Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kader Posyandu

a. Pengertian Kader Posyandu

Kader adalah siapa saja dari anggota masyarakat yang mau

bekerjasama secara sukarela, ikhlas dan sanggup menggerakkan

masyarakat dalam melaksanakan kegiatan posyandu. Selain itu kader

juga merupakan penggerak dalam masyarakat khususnya dalam

membantu dan mendukung keberhasilan program pemerintah di

bidang kesehatan yang tidak mengharapkan imbalan berupa gaji dari

pemerintah melainkan bekerja secara sukarela (Depkes RI, 2009).

Kader adalah anggota masyarakat yang mau bersedia, mampu

dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu

secara sukarela. (Kemenkes RI, 2012).

Dalam kegiatan posyandu, adanya kader adalah merupakan

wujud peran serta masyarakat. Sebagian kader ikut dalam pelaksanaan

posyandu, tetapi tidak bersedia ikut dalam kegiatan lainnya, seperti

kunjungan rumah, pertemuan kader atau rapat-rapat dengan pimpinan

kader untuk membahas pelaksanaan kegiatan posyandu. Kader seperti

ini dikatakan sudah salah satu pendukung antara keterbatasan

9
10

jangkauan pelayanan kesehatan di satu pihak dengan kebutuhan

masyarakat untuk meningkatkan upaya hidup sehat di pihak lain.

Kader dalam pelaksanaan program, diharapkan mampu

berperan dalam hal :

1) Umum

Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan bersama masyarakat

dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat.

2) Khusus

Tahap persiapan yaitu memotivasi masyarakat untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan dan mensukeskannya.

Bersama dengan masyrakat merecanakan kegiatan pelayanan

kesehatan di tingkat desa.

Tahap pelaksanaan yaitu melaksanakan penyuluhan kesehatan

secara terpadu dan mengelola kegiatan antara lain : penimbangan

bulanan, distribusi oralit, vitamin A dan tablet Fe, distribusi alat

kontrasepsi, PMT, pelayanan kesehatan sederhana, pencatatan dan

rujukan serta kegiatan lain sesuai dengan hasil musyawarah

masyarakat desa.

Tahap pembinaan yaitu menyelenggarakan pertemuan bulanan

dengan dasa wisma untuk membahas perkembangan program dan

masalah yang dihadapi keluarga, melakukan kunjungan rumah

pada keluarga binaannya, membina kemampuan diri melalui

pertukaran pengalaman antar kader (Depkes RI, 2009).


11

b. Syarat Kader Posyandu

Dalam memilih kader posyandu kriteria yang perlu diperhatikan

adalah sebagai berikut : dewasa, umur > 17 tahun, minimal pendidikan

SD, tahu, mampu dan mau, aktif, kreatif, inovatif dan komunikatif,

bekerja secara sukarela dan mengabdi tanpa pamrih, berdomisili di

sekitar posyandu.

Kader sebaiknya memenuhi syarat diatas karena akan berpengaruh

terhadap keterampilan kader. Hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Albiner Siagian (2014) yang berjudul Gambaran

pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dalam pemantauan

pertumbuhan bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang,

kota Medan Sumatra Utara. Hasil Penimbangan pada Kartu Menuju

Sehat (KMS) menunjukkan bahwa faktor usia kader, lama menjadi

kader, pengetahuan kader dan sikap kader berpengaruh terhadap

keterampilan kader dalam menginterpretasikan hasil penimbangan

pada KMS.

c. Fungsi Kader Posyandu

Fungsi kader posyandu antara lain pengumpulan dan pengolahan

data, menyiapkan dan menyampaikan usulan rencana kegiatan,

mengadakan pendekatan kepada masyarakat kelompok sasaran,

menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat, membimbing

dan membina kelompok sasaran (Depkes RI, 2009).


12

Dari persyaratan-persyaratan diatas dapat disimpulkan bahwa

kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain, sanggup bekerja secara

sukarela, mendapat kepercayaan terhadap masyarakat serta mempunyai

kredibilitas yang baik dimana perilakunya menjadi panutan

masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, mempunyai

penghasilan yang tetap, pandai baca tulis, sanggup membina

masyarakat sekitarnya. Kader kesehatan mempunyai peran yang besar

dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya

untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader

ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui

kegiatan yang dilakukan baik di posyandu.

d. Tugas Kader Posyandu

Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada

umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya

membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya

pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun

jenis pelayanan.

Kader posyandu mempunyai tugas membantu di bidang kesehatan

yang meliputi: Usaha pencegahan penyakit meliputi penyuluhan atau

bimbingan kesehatan masyarakat, pemeliharaan anak-anak berusia

kurang dari lima tahun, pengawasan kesehatan ibu-ibu hamil dan

perbaikan keadaan lingkungan. Usaha-usaha pengobatan menemukan

dan mengobati penyakit pada taraf permulaan dan menemukan dan


13

mengirimkan ke klinik penderita yang penyakitnya harus diatasi oleh

klinik sebelum terlambat. Di bidang-bidang lain yang mempengaruhi

kesehatan meliputi merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan

dan melaksanakan survey mawas diri, membahas hasil survey,

menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa,

menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan bersama

masyarakat, membahas jadwal pembagian tugas menurut jadwal kerja.

Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi kunjungan, alat

peraga dan percontohan. Menggerakkan masyarakat: mendorong

masyarakat untuk gotong royong, memberikan informasi dan

mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan

lain-lain.

2. Pelatihan kader

a. Pengertian

Pelatihan adalah suatu proses jangka pendek dengan menggunakan

prosedur, yang sistematis dan teroganisisr sehingga seseorang

memiliki pengetahuan dan mangetahui teknik pengerjaan. Pelatihan

bertujuan untuk meningkatkan kompetensi. Pelatihan kader

merupakan kegiatan dalam rangka mempersiapkan kader agar mau

dan mampu berperan serta dalam mengembangkan program kesehatan

di desanya (Depkes RI, 2009).

Pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan kader harus

disesuaikan dengan tugas dalam rangka mengembangkan program


14

kesehatan di desanya tersebut. Sedangkan tugas kader perlu

disesuaikan pula dengan permasalahan yang telah disepakati untuk

ditanggulangi dalam musyawarah masyarakat desar (Depkes RI, 2009).

b. Tujuan

Tujuan pelatihan kader adalah agar kader mau mengerti, mau dan

mampu berperan dalam pelaksanaan kegiatan program-program

kesehatan (Depkes RI, 2009). Kegiatan ini bertujuan meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola posyandu terutama

dalam pengisian KMS. Para kader selain mempunyai dedikasi

diharapkan mempunyai kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas

secara profesional.

Penelitian sebelumnya oleh Gilang Adi Purnomo (2014) yang

berjudul Pengaruh pelatihan kader terhadap kemampuan pengeloaan

posyandu di Desa Sendang Sari Kecamatan Pengasih Kabupaten

Kulon Progo Yogyakarta menunjukan terdapat pengaruh yang

signifikan dari adanya pelatihan kader meningkatkan kemampuan

pengelolaan posyandu. Hasil penelitian diatas juga sesuai dengan hasil

penelitian sebelumnya oleh Mardiana (2011) yang menunjukkan

bahwa Ada perbedaan keterampilan kader posyandu dalam

pengukuran antropometri sebelum dan sesudah pelatihan di wilayah

kerja Puskesmas Tarub, Kabupaten Tegal (p value=0,0001)

c. Sasaran pelatihan meliputi tokoh masyarakat, pengelola PKD dan

LSM desa.
15

d. Bentuk pelatihan

Proses pelatihan dipergunakan metode yang partisipatif, sesuai

dengan pendidikan orang dewasa dan sesuai dengan tujuan belajar

yang diharapkan. Bentuk pelatihannya antara lain curah pendapat ,

diskusi kelompok, demosntrasi atau peragaan, studi kasus atau

pemecahan masalah, latihan di kelas bermain peran atau role playing,

simulasi, permainan dan praktek lapangan.

Penggunaan alat peraga pelatihan disesuaikan dengan tujuan dan

sasaran pelatihan serta keadaan setempat, seperti penggunaan alat

peraga sebagai berikut : Kartu jodoh, seri poster, permainan monopoli

gizi, paket penyuluhan gizi dan lain-lain.

Penyelenggaran pelatihan perlu dievaluasi yaitu dengan tujuan

untuk menilai keberhasilan proses belajar mengajar, kelemahan dan

keunggulan pelatihan serta dampaknya terhadap penampilan bekerja.

Hal-hal yang perlu dievaluasi dalam pelatihan kader adalah sebagai

berikut : proses belajar dan mengajar, penyelenggaraan pelatihan,

penerapan hasil pelatihan di masyarakat (Depkes RI, 2009).

e. Materi dan Waktu pelatihan kader

Untuk mencapai tujuan pembelajaran materi pelatihan disusun dengan

struktur program yang terdiri dari Materi Dasar, materi Inti dan materi

Penunjang. Jumlah jam pelatihan adalah :


16

Tabel 2.1 Materi Dasar Pelatihan Kader

No Materi Waktu ( 1Jam pelajaran = 45 menit)


Teori Penugasan Praktek Jumlah
Lapangan
A Materi dasar
Pengelolaan 2 0 0 2
Posyandu
B Materi Inti
Tugas-tugas kader 1 2 0 3
dalam
Penyelenggaraan
Posyandu
Penilaian masalah 1 3 0 4
kesehatan pada
sasaran Posyandu
Penggerakan 1 0 4 5
masyarakat
Lima langkah 1 3 0 4
kegiatan di
Posyandu
dan kegiatan
pengembanganny
a
Penyuluhan pada 1 3 0 4
kegiatan
Posyandu
Pencatatan dan 1 3 0 4
pelaporan
Posyandu
(KMS dan SIP)
C Materi Penunjang
Dinamika 0 2 0 2
kelompok
Rencana Tindak 0 2 0 2
Lanjut (RTL)
Sumber : Kemenkes RI (2012)

Keterangan : 1 kali = 1 jam pelajaran = 45 menit

f. Langkah-Langkah Kegiatan pembelajaran atau Pelatihan Kader

Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 4 jam

pelajaran (T=1 Jpl, P=3 Jpl, PL=0) @45 menit untuk memudahkan

proses pembelajaran, dilakukan langkah-langkah kegiatan

pembelajaran sebagai berikut : (Kemenkes, 2012)


17

1) Langkah 1 (10 menit)

a) Fasilitator memperkenalkan diri.

b) Fasilitator menyampaikan tujuan umum dan tujuan khusus.

c) Menggali pendapat tentang lima langkah kegiatan di Posyandu

dan kegiatan pengembangannya.

