SKRIPSI
OLEH :
MARIANI
NIM: 10C10104184
SKRIPSI
OLEH :
MARIANI
NIM: 10C10104184
PENDAHULUAN
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat
dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut
memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari
yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan mengalami
kekurangan gizi. Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang
mengenai kesehatan ibu dan kesehatan anak seperti pada bagian pertama terdapat
informasi mengenai ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas pada bagian dua terdapat
informasi seperti tanda-tanda bayi lahir sehat, apa saja yang dilakukan pada bayi
baru lahir, anjuran pemberian makan, bagaimana mengatasi penyakit yang sering
diderita anak dirumah, tanda-tanda anak sakit, kapan anak segera harus dibawa
pemantauan anak.
1
2
Kartu Menuju Sehat (KMS/Buku KIA) adalah kartu yang memuat kurva
umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat
diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih
Nomor:155/Menkes/Per/2010).
Pemantauan tumbuh kembang anak perlu dilakukan secara rutin antara lain
dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (Buku KIA), dengan kartu ini setiap
ada penyimpangan tumbuh kembang anak dapat segera diketahui sedini mungkin.
Pemanfaatan Buku KIA sebagai alat untuk memantau kesehatan dan gizi balita
besar apabila dilakukan pada semua balita yang ada pada suatu daerah, namun
untuk dapat melaksanakan hal ini bukanlah merupakan suatu yang mudah karena
banyak faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Buku KIA balita itu sendiri
(Soejiningsih, 2002).
Akan tetapi pada tahun 2000 Buku KIA di ubah dan bertambah luas
gunanya bukan saja memantau balita akan tetapi juga memantau kesehatan ibunya
baik ibu hamil atau mengenai pemasangan alat kontarsepsi yang berubah namanya
menjadi Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Buku KIA) yang didalamnya terdapat
apakah tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak, baik di lihat dari segi
medis maupun statistik. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh kembang
yang optimal, untuk mengetahui tumbuh kembang anak lebih mudah dan
3
Puskesmas dan Posyandu yang dapat dilihat pada Buku KIA Balita
(Soejiningsih,2002).
Posyandu yang jumlahnya mencapai lebih dari 260 ribu yang tersebar di seluruh
minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir, 60.9% diantaranya ditimbang lebih dari 4
Nomor:155/Menkes/Per/2010).
tahun 2009 di Provinsi NAD Terdapat bayi yang memiliki Buku KIA sebesar
59.294 bayi dan balita yang mempunyai buku KIA sebanyak 214.524 balita. Bayi
yang ditimbang sebanyak 72.251 bayi, dan balita yang ditimbang sebanyak
322.522 balita. Untuk tahun 2010 dan 2011 tidak ditemukan data yang berkaitan
Data bayi dan balita yang mempunyai buku KIA dalam wilayah Dinas
Kesehatan kabupaten Nagan Raya pada tahun 2010 sebesar 81,52% terjadi
peningkatan pada tahun 2011 menjadi 91,40%. Pemanfaatan buku KIA pada
wilayah kerja Puskesmas Jeuram tahun 2010 sebesar 73,30% meningkat pada
Di Puskesmas Jeuram semua ibu balita dibagikan Buku KIA akan tetapi
berdasarkan wawancara dengan 7 orang ibu balita di Desa latong kurang mengerti
kegunaan dari buku KIA, mereka hanya menyimpan dirumah dan sebulan sekali
4
juga di desa Latong, banyak ibu yang belum tau kegunaannya, bahkan ada yang
yang dapat mempengaruhi pemanfaatan buku KIA oleh ibu, yang meliputi faktor-
faktor Internal yaitu pengetahuan, pendidikan dan sikap ibu dan faktor Eksternal
yang meliputi peranan petugas kesehatan, kader pos yandu dan dukungan keluarga
KIA namun masyarakat belum mengerti kegunaan dari buku KIA, mereka hanya
menyimpan dirumah dan sebulan sekali dilihat ketika hendak membawa balitanya
ke Posyandu atau Puskesmas, begitu juga di desa Latong, banyak ibu yang belum
