuwigajah. The analysis in
this study using paired t-test. The results showed that an increase in maternal attitudes towards infant health
before and after counseling, with an average value of pretest -0.02 to 2.46 average value posttest. Conclusion
of this research is the study of IPE in the form of lectures, discussions and field practice in the community at
Mother Toddler Classroom Student health workers can improve maternal attitudes towards infant health.

Keywords : Health Toddler, Interprofessional Education, Mother’s Toddler Attitude.


Korespondensi:
Dyeri Susanti
Program Studi D3 Kebidanan, STIKes Budi Luhur Cimahi
Jl. Kerkof No. 243 Leuwigajah Cimahi Selatan
Mobile : 085317862888
Email : dyerisusanti@gmail.com

51 JSK, Volume 3 Nomor 2 Desember Tahun 2017


Dyeri Susanti : Penerapan Interprofessional Education (IPE) pada Kelas Ibu Balita oleh Mahasiswa Tenaga Kesehatan
untuk Meningkatkan Sikap Ibu terhadap Kesehatan Balita di Kota Cimahi

Pendahuluan 2012. Peningkatan pencapaian sebesar 11% dalam


kurun waktu dua tahun dianggap belum optimal
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan balita jika dipandang dari kemudahan mendapatkan
ditujukan untuk mempersiapkan generasi buku KIA secara gratis. Balita yang mempunyai
yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta buku KIA di Kota Cimahi hanya 68,6 % lebih
untuk menurunkan angka kematian bayi dan rendah dari pencapaian Provinsi Jawa Barat.
balita. Pada tahun 2015 Indonesia mempunyai Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
komitmen untuk menurunkan angka kematian meningkatkan cakupan kepemilikan Buku KIA
bayi dari 68/1.000 Kelahiran Hidup (KH) pada Ibu Balita adalah dengan melaksanakan
menjadi 23/1.000 KH, dan angka kematian balita kelas Ibu Balita.4-5
dari 97/1.000 KH menjadi 32/1.000 KH.1 Balita Melalui SK No. 284/Menkes/SK/III/2004
merupakan salah satu populasi paling berisiko tentang Buku KIA, Menteri Kesehatan RI
terkena berbagai macam gangguan kesehatan. memutuskan Buku KIA sebagai buku pedoman
Pemantauan tumbuh kembang dan pencegahan resmi yang berisi informasi serta catatan
penyakit pada balita menjadi hal yang penting Kesehatan Ibu dan Anak. Secara umum buku
untuk meningkatkan kesehatan balita. Data KIA telah memperlihatkan hasil yang berarti
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintahan dengan meningkatnya pemahaman ibu terhadap
(LAKIP) Kota Cimahi tahun 2013 menunjukkan kesehatan anak. Upaya untuk meningkatkan
bahwa kinerja dalam pelayanan balita tidak pemanfaatan Buku KIA tersebut perlu diadakan
tercapai, dari target kinerja 91,50% hanya 69,02% kegiatan yang disebut Kelas Ibu Balita. Kelas
yang tercapai. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Ibu Balita adalah kelas para ibu yang memiliki
Kota Cimahi, cakupan penimbangan balita (D/S) anak berusia antara 0 sampai 5 tahun secara
sebesar 67,7%, masih ditemukan balita dengan bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat,