2) Langkah 2

a) Berdasarkan pendapat peserta, fasilitator menyampaikan pokok

bahasan : Lima langkah kegiatan di Posyandu. Kegiatan

pengembangan di Posyandu.

b) Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk

menanyakan hal-hal yang kurang jelas dan fasilitator

menanggapi pertanyaan peserta tersebut

3) Langkah 3: Penimbangan

a) Fasilitator membagi peserta menjadi 3 kelompok dengan jalan

berhitung 1—3, kemudian peserta dengan nomor 1 bergabung

dengan nomor 1 lainnya, peserta dengan nomor 2 bergabung

dengan peserta nomor 2 lainnya, dan peserta dengan

nomorbergabung dengan peserta nomor 3 lainnya.

b) Fasilitator meminta masing-masing kelompok mempersiapkan

alat timbang, balita yang akan ditimbang dua kali jumlah

kelompok yang akan melakukan praktik.

c) Masing-masing kelompok melakukan penimbangan balita

dengan diamati oleh kelompok lainnya.


18

d) Masing-masing kelompok diminta menyajikan hasil

pengamatan terhadap kelompok yang diamati.

e) Fasilitator meminta peserta untuk menanggapi hasil

pengamatan tersebut.

f) Berdasarkan hasil diskusi kelompok fasilitator mengklarifikasi

kembali langkah penimbangan yang benar.

4) Langkah 4: Pengisian KMS Balita

a) Fasilitator membagi peserta menjadi 3 kelompok sesuai dengan

kelompok penimbangan.

b) Fasilitator meminta masing-masing kelompok mempersiapkan

KMS Balita, formulir pencatatan, dan alat tulis kantor.

c) Fasilitator membagi lembar kasus kepada masing-masing

kelompok.

d) Anggota kelompok mengisi KMS sesuai kasus.

e) Masing-masing kelompok diminta menyajikan hasil diskusi

kelompok.

f) Fasilitator meminta peserta untuk menanggapi hasil diskusi

tersebut.

g) Berdasarkan hasil diskusi kelompok fasilitator mengklarifikasi

kembali cara mengisi KMS/ Buku KIA yang benar.

5) Langkah 5 :Penyuluhan terkait kasus-kasus dalam KMS Balita

a) Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok sesuai dengan

kelompok penimbangan.
19

b) Fasilitator meminta masing-masing kelompok untuk melakukan

praktik pengisian KMS Balita, sesuai dengan kasus 1 dan kasus 2.

c) Fasilitator membagi lembar kasus kepada masing-masing

kelompok.

d) Anggota kelompok mengisi KMS dan merencanakan tindak lanjut

sesuai kasus yang diberikan.

e) Masing-masing kelompok diminta menyajikan hasil diskusi

kelompok.

f) Fasilitator meminta peserta untuk menanggapi hasil diskusi

tersebut

g) Berdasarkan hasil diskusi kelompok fasilitator mengklarifikasi

kembali cara mengisi KMS/buku KIA yang benar.

6) Langkah 6

a) Fasilitator merangkum sesi pembelajaran ini dengan meminta

peserta untuk menanyakan hal-hal yang masih kurang jelas,

memberikan jawaban atas pertanyaan peserta.

b) Meminta komentar, penilaian, saran, bahkan kritik dari peserta

pada kertas yang telah disediakan.

c) Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memberikan

apresiasi kepada peserta

g. Kiat agar pelatihan kader menarik :

1) Informasi diberikan sesuai dengan keadaan atau permasalahan

yang ada.
20

2) Menggunakan berbagai jenis media seperti lembar balik, leflet dll.

3) Penjelasan dilakukan dengan menggunakan bahasa yang

sederhana dan mudah dimengerti.

4) Saran yang diberikan jelas dan praktis sehingga dapat langsung

dilakukan.

5) Beri kesempatan peserta bertanya bukan hanya mendengarkan

(Kemenkes, 2013).

h. Faktor yang mempengaruhi ketrampilan kader

Peranan kader posyandu sangat pokok maka ada hal-hal yang

mempengaruhi praktek kader dalam pelayanannya. Karakteristik

sangat berpengaruh pada perilakunya atau ketrampilan yaitu

predisposing faktor meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan lama

menjadi kader. Enabling factor yaitu penghasilan dan reinforcing

factor adalah frekuensi pelatihan yang didapat, Perhatian petugas

kesehatan terhadap kader dalam bentuk penyuluhan dan pelatihan

perlu ditingkatkan

1) Umur

Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak mulai lahir sampai

dengan batas akhir hidupnya. Umur sangat mempengaruhi

seseorang didalam melaksanakan suatu kegiatan ataupun aktifitas.

Menurut Nilawati (2008) menyatakan bahwa kader yang muda

lebih banyak memberikan kotribusi semangat, motivasi, dan


21

inovasi didalam melaksanakan waktu luang dalam melaksanakan

tugasnya sebagai kader membantu masyarakat.