mengetahui kegunaan buku KIA tersebut, bahkan ada yang ditinggal di rumah
pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Buku KIA) oleh ibu balita di desa
dengan pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Buku KIA) oleh
Anak (Buku KIA) oleh ibu balita untuk balita di desa Latong
TINJAUAN PUSTAKA
Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Buku KIA) adalah buku yang memuat
informasi mengenai kedaaan ibu hamil hingga memiliki anak usia 5 tahun. Buku
Kesehatan Ibu Dan Anak (Buku KIA) di kembangkan Depkes RI bekerja sama
Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Buku KIA) ini diharapkan menjadi salah
kontribusi terhadap pesan dan informasi yang berkaitan dengan kesehatan pada
umumnya dan khususnya bagi ibu balita itu sendiri untuk memantau pertumbuhan
dan perkembangan balita di dalam Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Buku KIA)
Kartu Menuju Sehat atau KMS adalah suatu alat bantu tempat mencatat
berat badan anak berumur 0-5 tahun (balita) setiap kali di timbang setiap bulan
secara teratur. Berat badan ini dibubuhkan pada KMS alur bentuk sebuah titik ( . )
titik ini disebut titik berat badan. Anak balita perlu ditimbang berat badannya
setiap bulan agar pertumbuhannya dapat diikuti secara seksama melalui grafik
Pasal 2 dinyatakan bahwa Setiap balita harus mempunyai KMS sesuai jenis
6
7
balita setiap bulan dan sebagai media penyuluhan gizi dan kesehatan, Penggunaan
KMS sebagaimana dimaksud pada ayat, sesuai dengan Pedoman yang tercantum
Pada KMS, selain grafik pertumbuhan (BB) dari 0-5 tahun, juga di lengkapi
Kartu Menuju Sehat (KMS/Buku KIA) adalah kartu yang memuat kurva
umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat
diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih
Nomor:155/Menkes/Per/2010).
pada KMS, artinya anak tumbuh normal, kecil risiko anak untuk mengalami
gangguan pertumbuhan.
kapsul vitamin A, pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi.
menderita diare.
indikasi gangguan pertumbuan (berat badan tidak naik) atau kelebihan gizi,
berobat. Orang tua balita juga dapat mengetahui apakah anaknya telah
b. Bagi kader
KMS digunakan untuk mencatat berat badan anak dan pemberian kapsul
vitamin A serta menilai hasil penimbangan. Bila berat badan tidak naik 1
makanan anak. Bila tidak naik 2 kali atau berat badan berada di bawah garis
memberikan pujian kepada ibu bila berat badan anaknya naik serta
berikutnya.
kesehatan yang telah diterima anak, seperti imunisasi dan kapsul vitamin A.
pertumbuhan. KMS juga dapat digunakan sebagai alat edukasi kepada para
Nomor:155/Menkes/Per/2010).
meningkatkan kualitas dan kesehatan anak yang dilahirkan. KMS sebagai salah
10
satu focus akselarasi penurunan angka kematian anak secara deteksi, disamping
pada KMS setiap bulannya sesuai umur anak (Suryanah, 1996 dikutip dalam Dian
Aryanti, 2008).
KMS Balita merupakan alat yang cukup teliti dan mudah dilakukan oleh
KMS balita juga sebagai alat yang penting untuk memantau tumbuh kembang
anak. Aktivitas tidak hanya menimbang dan mencatat saja. Tetapi harus
anak.
penimbangan dicatat di KMS, dan dihubungkan antara titik berat badan pada
KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini.
anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita
konseling atau dialog dengan ibu balita tentang pertumbuhan anaknya serta
mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan hasil penimbangan bulan ini,
Beberapa kemungkinan dari hasil pencatatan berat badan balita pada KMS
adalah: Grafik pertumbuhan anak naik berkaitan dengan nafsu makan anak yang
seimbang. Grafik pertumbuhan tidak naik bisa dikaitkan dengan nafsu makan
anak menurun karena sakit, atau karena ibunya sakit (pola asuh tidak baik), atau
sebab lain yang perlu digali dari ibu ( Depkes RI, 1999).