gizi kurang sebesar 7,6%. Salah satu daerah tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan
di Kota Cimahi yang memiliki cakupan D/S kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan
paling rendah adalah Cimahi Selatan.5 perkembangannya dibimbing oleh fasilitator
Kementerian Kesehatan RI telah banyak dalam hal ini menggunakan Buku KIA.3,6
meluncurkan program kesehatan yang Kota Cimahi memiliki 13 Puskesmas,
diimplementasikan mulai dari pusat, provinsi berdasarkan data Dinas Kesehatan, hanya ada
hingga kabupaten/kota. Salah satu program satu Puskesmas yang melaksanakan Kelas Ibu
kesehatan yang diharapkan dapat turut berperan Balita. Data laporan Puskesmas Leuwigajah
aktif dalam menurunkan angka kesakitan dan Cimahi Selatan mengungkapkan bahwa dalam
kematian pada balita adalah membentuk Kelas 2 tahun terakhir terjadi penurunan cakupan
Ibu Balita, dengan mengoptimalkan penggunaan kunjungan bayi dan balita. Program Kelas Ibu
buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA). Balita di Puskesmas Leuwigajah belum pernah
Buku KIA merupakan buku catatan terpadu dilaksanakan, walaupun memiliki fasilitator
yang digunakan dalam keluarga dengan tujuan yang sudah dilatih oleh Dinas Kesehatan. Belum
meningkatkan praktik keluarga dan masyarakat dilaksanakannya Kelas Ibu Balita dikarenakan
dalam pemeliharaan atau perawatan kesehatan terbatasnya sumberdaya manusia di puskesmas
ibu dan anak serta meningkatkan kualitas sehingga fokus utamanya adalah kelas ibu hamil.
pelayanan KIA.2-3 Ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun merawat balita. Kelas ibu balita meningkatkan
2013 menunjukkan hal-hal berikut: Balita tidak pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu dalam
selalu dipantau pertumbuhannya setiap bulan, merawat balita. Kelas Ibu Balita bukanlah
tercatat hanya 59,4% balita yang ditimbang program baru yang diimplementasikan, tetapi
sebanyak empat kali atau lebih dalam enam merupakan kegiatan lanjutan untuk membahas
bulan terakhir dan 23,8% balita lainnya tidak Buku KIA pada kelas Ibu Balita.5-6
pernah ditimbang; Balita yang mempunyai Kelas Ibu Balita diselenggarakan secara
buku KIA hanya 25,5% dan cenderung menurun partisipatif yaitu para ibu tidak diposisikan
dengan semakin tingginya kelompok umur anak; hanya menerima informasi karena posisi pasif
persentase kepemilikan buku KIA cenderung cenderung tidak efektif dalam mengubah perilaku.
berbanding lurus dengan tingkat pendidikan ibu, Oleh sebab itu Kelas Ibu Balita dirancang dengan
dan berbanding terbalik dengan status ekonomi metode belajar partisipatoris, para ibu tidak
keluarga.1 dipandang sebagai murid, melainkan sebagai
Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa warga belajar. Pelaksanaan praktiknya para ibu
Barat tahun 2012 menunjukkan peningkatan didorong untuk belajar dari pengalaman sesama,
kepemilikan buku KIA dari 69,3% balita pada sementara fasilitator berperan sebagai pengarah
tahun 2010 menjadi 79,8% balita pada tahun kepada pengetahuan yang benar. Pengisian