2) Pendidikan kader posyandu

Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal yang ditempuh

seseorang sampai mendapatkan sertifikat kelulusan/ijazah, baik itu

pendidikan dasar, menengah maupun pendidikan tinggi. Tingkat

pendidikan seorang kader Posyandu berpengaruh terhadap

kemampuan dan ketrampilannya dalam melaksanakan kegiatan

program Posyandu, dimana kader yang berpendidikan tinggi

kemungkinan memiliki pengetahuan yang tinggi, mempunyai

kemauan untuk bekerja. Pendidikan kesehatan diperlukan untuk

mendapatkan informasi masalah atau hal-hal yang menunjang

kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga prilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Semakin tinggi

tingkat pendidikan, maka semakin bertambah pula kecakapannya

baik secara intelektual dan emosionalnya.

Tingkat pendidikan formal kader berperan penting dalam

pengelolaan posyandu khususnya dalam pencatatan dan pelaporan.

Hal ini dimungkinkan karena kader dengan pendidikan formal yang

tinggi akan mudah cepat dan mudah dimengerti serta memahami

segala sesuatu yang diperolehnya baik pada waktu mengikuti


22

kursus maupun waktu melaksanakan kegiatan di posyandu (Depkes

RI, 2009). Penelitian Narayu (2013) menunjukkan bahwa

responden berpendidikan dasar (tamat SD dan tamat SMP)

semuanya (100%) memiliki kualitas laporan yang kurang baik. Ada

hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas laporan

bulanan data kegiatan posyandu (p=0,006)

3) Pengetahuan kader posyandu

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu subjek tertentu. Dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang didasari

oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Tingkat pengetahuan dan

ketrampilan kader akan lebih baik jika dasar pendidikan tamat

dasar atau tinggi, mengikuti kursus, mendapat pengajaran lima

modul dasar dalam kursus, aktif dalam mengikuti pembinaan serta

mempunyai frekuensi tinggi mengikuti pembinaan.

Tingginya nilai pengetahuan dan ketrampilan kader dipengaruhi

oleh pendidikan formal, keikutan dalam kursus kader, frekuensi

mengikuti pembinaan, keaktifan kader di posyandu dan lamanya

menjadi kader.

Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan kader dengan cara

mengikuti kursus, pelatihan secara berkala dari segi pengetahuan,


23

teknis dari beberapa sektor sesuai dengan bidangnya (Depkes RI,

2009).

4) Pekerjaan

Pekerjaan adalah tugas utama atau kegatan rutinitas yang dimiliki

oleh seorang kader untuk membantu, dan membiayai kehidupan

keluarga serta menunjang kebutuhan rumah tangganya. Pekerjaan

juga dapat mempengaruhi seseorang didalam menjaga kesehatan,

baik individu maupun kesehatan keluarga. Karakteristik yang

berhubungan dengan pekerjaan karena kesibukan membuat

seseorang terabaikan akan kesehatannya, termasuk kader Posyandu.

Kesibukan akan pekerjaan terkadang membuat ibu lupa terhadap

tugas dan tanggungjawab yang dibebankan kepadanya. Sebaiknya

seorang kader Posyandu itu tidak memiliki pekerjaan yang tetap,

dan mempunyai pengalaman yang lama menjadi kader dan tidak

adanya pergantian kader dalam satu tahun (Suegianto, 2010).

5) Penghasilan

Penghasilan adalah jumlah uang yang diperoleh seseorang sebagai

imbalan dari pekerjaan atau tugas yang dilaksanakannya. Kader

Posyandu yang mempunyai penghasilan tetap dan cukup untuk

menghidupi kebutuhan keluarganya tentunya akan dapat

melaksanakan pekerjaan sebagai kader Posyandu tanpa terbebani

dengan kondisi kehidupan ekonomi keluarganya.


24

Sesuai dengan pedoman penyelenggaraan Posyandu (Depkes RI ,

2008) bahwa kader Posyandu adalah orang yang bersedia dan

sanggup melaksanakan kegiatan pelayanan di Posyandu pada hari

buka maupun tidak buka Posyandu secara sukarela, artinya seorang

kader Posyandu tanpa pamrih dalam melaksanakan tugasnya.

6) Lama Menjadi Kader

Kader yang sudah lama bertugas diharapkan semakin baik

perannya dalam melaksanakan tugas-tugasnya, tetapi jika tidak

didukung dengan adanya pembinaan atau latihan kader akan terjadi

sebaliknya yaitu kader semakin menurun kinerjanya dalam

penyelenggaraan Posyandu. Karena itu agar diusahakan kader

dapat bertahan dan tidak gonta-ganti dengan memberi dukungan

baik moril maupun materi dari semua pihak. Untuk membantu

kader yang pengalamannya masih kurang adalah dengan adanya

pembinaan dari petugas secara rutin setiap kali pelaksanaan

Posyandu. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang berkaitan

dengan Posyandu antara lain menurut Syafrida (2008),

menyimpulkan bahwa kader Posyandu yang aktif mempunyai lama

kerja sebagai kader antara 5 – 10 tahun.

Penelitian sebelumnya oleh Aneka Pramita Sari (2012) didapatkan

hasil bahwa responden yang tidak lengkap dalam melaksanakan

Posyandu pada responden yang menjadi kader < 3 tahun yaitu

100%.
25

i. Penilaian ketrampilan kader

Penelitian sebelumnya oleh Albiner Siagian (2014) tentang

Gambaran Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Posyandu Dalam

Pemantauan Pertumbuhan Bayi Dan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas

Desa Lalang Kota Medan Sumatra Utara Tahun 2014 mengungkapkan

bahwa Keterampilan kader dikategorikan sebagai berikut (DepKes RI,

2003 dalam Hamariyana, 2011): Terampil, jika skor ≥ 80%. Kurang

terampil, jika skor <80%.