12
makan lebih banyak lagi karena anak akan terus tumbuh dan diupayakan berat
Jika garis pertumbuhan tidak naik :Timbangan tidak naik 1 kali (1T),
naik 2 kali (2T), tanyakan riwayat makanan dan penyakit kemudian berikan
Jika garis pertumbuhan di bawah garis merah (BGM), anak harus segera
(+), lakukan 10 langkah Tata laksana Gizi Buruk dan obati jika ada penyakit
perempuan. KMS untuk anak laki-laki berwarna dasar biru dan terdapat tulisan
Untuk Laki- Laki. KMS anak perempuan berwarna dasar merah muda dan
terdapat tulisan Untuk Perempuan. KMS terdiri dari 1 lembar (2 halaman) dengan
Bagian 1
Bagian 2
14
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
No.155/Menkes/Per/I/2010):
KMS anak laki-laki untuk anak laki –laki dan KMS anak perempuan untuk
anak perempuan.
b. Mengisi identitas anak dan orang tua pada halaman muka KMS
15
Contoh:
Penimbangan dilaksanakan pada
akhir bulan Agustus 2008. Bila
Ibu/pengasuh mengatakan anak baru
saja berulang tahun yang pertama
bulan lalu, berarti umur anak saat ini
13 bulan. Tulis Agustus dibawah
umur 13 bulan
16
Contoh:
Aida dalam
penimbangan bulan
Juni 2008 umurnya 4
bulan
dan berat badannya 6
kg.
Contoh :
Pada penimbangan di bulan Maret
anak tidak mau makan
Saat ke Posyandu di bulan agustus,
anak sedang mengalami diare
Penimbangan selanjutnya di bulan
September anak sedang demam
sebagai berikut:
18
Beri tanda (√) bila pada bulan tersebut bayi masih diberi ASI saja, tanpa
makanan dan minuman lain. Bila diberi makanan lain selain ASI, bulan
tersebut dan bulan berikutnya diisi dengan tanda (-).
badan anak balita. Dan penggunaan kartu menuju sehat (KMS) untuk memantau
keadaan kesehatan dan gizi melalui pertumbuhan atas dasar kenaikan berat badan.
anak yang mudah dilakukan oleh para ibu. Dengan membaca garis perkembangan
berat badan anak dari bulan ke bulan pada KMS seorang ibu dapat menilai dan
kesehatan anaknya.
karena itu, semua yang berhubungan dengan kesehatan anak dari sejak lahir
sampai berusia 5 tahun perlu dicatat dalam KMS. Selain itu KMS berisi pesan-
kapsul vitamin A dan imunisasi semua ibu perlu memiliki KMS anaknya dan
1996).
defesiensi vitamin A. Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak atau
minyak yang mempunyai beberapa fungsi dalam tubuh manusia, karena vitamin A
merupakan komponen dari retina (selaput jala) maka fungsinya adalah untuk
penglihatan, disamping itu juga vitamin A yang berasal dari buah-buahan yang
berwarana kuning, orange dan sayuran berwarna hijau tua dapat membantu untuk
melindungi anak dari radang paru (Srikarjati,1995 dikutip dalam Dian Aryanti
(2008).
Beberapa pendapat didaerah lain bahwa jenis makanan yang kaya vitamin A
seperti telur, sayuran, dan beberapa jenis buah-buahan tidak boleh diberikan
kepada bayi dan balita. Anak yang tidah mau menerima suatu makanan biasanya
tidak akan diusahakan oleh orang tuanya untuk menelannya, ini merupakan sikap
yang kurang tepat karena ada kemungkinan menurunnya konsumsi vitamin A dari
2.2.7 Imunisasi
tujuh jenis penyakit utama, yaitu: penyakit TBC, Dipteria, tetanus, batuk rejan,
jadwal yang telah ditentukan sebaiknya dibawa ke dokter atau tempat pelayanan
kesehatan untuk pemberian imunisasi dalam hal ini tidak ada kata terlambat lagi
anak belum pernah terkena penyakit, jadi kapan saja anak dapat diimunisasi,
usia 0 – 11 bulan dan campak di berikan sekali pada usia antara 9 -11 bulan dan
beberapa faktor yaitu faktor internal yang terdiri dari pengetahuan dan sikap.