52 JSK, Volume 3 Nomor 2 Desember Tahun 2017


Dyeri Susanti : Penerapan Interprofessional Education (IPE) pada Kelas Ibu Balita oleh Mahasiswa Tenaga Kesehatan
untuk Meningkatkan Sikap Ibu terhadap Kesehatan Balita di Kota Cimahi

buku KIA seyogyanya memberikan pemahaman di Kelurahan Leuwigajah, dapat membaca dan
kepada ibu tentang status kesehatan diri dan menulis. Kriteria eksklusi: Ibu balita yang tidak
anaknya. Catatan yang lengkap akan mendukung hadir saat kelas Ibu Balita. Penentuan komposisi
peningkatan pengetahuan ibu tentang kesehatan responden pada setiap kelompok penelitian
diri dan kesehatan anak-anak.2,6 adalah menggunakan stratified random sampling.
Tuntutan pelayanan kesehatan yang Berdasarkan buku Pedoman Pelaksanaan Kelas
berkualitas semakin meningkat seiring Ibu Balita peserta kelompok belajar dibatasi
bertambahnya kesadaran masyarakat tentang paling banyak 15 orang. Pada penelitian ini setiap
kesehatan. Salah satu upaya untuk mewujudkan kelompok mahasiswa memberikan penyuluhan
kolaborasi antartenaga kesehatan adalah dengan pada kelas Ibu Balita dengan jumlah ibu 10
memperkenalkan sejak dini praktik kolaborasi orang, sehingga total sampel ibu yang memiliki
melalui proses pendidikan.7 Interprofessional balita berjumlah 120 orang. Jumlah sampel
Education (IPE) adalah sebuah inovasi yang mahasiswa sebanyak 48 orang yang dibagi ke
sedang dieksplorasi dalam dunia pendidikan dalam 12 kelompok, setiap kelompok terdiri dari
profesi kesehatan. IPE merupakan suatu proses 4 mahasiswa (Kebidanan, Keperawatan, Gizi,
kelompok mahasiswa atau profesi kesehatan dan Kesehatan Lingkungan).
yang memiliki perbedaan latar belakang profesi Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat
melakukan pembelajaran bersama dalam periode surat kelayakan etik penelitian dari Komite
tertentu, berinteraksi sebagai tujuan yang Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran
utama, serta untuk berkolaborasi dalam upaya UNPAD Bandung, pada bulan Desember
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan 2016-Januari 2017 selama 7 minggu bertempat
jenis pelayanan kesehatan yang lain. IPE terjadi di Posyandu pada Kelas Ibu Balita RW 04, 11,
ketika dua atau lebih profesi belajar dengan, dari 13, dan 15 Wilayah Kerja Puskesmas Leuwigajah
dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan Cimahi Selatan. Sebelum Kelas Ibu Balita
kerjasama dan hasil kesehatan. Program ini dimulai, mahasiswa yang sebelumnya telah
merupakan salah satu program yang diusulkan diberikan perkuliahan IPE dan Kelas Ibu Balita
oleh Ditjen Pendidikan Tinggi (DIKTI). Tujuan selama 5 minggu memberikan kuesioner (pretest)
utama program IPE adalah terjadinya kerjasama untuk mengukur sikap ibu tentang kesehatan
tim yang saling melengkapi antara satu balita. Setiap kelompok mahasiswa memberikan
profesi dengan profesi lain, diharapkan dapat penyuluhan selama 120 menit kepada 10 orang
menutup lubang permasalahan pasien sekaligus ibu yang memiliki balita dan didampingi oleh
mengefektifkan kolaborasi dan meningkatkan fasilitator. Materi yang disampikan sudah
pelayanan kesehatan.8 disesuaikan dengan kompetensi masing-masing
Kelas Ibu Balita dapat meningkatkan profesi kesehatan. Kegiatan ini berlangsung
pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu dalam selama 2 kali pertemuan dalam waktu 2 minggu.
merawat balita. Sikap Ibu terhadap kesehatan Setelah kegiatan pembelajaran pada Kelas Ibu
balita merupakan hal yang sangat penting Balita selesai, mahasiswa memberikan kuesioner
karena dapat memengaruhi ibu dalam menjaga kembali (posttest) untuk mengukur sikap ibu
perilaku kesehatan terhadap diri dan anak terhadap kesehatan balita. Berikut gambar alur
balita. Mahasiswa Kebidanan, Keperawatan, pelaksanaan penelitian:
Gizi, Sanitarian/Kesehatan Lingkungan dapat
berkontribusi dalam Kelas Ibu Balita sesuai Persiapan
kompetensi masing-masing. Kolaborasi dari
berbagai profesi kesehatan tersebut dapat
dilakukan dalam upaya peningkatan pelayanan Minggu 1 : Kuliah pengantar IPE
kesehatan balita melalui Kelas Ibu Balita dengan Minggu 2 : Kuliah tentang kompetensi Peran Profesi dalam IPE
pendekatan IPE. Minggu 3 : Kuliah tentang kompetensi komunikasi Interprofesi
Minggu 4 : Kuliah tentang kompetensi kerjasama tim Interprofesi
Minggu 5 : Kuliah Kelas Ibu Balita dan diskusi
Metode
Minggu 7 : Postest
Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan Minggu 6: Pretest
Praktik lapangan di komunitas
Praktik lapangan di komunitas pada Kelas
metode observasional menggunakan rancangan Ibu Balita (Pretest sikap ibu terhadap
pada Kelas Ibu Balita (Postest
one group pre-post test design, dengan analisis kesehatan balita dengan kuesioner)
sikap ibu terhadap kesehatan
paired t-test. Sampel penelitian adalah ibu yang balita dengan kuesioner)
memiliki balita umur 24-59 bulan, dengan kriteria
inklusi: Ibu balita yang menggunakan fasilitas Gambar 1 Alur Penelitian
Posyandu, mengikuti kelas Ibu Balita, tinggal

53 JSK, Volume 3 Nomor 2 Desember Tahun 2017


Dyeri Susanti : Penerapan Interprofessional Education (IPE) pada Kelas Ibu Balita oleh Mahasiswa Tenaga Kesehatan
untuk Meningkatkan Sikap Ibu terhadap Kesehatan Balita di Kota Cimahi