3. Posyandu

a. Pengertian Posyandu

Posyandu adalah salah satu upaya kesehatan berbasis

masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan

untuk bersama masyarakat dalam penyelenggaran pembangunan

kesehatan guna memperdayakan masyarakat dan memberikan

kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan

kesehatan dasar/social dasar untuk mempercepat penurunan Angka

Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (Kemenkes, 2013).

Posyandu dalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan

dari, oleh dan untuk masyarakat serta yang dibimbing petugas terbaik

(Kemenkes, 2011).

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu

bentuk upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh, dari dan

bersama masyarakat untuk memberdayakan dan memberikan


26

kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan

bagi ibu dan anak balita.

Dengan demikian posyandu dapat dikembangkan dari pos-pos

yang telah ada seperti pos penimbangan balita, pos imunisasi, pos KB-

Desa, pos kesehatan, kelompok belajar atau mungkin juga di bentuk

baru (Depkes RI, 2009).

b. Kegiatan pelayanan di Posyandu

Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan

pengembangan atau pilihan.

1) Kegiatan utama sekurang-kurangnya mencakup lima kegiatan

yaitu : Kesehatan ibu dan anak, keluarga Berencana, imunisasi,

gizi, pencegahan dan penanggulangan diare.

2) Kegiatan pengembangan atau pilihan dapat menambah kegiatan

baru. Disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan dan

dilaksanakan dengan baik, kegiatan baru tersebut misalnya : Bina

keluarga balita, penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial

kejadian luar biasa (KLB), program diversivikasi pertanian

tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui tanaman

obat keluarga, kegiatan ekonomi produktif seperti usaha

peningkatan pendapatan keluarga, usaha simpan pinjam, berbagai

program pembangunan masyarakat desa lainnya.


27

c. Tujuan penyelenggaran posyandu

Posyandu diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut :

Menurunkan angka kematian bayi, angka kematian ibu (ibu hamil,

melahirkan dan nifas), mempercepat penerimaan NKKBS,

meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya

yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera,

berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera,

gerakan ketahanan keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera.

d. Sasaran Posyandu

Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan

kesehatan dasar yang ada di posyandu terutama : Bayi dan anak balita ,

ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui, pasangan usia subur dan

pengasuh anak.

e. Manfaat posyandu

1) Bagi masyarakat antara lain memperoleh kemudahan untuk

mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi anak balita

dan ibu. pertumbuhan anak balita terpantau, bayi dan anak

mendapatkan kapsul vitamin A, bayi memperoleh imunisasi

lengkap, ibu hamil terpantau berat badannya dan memperoleh

tablet tambah darah serta imunisasi TT, ibu nifas memperoleh

kapsul vitamin A dan tablet tambah darah, memperoleh


28

penyuluhan kesehatan yang berkaitan tentang kesehatan ibu dan

anak.

2) Bagi kader antara lain mendapatkan berbagai informasi kesehatan

lebih dahulu dan lengkap, ikut berperan secara nyata dalam

perkembangan tumbuh kembang anak, balita dan kesehatan ibu,

citra diri kader meningkat dimata masyarakat sebagai orang yang

terpercaya dalam bidang kesehatan, menjadi panutan karena telah

mengabdi demi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu.

f. Penyelenggaraan posyandu

1) Pengelola posyandu

Pengelola posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat

musyawarah pembentukan posyandu. Pengurus posyandu

sekurang-kurangnya terdiri dari seorang ketua, seorang sekretaris

dan seorang bendahara. Kriteria pengelola posyandu antara lain

sebagai berikut : Diutamakan adalah para dermawan dan tokoh

masyarakat setempat, memiliki semangat pengabdian, berinisiatif

tinggi dan mampu memotivasi masyarakat, dan bersedia bekerja

secara sukarela bersama masyarakat.

2) Letak atau lokasi posyandu

Posyandu memiliki lokasi di setiap desa atau kelurahan. Bila

diperlukan dan memiliki kemampuan dimungkinkan untuk

didirikan di RW, dusun atau sebutan lainnya yang sesuai.


29

Sementara tempat penyelenggaraan kegiatan posyandu sebaiknya

berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat.

3) Langkah-langkah pembentukan posyandu

Langkah-langkah pembentukan posyandu adalah sebagai berikut :

Mempersiapkan para petugas atau aparat sehingga bersedia dan

memiliki kemampuan mengelola serta membina posyandu,

mempersiapkan masyarakat khususnya tokoh masyarakat sehingga

bersedia mendukung pelaksanaan posyandu, melakukan survey

mawas diri (SMD), melakukan musyawarah masyarakat desa

(MND), membentuk dan memantau kegiatan posyandu melalui

kegiatan pemilihan pengurus dan kader posyandu, orientasi

pengurus dan pelatihan kader posyandu, pembentukan dan

peresmian posyandu, penyelenggaraan dan pemantauan kegiatan

posyandu.

4) Pelaksanaan kegiatan posyandu

Posyandu dilaksanakan sekurang-kurangnya sebulan

sekali yang ditentukan oleh LKMD, kader, tim penggerak

PKK desa atau kelurahan serta petugas kesehatan dari KB.