Perilaku yang dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk memberikan respon terhadap
situasi diluar subjek tersebut. Hal tersebut sesuai juga dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Solita Sarwono dikutip dalam Dian Aryanti (2008) bahwa
perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta
respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun
2.3.1. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2002) pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yaitu suatu bentuk tahu dari
suatu bentuk tahu dari manusia yang diperolehnya dari pengalaman, perasaan akal
objek tertentu.
akan semakin baik seseorang dalam melakukan suatu tindakan termasuk dalam
penimbangan dicatat di KMS, dan dihubungkan antara titik berat badan pada
KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini.
anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita
atau dialog dengan ibu balita tentang pertumbuhan anaknya serta membantu ibu
2.3.2 Pendidikan
baik dan mengangkat derajat manusia. Pendidikan harus dipandang sebagai proses
penyesuaian diri manusia sebagai timbal balik dengan alam sekitarnya dengan
tinggi akan mendapat kesempatan hidup serta tumbuh lebih baik. Keterbukaan
mereka untuk menerima perubahan atau hal baru guna pemeliharaan anak
kehidupan ekonomi yang sama, tingkat pendidikan ibu berkaitan dengan angka
(Grant, 1984 dikutip dalam Dian Aryanti (2008) menunjukkan bahwa pengaruh
pendidikan ibu terhadap kesempatan hidup anak ternyata lebih kuat dibandingkan
2.3.3. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi
indikasi dari sikap. Menghargai (valuing), yaitu mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Dan
Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung, secara langsung
dalam solita dan Notoatmodjo (2002) mengatakan ada dua faktor yaitu faktor
yang ada dalam diri seseorang (faktor internal) yaitu faktor perilaku dan faktor
yang ada diluar dari seseorang atau faktor eksternal yaitu faktor non perilaku.
dirasakannya (Notoatmodjo,2002).
lapangan untuk akhirnya diterima secara luas. Selain itu harus diingat bahwa
pemantauan anak akan sangat tergantung pada petugas pelaksanaan dan norma
Yang dimaksud dengan peran petugas kesehatan adalah tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam
wewenang maka mempunyai pula kewajiban dan tanggung jawab (Depkes, 2002).
Peran petugas kesehatan terdiri dari beberapa peran utama sebagai berikut :
pelayanan yang baik yaitu pemeriksaan rutin dan perawatan anak sendiri melalui
anak kepada petugas kesehatan sedini mungkin akan mempunyai manfaat yang
sangat besar, misalnya ibu mungkin sudah lama tidak memeriksakan kesehatan
anak. Selain itu pertambahan berat badan, tinggi badan anak dapat diketahui
secara pasti. Hal ini dapat dilakukan dengan deteksi dini, pemeriksaan dan
Tugas kader adalah membimbing para ibu agar memahami apa yang perlu
mereka lakukan. Namun, tidak semua ibu menimbang anak balitanya tiap bulan ke
Posyandu. Bahkan beberapa ibu sama sekali tidak pernah datang ke Posyandu,
karena itu kunjungan rumah perlu dilakukan para kader agar para ibu mau
menjaga agar anak tetap sehat dan kuat serta mencegah penyakit (Depkes RI,
2006).
KMS balita oleh kader dapat menghasilkan hal-hal positif antara lain peningkatan
mendapat upah dalam bentuk lain, seperti tanda penghargaan, sertifikat, tanda jasa
sosial yang dilakukan secara terbatas pada suatu kelompok referensi saja tanpa
yang tidak benar dan untuk berpartisipasi aktif atau melibat diri dalam sesuatu
penyerapan perilaku kesehatan dapat berasal dari orang tua, suami atau orang lain
dukungan atau tidak. Sumber penguat, tentu saja bergantung pada tujuan dan jenis
Depkes (2002), perilaku seorang ibu di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor internal seperti pengetahuan, sikap dan faktor eksternal seperti peranan
petugas kesehatan dan dukungan keluarga. Dalam pemanfaatan Buku KIA untuk
Depkes (2002), perilaku seorang ibu di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
29
faktor internal seperti pengetahuan, sikap dan faktor eksternal seperti peranan
petugas kesehatan dan dukungan keluarga. Dalam pemanfaatan Buku KIA untuk
Faktor internal
1. Pengetahuan
2. Sikap
Pemanfaatan Buku KIA
untuk balita
Faktor eksternal
1. Peran petugas
kesehatan
2. Dukungan keluarga
2.7 Hipotesis
untuk balita.
untuk balita.