Hasil massa. Menurut Kelman, proses sosial yang


sangat berperan dalam perubahan sikap adalah
Tabel 1 Karakteristik Ibu Balita pengaruh sosial, yaitu kesediaan, identifikasi dan
Variabel Nilai internalisasi.9
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka
Umur seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh
Mean (SD) 28 dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang
paling dekat. Sikap positif terhadap nilai-nilai
Median 27 kesehatan tidak terwujud dalam suatu tindakan
Rentang 19-43 nyata disebabkan beberapa alasan yaitu sikap
Pekerjaan Ibu akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang
mengacu kepada pengalaman orang lain. Adanya
Buruh 43 (35,8) upaya kelas Ibu Balita akan meningkatkan sikap
Guru 4 (3,3) yang positif yang akan mengacu kepada tindakan
pemanfaatan buku KIA dan fasilitas kesehatan
Pedagang 3 (2,5) sehingga kunjungan Balita akan meningkat. Kelas
Pengasuh 2 (1,7) Ibu Balita selain adanya penjelasan mengenai
Penjahit 2 (1,7) perawatan dan pemeliharaan kesehatan anak
balita yang ada dibuku KIA juga adanya curah
Swasta 17 (14,2) pendapat, pengalaman mengenai perawatan
Tidak Bekerja 49 (40,8) kesehatan anak antar ibu balita.6,9
Paritas Sikap seseorang memiliki kedalaman yang
berbeda-beda, dipengaruhi oleh adanya tambahan
1 41 (34,2%) informasi dari lingkungan dan seringkali pula
2 52 (43,3%) seseorang bertindak bertentangan dengan
sikapnya.Seringnya ibu diingatkan untuk selalu
3 24 (20%) membaca dan menjalankan pesan-pesan yang ada
4 3 (2,5%) di Buku KIA akan membentuk sikap yang positif.
Sikap dirumuskan sebagai kecenderungan untuk
Berdasarkan tabel 1 di atas terlihat bahwa rata- merespon (positif dan negatif), namun kalau
rata usia Ibu Balita berusia 27 tahun, pekerjaan kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu,
Ibu Balita terbanyak adalah tidak bekerja akan terjadi kesediaan untuk bertindak. Sikap
(40,8%), dan paritas ibu paling banyak adalah seseorang baik maka akan mendorong seseorang
memiliki 2 anak (43,3%). untuk berperilaku baik pula.6,10
Dari tabel 2 terlihat bahwa terdapat Penelitian yang dilakukan oleh Kartikawati
peningkatan sikap ibu terhadap kesehatan balita (2014), tentang Pengaruh Kelas Ibu Balita
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan
Kelas Ibu Balita, dengan nilai rata-rata pretest Keterampilan Ibu Balita dalam Merawat Balita di
-0,02 menjadi 2,46 nilai rata-rata posttest Wilayah Kerja Puskesmas Sukarasa Kota Bandung
mengungkapkan bahwa, pelaksanaan Kelas
Ibu Balita terbukti berpengaruh meningkatkan
Pembahasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu balita
dalam merawat balita.6
Berdasarkan hasil uji Paired t test terdapat Pemberian penyuluhan di kelas Ibu Balita
peningkatan sikap ibu terhadap kesehatan balita dilakukan oleh mahasiswa dari 4 profesi
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan, yang berbeda yaitu mahasiswa kebidanan,
dengan nilai rata-rata pretest -0,02 menjadi keperawatan, gizi dan kesehatan lingkungan,
2,46 nilai rata-rata posttest. Dari hasil ini dapat kegiatan ini akan membentuk sebuah pengalaman
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan baru bagi mahasiswa dalam bekerjasama
sikap ibu terhadap kesehatan balita setelah interprofesi untuk meningkatkan sikap Ibu
diberikan penyuluhan oleh mahasiswa tenaga balita. Penyuluhan dilaksanakan dengan metode
kesehatan sebanyak dua kali pertemuan. Sikap diskusi dan bertukar pengalaman antar Ibu
adalah predisposisi untuk melakukan atautidak Balita dengan menggunakan media lembar balik.
melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga Konsep promosi kesehatan bahwa dalam proses
sikap bukan hanya kondisi internal psikologis pendidikan selain dipengaruhi oleh bahan belajar
yang murni, tetapi proses kesadaran yang dan fasilitas belajar, penggunaan metode dan alat
sifatnya individual, dipengaruhi oleh pengalaman bantu pendidikan kesehatan akan memengaruhi
pribadi, orang lain, kebudayaan dan media hasil yang dicapai. Penambahan metode dan