Dan apabila diperlukan hari buka posyandu dapat lebih dari

satu kali dalam sebulan, kemudian hari dan waktu yang

dipilih sesuai dengan hasil kesepakatan. Pada hari buka

posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan ―sistem 5

meja ―, yaitu dengan uraian sebagai berikut :


30

Meja 1 : Pendaftaran.

Meja 2 : Penimbangan bayi dan balita.

Meja 3 : Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat)

KMS untuk balita adalah alat yang sederhana dan

murah, yang dapat digunakan untuk memantau

kesehatan dan pertumbuhan anak. Manfaat KMS balita

adalah sebagai media untuk mencatat dan memantau

riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi :

pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi,

penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A,

kondisi kesehatan, pemberian ASI eksklusif, dan

makanan pendamping ASI. Selain itu KMS balita juga

bermanfaat sebagai media edukasi bagi orang tua balita

tentang kesehatan anak serta sarana komunikasi yang

dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan

penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi

(Kemenkes, 2013).

Meja 4 : Penyuluhan perorangan mengenai balita, berdasarkan

hasil penimbangan berat badan naik/turun, diikuti

pemberian makanan tambahan, oralit, vitamin A dosis

tinggi, terhadap ibu hamil dengan risiko tinggi, diikuti

pemberian tablet besi, terhadap Pasangan Usia Subur


31

(PUS), agar menjadi peserta KB lestari, pelayanan

ulang pil kondom.

Meja 5 : Pelayanan oleh tenaga profesional, pelayanan

KIA, Akseptor baru (IUD, pil, suntik, dan lain-lain),

pelayanan ulang suntik, immunisasi, pengobatan serta

pelayanan lain menurut kebutuhan masyarakat

(Kemenkes, 2013).

Untuk meja 1 sampai meja 4 dilaksanakan oleh kader

kesehatandan unutk meja 5 dilaksanakan oleh petugas

kesehatan diantaranya dokter, bidan, perawat, juru imunisasi

dan sebagainya (Effendy, 2010).

Dalam upaya memasyarakatkan posyandu, sudah tentu

memerlukan cukup waktu dan dalam proses yang tertentu pula,

sehingga ada 4 kriteria tingkat perkembangan posyandu,

berturut-turut dari yang terendah ke yang tertinggi adalah: (1)

Posyandu Pratama, (2) Posyandu Madya, (3) Posyandu

Purnama, (4) Posyandu Mandiri.

Secara rinci kriteria tingkat perkembangan posyandu

adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2009).

a) Posyandu Pratama

Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang memenuhi

kriteria sebagai berikut: Frekuensi penimbangan kurang dari 8

kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas kurang dari 5 orang
32

b) Posyandu Madya

Posyandu pada tingkat ini sudah dapat melaksanakan kegiatan

lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas

5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya

(KB, KIA, Gizi, Immunisasi dan penanggulangan diare) masih

rendah, yaitu < 50 %.

c) Posyandu Purnama

Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang

frekuensi kegiatannya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata

jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, cakupan 5 program

utamanya lebih dari 50 %, sudah ada kegiatan tambahan dan

dana sehat kurang dari 50% KK.

d) Posyandu Mandiri

Posyandu ini sudah sampai pada tingkat mandiri, ini berarti

sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur. Cakupan 5

program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana

sehat telah menjangkau lebih dari 50 % KK.

Posyandu akan mencapai strata posyandu mandiri sangat

tergantung kepada kemampuan, keterampilan, diiringi rasa

memiliki serta tanggung jawab kader PKK, LKMD sebagai

pengelola dan masyarakat sebagai pemakai dari pendukung

posyandu.
33

4. Kartu Menuju Sehat

a. Pegertian

KMS (Kartu Menuju Sehat) adalah kartu untuk mencatat dan

mengamati tumbuh-kembang anak (Kemenkes, 2013).

Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang

sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau

kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus

disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali

mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk

bidan dan dokter.

KMS-Balita dibedakan antara KMS anak laki-laki dengan KMS

perempuan. KMS untuk laki-laki berwarna dasar biru dan terdapat

tulisan untuk laki-laki. KMS perempuan berwarna dasar merah muda

dan terdapat tulisan untuk perempuan.

KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan

keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi

kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak.

KMS-Balita juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas

kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan

kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan,

meningkatkan atau memulihkan kesehatannya.

KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan,

perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian


34

kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif

dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan

ke Puskesmas/RS. KMS balita juga berisi pesan-pesan penyuluhan

kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknya.

b. Manfaat KMS

Manfaat KMS-Balita adalah : Sebagai media untuk mencatat dan

memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi :

pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan

diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak pemberian

ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI. Sebagai media edukasi

bagi orang tua balita tentang kesehatan anak. Sebagai sarana

komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan

penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

Manfaat lain KMS untuk ibu adalah : Dengan melihat garis

pertumbuhan berat-badan anak dari bulan ke bulan pada KMS seorang

ibu dapat mengetahui dan berusaha memperbaiki kesehatan anaknya.