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain Cross Sectional dimana untuk
dukungan keluarga dalam pemanfaatan Buku KIA untuk balita oleh ibu balita di
3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu Balita yang mempunyai
Buku KIA untuk balita sebanyak 34 ibu di Desa Latong Kecamatan Seunagan
3.4.2 Sampel
Sampel penelitian ini total populasi adalah ibu balita dengan kriteria balita
31
32
No Variabel Keterangan
Variabel Indefenden
1. Pengetahuan Ibu Definisi Pemahaman res- ponden
terhadap manfaat Buku KIA
untuk balita sebagai
pemantauan perkembangan anak
balita
tengah atau cut of point yaitu 50% (Sugiyono, 2002), dengan syarat sebagai
berikut :
34
bebas. Untuk analisis ini, semua variabel dibuat dalam bentuk proposi skala
ordinal.
variabel bebas dan variabel terikat dengan uji Chi-Square. Dengan menggunakan
rumus :
(O E ) 2
χ2 = E
Dan bila dalam sel-sel terdapat nilai frekuensi harapan kurang 5 pada
O - E 0,52
χ 2
= E
Keterangan:
O = Frekuensi Observasi
E = Frekuensi Harapan
Hasil uji statistik dikatakan berbeda secara bermakna atau signifikan (Ho, ditolak)
apabila χ 2 hitung ≥ Nilai χ 2 tabel dan sebaliknya di katakan tidak bermakna (Ho;
2 2
gagal ditolak) apabila χ hitung < dari χ tabel. Analisa bivariat dilakukan
HASIL PENELITIAN
4.1.Gambaran Umum
4.1.1. Geografis
Seunagan Kabupaten Nagan Raya, yang mempunyai luas wilayah 120 Ha,
4.1.2. Demografi
Desa Latong terdiri dari tiga dusun yaitu dusun Simpati, Sejahtera,
Suwada, dengan jumlah penduduk keseluruhan 962 jiwa dengan perincian 447
laki-laki dan 515 perempuan, dan jumlah kepala keluarga sebanyak 333,
perincian jumlah penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 4.1.
36
37
1 0–5 19 28 47 4.9
2 6 – 10 29 30 59 6.1
3 11 – 15 19 24 43 4.5
4 16 – 20 33 40 73 7.6
5 21 – 25 25 33 58 6.0
6 26 – 30 38 35 73 7.6
7 31 – 35 42 46 88 9.1
8 36 – 40 59 55 114 11.9
9 41 – 45 40 59 99 10.3
10 46 – 50 42 57 99 10.3
11 51 – 55 51 55 106 11.0
12 > 56 50 53 103 10.7
Total 235 222 962 100.0
Sumber : Kantor Kepala Desa Latong Tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.1 diatas golongan umur balita yaitu 47 jiwa atau 4,9 %
jumlah golongan umur yang terbanyak yaitu 36 -40 tahun sebanyak 11,9 % dan
golongan umur yang terkecil sebanyak 4,5 % persentase adalah umur 11-15 tahun.
4.1.3.Pekerjaan
4.1.4 Pendidikan
sekolah sampai yang selesai pendidikan starta satu atau strata dua (magister)
No Pendidikan Jumlah %
dan S1 (3%).
di Desa latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya dengan alat ukur
39
sebagai berikut.
Tabel 4.4. Distribusi Pemanfataan Buku Kia (Buku Kesehatan Ibu Dan
Anak ) Oleh Ibu Balita Di Desa Latong Kecamatan Seunagan
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Pemanfaatan Buku KIA Jumlah %
1 Teratur 19 55,9
2 Tidak teratur 15 44,1
Jumlah 34 100
Sumber : Data Primer tahun 2013
4.3.2. Pengetahuan
4.3.3. Sikap
Dari tabel diatas dapat dilihat sikap responden yang positif sebanyak 03
orang (58,8 %) dan yang bersikap negatif terhadap pemanfaatan buku KIA 14
(41,2%).