54 JSK, Volume 3 Nomor 2 Desember Tahun 2017


Dyeri Susanti : Penerapan Interprofessional Education (IPE) pada Kelas Ibu Balita oleh Mahasiswa Tenaga Kesehatan
untuk Meningkatkan Sikap Ibu terhadap Kesehatan Balita di Kota Cimahi

Tabel 2 Peningkatan Sikap Ibu Terhadap Kesehatan Balita Sebelum dan Sesudah Diberikan
Penyuluhan pada Kelas Ibu Balita
Pengamatan
Variabel Pre Post Delta tHitung Nilai p*
X (SD) -0,02 (0,44) 2,46 (0,96)
Sikap Ibu Balita
Median -0,03 2,48 1,72 -32,89 0,000
Rentang -1,21 – 0,99 0,77 – 5,05
*Uji Paired t test

penggunaan alat bantu media akan lebih fisik dan kematangan kepribadian yang erat
menarik perhatian dan memberikan pengertian hubungannya dengan pengambilan keputusan.
baru yang merupakan faktor pendorong untuk Semakin dewasa umur maka tingkat kemampuan
melakukan sesuatu.6,9 Sebagian besar responden dan kematangan dalam berpikir serta menerima
merasa senang dengan pelaksanaan penyuluhan informasi akanlebih baik. Pengaruh umur dalam
secara interprofesi dibandingkan dengan yang penerimaan informasi adalah semakin matang
uniprofesi. Kelebihan pendidikan interprofesi umur seseorang akan memengaruhi taraf berpikir
yang dirasakan ibu balita adalah kejelasan menjadi semakin matang dan dewasa. Semakin
informasi yang diberikan oleh mahasiswa ketika matang umur seseorang, semakin bijaksana
pelaksanaan penyuluhan, penguasaan materi yang dalam berpikir, semakin banyak pengalaman
diberikan sesuai dengan kompetensi profesinya, yang ditemui untuk mendapatkan pengetahuan.11
keramahan dan kesiapan dalam pelaksanaan kelas Bertambahnya pengetahuan maka akan
ibu balita. Hasil ini sama dengan penelitian yang memengaruhi perilaku seseorang menjadi lebih
dilakukan MacDonald (2010), bahwa dengan baik.
praktik kolaborasi kepuasan pasien meningkat, Umur sebagai salah satu faktor yang
pelayanan dan hasil kesehatan yang lebih baik.14-15 memengaruhi partisipasi sosial. Pada penelitian
Berdasarkan penelitian MacDonald (2010), ini, umur terbanyak yang mengalami perubahan
praktik di masyarakat merupakan salah satu sikap sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan
bentuk model pembelajaran dengan pendekatan terdapat pada rentang umur 21-26 tahun sebanyak
intradisiplin. Model pendekatan ini diharapkan 49 orang (40,8%). Berdasarkan teori, ibu dengan
para mahasiswa mempelajari dan memahami umur dewasa muda lebih mudah menerima
hubungan antara berbagai subdisiplin yang instruksi, sedangkan ibu dengan umur dewasa
berbeda, keterkaitannya dengan kenyataan tua lebih berpengalaman dalam pola pengasuhan
yang ada di dunia kerja. Model pendekatan balita.11 Pengalaman merupakan sumber
ini memadukan keterampilan, pengetahuan, informasi, manusia adalah makhluk sosial yang
sikap dan perilaku, sehingga dengan praktik saling berinteraksi satu sama lain. Hal ini dapat
di masyarakat diharapkan mahasiswa dapat dijelaskan bahwa, semakin cukup umur tingkat
menyelesaikan permasalahan yang muncul kematangan dan kekuatan seseorang, akan lebih
dengan berkolaborasi bersama sesuai dengan matang dalam berpikir dan bekerja.
kompetensi masing-masing profesi.14 Jumlah subjek ibu yang bekerja sebanyak 59,2
Memberikan informasi yang positif dan %, subjek ibu yang tidak bekerja sebanyak 40,8%.
benar kepada responden sangatlah penting. Pada penelitian ini persentase ibu yang bekerja
Cara pemberian informasi tersebut hendaklah lebih besar daripada ibu yang tidak bekerja.
dilakukan dengan penuh keakraban dan Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa,
kehangatan sehingga responden yang menerima peningkatan sikap ibu terhadap kesehatan balita
informasi akan merasa antusias dan penuh setelah diberikan penyuluhan oleh mahasiswa
perhatian. Menurut Azwar (2011), untuk menjadi tenaga kesehatan pada Kelas Ibu Balita terdapat
dasar pembentukan sikap, maka hendaknya pada status ibu yang bekerja. Status pekerjaan
melalui kesan yang kuat, artinya apa yang ibu dapat berpengaruh terhadap kesempatan
didapat akan membentuk dan memengaruhi dan waktu yang digunakan untuk meningkatkan
penghargaan manusia terhadap stimulus sosial. pengetahuan.12
Tanggapan inilah yang akan menjadi salah satu Pada penelitian ini pekerjaan ibu diantaranya
dasar pembentukan sikap.6,9-10 adalah pedagang, penjahit, dan buruh yang
Karakteristik subjek ibu yang memiliki balita pekerjaannya masih di lingkungan rumah.
meliputi umur, pekerjaan, dan paritas. Rata- Keadaan ini menjadikan ibu yang bekerja
rata karakteristik umur ibu berada pada usia 28 masih memiliki waktu untuk memperhatikan
tahun. Umur merupakan ciri dari kedewasaan kesehatan balitanya, karena pekerjaan tersebut