Dengan melihat KMS, seorang ibu dapat mengetahui kemampuan

anak sesuai dengan perkembangannya. (Kemenkes, 2013)

KMS - Balita dapat berguna, apabila memperhatikan hal-hal sbb :

Penimbangan dan deteksi tumbuh kembang balita dilakukan setiap

bulan. Semua kolom isian diiisi dengan benar. Semua keadaan

kesehatan dan gizi anak dicatat. Orang tua selalu memperhatikan

catatan dalam KMS-Balita. Kader dan petugas kesehatan selalu


35

memperhatikan hasil penimbangan. Setiap ada gangguan pertumbuhan

anak, dicari penyebabnya dan dilakukan tindakan yang sesuai.

Penyuluhan gizi dalam bentuk konseling dilakukan setiap kali anak

selesai ditimbang dan hasil penimbangannya dicatat dalam KMS.

KMS - Balita disimpan oleh ibu balita dan selalu dibawa setiap

mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk

bidan/dokter.

c. Cara memantau pertumbuhan Balita

Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang,

hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS

dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini

dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis

pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak.

Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti

pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya (Kemenkes, 2013).

1) Balita naik berat badannya bila : garis pertumbuhan-nya naik

mengikuti salah satu pita warna ,atau garis pertumbuhan-nya naik

pindah ke pita warna diatasnya.

2) Balita tidak naik berat badannya bila : garis pertumbuhan-nya

turun, atau garis pertumbuhan-nya mendatar, atau garis

pertumbuhan-nya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya.


36

3) Berat badan balita dibawah garis merah :

Artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan pertumbuhan dan

perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke

Puskesmas/ Rumah Sakit.

4) Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak nail (3T), artinya

balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung

dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

5) Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap

bulannya.

6) Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu

pita warna atau pindah ke pita warna diatasnya.

d. Cara Pengisian KMS-Balita

Selain terdapat grafik pertumbuhan dan pesan-pesan penyuluhan,

dalam KMS balita terdapat juga kolom-kolom yang harus diisi yaitu

tentang identitas anak, imunisasi, pemberian kapsul vitamin A,

kondisi infeksi/infestasi cacing/ISPA/Anemia/TBC paru/penyakit lain,

pemberian ASI-eksklusif, MP-ASI, pemberian makanan anak dan

rujukan ke Puskesmas.

KMS -Balita dapat dipakai untuk melakukan tindak lanjut

pelayanan kesehatan dan gizi secara tepat, maka KMS harus diisi

secara benar dengan mempertimbangkan beberapa masalah yang

sering timbul, yaitu : Ketidak-akuratan pencatatan umur anak,

kesulitan memperoleh informasi tanggal/bulan lahir, kesalahan


37

menimbang, kesalahan penempatan titik berat badan pada grafik,

kesulitan memahami arti pita warna pertumbuhan, kesulitan

menginterpretasikan grafik pertumbuhan anak dan kesulitan

melakukan tindakan yang efektif.

Pada penimbangan pertama, sebelum anak ditimbang, kolom-

kolom pada KMS yang berkaitan dengan identitas anak dan orang tua

diisi lebih dahulu, dengan langkah sebagai berikut :

1) Langkah pertama : Memilih KMS sesuai jenis kelamin. KMS Anak

laki-laki untuk anak laki-laki berwarna biru dan KMS perempuan

untuk anak perempuan berwarna pink.

2) Langkah kedua : Mengisi kolom identitas yang tersedia pada

halaman dalam KMS Balita.

a) Kolom "posyandu" diisi nama posyandu tempat dimana anak

didaftar.

b) Kolom "Nama anak" diisi nama jelas anak, sama seperti

halaman depan KMS.

c) Kolom "Berat Badan Lahir" diisi angka hasil penimbangan

berat badan anak saat dilahirkan, dalam satuan gram. "Berat

Badan Lahir" ini kemudian dicantumkan dalam grafik KMS

pada bulan "0".

3) Langkah ketiga : Mengisi kolom bulan lahir dan bulan

penimbangan.
38

Cantumkan bulan lahir anak pada kolom 0, kemudian isilah semua

kolom bulan secara berurutan. Misalnya : Bulan lahir anak

Agustus 2000, maka cantumkan bulan Agustus 2000 di kolom

tersebut. Kemudian isi semua kolom bulan September 2000,

Oktober 2000, dan seterusnya.

Apabila anak tidak diketahui tanggal kelahirannya, tanyakan

perkiraan umur anak tersebut. Tulis bulan saat penimbangan pada

kelompok sesuai umurnya. Tulis semua kelom bulan penimbangan

berikutnya secara berurutan.

4) Langkah keempat : Meletakkan titik berat badan dan membuat

garis pertumbuhan anak. pada grafik KMS-Balita. Setelah anak

ditimbang, letakkan titik berat badannya pada titik temu garis

tegak (sesuai dengan bulan penimbangan) dan garis datar (berat

badan). Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu.

Jika bulan sebelumnya anak ditimbang. Jika anak bulan lalu tidak

ditimbang, maka garis pertumbuhan tidak dapat dihubungkan.

Contoh : Rudi dalam penimbangan bulan Mei 2000 berat

badannya 7,5 kg. Karena baru satu kali ditimbang, maka hanya

ada satu titik berat badan dan tidak bisa dibuat.