1 Berperan 18 52,9
2 Kurang berperan 16 47,1
Jumlah 34 100
Sumber : Data Primer tahun 2013
adalah 26 orang (52,9 %), dan yang menjawab tidak mendukung adalah 8 orang (
47,1 %).
KIA diperoleh bahwa ada sebanyak 11 (68,8%) ibu yang berpengetahuan baik
berpengetahuan kurang, ada 8 (44,4%) teratur memanfaatkan buku KIA. Hasil uji
statistik diperoleh nilai ρ = 0,281 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan
proporsi keteraturan pemanfaatan buku KIA antara ibu yang berpengetahuan baik
dengan ibu yang yang berpengetahuan kurang (tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan pemanfaatan buku KIA). Dari hasil analisis diperoleh pula
nilai Odds Ratio (OR) = 2,750, artinya ibu yang berpengetahuan kurang
mempunyai peluang 2,750 kali untuk memanfaatkan buku KIA secara teratur
Tabel 4.10. Hubungan Sikap Dengan Pemanfaatan Buku KIA oleh Ibu
Balita di Desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten
Nagan Raya Tahun 2013
Pemanfataan Buku KIA
Total ρ
No Sikap Teratur Tidak teratur
value
n % n % F %
1 Positif 16 80,0 4 20,0 20 100
2 Negatif 3 21,4 11 78,6 14 100 0,001
Jumlah 19 55,9 15 44,1 34 100
Sumber : Data Primer ( diolah, 2013)
diperoleh bahwa ada sebanyak 16 (80%) ibu yang bersikap positif secara teratur
memanfaatkan buku KIA. Sedangkan diantara ibu yang bersikap negatif, ada 3
(21,4%) teratur memanfaatkan buku KIA. Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ =
buku KIA antara ibu yang bersikap positif dengan ibu yang bersikap negatif (ada
hubungan antara sikap dengan pemanfaatan buku KIA). Dari hasil analisis
diperoleh pula nilai OR= 14,667, artinya ibu yang bersikap negatif mempunyai
peluang 14,667 kali untuk memanfaatkan buku KIA secara teratur dibandingkan
buku KIA diperoleh bahwa ada sebanyak 13 (72,2%) ibu yang secara teratur
memanfaatkan buku KIA apabila ada peranan petugas. Sedangkan diantara ibu
yang teratur memanfaatkan buku KIA pada saat peranan petugas kurang, ada 5
(37,5%). Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0,091 maka dapat disimpulkan tidak
ada perbedaan proporsi keteraturan pemanfaatan buku KIA antara petugas yang
berperan dengan petugas yang kurang berperan ( tidak ada hubungan antara
peranan petugas dengan pemanfaatan buku KIA). Dari hasil analisis diperoleh
pula nilai OR= 4,333 artinya apabila peranan petugas kurang namun masih ada
ibu yang mempunyai peluang 4,333 kali untuk memanfaatkan buku KIA secara
buku KIA diperoleh bahwa ada sebanyak 15 (83,3%) ibu yang yang memperoleh
memanfaatkan buku KIA. Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0,001 maka dapat
ibu yang memeperoleh dukungan keluarga dengan ibu yang tidak memeperoleh
dukungan keluarga (ada hubungan antara sikap dengan pemanfaatan buku KIA).
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR= 15,000, artinya ibu yang tidak
memanfaatkan buku KIA secara teratur dibandingkan ibu yang yang memeperoleh
dukungan kelauarga.