55 JSK, Volume 3 Nomor 2 Desember Tahun 2017


Dyeri Susanti : Penerapan Interprofessional Education (IPE) pada Kelas Ibu Balita oleh Mahasiswa Tenaga Kesehatan
untuk Meningkatkan Sikap Ibu terhadap Kesehatan Balita di Kota Cimahi

tidak meninggalkan rumah. Hasil penelitian berkolaborasi dengan profesi lain, menghormati
menunjukkan sikap yang baik terhadap kesehatan nilai-nilai dan kepakaran profesi lain, saling
balita terdapat pada ibu balita yang bekerja. Ibu belajar, serta berbagi dalam membuat keputusan
bekerja paruh waktu berbeda dengan ibu yang pelayanan, hal tersebut tidak didapatkan
bekerja sehari penuh. Ibu yang bekerja paruh mahasiswa dalam kegiatan tim satu profesi.16-17
waktu masih bisa meluangkan waktunya untuk Penelitian ini memiliki manfaat dari segi
mengasuh balitanya dengan baik. Kasih sayang kebijakan pendidikan dan kebijakan kesehatan
serta stimulasi perkembangan terhadap anak yang melaksanakan pendidikan interprofesi.
tetap dapat diberikan meskipun ibu bekerja. Diantaranya: siswa memiliki pengalaman dan
Ibu bekerja meski dengan keterbatasan waktu wawasan nyata dalam praktik kesehatan, anggota
yang dimilikinya mampu memanfaatkan dengan dari berbagai profesi dapat memberikan masukan
maksimal bersama anak-anaknya, hasilnya jauh ke dalam pengembangan program, siswa dapat
akan lebih optimal dibandingkan dengan ibu belajar tentang pekerjaan praktisi/profesi lain,
yang tidak bekerja namun kurang pandai dalam peningkatan keterampilan komunikasi siswa,
mengelola waktu. Setiap ibu baik yang bekerja peningkatan keterampilan kerjasama tim dan
atau tidak bekerja, kemampuan menghabiskan kolaborasi siswa, peningkatan attitude siswa
waktu yang berkualitas bersama anak-anaknya dalam menghargai interprofesi dan memengaruhi
menjadi salah satu kemampuan yang wajib tingah laku yang positif antar profesi yang
dimiliki dan terus dikembangkan.10, 12 terlibat di dalamnya. Keuntungan dalam
Karakteristik jumlah paritas terbanyak yaitu kebijakan kesehatan diantaranya; Peningkatan
2 anak (43,3%). Jumlah paritas menunjukkan praktik kerja dan produktivitas, peningkatan
bahwa sebagian besar responden mempunyai outcome pasien, peningkatan motivasi staf,
anak sesuai dengan program Keluarga peningkatan keselamatan pasien dan akses
Berencana (KB). Jumlah anak yang banyak akan yang lebih baik ke layanan kesehatan. Hal-hal
memengaruhi intensitas perhatian orangtua, yaitu tersebut sesuai dengan Framework for Action
perhatian terhadap anak-anak menjadi berkurang. on Interprofessional Education & Collaborative
Jumlah anak yang sedikit akan menyebabkan Practice yang dikeluarkan oleh WHO tahun
perhatian orangtua kepada anak semakin optimal. 2010 untuk merekomendasikan pelaksanaan IPE
Jumlah anak yang sedikit juga memengaruhi dan praktik kolaborasi pada sistem pendidikan