5) Langkah kelima : Mencatat keadaan kesehatan, makanan dan

keadaan lainnya. Catat juga semua kejadian yang dialami anak

yang dapat mem-pengaruhi kesehatannya, pada garis tegak (lihat

contoh), sesuai bulan bersangkutan. Misal : Anak tidak mau


39

makan, anak sakit panas, anak diare, anak diberi nasi tim, ibu

meninggal, ayah di-PHK.

6) Langkah keenam : Menentukan status pertumbuhan anak naik atau

tidak naik.

7) Langkah ketujuh: Mengisi kolom pemberian imunisasi. Kolom ini

diisi langsung oleh petugas imunisasi setiap kali setelah imunisasi

diberikan.

8) Langkah kedelapan : Mengisi kolom pemberian kapsul vitamin A

dosis tinggi. Kolom ini digunakan oleh kader untuk mencatat

tanggal pemberian kapsul vitamin A yang diberikan kepada bayi

6-11 bulan (warna biru) dan anak 12-59 bulan (warna merah) pada

setiap bulan Februari dan Agustus.

9) Langkah kesembilan : Mengisi kolom Periode Pemberian ASI

Eksklusif. Beri tanda (V) bila pada bulan tersebut bayi masih

diberi ASI saja, tanpa makanan dan minuman lain. Bila diberi

makanan lain selain ASI, bulan tersebut dan bulan berikutnya diisi

dengan tanda (-).

Pada pemnimbangan kedua dan seterusnya lakukan langkah keempat,

jika bulan lalu anak ditimbang, hubungkan titik berat badan bulan ini

dengan bulan lalu dalam bentuk garis lurus. Jika jarak antara

penimbangan bulan ini dan penimbangan sebelumnya lebih dari satu

bulan, maka titik berat badan bulan ini tidak dapat dihubungkan

dengan titik berat badan sebelumnya.


40

Lakukan langkah kelima catat juga semua kejadian yang dialami anak

pada garis tegak sesuai bulan bersangkutan : Apabila anak mendapat

imunisasi, lakukan langkah keenam. Apabila anak ditimbang pada

bulan kapsul vitamin A (Februari atau Agustus), maka jika anak diberi

kapsul vitamin A, lakukan langkah ketujuh. Apabila umur bayi masih

dibawah 5 bulan, lakukan langkah kedelapan.

e. Cara Membaca KMS

1) Tidak naik (T) apabila grafik berat badan mendatar, menurun atau

memotong garis pertumbuhan dibawahnya atau kenaikan berat

badan kurang dari KBM.

2) Naik (N) apabila grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan

atau memotong garis pertumbuhan diatasnya, kenaikan berat badan

sama dengan KBM atau lebih.(Kemenkes, 2013)

f. Cara Menindak lanjuti Hasil Penimbangan

1) Berat badan naik

a) Berikan pujian kepada ibu telah membawa balita ke posyandu.

b) Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik

pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana.

c) Anjurkan kepada ibu untuk mempertahankan kondisi anak dan

berikan nasihat tentang pemberian makan anak sesuai golongan

umurnya.

d) Anjurkan unruk datang pada penimbangan berikutnya.


41

2) Berat badan tidak naik 1 kali

a) Berikan pujian kepada ibu telah membawa balita ke posyandu.

b) Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik

pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana.

c) Tanyakan dan catat keadan anak bila ada keluhan (batuk,

diare,panas, rewel, dll) dan kebiasaan makan anak.

d) Berikan penjelasan kemungkinan penyebab berat badan tidak

naik tanpa menyalahkan ibu.

e) Nerikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan

anak sesuai golongan umur

f) Anjurkan unruk datang pada penimbangan berikutnya

3) Berat badan tidak naik 2 kali atau di bawah garis merah (BGM)

a) Berikan pujian kepada ibu telah membawa balita ke posyandu

dan anjurkan untuk datang kembali bulan berikutnya.

b) Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik

pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara

sederhana.

c) Tanyakan dan catat keadan anak bila ada keluhan (batuk,

diare,panas, rewel, dll) dan kebiasaan makan anak.

d) Berikan penjelasan kemungkinan penyebab berat badan tidak

naik tanpa menyalahkan ibu.

e) Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan

anak sesuai golongan umur.


42

f) Rujuk anak ke Puskesmas/Pustu/Poskesdes.

B. Kerangka Teori

Kader
posyandu

Pelatihan kader
Faktor yang Terampil
1 kali teori
mempengaruhi (Pemaparan Keterampilan
ketrampilan materi) kader
mengisi KMS : mengisi
1. Umur 3 kali praktek KMS.
2. Pendidikan (Praktek: mengisi Kurang
3. Pengetahuan KMS dan Terampil
4. Pekerjaan interpretasi hasil
5. Penghasilan penimbangan pada
6. Lama menjadi KMS)
kader

Gambar 1
Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

Terampil
Keterampilan
Pelatihan Kader kader mengisi
KMS
Kurang
Terampil

Gambar 2
Kerangka Konsep
43

D. Hipotesis

Hipotesa adalah jawaban sementara penelitian, patokan dugaan atau dalil

sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut

(Notoatmodjo, 2010).

Ha : Ada pengaruh pelatihan kader posyandu terhadap keterampilan

pengisian KMS balita di Kelurahan Jatiroto Wonogiri.

Ho : Tidak ada pengaruh pelatihan kader posyandu terhadap

keterampilan pengisian KMS balita di Kelurahan Jatiroto

Wonogiri.

Anda mungkin juga menyukai