4.5. Pembahasan
oleh ibu balita dari 16 yang berpengetahuan baik yang teratur memanfaatkan
penelitian ini terlihat bahwa semakin baik pengetahuan seseorang maka akan
semakin baik seseorang dalam melakukan suatu tindakan termasuk dalam hal
keteraturan pemanfatan Buku KIA. Dari hasil penelitian diperoleh juga responden
45
lingkungannya. Selain itu pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
pengetahuan tentang gizi, peranan pendidikan, kesadaran gizi dan pola makan
oleh ibu balita dari 20 yang bersikap positif yang teratur memanfaatkan buku KIA
Berdasarkan uji statistik terlihat ada hubungan antara sikap dengan pemanfaatan
Buku KIA
pemantuan tumbuh kembang balita dan setiap balita harus mempunyai buku KIA,
akan tetapi mereka cenderung tidak memanfaatkan dikarenakan buku KIA balita
Posyandu. Buku KIA balita merupakan sebagai alat yang penting untuk
oleh ibu balita dari 18 yang petugasnya berperan terhadap keteraturan ibu-ibu
KIA dibanding dengan yang petugasnya kurang berperan dari 16 responden, yang
statistik terlihat tidak ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan
pelayanan yang baik yaitu pemeriksaan rutin dan perawatan anak sendiri melalui
anak kepada petugas kesehatan sedini mungkin akan mempunyai manfaat yang
sangat besar, misalnya ibu mungkin sudah lama tidak memeriksakan kesehatan
anak. Selain itu pertambahan berat badan, tinggi badan anak dapat diketahui
secara pasti. Hal ini dapat dilakukan dengan deteksi dini, pemeriksaan dan
Masih adanya ibu-ibu yang tidak memanfatkan buku KIA walaupun petugas
telah berperan aktif dalam mensosialisasikan buku KIA, hal ini dimungkinkan
Tugas kader adalah membimbing para ibu agar memahami apa yang perlu
mereka lakukan. Namun, tidak semua ibu menimbang anak balitanya tiap bulan ke
Posyandu. Bahkan beberapa ibu sama sekali tidak pernah datang ke Posyandu,
karena itu kunjungan rumah perlu dilakukan para kader agar para ibu mau
menjaga agar anak tetap sehat dan kuat serta mencegah penyakit (Depkes RI,
1999).
buku KIA balita oleh kader dapat menghasilkan hal-hal positif antara lain
kader desa tidak menerima pembayaran tunai untuk pelayanan mereka, tetapi
mereka mendapat upah dalam bentuk lain, seperti tanda penghargaan, sertifikat,
tanda jasa dan peralatan rumah tangga kecil-kecilan (Depkes RI, 1999).
Dari hasil penelitian proporsi yang memanfaatkan Buku KIA oleh ibu
Buku KIA
keluarga ada mendukung menurut responden hal ini mungkin dapat disebabkan
sosial yang dilakukan secara terbatas pada suatu kelompok referensi saja tanpa
yang tidak benar dan untuk berpartisipasi aktif atau melibat diri dalam sesuatu
penyerapan perilaku kesehatan dapat berasal dari orang tua, suami atau orang lain
dukungan atau tidak. Sumber penguat, tentu saja bergantung pada tujuan dan jenis
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Proporsi yang memanfaatkan Buku KIA berpengetahuan baik yang teratur
pemanfaatan Buku KIA. dimana P value < α yaitu 0,281 < 0,05.
5.1.2 Proporsi yang memanfaatkan Buku KIA oleh ibu balita dari bersikap
dengan pemanfaatan buku KIA dimana P value < α yaitu 0,001 < 0,05.
5.1.3 Proporsi yang memanfaatkan Buku KIA petugasnya berperan yang teratur
dengan pemanfaatan Buku KIA. dimana P value < α yaitu 0,091 < 0,05.
5.1.4 Proporsi yang memanfaatkan Buku KIA keluarga mendukung yang teratur
5.2 Saran
5.2.1 Dilihat dari banyaknya jumlah ibu yang memanfatkan buku KIA balita
49
50
masukan kepada ibu balita untuk terus dapat memanfaatkan buku KIA dan
ibu-ibu tidak mengerti arti dari buku KIA tersebut maka perlu masukan
5.2.3 Agar buku KIA balita lebih dapat dimanfaatkan lagi sebaiknya buku KIA
Dinkes Nagan Raya, 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Nagan Raya, Suka
Makmue.
_______, 1999. Buku Kader, Usaha Perbaikan Gizi Keluarga II Depkes RI,
[Edisi XVI diperbanyak oleh UNICEF tahun 2006], Jakarta.
Kardjati, Sri, et al,1995. Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita,Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.