pengalaman ibu dalam memperhatikan kesehatan dan pelayanan kesehatan di seluruh dunia.13, 18-20
balita. Peran seorang ibu sangat penting, terutama Manfaat yang dapat dirasakan oleh ibu balita
sebagai agen kesehatan bagi anak dan keluarga yaitu mendapatkan pengalaman dan pengetahuan
dalam upaya memenuhi kebutuhan asah, asuh, baru melalui penyuluhan yang diberikan,materi
asih pada bayi dan balita. Porter dan Hsu (2003) sangat bervariasi dan disampaikan oleh beberapa
melaporkan bahwa ibu yang memiliki beberapa mahasiswa yang berbeda profesi dengan
anak lebih percaya diri dibandingkan dengan ibu berdiskusi masalah-masalah yang sering dialami
yang baru pertama kali mempunyai anak.10-11 oleh para ibu balita. Mahasiswa memfasilitasi
Belajar interprofessional berarti belajar para ibu untuk dapat bersikap terbuka dan
menjadi tim yang baik untuk menghindari mengungkapkan pendapat, pengalaman, dan
kesenjangan dan kesalahan melalui pemecahan perasaannya dihadapan para ibu balita yang lain.
masalah dan pengambilan keputusan bersama. Mahasiswa juga berusaha membuat suasana
Proses ini mencerminkan meningkatnya tingkat kelas menjadi menyenangkan dengan membuat
saling ketergantungan antara tim di microsystem permainan-permainan yang dapat memicu
seperti unit rumah sakit, atau di dalam organisasi keaktifan para ibu dalam mengikuti penyuluhan.
dan komunitas.15-16 Diharapkan setelah penelitian ini para ibu
Manfaat yang dapat diperoleh mahasiswa dapat tetap aktif mengikuti Kelas Ibu Balita,
ketika mengikuti penelitian ini adalah, tumbuhnya guna memantau kesehatan, pertumbuhan, dan
pemahaman nilai-nilai kepakaran dari profesi perkembangan balita.
pemberi pelayanan kesehatan yang beragam. Penelitian menggunakan rancangan one group
Pelayanan interdisipliner memungkinkan siswa pre-post test design sehingga tidak dapat mengatasi
untuk melakukan partnership antara berbagai counter factual dan selection bias karena tidak
profesi pelayan kesehatan dan klien, dengan ada kelompok kontrol sebagai pembanding.
menggunakan pendekatan partisipatoris, Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
kolaboratif, dan terkoordinasi untuk menyusun terdapat peningkatan sikap ibu tentang kesehatan
keputusan seputar masalah kesehatan. Sejalan balita setelah diberikan penyuluhan secara
dengan penelitian Orchard et al (2005), bahwa interprofesi oleh mahasiswa tenaga kesehatan.
pengalaman praktik interdisipliner memberikan Kolaborasi antartenaga kesehatan sangat
kesempatan kepada mahasiswa untuk diperlukan dalam pelaksanaan Kelas Ibu Balita

56 JSK, Volume 3 Nomor 2 Desember Tahun 2017


Dyeri Susanti : Penerapan Interprofessional Education (IPE) pada Kelas Ibu Balita oleh Mahasiswa Tenaga Kesehatan
untuk Meningkatkan Sikap Ibu terhadap Kesehatan Balita di Kota Cimahi

sehingga pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan Perkembangan Balita Usia 4-5
ibu terhadap kesehatan Balita akan meningkat. Tahun di TK Dharma Wanita Desa Grogol
Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.
Embrio Jurnal Kebidanan. 2013; (3): 46-51.
Daftar Pustaka 13. WHO. Framework for Action on
Interprofessional Education & Collaborative
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Practice. Health Professions Networks
Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Nursing & Midwifery Human Resources for
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Health. 2010.
Kemenkes RI: 2014. hal. 217-20. 14. MacDonald MB, Bally JM, Ferguson LM,
2. Sistiarani C, Gamelia E, Purnamasari DU. Murray BE, Kerry S.E.F, Anonson J.M.S.
Fungsi pemanfaatan Buku KIA terhadap Knowledge of the professional role of others:
pengetahuan kesehatan Ibu dan Anak. A key interprofessional competency. Nurse
Kesehatan Masyarakat Nasional. 2014; 8(8): Education in Practice. 2010;10:238–42.
353-4. 15. Tyastuti. D. An Educational Intervention of
3. Sustiarini C, Gamelia E, Hariyadi B. Analisis Interprofessional Learning in Community
penggunaan Buku Kesehatan Ibu Anak. Based Health Care in Indonesia: What did
Kesmas. 2014:10 (1).14-20. We Learn from the Pilot Study? Journal of
4. Pusat data dan informasi Kementerian Education and Practice 2013; 4(25).
Kesehatan RI. Data dan Informasi kesehatan 16. IPEC. Core Competencies for
Provinsi Jawa Barat. 2013. Interprofessional Collaborative Practice:
5. Dinas Kesehatan Kota Cimahi. Profil Report and Expert Panel: American
Kesehatan. Cimahi. 2013 Association of Colleges of Nursing, American
6. Kartikawati SL, Sutedja E, Dzulfikar. Association of Colleges of Osteopathic
Pengaruh kelas ibu Balita terhadap Medicine, American Association of Colleges
peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku of Pharmacy, American Dental Education
Ibu Balita dalam merawat balita di Wilayah Association, Association of American
kerja Puskesmas Sukarasa Kota Bandung. Medical Colleges, and Association of Schools
Bhakti Kencana Medika. 2014; 1(4): 27-8. of Public Health. May 2011.
7. Yuniawan AE. Analisis Persepsi Dan 17. Lestari E. Menumbuhkan Ketrampilan
Kesiapan Dosen FKIK UNSOED Terhadap Kepemimpinan dan Team Building serta
Interprofessional Education (IPE). Penghargaan terhadap Profesi Lain Melalui
Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman Interprofessional Education; Analisis
2013. Kemungkinan Penerapannya Pada Fakultas
8. Sedyowinarso M, dkk. Laporan Penelitian Kedokteran di Indonesia. Multiprofesional
“Persepsi Mahasiswa Dan Dosen Learning. 2011; Vol. 3. No. 1.
Pendidik Terhadap Model Pembelajaran 18. Saleh A, Nurachmah E, As’ad S, Hadju V. The
Interprofessional Education (IPE)”. 2011. Effect Of Health Education With Modelling
9. Sarbini SA. Hubungan Sikap dan Approach On Mother’s Knowledge, Practice
pengetahuan Terhadap Pemanfaatan Buku Ability And Maternal Confidence Of Infant
Kesehatan Ibu dan Anak, Studi Eksploratif Growth And Development. 2010.
Ibu Balita di Kelurahan Sukarasa Kota 19. Craig M. Klugman DB-M. Art Rounds:
Bandung; Universitas Padjadjaran;2012. Teaching Interprofessional Students Visual
10. Fitriyani A, Indrawati ND. Hubungan Tingkat Thinking Strategies at One School. Art and
Pengetahuan dan Sikap Ibu Mengikuti Medical Education. 2011;86(10).
Posyandu dengan Kenaikan Berat Badan 20. Mark L. Hertweck M, PA-C; Susan R.
Balita Usia 2-3 Tahun di Kelurahan Sawah Hawkins, MSEd, PA-C; Melissa L. Bednarek
Besar Kecamatan Gayamsari Semarang. P, PhD; Anthony J. Goreczny, PhD;, Jodi L.
Sains Medika. 2013; Vol. 5 (No.1): 23-9. Schreiber MS OLS, san E. Sterrett E, MSN,
11. Rarastiti CN. Hubungan Karakteristik Ibu, MBA. Attitudes Toward Interprofessional
Frekuensi Kehadiran Anak KE Posyandu, Education: Comparing Physician Assistant
Asupan energi dan Protein dengan and Other Health Care Professions
Status Anak Usia 1-2 Tahun Universitas Students. The Journal of Physician Assistant
Diponegoro; 2013. Education. 2012;23 (2).
12. Muntiani, Supartini. Hubungan Ibu Bekerja

57 JSK, Volume 3 Nomor 2 Desember Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai